Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Glaukoma adalah penyakit mata dengan tanda: tekanan intra-okuler


meninggi, penyempitan lapangan pandang dan atrofi papil syaraf opticus
umunya terjadi pada usia di atas 40 tahun. Ada dua macam glaukoma:
primer dan sekunder, akibat dari penyakit mata yang lain. Perjalanan
proses glaukoma sudut tertutup lewat 4 stadia: Stadium prodromal,
stadium akut, stadium kronis, stadium absolut.

Stadium Prodromal: Stadium ini mempunyai ciri khas ialah terjadi


serangan (Attack), tekanan intra okuler mendadak meningkat, dengan
keluhan kemeng, visus turun, nrocos. Gambaran obyektif adanya tanda
kongestif (Ciliary Injection, edema cornea dan iris, kamar depan dangkal,
pupil melebar). Stadium akut: Bila stadium prodromal tidak dikelola
dengan baik, akan timbul stadium akut, keluhan subyektif dan gambaran
kongestif menetap, kadang-kadang disertai cephalgia dan mual.
Funduscopy terdapat Excavatio Glaukomatosa stadium ini termasuk
kedaruratan medis. Stadium kronis: Masih ada gambaran kongestif dengan
tambahan kelainan yang disebabkan oleh proses yang menetap lama, ialah
Keratopathia Bullosa dan Staphiloma Scelerae. Tekanan intra-okuler
sangat tinggi dan sulit diturunkan dengan obat. Stadium absolut: Terjadi
kebutaan (Ophthalmological Blind) dengan visus 0, tidak dapat
melihat/menerima rangsang cahaya. Visus tidak dapat direhabilitasi
dengan upaya apapun.

Upaya pencegahan kebutaan dan glaukoma harus dilakukan sedini


mungkin ialah pada stadium prodromal, dilakukan operasi iridectomy. Bila

1
terjadi perubahan (atrophy) pada papil syaraf optik, visus tidak lagi dapat
normal.

Glaukoma sudut lebar/terbuka dalam perjalanan proses penyakit ini


tidak pernah menimbulkan keluhan sakit yang mencolok, visus turun
pelan-pelan dan lapangan pandang menyempit. Oleh karena tidak sakit
umumnya penderita datang berobat terlambat, pada pemeriksaan
funduscopy sudah tampak terjadi Excavasio Glaukomatosa dan Atrophy
Papil Syaraf opticus. Pengelolaan penyakit ini lebih ditekankan pada
pemakaian obat anti glaukoma, operasi baru dilakukan bila tekanan-
intraokuler tinggi menetap tidak dapat turun dengan pemberian obat.
Pemakaian obat anti glaukoma dengan jangka panjang sering
menimbulkan keluhan dan efek samping obat. Obat dapat dihentikan
sementara dan diganti dengan tindakan Laser Trabeculoplasty, obat
digunakan lagi setelah kira-kira dua bulan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep dari glaukoma?

2. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien glaukoma?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui konsep glaukoma

2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien glaukoma

1.4 Manfaat Penulisan

1. Untuk penulis, makalah ini dapat digunakan sebagai pedoman atau bahan
referensi untuk memahami konsep glaukoma.
2. Untuk pembaca, makalah ini diharapkan dapat digunakan sebagai
penambah wawasan dan pengetahuan terfokus pada asuhan keperawatan
pasien dengan glaukoma.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik
berupa peninggian tekanan bola mata, penggaungan papil saraf optik
dengan defek lapang pandangan mata (Sidarta Ilyas, 2000).
Glaukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan
peningkatan tekanan intraokuler ( Long Barbara, 1996).
Jadi, Glaukoma adalah kelompok penyakit mata yang disebabkan oleh
tingginya tekanan bola mata sehingga menyebabkan rusaknya saraf optik
yang membentuk bagian-bagian retina retina dibelakang bola mata. Saraf
optik menyambung jaringan-jaringan penerima cahaya (retina) dengan
bagian dari otak yang memproses informasi pengelihatan.

2.2 Etiologi
Penyakit yang ditandai dengan peninggian tekanan intraokuler ini
disebabkan oleh :
1. Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan ciliary
2. Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau
di celah pupil
Secara umum, penyebab glaucoma terdiri dari :
1. Primer
a) Akut : Dapat disebabkan karena trauma.
b) Kronik : Dapat disebabkan karena keturunan dalam keluarga
(Diabetes mellitus, Arterisklerosis, Pemakaian kortikosteroid jangka
panjang, . Miopia tinggi dan progresif)
2. Sekunder
Disebabkan penyakit mata lain seperti : Katarak, Perubahan lensa,
Kelainan uvea, Pembedahan).

