Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Konsep diri / self concept merupakan suatu kombinasi dari perasaan dan
kepercayaan mengenai diri sendiri.Konsep diri dibutuhkan untuk integritas psikologis
sehingga setiap orang mengenal dirinya dan merasa dirinya pantas sesuai apa
adanya.Ada 5 komponen konsep diri di antaranya citra diri,ideal diri,harga diri
,identitas diri dan gambaran diri yang kesemuanya adalah satu kesatuan membentuk
apa yang disebut sebagai konsep diri.Gangguan salah satu elemen akan berpengaruh
pada sistim konsep diri yang dapat berakibat fatal.Individu bisa bertindak nekat
terutama kepada dirinya sendiri ( bunuh diri ) atau juga terhadap orang lain apabila
konsep dirinya terganggu karena konsep diri berkaitan erat dengan existensi yang unik
dari setiap manusia.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang asuhan keperawatan pada penderita
yang mengalami gangguan konsep diri khususnya pasien yang mengalami harga diri
yaitu harga diri rendah.Seperti disebutkan di atas bahwa harga diri merupakan salah
satu elemen pembentuk konsep diri yang sangat berperang dalam menentukan jati diri
sesorang.Merong-rong harga diri seseorang sama dengan merong-rong existensinya
sebagai individu yang bermartabat.
Orang dengan gangguan harga diri sering sangat nekat terutama pada dirinya
sendiri karena ia mungkin merasa tak ada gunanya lagi dirinya.oleh karena itu pasien
dengan gangguan harga diri sering ada usaha bunuh diri atau paling tidak mencederai
diri sendiri.Perawatan yang benar akan mampu mengembalikan keadaan seseorang
dalam melakukan koping terhadap stressor yang menyebabkan gangguan harga diri.
B. TUJUAN
1. Tujuan umum :
Meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang gangguan konsep diri harga diri
rendah serta mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan harga diri rendah.
2. Tujuan Khusus.
a. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian konsep diri
b. Mahasiswa mampu menjelaskan perkembangan konsep diri.

1
c. Mahasiswa mampu menyebut dan menjelaskan komponen konsep diri.
d. Mahasiswa mampu menjelaskan gangguan konsep diri.
e. Mahasiswa mampu menjelaskan gejala gangguan konsep diri.
f. Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan
harga diri rendah.

2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS.
A. PENGERTIAN KONSEP DIRI.
Konsep diri adalah : semua ide-ide,pikiran,kepercayaan dan pendirian yang diketahui
individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam hubungan dengan
orang lain ( Stuart dan Sundeen,1995).
Konsep diri adalah : Cara individu memandang dirinya secara utuh meliputi
fisik,emosional,intelektual,social dan spiritual.( Beek,William dan Rawlin)
B. PERKEMBANGAN KONSEP DIRI
Konsep diri belum ada saat lahir,tetapi berkembang secara bertahap saat bayi dapat
membedakan dirinya dari orang lain,mempunyai nama sendiri,pakaian sendiri.Anak
mulai dapat mempelajari dirinya,yang mana kaki,tangan,mata dan sebagainya serta
kemampuan berbahasa akan memperlancar proses tumbuh-kembang anak.
Konsep diri merupakan hasil dari aktifitas pengeksplorasian dan pengalamanya
dengan tubuhnya sendiri.Konsep diri dipelajari melalui pengalaman pribadi setiap
individu,hubungan dengan orang lain dan interaksi dengan dunia luar dirinya.Konsep
diri berkembang terus mulai dari bayi hingga usia tua.Pengalaman dalam keluarga
merupakan dasar pembentukan konsep diri karena keluarga dapat memberikan
perasaan mampu dan tidak mampu, perasaan diterima atau ditolak dan dalam keluarga
individu mempunyai kesempatan untuk mengidentifikasikan dan meniru perilaku orang
lain yang diinginkanya serta merupakan pendorong yang kuat agar individu mencapai
tujuan yang sesuai atau pengharapan yang pantas.Dengan demikian jelas bahwa
kebudayaan dan sosialisasi mempengaruhi konsep diri dan perkembangan keperibadian
seseorang.
Seseorang dengan konsep diri yang positif dapat mengeksplorasi dunia secara
terbuka dan jujur karena latar belakang penerimaanya sukses, konsep diri yang positif
berasal dari pengalaman yang positif yang mengarah pada kemampuan pemahaman .
Karakteristik individu dengan konsep diri yang positif adalah :
1. Mampu membina hubungan peribadi, mempunyai teman dan gampang
bersahabat .
2. Mampu berpikir dan membuat keputusan .

3
3. Dapat beradap tasi dan menguasai lingkungan.
Konsep diri yang negative dapat dilihat dari hubungan individu dan social yang
maladaptive.
Setiap individu dalam kehidupanya tidak terlepas dari berbagai stressor,dengan
adanya stressor akan menyebabkan ketidak seimbangan dalam diri sendiri.
Dalam usaha mengatasi ketidak seimbangan tersebut individu menggunakan
koping yang bersifat membangun (Konstruktif) ataupun yang bersifat merusak
( destruktif) . Koping yang konstruktif akan menghasilkan respon yang adaptif yaitu
aktualisasi dan konsep diri yang positif.
Aktualisasi diri merupakan respon adaptif yang tertinggi karena individu dapat
mengekspresikan kemampuan yang dimilikinya . Konsep diri yang positif adalah
individu dapat mengidentifikasikan kemampuan dan kelemahanya secara jujur dan
dalam menilai suatu masalah individu berpikir secara positif dan realistik.Apabila
individu menggunakan koping yang destruktif ia akan mengalami kecemasan sehingga
menimbulkan rasa bermusuhan yang dilanjutkan dengan individu menilai dirinya
rendah,tidak berguna,tidak berdaya,tidak berarti,takut dan mengakibatkan perasaan
bersalah . Rasa bersalah ini akan mengakibatkan kecemasan yang meningkat,proses ini
akan berlangsung terus yang dapat menimbulkan respon yuang maladaptive berupa
kekacauan identitas , harga diri yang rendah dan depersonalisasi.
Rentang Respon Konsep Diri

Adaptif Maladaptif

Aktualisasi diri Konsep diri Hargas diri Kekacauan Depersona


positif rendah identitas lisasi

C. KOMPONEN KONSEP DIRI


Konsep diri terdiri dari citra tubuh ( Body image),ideal diri ( self – ideal),harga
Diri ( self esteem ) , peran diri ( self-role ) dan identitas diri (self- identiy )
1. Citra Tubuh
Citra tubuh adalah sikap individu terhadap tubuhnya baik disadari atau tidak
disadari meliputi persepsi masa lalu atau sekarang menganai ukuran dan bentuk
tubuh,fungsi,penampilan dan potensi tubuh.Citra tubuh harus realistis karena

