Anda di halaman 1dari 217

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DIABETES


MELLITUS TIPE II DALAM PEMENUHAN KETIDAKSEIMBANGAN
NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH

Literature Review

Oleh:
RICO BAYU WIJAYA
NIM: 01.1.17.00820

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN DIPLOMA III


STIKES RUMAH SAKIT BAPTIS KEDIRI
2020

i
KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DIABETES


MELLITUS TIPE II DALAM PEMENUHAN KETIDAKSEIMBANGAN
NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH

Literature Review

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan (A.Md Kep)


Pada Program Studi Keperawatan Diploma III
STIKES RS. Baptis Kediri

Oleh:
RICO BAYU WIJAYA
NIM: 01.1.17.00820

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN DIPLOMA III


STIKES RUMAH SAKIT BAPTIS KEDIRI
2020

i
SURAT PERNYATAAN

Dengan sesungguhnya saya menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini adalah
hasil karya sendiri dan belum pernah dikumpulkan oleh orang lain untuk
memperoleh gelar dan berbagai jenjang pendidikan
di Perguruan Tinggi manapun

Kediri, 21 Juli 2020


Yang Menyatakan

RICO BAYU WIJAYA


NIM: 01.1.17.00820

ii
MOTTO

”Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh

yang membangkitkan kekuatan, kasih, dan ketertiban”

2 Timotius 1 : 7

iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

KARYA TULIS ILMIAH INI TELAH DISETUJUI

Tanggal, 21 Juli 2020

Oleh:

Pembimbing Utama

Tri Sulistyarini, A.Per Pen., M.Kes

Pembimbing Pendamping

Rimawati, S.Kep., Ns., M.Kes

Mengetahui,
Ketua STIKES RS Babptis Kediri

Selvia David Richard, S.Kep., Ns., M.Kep

iv
HALAMAN PENETAPAN PENGUJI

KARYA TULIS ILMIAH (STUDI KASUS)

Telah Diuji
Pada Tanggal, 27 Juli 2020

PENGUJI

Penguji 1 : Heru Suwardianto, S.Kep., Ns., M.Kep (.....................)

Penguji 2 : Kili Astarani, S.Kep., Ns., M.Kep (.....................)

Penguji 3 : Rimawati, S.Kep., Ns., M.Kes (.....................)

Mengetahui,
Ketua STIKES RS Baptis Kediri

Selvia David Richard, S.Kep., Ns., M.Kep

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Karunia-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmian yang berjudul

“GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DIABETES

MELLITUS TIPE II DALAM PEMENUHAN KETIDAKSEIMBANGAN

NUTRISI KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH”. Karya Tulis Ilmiah ini

merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Ahli Madya Keperawatan

(A.Md Kep) di STIKES RS BAPTIS KEDIRI. Bersama dengan ini penulis

menyampaikan terimakasih sebesar - besarnya kepada:

1. Ibu Selvia David Richard, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Ketua STIKES RS

Baptis Kediri yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas untuk

mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di STIKES RS Baptis Kediri

2. Dr. Roose Ester Grace Lomboan, Sp.M selaku direktur RS Baptis Kediri

yang telah memberikan ijin untuk pengambilan data pra penelitian.

3. Ibu Dyah Ayu Kartika W.S., S.Kep., Ns., M.Kep selaku Kaprodi

Keperawatan Diploma III yang telah memberikan arahan, semangat dan

motivasi selama proses penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Ibu Tri Sulistyarini, A.Per Pen., M.Kes dan Rimawati, S.Kep., Ns., M.Kes

selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam

penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Ibu Vitaria WahyuAstuti., S.Kep., Ns., M.kep dan Fidiana Kurniawati,

S.Kep., Ns., M. Kep selaku dosen wali yang telah membimbing serta

memberikan semangat dan motivasi dalam penyelesaian Karya Tulis

Ilmiah ini.

vi
6. Bapak Budi Wiyono, dan Ibu Dwi Ngastuti Selaku orang tua yang telah

memberikan dukungan do’a, semangat dan biaya dalam penulisan Karya

Tulis Ilmiah ini.

7. Teman- teman Prodi Keperawatan Diploma III angkatan XIX yang telah

mendukung dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Aurelia Rizky Oktavia yang selalu memberikan dukungan, semangat dan

motivasi dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.

Kiranya Tuhan membalas budi baik semua pihak yang telah memberi

kesempatan, dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah

ini. Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini jauh dari kata sempurna,

tetapi kami berharap Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi

Keperawatan.

Kediri, 21 Juli 2020

Penulis

vii
DAFTAR ISI

Halaman Sampul.......................................................................................................i
Surat Pernyataan......................................................................................................ii
Motto......................................................................................................................iii
Halaman Persetujuan Pembimbing.........................................................................iv
Halaman Penetapan Penguji....................................................................................v
Kata Pengantar........................................................................................................vi
Daftar Isi...............................................................................................................viii
Daftar Tabel............................................................................................................xi
Daftar Gambar.......................................................................................................xii
Daftar Lampiran...................................................................................................xiii
Daftar Lambang, Singkatan Dan Istilah...............................................................xiv
Abstract.................................................................................................................xix
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Batasan Masalah 4
1.3 Rumusan Masalah 4
1.4 Tujuan Penelitian 5
1.5 Manfaat Penelitian 6
1.5.1 Manfaat Teoritis 6
1.5.2 Manfaat Praktis 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................8
2.1 Konsep Kebutuhan Nutrisi 8
2.1.1 Pengertian Nutrisi 8
2.1.2 Macam-macam Nutrien 9
2.1.3 Masalah kebutuhan nutrisi 17
2.2 Asuhan Keperawatan pada Masalah Kebutuhan Nutrisi 20
2.2. 1 Pengkajian 20
2.2.2 Diagnosa keperawatan 22
2.2.3 Perencanaan Keperawatan 23
2.2.4 Pelaksanaan (Tindakan) Keperawatan 25
2.2.5 Evaluasi Keperawatan 29
2.3 Konsep Diabetes Melitus 30

viii
2.3.1 Pengertian Diabetes Melitus 30
2.3.2 Etiologi 32
2.3.3 Patofisiologi 35
2.3.4 Faktor yang mempengaruhi Diabetes Melitus 40
2.3.5 Manifestasi Klinis 46
2.3.6 Klasifikasi Diabetes Melitus 50
2.3.7 Komplikasi Diabetes Melitus56
2.3.8 Pemeriksaan Test Diagnostik 61
2.3.9 Penatalaksanaan Diabetes Melitus 64
2.4 Diet Pasien Diabetes Melitus tipe II 76
2.4.1 Pegertian Diet 76
2.4.2 Tujuan Diet 76
2.4.3 Prinsip Diet Diabetes Melitus 77
2.4.4 Syarat diet 77
2.4.5 Pengaturan Diet Diabetes Melitus 79
2.5 Konsep Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus 86
2.5.1 Pengkajian 86
2.5.2 Diagnosa Keperawatan 94
2.5.3 Rencana Asuhan Keperawatan 96
2.5.4 Evaluasi 125
2.6 Keaslian Jurnal 130
BAB III METODE PENELITIAN......................................................................131
3.1 Rencana Penelitian 131
3.2 Kerangka Kerja 131
3.3 Populasi dan Sampel 132
3.3.1 Populasi 132
3.3.2 Kriteria Inklusi 132
3.3.3 Jumlah Referensi 132
3.4 Metode 132
3.4.1 Protocol And Registration 133
3.4.2 Eligibility Criteria 133
3.4.3 Information Sources 134
3.4.4 Search 134
3.4.6 Data Items 134
3.4.7 Risk of Bias Individual Studie 135
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................136

ix
4.1 Hasil 136
4.1.1 Study Selection 136
4.1.2 Study Characteristics 136
4.2 Pembahasan 151
4.2.1 Pengkajian Keperawatan Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari
Kebutuhan Tubuh Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan
Hasil Literature Review 151
4.2.2 Diagnosa Keperawatan Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari
Kebutuhan Tubuh Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan
Hasil Literature Review 153
4.2.3 Intervensi Keperawatan Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari
Kebutuhan Tubuh Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan
Hasil Literature Review 154
4.2.4 Implementasi Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Keselamatan Dan
Keamanan Pada Pasien Diabetes Mellitus Dengan Ulkus Diabetikum
Berdasarkan Hasil Literature Review 157
4.2.5 Evaluasi Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Keselamatan Dan
Keamanan Pada Pasien Diabetes Mellitu Dengan Ulkus Diabetikum
Berdasarkan Hasil Literature Review 158
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................161
5.1 Kesimpulan 161
5.2 Saran 163
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................165
Lampiran .............................................................................................................166

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Kebutuhan Energi Per Hari...................................................................10


Tabel 2. 2Kebutuhan Energi Per Hari....................................................................11
Tabel 2. 3 Jenis Mineral, Sumber dan Fungsi........................................................12
Tabel 2. 4 Kebutuhan Mineral per Hari.................................................................13
Tabel 2. 5 Jenis Vitamin, Sumber dan Fungsi.......................................................14
Tabel 2. 6 Jenis Vitamin, Sumber dan Fungsi.......................................................15
Tabel 2. 7 Kebutuhan Cairan pada Bayi dan Anak................................................17
Tabel 2. 8 Klasifikasi ulkus DM Berdasarkan Sistem Wagner..............................61
Tabel 2. 9 Dosis Pemberian Insulin Subkutan.......................................................75
Tabel 2. 10 Pembagian makan sehari menurut Rumah Sakit Baptis Kediri..........80
Tabel 2. 11 Jumlah bahan makanan sehari menurut Standar Diet Diabetes Melitus
(dalam satuan penukar II)...................................................................83
Tabel 2. 12 Pembagian makanan sehari untuk tiap standar diet Diabetes Melitus
dan nilai gizi (dalam satuan penukar II)..............................................83
Tabel 2. 13 Jenis Diet Diabetes Melitus menurut kandungan energy, protein,
lemak, dan karbohidrat........................................................................85
Tabel 2. 14 Intervensi Keperawatan pada Diabetes Melitus menurut Aini dan
Aridiana (2016)...................................................................................96
Tabel 2. 15 Keaslian Penelitian Studi Kasus Gambaran Asuhan Keperawatan Diabetes
Mellitus Tipe II Dalam Ketidakseimbanga Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan
Tubuh.........................................................................................................130

Tabel 4. 1 Tabel Ekstraksi Data dengan Pendekatan PICO.................................139

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1Pathway menurut Riyadi dan Sukarmin (2013)............................................35

Gambar 3. 1 Kerangka Kerja Literature Review Gambaran Asuhan Keperawatan Pasien


Diabetes Mellitus Tipe II dalam ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh.....................................................................................131

Gambar 4. 1 Diagram Flow Chart Sintesa Systematic Review...........................138

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Ijin Pra Penelitian………………………………………. 166


Lampiran 2 Permohonan Ethical Clearance ………………….…………… 168
Lampiran 3 Keterangan Persetujuan Etik………………………………….. 169
Lampiran 4 Lembar Data Hasil Pra Penelitian...………………………….. 170
Lampiran 5 Form Persetujuan Literatur...…………………………………. 178
Lampiran 6 Bukti ACC Sidang KTI.……………………………………… 193
Lampiran 7 Lembar Kartu Bimbingan…………………………………….. 196

DAFTAR LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH

DAFTAR LAMBANG

xiii
& : Dan
% : Persen
- : Sampai dengan
 : Lebih dari
/ : Atau
 : Kurang dari
Mg/dl : Miligram per desi liter
̊C : Derajat Celcius
± : Kurang lebih
UI : Mikro liter

DAFTAR SINGKATAN
BAK : Buang Air Kecil
BAB : Buang Air Besar
BBI : Berat Badan Ideal
BMI : Body Mass Ideal
BOR : Bed Occupary Rate
CO2 : Karbondioksida
CRT : Cappilary Rate Time
DGP :Gula Darah Puasa
DM : Diabetes Mellitus
DMG : Diabetes Mellitus Gestasional
DMT-1 : Diabetes Melitus Tipe 1
DMT-2 : Diabetes Mellitus Tipe 2
DMTI : Diabetes Mellitus Tergantung Insulin
DMTTI : Diabetes Mellitus Tak Tergantung Insulin
DNA : Deoxybose Nucleid Acid
EKG : Elektro Krdio Gram
FBS : Festing Blood Sugar
FCPD : Fibro Calculous Pancreatic Diabetes Melitus
GH : Growth Hormone
H2O : Air

xiv
Hb : Hemoglobin
HDL : High Density Lipoprotein
HHNK : Hiperglikemik Hiperosmolar Non-Ketotik
IDDM : Insulin Dependent Diabetes Mellitus
IGT : Impared Glukosa Tolerance
IMA : Infark Miocard Acute
IMT : Indeks Massa Tubuh
ISK : Infeksi Saaluran Kemih
IV : Intavena
K : Kalium
LDL : Low Density Lipoprotein
MAKP : Manajemen Asuhan Kkeperawatan Profesional
MHR : Maximum Hate Rate
Na : Natrium
NaCL : Natrium KLORIDA
NIDDM : Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus
NPH : Neural Protamin Hagedorn
OHO : Obat Hipoglikemik Oral
PDPD : Protein Defisiensi Pancreatic Diabetes Mellitus
PGDM : Pemantauan Glukosa Darah Mandiri
Ph : Derajat Keasaman
POA : Plan Of Action
PP : Post Prandial
RR : Respiratory Rate
SAP : Satuan Acara Penyuluhan
SSP : Susunan Saraf Pusat
TBC : Tuberculosis
THR : Target Hate Rate
TTGI : Tes Toleransi Glukosa Intravena
TTGO : Tes Toleransi Glukosa Oral
WHO : Word Health Organization
DAFTAR ISTILAH

xv
Antibody : Kekebalan tubuh
Anuria : Ginjal yang tidak dapat memproduksi urine
Atrofi : Penurunan massa otot
Autoimmune : Melawan jaringan atau kekebalan tubuh sendiri
Bradikardi : Nadi lambat
Bradipneu : Penurunan tingkat pernapasan
Dehidrasi : Kekurangan cairan
Dermatitis : Peradangan kulit
Diabetic Foot : Kaki Diabetik
Diare : Peningkatan frekuensi buang air besar
Diastole : Tekanan darah arteri terendah
Diuresis osmosis : Kehilangan sejumlah cairan secara aktif
Dolor : Rasa nyeri pada jaringan yang mengalami infeksi
Edema : Bengkak
Eritrosit : Sel darah merah
Fungsio laesa : Perubahan fungsi dari jaringan yang mengalami infeksi.
Glikogenesis : Pembentukan glikogen dari unsure glukosa
Glikoneogenesis : Pembentukan glukosa dari unsure non karbonat
Glukosa : Kadar gula
Glukosuria : Adanya glukosa dalam urin
Hematuria : Adanya darah dalam urine
Hepatomegali : Pembesaran hati
Hiperaktif : Beraksi berlebihan
Hipiremik : Peningkatan jumlah darah
Hiperglikemia : Peningkatan kadar gula di dalam darah
Hiperosmolaritas : Kelebihan tekanan osmotic pada plasma karena adanya
peningkatan konsentrasi zat
Hiperpireksia : Peningkatan suhu tubuh
Hipertonik : Tekanan Osmotik lebih tinggi
Hipertrofi : Pembesaran massa otot
Hipoglikemia : Penurunan kadar gula didalam darah
Hipoproteinemia : Menurunnya jumlah protein darah

xvi
Hipotensi : Tekanan darah rendah
Hipovolemia : Kondisi akibat kekurangan volume cairan ekstraseluler
(CES)
Hypovolemik : Kekurangan cairan
Juvenill : Usia muda
Kaki charcot : Penyakit neuropati sendi kaki (kadang mirip dengan gout
atau selulitis)
Kalor : Rasa panas pada daerah yang mengalami infeksi
Malnutrisi : Kekurangan nutrisi/gizi
Monofilament : Alat untuk menilai sensasi pada kaki
Mordibitas : Angka kesakitan
Mortalitas : Angka kematian
Obesitas : Kegemukan
Oliguria : Urine kurang dari 400 ml/hari
Polidipsia : Mudah haus
Polifagia : Mudah lapar
Poliuria : Sering buang air kecil
Prognosis : Perjalanan penyakit
Rubor : Kemerahan pada area yang mengalami infeksi
Selulitis : Infeksi umum yang terjadi pada kulit dan jaringan lunak
di bawah kulit
Starvasi seluler : Kondisi kelaparan sel karena glukosa sulit masuk
Takikardi : Nadi cepat
Takipneu : Nadi cepat
Trapid Sponge : Teknik kompres hangat
Tromboplebitis : Inflamasi permukaan pembuluh darah
Tumor : Pembengkakan pada area infeksi
Ulserasi : Proses adanya luka terbuka yang mungkin sulit untuk
sembuh
Vital Sign : Tanda-tanda vital

xvii
ABSTRACT

DESCRIPTION OF NURSING CARE TO PATIENTS WITH DIABETES


MELLITUS TYPE II IN INBALANCE OF NUTRITION LESS THAN
BODY REQUIREMENTS

CASE STUDY
based on literature review

RICO BAYU WIJAYA

Diabetes mellitus is a condition when the body is unable to produce or use


insulin (a hormone that carries blood glucose to cells and stores it as glycogen),
the occurrence of hyperglycemia accompanied by various metabolic disorders due
to hormonal disorders, involving metabolic disorders of carbohydrates, proteins
and fats and causing various chronic complications in the body's organs. Data
obtained from the literature review that in the case of Diabetes Mellitus Type II,
the problem that often arises is imbalance of nutrients less than the body's
requirements. The intervention is by providing Health Education and
collaboration with nutritionists for dietary nutrition therapy with the aim of
fulfillment the nutritional needs of patients.
This study design uses literature review that has been published with the
Open Access System Journals, research journal manuscripts with case study
design consisting of abstract and full text published in the last 10 years and using
Indonesian.
The results obtained from the literature used that in nursing assessment,
diagnosis, intervention, implementation and evaluation of nursing there was no
gap between theory and facts in each respondent.
In conclusion, the literature review was a nurse's independent
implementation that can be carried out in nursing matters. Imbalance of nutrition
less than the body's requirements was to carry out dietary education of patients by
monitoring body weight.

Keywords: Nursing Care, Diabetes Mellitus Type II, Nutrition

xviii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes Melitus adalah suatu keadaan ketika tubuh tidak mampu

menghasilkan atau menggunakan insulin (hormon yang membawa glukosa darah

ke sel-sel dan menyimpannya sebagai glikogen), terjadinya hiperglikemia yang

disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, melibatkan

kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak serta menimbulkan berbagai

komplikai kronik pada organ tubuh (Aini dan Aridiana, 2016). Gangguan

kebutuhan nutrisi terdiri atas kekurangan dan kelebihan nutrisi, obesitas,

malnutrisi, diabetes mellitus, hipertensi, jantung koroner, kanker dan anoreksia.

(Hidayat A, 2015). Ada empat pilar dalam penatalaksanaan diabetes tipe II yaitu

edukasi, terapi gizi/diet, olahraga, dan obat (Aini dan Aridiana, 2016). Semakin

meningkatnya asupan padat kalori dan kaya lemak menyebabkan obesitas yang

pada akhirnya akan menjadikan Diabetes Mellitus tipe II dan salah satu

pengendaliannya adalah diet. (Arisman, 2018). Pada umumnya diet untuk

penderita diabetes mellitus diatur berdasarkan 3J yaitu jumlah (kalori), jenis dan

jadwal. Faktor-faktor yang menentukan kebutuhan kalori antara lain jenis

kelamin, umur, aktivitas, fisik atau pekerjaan, dan berat badan. (Aini dan

Aridiana, 2016). Pemenuhan kebutuhan menurut Abraham Maslow menyatakan

bahwa setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar yaitu: pemenuhan

kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman dan perlindungan, kebutuhan rasa cinta

serta rasa memiliki dan dimiliki, kebutuhan akan harga diri ataupun perasaan

dihargai oleh orang lain, kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan nutrisi merupakan

1
2

salah satu kebutuhan yang merupakan kebutuhan paling dasar dari kebutuhan

fisiologis pada manusia. (Hidayat dan Uliyah, 2014). Hasil wawancara dengan

perawat di ruang rawat inap Hosana, Wijaya Kusuma, dan Efrata didapatkan data

bahwa keluhan pasien Diabetes Mellitus Tipe II adalah mual, muntah , dan lemas.

WHO tahun 2014 memperkirakan bahwa, secara global 422 juta orang

dewasa berusia diatas 18 tahun hidup dengan diabetes mellitus diperkirakan

berasal dari Asia Tenggara dan Pasifik Barat, terhitung sekitar setengan kasus

diabetes mellitus di dunia. Di seluruh dunia, jumlah penderita diabetes mellitus

telah meningkat secara substansial antara tahun 1980 dan 2014, meningkat dari

108 juta menjadi 422 juta atau sekitar empat kali lipat. Pada 2013 terdapat 382

juta orang yang hidup dengan Diabetes Mellitus dan pada tahun 2035 jumlah

tersebut diperkirakan akan meningkat menjadi 592 juta orang, diperkirakan dari

382 juta orang tersebut, 175 juta diantaranya belum terdiagnosa sehingga

terancam berkembang progresif menjadi komplikasi tanpa disadari dan tanpa

pencegahan (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI, 2014).

Data dari rekam medis Rumah Sakit Baptis Kediri dalam empat bulan terakhir

mulai bulan September-Desember 2018 kasus Diabetes Mellitus Tipe II di ruang

Hosana, Wijaya Kusuma, dan Efrata berjumlah 64 kasus. Hasil wawancara

dengan perawat masalah keperawatan yang sering dialami oleh pasien Diabetes

Mellitus Tipe II antara lain resiko ketidakseimbangan nutrisi dan

ketidakseimbangan kadar glukosa darah.