2.3 Manifestasi Klinik

3
1. Keluhan:
a. penglihatan kabur mendadak
b. nyeri hebat
c. mual
d. muntah
e. melihat halo (pelangi disekitar objek)
2. Pemeriksaan Fisik:
a. Visus sangat menurun
b. Mata merah
c. Kornea suram
d. Rincian iris tidak tampak
e. Pupil sedikit melebar, tidak bereaksi terhadap sinar
f. Diskus optikus terlihat merah dan bengkak
Yang mengkhawatirkan, glaukoma seringkali timbul tanpa gejala
sampai pada fase terakhir, kecuali glaukoma jenis akut (tekanan bola mata
tiba-tiba meninggi sehingga mata terasa sakit sekali). Karena itu deteksi
dini glaukoma sangat penting, konsultasikan ke dokter spesialis mata anda
mengenai glaukoma untuk pendeteksian dini.

Tabel Manifestasi Klinis Glaukoma :


Glaukoma primer
Glaukoma sudut Glaukoma sudut Glaukoma sekunderGlaukoma
terbuka tertutup congenital
a. Kerusakan visus a. Nyeri hebat didalama. Pembesaran bolaGangguan
yang serius. dan sekitar mata mata penglihatan
b. Lapang pandang b. Timbulnya halob. Gangguan lapang
mengecil dengan disekitar cahaya pandang
macam-macam c. Pandangan kabur c. Nyeri didalam
skotoma yang khas d. Sakit kepala mata
c. Perjalanan penyakit e. Mual, muntah
progresif lambat f. Kedinginan
g. Demam, bahkan
perasaan takut mati
mirip serangan angina

2.4 Klasifikasi
Glaukoma terbagi menjadi tipe primer, sekunder dan kongenital. Tipe
primer terbagi menjadi glaukoma sudut terbuka dan glaukoma sudut tertutup.
1. Glaukoma Primer

4
Glaukoma jenis ini merupakan bentuk yang paling sering terjadi,
struktur yang terlibat dalam sirkulasi dan atau reabsorbsi akuos humor
mengalami perubahan langsung.
a. Glaukoma Sudut Terbuka
Merupakan sebagian besar dari glaukoma ( 90-95% ) , yang
meliputi kedua mata. Timbulnya kejadian dan kelainan berkembang secara
lambat. Disebut sudut terbuka karena humor aqueousmempunyai pintu
terbuka ke jaringan trabekular. Pengaliran dihambat oleh perubahan
degeneratif jaringan rabekular, saluran schleem, dan saluran yg
berdekatan. Perubahan saraf optik juga dapat terjadi. Gejala awal biasanya
tidak ada, kelainan diagnose dengan peningkatan TIO dan sudut ruang
anterior normal. Peningkatan tekanan dapat dihubungkan dengan nyeri
mata yang timbul.
b. Glaukoma Sudut Tertutup
Disebut sudut tertutup karena ruang anterior secara anatomis
menyempit sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke jaringan
trabekular dan menghambat humor aqueous mengalir ke saluran schlemm.
Pergerakan iris ke depan dapat karena peningkatan tekanan vitreus,
penambahan cairan di ruang posterior atau lensa yang mengeras karena
usia tua. Gejala yang timbul dari penutupan yang tiba- tiba dan
meningkatnya TIO, dapat berupa nyeri mata yang berat, penglihatan yang
kabur dan terlihat hal. Penempelan iris menyebabkan dilatasi pupil, bila
tidak segera ditangani akan terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat.
Tanda dan gejala meliputi nyeri hebat di dalam dan sekitar mata.,
timbulnya halo di sekitar cahaya, pndangan kabur. Klien kadang
mengeluhkan keluhan umum seperti sakit kepala, mual, muntah,
kedinginan, demam. Peningkatan TIO menyebabkan nyeri yang melalui
saraf kornea menjalar ke pelipis, oksiput dan rahang melaui cabang-
cabang nervus trigeminus. Iritasi.
2. Glaukoma Sekunder
Glaukoma sekunder adalah glaucoma yang terjadi akibat penyakit
mata lain yang menyebabkan penyempitan sudut atau peningkatan volume

5
cairan di dalam mata. Kondisi ini secara tidak langsung mengganggu
aktivitas struktur yang terlibat dalam sirkulasi dan atau reabsorbsi akueos
humor. Gangguan ini terjadi akibat:
a. Perubahan lensa, dislokasi lensa , terlepasnya kapsul lensa pada katarak
b. Perubahan uvea, uveitis, neovaskularisasi iris, melanoma dari jaringan uvea
c. Trauma, robeknya kornea/limbus diserai prolaps iris
Dapat terjadi dari peradangan mata , perubahan pembuluh darah dan
trauma. Dapat mirip dengan sudut terbuka atau tertutup tergantung pada
penyebab
a. Perubahan lensa
b. Kelainan uvea
c. Trauma
d. Bedah
3. Glaukoma Congenital
Glaukoma ini terjadi akibat kegagalan jaringan mesodermal
memfungsikan trabekular. Kondisi ini disebabkan oleh ciri autosom resesif
dan biasanya bilateral.
a. Primer atau infantil
b. Menyertai kelainan kongenital lainnya
4. Glaukoma Absolut
Merupakan stadium akhir glaukoma ( sempit/ terbuka) dimana
sudah terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan
gangguan fungsi lanjut .Pada glaukoma absolut kornea terlihat keruh, bilik
mata dangkal, papil atrofi dengan eksvasi glaukomatosa, mata keras
seperti batu dan dengan rasa sakit.sering mata dengan buta ini
mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan
penyulit berupa neovaskulisasi pada iris, keadaan ini memberikan rasa
sakit sekali akibat timbulnya glaukoma hemoragik.
Pengobatan glaukoma absolut dapat dengan memberikan sinar beta
pada badan siliar, alkohol retrobulber atau melakukan pengangkatan bola
mata karena mata telah tidak berfungsi dan memberikan rasa sakit.
Berdasarkan lamanya :
1. Glaukoma Akut
a. Definisi