4
semakin dapat menerima dan menyukai tubuhnya individu akan lebih bebas dan
merasa aman dari kecemasan.Individu yang menerima tubuhnya apa adanya
biasanya memiliki harga diri tinggi dari pada individu yang tidak menyukai
tubuhnya.
Cara individu memandang dirinya mempunyai dampak yang penting pada
aspek psikologisnya.Individu yang stabil ,realistis dan konsisten terhadap citra
tubuhnya akan memperlihatkan kemampuan mantap terhadap realisasi yang akan
memacu sukses di dalam kehidupan.
2. Ideal \Diri.
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia seharusnya bertingkahlaku
berdasarkan standar pribadi.Standar dapat berhubungan dengan tipe orang yang
diinginkan/disukai atau sejumlah aspirasi , tujuan,nilai yang ingin diraih.Ideal diri
akan mewujudkan cita – cita atau pengharapan diri berdasarkan norma-norma
social di masyarakat tempat individu tersebut melahirkan penyesuaian diri.
Pembentukan ideal diri dimulai pada masa kanak-kanak dipengaruhi oleh
orang yang penting pada dirinya yang memberikan harapan atau tuntutan tertentu
.Seiring dengan berjalanya waktu individu menginternalisasikan harapan tersebut
dan akan membentuk dasar dari ideal diri .Pada usia remaja , ideal diri akan
terbentuk melalui proses identifikasi dengan orang tua ,guru dan teman.Pada usia
yang lebih tua dilakukan penyesuaian yang merefleksikan berkurangnya kekuatan
fisik dan perubahan peran serta tanggung jawab.
Individu cendrung menetapkan tujuan yang sesuai dengan kemampuanya
,kultur,realita,menghindari kegagalan dari rasa cemas .Ideal diri harus cukup tinggi
supaya mendukung respek terhadap diri tetapi tidak terlalu tinggi ,terlalu
menuntut ,samara-samar atau kabur.Ideal diri berperan sebagai pengatur internal
dan membantu individu mempertahankan kemampuanya menghadapi konflik atau
kondisi yang membuat bingung .Ideal diri penting untuk mempertahankan
kesehatan dan keseimbangan mental.
3. Harga Diri
Harga diri adalah penilaian peribadi terhadap hasil yang dicapai dengan
menganalisis sebeberapa banyak kesesuaian tingkah laku dengan ideal
dirinya.Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain yaitu dicintai ,

5
dihormati dan dihargai . Individu akan merasa harga dirinya tinggi bila sering
mengalami keberhasilan,seabaliknya individu akan merasa harga dirinya rendah
bila sering mengalami kegagalan, tidak dicintai atau tidak diterima lingkungan .
Harga diri dibentuk sejak kecil dari adanya penerimaan dan perhatian .Harga
diri akan meningkat sesuai dengan meningkatnya usia .Untuk meningkatkan hrga
diri anak diberi kesempatan untuk sukses ,beri penguatan/pujian bila anak sukses,
tanamkan “ideal” atau harapan jangan terlalu tinggi dan sesuaikan dengan
budaya ,berikan dorongan untuk aspirasi atau cita-citanya dan bantu membentuk
pertahanan diri untuk hal-hal yang mengganggu persepsinya.
Harga diri sangat mengancam pada masa pubertas ,karena pada saat ini harga
diri mengalami perubahan ,karena banyak keputusan yang harus dibuat
menyangkut dirinya sendiri. Remaja dituntut untuk menentukan pilihan ,posisi
peran dan memutuskan apakah ia mampu meraih sukses dari suatu bidang tertentu,
apakah ia dapat berpartisipasi atau diterima di berbagai macam aktifitas social.
Pada usia dewasa harga diri menjadi stabil dan memberikan gambaran yang
jelas tentang dirinya dan cendrung lebih mampu menerima keberadaan dirinya.Hal
ini didapatkan dari pengalamanya menghadapi kekurangan diri dan meningkatkan
kemampuan secara maksimal kelebihan dirinya.pada masa dewasa akhir timbul
masalah harga diri karena adanya tantangan baru sehubungan dengan
pension,ketidak mampuan fisik,berpisah dari anak,kehilangan pasangan.
4. Peran
Peran adalah serangkaian pola sikap perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan
oleh masyarakat dihubungkan denghan fungsi individu di dalam kelompok
sosialnya.Peran memberikan sarana untuk berperan serta dalam kehidupan social
dan meruapakan cara untuk menguji identitas dengan memvalidasi pada orang yang
berarti .setiap orang disibukan oleh beberapa peran yeng berhubungan dengan
posisi pada waktu sepanjang daur kehidupan. Harga diri yang tinggi merupakan
hasil dari peran yang memenuhi kebutuhan dengan cocok dengan ideal diri.
Faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri terhadap peran.
Kejalasan perilaku dan pengatahuan yang sesuai dengan peran.
Tanggapan yang konsisten dari orang-orang yang berarti terhadap
peranya.

6
Kecocokan dan keseimbangan antara peran yang diembanya.
Keselarasan norma budaya dan harapan individu terhadap perilaku.
Pemisahan situasi yang akan menciptakan penampilan peran yang
tidak sesuai.
5. Identitas diri.
Identitas diri adalah kesadaran tentang diri sendiri yang dapat diperoleh dari
Observasi dan penilaian terhadap dirinya,menyadari individu bahwa dirinya berbeda
dengan orang lain. Identitas diri merupakan sintesis dari semua aspek konsep diri
sebagai suatu kesatuan yang utuh,tidak dipengaruhi ooleh pencapaian tujuan
,atribut/jabatan dan peran.Seseorang yang mempunyai perasaan berharga (respek
pada diri sendiri ),Kemampuan dan penguasaan diri.
Identitas berkembang sejak masa kanak-kanak bersamaan dengan
perkembangna konsep diri.Dalam identitas diri ada otonomi yaitu mengerti dan
percaya diri,respek terhadap diri,mampu menguasai diri,mengatur diri dan
menerima diri.
Ciri-ciri individu yang mempunyai keperibadian sehat :
Citra tubuh positif dan akurat.
Kesadaran akan diri berdasar atas observasi mandiri dan perhatian yang
sesuai akan kesehatan diri termasuk persepsi saat ini dan yang lalu akan
diri sendiri dan perasaan tentang ukuran ,fungsi,penampilan dan potensi
tubuh.
Ideal diri realistis.
Individu yang mempunyai ideal diri realistis akan mempunyai tujuan
hidup yang dapat dicapai.
Ciri individu dengan identitas diri positif :
Mengenal diri sebagai organisme yang utuh terpisah dari orang lain.
Mengakui jenis kelamin sendiri.
Memandang berbagai aspek dalam dirinya sabagai suatu keselarasan
Meniloai diri sendiri sesuai dengan ppenilaian masyarakat .
Menyadari hubungan masa lalu,sekarang dan yang akan datang .
Mempunyai tujuan yang bernilai yang akan dicapai / direalisasikan
Harga diri tinggi .