Diabetes Mellitus merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang ditandai

dengan adanya gangguan metabolisme karbohidrat akibat kekurangan insulin atau

penggunaan karbohidrat secara berlebihan(Hidayat, A, 2013). Pada penderita


3

diabetes mellitus terjadinya osmolaritas karena peningkatan konsentrasi glukosa

dalam darah (yang notabene komposisi terbanyaknya adalah zat cair).

Peningkatan glukosa dalam darah akan berakibat terjadinya kelebihan ambang

pada ginjal untuk memfiltrasi dan reabsorbsi glukosa (meningkat kurang lebih 225

mg/menit). Kelebihan ini kemudian menimbulkan efek pembuangan glukosa

melalui urin (glukosuria). Ekskresi molekul glukosa yang aktif secara osmosis

menyebabkan kehilangan sejumlah besar air (diuresis asmotik) dan berakibat

peningkatan volume air (poliuria). Proses seperti ini mengakibatkan dehidrasi

dengan ekstra seluler dan juga di ruangan intraseluler. Terjadi Diabetes Melitus

Tipe II bisa karena faktor predisposisi seperti kelainan genetik, gaya hidup stress,

malnutrisi, obesitas dan infeksi (Aini dan Aridiana, 2016). Beberapa faktor

predisposisi tersebut mengakibatkan dampak yang berawal dari penurunan

produk insulin dan penurunan fasilitas glukosa dalam sel, sel yang tidak

memperoleh nutrisi menyebabkan starvasi sellular terjadi pembongkaran

glikogen, asam lemak, keton untuk energi didalam tubuh terjadi penurunan masa

otot (tubuh kurus) sehingga terjadi masalah keperawatan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh (Aini dan Aridiana, 2016). Komplikasi yang timbul akibat

ketidakseimbangan nutrisi adalah ketoasidosis metabolic, HHNK (Hiperglikemik

Hiperomolar Non Ketotik), penyakit jantung, mata, neuropati, stroke, dan

penyakit vascular perifer.

Perawat perlu melakukan asuhan keperawatan yang komperhensif baik

secara mardiri maupun kolaborasi untuk mempertahankan kesehatan pasien

Diabetes Melitus. Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba

menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk
4

mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati. (Padila, 2012). Penatalaksanaan

Diabetes Melitus terdapat empat pilar yaitu edukasi, terapi gizi/diet, olahraga, dan

obat. Diantara empat pilar tersebut terdapat terapi gizi/diet yang bertujuan untuk

mempertahankan glukosa darah dalam kisaran normal (Aini & Aridiana, 2016).

Berdasarkan hasil prapenelitian masalah kesehatan yang dialami oleh penderita

DM adalah mual muntah. Apabila hal ini tidak segera ditangani maka akan

berdampak buruk pada status kesehatan penderita. Sebagai solusi peneliti

melakukan tindakan mandiri yaitu memberikan Health Education tentang diit

Diabetes Melitus Tipe II yang bersumber dari beberapa literatur review yang

peneliti gunakan sebagai acuan penelitian. Adapun isi dari HE tersebut berupa

daftar menu makanan diit yang boleh dikonsumsi dan tidak boleh dikonsumsi oleh

penderita DM. Dengan harapan pemenuhan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh pada penderita Diabetes Melitus dapat teratasi. Selain itu juga

menetukan program diet dan pola makan pasien sesuai dengan kadar gula yang

dimiliki, ini bertujuan untuk menyesuaikan antara kebutuhan kalori dan

kemampuan sel untuk mengambil glukosa. (Riyadi dan Sukarmin, 2013).

1.2 Batasan Masalah

Studi kasus ini berfokus pada penatalaksanaan pasien Diabetes Mellitus

Tipe II dalam pemenuhan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh.

1.3 Rumusan Masalah

Bagaimanakah Gambaran Asuhan Keperawatan pada Pasien Diabetes

Mellitus (DM) Tipe II Dalam Pemenuhan Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang

Dari Kebutuhan Tubuh.


5

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Melakukan analisa asuhan keperawatan pada pasien Diabetes Mellitus

(DM) Tipe II dalam pemenuhan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh berdsarkan hasil literatur review.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Menganalisa pengkajian keperawatan pada pasien dengan Diabetes

Mellitus (DM) Tipe II dalam pemenuhan ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh hasil literatur review.

2. Menganalisa diagnosa keperawatan pada pasien dengan Diabetes Melitus

(DM) Tipe II dalam pemenuhan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh hasil literatur review.

3. Menganalisa intervensi keperawatan pada pasien dengan Diabetes Melitus

(DM) Tipe dalam pemenuhan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh berdsarkan hasil literatur review.

4. Menganalisa implementasi keperawatan pada pasien dengan Diabetes

Mellitus (DM) Tipe II dalam pemenuhan ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh berdsarkan hasil literatur review.

5. Menganalisa evaluasi keperawatan pada pasien dengan Diabetes Mellitus

(DM) Tipe II dalam pemenuhan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh berdsarkan hasil literatur review.


6

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan dan

mengembangkan Ilmu Keperawatan Medikal Bedah khususnya metode Asuhan

Keperawatan pada pasien Diabetes Melitus Tipe II dalam pemenuhan

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Pasien

Sebagai asuhan keperawatan yang diberikan dapat menambah pengetahuan

pasien dan keluarga tentang penatalaksanaan pasien dengan Diabetes Melitus

Tipe II dalam pemenuhan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh.

2. Bagi Perawat

Dapat neningkatkan kualitas asuhan keperawatan secara komprehensif pada

pasien Diabetes Melitus Tipe II dalam upaya penatalaksaan menimbang berat

badan atau mengukur lingkaran lengan setiap hari sesuai dengan indikasi.

3. Bagi Rumah Sakit

Sebagai bahan masukan dan evaluasi untuk meningkatkan mutu pelayanan

asuhan keperawatan yang akan diberikan khususnya pada Diabetes Melitus

Tipe II dalam upaya mencegah terjadinya resiko tinggi sepsis dan mencegah

komplikasi.
7

4. Bagi Institusi pendidikan

Sebagai reverensi dan masukan tentang asuhan keperawatan pada pasien

Diabetes Melitus Tipe II dalam pemenuhan ketidakseimbangan nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Kebutuhan Nutrisi

2.1.1 Pengertian Nutrisi

Nutrisi merupakan proses pemasukan dan pengelolahan zat makanan oleh

tubuh yang bertujuan menghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas tubuh.

(Hidayat A, 2015) Tubuh manusia terbentuk dari zat-zat yang berasal dari

makanan. Karenanya manusia memerlukan asupan makanan guna memperoleh

zat-zat penting yang dikenal dengan istilah nutrisi tersebut. Nutrisi berfungsi

untuk membentuk dan memelihara jaringan tubuh, mengatur proses-proses dalam

tubuh sebagai sumber tenaga, serta untuk melindungi tubuh dari serangan

penyakit. Dengan demikian, fungsi utama nutrisi adalah untuk memberikan

energi bagi aktivitas tubuh, membentuk struktur kerangka dan jaringan tubuh,

serta mengatur berbagai proses kimia di dalam tubuh. (Mubarak dan Chayatin,

2014).

Nutrisi adalah zat-zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan

penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima

makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-

bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuh, serta mengeluarkan sisanya.

Nutrisi juga dapat dikatakan sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi, dan zat-

zat lain yang terkandung, aksi, reaksi, serta keseimbangan yang berhubungan

dengan kesehatan dan penyakit. (Tarwoto dan Wartonah, 2015)

8
9

2.1.2 Macam-macam Nutrien

Menurut Hidayat A, (2015) nutrien merupakan zat yang terdapat dalam

makanan. Macam-macam nutrien yaitu:

1. Karbohidrat

Karbohidrat merupakan zat gizi yang terdapat dalam makanan, pada

umumnya dalam bentuk amilum. Pembentukan amilum terjadi dalam mulut

melalui enzim ptyalin yang ada dalam air ludah. Amilum diubah menjadi

maltose, kemudian diteruskan ke dalam lambung. Dari lambung hidrat arang

dikirim terus ke usus dua belas jari. Getah pancreas yang dialirkan ke usus dua

belas jari mengandung amilase. Dengan demikian sisa amilum yang belum

diubah menjadi maltose oleh amilase pancreas diubah seluruhnya menjadi

maltosa. Maltosa ini kemudian diteruskan ke dalam usus halus. Usus halus

mengeluarkan getah pancreas hidrat arang, yaitu maltosa yang bertugas

mengubah maltosa menjadi dua molekul glukosa sakarosa, fruktosa dan

glukosa. Laktosa bertugas mengubah laktosa menjadi glukosa, dan galaktosa.

Setelah berada dalam usus halus, seluruhnya diubah menjadi monosakarida oleh

enzim-enzim tadi.

Penyerapan karbohidrat yang dikonsumsi/dimakan masih dapat

ditemukan dalam tiga bentuk, yaitu polisakarida, disakarida, dan monosakarida.

Disakarida dan monosakarida mempunyai sifat mudah larut dalam air sehingga

dapat diserap melewati dinding usus/mukosa usus mengikuti hukum difusi

osmosis dan tidak memerlukan tenaga serta langsung memasuki pembuluh

darah.Prosespenyerapanyang tidak memerlukan tenaga dan mengikuti hukum

difusi osmosis dikenal sebagai penyerapan pasif.


10

2. Lemak

Pencernaan lemak dimulai dalam lambung (walaupun hanya sedikit),

karena mulut tidak ada enzim pemecah lemak. Lambung mengeluarkan enzim

lipase untuk mengubah sebagian kecil lemak menjadi asam lemak dan gliserin,

kemudian diangkut melalui getah bening dan selanjutnya masuk ke dalam

peredaran darah untuk kemudian tiba dihati. Sintesis kembali terjadi dalam

saluran getah bening, merupakan lemak gliserin menjadi lemak seperti aslinya.

Penyerapan lemak dilakukan secara pasif setelah lemak diubah menjadi

gliserol asam lemak. Asam lemak mempunyai sifat empedu, asam lemak yang

teremulsi ini mampu diserap melewati dinding usus halus. Penyerapan

membutuhkan tenaga, lagi pula tidak semua lemak dapat diserap, maka

penyerapan lemak dikatakan dengan cara aktif selektif.

Tabel 2. 1 Kebutuhan Energi Per Hari

No Umur Berat Badan Tinggi Badan Energy


(kg) (cm) (Kkal)

1. 0-6 bulan 5,5 60 560


2. 7-12 bulan 8,5 71 800
3. 1-3 tahun 12 89 1220
4. 4-6 tahun 18 108 1720
5. 7-9 tahun 23,5 120 1860
Pria
1. 10-12 tahun 30 135 1950
2. 13-15 tahun 40 152 2200
3. 16-19 tahun 53 160 2360
4. 20-59 tahun 56 162 2400
5. 60 tahun 56 162 1960
Wanita
1. 10-12 tahun 32 139 1750
2. 13-15 tahun 42 153 1900
3. 16-19 tahun 46 154 1850
4. 20-59 tahun 50 154 1900
5. 60 tahun 50 154 1700
3. Protein
11

Kelenjar ludah dalam mulut tidak membuat enzim protease. Enzim

protease baru terdapat dalam lambung, yaitu pepsin, yang mengubah protein

menjadi albuminosa dan pepton.

Kemudian tripsin dalam usus dua belas jari yang berasal dari pancreas

mengubah sisa protein yang belum sempurna menjadi albumin dan pepton.

Dalam usus halus albuminosa dan pepton seluruhnya diubah oleh enzim pepsin

menjadi asam-asam amino yang siap untuk diserap.

Protein yang telah diubah ke dalam bentuk asam amino mempunyai sifat

larut dalam air. Seperti halnya hidrat arang, asam amino yang mudah larut

dalam air ini juga dapat diserap secara pasif dan langsung memasuki pembuluh

darah.

Tabel 2. 2Kebutuhan Energi Per Hari

No Umur Berat Badan Tinggi Badan Protein (gr)


(kg) (cm)
1. 0-6 bulan 5,5 60 12
2. 7-12 bulan 8,5 71 15
3. 1-3 tahun 12 89 23
4. 4-6 tahun 18 108 32
5. 7-9 tahun 23,5 120 36
Pria
1. 10-12 tahun 30 135 45
2. 13-15 tahun 40 152 57
3. 16-19 tahun 53 160 62
4. 20-59 tahun 56 162 50
5. 60 tahun 56 162 50
Wanita
1. 10-12 tahun 32 139 49
2. 13-15 tahun 42 153 47
3. 16-19 tahun 46 154 47
4. 20-59 tahun 50 154 44
5. 60 tahun 50 154 44

4. Mineral
12

Mineral tidak membutuhkan pencernaan. Mineral hadir dalam bentuk

tertentu sehingga tubuh mudah untuk memproses. Umumnya, mineral diserap

dengan mudah melalui dinding usus halus secara difusi pasif maupun

transportasi aktif.

Mekanisme transportasi aktif penting jika kebutuhan tubuh meningkat atau

adanya diet rendah kadar mineral. Hormon adalah zat yang memegang peranan

penting dalam mengatur mekanisme aktif ini. Penyerapan dapat lebih jauh

dipengaruhi oleh isi sistem pencernaan.

Beberapa senyawa organis tertentu, seperti asam oxalit, akan mengakibatkan

penyerapan kalsium. Mineral dipakai dalam beberapa hal. Beberapa dari mineral

adanya komponen esensial dari jaringan tubuh, sedang yang lainnya esensial

pada proses kimia tetentu.

Tabel 2. 3 Jenis Mineral, Sumber dan Fungsi


No Jenis Mineral Sumber Fungsi
1. Pembentukan gigi dan
tulang, aktivitas
Kalsium Susu neuromuscular, dan
koagulasi (pengumpulan
darah)
2. Telur, daging dan Penyangga pembentukan
Fosfor
susu gusi dan tulang
3. Pengaturan metabolism
Garam beryodium
Yodium tubuh dan memperlancar
dan makanan laut
pertumbuhan
4. Komponen hemoglobin
Hati, telur dan
Besi dan membantu oksidasi
daging
dalam sel
5. Pengaktifan enzim,
Biji-bijian, susu dan pembentukan gigi dan
Magnesium
daging tulang, dan membantu
kegiatan neuromuscular
6. Makanan laut dan Bahan pembentukan
Zinc
hati enzim dan insulin
Tabel 2. 4 Kebutuhan Mineral per Hari
13

No Tingg
Berat Yodiu
i Kalsiu Fosfor Besi Zinc
Umur Badan m
Badan m (mg) (mg) (mg) (mg)
(kg) (g)
(cm)
1. 0-6 bulan 5,5 60 600 200 3 3 50
2. 7-12
8,5 71 400 250 5 5 70
bulan
3 1-3 tahun 12 89 500 250 8 10 70
4. 4-6 tahun 18 108 500 350 9 10 100
5. 7-9 tahun 23,5 120 500 400 10 10 120
Pria
1. 10-12
30 135 700 500 14 15 150
tahun
2. 13-15
40 152 700 500 17 15 150
tahun
3. 16-19
53 160 600 500 23 15 150
tahun
4. 20-59
56 162 500 500 13 15 150
tahun
5. 60 tahun 56 162 500 500 13 15 150
Wanita
1. 10-12
32 139 700 450 14 15 150
tahun
2. 13-15
42 153 700 450 19 15 150
tahun
3. 16-19
46 154 600 450 25 15 150
tahun
4. 20-59
50 154 500 450 26 15 150
tahun

5. Vitamin

Pencernaan vitamin melibatkan penguraian menjadi molekul-molekul

yang lebih kecil sehingga dapat diserap dengan efektif. Beberapa penyerapan

vitamin dilakukan dengan difusi sederhana, tetapi sistem transportasai aktif

sangat penting untuk memastikan pemasukan yang cukup.

Vitamin yang larut dalam lemak diserap oleh sistem transportasi aktif

yang juga membawa lemak ke seluruh tubuh, sedang vitamin yang larut dalam

air mempunyai beberapa variasi mekanisme transportasi aktif. Sebagai contoh,

faktor dasar yang dihasilkan oleh lambung memudahkan penyerapan vitamin B 12.
14

Tanpa faktor tersebut tubuh tidak mampu menyerap dengan cukup, sehingga

menyebabkan terjadinya defisiensi vitamin tersebut.

Tabel 2. 5 Jenis Vitamin, Sumber dan Fungsi


No Jenis vitamin Sumber Fungsi
Vitamin A Lemak hewani, Membantu
mentega, keju, kuning pertumbuhan sel tubuh
telur, susu lengkap, dan penglihatan,
1. minyak ikan, sayuran menyehatkan rambut
hijau, buah yang dan kulit, integritas
kuning, dan sayuran membran epitel dan
mencegah xerophtalmia
Vitamin B1 Ikan dagimg ayam Metabolisme
(thiamin) larut tanpa lemak, kacang- karbohidrat, membantu
dalam air kacangan, dan susu kelancaran sistem
2. persarafan, dan
mencegah beri-beri atau
penyakit yang ditandai
neuritis
Vitamin B2 Telur, sayuran hijau, Membantu
(riboflavin) larut daging tanpa lemak, pembentukan enzim,
3. dalam air susu, dan biji-bijian pertumbuhan dan
membantu adaptasi
cahaya dalam mata
Vitamin B3 Daging tanpa lemak, Metabolisme
(niancin) hati, ikan, kacang- karbohidrat, lemak,
kacangan, biji-bijian, protein dan komponen
4.
telur dan hati enzim serta mencegah
menurunkanya nafsu
makan
Vitamin B6 Biji-bijian, sayuran, Membantu kesehatan
(pyridoksin) daging, pisang gusi dan gigi,
pembentukan sel darah
5. merah, serta
metabolisme
karbohidrat, lemak dan
protein
Vitamin B12 Hati, susu, daging tanpa Metabolisme protein,
(cynocobalamin) lemak, ikan dan kerang membantu
pembentukan sel darah
6.
merah, kesehatan
jaringan dan mencegah
anemia
7. Vitamin C Jeruk, tomat, kubis, Menjaga kesehatan
(ascorbut acid) sayuran hijau, dan tulang, gigi, dan gusi,
ketang memebantu
pembentukan dinding
15

No Jenis vitamin Sumber Fungsi


pembuluh darah dan
pembuluh kapiler,
kesembuhan jaringan
dan tulang, serta
memudahkan
penyerapan zat besi dan
asam folat
Vitamin D Minyak ikan, susu, Membantu penyerapan
kuning telur, mentega, kalsium dan fosfor serta
hati, kerang atau mencegah rakhritis
8.
terbentuk dikulit akibat
pemanasan sinar
matahari
Vitamin E Sayuran hijau Membantu
(alpha pembentukan sel darah
9.
tocopherol) merah dan melindungi
asam amino utama
Vitamin (biotin) Kuning telur, sayuran Membantu kegiatan
hijau, susu, dan hati enzim serta
10. metabolisme
karbohidrat, lemak, dan
protein
Vitamin K Hati, telur dan sayuran Membantu produksi
11.
hijau insulin

Tabel 2. 6 Jenis Vitamin, Sumber dan Fungsi


No Umur Bera Tingg Vit. Tiami Ribo Nias B12 Vit.
t i A n flavi in (mg) C
Bada Badan (RE) (mg) n (mg) (mg)
n (cm) (mg)
(kg)
0-6 5,5 60 350 0,3 0,3 2,5 0,1 25
1.
bulan
7-12 8,5 71 350 0,4 0,4 3,8 0,1 25
2.
bulan
1-3 12,0 89 350 0,5 0,6 5,4 0,5 25
3.
tahun
4-6 18,0 108 360 0,7 0,9 7,6 0,7 25
4.
tahun
7-9 23,5 120 407 0,7 0,9 8,1 0,9 25
5.
tahun
Pria
10-12 30,0 135 450 0,8 1,0 8,6 1,0 30
1.
tahun
13-15 40,0 152 600 0,9 1,1 9,7 1,0 40
2.
tahun
16

No Umur Bera Tingg Vit. Tiami Ribo Nias B12 Vit.


t i A n flavi in (mg) C
Bada Badan (RE) (mg) n (mg) (mg)
n (cm) (mg)
(kg)
16-19 53,0 160 600 1,0 1,2 10,0 1,0 40
3.
tahun
20-59 56,0 162 600 1,0 1,2 10,6 1,0 40
4.
tahun
60 56,0 162 600 0,8 1,0 8,6 1,0 40
5.
tahun
Wanita
10-12 32,0 139 500 0,7 0,9 7,7 1,0 30
1.
tahun
13-15 42,0 153 500 0,8 1,0 8,4 1,0 30
2.
tahun
16-19 46,0 154 500 0,8 0,9 8,1 1,0 30
3.
tahun
20-59 50,0 154 500 0,9 1.0 8,4 1.0 30
4.
tahun
60 50,0 154 500 0.7 0,9 7,5
5.
tahun
6. Air

Air merupakan zat makanan paling mendasar yang dibutuhkan oleh tubuh

manusia. Tubuh manusia terdiri atas 50%-70% air. Asupan air secara teratur

sangat penting bagi makhluk hidup untuk bertahan hidup untuk bertahan hidup

dibandingkan dengan pemasukan nutrisi lain.

Bayi memiliki proporsi air yang lebih dibandingkan orang dewasa.

Semakin tua umur seseorang, maka proporsi air didalam tubuhnya akan semakin

berkurang. Pada orang dewasa, asupan air berkisar antara 1200-1500 cc per hari,

namun dianjurkan sebanyak 1900 cc sebagai batas optimum. Selain itu, air yang

masuk ke tubuh melalui makanan lain berkisar 500-900 cc per hari. Air juga

dapat diperoleh melalui hasil akhir proses oksidasi. Kebutuhan asupan air akan

semakin meningkat jika terjadi peningkatan pengeluaran air, misalnya melalui

keringat, muntah, diare, atau adanya gejala-gejala dehidrasi.