6
Glaukoma akut adalah penyakit mata yang disebabkan oleh tekanan
intraokuler yang meningkat mendadak sangat tinggi.
b. Etiologi
Dapat terjadi primer, yaitu timbul pada mata yang memiliki bakat bawaan
berupa sudut bilik mata depan yang sempit pada kedua mata, atau secara
sekunder sebagai akibat penyakit mata lain. Yang paling banyak dijumpai
adalah bentuk primer, menyerang pasien usia 40 tahun atau lebih.
c. Faktor Predisposisi
Pada bentuk primer, faktor predisposisinya berupa pemakaian obat-obatan
midriatik, berdiam lama di tempat gelap, dan gangguan emosional. Bentuk
sekunder sering disebabkan hifema, luksasi/subluksasi lensa, katarak
intumesen atau katarak hipermatur, uveitis dengan suklusio/oklusio pupil
dan iris bombe, atau pasca pembedahan intraokuler.
d. Manifestasi klinik
1) Mata terasa sangat sakit. Rasa sakit ini mengenai sekitar mata dan
daerah belakang kepala .
2) Akibat rasa sakit yang berat terdapat gejala gastrointestinal berupa
mual dan muntah , kadang-kadang dapat mengaburkan gejala
glaukoma akut.
3) Tajam penglihatan sangat menurun.
4) Terdapat halo atau pelangi di sekitar lampu yang dilihat.
5) Konjungtiva bulbi kemotik atau edema dengan injeksi siliar.
6) Edema kornea berat sehingga kornea terlihat keruh.
7) Bilik mata depan sangat dangkal dengan efek tyndal yang positif,
akibat timbulnya reaksi radang uvea.
8) Pupil lebar dengan reaksi terhadap sinar yang lambat.
9) Pemeriksaan funduskopi sukar dilakukan karena terdapat kekeruhan
media penglihatan.
10) Tekanan bola mata sangat tinggi.
11) Tekanan bola mata antara dua serangan dapat sangat normal.
e. Pemeriksaan Penunjang
Pengukuran dengan tonometri Schiotz menunjukkan peningkatan
tekanan. Perimetri, Gonioskopi, dan Tonografi dilakukan setelah edema kornea
menghilang.
f. Penatalaksanaan
Penderita dirawat dan dipersiapkan untuk operasi. Dievaluasi tekanan
intraokuler (TIO) dan keadaan mata. Bila TIO tetap tidak turun, lakukan
operasi segera. Sebelumnya berikan infus manitol 20% 300-500 ml, 60

7
tetes/menit. Jenis operasi, iridektomi atau filtrasi, ditentukan berdasarkan hasil
pemeriksaab gonoskopi setelah pengobatan medikamentosa.

2. Glaukoma Kronik
a. Definisi
Glaukoma kronik adalah penyakit mata dengan gejala peningkatan
tekanan bola mata sehingga terjadi kerusakan anatomi dan fungsi mata
yang permanen.
b. Etiologi
Keturunan dalam keluarga, diabetes melitus, arteriosklerosis,
pemakaian kortikosteroid jangka panjang, miopia tinggi dan progresif.
c. Manifestasi klinik
Gejala-gejala terjadi akibat peningkatan tekanan bola mata. Penyakit
berkembang secara lambat namun pasti. Penampilan bola mata seperti
normal dan sebagian tidak mempunyai keluhan pada stadium dini. Pada
stadium lanjut keluhannya berupa pasien sering menabrak karena
pandangan gelap, lebih kabur, lapang pandang sempit, hingga kebutaan
permanen.
d. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan tekanan bola mata dengan palpasi dan tonometri
menunjukkan peningkatan. Nilai dianggap abnormal 21-25 mmHg dan
dianggap patologik diatas 25 mmHg. Pada funduskopi ditemukan
cekungan papil menjadi lebih lebar dan dalam, dinding cekungan
bergaung, warna memucat, dan terdapat perdarahan papil. Pemeriksaan
lapang pandang menunjukkan lapang pandang menyempit, depresi bagian
nasal, tangga Ronne, atau skotoma busur.
e. Penatalaksanaan
Pasien diminta datang teratur 6 bulan sekali, dinilai tekanan bola
mata dan lapang pandang. Bila lapang pandang semakin
memburuk,meskipun hasil pengukuran tekanan bola mata dalam batas
normal, terapi ditingkatkan. Dianjurkan berolahraga dan minum harus
sedikit-sedikit.