7
Individu yang mempunyai harga diri tinggi akan memandang dirinya
sebagai sesorang yang berarti dan bermanfaat.
Penampilan peran memuaskan.
Individu dengan penampilan peran memuaskan akan dapat berhubungan
dengan orang lain dan membina hubungan interdependen.
Identitas jelas.
Individu merasakan keunikan dirinya yang memberi arah kehidupan
dalam mencapai tujuan .
D. GANGGUAN KONSEP DIRI
 Faktor Predisposisi.
 Fasktor-faktor predisposisi gangguan citra tubuh.
 Kehi;angan/kerusakan bagian tubuh.
 Perubahan ukuran, bentuk danpenampilan tubuh.
 Proses patologi penyakit dan dampaknya terhadap struktur maupun
fungsi tubuh.
 Prosedur pengobatan seperti radiasi ,kemoterapi ,transplantasi .
 Faktor-faktor predisposisi gangguan harga diri :
 Penolakan dari orang lain.
 Kurang penghargaan
 Pola asuh yang salah ,Terlalu dilarang,terlalu dikontrol,terlalu
dituruti,terlalu dituntut dan tidak konsisten
 Persaingan antar saudara
 Kesalahan dan kegagalan yang berulang.
 Tidak mampu mencapai standart yang ditentukan.
 Faktor-faktor predisposisi gangguan peran
 Transisi peran yang sering terjadi pada proses
perkembangan,perubahansituasi dan keadaan sehat sakit .
 Ketegangan peran, ketika individu menghadapi dua harapan yang
bertentangan secara terus menerus yang tidak terpenuhi .
 Keraguan peran , ketika individu kurang pengatahuanya tentang
harapan peran yang spesifik dan bingung tentang tingkah laku peran
yang sesuai .

8
 Peran terlalu banyak.
 Faktor-faktor predisposisi gangguan identitas diri
 ketidak percayaan orang tua pada anak .
 Tekanan dari teman sebaya.
 Perubahan struktur social.
 Faktor – Faktor presipitasi
 Trauma
Masalah spesifik sehubungan dengan konsep diri adalah situasi
yang membuat individu sulit menyesuaikan diri atau tidak dapat menerima
khususnya trauma emosi sperti penganiayaan fisik, seksual dan psikologis
pada anak-anak atau merasa terancam kehidupanya atau menyaksikan kejadian
berupa tindakan kejahatan .
 Ketegangan peran
Ketegangan peran adalah perasaan frustrasi ketika individu merasa
tidak adekuat atau melakukan peran bertentangan dengan hatinya atau tidak
merasa cocok dalam melakukan peranya . Ketegangan peran ini sering
dijumpai saat terjadi konflik peran,keraguan peran dan tertlalu banyak
peran.Konflik peran terjadi saat individu menghadapi harapan bertentangan
dan tidak dapat dipenuhi.
Pada perjalanan kehidupan , individu sering menghadapi teransisi peran
yang beragam. Teransisi peran yang sering terjadi adalah perkembangan
situasi sehat –sakit.
Transisi peran perkembangan
Setiap perkembangan dapat menimbulkan ancaman pada identitas . Setiap
tahap perkembangan harus dilalui setiap individu dengan menyelesaikan
tugas perkembangan yang berbeda-beda , hal ini dapat merupakan stresor
bagi konsep diri.

Transisi peran situasi


Perubahan jumlah anggota keluarga baik pertambahan maupun
penguran\gan melalui kelahiran atau kematian .

9
Transisi peran sehat sakit
Perubahan tubuh dapat mempengaruhi semua komponen konsep diri
.Pergeseran kondisi kesehatan individu yang menyebabkan kehilangan bagian
tubuh ,perubahan bentuk,penampilan dan fungsi tubuh .Perubahan akibat
tindakan pembedahan yang dapat terlihat seperti kolostomi,atau gastrotomi
atau yang tidak kelihatan seperti histerektomi .
E. GEJALA GANGGUAN KONSEP DIRI.
Manifestasi klinik dari ganguan konsep diri adalah perubahan perilaku
 Perubahan perilaku pada gangguan citra tubuh :
 Menolak menyentuh atau melihat bagian tubuh tertentu.
 Menolak bercermin
 Tidak mau mendiskusikan keterbatasan atau cacat tubuh.
 Menolak usaha bunuh diri.
 Usaha pengobatan mandiri yang tidak tepat.
 Menyangkal cacat tubuh.
 Perubahan perilaku berhubungan dengan harga diri rendah
 Mengritik diri sendiri.
 Merasa bersalah dan kwatir.
 Merasa tidak mampu.
 Menunda keputusan .
 Gangguan berhubungan
 Menarik diri dari dari realita.
 Merusak diri
 Memebesar-besarkan diri sebagai orang penting
 Perasaan negative terhadap tubuh.
 Ketegangan peran.
 Pesimis menghadapi hidup.
 Keluhan fisik.
 Penyalahgunaan zat.
 Perubahan perilaku yang berhubungan dengan kerancuan identitas.
 Tidak melakukan kode moral.
 Keperibadian yang bertentangan

10
 Hubungan interpersonal yang exploitative
 Perasaan hampa
 Perasaan mengambang tentang diri
 Kekacauan identitas seksual.
 Kecemasan yang tinggi.
 Ideal diri tidak realitas.
 Tidak mampu berempati terhadap orang lain.
 Perubahan perilaku yang berhubungan dengan personalisasi :
 Afektif
 Kehilangan identitas diri.
 Merasa asing dengan diri sendiri
 Perasaan tidak nyata
 Merasa sangat terisolasi
 Tidak perasaan berkesinambungan
 Tidak mampu mencari kesenangan.
 Persepsi.
 Halusinasi pendengaran / penglihatan.
 Kekacauan identitas seksual.
 Sulit membedakan diri dengan orang lain.
 Gangguan citra tubuh
 Menjalani kehidupan seperti dalam mimpi.
 Kognitif
 Bingung.
 Disorientasi waktu
 Gangguan berpikir
 Gangguan daya ingat.
 Gangguan penilaian.
 Perilaku.
 Pasif
 Komunikasi tidak sesuai
 Kurang spontanitas.