17

Tabel 2. 7Kebutuhan Cairan pada Bayi dan Anak


No Jumlah Air per
Jumlah Air Kilogram
Rata-rata Berat
Umur dalam 24 Jam Berat Badan
Badan
(ml) dalam 24 Jam
(ml)
1. 3 hari 3,0 250-300 80-100
2. 10 hari 3,2 400-500 125-150
3. 3 bulan 5,4 750-850 140-160
4. 6 bulan 7,3 950-1100 130-155
5. 9 bulan 8,6 1100-1250 125-145
6. 1 tahun 9,5 1150-1300 120-135
7. 2 tahun 11,8 1350-1500 115-125
8. 4 tahun 16,2 1600-1800 100-100
9. 6 tahun 20,0 1800-2000 90-100
10. 10 tahun 28,7 2000-2500 70-85
11. 14 tahun 45,0 2200-2700 50-60
12. 18 tahun 54,0 2200-2700 40-50

2.1.3 Masalah kebutuhan nutrisi

Menurut Hidayat, A (2013) Secara umum gangguan kebutuhan nutrisi terdiri

atas kekurangan dan kelebihan nutrisi, obesitas, malnutrisi, diabetes mellitus,

hipertensi, jantung koroner, kanker, dan anoreksia.

a) Kekurangan nutrisi

Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang dialami seseorang dalam

keadaan tidak berpuasa (normal) atau resiko penurunan berat badan akibat

ketidakcukupan asupan nutrisi untuk kebutuhan metabolisme.

Tanda klinis:

1. Berat badan 10-20% dibawah normal

2. Tinggi badan dibawah ideal

3. Lingkaran kulit trisep lengan kurang dari 60% ukuran standar

4. Adanya kelemahan dan nyeri tekan pada otot

5. Adanya penurunan albumin serum


18

6. Adanya penurunan transferin

Kemungkinan penyebab

1. Meningkatnya kebutuhan kalori dan kesulitan dalam mencerna kalori akibat

penyakit infeksi atau kanker

2. Disfagia karena adanya kelainan persarafan

3. Penurunan absorpsi nutrisi akibat penyakit crohn atau intoleransi laktosa

b) Kelebihan nutrisi

Kelebihan nutrisi merupakan suatu keadaan yang dialami seseorang yang

mempunyai risiko peningkatan berat badan akibat kebutuhan metabolisme secara

berlebih.

Tanda klnis:

1. Berat badan lebih dari 10% berat badan

2. Obesitas (lebih dari 20% berat ideal)

3. Lipatan kulit trisep lebih dari 15 mm pada pria dan 25 mm pada wanita.

4. Adanya jumlah asupan yang berlebihan

5. Aktivitas menurun atau monoton

Kemungkinan penyebab

1. Perubahan pola makan

2. Penurunan fungsi pengecapan dan penciuman

c) Obesitas

Obesitas merupakan masalah peningkatan berat badan yang mencapai

lebih dari 20% berat badan normal. Status nutrisinya adalah melebihi kebutuhan

metabolisme karena kelebihan asupan kalori dan penurunan dalam penggunaan

kalori.
19

d) Malnutrisi

Malnutrisi merupakan masalah yang berhubungan dengan kekurangan zat

gizi pada tingkat selular atau dapat dikatakan sebagai masalah asupan at gizi

yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh. Gejala umumnya adalah berat badan

rendah dengan asupan makanan yang cukup atau asupan kurang dari kebutuhan

tubuh, adanya kelemahan otot dan penurunan energi, pucat pada kulit, membran

mukosa, konjungtivita dan lain-lain.

e) Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang ditandai

dengan adanya gangguan metabolisme karbohidrat akibat kekurangan insulin

atau penggunaan karbohidrat secara berlebihan.

f) Hipertensi

Hipertensi merupakan gangguan nutrisi yang juga disebabkan oleh

berbagai masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi seperti penyebab dari adanya

obesitas, serta asupan kalsium, natrium, dan gaya hidup yang berlebihan.

g) Penyakit jantung koroner

Penyakit jantung koroner merupakan gangguan nutrisi yang sering

disebabkan oleh adanya peningkatan kolesterol darah dan merokok. Saat ini,

gangguan ini sering dialami karena adanya perilaku atau gaya hidup yang tidak

sehat, obesitas, dan lain-lain.

h) Kanker
20

Kanker merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang disebabkan oleh

pengonsumsian lemak secara berlebihan.

i) Anoreksia nervosa

Anoreksia nervosa merupakan penurunan berat badan secara mendadak

dan berkepanjangan, ditandai dengan adanya konstipasi, pembengkakan badan,

nyeri abdomen, kedinginan, latergi, dan kelebihan energi.

2.2 Asuhan Keperawatan pada Masalah Kebutuhan Nutrisi

2.2. 1 Pengkajian

Menurut Hidayat, A (2013) pengkajian keperawatan terhadap masalah

kebutuhan nutrisi dapat meliputi pengkajian khusus masalah nutrisi dan

pengkajian fisik secara umum yang berhubungan dengan kebutuhan nutrisi.

1) Riwayat makanan

Riwayat makanan meliputi informasi atau keterangan tentang pola

makanan, tipe makanan yang dihindari ataupun diabaikan, makanan yang lebih

disukai, yang dapat digunakan untuk membantu merencanakan jenis makanan

untuk sekarang, dan rencana makanan untuk masa selanjutnya.

2) Kemampuan makan

Beberapa hal yang perlu dikaji dalam hal kemampuan makan, antara lain

kemampuan mengunyah, menelan, dan makan sendiri tanpa bantuan orang lain.

3) Pengetahuan tentang nutrisi

Aspek lain yang sangat penting dalam pengkajian nutrisi adalah penentuan

tingkat pengetahuan pasien mengenai kebutuhan nutrisi.

4) Nafsu makan, jumlah asupan

5) Tingkat aktivitas
21

6) Pengonsumsian obat

7) Penampilan fisik

Penampilan fisik dapat dilihat dari hasil pemeriksaan fisik terhadap aspek-

aspek berikut: rambut yang sehat berciri mengkilat, kuat, tidak kering, dan tidak

mengalami kebotakan bukan karena faktor usia; daerah di atas kedua pipi dan

bawah kedua mata tidak berwarna gelap; mata cerah dan tidak ada rasa sakit atau

penonjolan pembuluh darah; daerah bibir tidak kering, pecah-pecah, ataupun

mengalami pembengkakan; lidah berwarna merah gelap, tidak berwarna merah

terang, dan tidak ada luka pada permukaanya; gusi tidak bengkak, tidak mudah

berdarah, dan gusi yang mengelilingi gigi harus rapat serta erat tidak tertarik ke

bawah sampai di bawah permukaan gigi; gigi tidak berlubang dan tidak

berwarna; kulit tubuh halus, tidak bersisik, tidak timbul bercak kemerahan, atau

tidak terjadi pendarahan yang berlebihan; kuku jari kuat dan berwarna merah

muda.

8) Pengukuran Antropometrik

Pengukuran ini meliputi pengukuran tinggi badan, berat badan, dan

lingkaran lingkar lengan. Tinggi badan anak dapat digambarkan pada suatu

kurva/grafik sehingga dapat terlihat pola perkembangannya.

Tinggi dan berat badan orang dewasa sering dibandingkan dengan macam-

macam peta untuk dirinya. Pada umumnya, berat untuk pria lebih dari berat badan

seorang wanita walaupun tingginya sama. Ini disebabkan pria mempunyai

persentase jaringan dan struktur tulang yang berbeda.

Seseorang dengan presentase bagian tubuh yang besar dan jaringan otot yang

banyak akan terlihat gemuk (over weight). Metode khusus yang sering digunakan
22

untuk mengukur besar tubuh seseorang adalah area kulit yang berada di atas otot

trisep. Pada umumnya, wanita mempunyai lipatan kulit yang lebih tebal di daerah

ini. Ini disebabkan banyaknya jaringan subkutan pada wanita, sehingga membuat

wanita terlihat lebih gemuk.

9) Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang langsung berhubungan dengan pemenuhan

kebutuhan nutrisi adalah pemeriksaan albumin serum, Hb, glukosa, elektrolit dan

lain-lain.

2.2.2 Diagnosa keperawatan

Menurut Hidayat, A (2013) diagnosis keperawatan yang dapat terjadi pada

masalah kebutuhan nutrisi adalah:

1. Kekurangan nutrisi berhubungan dengan:

a) Meningkatnya kebutuhan kalori dan kesulitan mencerna secara

berkelanjutan akibat penyakit infeksi, luka bakar, ataupun kanker.

b) Disfagia akibat kelumpuhan serebral.

c) Penurunan absorpsi nutrisi akibat intoleransi laktosa.

d) Penurunan nafsu makan.

e) Sekresi berlebih, baik melalui latihan fisik, muntah, diare, ataupun

pengeluaran lainya.

f) Ketidakcukupan absorpsi akibat efek samping obat atau lainnya

g) Kesulitan mengunyah.

2. Kelebihan nutrisi, berhubungan dengan:

a) Perubahan pola kenyang akibat efek obat atau radiasi


23

b) Penurunan fungsi pengecap atau penciuman

c) Kurangnya pengetahuan tentang nutrisi

d) Penurunan kebutuhan metabolisme

e) Kelebihan asupan

f)Perubahan gaya hidup

2.2.3 Perencanaan Keperawatan

Perencanaa keperawatan menurut Hidayat, A (2013) adalah:

Tujuan :

1. Meningkatkan nafsu makan apabila nutrisi kurang

2. Membantu memenuhi kebutuhan nutrisi

3. Mempertahankan nutrisi melalui oral atau parenteral.

Rencana Tindakan:

1. Monitor perubahan faktor yang menyebabkan terjadinya kekurangan

kebutuhan nutrisi atau kelebihannya dan status kebutuhan nutrisi.

2. Kurangi faktor yang mempengaruhi perubahan nutrisi.

3. Ajarkan untuk merencanakan makanan.

4. Kaji tanda vital dan bising usus.

5. Monitor glukosa, elektrolit, albumin, dan hemoglobin

6. Berikan pendidikan tentang cara diet, kebutuhan kalori, atau tindakan lainnya.

Tindakan pada ganggren kekurangan nutrisi secara umum dapat dilakukan dengan

cara:

1. Mengurangi kondisi atau gejala penyakit yang menyebabkan penurunan

nafsu makan.
24

2. Memberikan makanan yang disukai sedikit tetapi sering dengan

memperhatikan jumlah kalori dan tanpa kontraindikasi.

3. Menata ruangan senyaman mungkin.

4. Menurunkan stres psikologis.

5. Menjaga kebersihan mulut.

6. Menyajikan makanan mudah dicerna.

7. Hindari makanan yang mengandung gas.

Tindakan pada gangguan obstuksi mekanis secara umum dapat dilakukan dengan

cara:

1. Lakukan kebersihan mulut segera dengan kumur-kumur menggunakan

minuman bikarbonat rendah kalori atau larutan hidrogen peroksida dan

air sebagai pembersihan mulut.

2. Ajarkan teknik mempertahankan nafsu makan dengan mengubah variasi dan

kepadatan seperti jus atau sop kental.

3. Gunakan suplemen tinggi kalori atau protein.

Tindakan pada gangguan kesulitan makan secara umum dapat dilakukan dengan

cara:

1. Atur posisi seperti duduk tegak 60-90 derajat pada kursi atau ditepi tempat

tidur.

2. Pertahankan posisi selama 10-15 menit.

3. Fleksikan kepala ke depan pada garis tengah tubuh 45 derajat untuk

mempertahankan kepatenan esofagus.

4. Mulai dari jumlah yang kecil.


25

5. Anjurkan untuk membersihkan mulut, hindari makanan yang pedas atau asam,

makanan berserat (sayuran mentah) dan rendam makanan kering agar lunak.

Tindakan pada gangguan kelebihan nutrisi secara umum dapat dilakukan

dengan

cara:

1. Hindari makanaan yang mengandung lemak.

2. Berikan motivasi untuk menurunkan berat badan.

3. Lakukan program olahraga

2.2.4 Pelaksanaan (Tindakan) Keperawatan

Pelaksanaan tindakan keperawatanmenurut Hidayat, A (2013), meliputi:

1. Pemberian Nutrisi Melalui Oral

Pemberian nutrisi melalui oral merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan

pada pasien yang tidak mempu memenuhi kebutuhan nutrisi secara sendiri dengan

cara membantu memberikan makan/nutrisi melalui oral (mulut), bertujuan

memenuhi kebutuhan nutrisi pasien dan menghasilkan selera makan pada pasien.

Alat dan Bahan:

a. Piring

b. Sendok

c. Garpu

d. Gelas

e. Serbet

f. Mangkok cuci tangan

g. Pengalas

h. Jenis diet
26

Prosedur Kerja :

a. Cuci tangan

b. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

c. Atur posisi pasien

d. Pasang pengalas

e. Anjurkan pasien untuk berdoa sebelum makanan.

f. Bantu untuk melakukan makan dengan cara menyuapkan makanan secara

sedikit demi sedikit dan berikan minum sesudah makan.

g. Setelah selesai, bersihkan mulut pasien dan anjurkan untuk duduk sebentar

h. Catat hasil atau resepons pemenuhan terhadap makan.

i. Cuci tangan

2. Pemberian Nutrisi Melalui Pipa Penduga / Lambung

Pemberian nutrisi melalui pipa penduga/ lambung merupakan tindakan

keperawatan yang dilakukan pada pasien yang tidak mampu memenuhi

kebutuhan nutrisi secara oral atau tidak mampu menelan dengan cara memberi

makanan melalui pipa lambung atau pipa penduga. Tujuannya adalah untuk

memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.

Alat dan Bahan:

a. Pipa penduga dalam tempatnya

b. Corong

c. Spuit 20cc

d. Pengalas

e. Bengkok

f. Plester, gunting
27

g. Makanan dalam bentuk cair

h. Air matang

i. Obat

j. Stetoskop

k. Klem

l. Baskom berisi air (kalau tidak ada steteoskop)

m. Vaselin

Prosedur kerja :

a. Cuci tangan

b. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan

c. Atur posisi pasien dengan posisi semifowler

d. Bersihkan daerah hidung dan pasangkan pengalas di daerah dada

e. Letakan bengkok di dekat pasien

f. Tentukan letak pipa penduga dengan cara mengukur panjang pipa dari

epigastrium sampai hidung kemudian dibengkokan ke telinga dan beri tanda

batasnya.

g. Berikan vaselin atau pelicin pada ujung pipa dan klem pangkal pipa tersebut

lalu masukan melalui hidung secara perlahan-lahan sambil pasien dianjurkan

untuk menelannya.

h. Tentukan apakah pipa tersebut benar-benar sudah masuk ke lambung dengan

cara:

1) Masukan ujung selang yang diklem ke dalam baskom yang berisi air (klem

dibuka), perhatikan bila ada gelembung maka pipa masuk ke paru, dan jika
28

tidak ada gelembung maka pipa masuk ke lambung. Setelah itu diklem atau

diklem atau dilipat kembali.

2) Masukan udara dengan spuit ke dalam lamung melalui puipa tersebut dan

dengarkan dengan stetoskop. Bila dilambung terdengar bunyi, berarti pipa

tersebut sudah masuk, setelah itu keluarkan udara yang ada di dalam sebanyak

jumlah yang dimasukan.

i. Setelah selesai, maka lakukan tindakan pemberian makanan dengan cara

pasang corong atau spuit pada pangkal pipa.

j. Masukan air matang pada awal dengan cara dituangkan lewat

pinggirnya.

k. Berikan makanan dalam bentuk cair yang tersedia, setelah itu bila ada

masukan obat dan beri minum lalu pipa pemberian makanan.

l. Catat hasil atau respons pasien selama pemberian makanan.

m. Cuci tangan

3. Pemberian Nutrisi Melalui Parenteral

Pemberian nutrisi melalui parenteral merupakan pemberia nutrisi berupa

cairan infuse yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui darah vena, baik secara

sentral (untuk nutrisi parenteral total) ataupun vena perifer (untuk nutrisi

parenteral bisa makan melalui oral atau pipa nasogastrik dengan tujuan untuk

menunjang nutrisi parenteral yang hanya memenuhi sebagian kebutuhan nutrisi

harian.

Metode pemberian:

a. Nutrisi parenteral parsial


29

Memenuhi pemberian nutrisi intravena yang digunakan untuk memenuhi

sebagian kebutuhan nutrisi harian pasien karena pasien masih dapat

menggunakan saluran pencernaan. Cairan yang biasanya digunakan dalam

bentuk dextrose atau cairan asam amino.

b. Nutrisi parenteral total

Merupakan pemberian nutrisi melalui intravena dimana kebutuhan nutrisi

sepenuhnya melalui cairan infus karena keadaan saluran pencernaan pasien

tidak dapat digunakan. Cairan yang dapat digunakan adalah cairan yang

mengandung karbohidrat seperti Trifosin E 1000, cairan yang mengandung

asam amino seperti Pan Amin G, dan cairan yang mengandung lemak seperti

intralipid.

c. Jalur pemberian nutrisi parenteral dapat melalui vena snetral untuk jangka

waktu lama dan melalui vena perifer.

2.2.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi menurut Hidayat, A (2013) terhadap masalah kebutuhan nutrisi secara

umum dapar diniali dari adanya kemampuan dalam:

1. Meningkatkan nafsu makan ditunjukkan adanya kemampuan dalam makan

serta adanya perubahan nafsu makan apabila terjadi kurang dari kebutuhan.

2. Terpenuhinya kebutuhan nutrisi ditunjukan dengan adanya tanda kekurangan

atau kelebihan berat badan.

3. Mempertahankan nutrisi melalui oral atau parenteral ditunjukan degan

adanya proses pencernaan makan yang adekuat.


30

2.3 Konsep Diabetes Melitus

2.3.1 Pengertian Diabetes Melitus

Diabetes Mellitus adalah suatu keadaan ketika tubuh tidak mampu

menghasilkan atau menggunakan insulin (hormon yang membawa glukosa darah

ke sel-sel dan menyimpannya sebagai glikogen). Dengan demikian, terjadi

hiperglikemia yang disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan

hormonal, melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak serta

menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada organ tubuh. Tambayong, J.

(2000) dalam Aini dan Aridiana (2016).

Diabetes Mellitus adalah sekelompok kelainan yang ditandai oleh

peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia mungkin terdapat penurunan

dalam kemampuan untuk berespon terhadap penurunan dalam kemampuan untuk

berespon terhadap insulin dan atau penurunan atau tidak terdapatnya pembentukan

insulin oleh pancreas. Riyadi dan Sukarmin (2013).

Diabetes mellitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang

ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat

kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya. Tiga komplikasi akut

utama diabetes terkait ketidakseimbangan kadar glukosa yang berlangsung dalam

jangka waktu pendek ialah hipoketoasidosis diabetik (DKA) dan sindrom

nonketotik hiperosmolar hiperglikemik. Hiperglikemia jangka panjang dapat

berperan menyebabkan komplikasi, mikrovaskular kronik (penyakit ginjal dan

mata) dan komplikasi neuropatik. Diabetes juga dikaitkan dengan peningkatan

insidensi penyakit makrovaskular, seperti penyakit arteri koroner (infark


31

miokard), penyakit serebrovaskular (stroke), dan penyakit vaskular penifer.

Brunner & Suddarth (2014).

Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolisme kronis

yang ditandai peningkatan glukosa darah (hiperglikemia), disebabkan karena

ketidakseimbangan antara supplai dan kebutuhan insulin. Insulin dalam tubuh

dibutuhkan untuk memfasilitasi masuknya glukosa dalam sel agar dapat

digunakan untuk metabolisme dan pertumbuhan sel. Berkurang atau tidak adanya

insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan menimbulkan

peningkatan gula darah, sementara sel menjadi kekurangan glukosa yang sangat

dibutuhkan dalam kelangsungan dan fungsi sel. Tarwono, dkk (2016)

Diabetes Melitus adalah suatu gangguan metabolisme karbohidrat, protein

dan lemak akibat dari ketidakseimbangan antara ketersediaan insulin dengan

kebutuhan insulin. Gangguan tersebut dapat berupa defisiensi insulin absolut,

gangguan pengeluaran insulin oleh sel beta pankreas, ketidakadekuatan atau

kerusakan pada reseptor insulin, produksi insulin yang tidak aktif dan kerusakan

insulin sebelum bekerja. Sudoyo.et.al (2006) dalam Damayanti (2015).

Diabetes mellitus adalah gangguan metabolik kronik yang tidak dapat

disembuhkan, tetapi dapat dikontrol yang dikarakteristikan dengan ketidak

adekuatan penggunaan insulin. Barbara Engram (1999) dalam Wijaya & Putri

(2013).

Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada

seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa)

darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif. Arjatmo tahun

(2002) dalam Padila (2012).


32

2.3.2 Etiologi

Diabetes Meilitus disebabkan oleh penurunan produksi insulin oleh sel-sel

beta pulaulangerhans Jenis Juvenilis (usia muda) disebabkan oleh predisposisi

herediter terhadap perkembangan antibodi yang merusak sel-sel beta atau

degenerasi sel-sel beta. Diabetes jenis awitan maturitas disebabkan oleh

degenerasi sel-sel beta akibat penuaan dan akibat kegemukan/obesitas. Tipe ini

jelas disebabkan oleh degenerasi sel-sel beta sebagai akibat penuaan yang cepat

pada orang yang rentan dan obesitas mempredisposisi terhadap jenis obesitas ini

karena diperlukan insulin dalam jumlah besar untuk pengelolaan metabolisme

pada orang kegemukan dibanding orang normal. Riyadi dan Sukarmin (2013)

Penyebab resistensi insulin pada diabetes sebenarnya tidak begitu jelas, tetapi

faktor yang banyak berperan antara lain:

a. Kelainan Genetik

Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap diabetes.