2.5 Patofisiologi

8
Tekanan Intra Okuler ditentukan oleh kecepatan produksi akues
humor dan aliran keluar akues humor dari mata. TIO normal 10 – 21
mmHg dan dipertahankan selama terdapat keseimbangan antara produksi
dan aliran akueos humor. Akueos humor di produksi didalam badan silier
dan mengalir ke luar melalui kanal schlemm ke dalam sistem vena.
Ketidakseimbangan dapat terjadi akibat produksi berlebih badan silier atau
oleh peningkatan hambatan abnormal terhadap aliran keluar akueos
melalui camera oculi anterior (COA). Peningkatan tekanan intraokuler >
23 mmHg memerlukan evaluasi yang seksama. Iskemia menyebabkan
struktur ini kehilangan fungsinya secara bertahap. Kerusakan jaringan
biasanya dimulai dari perifer dan bergerak menuju fovea sentralis.
Kerusakan visus dan kerusakan saraf optik dan retina adalah ireversibel
dan hal ini bersifat permanen tanpa penanganan, glaukoma dapat
menyebabkan kebutaan. Hilangnya penglihatan ditandai dengan adanya
titik buta pada lapang pandang.

2.6 Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik


(1) Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan
sentral penglihatan) : Mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa,
aquous atau vitreus humor, kesalahan refraksi, atau penyakit syaraf atau
penglihatan ke retina atau jalan optik.
(2) Lapang penglihatan : Penurunan mungkin disebabkan CSV, massa tumor
pada hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral atau glaukoma.
(3) Tes Provokatif :digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO
normal atau hanya meningkat ringan.
(4) Darah lengkap, LED :Menunjukkan anemia sistemik/infeksi
(5) EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: Memastikan
aterosklerosisi,PAK
(6) Tes Toleransi Glukosa :menentukan adanya DM.
(7) Oftalmoskopi : Untuk melihat fundus bagian mata dalam yaitu retina, discus
optikus macula dan pembuluh darah retina.
(8) Tonometri : Adalah alat untuk mengukurtekanan intra okuler, nilai
mencurigakan apabila berkisar antara 21-25 mmhg dan dianggap patologi
bila melebihi 25 mmhg. (normal 12-25 mmHg). Tonometri dibedakan

9
menjadi dua antara lain (Sidharta Ilyas, 2004) : Membantu membedakan
sudut terbuka dari sudut tertutup glaukoma.
(9) Pemeriksaan lampu-slit. : Lampu-slit digunakan unutk mengevaluasi
oftalmik yaitu memperbesar kornea, sclera dan kornea inferior sehingga
memberikan pandangan oblik kedalam tuberkulum dengan lensa khusus.
(10) Perimetri : Kerusakan nervus optikus memberikan gangguan lapang
pandangan yang khas pada glaukoma. Secara sederhana, lapang pandangan
dapat diperiksa dengan tes konfrontasi.
(11) Pemeriksaan Ultrasonografi: Ultrasonografi dalai gelombang suara yang
dapat digunakan untuk mengukur dimensi dan struktur okuler.
2.7 Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
1. Terapi medikamentosa
Tujuannya adalah menurunkan TIO (Tekanan Intra Okuler) terutama
dengan mengguakan obat sistemik (obat yang mempengaruhi tubuh
a. Obat Sistemik
1) Asetazolamida, obat yang menghambat enzim karbonik anhidrase yang
akan mengakibatkan diuresis dan menurunkan sekresi cairan mata
sebanyak 60%, menurunkan tekanan bola mata. Pada permulaan
pemberian akan terjadi hipokalemia sementara. Dapat memberikan
efek samping hilangnya kalium tubuh parastesi, anoreksia, diarea,
hipokalemia, batu ginjal dan myopia sementara.
2) Agen hiperosmotik. Macam obat yang tersedia dalam bentuk obat
minum adalah glycerol dan isosorbide sedangkan dalam bentuk
intravena adalah manitol. Obat ini diberikan jika TIO sangat tinggi
atau ketika acetazolamide sudah tidak efektif lagi.
b. Obat Tetes Mata Lokal
1) Penyekat beta. Macam obat yang tersedia adalah timolol, betaxolol,
levobunolol, carteolol, dan metipranolol. Digunakan 2x sehari, berguna
untuk menurunkan TIO.
2) Steroid (prednison). Digunakan 4x sehari, berguna sebagai
dekongestan mata. Diberikan sekitar 30-40 menit setelah terapi
sistemik.
2. Terapi Bedah

10
Iridektomi perifer. Digunakan untuk membuat saluran dari bilik mata
belakang dan depan karena telah terdapat hambatan dalam pengaliran humor
akueus. Hal ini hanya dapat dilakukan jika sudut yang tertutup sebanyak 50%.
a. Trabekulotomi (Bedah drainase). Dilakukan jika sudut yang tertutup lebih
dari 50% atau gagal dengan iridektomi.