11
 Kurang pengendalian diri.
 Kurang mampu membuat keputusan.
 Menarik diri dari hubungan social.

ASUHAN KEPERAWATAN

A. IDENTITAS KLIEN :
Nama Klien :
Umur :
Informman :
Jenis Kelamin :
Agama :
Perndidikan :
Alamat :
Alamat :
B. PENGKAJIAN
1. Kaji factor predisposisi
Bagaimana riwayat kesehatan jiwa yang lalu apakah pasien pernah mengalami
penyakit yang sama ( seperti sekarang di waktu yang lalu
Jika ia bagaimana tanda-tandanya.
Apakah pasie pernah dirawat dengan penyakit seperti sekarang ini ? Jika ia kapan
di rawat,dimana pasien dirawat dan berapa lama pasien dirawat.
Tanyakan pula hubungan social di masa lalu misalnya pernakah klien
dihina,dipermalukan didepan umum putus dan sebagainya? Bila ia kapan hal itu
terjadi.
2. Kaji status psikososial.
Genogram : apakah Ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang
sama,kalau ya bagaimana hubungan dengan klien secara genogram.
3. Kaji konsep diri klien;
a. Citra diri.
Kaji atau tanyakan pada klien tentan pandangan dan perasaanya pada

12
Tubuhnya,(bentuk tubuh,penampilan ,warna kulit , berat badan ,tinggi badan
dan sebagainya).
b. Identitas diri.
Kaji kesadaran diri klien tentang dirinya,(atributnya,pandanganya terhadap
jenis kelaminya, keutuhan dirinya ,Bagaimana pandangan tentang dirinya,apa
cita-citanya dan dan bagaimana pencapaian cita-citanya. Dan lain-lain.)
c. Peran diri.
Tanyakan bagaimana peranya di rumah terhadap keluarganya,bagaimana
peranya di lingkunganya,apakah ia cukup diterima dilingkunganya dan lain-
lain.
d. Ideal diri.
Tanyakan pada klien tentang apa yang disumbangkanya pada keluarga dan
masyarakat sehubungan dengan peranya sekarang,apa cita-citanya dan lain-
lain.
e. Harga diri.
Tanyakan pada klien apakah ia cukup dihormati, apakah ia cukup
dicintai,pernakah ia dipermalukan,dihina,dihianati putus cinta dan
sebagainya ?Tanyakan pula apakah ia cukup sukses dalam setiap tujuan yang
ditetapkanya ?
4. Kaji hubungan social.
Tanyakan siapa anggota keluarga yang paling dekat denganya bila ia sakit,apa
kegiatan-kegiatanya atau keterlibatanya dalam kegiatan-kegiatan social apakah
pasien dapat bergaul dengan baik dengan sesamanya atau dengan lawan
jenisnya,apakah pasien merasa minder atau malu dalam pergaulan dan lain-
lain.
5. Kaji Spiritualistis pasien
Tanyakan pandangan pasien dan keluarga tentang penyebab penyakit.Tanyakan
pula apakah keluarga cukup dekat dengan hal-hal spiritual misalnya rajin
beribadat dan lain-lain
6. Kaji perubahan perilaku
Bagaimana perubahan perilaku pada citra tubuh misalnya tidak mau
bercermin ,menyangkal dan lain-lain

13
Bagaimana perubahan perilaku pada berhubungan dengan harga diri misalnya
merasa bersalah,merasa tidak mampu,menunda keputusan,menarik diri dari
realita, merusak diri, membesar-besarkan diri sebagai orang penting,perasaan
negative pada diri sendiri,pesimis dan lain-lain.
Bagaimana perubahan perilaku sehubungan dengan depersonalisasi ,
Afektif misalnya kehilangan identitas diri , merasa asing dengan diri sendiri.
Perasaan sangat terisolasi, tidak mampu mencari kesenagnan dan lain-lain.
Persepsi misalnya halusinasi pengalihatan dan dengar,kekacauan identitas
seksual,sulit membedakan diri dengan orang lain,gangguan citra tubuh
Menjalani kehidupan seperti dalam mimpi dan lain-lain.
Kognitif misalnya bingung,disorientasi waktu,gangguan proses pikir, gangguan
daya ingat,gangguan daya ingat.
Perilaku misalnya Pasif,komunikasi tidak sesuai,kurang spontanitas, kurang
pengendalian diri, kurang mampu membuat keputusan,menarik diri dari hubungan
social,dan lain-lain.
7. Kaji Kemampuan pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
Tanyakan kemampuan mandi,makan tidur dan berpakaian.
8. Kaji Mekanisme Koping.
Tanyakan pada klien apa yang dilakukan klien bila pasien/klien marah,malu dan
sebagainya.
Koping jangka pendek misalnya
o Aktivitas yang dapat memberikan kesempatan lari sementara dari krisis sperti
Menonton TV,Kerja keras,olahraga berat dan lain-lain.
o Aktifitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara seperti ikut
dalam kegiatan social agama.
o Aktifitas yang memberi kekuatan atau dukungan sementara terhadap konsep
diri seperti kompetisi dan sebagainya
9. Kaji Mekanisme pertahanan Ego.
Mekanisme ego yang digunakan pasien misalnya
Fantasi, atau kemampuan membuat tanggapan-tanggapan ,Disosiasi atau respon
yang tidak sesuai, isolasi atau menghindar,proyeksi atau menyalahkan orang lain
dan displacement atau pelampiasan pada orang yang tidak berdaya.

14
POHON MASALAH

Tindakan kekerasan

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Resiko halusinasi lihat dan dengar

Efek
Isolasi social menarik diri

Gangguan konsep diri harga diri


rendah Core Problem

Distres Koping inefektif Kegagalan Ideal diri tidak realistik

Faktor penyebab

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan yang bisa muncul pada pasien dengan gangguan
konsepdiri harga diri rendah adalah :
1. Isolasi social : Menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.
2. Halusinasi berhubungan dengan menarik diri
3 Resiko merusak diri berhubungan dengan halusinasi dengar.
4. Koping inefektif berhubungan dengan persepsi yang salah terhadap penyakit.