Ini terjadi karena DNA pada orang diabetes mellitus akan ikut diinformasikan

pada gen berikutnya terkait dengan penurunan produksi insulin.

b. Usia

Umumnya manusia mengalami penurunan fisiologis yang secara

dramatis menurun dengan cepat pada usia setelah 40 tahun. Penurunan ini

yang akan berisiko pada penurunan fungsi endokrin pancreas untuk

memproduksi insulin.

c. Gaya hidup stres

Stress kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan yang

cepat saji yang kaya pengawet, lemak dan gula. Makanan ini berpengaruh
33

besar terhadap kerja pancreas. Stres juga akan meningkatkan kerja

metabolisme dan meningkatkan kebutuhan akan sumber energi yang

berakibat pada kenaikan kerja pankreas. Beban yang tinggi membuat

pankreas mudah rusak hingga berdampak pada penurunan insulin.

d. Pola makan yang salah

Kurang gizi atau kelebihan berat badan sama-sama meningkatkan risiko

terkena diaberes. Malnutrisi dapat merusak pankreas, sedangkan obesitas

meningkatkan gangguan kerja atau resistensi insulin. Pola makan yang tidak

teratur dan cenderung terlambat juga akan berperan pada ketidakstabilan

kerja pankreas.

e. Obesitas

Obesitas mengakibatkan sel-sel beta pankreas mengalami hipertropi

yang akan berpengaruh terhadap penurunan produksi insulin. Hipertropi

pankreas disebabkan karena peningkatan beban metabolisme glukosa pada

penderita obesitas untuk mencukupi energi sel yang terlalu banyak.

f. Infeksi

Masuknya bakteri atau virus ke dalam pankreas akan berakibat

rusaknya sel-sel pancreas. Kerusakan ini berakibat pada penurunan fungsi

pankreas.

Etiologi Diabetes Mellitus menurut Wijaya dan Putri (2013) yaitu :

a. DM tipe I (IDDM/ Insulin Dependent Diabetes Melitus)

1) Faktor genetik/ herediter

Peningkatan kerentanan sel-sel beta dan perkembangan antibodi autoimun

terhadap penghancuran sel-sel beta.


34

2) Faktor infeksivirus

Infeksi virus coxsakie pada individu yang peka secara genetik

3) Faktor imunologi

Respon autoimun abnormal – antibodi menyerang jaringan normal yang

dianggap jaringan asing

b. DM tipe II (NIDDM)

1) Obesitas – obesitas menurunkan jumlah reseptor insulin dari sel targer

diseluruh tubuh, insulin yang tersedia menjadi kurang efektif dalam

meningkatkan efek metabolik

2) Usia – cenderung meningkat diatas usia 65 tahun

3) Riwayat keluarga

4) Kelompok etnik

c. DM Malnutrisi

Kekurangan protein kronik menyebabkan hipofungsi pankreas

d. DM tipe Lain

1) Penyakit pankreas- pankreatitis, Ca pankreas, dll

2) Penyakit hormonal - acromegali yang merangsang sekresi sel-sel beta

sehingga hiperaktif dan rusak

3) Obat-obatan

a) Aloxan, streptozokin- sitoksin terhadap sel-sel beta

b) Delivat thiazide menurunkan sekresi insulin


35

2.3.3 Patofisiologi

Pathway merupakan bentuk skema dari patofisiologi yang dirunut sampai


memunculkan masalah keperawatan.

Kelainan Gaya Malnutrisi Obesitas Infeksi


genetik hidup
Penyampaian Meningkatkan Penurunan Peningkata Merusa
kelainan beban produk n kebutuhan k
pankreas ke metabolik insulin insulin
us)
indivisu pakreas as glukos dalam sel

Glukosa menumpuk di darah Sel tidak memperoleh nutrisi

Peningkatan tekanan osmolitas plasma Starvasi

Pembongkaran Pembongkaran
Kelebihan ambang glikogen, asam protein dan
glukosa pada ginjal lemak, keton untuk asam amino
energi

Diuresia osmotik Penurunan


Penurunan perfusi
antibodi jaringan
Poliuria Penumpuka
n benda
keton Resiko Resiko
Defisit volume tinggi perlukaa
Asidosi infeksi n
Penurunan
masa otot
Pola napas
Nutrisi kurang tidak efektif
dari kebutuhan
tubuh

Gambar 2. 1Pathway menurut Riyadi dan Sukarmin (2013)


36

Keadaan patologi tersebut akan berdampak

1. Hiperglikemia

Hiperglikemia didefinisikan sebagai kadar glukosa darah yang tinggi pada

rentang non puasa sekitar 140-160 mg/100ml darah.

Dalam keadaan insulin normal asupan glukosa atau produksi glukosa dalam

tubuh akan di fasilitasi (oleh insulin) untuk masuk ke dalam sel tubuh. Glukosa

itu kemudian diolah untuk menjadi bahan energi/ Apabila bahan energi yang

dibutuhkan masih ada sisa akan disimpan sebagai glukogen dalam sel-sel hati

dan sel-sel otot (sebagai massa sel otot). Proses glikogenesis (pembentukan

glikogen dari unsur glukosa ini dapat mencegah hiperglikemia. Pada penderita

diabetes mellitus proses ini tidak dapat berlangsung dengan baik sehingga

glukosa banyak menumpuk di darah (hiperglikemia).

Secara rinci proses terjadinya hiperglikemia karena defisit insulin tergambar

pada perubahan metabolik sebagai berikut:

1) Transpor glukosa yang melintasi membran sel-sel berkurang

2) Glukogenesis (pembentukan gikogen dan glukosa) berkurang dan tetap

terdapat keletihan glukosa dalam darah

3) Glikolisis (pemecahan glukosa) meningkat, sehingga cadangan glikogen

berkurang dan glukosa "hati" dicurahkan ke dalam darah secara terus

menerus melebihi kebutuhan.

4) Glukoneogenesis (pembentukan gjukosa dari unsur non karbohidrat)

meningkat dan lebih banyak lagi glukosa "hati" yang tercurah ke dalam darah

hasil pemecahan asam amino dan lemak.


37

Hiperglikemia akan mengakibatkan pertumbuhan berbagai mikroorganisme

dengan cepat seperti jamur dan bakteri. Karena mikroorganisme tersebut sangat

cocok dengan daerah yang kaya glukosa. Setiap kali timbul peradangan maka

akan terjadi mekanisme peningkatan darah pada jaringan yang cidera. Kondisi

itulah yang membuat mikroorganisme mendapat peningkatan pasokan nutrisi.

Kondisi ini akan mengakibatkan penderita diabetes milletus mudah mengalami

infeksi oleh bakteri dan jamur.

2. Hiperosmolaritas

Hiperosmolaritas adalah adanya kelebihan tekanan osmotik pada plasma sel

karena adanya peningkatan konsentrasi zat. Sedangkan tekanan osmosis

merupakan tekanan yang dihasilkan karena adanya peningkatan konsentrasi

laruran pada zat cair.

Pada penderita diabetes milletus terjadinya osmolaritas karena peningkatan

konsentrasi glukosa dalam darah (yang notabene komposisi terbanyaknya adalah

zat cair). Peningkatan glukosa dalam darah akan berakibat terjadinya kelebihan

ambang pada ginjal untuk memfiltrasi dan reabsorb-si glukosa (meningkat

kurang lebih 225 mg/menit). Kelebihan ini kemudian menimbulkan efek

pembuangan glukosa melaui urin (glukosuria). Ekskresi molekul glukosa yang

aktif secara osmosis menyebabkan kehilangan sejumlah besar air (diuresis

asmotik) dan berakibat peningkatan volume air (poliuria). Proses seperti ini

mengakibatkan dehidrasi dengan ekstra seluler dan juga di ruangan intraseluler.

Glukosuna dapat mencapai 5-10% dan osmolaritas serum lebih dan 370-380

mosmols/dl dalam keadaan tidak terdapatnya keton darah. Kondisi ini dapat

berakibat koma hiperglikemik hiperosmolar nonketotik (K.HHN).


38

3. Starvasi Selluler

Starvasi selluler merupakan kondisi kelaparan yang dialami oleh sel karena

glukosa sulit masuk padahal di sekeliling sel banyak sekali glukosa. Kalau Kita

meminjam istilah peribahasa "kelaparan ditengah lumbung padi." Ada banyak

bahan makanan tetapi tidak bisa di bawa untuk diolah Sulitnya glukosa masuk

karena tidak ada yang memfasilitasi untuk masuk sel yaitu insulin.

Dampak dari starvasi selluler akan terjadi proses kompensasi selluler untuk

tetap mempertahankan fungsi sel. Proses itu antara lain:

1) Defisiensi insulin gagal untuk melakukan asupan glukosa bagi jaringan-

jaringan peripheral yang tergantung pada insulin (otot rangka dan jaringan

lemak). Jika tidak terdapat glukosa, sel-sel otot memetabolisme cadangan

glikogen yang mereka miliki untuk dibongkar menjadi glukosa dan energi

mungkin juga akan menggunakan asam lemak bebas (keton). Kondisi ini

berdampak pada penurunan massa otot, kelemahan otot dan rasa mudah lelah.

2) Starvasi selluler juga akan mengakibatkan peningkatan metabolisme protein

dan asam amino yang digunakan sebagai substrat yang diperlukan untuk

glukoneogenesis dalam hati. Hasil dari glukoneogenesis akan dijadikan untuk

proses aktivitas sel tubuh. Protein dan asam amino yang melalui proses

glukoneogenesis akan dirubah menjadi CO2 Dan H2O serta glukosa.

Perubahan ini berdampak juga pada penurunan sintesis protein. Proses

glukoneogenesis yang menggunakan asam amino menyebabkan penipisan

simpanan protein tubuh karena unsur nitrogen (sebagai unsur pemecahan

protein) tidak diguna kembali untuk semua bagian tetapi diubah jadi urea

dalam hepar dan diekskresikan urine. Eksresi nitrogen yang banyak akan
39

berakibat pada keseimbangan negative nitrogen. Depepresi protein akan

berakibat tubuh menjadi kurus, penurunan resistensi terhadap infeksi dan

sulitnya pengembalian jaringan yang rusakan (sulit sembuh kalau ada cidera)

3) Starvasi sel juga berdampak peningkatan mobilisasi dan metabolisme lemak

(lipolisis) asam lemak bebas, trigliserida dan gliserol yang meningkat

bersirkulasi dan menyediakan substrat bagi hati untuk proses ketogenesis

yang digunakan sel untuk melakukan aktivitas sel. Ketogenesis

mengakibatkan peningkatan kadar asam organik (keton), sementara keton

menggunakan cadangan alkali tubuh untuk buffer PH darah menurun.

Pernafasan kusmaull dirangsang untuk mengkompensasi keadaan asidosis

metabolik. Diuresis osmotik menjadi bertambah buruk dengan adanya

ketoanemis dan dari katabolisme protein yang meningkatkan asupan protein

ke ginjal sehingga tubuh banyak kehilangan protein.

4) Adanya starvasi selluler akan meningkatkan mekanisme untuk meningkatkan

pemasukan dengan munculnya rasa ingin makan terus (polifagi). Starvasi

selluler juga akan memunculkan gejala klinis kelemahan tubuh karena terjadi

penurunan produksi energi. Dan kerusakan berbagai organ reproduksi yang

salah satunya dapat seperti persyarafan perifer dan mata (muncul rasa baal

dan mekanisme penyesuain tubuh timbul impotensi dan organ tubuh yang

lain mata kabur).


40

2.3.4 Faktor yang mempengaruhi Diabetes Melitus

Membagi faktor-faktor risiko terjadinya DM antara lain:

1. Faktor Keturunan (Genetik)

Riwayat keluarga dengan DM tipe 2, akan mempunyai peluang

menderita DM sebesar 15% dan risiko mengalami intoleransi glukosa yaitu

ketidakmampuan dalam memetabolisme karbohidrat secara normal sebesar

30%. Faktor genetik dapat langsung mempengaruhi sel beta dan mengubah

kemampuannya untuk mengenali dan menyebabkan rangsang sekretoris

insulin. Keadaan ini meningkatkan kerentanan individu tersebut terhadap

faktor-faktor lingkungan yang dapat mengubah integritas dan fungsi sel beta

pankreas. Secara genetik risiko DM tipe II meningkat pada saudara kembar

monozigotik seorang DM tipe II, ibu dari neonatus yang beratnya lebih dari 4

Kg, individu dengan gen obesitas, ras atau etnis tertentu yang mempunyai

insiden tinggi terhadap DM.

2. Obesitas

Obesitas atau kegemukan yaitu kelebihan berat badan > 20% dari berat

ideal atau BMI (Body Mass Index) 227kg/m2. Kegemukan menyebabkan

berkurangnya jumlah reseptor insulin yang dapat bekerja di dalam sel pada

otot skeletal dan jaringan lemak. Hal ini dinamakan resistensi insulin perifer.

Kegemukan juga merusak kemampuan sel beta untuk melepas insulin saat

terjadi peningkatan glukosa darah. Soegondo (2007) menyatakan obesitas

menyebabkan respons sel beta pankreas terhadap peningkatan glukosa darah

berkurang, selain itu reseptor insulin pada sel diseluruh tubuh termasuk di

otot berkurang jumlah dan keaktivannya (kurang sensitif). Masih sulit


41

menjelaskar dasar biokimia terjadiya resistensi insulin, namun penelitian

memusatkan pada dua hal yang saling berkaitan dan merupakan variabel

utama yang terdapat dalam otot rangka, yaitu komposisi asam lemak dari

struktur lipid membran otot dan proporsi relatif serat otot utama.

a) Komposisi asam lemak dari struktur lipid membran otot

Keaktifan insulin sangat dipengaruhi oleh komposisi asam lemak dalam

fosfolipid membran. Makin jenuh asam lemak lipid membran, sensitifitas

insulin semakin kurang dan semakin tidak jenuh asam lemak lipid membran

maka keaktifan insulin semakin baik. Makin jenuh asam lemak fosfolipid

membran jaringan, laju metabolisme makin rendah dan ini merupakan

predisposisi bagi penimbunan lemak. Sehingga semakin obesitas seseorang

maka semakin jenuh lemak membran ototnya yang selanjutnya menyebabkan

terjadi kondisi resistensi insulin.

b) Proporsi relatif serat otot utama

Keaktifan insulin dipengaruhi oleh tipe serat dari otot. Serat otot tipe I

(slow-twitch oxidative) dan tipe 2A (fast-twitch oxidative/ glycolytic) lebih

sensitif terhadap insulin dibandingkan serat otot tipe 2B (fast-twitchl

glycolytic). Resistensi insulin dan obesitas berkaitan erat dengan

berkurangnya prosentase serat tipe I dan sebaliknya prosentase relatif tipe 2B

meningkat. Dari penelitian ini didapatkan bahwa ada korelasi komposisi

asam lemak otot dan tipe serat otot. Prosentase serat tipe l yang menurun

mengakibatkan turunnya oksidasi lemak kronis, yang menyebabkan

penimbunan lemak tubuh, meningkatkan kejenuhan asam lemak lipid

membran sehingga terjadi obesitas dan resistensi insulin. Kegemukan


42

diakibatkan adanya dengan beberapa faktor, yaitu antara lain: perubahan gaya

hidup dari tradisional ke gaya hidup barat, makan yang berlebihan, hidup

santai dan kurang gerak badan (Soegondo, Soewondo & Subekti, 2009).

3. Usia

Faktor usia yang risiko menderita DM tipe II adalah usia diatas 30 tahun, hal

ini karena adanya perubahan anatomis, fisiologis dan biokimia. Perubahan

dimulai dari tingkat sel, kemudian berlanjut pada tingkat jaringan dan

akhinya pada tingkat organ yang dapat mempengaruhi homeostasis. Setelah

seseorang mencapai umur 30 tahun, maka kadar glukosa darah naik 1-2%

tiap tahun saat puasa dan akan naik 6-13% pada 2 jam setelah makan,

berdasarkan hal tersebut bahwa umur merupakan faktor utama terjadinya

kenaikan relevansi diabetes serta gangguan toleransi glukosa (Sudoyo,et al.

2009).

4. Tekanan Darah

Seseorang yang berisiko menderita DM adalah yang mempunyai tekanan

darah tinggi (Hipertensi) yaitu tekanan darah 140/90 mmHg. Pada umumnya

pada diabetes melitus menderita juga hipertensi. Hipertensi yang tidak

dikelola dengan baik akan mempercepat kerusakan pada ginjal dan kelianan

kardiovaskuler. Sebaliknya apabila tekanan darah dapat dikontrol maka akan

memproteksi terhadap komplikasi mikro dan makrovaskuler yang disertai

pengelolaan hiperglikemia yang terkontrol. Patogenesis hipertensi pada

penderita DM tipe II sangat kompleks, banyak faktor yang berpengaruh pada

peningkatan tekanan darah. Pada DM faktor tersebut adalah: resistensi


43

insulin, kadar gula darah plasma, obesitas selain faktor lain pada sistem

regulasi pengaturan tekanan darah (Sudoyo, 2009).

4. Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik yang kurang menyebabkan resistensi insulin pada DM

tipe 2 (Soegondo, Soewondo & Subekti, 2009). Menurut Ketua Indonesian

Diabetes Association (Persadia), Soegondo bahwa DM tipe II selain faktor

genetik, juga bisa dipicu oleh lingkungan yang menyebabkan perubahan gaya

hidup tidak sehat, seperti makan berlebihan (berlemak dan kurang serat),

kurang aktivitas fisik, stres. DM tipe II sebenarnya dapat dikendalikan atau

dicegah terjadinya melalui gaya hidup sehat, seperti makanan sehat dan

aktivitas fisik teratur.

Aktifitas fisik berdampak terhadap aksi insulin pada orang yang berisiko

DM. Kurangnya aktifitas merupakan salah satu faktor yang ikut berperan

yang menyebabkan resistensi insulin pada DM tipe II. Lebih lanjut Stevenson

dan Lohman dalam Kriska (2007) menyatakan individu yang aktif memiliki

insulin dan profil glukosa yang lebih baik dari pada individu yang tidak aktif.

Mekanisme aktifitas fisik dalam mencegah atau menghambat perkembangan

DM tipe II yaitu: 1) Penurunan resistensi insulin/ peningkatan sensitifitas

insulin; 2) Peningkatan toleransi glukosa; 3) Penurunan lemak adiposa tubuh

secara menyeluruh; 4) Pengurangan lemak sentral; 5) Perubahan jaringan

otot.

5. Kadar Kolesterol

Kadar HDL Kolesterol s 35 mg/dL (0,09 mmoVL) dan atau kadar

trigtiserida 2259 mg/dl (2,8 mmo/L) (Sudoyo, 2009). Kadar abnormal lipid
44

darah erat kaitannya dengan obesitas dan DM tipe II. Kurang lebih 38%

pasien dengan BMI 27 adalah penderita hiperkolesterolemia. Pada kondisi

ini, perbandingan antara HDL (High Density Lipoprotein) dengan LDL (Low

Density Lipoprotein) cenderung menurun (dimana kadar trigliserida secara

umum meningkat) sehingga memperbesar risiko atherogenesis. Salah satu

mekanisme yang diduga menjadi predisposisi diabetes tipe II adalah

terjadinya pelepasan asam-asam lemak bebas secara cepat yang berasal dari

suatu lemak viseral yang membesar. Proses ini menerangkan terjadinya

sirkulasi tingkat tinggi dari asam-asam lemak bebas di hati, sehingga

kemampuan hati untuk mengikat dan mengekstrak insulin dari darah menjadi

berkurang. Hal ini dapat mengakibatkan hiperinsulinemia. Akibat lainnya

adalah peningkatan glukoneogenesis dimana glukosa darah meningkat. Efek

kedua dari peningkatan asam-asam lemak bebas adalah menghambat

pengambilan glukosa oleh sel otot. Dengan demikian, walaupun kadar insulin

meningkat, namun glukosa darah tetap abnormal tinggi. Hal ini menerangkan

suatu resistensi fisiologis terhadap insulin seperti yang terdapat pada diabetes

tipe II.

7. Stres

Stress adalah segala situasi dimana tuntutan non spesifik mengharuskan

individu untuk berespon atau melakukan tindakan. Respon ini sangat

individual karena individu mempunyai sifat yang multidimensi. Stres muncul

ketika ada ketidakcocokan antara tuntutan yang dihadapi dengan kemampuan

yang dimiliki. Diabetesi yang mengalami stres dapat merubah pola makan,

latihan, penggunaan obat yang biasanya dipatuhi dan hal ini menyebabkan
45

terjadinya hiperglikemia. Stres memicu reaksi biokimia tubuh melalui 2 jalur,

yaitu neural dan neuroendokrin. Reaksi pertama respon stres yaitu sekresi

sistem saraf simpatis untuk mengeluarkan norepinefrin yang menyebabkan

peningkatan frekuensi jantung. Kondisi ini menyebabkan glukosa darah

meningkat guna sumber energi untuk perfusi. Bila stres menetap akan

melibatkan hipotalamus-pituitari. Hipotalamus mensekresi corticotropin-

releasing faktor, yang menstimulasi pituitari anterior untuk memproduksi

Adrenocortocotropic Hormone (ACTH) kemudian ACTH menstimulasi

pituitari anterior untuk memproduksi glukokortikoid, terutama kortisol.

Peningkatan kortisol mempengaruhi peningkatan glukosa darah melalui

glukoneogenesis, katabolisme protein dan lemak. Selain itu kortisol juga

dapat menginhibisi ambilan glukosa oleh sel tubuh. Stres adalah segala situasi

di mana tuntutan non spesifik mengharuskan individu berespon atau

melakukan tindakan. Stres dapat merubah pola makan, latihan, dan

penggunaan obat yang biasanya dipatuhi. Stres dapat menyebabkan

hiperglikemia. Stres memicu terjadinya reaksi biokimia melalui sistem neural

dan neuroendokrin. Reaksi pertama dari respon stres adalah terjadinya sekresi

sistem saraf simpatis yang dikuti oleh sekresi simpatis-adrenal-medular, dan

bila stres menetap maka sistem hipotalamus pituitari akan diaktifkan.