2.8 Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Glaukoma

1. Pengkajian
a. Identitas klien, meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat,
agama.
b. Keluhan utama , meliputi apa yang menjadi alasan utama klien masuk ke
RS. Biasanya klien akan mengeluhkan nyeri di sekitar atau di dalam bola
mata.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang : meliputi apa-apa saja gejala yang dialami
klien saat ini sehingga menganggu aktivitas klien itu sendiri.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu : meliputi penyakit apa saja yang pernah
dialami klien sebelumnya, baik itu yang berhubungan dengan penyakit
yang dideritanya ataupun tidak.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga : meliputi riwayat penyakit yang pernah
dialami anggota keluarga.
f. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan oftalmoskop
untuk mengetahui adanya cupping dan atrofi diskus optikus. Diskus
optikus menjadi lebih luas dan lebih dalam. Pada glaucoma akut primer,
kamera anterior dangkal, akues humor keruh dan pembuluh darah menjalar
keluar dari iris.
Pemeriksaan lapang pandang perifer, pada keadaan akut lapang
pandang cepat menurun secara signifikan dan keadaan kronik akan
menurun secara bertahap.
Pemeriksaan fisik melalui inspeksi untuk mengetahui adanya
inflamasi mata, sklera kemerahan, kornea keruh, dilatasi pupil sedang
yang gagal bereaksi terhadap cahaya. Sedangkan dengan palpasi untuk

11
memeriksa mata yang mengalami peningkatan TIO, terasa lebih keras
dibanding mata yang lain.
Uji diagnostik menggunakan tonometri, pada keadaan kronik atau
open angle didapat nilai 22-32 mmHg, sedangkan keadaan akut atau angle
closure ≥ 30 mmHg. Uji dengan menggunakan gonioskopi akan didapat
sudut normal pada glaukoma kronik. Pada stadium lanjut, jika telah timbul
goniosinekia (perlengketan pinggir iris pada kornea/trabekula) maka sudut
dapat tertutup. Pada glaukoma akut ketika TIO meningkat, sudut COA
akan tertutup, sedang pada waktu TIO normal sudutnya sempit.
2. Pengkajian Pola Fungsional Gordon
1). Pola Persepsi Dan Manajemen Kesehatan
a. Persepsi terhadap penyakit ; tanyakan bagaimana persepsi klien
menjaga kesehatannya. Bagaimana klien memandang penyakit
glaukoma, bagaimana kepatuhannya terhadap pengobatan.
b. Perlu ditanyakan pada klien, apakah klien mempunyai riwayat keluarga
dengan penyakit DM, hipertensi, dan gangguan sistem vaskuler, serta
riwayat stress, alergi, gangguan vasomotor, dan pernah terpancar
radiasi.
2) Pola Nutrisi/Metabolisme
a. Tanyakan menu makan pagi, siang dan malam
b. Tanyakan berapa gelas air yang diminum dalam sehari
c. Tanyakan bagaimana proses penyembuhan luka ( cepat / lambat )
d. Bagaimana nafsu makan klien
e. Tanyakan apakah ada kesulitan dan keluhan yang mempengaruhi makan
dan nafsu makan
f. Tanyakan juga apakah ada penurunan BB dalam 6 bulan terakhir
g. Biasanya pada klien yang mengalami glaukoma klien akan
mengeluhkan mual muntah
3) Pola Eliminasi
a. Kaji kebiasaan defekasi
b. Berapa kali defekasi dalam sehari, jumlah, konsistensi, bau, warna dan
karekteristik BAB
c. Kaji kebiasaan miksi
d. Berapa kali miksi dalam sehari, jumlah, warna, dan apakah ada ada
kesulitan/nyeri ketika miksi serta apakah menggunakan alat bantu untuk
miksi