15
RENCANA KEPERAWATAN JIWA

NO/ Diagnosa Perencanaan


Tgl Keperawatan Tunjuan Kriteria Evaluasi Timdakan Keperawatan Rasional
1 .Potensial melukai diri sendiri Tupan : Tidak melukai orang
dan orang lain/amuk s/d lain, diri sendiri dan
Ketidak mampuan klien mampu mengung-kapkan
mengungkapkan marah marah yang konstruktif.
secara konstruktif.
Tupen :
1.Klien dapat membina hubu- 1.1. Setellah dua kali 1.1.1. Sapa klien dengan ramah Hubungan saling
ngan saling percaya dengan pertemuan klien mau baik secara verbal maupun non percaya akan
perawat berinteraksi dengan perawat verbal menurunkan rasa
o Membalas salam. o Perkenalkan diri. keterancaman klien
o Berjabat tangan. o Jelaskan tujuan pertemuan . terhadap stimulus
o Berkomunikasi verbal. o Terima klien apa adanya. yang berasal dari
o Dapat menyebutkan o Ciptakan suasana tenang dan perawat , sehingga
nama perawat. relaks. tercipta hubungan
o Hargai privasi klien. terapeutik.

1.1.2. Pertahankan sikap pera-


wat secara konsisten.
o Menepati janji.
o Mempertahankan
Sikap yang konsisten
kontak mata dan posisi yang
akan meningkatkan
terbuka.
kepercayaan klien
o Hndari komunikasi
terhadap perawat,
yang ber-sifat rahasia didepan
dan klien merasa
klien .
bahwa perawat tahu
o Perhatikan
akan kebutuhannya.
kebutuhan klien .

16
2. Klien dapat 2.1. Setelah dua kali pertemuan 2.1.1. Beri respon pd klien dgn Memberi respon pd
mengidentifikasi sumber klien dapat mengungkapkan tenang dan tidak mengancam. klien menandakan
marah dan mengenal rasa apa yang membuat dia marah. o Bicara perlahan dan jelas perawat mene-rima
marahnya. o Mengatakan dalam dalam o Menggunakan kalimat yang kehadiran klien
situasi apa klien marah. mudah dimengerti klien. secara utuh, hal ini
o Mengatakan penyebab o Bersikap terbuka. merupakan lang-kah
klien marah. awal komunikasi yg
o Klien mengatakan dan terapeutik dan
mengetahui bahwa dirinya mempermudah
sedang marah 2.1.2. Dorong klien untuk meng- intervensi
ungkapkan hal-hal yang selanjutnya.
menye-babkan marah.
o Tunjukkan prilaku
empati Dengan bantuan
o Bicara mudah perawat diharapkan
dimengerti klien mampu
mengungkapkan
penyebab marahnya
dan klien dapat
mengenal marahnya.
3.Klien dapat 3.1. Setelah Dua kali 3.1.1 Dorong klien untuk meng- Dgn mampunya
mengidentifikasi tanda- pertemuan klien mampu ungkapkan / mengenal tanda- mengemu-kakan /
tanda marah. menyebutkan minimal 3 tanda- tanda saat klien marah yg mengenal tanda-
tanda marah dari tanda-tanda diketahui klien. tanda saat klien
fisik yang biasa terjadi. marah, klien dapat
o Wajah merah. mengidentifikasi
o Mata melotot. tanda ma-rahnya.
o Tekanan darah meningkat. 3.1.2. Diskusikan dgn klien
o Otot-otot tegang/ tentang tanda-tanda yang
menggetar. biasa terjadi pd orang marah. Dgn tahunya tanda-
o Tangan dikepal. tanda marah bagi
o Muka tegang. klien dapat
o Nada suara meninggi. mengidentifikasi diri
sendiri dan orang
lain kalau kondisi
spt itu adalah sedang
marah.

17
4.Klien dapat 4.1. Setelah 4x pertemuan klien 4.1.1 Dorong klien untuk Dgn mengetahui
mendemontrasikan koping mampu mendemontrasikan menga-takan cara-cara yang cara-cara yang telah
yg biasa digunakan apabila cara-cara klien dalam dilakukan bila klien marah. dilakukan klien
klien marah. mengatasi marah yang selama  Jangan menyinggung klien sebagai bahan untuk
ini dilakukan.  Terima apapun yang inter-vensi
diungkap-kan klien. selanjutnya, dan dgn
 Fokusing dan klarifikasi bila menghargai upaya
klien melantur. klien akan terbina
hubungan saling
percaya antara
4.1.2. Perhatikan klien dan ber- perawat dan klien.
sikap terbuka menerima saat
klien sedang mendemontrasikan
koping-nya. Perhatian yang
penuh akan
4.1.3. Diskusikan bersama klien memungkinkan klien
tentang aspek negatif bila untuk lebih percaya
mengekpresikan marah cara diri dalam
tidak konstruktif dan bagaimana mengekpresikan
cara-cara yang baiknya. prilakunya.

Pilihan baik dan


buruk sangat penting
saat klien untuk
mempertimbanglkan,
sehingga klien
sendiri yang akan
memutuskan.
5.Klien dapat menilai koping/ 5.1. Setelah 6x pertemuan, 5.1.1. Diskusikan dgn klien cara Membantu klien
cara mengatsi marah mana klien mampu menilai dan mengungkapkan marah yang untuk mema-hami
yang baik untuk dirinya menjelaskan cara marah yang konstruktif. atau meningkatkan
atau yang tidak baik konstruktif. o Latihan Asertif; bagaimana pengetahuan klien
( mengungkapkan marah o Tidak menyinggung diri sebagai orang yg tentang cara
secara konstruktif ). perasaan orang lain. mengalami mengungkapkan
o Tidak melukai orang lain. marah.Mengekplorasi diri marah yang bisa
o Tidak merusak. untuk mengungkapkan diterima orang lain,
o Tidak membuat takut penyebab ma-rah. tidak merugikan diri
sendiri dan orang

18
suasa-na. o Menyalurkan energi lain.
kemarahan secara kontruktif.
o Tehnik relaksasi; Membaca,
menggambar, mendengar mu-
sik, nonton tv dll.
o Penyelesaian masalah ;
Menceritakan pada perawat
atau orang lain yang dapat
memberikan jalan keluar.
o Aktivitas fisik ; olahraga,
pekerjaan rumah tangga.
o Spiritual ; berdoa.
o Bermain peran.

5.12. Dorong minat klien untuk Adanya motivasi


belajar mengungkapkan marah akan menimbulkan
secara konstruktif. sikap yang
konstruktif dlm
mengeks presikan
marah.
5.1,3. Anjurkan dan dorong klien
untuk memberi contoh marah
yang konstruktif Menunjukkan realita
marah yang
konstruktif.