Hipotalamus mensekresi corticotropin-releasing faktor, yang menstimulasi

pituitari anterior memproduksi adenocorticotropic hormone (ACTH). ACTH

menstimulasi produksi kortisol, yang akan mempengaruhi peningkatan kadar

glukosa darah.
46

8. Riwayat diabetes gestasional

Wanita yang mempunyai riwayat diabetes gestasional atau melahirkan

bayi dengan berat badan lahir lebih dari 4 kg mempunyai risiko untuk

menderita DM tipe II. DM tipe ini terjadi ketika ibu hamil gagal

mempertahankan glikemia (kadar glukosa darah normal). Faktor resiko DM

gestasional adalah riwayat keluarga, obesitas dan glikosuria. DM tipe ini

dijumpai pada 2-5 % populasi ibu hamil. Biasanya gula darah akan kembali

normal setelah melahirkan, namun resiko ibu untuk mendapatkan DM tipe Il

di kemudian hari cukup.

2.3.5 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinik menurut Riyadi dan Sukarmin (2013) yang sering

dijumpai pasien diabetes mellitus yaitu:

a. Poliuria (Peningkatan pengeluaran urine)

b. Polidipsia (Peningkatan rasa haus) akibat volume pada urine yang sangat

besar dan keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel. Dehidrasi

intrasel mengikuti dehidrasi ekstrasel karena air intra akan berdifusi keluar

sel mengikuti penurunan gradien konsentrasi ke plasma yang hipertonik

(sangat pekat). Dehidrasi intrasel merangsang pengeluaran ADH (antideuret

hormone) dan menimbulkan rasa haus.

c. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan aliran darah pada pasien

diabetes lama, katabolisme protein diotot dan ketidakmampuan sebagian

besar sel untuk menggunakan glukosa sebagai energi.

d. Polifagia (peningkatan rasa lapar).


47

e. Peningkatan angka infeksi akibat penurunan protein sebagai bahan

pembentukan antibodi, peningkatan konsentrasi glukosa disekresi mukus,

gangguan fungsi imun, dan penurunan aliran darah pada penderita diabetes

kronik.

f. Kelainan kulit: gatal, bisul-bisul

Kelainan kulit berupa gatal-gatal, biasanya terjadi didaerah ginjal. Lipatan

kulit seperti diketiak dan di bawah payudara, biasanya akibat tumbuhnya

jamur.

g. Kelainan genekologis

Keputihan dengan penyebab tersering yaitu jamur terutama candida.

h. Kesemutan rasa baal akibat terjadinya neuropati.

Pada pederita diabetes milletus regenerasi sel persarafan mengalami

gangguan akibat kekurangan bahan dasar utama yang berasal dari usur

protein. Akibatnya banyak sel persarafan terutama perifer mengalami

kerusakan.

i. Kelemahan tubuh

Kelemahan tubuh terjadi akibat penurunan produksi energi metabolik yang

dilakukan oleh sel melalui proses glikolisis tidak dapat berlangsung secara

optimal.

j. Luka atau bisul yang tidak sembuh-sembuh

Proses penyembuhan luka membutuhkan bahan dasar utama dari protein dan

unsur makanan yang lain. Pada penderita diabetes mellitus bahan protein

banyak di formulasikan untuk kebutuhan energi sel sehingga bahan yang

dipergunakan untuk penggantian jaringan yang rusak mengalami gangguan.


48

Selain itu luka yang sulit sembuh juga dapat diakibatkan oleh pertumbuhan

mikroorganisme yang cepat pada penderita diabetes mellitus.

k. Pada laki-laki terkadang mengeluh impotensi

Ejakulasi dan dorongan seksulitas laki-laki banyak dipengaruhi oleh

peningkatan hormon testoteron. Pada kondisi optimal (periodik hari ke-3)

maka secara otomatis akan meningkatkan dorongan seksual. Penderita

diabetes mellitus mengalami penurunan produksi hormon seksual akibat

kerusakan testoteron dan sistem yang berperanan.

l. Mata kabur yang disebabkan katarak atau ganguan refraksi akibat perubahan

pada lensa oleh hiperglikemia. Mungkin juga disebabkan kelainan pada

corpus vitreum.

Menurut Hasdianah dan Suprapto (2014) keluhan umum pasien DM

seperti polituria, polidipsia, polifagia pada DM umumnya tidak ada. Sebaliknya

yang sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif

kronik pada pembuluh darah dan saraf. Pada DM lansia terdapat perubahan

patofisiologi akibat proses menua, sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari

kasus tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang

sering muncul adalah adanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa

kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada

tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim. Gejala-gejala akibat DM

pada usia lanjut yang sering ditemukan adalah:

a. Katarak

b. Glaukoma

c. Retinopati
49

d. Gatal seluruh badan

e. Pruritus Vulvae

f. Infeksi bakteri kulit

g. Infeksi jamur di kulit

h. Dermatopati

i. Neuropati perifer

j. Neuropati visceral

k. Amiotropi

l. Ulkus Neurotropik

m. Penyakit ginjal

n. Penyakit pembuluh darah perifer

o. Penyakit koroner

p. Penyakit pembuluh darah otak

q. Hipertensi

Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang

tinggi. dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau bahkan

inkontinensia urin. Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan,

akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi. Karena itu tidak

terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut. Penyakit yang mula-mula

ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada pasien DM usia lanjut dapat

berubah tiba-tiba, apabila pasien mengalami infeksi akut. Defisiensi insulin yang

tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan ketoasidosis

dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi, kesadaran menurun dengan

hiperglikemia, dehidrasi dan ketonemia Gejala yang biasa terjadi pada


50

hipoglikemia seperti rasa lapar, menguap dan berkeringat banyak umumnya tidak

ada pada DM usia lanjut. Biasanya bermanifestasi sebagai sakit kepala dan

kebingungan mendadak. Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat hilang.

Sedangkan gejala kebingungan dan koma yang merupakan gangguan

metabolisme setebral tampak lebih jelas.

2.3.6 Klasifikasi Diabetes Melitus

Menurut WHO (1985) dalam Tarwono, dkk (2016). Penyakit DM

diklasifikasikan menjadi :

a. Diabetes melitus tipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes Melitus INDDM)

yaitu DM yang bergantung insulin. Diabetes tipe ini terjadi pada 5 % sd 10%

penderita DM. Pasien sangat tergantung insulin melalui penyuntikan untuk

mengendalikan gula darah.

Diabetes tipe 1 disebabkan karena kerusakan sel beta pankreas yang

menghasilkan insulin. Hal ini berhubungan dengan kombinasi antara faktor

genetik, immunologi dan kemungkinan lingkungan, seperti virus. Terdapat

juga hubungan terjadinya diabetes tipe I dengan beberapa antigen leukosit

manusia (HLAs) dan andanya autoimun antibodi sel islet (ICAs) yang dapat

merusak sel-sel beta pankreas. Bagaimana proses terjadinya kerusakan sel beta

itu ini tidak jelas. Ketidakmampuan sel beta menghasilkan insulin

mengakibatkan glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan

dalam hati dan tetap berada dalam darah sehingga menimbulkan

hiperglikemia.

Peningkatan gula darah yang tinggi lebih dari 180 mg/100 ml,

menyebabkan glukosa keluar melalui urin (glukosuria), hal ini disebabkan


51

karena ketidakkemampuan ginjal menyerap kembali glukosa (reabsorpsi) yang

telah difiltrasi melebihi ambang batas filtrasi glukosa oleh glumerolus. Ketika

glukosa yang berlebihan disekresi disertai pengeluaran cairan dan elektrolit

yang berlebihan karena tubulus ginjal tidak mereabsorpsi air secara optimal,

keadaan ini disebut diuresis osmotik, sebagai akibat ke banyaknya urin yang

diproduksi maka akan mengalami peningkatan berkemih (poliuria) serta rasa

haus (polidipsia). Defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein

dan lemak dan menurunkan simpanan/cadangan makanan, mengakibatkan

kelaparan sel dan merangsang selera makan (polifagia).

Pada Diabetes tipe I sangat berisiko terjadinya koma diabetikum, akibat

adanya ketoasidosis. Keadaan ini disebabkan karena akselerasi katabolisme

lemak, disertai peningkatan pembentukan badan keton dan penurunn sintesis

asam lemak dan trigliserida. Makanan yang dimakan secara normal 5% akan

diubah menjadi glikogen dan 30-40 % diubah menjadi lemak di jaringan

adipose, disamping dimanfaatkan untuk metablisme yang menghasilkan CO2

dan H2O. Pada diabetes, kurang dari 5% diubah menjadi lemak walaupun

jumlah yang dibakar menjadi CO2 dan H2O juga menurun dan jumlah yang

diubah menjadi glikogen juga tidak meningkat, sehingga glukosa tertimbun

dalam aliran darah.

b. Diabetes melitus tipe II atau Non Insulin Dependent Diabetes

Melitus (NIDDM) yaitu DM yang tidak tergantung pada insulin Kurang lebih

90 %-95 % penderita DM adalah diabetes tipe ini. DM tipe II terjadi akibat

penurunan sensitivitas terhadap insulin (resistensi insulin) atau akibat

penurunan produksi insulin. Normalnya insulin terikat oleh reseptor khusus


52

pada permukaan sel dan mulai terjadi rangkaian reaksi termasuk metabolisme

glukosa. Pada diabetes tipe II reaksi dalam sel kurang efektif karena

kurangnya insulin yang berperan dalam menstimulasi glukosa masuk ke

jaringan dan pengaturan pelepasan glukosa dihati. Adanya insulin juga dapat

mencegah pemecahan lemak yang menghasilkan badan keton.

DM tipe II banyak terjadi pada usia dewasa lebih dari 45 tahun, karena

berkembang lambat dan terkadang tidak terdeteksi, tetapi jika gula darah

tinggi baru dapat dirasakan seperti kelemahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi,

proses penyembuhan luka yang lama, infeksi vagina, kelainan penglihatan.

Faktor resiko DM tipe II

1) Usia diatas 45 tahun, jarang DM tipe II terjadi pada usia muda

2) Obesitas, berat badan lebih dari 120 % dari berat badan ideal (kira-kira

terjadi pada 90%)

3) Riwayat keluarga dengan DM tipe II

4) Riwayat adanya gangguan toleransi glukosa (IGT) atau ganggun glukosa

puasa (FG),

5) Hipertensi lebih dari 140/90 mmHg atau hiperlipidemia, kolesterol atau

trigkiserida lebih dari 150 mg/dl.

6) Riwayat gestasional DM atau riwayat melahirkan bayi diatas 4 kg.

7) Polycystic ovarian syndrome yang diakibatkan resistensi dari insulin.

Pada keadaan ini wanita tidak terjadi ovulasi (keluarnya sel telur dari

ovarium), tidak terjadi mentruasi tumbuhnya rambut secara berlebihan,

tidak bisa hamil.


53

c. Diabetes karena malnutrisi

Golongan diabetes ini terjadi akibat malnutri, biasanya pada penduduk yang

miskin. Diabetes tipe ini dapat ditegakkan jika ada 3 gejala dari gejala yang

mungkin yaitu:

1) Adanya gejala malnutrisi seperti badan kurus, berat badan kurang dari 80

% berat badan ideal

2) Adanya tanda-tanda malabsorpsi makanan

3) Usia antara 15-40 tahun.

4) Memerlukan insulin untuk regulasi DM dan menaikkan berat badan.

5) Nyeri perut berulang

d. Diabetes sekunder yaitu DM yang berhubungan dengan keadaan atau

penyakit tertentu, misalnya penyakit pankreas (pankreatitis, neoplasma,

trauma/panreatectomy), endokrinopati (akromegali,Cushing's syndrome,

pheochromacytom,hyperthyroidism), obat-obatan atau zat kimia

(glukokortikoid, hormon tiroid, dilantin, nicotinic acid, penyakit infeksi

seperti kongenital rubella, Infeksi cytomegalovirus, serta sindrom genetik

diabetes seperti Syndrome Down.

e. Diabetes melitus gestasional yaitu DM yang terjadi pada masa kehamilan,

dapat didiagnosa dengan menggunakan test toleran glukosa, terjadi pada kira-

kira 24 minggu kehamilan. Individu dengan DM gestasional 25 % akan

berkembang menjadi DM.

Perkeni (2006) dalam Aini dan Aridiana (2016) mengklasifikasikan Diabetes

Melitus menjadi empat, yaitu: diabetes tipe 1 (diabetes bergantung insulin)


54

dan diabetes tipe II (diabetes tidak bergantung insulin), diabetes lain, serta

diabetes kaeran kehamilan.

a. Diabetes tipe-1 (Insulin Dependent Diabetes Melitus)

Merupakan kondisi autoimun yang menyebabkan kerusakan sel b pancreas

sehingga timbul defisiensi insulin absolute. Pada DM tipe-1 sistem imun

tubuh sendiri secara spesifik menyerang dan merusak sel-sel penghasil

insulin yang terdapat pada pancreas. Belum diketahuai hal apa yang memicu

terjadinya kejadian autoimun ini, namun bukti-bukti yang ada menunjukan

bahwa faktor genetik dan faktor lingkungan seperti infeksi virus tertentu

berperan dalam prosesnya. Sekitar 70-90% sel b hancur sebelum timbul

gejala klnis, pasien DM tipe 1 harus menggunakan injeksi insulin dan

menjalankan diet secara ketat.

b. Diabetes tipe II atau (Non-Insulin Dependent Diabebtes Mellitus (NIDDM))

Diabetes tipe ini merupakan bentuk diabetes yang paling umum.

Penyebabnya bervariasi mulai dominan resistensi insulin disertai defisiensi

insulin relative sampai defek sekresi insulin disertai resistensi insulin.

Penyebab resistansi insulin pada diabetes sebenarnya tidak begitu jelas,

faktor yang banyak berperan antara lain sebagai berikut.

1) Kelainan genetik

2) Usia

Umumnya manusia mengalami penurunan fisiologis yang secara drastis

menurun dengan cepat pada usia 40 tahun. Penurunan ini yang akan beresiko

pada penurunan fungsi endokrin pankreas untuk memproduksi insulin.


55

3) Gaya hidup dan stress

Stress kronik cenderung membuat seseorang mencari makan yang cepat saji

kaya pengawet, lemak, dan gula. Makanan ini berpengaruh besar terhadap

kerja pancreas. Stress juga akan meningkatkan kerja metabolisme dan

meningkatkan kebutuhan akan sumber energi yang berakibat pada kenaikan

kerja pancreas. Beban yang tinggi membuat pancreas mudah rusak hingga

berdampak pada penurunan insulin.

4) Pola makan yang salah

Kurang gizi atau kelebihan berat badan sama-sama meningkatkan risiko

terkena diabetes.

5) Obesitas (terutama pada abdomen)

Obesitas mengakibatkan sel-sel b pancreas mengalami hipertrofi sehingga

akan berpengaruh terhadap penurunan produksi insulin. Peningkatan BB 10

kg pada pria dan 8 kg pada wanita dari batas normal IMT (indeks masa

tubuh) akan meningkatkan risiko M tipe II. Selain itu pada obesitas juga

terjadi penurunan adiponektin.Adiponektin adalah hormon yang dihasilkan

adiposity, yang berfungsi untuk memperbaiki sensitivitas insulin dengan cara

menstimulasi peningkatan penggunaan glukosa dan oksidasi asam lemak otot

dan hati sehingga kadar trigiserida turun. Penurunan adiponektin

menyebabkan resistensi insulin. Adiponektin berkolerasi posotif dengan HDL

dan berkorelasi negative dengan LDL (Renaldy, O., 2009; Umar, H. dan

Adam J., 2009)


56

6) Infeksi

Masuknya bakteri atau virus ke dalam pancreas akan berakibat rusaknya sel-

sel pancreas. Kerusakan ini berakibat pada penurunan fungsi pancreas.

c. Diabetes tipe lain

1) Defek genetic fungsi sel beta (maturity onset diabetes of the young (MODY)

1,2,3 dan DNA mitokondria).

2) Defek genetik kerja insulin

3) Penyakit eksorin pancreas (pancreatitis, tumor/pankreatektomi, dan

pankreaatopati fibrikalkulus)

4) Infeksi (rubella congenital, sitomegalovirus)

d.Diabetes mellitus gestasional (DMG)

Diabetes ini disebabkan karena terjadi resistensi insulin selama kehamilan

dan biasanya kerja insulin akan kembali normal setelah melahirkan.

2.3.7 Komplikasi Diabetes Melitus

Komplikasi pada pasien Diabetes Melitus menurut dibangi menjadi dua yaitu:

a. Komplikasi metabolik

1) Ketoasidosis diabetik

2) HHNK (Hiperglikemik Hiperomolar Non Ketotik)

b. Komplikasi

1) Mikrovaskular kronik (penyakit ginjal dan mata) dan neuropati

2) Makrovaskular (MCI, Stroke, penyakit vascular perifer)

Menurut Black & Hawks (2005) dalam Damayanti (2015) membagi

komplikasi DM menjadi 2 kelompok besar, yaitu komplikasi akut dan

komplikasi kronis:
57

a. Akut

Hipoglikemia secara harfiah berarti kadar glukosa darah dibawah

normal. Hipoglikemia merupakan komplikasi akut diabetes mellitus yang dapat

terjadi secara berulang dan dapat memperberat penyakit diabetes bahkan

menyebabkan kematian. Hipoglikemia diabetik (insulin reaction) terjadi karena

peningkatan insulin dalam darah dan penurunan kadar glukosa darah yang

diakibatkan oleh terapi insulin yang tidak adekuat.

Resiko hipoglikemia terjadi akibat ketidaksempurnaan terapi saat ini,

dimana pemberian insulin masih belum sepenuhnya dapat menurunkan

(mimicking) pola sekresi insulin yang fisiologis. Hipoglikemia lebih sering

terjadi pada pasien diabetes tipe 1 dari pada tipe I, namun dapat juga terjadi

pada pasien diabetes tipe II yang mendapatkan terapi insulin, dan merupakan

faktor penghambat utama dalam penanganan diabetes mellitus.

Fokus utama hipoglikemia yang menjadi fokus pengelolaan diabetes

mellitus adalah ketergantungan secara terus menerus. Gangguan asupan glukosa

yang berlangsung beberapa menit menyebabkan gangguan fungsi sistem saraf

pusat, dengan gejala gangguan kognisi, bingung, dan koma.

Hipoglikemia sering didefinisikan sesuai dengan gambaran klinisnya dan

diklasifikasikan berdasarkan Triad Whipple, yaitu:

1) Keluhan yang menunjukkan adanya kadar glukosa darah plasma yang

rendah.

2) Kadar glukosa darah yang rendah (< 3 mmol/L hipoglikemia pada diabetes).

3) Hilangnya secara cepat keluhan sesudah kelaianan biokimiawi dikoreksi.

Berdasarkan kriteria diatas, hipoglikemia diabetik dibagi sebagai berikut:


58

1) Hipoglikemia ringan : simptomatik, dapat diatasi sendiri, tidak ada

gangguan aktivitas sehari-hari yang nyata.

2) Hipoglikemia Sedang : simptomatik dapat diatasi sendiri, dan

manimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari yang nyata.

3) Hipoglikemia berat : sering (tidak selalu) tidak simptomatik, karena

gangguan kognitif, pasien tidak mampu mengatasi sendiri:

a) Membutuhkan bantuan orang lain tetapi tidak membutuhkan terapi

parenteral.

b) Memerlukan terapi parenteral

c) Disertai korna atau kejang

b. Kronis

Komplikasi kronis terdiri dari komplikasi makrovaskuler,

mikrovaskuler dan neuropati.

1) Komplikasi makrovaskuler

Komplikasi ini diakibatkan karena perubahan ukuran diameter pembuluh

darah. Pembuluh darah akan menebal, sklerosis dan timbul sumbatan

(occlusion) akibat plaque yang menempel. Komplikasi makrovaskuler yang

paling sering terjadi adalah: penyakit arteri koroner, penyakit cerebrovaskuler

dan penyakit vaskuler perifer.

2) Komplikasi mikrovaskuler

Perubahan mikrovaskuler melibatkan kelainan struktur dalam membran

pembuluh darah kecil dan kapiler. Kelainan pada pembuluh darah ini

menyebabkan dinding pembuluh darah menebal, dan mengakibatkan


59

penurunan perfusi jaringan. Komplikasi mikrovaskuler terjadi di retina yang

menyebabkan retinopati diabetik dan di ginjal menyebabkan nefropati

diabetik.

3) Komplikasi Neuropati

Neuropati diabetik merupakan sindroma penyakit yang mempengaruhi

semua jenis saraf, yaitu saraf perifer, otonom dan spinal. Komplikasi

neuropati perifer dan otonom menimbulkan permasalahan di kaki, yaitu

berupa ulkus kaki diabetik, pada umumnya tidak terjadi dalam 5-10 tahun

pertama setelah didagnosis, tetapi tanda- tanda komplikasi mungkin

ditemukan pada saat mulai terdiagnosis DM tipe II karena DM yang

dialami pasien tidak terdiagnosis selama beberapa tahun.

Masalah kaki juga merupakan masalah yang umum pada pasien dengan

diabetes dan hal ini menjadi cukup berat akibat adanya ulkus serta infeksi,

bahkan akhirnya dapat menyebabkan amputasi. Permasalahan pada kaki telah

dilaporkan sebagai alasan pasien perlu masuk ke rumah sakit.