12
e. Klien dengan glaukoma, biasanya tidak memiliki gangguan pada pola
eliminasi, kecuali pada pasien yang mempunyai penyakit glukoma tipe
sekunder (DM, hipertensi).
4) Pola Aktivitas/Latihan
a. Menggambarkan pola aktivitass dan latihan, fungsi pernafasan dan
sirkulasi
b. Tanyakan bagaimana kegiatan sehari-hari dan olahraga (gunakan table
gorden)
c. Aktivitas apa saja yang dilakukan klien di waktu senggang
d. Kaji apakah klien mengalami kesulitan dalam bernafas, lemah, batuk,
nyeri dada. Data bisa didapatkan dengan mewawancara klien langsung
atau keluarganya ( perhatikan respon verbal dan non verbal klien )
e. Kaji kekuatan tonus otot
f. Penyakit glaukoma biasanya akan mengganggu aktivitas klien sehari-
hari. Karena, klien mengalami mata kabur dan sakit ketika terkena
cahaya matahari.
5) Pola Istirahat Tidur
a. Tanyakan berapa lama tidur di malam hari, apakah tidur efektif
b. Tanyakan juga apakah klien punya kebiasaan sebelum tidur
c. Penyakit glaukoma biasanya akan mengganggu pola tidur dan istirahat
klien sehari-hari karena klien mengalami sakit kepala dan nyeri hebat
sehingga pola tidur klien tidak normal.
6) Pola Kognitif-Persepsi
a. Menggambarkan pola pendengaran, penglihatan, pengecap, penciuman.
Persepsi nyeri, bahasa dan memori
b. Status mental
c. Bicara : apakah klien bisa bicara dengan normal/ tak jelas/gugup
d. Kemampuan berkomunikasi dan kemampuan memahami serta
keterampilan interaksi
e. Kaji juga anxietas klien terkait penyakitnya dan derajatnya
f. Pendengaran : DBN / tidak
g. Peglihatan : DBN / tidak
h. Apakah ada nyeri : akut/ kronik. Tanyakan lokasi nyeri dan intensitas
nyeri
i. Bagaimana penatalaksaan nyeri, apa yang dilakukan klien untuk
mengurangi nyeri saat nyeri terjadi
j. Apakah klien mengalami insensitivitass terhadap panas/dingin/nyeri
k. Klien dengan glaukoma pasti mengalami gangguan pada indera
penglihatan. Pola pikir klien juga terganggu tapi masih dalam tahap
yang biasa.

13
7) Pola Persepsi Diri-Konsep Diri
a. Menggambarkan sikap terhadap diri dan persepsi terhadap kemampuan,
harga diri, gambaran diri dan perasaan terhadap diri sendiri
b. Kaji bagaimana klien menggambar dirinya sendiri, apakah ada hal yang
membuaatnya mengubah gambaran terhadap diri
c. Tanyakan apa hal yang paling sering menjadi pikiran klien, apakah
klien sering merasa marah, cemas, depresi, takut, suruh klien
menggambarkannya.
d. Pada klien dengan glaukoma, biasanya terjadi gangguan pada konsep
diri karena mata klien mengalami gangguan sehingga kemungkinan
klien tidak PD dalam kesehariannya. Tapi, pada kasus klien tidak
mengalami gangguan pada persepsi dan konsep diri.
8) Pola Peran Hubungan
a. Menggambarkan keefektifan hubungan dan peran dengan keluarga
lainnya.
b. Tanyakan pekerjaan dan status pekerjaan klien
c. Tanyakan juga system pendukung misalnya istri,suami, anak maupun
cucu dll
d. Tanyakan bagaimana keadaan keuangan sejak klien sakit.
e. Bagaimana dalam pengambilan keputusan dan penyelesaian konflik
f. Tanyakan juga apakah klien aktif dalam kegiatan social
g. Klien dengan glaukoma biasanya akan sedikit terganggu dalam
berhubungan dengan orang lain ketika ada gangguan pada matanya yang
mengakibatkan klien malu berhubungan de ngan orang lain.
h. Biasanya klien dengan glaukoma akan sedikit mengalami gangguan
dalam melakukan perannya
9) Pola Koping-Toleransi Stress
a. Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress dan menggunakan
system pendukung
b. Tanyakan apakah ada perubahan besar dalam kehidupan dalam beberapa
bulan terakhir
c. Tanyakan apa yang dilakukan klien dalam menghadapi masalah yang
dihadapi, apakah efektif?
d. Apakah klien suka berbagi maslah/curhat pada keluarga / orang lain
e. Tanyakan apakah klien termasuk orang yang santai atau mudah panik
f. Tanyakan juga apakah klien ada menggunakan obat dalam menghadapi
stress