6.Klien dapat 6.1. Setelah 6x pertemuan klien 6.1.1.Diskusikan dgn klien Menerapkan hal
memperlihatkan prilaku dapat memperlihatkan prilaku tentang upaya untuk menciba yang telah dipelajari
yang menunjukkan cara- yang menunjukkan cara menerapkan cara-cara yang telah berarti klien belajar
cara mengekpresikan marah pengungkapan marah yang dipelajari dalam berhubungan mengidentifikasikan
yang konstruktif. konstruktif. dengan orang lain. dirinya sendiri
o Expresi wajah tyidak sehubungan dgn
tegang. perkembangan di
o Nada suara tidak ringgi. dalam proses
o Mata tidak melotot. 6.1.2. Anjurkan pd klien untuk berubah.
o Nafas tidak cepat. mengungkapkan marah secara

19
o Tidak menggunakan verbal yang dapat diterima orang
kata-kata kasar. lain. Tidak membuat
o Prilaku tidak agresif. orang lain
tersinggung berarti
6.1.3. Ingatkan klien untuk tidak menambah
berlatih terus cara konflik baru.
mengungkapkan marah secara
konstruktif.

Dgn berlatih terus


maka akan terpola
dalam perilakunya.

7.Keluarga dapat memiliki 7.1. Setelah satu kali 7.1.1. Anjurkan keluarga untuk Kemampuan
sikap yg mendukung atas pertemuan dgn keluarga dpt mengidentifikasi sikap-sikap keluarga dalam
keadaan perkembangan mengidentifi-kasi sikap-sikap yang telah dilakukan terhadap mengidentifikasi
kesehatan klien yang membuat klien marah. klien selama ini. sikap, me-
mungkinkan
keluarga mampu
melakukan penilaian
terhadap perlakuan
7.1.2. Beri kesempatan pada yang membuat klien
keluarga untuk menilai sikap marah.
yang telah dilakukan terhadap
klien selama ini.
Penilaian terhadap
sikap sendiri akan
meningkatkan
kesadaran keluarga.
2 ..Gangguan hubungan sosial Tupan :
menarik diri Klien dapat berinteraksi
dengan orang lain.

Tupen :
1.Klien dapat 1.1. Setelah 4x pertemuan klien 1.1.1. Bina hubungan saling Terbukanya
mengungkapkan perasaan mau menceritakan perasaan perca-ya : hubungan saling
dan persepsinya dengan dan persepsinya secara o Tepati janji. percaya antara klien
rasa aman. spontan. dan perawat akan

20
o Jelaskan tujuan intrvensi. mempermudah klien
o Berlaku konsisten. untuk
o Perilaku bersahabat. mengungkapkan
o Empaty. perasaannya.

1.1.2. Pelihara ketenangan ling-


kungan , suasana hangat dan ber-
sahabat. Suasana lingkungan
tenang dan hangat ,
bersahabat akan
1.2. Ekspresi wajah klien 1.2.1. Dorong dan beri mendukung dalan
tampak tenang. kesempatan pada klien untuk komunikasi
mengungkapkan perasaannya terapeutik.
(menggunakan perta-nyaan
terbuka) Dengan pertanyaan
terbuka memberikan
1.1.2. Dengarkan klien dengan kesempatan pd klien
penuh rasa empaty. untuk
mengekspresikan
perasaannya.

Akan meningkatkan
hubungan saling
percaya.

2.Klien mengenal curiganya. 2.1. Setelah 5 - 7 X pertemuan 2.1.1. Adakan kontak yang Untuk menstimulus
klien dapat mengenal perasaan sering dan singkat hal-hal yang
curiganya. konstruktif dan
menghin-darkan
2.1.2. Terima perasaan curiga persaan curiga
sebagai hal yang nyata bagi klien
tetapi tidak nyata bagi perawat. Menghargai
pendapat klien dan
menjelaskan apa
yang dirasakan dan
dilihat, diharap-kan
hubungan saling
percaya tetap terbina

21
dan klien tidak
terlena dengan
kecurigaanya.

2.2. Klien dapat 2.2.1. Diskusikan dengan klien Mengetahui


mengungkapkan situasi apa tentang perasaan curiga. penyebab terjadi-nya
yang membuat klien curiga curiga, sebagai
setelah 5-7x pertemuan. bahan untuk
intervensi
selanjutnya.
2.3. Klien dapat menyampaika 2.3.1. Tanyakan pada klien, Menigkatkan kerja
n pada perawat saat terjadinya dalam keadaan bagaimana curiga sama klien dan
curiga. itu timbul. perawat dalam
mengatasi curiganya.

3. Klien dapat mengontrol 3.1. Setelah 5-7 kali pertemuan 3.1.1. Tingkatkan respon klien Meningkatkan kerja
curiganya. meningkatkan perhatian klien pd realita ; misalnya ajak klien sama perawat- klien
pd rangsangan realita. untuk berinteraksi diyakinkan utk mengontrol
bahwa ling-kungannya tidak curiganya dan
mendukung tim-bulnya curiga. lingkungan
terapeutik akan
mengurangi perasaan
curiga klien.
3.2. Klien dapat mengerjakan 3.2.1. Dorong klien untuk Dgn kegiatan sehari-
aktivitas sehari-hari dan melakukan aktivitas sehari-hari hari fokus curiganya
aktivitas yang disenangi. dan aktivitas yang disenangi. akan ber-kurang.

3.2.2. Puji klien apabila klien Reinforcement


sudah mau ikut melakukan positif sangat-lah
kegiatan sehari-hari. penting dalam dalam
meningkatkan
kepercayaan klien.
3.3. Klien dapat memulai dan 3.31. Perkenalkan klien dgn
mempertahankan hubungan klien lain dan mengikutsertakan Apabila klien sudah
dgn orang lain. dalam kegiatan bersama seperti bisa berinteraksi dan
makan, memelihara kebersihan. mengenal
lingkungan yang
tidak mem-buatnya

22
menjadi curiga, klien
3.3.2. Berikan stimulus yang akan terhindar dari
konstruktif bahwa lingkungan perasaan curiga.
cu-kup bersahabat.
Hal ini akan
mengurangi ke-
3.3.3. Dorong klien untuk ber- curigaan klien yang
komunikasi dengan lingkungan sudah terpola.
secara bertahap.

Secara bertahap
3.3.4. Lakukan terapi aktifitas disesuaikan dgn
kelompok yg bertujuan untuk kemampuan interaksi
membina hubungan sosial dan klien.
interaksi dgn lingkungan.

Terapi aktivitas
kelompok dgn
sosialisasi sangat
berarti sekali untuk
klien yg menarik
diri.