Menurut WHO lesi-lesi yang sering menyebabkan ulserasi kronis dan

amputasi disebut dengan istilah kaki diabetik, lesi ini digambarkan sebagai

infeksi, ulserasi dan rusaknya jaringan yang lebih dalam yang berkaitan

dengan gangguan neurologis dan vaskular pada tungkai.

Penyebab terjadinya ulkus diabetik bersifat multifaktorial, yang dapat

dikategorikan menjadi tiga kelompok, yaitu akibat perubahan patofisiologi,

deformitas anatomi dan faktor lingkungan. Perubahan patofisiologi

menyebabkan neuropati perifer, penyakit vaskular dan penurunan sistem

imunitas. Faktor lingkungan terutama adalah trauma akut maupun kronis


60

(akibat tekanan sepatu, benda tajam, dan lain sebagainya) merupakan faktor

yang memulai terjadinya ulkus.

Faktor resiko terjadinya ulkus dan infeksi yaitu neuropati perifer,

deformitas neuro osteoarthopathic, insufisiensi vaskular hiperglikemia dan

gangguan metabolik lain, keterbatasan pasien, perilaku maladaptif serta

kegagalan pelayanan kesehatan. Adapun mekanisme terjadinya ulkus

diantaranya adalah akibat ketidakpatuhan dalam melakukan tindakan

pencegahan, pemeriksaan kaki, serta kebersihan, kurang melaksanakan

pengobatan medis, aktivitas pasien yang tidak sesuai, kelebihan berat badan

serta penggunaan alas kaki yang tidak sesuai, serta kurangya pendidikan

pasien, pengotrolan glukosa darah dan perawatan kaki.

Terjadinya ulkus diabetik diawali dengan adanya hiperglikemia pada

pasien diabetes. Hiperglikemia ini menyebabkan terjadinya neuropati dan

kelainan pada pembuluh darah. Neuropati baik sensorik, motorik maupun

autonomik yang akan menimbulkan berbagai perubahan pada kulit ada otot.

Kondis ini selanjutnya menyebabkan perubahan distribusi tekanan pada

telapak kaki yang akan mempermudah terjadinya ulkus. Adanya kerentanan

terhadap infeksi menyebabkan luka mudah terinfeksi. Faktor aliran darah

yang kurang akan menambah kesulitan pengelolaan kaki diabetik.

Neuropati perifer pada penyakit DM dapat menimbulkan kerusakan pada

serabut motorik, sensorik dan autonom, kerusakan serabut motorik dapat

menimbutlkan kelemahan otot, atrofi otot, deformitas (hammer toes, claw

toes, pes cavus, pes planus, halgus valgus, kontraktur tendar archiles),

bersama dengan adanya neuropati memudahkan terbentuknya kalus.


61

Kerusakan serabut sensors akibat rusaknya serabut mielin menyebabkan

penurunan sensasi nyeri sehingga memudahkan terjadinya ulkus kaki.

Kerusakan serabut autonom yang terjadi akibat denervasi simpatik

menimbulkan kulit kering (anhidriosis) dan terbentuk fisura kulit dan edema

kaki. Kerusakan serabut sensorik, motorik dan autonom memudahkan

terjadinya atropati charcot. Gangguan vaskular periferbaik akibat

makrovaskular (aterosklerosis) maupun gangguan mikrovaskular

menyebabkan terjadinya iskemia kaki. Keadaan tersebut disamping sebagai

penyebab terjadinya ulkus juga mempersulit proses penyembuhan.

Ada beberapa sistem untuk menilai derajat ulkus kaki diabetik,

diantanya adalah sistem klasifikasi Wagner, klasifikasi Texas, klasifikasi

Edmonds dan lain sebagainya. Adapun sistem klasifikasi menurut wagner

adalah sebagai berikut:

Tabel 2. 8 Klasifikasi ulkus DM Berdasarkan Sistem Wagner


Tingkat Lesi
0 Tidak terdapat lesi terbuka, mungkin hanya deformitas dan
selulitis
1 Ulkus diabetik superfisialis (partial atau full thickness)
2 Ulkus meluas mengenai ligament, tendon, kapsul sendi atau otot
dalam tanpa abses atau osteomileitis infeksi sendi tumit
3 Ulkus dalam dengan abses, osteomielitis atau infeksi sendi
4 Ganggren setempat pada bagian depan kaki atau tumit
5 Ganggren luas meliputi seluruh kaki
Sumber : (Fryberg, 2002)

2.3.8 Pemeriksaan Test Diagnostik

Pemeriksaaan diagnostik menurut Wujaya dan Putri (2013) yaitu:

a. Kadar glukosa

1) gula darah sewaktu/ random >200mg/dl

2) gula darah puasa/ nuchter > 140 mg/dl


62

3) gula darah 2 jam PP (post prandial) > 200mg/dl

b. Aseton plasma hasil (+) mencolok

c. As. Lemak bebas  peningkatan lipid dan kolesterol

d. Osmolaritas serum (>330 osm/l)

e. Urinalis  proteinuria, ketonuria, glukosuria

Untuk menentukan penyakit DM menurut Tarwono, dkk, (2016), dikaji

tanda dan geiala yang dialami pasien juga yang penting adalah dilakukan test

diagnostik diantaranya:

a. Pemeriksaan Gula Darah Puasa atau Fasting Blood(FBS)

Tujuan : Menentukan jumlah glukosa darah pada sat puasa.

Pembatasan : Tidak makan selama 12 jam sebelum test biasanya jam 08.00

pagi sampai jam 20.00, minum boleh.

Prosedur : Darah diambil dari vena dan kirim ke laboralorium.

Hasil : Normal 80-120 mg/100 ml serum

Abnormal : 140 mg/100 ml atau lebih

b.Pemeriksaan gula darah postprandial

Tujuan : Menentukan gula darah setelah makan.

Pembatasan : Tidak ada.

Prosedur : Pasien diberi makan kira-kira 100 gr karbohidat, dua jam

kemudian diambil darah venanya

Hasil : Normal : kurang dari120 mg/100 ml serum Abnormal

: Lebih dari 200 mg/100 ml atau lebih, indikasi DM

c. Pemeriksaan toleransi glukosa oral/Oral glukosa tolerance test (TTGO)

Tujuan :Menentukan toleransi terhadap respons pemberian glukosa.


63

Pembatasan:Pasien tidak makan 12 jam sebelum test dan selama test, boleh

minum air putih, tidak merokok, ngopi atau minum teh selama pemeriksaan

(untuk mengukur respon tubuh terhadap karbohidrat), sedikit aktivitas, kurangi

stres (keadaan banyak aktivitas dan stres menstimulasi epinephrine dan kortisol

dan berpengaruh terhadap peningkatan gula darah melalui peningkatan

glukoneogenesis)

Prosedur :Pasien diberi makanan tinggi karbohidrat selama 3 hari sebelum

test, kemudian puasa selama 12 jam, ambil darah puasa dan urin untuk

pemeriksaan. Berikan 100 gr glukosa ditambah juice lemon melalui mulut,

periksa darah dan urine , 1, 2, 3, 4 dan 5 jam setelah pemberian glukosa

Hasil :Normal puncaknya jam pertama setelah pemberian 140

mg/dl dan kembali normal 2 atau 3 jam kemudian.

Abnormal :Peningkatan glukosa pada jam pertama tidak kembali setelah 2 atau 3

jam, urine positive glukosa.

d. Pemeriksaan glukosa urine

Pemeriksaan ini kurang akurat karena hasil pemeriksaan ini banyak

dipengaruhi oleh berbagai hal misalnya karena obat-obatan seperti aspirin,

vitamin C dan beberapa antibioti ,adanya kelainan ginjal dan pada lansia dimana

ambang ginjal meningkat. Adanya glukosuria menunjukkan bahwa ambang

ginjal terhadap glukosa terganggu.

e. Pemeriksaan ketone urine

Badan ketone merupakan produk sampingan proses pemecahan

lemak, dan senyawa ini akan menumpuk pada darah dan urine. Jumlah keton
64

yang besar pada urin akan merubah pereaksi pada strip menjadi keunguan.

Adanya ketonuria menunjukan adanya ketoasidosis.

f. Pemeriksaan kolesterol dan kadar serum trigliserida, dapat meningkat karena

ketidakadekuatan kontrol glikemik.

g. Pemeriksaan hemoglobin glikat (HbAlc),

Pemeriksaan lain untuk memantau rata rata kadar glukosa darah adalah

glykosylated hemoglobin (HbA1c). Test ini mengukur prosentasi glukosa yang

melekat pada hemoglobin. Pemeriksaan ini menunjukan kadar glukosa darah

rata-rata selama 120 hari sebelumnya, sesuai dengan usia eritrosit. HbA1c

digunakan untuk mengkaji kontrol glukosa jangka panjang, sehingga dapat

memprediksi risiko komplikasi. Hasil HbA1c tidak berubah karena pengaruh

kebiasaan makan sehari sebelum test. Pemeriksan HbAlc dilakukan untuk

diagnosis dan pada interval tertentu untuk mengevaluasi penatalaksanaan DM,

direkomendasilam dilakukan 2 kali dalam setahun bagi pasien DM. Kadar yang

direkomendasikan oleh ADA adalah < 7 %.

2.3.9 Penatalaksanaan Diabetes Melitus

Menurut Aini dan Aridiana (2016) ada 4 (empat) dalam penatalaksanaan

Diabetes Mellitus, yaitu edukasi, terapi gizi/diet, olahraga, dan obat.

1) Edukasi

Perubahan perilaku sangat dibutuhkan agar mendapatkan hasil

pengelolaan diabetes yang optimal. Supaya perubahan perilaku berhasil,

dibutuhkan edukasi yang komperhensif dan upaya peningkatan motivasi.

Perubahan perilaku bertujuan agar penyandang DM dapat menjalani pola

hidup sehat. Beberapa perubahan perilaku yang diharapkan seperti mengikuti


65

pola makan sehat, meningkatkan kegiatan jasmani, menggunakan obat

diabetes dan obat-obatan pada keadaan khusus secara aman dan teratur,

melakukan Pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM) dan memanfaatkan

data yang ada, melakukan perawatan kaki secara berkala, memiliki

kemampuan untuk mengenal dan menghadapi keadaan sakit akut dengan

tepat, mempunyai ketrampilan mengatasi masalah yang sederhana dan mau

bergabung dengan kelompok penyandang Diabetes Mmellitus, serta

memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada (Soegondo, 2008)

2) Terapi gizi medis/ diet

Pada umumnya diet untuk penderita diabetes mellitus diatur berdasarkan 3J

yaitu jumlah (kalori), jenis, dan jadwal. Faktor-faktor yang menentukan

kebutuhan kalori antara lain jenis kelamin, umur, aktivitas, fisik atau

pekerjaan, dan berat badan. Penentuan status gizi dapat menggunkan indeks

massa tubuh (IMT) atau rumus Broca, tetapi untuk kepentingan praktis di

lapangan digunakan rumus Broca.

a) Cara menghitung IMT

Indeks Massa tubuh (IMT) dibagi menjadi beberapa klasifikasi dengan cara

menghitung sebagai berikut:

(1) BB kurang : <18.5

(2) BB normal : 18,5-22,9

(3) BB lebih : ≥ 23

Dengan resiko : 23 - 24.9

Obesitas I : 2.5.0 29.9


66

Obesitas II : ≥30.0

b) Penentuan Satatus Gizi Berdasarkan Rumus Broca

Pertama-tama dilakukan perhitungan berat badan ideal (BBI) dengan rumus

berikut.

(TB cm – 100) -10%

Penghitungan status gizi pada laki-laki dengan tinggi < 160 cm dan wanita

dengan tinggi < 150 cm, BBI tidak dikurangi 10%. Penentuan status gizi

dihitung dari:

(BB aktual BBI) X 100%

(1) BB kurang : BB < 90%BBI

(2) BB normal : BB 90%-110% BBI

(3) BB lebih : BB 110-120%BBI

(4) Gemuk : BB > 120% BBI

c) Penentuan Kebutuhan Kalori per Hari

(1) Kalori Basal:

Pria : BBI (kg) x 30

Wanita : BBI(kg) x 25

(2) Koreksi atau Penyesuaian

(a) Umur diatas 40 tahun : -5%

(b) Aktivitas Ringan :+10%

(c) Aktivitas sedang : + 20%

(d) Berat : +30%

(e) BB Gemuk :-20 %

(f) BB Lebih :-10%


67

(g) Stress metabolik(infeksi, operasi, dll) : -10-30 %

(h) Kehamilan trimester 1dan II : +300 Kalori

(i) Kehamilan trimester III : +500 Kalori

Contoh

Seseorang laki-laki usia 48 tahun, mempunyai tinggi 160 cm dan BB 63 kg.

Bekerja sebagai penjaga toko (termasuk pekerjaan sedang), maka kebutuhan

kalorinya adalah sebagai berikut

(1) BBI

(TB-100) – 10% = (160-100) – 10% = 54 KG

(2) Status gizi

(BB aktual BBI) x 100%

(63 kg 54 kg X 100% = 116% (termasuk BB berlebih)

(3) Jumlah kalori per harinya

Kebutuhan kalori basa : BBI x 30 kal = 54 x 30 kal = 1.620 kal

Kebutuhan kalori untuk aktifitas ditambah 20% = 20% x 1.620 kal = 324 kal

Koreksi karena berlebihan BB dikurangi 10% = 10% x 1.620 kal = 162

(4) Kadi total kebutuhan kalorinya adalah 1620 kal + 324 kal – 162 kal = 1.728

kal atau dibulatkan 1700 kal.

(5) Jumlah kalori tersebut didistribusikan dalam karbohidrat sebesar 60%,

protein 20%, dan lemak 20%

(6) Sementara jadwal makannya (waktu makan yang tepat) terbagi menjadi

makan pagi, siang, dan malam serta makanan selingan dua kali.

Penyandang diabetes yang juga mengidap penyakit lain, makan pola

pengaturan makan disesuaikan dengan penyakit penyertanya, hal yang terpenting


68

adalah jangan terlalu mengurangi jumlah makanan karena akan mengakibatkan

kadar gluksa darah menjadi rendah (hipoglikemia) dan juga jangan terlalu banyak

mengonsumsi makanan yang memperparah penyakit Diabetes Mellitus.,

komposisi makanan yang dianjurkan terdiri atas beberapa unsur gizi penting

sebagai berikut:

1) Karbohidrat

a) Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total asupan energi

b) Pembatasan karbohidrat total < 130g/hari tidak dianjurkan

c) Makanan harus mengandung karbohidrat terutama yang berserat tinggi

d) Gula dalam bumbu diperbolehkan sehingga penyandang DM dapat makan

sama dengan keluarga yang lain

e) Sukrosa tidak boleh lebih dari 5% total asupan energi

f) Pemanis alternatif dapat digunakan sebagai pengganti gula, asal tidak

melebihi batas aman konsumsi harian (Accepted Daily Intake).

g) Makan tiga kali sehari untuk mendistribusikan makanan selingan buah

atau makanan lain sebagai bagian dari kebutuhan kalori sehari.

2) Lemak

a) Asupan lemak dianjurkan sekitar 20-25% kebutuhan kalori, tidak

diperkenankan melebihi 30% total asupan energi.

b) Lemak jenuh <7% kebutuhan kalori.

c) Lemak tidak jenuh ganda <10%, selebihnya dari lemak tidak jenuh

tunggal.
69

d) Bahan makanan yang perlu dibatasi adalah yang banyak mengandung

lemak jenuh dan lemak trans antara lain daging berlemak, dan susu penuh

(whole milk).

e) Anjuran konsumsi kolesterol <300% mg/hari`

3) Protein

a) Dibutuhkan sebesar 10-20% total asupan energi

b) Sumber protein yang baik adalah seafood (ikan, udang, cumi, dan lain-lain),

daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit, produk susu rendah lemak, kacang-

kacangan, tahu, dan tempe

c) Pasien dengan nefropari perlu penurunan asupan protein menjadi 0,8 g/kg

BB per hari atau 10% dari kebutuhan energi dan 65% hendaknya bernilai

biologis tinggi.

4) Natrium

a) Anjuran asupan natrium untuk penyandang DM sama dengan anjuran untuk

masyarakat umum yaitu tidak lebih dari 3.000 mg atau sama dengan 6-7 g

(1 sendok teh) garam dapur.

b) Mereka yang hipertensi, pembatasan natrium sampai 2.400 mg garam dapur

c) Sumber natrium antara lain garam dapur, vetsin, soda, dan bahan pengawet

seperti natrium benzoat dan natrium nitrit.

5) Serat

a) Seperti halnya masyarakat umum penyandang diabetes dianjurkan

mengkonsumsi cukup serat dari kacang-kacangan, buah, dan sayuran serta

sumber karbohidrat yang tinggi serat. Oleh karena mengandung vitamin,

mineral, serat, dan bahan lain yang baik untuk kesehatan.


70

b) Anjuran konsumsi serat adalah + 25 g/1.000 kkal/hari.

6) Pemanis alternatif

a) Pemanis dikelompokkan menjadi pemanis bergizi dan pemanis tidak

bergizi. Termasuk pemanis bergizi adalah gula alkohol dan fruktosa.

b) Gula alkohol antara lain isomalt, lactitol, maltitol, monitol. sorbitol, dan

xylitoi.

c) Penggunaan pemanis bergizi perlu diperhitungkan kandungan kalorinya

sebagai bagian dari kebutuhan kalori sehari.

d) Fruktosa tidak dianjurkan penggunaannya bagi penyandang DM karena efek

samping pada lemak darah.

e) Pemanis tak bergizi termasuk aspartam, sakarin, acesulfame potasium,

sukralose, dan neotame.

f) Pemanis alternatif penggunaannya tidak akan mengganngu kesehatan

sepanjang tidak melebihi batas aman (Accepted Daily Intake).

3) Olahraga

Olahraga selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan BB dan

memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa

darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat

aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Serta

sebaiknya juga disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Prinsip

olahraga pada pasien DM adalah CRIPE, yaitu sebagai berikut (Kariadi, 2009).

a) Continous (terus-menerus)

Latihan harus berkesinambungan terus-menerus tanpa berhenti dalam waktu

tertentu, contohnya seperti berlari, istirahat, lalu mulai berlari lagi`


71

b) Rhytmical (berirama)

Olahraga harus dipilih yang berirama, yaitu otot yang berkontraksi dan

relaksasi secara teratur. Contohnya, jalan kaki, berlari, berenang, atau

bersepeda.

c) Interval (berselang)

Latihan dilakukan secara berselang-selang antara gerak lambat dan gerak cepat.

Contohnya, lari dapat diselingi dengan jalan cepat, atau jalan cepat dapat

diselingi dengan jalan biasa (asalkan tidak berhenti).

d) Progressive (meningkat)

Latihan dilakukan meningkat secara bertahap sesuai kemampuan dari ringan

sampai sedang hingga mencapai 30-60 menit dan intensitas latihan mencapai

60-70% maximum hate rate (MHR). Sementara frekuensi latihan dilakukan 3-

5x/minggu

e) Endurance (daya tahan)

Latihan harus ditujukan pada latihan daya tahan tubuh untuk meningkatkan

kemampuan pernapasan dan jantung. Hal ini dipenuhi oleh olahraga seperti

jalan kaki, berlari, berenang, atau bersepeda.

Hal-hal berikut harus diperhatikan ketika melakukan latihan/ olahraga (Sudoyo

et al, 2006).

(1) Pemanasan(warm-up)

Pemanasan untuk mempersiapkan berbagai sistem tubuh, menaikkan suhu

tubuh, meningkatkan denyut nadi hingga mendekati intensitas latihan, dan

menghindari cedera akibat latihan. Pemanasan dilakukan 5-10 menit. dilakukan

sebelum latihan yang sebenarnya.


72

(2) Latihan inti (conditoning)

Pada tahap ini diusahakan denyut nadi mencapai target hate rate (THR), agar

mendapat manfat latihan. Apabila THR tidak tercapai, maka pasien tidak akan

mendapatkan manfaat latihan, sedangkan bila lebih dari THR bisa terjadi resiko

yang fatal.

Cara menghitung THR adalah dengan menggunakan MHR yaitu 220 - umur.

Setelah MHR didapatkan baru ditemukan THR. Contoh latihan bagi seorang

DM usia 50 tahun ditargetkan 50% maka THR-nya adalah 60% x (220-50-102.

Dengan demikian, diabetisi tersebut dalam melakukan olahraga denyut nadinya

adalah sekitar 102x/menit.

(3) Pendinginan (cooling-down)

Tahap ini bertujuan untuk mencegah penimbunan asam laktat yang dapat

menimbulkan rasa nyeri pada otot setelah olahraga atau rasa pusing akibat

masih terkumpulnya darah pada otot yang aktif Dilakukan 5-10 menit hingga

denyut nadi mencapai denyut nadi istirahat.

(4) Peregangan (stretching)

Tahap ini dilakukan dengan tujuan untuk melemaskan dan melenturkan otot

yang masih teregang dan menjadikannya lebih elastis.

4) Intervensi Farmakologis (Obat)

Intervensi farmakologis ditambahkan jika sasaran glukosa darah belum

tercapai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani. Intervensi

farmakologis terdiri atas pemberian Obat Hipoglikemik Oral (OHO) dan

injeksi insulin.
73

a) Obat Hipoglikemik Oral (OHO)

Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi 4 golongan berikut

(1) Pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue)

(a) Sulfonilurea

Obat golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan sekresi insulin oleh

sel beta pankreas dan merupakan pilihan utama untuk pasien dengan berat

badan normal dan kurang, namun masih boleh diberikan kepada pasien dengan

berat badan lebih. Penggunaan sulfonilurea jangka panjang tidak dianjurkan

untuk orang tua, gangguan fungsi ginjal dan hati, kurang nutrisi serta penyakit

kardiovaskular, hal ini bertujuan untuk mencegah hipoglikemia

(b) Glinid

Gilinid menupakan obat yang cara kerjanya sama dengan sulfonilurea, dengan

penekanan pada meningkatkan sekresi insulin fase pertama. Golongan ini

terdiri atas 2 macam obat yaitu Rapaglinid (derivat asam benzoat) dan

Nateglinid (derivat fenilalanin), Obat ini diabsorbsi dengan cepat setelah

pemberian secara oral dan diekskresi secara cepat melalui hati.