14
g. Biasanya klien dengan glaukoma akan sedikit stress dengan penyakit
yang dideritanya karena ini berkaitan dengan konsep dirinya dimana
klien mengalami penyakit yang mengganggu organ penglihatannya.
10) Pola Reproduksi/ Seksualitas
a. Bagaimana kehidupan seksual klien, apakah aktif/pasif
b. Jika klien wanita kaji siklus menstruasinya
c. Tanyakan apakah ada kesulitan saat melakukan hubungan intim
berhubungan penyakitnya, misalnya klien merasa sesak nafas atau
batuk hebat saat melakukan hubungan intim
d. Biasanya klien tidak terlalu mengalami gangguan dengan pola
reproduksi seksualitas. Akan tetapi, pencurahan kasih sayang dalam
keluarga akan terganggu ketika anggota keluarga tidak menerima salah
seorang dari mereka yang mengalami penyakit mata.
11) Pola Keyakinan-Nilai
a. Menggambarkan spiritualitas, nilai, system kepercayaan dan tujuan
dalam hidup
b. Kaji tujuan, cita-cita dan rencana klien pada masa yang akan datang.
c. Apakah agama ikut berpengaruh, apakah agama merupakan hal penting
dalam hidup
d. Klien akan mengalami gangguan ketika menjalankan aktivitas ibadah
sehari-hari karena klien mengalami sakit mata dan sakit kepala yang
akan mengganggu ibadahnya.
3. Diagnosa Keperawatan
NANDA NOC NIC
Nyeri Akut Tingkat kenyamanan Manajemen nyeri
Batasan Indikator: Intervensi:
karakteristik : a. Melaporkan keadaan fisik a. Lakukan penilaian nyeri secara
a. Perubahan membaik komprehensif dimulai dari
nafsu makan b. Melaporkan kepuasan lokasi, karakteristik,
b. Perubahan terhadap kontrol nyeri frekuensi, kualitas, intensitas,
dalam tekanan c. Menunjukkan kepuasan dan penyebab
darah terhadap kontrol nyeri b. Tentukan dampak nyeri
c. Perubahan Kontrol nyeri terhadap kehidupan sehari-
frekuensi Indikator: hari (tidur, nafsu makan)
denyut jantung a. Pasien mengetahui c. Tentukan tingkat kebutuhan
d. Perubahan serangan nyeri pasien yang dapat
frekuensi b. Pasien mengetahui memberikan kenyamanan
pernafasan gejala-gejala nyeri pada pasien dan rencana
e. Masalah tidur c. Menggunakan keperawatan
f. Dilatasi pupil tindakan preventif d. Menyediakan informasi
tentang nyeri,
Nyeri efek disruptive contoh penyebab nyeri,

15
Indikator: bagaimana terjadinya,
a. Pasien melaporkan mengantisipasi
hilangnya gangguan ketidaknyamanan
tidur e. Menyediakan analgesik
b. Kehilangan nafsu yang dibutuhkandalam
makan mengatasi nyeri
f. Anjurkan untuk istirahat/
Tingka nyeri tidur yang adekuat untuk
Indikator: mengurangi nyeri
a. Keluhan nyeri g. Dorong pasien untuk
b. Ekspresi wajah mendiskusikan
terhadap nyeri pengalaman terhadap nyeri
h. Menyediakan informasi
yang adekuat
untuk meningkatkan
pengetahuan keluarga terhadap
nyeri
i. Menyertakan keluarga
dalam mengembangkan
metode mengatasai nyeri
j. Monitor kepuasan klien
terhadap manajemen Nyeri
yang diberikan dalam
interval yangditetapkan
Gangguan persepsi Kontrol Kecemasan: Peningkatan Komunikasi: Defisit
sensori: penglihatan Indicator: Penglihatan
Batasan karakteristik: a. Memantau intensitas a. Kenali diri sendiri
a. Berubahnya kecemasan ketika memasuki
ketajaman b. Menghilangkan pencetus ruang pasien
pancaindera kecemasan b. Menerima reaksi pasien
b. Berubahnya c. Menurunkan rangsang terhadap
ketajaman lingkunganketika cema rusaknya penglihatan
pancaindera d. Mencari informasi untuk c. Catat reaksi pasien
c. Berubahnya mengurangikecemasan terhadap
respon yang e. Merencanakan strategi rusaknya penglihatan
umum terhadap kopingterhadap situasi yang (misal, depresi, menarik
rangsangan menekan diri, danmenolak kenyataan)
d. Gagal f. Menggunakan strategi d. Andalkan penglihatan
penyesuaian koping yangefektif pasien yang
e. Distorsi g. Menggunakan teknik tersisasebagaimana
pancaindera relaksasi untuk mengurangi mestinya
rasa cemas e. Gambarkan lingkungan
h. Menjaga hubungan sosial kepada pasien
i. Melaporkan f. Jangan memindahkan benda-
ketidakhadiran penyimpan benda di kamar pasien
gan persepsi pada tanpa memberitahu pasien
pancaindera g. Identifikasi makanan yang
j. Melaporkan ada dalam bakidalam