4. Keluarga dapat berperan 4.1. Setelah satu kali home 4.1.1. Diskusi dgn keluarga Dengan
dalam mengontrol perasaan visit keluarga dapat : tentang ; meningkatkan
curiga klien. o Menjelaskan proses o Kecurigaan yang terjadi penge-tahuan
terjadinya curiga. pada klien. keluarga tentang
o Tanda-tanda curiga. o Tanda-tanda curiga. gangguan
o Cara mengontrol curiga. o Cara mengontrol supaya berhubungan curi-ga
tidak terjadi curiga. yang terjadi pada
klien akan
membantu keluarga
4.2. Keluarga dapat membantu 4.2.1. Berikan motivasi keluarga dalam memberi
menurunkan perasaan curiga agar bersikap empati dan perawatan kepada
klien. bersahabat serta tidak membuat klien baik di rumah
klien tambah curiga. atau di rumah sakit.

Dukungan keluarga

23
5. Klien dapat mengikuti 5.1. Kolaborasi; pemberian 5.1.1. Menjelaskan kepada klien sangat dibutuhkan
program pengobatan. obat psikofarma. tujuan pengobatan. sekali pd klien
o Awasi klien apakah obat gangguan
dima-kan. berhubungan dgn
o Jelaskan kepada klien perilaku curiga.
tentang reaksi obat.
o Perhatikan prinsip 5 benar Hal ini dilakukan
pada pemberian obat. untuk meng-hindari
o Observasi reaksi setelah kecurigaan klien.
pem-berian obat. Dengan perhatian
perawat dalam
pengobatan maka
terapi akan lebih
tepat guna dan
efektif sesuai
sasaran.

3 koping yang tidak Tupan :


efektif. Setelah dilakukan asuhan
berhubungan dengan kepe rawatan klien dapat
persepsi yang salah menggunakan koping yang
terhadap penyakit sesuai dengan dirinya.
1.1. Klien dapat menerima kon 1.1.1.Bina hubungan saling per- Hubungan saling
Tupen : disinya, setelah dilakukan caya: percaya dapat
1.Klien dapat asu han keperawatan. o Menyebutkan nama memberikan rasa
mengekspresikan perasaan perawat. Dab memanggil aman sehingga
dan persepsi terha dap kondisi nama klien yang disukainya. hubungan akan
tubuhnya. o Menerima respon klien apa terjalin akrab.
adanya.
o Bicara terbuka dan jujur kpd
klien.
o Tepati janji / kontrak yang

24
pernah dibuat bersama.
o Beri kesempatan klien utk
mengekspresikan perasaan
nya.
1.2.Ekspresi wajah klien
tenang saat 1.2.1.Pelihara ketenangan ling-
mengekspresikan pera-saan kungan suasana yg hangat
dan perepsinya. dan bersahabat. Lingkungan yang
1.2.2. Gunakan komunikasi ver bersahabat menarik
bal yang jelas dan langsung. minat untuk
1.2.3. Dorong dan beri kesem berinteraksi.
patan klien untuk mengung
kapkan perasaan nya. Komunikasi verbal
1.2.4.Mendengarkan klien dgn jelas dan langsung
rasa empaty mudah utk
dimengerti.
2.1.1.Diskusikan hal-hal apa saja
2.1. Klien dapat yang dapat klien lakukan Respon positif dan
mengidentifikasi aspek dengan memberikan panda ada keter-bukaan
2.Klien mampu melihat positif yang ada pada ngan bahwa masih banyak hal akan menarik minat
aspek-aspek yang positif yang dirinya. yang positif pada diri klien klien untuk
ada pada dirinya. dan perawat hanya mengarah menyampaikan
kan dan lebih banyak menjadi perasaan-nya.
pendengar
2.1.2.Bantu klien untuk meng-
evaluasi diri dan melihat Untuk
aspek positif yang ada pada mengembangkan
diri klien. kemam-puan klien
dlm mengatasi
2.2.1.Bantu klien untuk melihat masalah yang
kembali keberhasilan yang dihadapi.
2.2.Klien dapat menjelaskan pernah dicapai.
keberhasilan - keberhasilan
yg pernah dialaminya. 2.2.2.Beri reinforcement positif
atas hal-hal yang telah
dikemukakan klien.
Bila klien dapat
melihat bahwa punya

25
banyak kemampuan
3.1.1.Gali perasaan klien atau pada dirinya, maka
3.Klien mampu mengevaluasi 3.1.Klien dapat menceritakan minta pendapat klien ttg akan timbul perasaan
masalah untuk dijadikan pela- masa lalunya yang masalah yg menyebabkan berharga.
jaran dimasa sekarang. traumatik. klien sakit.
3.1.2.Anjurkan untuk menceri Klien menyadari
takan faktor - faktor lain yg memiliki ke-
menyebabkan klien gagal mampuan, akan
dalam merawat dirinya termotivasi utk
mempertahankan dan
3.2.1.Anjurkan klien untuk mengem-bangkan.
c.2. Klien dapat menyusun ren- menulis rencana agar penga Penghargaan akan
cana agar kejadian kejadian laman pahit tidak terulang meningkat-kan
yang membuat klien cacat kembali. motivasi untuk
tidak terulang kembali. melakukan hal yang
3.3.1.Kaji koping yang sama.
c.3.Klien dapat memilih koping digunakan klien dalam
yang baik dalam mengatasi mengatasi ma-salah
masalah yang dialaminya. 3.3.2.Beri alternatif yang dapat Untuk mengetahui
dilakukan dalam menghadapi pandangan klien
masalah yang menyedihkan. tentang masalahnya.
3.3.3.Gali sumber yang ada pada
keluarga yg dapat membantu Membantu klien
menyelesaikan masalah klien. untuk dapat
.3.4.Beri pujian pada klien bila mengevaluasi diri
memilih koping yg dan dapat menyadari
konstruktif. kelemahannya.

Memiliki rencana
akan membuat klien
bersemangat dalam
men-capainya.

Dengan mengetahui
masalah dengan jelas
dpt merencanakan

26
alternatif koping
yang digunakan.

4. Potensial Halusinasi peri-laku Klien tidak mengalami


menarik diri. halusinasi.
Tupen :
1. Klien dapat 1.1. Sesudah 2 kali pertemuan, 1.1.1 Bina hubungan saling Dengan terbinanya
membina hubungan saling klien dapat berinteraksi dengan percaya : hubungan saling
percaya. perawat. o sapa klien dengan ramah percaya dan berfokus
o Klien mau membalas baik verbal maupun non pada hal-hal yang
sapaan perawat. verbal, disukai klien,
o Klien mau berkomunikasi o Perkenalkan diri klien diharapkan klien
dengan perawat. dengan menyebut nama merasa bahwa
nama secara jelas. peawat

27
o Jelaskan maksud dan tujuan memperhatikan, dan
pertemuan. klien mau terbuka
o Buat kontrak dan tepati janji sehingga
o Selalu kontak mata selama memudahkan
interaksi intervensi
o Tunjukkan sikap empati dan
penuh perhatian pada klien
o Terima klien apa adanya.
o Mulai interaksi dengan hal
yang disukai klien

1.1.2 Kontrol penampilan Sikap perawat yang


perawat tidak tepat dapat
- selalu siap bila dibutuhkan menimbulkan rasa
klien tidak berharga pda
- Jawab pertanyaan klien secara klien dan merusak
jujur hubungan saling
-perhatikan perilaku yang sesuai percaya.
oleh semua tim kep.
seperti;sama-sama menggunakan
komunikasi trapeutik dlm
mendenkati klien.
- hindari pola komunikasi yang
memaksa, bersikap rahasia di
dekat klien, sikap tidak
menghargai klien.