(2) Penambah sensitivitas terhadap insulin

Tiazolidindion (rosiglitazon dan piogliazon) berikatan pada Peroxisome

Proliferator Acivated Receptor Gamma (PPAR-y), suatu reseptor inti di sel

otot dan sel lemak. Golongan ini mempunyai efek menurunkan resistensi

insulin dengan meningkatkan jumlah protein pengangkut glukosa, sehingga

meningkatkan ambilan glukosa di perifer.

Tiazolidindion dikontraindikasikan pada pasien dengan jantung kelas I - IV

karena dapat memperberat edema atau retensi cairan dan juga pada gangguan
74

fungsi hati. Pasien yang menggunakan tiazolidindion perlu dilakukan

pemantauan fungsi hati secara berkala.

(3) Penghambat glukoneogenesis (Metformin)

Obat ini mempunyai efek utama mengurangi produksi glukosa hati

(glukoneogenesis), disamping juga memperbaiki ambilan glukosa perifer. Obat

ini utamanya dipakai pada penyandang DM yang bertubuh gemuk. Metformin

dikontraindikasikan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal (serum

kreatinin > 1,5 mg/dL) dan hati, serta pasien-pasien dengan kecenderungan

hipoksemia (misalkan penyakit serebrovaskular, sepsis, renjatan dan gagal

jantung). Metformin dapat memberikan efek samping mual, untuk mengurangi

keluhan tersebut dapat diberikan pada saat atau sesudah makan.

(4) Penghambat glukosidase alfa (Acarbose)

Obat ini bekerja dengan mengurangi absorbsi glukosa di usus halus, sehingga

mempunyai efek menurunkan kadar glukosa darah sesudah makan. Acarbose

tidak menimbulkan efek samping hipoglikemia. Efek samping yang paling

sering ditemukan adalah kembung dan flatulen.

b) Insulin

Berdasarkan berbagai penelitian klinis, selain dapat memperbaiki status

metabolik dengan cepat (terutama kadar glukosa darah) insulin juga memiliki

efek lain yang bermanfaat antara lain perbaikan inflamasi. Pada pasien DMT-1

(Dm tipe 1), terapi insulin dapat diberikan segera setelah diagnosis ditegakkan .

Sementara pada DMT-2 dapat menggunakan hasil Konsensus PERKENI 2006

yaitu jika kadar glukosa darah tidak terkontrol dengan baik (A1C >6,5%)

dalam jangka waktu 3 bulan dengan 2 obat oral, maka sudah ada indikasi untuk
75

memulai terapi kombinasi obat antidiabetik oral dan insulin. Lebih jelasnya

menurut PB PABDI (2013) insulin diperlukan pada keadaan-keadaan berikut:

(1) Penurunan BB yang cepat

(2) Kendali kadar glukosa darah yang buruk (A,C >6,5% atau kadar glukosa darah

puasa > 250 mg/dL).

(3) DM lebih dari 10 tahun

(4) Hiperglikemia berat yang disertai ketosis, hiperglikemia, hiperosmolar non-

ketorik, dan hiperglikemia dengan asidosis laktat.

(5) Gagal dengan kombinasi OHO dosis hampir maksimal

(6) Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA dan stroke)

(7) Kehamilan dengan DM (Diabeies Mellitus Gestasional) yang tidak terkendali

dengan makan

(8) Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat

(9) Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO

Tabel 2. 9 Dosis Pemberian Insulin Subkutan


Glarnine 10 U sebelum tidur
5 U pada keadaan yang dikhawatirkan terjadi hipoglikemia
15 U pada pasien DM tipe II, obesitas, infeksi, luka terbuka,
dalam terapi steroid, dan pasca-CABG
Insulin 0,1 U/kg tiap makan
short/rapid Sesuaikan atau berikan setelah makan pada pola makan yang
acting tidak teratur
Periksa glukosa saat makan dan sebelum tidur – insulin tambahan
20-299 Tambahan insulin rapid acting 0,075 U/kg BB
mg/dL
>300 mg/Dl Tambahan insulin rapid acting 0,1 U/kg BB
Sesuai dosis glargine untuk mempertahankan glukosa darah puasa 80-110
mg/Dl
Jika tercapai Sesuaikan insulin rpid acting untuk mencapai kadar glukosa
darah sebeleum makan dan sebelum tidur 120-200 mg/Dl

Menurut Padila (2012) tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba

menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk
76

mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap

tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal.

Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes:

a. Diet

b. Latihan

c. Pemantauan

d. Terapi (jika diperlukan)

e. Pendidikan Kesehatan

2.4 Diet Pasien Diabetes Melitus tipe II

2.4.1 Pegertian Diet

Diet adalah sebuah proses untuk pendapatan hidup yang lebih sehat dengan

cara mengatur jenis dan jumlah makanan sehingga bisa mempertahankan

kesehatan, perubahan pada bentuk tubuh, status gizi baik serta membantu

mencegah dan menyembuhkan penyakit. (Ariani, 2017)

2.4.2 Tujuan Diet

Menurut Almatsier (2010) tujuan diet penyakit Diabetes Melitus adalah

membantu pasien memperbaiki kebiasaan makan dan olahraga untuk

mendapatkan kontrol metabolik yang lebih baik dengan cara:

1. Mempertahankan kadar glukosa darah supaya mendekati normal dengan

menyeimbangkan asupan makanan dengan insulin (endogenous atau

exogenous) dengan obat penurun glukosa oral dan aktivitas fisik.

2. Mencapai dan mempertahankan kadar lipida serum normal

3. Memberi cukup energi untuk mempertahankan atau mencapai berat badan

normal
77

4. Menghindari atau menangani komplikasi akut pasien yang menggunakan

insulin seperti hipoglikemia, komplikasi jangka pendek, dan jangka lama

serta masalah yang berhubungan dengan latihan jasmani

5. Meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang

optimal.

2.4.3 Prinsip Diet Diabetes Melitus

Menurut Krisnatuti, dkk (2014) tujuan pengaturan diet penyakit DM

adalah membantu pasien memperbaiki kebiasaan makan. Adapun prinsip

penyusunan sebagai berikut:

1. Mempertahankan kadar gula darah supaya tetap normal dengan

menyeimbangkan asupan makanan, insulin (ensogenous atau ecogenous)

obat penurun gula oral, serta aktivitas fisik.

2. Mencapai dan mempertahankan kadar lipid serum normal.

3. Memberi kecukupan energi untuk mempertahankan atau mencapai berat

badan normal

4. Menghindari atau menangani komplikasi akut pasien yang menggunakan

insulin, seperti hipoglikemia serta komplikasi jangka pendek dan jangka lama

5. Meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang

optimal

2.4.4 Syarat diet

Syarat diet pada pasien Diabetes Mellitus menurut Almatsier, (2010) yaitu:

1. Energi cukup untuk mencapai dan mempertahankan berat badam normal

metabolisme basal sebesar 25-30 kkal/ kg BB normal, ditambah kebutuhan

untuk aktivitas fisik dam keadaan khusus misalnya kehamilan atau laktasi
78

serta ada tidaknya komplikasi, makanan dibagi dalam 3 porsi besar, yaitu

makan pagi (20%), siang (30%) dan sore (25%) serta 2-3 porsi kecil untuk

makanan selingan (masing-masing 10-15%)

2. Kebutuhan protein-normal, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total.

3. Kebutuhan lemak) sedang, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total, dalam

bentuk 10% dari kebutuhan energi total berasal dari lemak jenuh, 10% dari

lemak tidak jenuh ganda, sedangkan sisanya dari lemak tidak jenuh tunggal.

Asupan kolesterol makanan dibatasi, yaitu ≤300 mg hari

4. Kebutuhan karbohidrat adalah sisa dari kebutuhan energi total, yaitu 60-70%

5. Penggunaan gula murni dalam minuman dan makanan tidak diperbolehkan

kecuali jumlahnya sedikit sebagai bumbu. Bila kadar glukosa darah sudah

terkendali, diperbolehkan mengkonsunsi gula murni sampai 5% dari

kebutuhan energi total

6. Penggunaan gula alternatif dalam jumlah terbatas. Gula alternatif adalah

bahan pemanis selain sakarosa. Ada dua jenis gula alternatif yaitu yang

bergizi dan yang tidak bergizi. Gula alternatif bergizi adalah fruktosa, gula

alkohol berupa sorbitol, manitol, dan silitol, sedangkan gula alternatif tak

bergizi adalah aspartam dan sakarin. Penggunaan gula alternatif hendaknya

dalam jumlah terbatas. Fruktosa dalam jumlah 20% dari kebutuhan energi

total dapat meningkatkan kolesterol dan IDL, sedangkan gula alkohol dalam

jumlah berlebihan mempunyai pengaruh laksatif

7. Asupan serat dianjurkan 25 g/hari dengan mengutamakan serat larut air yang

terdapat di dalam sayur dan buah. Menu seimbang rata-rata memenuhi

kebutuhan serat sehari.


79

8. Pasien DM, dengan tekanan darah normal diperbolehkan mengkonsumsi

natrium dalam bentuk garam dapur seperti orang sehat yaitu 3000 mg/hari.

Apabila mengalami hipertensi, asupan garam dikurangi

9. Cukup vitamin dan mineral. Apabila asupan dari makanan cukup,

penambahan vitamin dan mineral dalam bentuk suplemen tidak

dipertemukan.

2.4.5 Pengaturan Diet Diabetes Melitus

Menurut Tandra Hans (2012) Pengaturan diet diabetes mencakup tiga unsur

(3J), yaitu jam makan, jumlah makan, dan jenis makanan.

1) Aturan jam makan

Jam makan yang tidak teratur bisa menyulitkan pengaturan gula darah.

Ketika terlambat makan pagi, sekitar pukul 10.00, bisa berkeringat dingin

lantaran gula darah turun. Jadwal makan yang kacau seperti itu dengan

sendirinya mengacaukan jumlah gula darah. Sekalipun sudah minum obat,

mengatur jam makan tetap menjadi suatu keharusan. Obat bekerja dengan

lama/durasi yang berlainan. Ada obat yang kerjanya 6-8 jam sehingga perlu

dikonsumsi tiga kali sehari. Ada juga obat yang bisa bertahan lebih lama di

dalam tubuh, sehingga cukup 1-2 kali sehari. Demikian pula dengan suntikan

insulin. Ada yang kerjanya cepat, hanya 3-4 jam. Ada juga yang bisa sampai 18-

24 jam. Karena alasan inilah, jam makan harus tepat dan teratur. Sering

melanggar jadwal makan akan merugikan kesehatan. Gula darah yang naik-turun

tidak karuan bisa merusak pembuluh darah sehingga komplikasi penyakit pun

akan bermunculan. Jika dihitung atas dasar berat-ringannya aktivitas, umumnya

orang lebih banyak bergerak pada pagi dan siang hari sehingga aturlah porsi
80

lebih besar pada sarapan pagi dan makan siang, sedangkan makan malam

menjadi lebih sedikit. Biasakan menu pagi dan siang masing-masing sekitar 40%,

sisa 20% untuk ukuran makan malam. Jam untuk menikmati makanan utama

maupun kudapan harus diatur. Jarak waktu antara dua makan yang terlalu lama

membuat gula darah drop, sebaliknya jika terlalu dekat gula darah akan tinggi.

Terlebih jika mendapatkan suntikan insulin karena insulin bekerja ketika ada

makanan masuk maupun saat perut kosong.

Sarapan jangan sampai terlewatkan, bila ada makanan atau kalori yang

masuk pagi hari membuat jumlah makan siang tidak berlebihan. Jika tidak bisa

sarapan atau kebetulan bangun kesiangam tetap harus mengisi perut dengan

sejumlah kalori, misalnya roti, buah, sereal, havermut atau yoghurt.

Waktu menikmati makanan kecil harus teratur: bisa satu, dua atau tiga

kali sehar. Bila antara makan pagi dan siang, antara makan siang dan malam, dan

sebelum tidur malam. Menikmati snack terlalu sering sudah pasti merusak

kinerja insulin. Supaya bisa kenyang tetapi tidak mau menambah esktra kalori,

memilih buah segar sebagai kudapan merupakan keputusan terbaik.

Contoh waktu makan:

Sarapan pagi : pukul 06.00-07.00

Makan siang : pukul 12.00-13.00

Makan malam : pukul 18.00-19.00

Waktu kudapan : pukul 09.00, 15.00, 21.00

Tabel 2. 10Pembagian makan sehari menurut Rumah


Sakit Baptis Kediri
Setiap 3 jam Berat U.R.T.*)
PAGI 06.30
Nasi 100 Gram 5 sdm
81

Daging 25 Gram 1 ptg kcl


Tempe 25 Gram 1 ptg
Sayuran A 100 Gram 1 gelas
Sayuran B 25 Gram Bebas
Minyak 7,5 Gram ¾ sdm
PUKUL 09.30
Pisang 175 Gram 2 bh sdg
SIANG 12.30

Nasi 140 Gram 7 sdm


Daging 40 Gram 1 ptg sdg
Tempe - Gram -
Sayuran A 100 Gram 1 gelas
Sayuran B 50 Gram Bebas
Minyak 7,5 Gram ¾ sdm
PUKUL 15:30
Kentang 200 Gram 1 bh sdg
Pepaya 100 Gram 1 ptg sdg
PUKUL 18.30
Nasi 140 Gram 7 sdm
Daging 25 Gram 1 ptg kcl
Tempe - Gram -
Sayuran A 100 Gram 1 gelas
Sayuran B 50 Gram Bebas
Minyak 7,5 Gram ¾ sdm
PUKUL 21.00
Kentang 200 Gram 1 bh sdg
Pepaya 100 Gram 1 ptg sdg
Contoh menu

Pagi : Nasi, telur ceplok, tempe bacem, sup sayuran

Pukul 09.30 : Pisang rebus

Siang : Nasi, bandeng goring, tahu bumbu tomat, sayur asem,

sambal dan lalapan ketimun

Pukul 15.30 : Pepaya/ kentang

Malam : Nasi, daging bumbu bali, tempe bumbu kuning, sayur lodeh,

lalapan ketimun

Pukul 21.30 : Pisang/ kentang


82

2) Perhatikan jumlah makanan

Jika berusia lebih dari 50 tahun tidak boleh mengkonsumsi makanan

dengan porsi lebih banyak dari pada remaja. Orang muda biasanya lebih

banyak bergerak, lebih aktif dan melakukan olahraga yang cenderung lebih

keras dari pada orang tua. Kalau minum obat diabetes, jumlah makanan juga

harus disesuaikan, namun jika diabetes diobati dengan suntikan insulin,

jumlah makanan bisa ditambah, dengan catatan dosis suntikan insulin juga

dinaikan.

Upayakan jumlah makanan setiap hari selalu sama. Jumlah sarapan

hari ini harus sama dengan besok, juga untuk hari-hari selanjutnya. Demikian

juga jumlah porsi makan siang dan malam setiap hari harus sama. Kelebihan

akan menaikan gula, sementara mengurangu porsi bisa menurunkan kalori

masuk.

Prinsipnya menu seimbang harus terdiri dari 50% karbohidrat, 20%

protein, 30% lemak. Sumber gula terutama berasal dari karbohidrat. Kalau

tidak ingin makan nasi bisa diganti mi atau roti tetapi jumlah tidak berlebih.

Sumber karbohidrat bisa pasta, singkong, kentang, atau ketela. Dapat juga

sereal, susu, buah atau sayuran. Jika gula darah rendah nasi atau roti lebih baik

karena kadar kalorinya lebih tinggi. Jika gula sudah terlalu tinggi pilihlah

sayuran sebagai karbohidrat yang kaya serat dan rendah kalori.

Cara membagi piring kedalam tiga bagian, separuh piring (50%) diisi

dengan berbagai sayuran (karbohidrat kaya serat dan rendah kalori), kemudian

separuh lainnya dibagi dua menjadi masing-masing 25%. Bagian pertama diisi
83

dengan makanan dari bahan zat pati (biji-bijian atau ubi-ubian) seperti nasi,

mi, roti, kentang. Semantara 25% sisanya untuk makanan protein, misalnya

ikan, unggas, tahu, tempe, telur atau daging. Jika kebutuhan kalori 1500 kalori

per hari, bagi dalam tiga kali makan , sarapan 500 kalori, makan siang 450-

550 kalori, dan makan malam 250-350 kalori, sisanya pada bagian kudapan

100-300 kalori.

Menurut Almatsier (2010) jumlah bahan makan sehari untuk tiap

standar diet pasien Diabetes Melitus dinyatakan dalan satuan penukar.

Tabel 2. 11 Jumlah bahan makanan sehari menurut Standar Diet Diabetes


Melitus (dalam satuan penukar II)
Golongan Standar Diet
Bahan 1100 1300 1500 1700 1900 2100 2300 2500
Makanan Kkal Kkal kkal kkal kkal kkal Kkal kkal
Nasi atau
2½ 3 4 5 5½ 6 7 7½
penukar
Ikan atau
2 2 2 2 2 2 2 2
penukar
Daging atau
1 1 1 1 1 1 1 1
penukar
Tempe atau
2 2 2½ 2½ 3 3 3 3
penukar
Sayuran atau
S S S S S S S S
penukar A
Sayuran atau
2 2 2 2 2 2 2 2
penukar B
Buah atau
4 4 4 4 4 4 4 4
penukar
Susu atau
- - - - - - 1 1
penukar
Minyak atau
3 4 4 4 6 7 7 7
penukar

Tabel 2. 12 Pembagian makanan sehari untuk tiap standar diet Diabetes Melitus dan nilai gizi
(dalam satuan penukar II)
Energi (kkal) 1100 1300 1500 1700 1900 2100 2300 2500
Pagi
Nasi ½ 1 1 1 1½ 1½ 1½ 2
Ikan 1 1 1 1 1 1 1 1
Tempe - - ½ ½ 1 1 1 1
84

Energi (kkal) 1100 1300 1500 1700 1900 2100 2300 2500
Sayuran A S S S S S S S S
Minyak 1 1 1 1 2 2 2 2
Pukul 10.00
Buah 1 1 1 1 1 1 1 1
Susu - - - - - - 1 1
Siang
Nasi 1 1 2 2 2 2½ 3 3
Daging 1 1 1 1 1 1 1 1
Tempe 1 1 1 1 1 1 1 2
Sayuran A S S S S S S S S
Sayuran B 1 1 1 1 1 1 1 1
Buah 1 1 1 1 1 1 1 1
Minyak 1 2 2 2 2 3 3 3
Pukul 16.00
Buah 1 1 1 1 1 1 1 1
Malam
Nasi 1 1 1 2 2 2 2½ 2½
Ikan 1 1 1 1 1 1 1 1
Tempe 1 1 1 1 1 1 1 2
Sayuran A S S S S S S S S
Sayuran B 1 1 1 1 1 1 1 1
Buah 1 1 1 1 1 1 1 1
Minyak 1 1 1 1 2 2 2 2

Nilai gizi
Energi (kkal) 1100 1300 1500 1700 1900 2100 2300 2500
Protein (g) 43 45 51,1 55,5 60 62 73 80
Lemak (g) 30 35 36,5 36,5 48 53 59 62
KH (g) 172 192 233 275 299 319 369 396

3) Tentukan jenis makanan

Makanan terdiri dari karbohidrat, protein dan lemak, juga membutuhkan

sejumlah vitamin dan mineral. Diabetes yang gemuk, apalagi kalau ada

komplikasi jantung dan stroke sebaiknya memilih makanan banyak serat dan

mengurangi berlemak. Jika fungsi ginjal mulai terganggu konsumsi protein perlu

dibatasi. Kalau kadar kolesterol dalam darah melebihi batas, jauhilah makanan

berlemak.
85

Diet yang digunakan sebagai bagian dari penatalaksanaan Diates Melitus

dikontrol berdasarkan kandungan energi, protein, lemak dan karbohidrat, sebagai

pedoman diapakai 8 jenis Diet Diabetes Melitus sebagimana dapat dilihat pada

tabel di bawah ini. Penetapan diet ditentukan oleh keadaan pasien, jenis Diabetes

Melitus, dan program pengobatan secara keseluruhan. (Almatsier, 2010)

Tabel 2. 13 Jenis Diet Diabetes Melitus menurut kandungan energy, protein,


lemak, dan karbohidrat.

Karbohidrat
Jenis diet Energi (kkal) Protein (g) Lemak (g)
(g)
I 1100 43 30 172
II 1300 45 35 192
III 1500 51,5 36,5 235
IV 1700 55,5 36,5 275
V 1900 60 48 299
VI 2100 62 53 319
VII 2300 73 59 369
VIII 2500 80 62 396
Bahan makanan yang dianjurkan untuk Diet Diabetes Melitus menurut

Almatsier (2010) adalah sebagi berikut

1. Sumber karbohidrat kompleks, seperti nasi, roti, mi, kentang, singkong, ubi

dan sagu.

2. Sumber protein rendah lemak, seperti ikan, ayam tanpa kulit, susu skim,

tempe, tahu dan kacang- kacangan.

3. Sumber lemak dalam jumlah terbatas yaitu bentuk makanan yang mudah

dicerna. Makanan terutama diolah dengan cara dipanggang, dikukus, disetup,

direbus, dan dibakar.