16
ketidakhadiranmanifestasi kaitannya dengan angka-
fisik akan kecemasan angka pada jam
h. S e d i a k a n k a c a
Kompensasi Tingkahlaku pembesar atau
Penglihatan: k a c a m a t a prisma
Indicator: sewajarnya untuk
a. Pantau gejala dari semakin membaca
buruknya penglihatan i. Rujuk pasien dengan masalah
b. Posisikan diri untuk penglihatan keagen yang
menguntungkan penglihat sesuaiManajemen Lingkungan
an j. Ciptakan lingkungan yang
c. Ingatkan yang lain aman untuk pasien
untuk menggunakan teknik k. H i l a n g k a n b a h a y a
yangmenguntungkan lingkungan
penglihatan ( m i s a l , permadani yang
d. Gunakan pencahayaan yang bisa dilepas-lepas dan
cukupuntuk aktivitas yang kecil,mebel yang dapat
sedangdilakukan dipindah-pindahkan)
e. Memakai kacamata dengan l. Hilangkan objek-objek yang
benar membahayakandari
f. Merawat kacamata dengan lingkungan
benar m. Lindungi dengan sisi
g. Menggunakan alat bantu rel/ lapisan antar
penglihatanyang lemah rel,sebagaimana mestinya
n. Kawal pasien selama
kegiatan-kegiatan
di bangsal sebagaimana
mestinya
o. Sediakan tempat tidur
tinggi-rendah
yangsesuai
p. Sediakan alat-alat yang adaptif
(misal, bangkuuntuk
melangkah atau pegangan
tangan) yangsesuai
q. S u s u n p e r a b o t a n d i
dalam kamar
dalamt a t a k a n y a n g
sesuai yang bagus
d a l a m mengakomodasi
ketidakmampuan
pasien ataupun keluarga
r. T e m p a t k a n b e n d a -
benda yang
s e r i n g digunakan dekat
dengan jangkauan
s. Manipulasi
pencahayaan untuk

17
kebaikanterapeutik
t. Batasi pengunjung

Pengawasan: Keamanan
a. Pantau perubahan fungsi
fisik atau kognitif pasien
yang menyebabkan
perilaku yangmembahayakan
b. P a n t a u
lingkungan yang
b e r p o t e n s i membahaya
kankeamanan
c. T e n t u k a n
derajat
pengawasan
y a n g dibutuhkan
pasien, berdasarkan
tingkat,f u n g s i
dan kehadiran
bahaya
d a l a m lingkungan
d. Sediakan tingkat
pengawasan yang
sesuaiuntuk
memantau pasien
dan
memberikantindakan
terapeutik, jika
dibutuhkan
e. Tempatkan pasien
pada lingkungan
yang paling terbatas
yang menyedikan
level yangdibutuhkan
untuk observasi
f. Mulai dan
pertahankan status
pencegahan pada
resiko tinggi dari
bahaya
yangdikhususkan untuk
pengaturan perawatan
g. Komunikasikan
informasi tentang
resiko pasien pada
perawat lainnya
Ansietas Kontrol cemas Penurunan kecemasan
Batasan karakteristik: Indikator : Aktivitas:

18
a. Scaning dan f. Pantau intensitas kecemasan a. Tenangkanklien
kewaspadaan g. Menyingkirkan tanda b. Jelaskan seluruh
b. Kontak mata kecemasan posedur tindakan
yang buruk h. Mencari informasi kepadaklien dan perasaan
c. Ketidakberdayaan untuk yang mungkin muncul
meningkat menurunkancemas padasaat melakukan tindakan
d. Kerusakan i. Mempertahankan konsentrasi c. Berikan informasi
perhatian j. Laporankan durasi dari diagnosa, prognosis, dan
episode cemas tindakan
d. Berusaha memahami keadaan
Koping klien
Indikator: e. Kaji tingkat kecemasan
a. Memanajemen masalah dan reaksi fisik padatingkat
b. M e l i b a t k a n a n g g o t a kecemasan
k e l u a rg a f. Gunakan pendekatan
d a l a m membuat keputusan dan sentuhan,
c. Mengekspresikan perasaan untuk meyakinkan pasien
dan kebebasan emosional tidak sendiri.
d. Menunjukkan strategi g. S e d i a k a n a k t i v i t a s
penurunan stres untuk
Menggunakan support sosial m e n u r u n k a n keteganga
n
h. Bantu pasien untuk
identifikasi situasi
yangmencipkatakan cemas
i. Instruksikan pasien
untuk
menggunakanteknik
relaksasi

Peningkatan koping
Aktivitas:
a. H a r g a i
pemahaman
pasien
t e n t a n g pemahaman
penyakit
b. Gunakan pendekatan yang
tenang dan berikan jaminan
c. Sediakan informasi aktual
tentang
diagnosa, penanganan, dan
prognosis
d. Sediakan pilihan yang
realisis tentang
aspek perawatan saat ini
e. Tentukan kemampuan klien
untuk mengambilkeputusan

19
f. Bantu pasien untuk
mengidentifikasi
strategi positif untuk
mengatasi keterbatasan
danmengelola gaya hidup atau
perubahan peran

20
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Glaukoma adalah kelompok penyakit mata yang disebabkan oleh


tingginya tekanan bola mata sehingga menyebabkan rusaknya saraf optik
yang membentuk bagian-bagian retina retina dibelakang bola mata. Saraf
optik menyambung jaringan-jaringan penerima cahaya (retina) dengan
bagian dari otak yang memproses informasi pengelihatan.

3.2 Saran

Dengan dibuatnya makalah ini, pembaca diharapkan dapat


mengetahui bagaimana konsep glaukoma dan asuhan keperawatan pada
pasien glaukoma.

21
DAFTAR PUSTAKA

Noorkasiani. 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

22

Anda mungkin juga menyukai