2. Klien dapat mengenal 2.1 Klien akan 2.1.1 Dorong klien untuk Dengan
perasaan yang menyebabkan mengekspresikan perasaannya mengungkapkan perasaannya mengungkapkan
perilaku menarik diri dari setelah pertemuan 2 kali. 2.1.2 Gunakan tehnik perasaannya berarti
lingkungan sosial. komunikasi terapeutik . klien dapat
2.1.3 Bersama-sama klien mengungkapkan
mengidentifikasi kerugian jika masalahnya sehingga
klien tidak berhubungan dengan klien mau
orang lain. /termotivasi untuk
2.1.4 Beri reinforcement positif mengidentifikasi
atas kemampuan klien kerugiannya jika

28
mengungkapkan perasaannya tidak berhubungan
dengan orang lain,
dan akan
meningkatkan harga
diri klien.
2.2 Klien akan menyatakan 2.2.1 Dorong klien Perasaan puas
kepuasannya atas hubungan mengungkapkan perasaanya terhadap hubungan
dengan perawat sesudah 2 kali terhadap hubungan dengan /interaksi dengan
pertemuan. perawat. perawat memotivasi
kli en untuk
melanjutkan tahap
interaksi

3. Klien menunjukkan Setelah 5 kali pertemuan klien Secara bertahap libatkan klien Dengan
penurunan perilaku menarik dapat berhubungan dengan dalam kelompok, misalnya mengikutsertakan
diri perawat dan klien lain yang ada menghadirkan 1 - 2 orang satu atau dua
di ruangan dengan klien lain dalam perawat,
berkomunikasi. memungkinkan klien
berkomunikasi
Usahakan pesan verbal dan non secara bertahap.
verbal secara singkat, jelas dan
konsisten selama komunikasi Memudahkan klien
untuk memahami
Lakukan percakapan dan komunikasi yang
interaksi secara singkat dan disampaikan.
sering

Beri reinforcement positif atas Menghindari


apa yang telah dicapai klien kejenuhan klien

Gunakan tehnik bermain peran


untuk membantu klien mengenal Meningkatkan harga
perasaan, pikiran, serta respon diri klien.
yang dialami dalam menghadapi
situasi berhubungan dengan
orang lain Bermain peran
merupakan salah
satu curahan atau

29
Motivasi klien untuk mengikuti ekspresi perasaan
aktivitas di ruangan; seseorang
membersihkan ruangan,
Setelah 6-8 kali pertemuan menyapu, mengepel,
klien dapat mengembangkan membersihkan kamar mandi
hubungan melalui;
Keikutsertaan dalam aktifitas Beri penjelasan tentang tindakan
di ruangan dan beri reinforcement positip
Keikutsertaan dalam kelompok atas keikutsertaan klien dalam Meningkatkan harga
terapi kelompok diri klien melalui
Inisiatip berinteraksi dengan pemenuhan
orang lain Beri penjelasan dari kebutuhan
keikutsertaan klien dalam berinteraksi dengan
kelompok dan diskusikan jadwal orang lain dan
harian yang dapat dilakukan menurunkan
untuk mengisi waktu luang kemungkinan
menarik diri
Anjurkan klien mengevaluasi
secara mandiri manfaat dari
berhubungan dengan orang lain.

Diskusikan dengan anggota


keluarga :
perilaku klien menarik diri
penyebab perilaku menarik diri Memperkembangkan
dan cara keluarga menghadapi hubungan dengan
klien yang menarik diri sesamanya dapat
berlanjut
4. Keluarga dapat Keluarga dapat menyebutkan
berpartisipasi diri dalam hal-hal yang harus dilakukan
perawatan klien selama klien di rawat di rumah
sakit Menjenguk klien minmal
satu kali seminggu Menggali perasaan
Ikut terlibat dalam perawatan klien setelah
dan pengobatan berhubungan dengan
orang lain

30
Pengetahuan
keluarga tentang
perilksku menarik
diri merupakan
bekal untuk
berpartisipasi dalam
perawatan klien

31
32
BAB III
PENUTUP

Konsep diri merupakan cara pandang individu terhadap dirinya secara utuh yang
meliputi fisik,emosional,intelektual,social dan spiritual. Konsep diri belum ada saat
lahir,tetapi berkembang secara bertahap.
Konsep diri merupakan hasil dari aktifitas pengeksplorasian dan pengalamanya
dengan tubuhnya sendiri.Konsep diri dipelajari melalui pengalaman pribadi setiap
individu,hubungan dengan orang lain dan interaksi dengan dunia luar dirinya.Konsep
diri berkembang terus mulai dari bayi hingga usia tua.Pengalaman dalam keluarga
merupakan dasar pembentukan konsep diri karena keluarga dapat memberikan
perasaan mampu dan tidak mampu, perasaan diterima atau ditolak dan dalam keluarga
individu mempunyai kesempatan untuk mengidentifikasikan dan meniru perilaku orang
lain yang diinginkanya serta merupakan pendorong yang kuat agar individu mencapai
tujuan yang sesuai atau pengharapan yhang pantas.
Seseorang dengan konsep diri yang positif dapat mengeksplorasi dunia secara
terbuka dan jujur karena latar belakang penerimaanya sukses, konsep diri yang positif
berasal dari pengalaman yang positif yang mengarah pada kemampuan pemahaman .
membina hubungan peribadi, mempunyai teman dan gampang bersahabat , mampu
berpikir dan membuat keputusan serta dapat beradaptasi dan menguasai lingkungan.
Konsep diri yang negative dapat dilihat dari hubungan individu dan social yang
maladaptive.

33
DAFTAR PUSTAKA
1. Stuart,Gail Wiscarz,1998,” Keperawatan jiwa “ Ed.3,EGC,Jakarta
2. Anna Keliat B.dkk,1998,” Proses Keperawatan Jiwa ,” EGC,Jakarta.
3. Doengoes M.E.,1999,” Rencana Asuhan Keperawatan “, EGC,Jakarta.

34

Anda mungkin juga menyukai