Bahan makanan yang tidak dianjurkan. dibatasi, atau dihindari untuk Diet

Diabetes Melitus menurut Almatsier (2010) adalah :

1. Mengandung banyak gula sederhana, seperti

a. Gula pasir, gula jawa


86

b. Sirup, jam, jeli, buah-buahan yang diawetkan dengan gula, susu kental

manis, minumam botol ringan, dan es krim.

c. Kue- kue manis, dodol, cake, dan tarcis

2. Mengandung banyak lemak, seperti : cake, makan siap saji (fast food),

goreng-gorengan.

3. Mengandung banyak natrium, seperti: ikan asin, telur asin, makanan yang

diawetkan.

Bumbu-bumbu yang harus dibatasi menurut Rumah Sakit Baptis Kediri:

1. Kecap asin

2. Petis, terasi

3. Saus tomat

4. Manggie, vetsin

Makanan yang dibatasi sumber hidrat arang menurut Rumah Sakit Baptis Kediri:

1. Nasi, lontong, ketan

2. Singkong, talas

3. Jagung

4. Mie

5. Bihun, macaroni

6. Roti tawar

7. Ubi

2.5 Konsep Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus

2.5.1 Pengkajian
87

Pengkajian pada Penderita Diabetes Melitus menurut Aini dan Aridiana,

2016). Data - data pengkajian yang sering dijumpai pada penderita diabetes

melitus yaitu sebagai berikut:

a) Poliuri (peningkatan pengeluaran urine), terjadi karena diuresis dan

hiperglikemia. Poliuri menyebabkan hilangnya glukosa, elektrolit (Na,

klorida, dan kalium) dan air sehingga pasien merasa sering haus.

b) Polidipsi (peningkatan rasa haus)

c) Polifagi (peningkatan rasa lapar).

Sel-sel tubuh mengalami kekurangan energi karena glukosa tidak dapat

masuk ke sel, akibatnya pasien merasa sering lapar.

Gejala 1-3 adalah gejala khas DM

d) Rasa lelah dan kelemahan otot

Kekurangan energi sel menyebabkan pasien cepat lelah dan lemah, selain itu

kondisi ini juga terjadi karena katabolisme protein dan kehilangan kalium

lewat urine

e) Kelainan ginekologis (keputihan dengan penyebab tersering yaitu jamur

terutama kandida).

f) Diabetes akan menurunkan sistem kekebalan tubuh secara umum, sehingga

tubuh rentan terhadap infeksi. Selain itu, jamur dan bakteri mampu

berkembang biak pesat di lingkungan yang tinggi gula (hiperglikemia).

g) Kepala

Rambut tipis dan mudah rontok, telinga sering mendenging (berdesing)

dan jika keadaan ini tidak segera diobati dapat menjadi tuli. Mata dapat

menjadi katarak, glaukoma ( peningkatan bola mata), produksi air mata


88

menurun, dan retinopati diabetik(penyempitan pembuluh darah kapiler yang

diserta eksudasi dan perdarahan pada retina sehingga mata penderita menjadi

kabur dan tidak dapat sembuh dengan kacamata bahkan menjadi buta)

h) Rongga mulut.

Lidah terasa membesar atau tebal, kadang-kadang timbul gangguan rasa

pengecapan. Ludah penderita diabetes melitus sering kali menjadi lebih

kental, sehingga mulutnya terasa kering yang disebut xerostomia diabetik.

Keadaan ludah kental ini dapat mengganggu kesehatan rongga mulut dan

mudah mengalami infeksi. Kadang-kadang terasa ludah yang amat berlebihan

yang disebut hipersalivasi diabetik.

i) Jaringan yang mengikat gigi pada rahang/periodontium mudah rusak

sehingga gigi penderita diabetes melitus mudah goyah bahkan mudah lepas.

Gusi penderita diabetes melitus mudah mengalami infeksi, kadang- kadang

bernanah dan karena sering mengalami infeksi, rongga mulut dan ludah

penderita diabetes melitus semakin mengental sehingga bau mulut penderita

sering kurang enak (foetor ex oris diabetic).

j) Paru-paru dan jantung

Penderita diabetes melitus bila batuk biasanya berlangsung lama karena

pertahanan tubuh menurun dan penderita diabetes melitus lebih mudah

menderita TBC. Penderita DM juga lebih mudah menderita infark jantung

dan daya pompa otot jantung lemah sehingga penderita mudah sesak napas

ketika jalan atau naik tangga (payah jantung/dekompensasi kordis)

k) Hati
89

Penderita diabetes melitus yang tidak dirawat dengan baik, akan

mengalami atau menderita penyakit liver akibat dari diabetesnya, bukan

karena kekurangan glukosa dalam dietnya. Penyakit ini disebut dengan

penyakit perlemakan hati nonalkohol, yang terjadi dalam kurun waktu 5

tahun setelah menderita obesitas atau DM tipe 2. Mekanisme terjadinya

penyakit ini karena akumulasi lemak hepatosit melalui mekanisme lipolisis

dan hiperinsulinisme. Penderita diabetes melitus juga lebih mudah mengidap

penyakit radang hati karena virus hepatitis B dan C dibandingkan dengan

penderita nondiabetes.

1) Saluran pencernaan

2) Lambung

Serabut saraf yang memelihara lambung akan rusak sehingga fungsi lambung

untuk menghancurkan makanan menjadi lemah, kemudian lambung

menggelembung sehingga proses pengosongan lambung terganggu dan

makanan lebih lama tertinggal di dalam lambung. Keadaan ini akan

menimbulkan rasa mual, perut terasa penuh kembung, makanan tidak lekas

turun, kadang-kadang timbul rasa sakit di ulu hati, atau makanan terhenti di

dalam dada

3) Usus

Gangguan pada usus yang paling sering dialami penderita diabetes

melitus adalah sukar buang air besar, perut kembung, kotoran keras buang air

besar hanya sekali dalam 2-3 hari. Kadang terjadi sebaliknya yaitu penderita

menunjukkan keluhan diare 4-5 kali sehari, kotoran banyak mengandung air,
90

sering timbul pada malam hari. Semua ini akibat komplikasi saraf pada usus

besar.

l) Ginjal dan kandung kemih

1) Ginjal

Dibandingkan dengan ginjal orang normal, penderita diabetes melitus

mempunyai kecenderungan 17 kali lebih mudah mengalami gangguan fungsi

ginjal. Semuanya ini disebabkan oleh faktor infeksi berulang yang sering

timbul dan adanya faktor penyempitanqa pembuluh darah kapiler yang

disebut mikroangiopati diabetik di ginjal.

2) Kandung kemih

Penderita sering mengalami infeksi saluran kemih (ISK) yang berulang.

Saraf yang memelihara kandung kemih sering rusak, sehingga dinding

kandung kemih menjadi lemah. Kandung kemih akan menggelembung dan

kadang-kadang penderita tidak dapat BAK secara spontan, urine tertimbun

dan tertahan di kandung kemih. Keadaan ini disebut retensio urin.

Sebaliknya, bila kontrol saraf terganggu, penderita sering ngompol atau urine

keluar sendiri yang disebut inkontinensia urine

m) Impotensi

Penyebab utama terjadinya impotensi pada diabetes adalah neuropati

(kerusakan saraf) sehingga tidak terjadi relaksasi pada A. Helicina penis. Ini

menyebabkan saluran darah dalam penis tidak lancar sehingga penis tidak

dapat ereksi.

n) Keadaan saraf
91

Peningkatan kadar glukosa dalam darah akan merusak urat saraf

penderita, keadaan ini disebut neuropati diabetik. Berikut adalah gejala-

gejala neuropati diabetik.

1) Kesemutan

2) Rasa panas atau rasa tertusuk-tusuk jarum.

3) Rasa tebal di telapak kaki sehingga penderita merasa seperti berjala di atas

kasur

4) Kram.

5) Keseluruhan tubuh terasa sakit terutama pada malam hari

6) Kerusakan yang terjadi pada banyak serabut saraf yang disebut polineuropati

diabetik. Pada keadaan ini jalan penderita akan pincang dan otot-otot kakinya

mengecil (atrofi).

o) Pembuluh darah

Komplikasi diabetes melitus yang paling berbahaya adalah komplikasi

pada pembuluh darah. Pembuluh darah penderita diabetes melitus mudah

menyempit dan tersumbat oleh gumpalan darah. Penyempitan pembuluh

darah pada penderita diabetes melitus disebut angiopati diabetik. Angiopai

diabetik pada pembuluh darah besar atau sedang disebut makroangiopati

diabetik, sedangkan pada pembuluh darah kapiler disebut

p) Kulit

Pada umumnya kulit penderita diabetea melitus kurang sehat atau kuat dalam

hal pertahanannya, sehingga mudah infeksi dan penyakit jamur.

Menurut Kurnia dan Prawesti (2017) pengkajian meliputi:

a. Pengkajian
92

a) Riwayat penyakit sekarang

1) Sejak kapan pasien mengalami tanda dan gejala penyakit diabetes mellitus

dan apakah sudah dilakukan untuk mengatasi gejala tersebut

2) Apakah pernah melahirkan bayi dengan berta badan lebih dari 4 kg

3) Apakah pernah mengalami penyakit pancreas, seperti pancreatitis,

neoplansma, trauma pankreatectomy, atau pentakit infeksi seperti congenital

rubella, infeksi citomegalovirus, serta sind rom genetic diabetes seperti

sindrom downdilatin.

4) Pengobatan obat-obatan zat kimia seperti glukokortikoid, hormone tiroid,

dilatin, nicotinic acid.

5) Hipertensi lebih dari 140/90 mmHg atau hiperlipidemia kolesterol atau

trigliserida lebih dari 150 mg/dl.

6) Perubahan pola makan, minum dan eliminasi urin.

7) Apakah ada riwayat kelurga pasien dengan penyakit DM.

8) Apakah riwayat luka yang lama sembuh

9) Penggunaan obat DM sebelumnya.

b) Keluhan utama pasien ini

1) Nutrisi: peningkatan nafsu makan, mual, muntah, penurunan atau

peningkatan berat badan, banyak minum dan perasaan haus.

2) Eliminasi: perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, kesulitan berkemih,

diare.

3) Neurosensori: nyeri kepala, parasthesia, kesemutan pada esktermitas,

penglihatan kabur, gangguan penglihatan.


93

4) Integumen : gatal pada kulit, gatal pada sekitar penis dan vagina, luka

ganggren.

5) Muskuloskeletal : kelemahan dan keletihan.

6) Fungsi seksual : ketidakmampuan ereksi (impoten), rigiditas, penurunan

libido, kesulitan orgasme pada wanita

c) Pemeriksaan fisik

1) Pemeriksaan integument

(1) Kulit kering dan kasar

(2) Gatal-gatal pada kulit dan sekitar kelamin

(3) Luka ganggren

2) Muskuloskeletal

(1) Kelemahan otot

(2) Nyeri tulang

(3) Kelainan bentuk tulang

(4) Adanya kesemutan, parasthesia dank ram esktermitas

(5) Osteomielitas

3) Sistem persyarafan

(1) Menurunkan kesadaran

(2) Kehilangan memori, iritabilitas

(3) Parasteshia pada jari-jari tangan dan kaki

(4) Neuropati pada ekstermitas

(5) Penurunan sensasi dengan pemeriksaan monofilament

(6) Penurunan reflek tendon dalam

4) Sistem pernapasan
94

(1) Napas dan bau keton

(2) Perubahan pola napas

5) Sistem kardiovaskuler

(1) Hipotensi atau hipertensi

(2) Takikardi, palpitasi

b. Test Diagnostik

1) Pemeriksaan darah

a) Pemeriksaan gula darah meningkat

b) Peningkatan HbA1c

c) Kolesterol dan trigliserida meningkat

d) Pemeriksaan albumin

e) Pemeriksaan darah urea nitrogen (BUN dan kretinin)

f) Pemeriksaan elektrolit

2) Pemerikaan urine

a) Glukosa urin meningkat

b) Pemeriksaan keton dan albumin urine

3) Rontgen dada

Rontgen dada menetukan adanya kelainan paru-paru

4) Pemeriksaan angigrafi, monofilament, dopler pada luka ganggren

5) Kultur jaringan pada luka ganggren

6) Pemeriksaan organ lain yang mungkin terkait dengan komplikasi DM seperti

pemeriksaan mata, syaraf, jantung, dll.

2.5.2 Diagnosa Keperawatan

Menurut Aini dan Ardiana (2016) diagnosa yang muncul adalah:


95

a) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

faktor biologis (penurunan sintesis protein).

b) Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan kurang pengetahuan

tentang manajemen diabetes.

c) Resiko infeksi berhubungan dengan faktor resiko penyakit kronis DM

d) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

e) Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kondisi gangguan

metabolik

f) Gangguan eliminasi urin

g) Resiko ketidakseimbangan elektrolit

h) Ketidakefektifan perfusi jaringan

Diagnosa keperawatan yang muncul yaitu:

a) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan tidak

adekuatnya produksi insulin

b) Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan hiperglikemia dan

poliuria

c) Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan neuropati sensori

perifer, deficit fungsi motorik, neuropati otonomik

d) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresisi osmotic (dari

hiperglikrmia)

e) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

penurunan masukan oral

f) Risiko tinggisepsis berhubungan dengan kadar glukosa darah tinggi

g) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan asidosis metabolik


96

h) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan sirkulasi

i) Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.


2.5.3 Rencana Asuhan Keperawatan

Tabel 2. 14 Intervensi Keperawatan pada Diabetes Melitus menurut Aini dan Aridiana
(2016)
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
1. Ketidakstabilan kadar glukosa Setelah dilakukan tindakan Pengelolaan Hiperglikemia (NIC)
darah berhubungan dengan: keperawatan, kadar gula darah a. Pantau kadar glukosa darah
a. Kurang pengetahuan menjadi seimbang yang ditandai b. Pantau tandan dan gejala hiperglikemia seperti
manajemern tentang dengan hal berikut. poliuria, polifagia, polidipsi, kelemahan, letargi,
diabetes; a. Level glukosa darah dalam pandangan, mata kabur, pusing.
b. Tingkat perkembangan; batas normal. c. Pantau keton dalam urine
c. Asupan diet; b. Hemoglobin glikosílat dalam d. Pantau analisis gas darah, elektrolit, dan kadar
d. Pemantauan glukosa batas normal betahidroksibutirat.
darah tidak tepat; c. Fruktosemin dalam batas e. Pantau tekanan darah ortostatik dan nadi
e. Kurang penerimaan normal. f. Berikan insulin sesuai dosis.
terhadap diagnosis; d. Glukosa dalam urine (urine g. Anjurkan pasien untuk mengonsumsi minuman air
f. Kurang kepatuhan pada glucose) dalam batas normal. putih yang cukup.
rencana manajemen e. Keton dalam urine (urine h. Pantau status cairan (meliputi input dan output)
diabetik; ketones) dalam batas normal i. Jaga kepatenan akses intravena.
g. Kurang menejemen j. Berikan cairan intravena (jika diperlukan)
diabetes melitus; k. Berikan kalium (potasium, jika diperlukarn)
h. Manajemen medikasi; l. Berkonsultasi dengan dokter jika tanda dan gejala
i. Status kesehatan mental; hiperglikemia memburuk.
j. Tingkat aktifitas fisik; m. Berikan bantuan kebersihan mulut jika diperlukan.
k. Status kesehatan fisik; n. Identifikasi kemungkinan yang menyebabkan
l. Kehamilan; hiperglikemia
m. Periode pertumbuhan o. Antisipasi situasi yang memerlukan peningkatan
cepat; insulin.
n. Stres; p. Batasi latihan/olahraga jika kadar glukosa darah
o. Penambahan berat badan; lebih dari 250 mg/dl, terlebih jika terdapat keton
p. Penurunan berat badan. dalam urine.
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
q. Instruksikan pasien dan keluarga untuk melakukan
pencegahan, mengenali, dan melakukan pengelolaan
hiperglikemia.
r. Dorong pasien untuk memantau diri sendiri kadar
glukosa darahnya.
s. Bantu pasien untuk mengartikan kadar glukosa
darahnya
t. Tinjau ulang data-data hasil pemeriksaan glukosa
darah dengan pasien/keluarga.
u. Instruksikan kepada pasien untuk memeriksakan
keton dalam urin (jika diperlukan)
v. Instruksikan kepada pasien untuk melaporkan kadar
keton dalam urin sedang/tinggi kepada tenaga
keschatan profesional.
w. Instruksikan kepada pasien atau orang terdekat
pasien untuk melakukan pengelolaan diabetes
selama sakit, meliputi penggunaan insulin atau obat
oral, memantau pemasukan cairan, penggantian
karbohidrat, dan kapan harus pergi kepada tenaga
medis kesehatan profesional
x. Fasilitasi pengelolaan diet dan latihan fisik yang
aman
y. Ajarkan kepada anggota keluarga cara memeriksa
kadar glukosa darah.
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC

2. Ketidakseimbangan nutrisi Setelah dilakukan tindakan Pengelolaan Nutrisi (Nutrition Management)


kurang dari kebutuhan tubuh, keperawatan, status nutrisi adekuat a. Kaji status nutrisi pasien dan kemampuan pasien
faktor yang berhubungan: dengan kriteria hasil sebagai untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
faktor biologis (penurunan berikut. b. Identifikasi alergi makanan pada pasien.
sistesis protein) a. Intake nutrisi baik. c. Kaji makanan pilihan pasien
b. Intake makanan baik. d. Instruksikan pada pasien tentang kebutuhsn
c. Asupan cairan cukup nutrisinya (diskusi tentang panduan diet yang tepat
d. Energi meningkat. bagi diabetes melitus).
e. Berat badan normal. e. Bantu pasien untuk menentukan pedoman atau
f. Hidrasi adekuat. piramida makanan (misalnya: vegetarian food
piramyd food guide piramyd fo piramyd untuk
lansia diatas usia 70 tahun) yang paling setara dalam
pemenuhan kebutuhan nutrisi.
f. Tentukan jumlah kalori dan tipe nutrien untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi.
g. Sediakan pilihan makanan yang sehat
h. Atur diet sesuai kebutuhan penyakit diabetes
melitus.
1) Energi cukup untuk mencapai dan
mempertahankan berat badan normal
2) Kebutuhan protein normal yaitu 10-15% dari
kebutuhan energi total (rendah lemak:ayam
tanpa kulit,susu skim,tempe,tahu,dan kacang-
kacangan)
3) Kebutuhan lemak sedang yaitu 20-25% dari
kebutuhan tubuh energi total (makanan diolah
dengan dipanggang, dikukus disetup, direbus,
dan dibakar)
4) Asupan kolesterol diabatasi yaitu kurang dari
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
300 mg/hari.
5) Kebutuhan karbohidrat 60-70%
(nasi,roti,mie,kentang,singkong,ubi,dan sagu)
6) Penggunaan gula murni dalam minuman dan
makanan tidak diperbolehkan kecuali sedikit
sebagai bumbu.
7) Penggunaan gula alternatif dalam jumlah
terbatas.
8) Asupan serat dianjurkan 25 g/hari dengan
mengutamakarn sayur dan buah.
9) Cukup vitamin dan mineral.
10) DM tanpa hipertensi diperbolehkan
mengkonsumsi natrium dalam bentuk garam
dapur seperti orang sehat.
i. Sediakan lingkungan yang mendukung saat
mengonsumsi makanan (contoh: ventilasi yang
memadai, rileks, dan terbebas dari bau yang
menyengat).
j. Bantu pasien untuk membersihkan mulut sebelum dan
setelah makan
k. Jika diperlukan berikan pengobatan terlebih dahulu
sebelum makan (pengurang nyeri, antiematik).
i. Jika memungkinkan posisikan pasien untuk duduk
tegak di kursi
m. Dukung keluarga untuk memberikan makanan
kesukaan pasien serta memfasilitasi selama proses
perawatan di rumah sakit.
n. Bantu pasien membuka kemasan makanan,
memotong makanan, dan membantu menyuapi jika
diperlukan
o. Ajarkan kepada pasien perlunya mengatur makanan
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
sesuai dengan kondisi penyakitnya.
p. Ajarkan pasien secara spesifik untuk memenuhi
kebutuhan diet sesuai dengan perkembangan usianya.
q. Berikan nutrisi berupa kudapan padat
r. Pemasukan diet makanan yang tinggi serat untuk
pencegahan konstipasi pantau kalori dan pemasukan diet
s. Pantau penurunan dan peningkatan berat badan.
t. Instruksikan pasien untuk memantau kalori dan
pemasukan makanan
Pengawasan Makanan (Nutrition Monitoring)
a. Timbang berat badan pasien
b. Pantau pertumbuhan dan perkembangan.
c. Ukur indeks masa tubuh (IMT)
d. Pantau penurunan dan peningkatan berat badan
e. Pantau tugor kulit dan tingkat mobilitas pasien.
f. Identifikasi adanya ketidaknormalan kulit
g. Identifikasi ketidaknormalan rambut (kering, mudah
patah, dan tipis)
h. Pantau adanya mual dan muntah.
i. Pantau eleminasi pasien (diare atau nyeri saat BAB)
j. Pantau kalori dan intake makanan.
k. Pantau tipe dan aktivitas yang bisa dilakukan.
l. Kaji pola makan (makanan yang disukai dan yang
tidak disukai, terlalu banyak makanan fast food,
lupa makan, frekuensi makan, dan jarak waktu
makan)
m. Identifikasi ketidaknormalan pada kuku.
n. Identifikasi ketidaknormalan pada mulut bagian
dalam tandanya inflamasi, perdarahan, atau adanya
stomatitis).
o. Pantau status mental pasien
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
p. Pantau hasil laboratorium (kolesterol, serum
albumin, transferin, re-albumin, nitrogen dalam
urine 24 jam, blood urea nitrogen kreatinin,
hemoglobin, hematokrit, imunitas seluler, jumlah
limfosit, dan level elektrolit)
q. Pantau adanya pucat, kemerahan, dan kekeringan
konjungtiva
3. Risiko infeksi dengan faktor Setelah dilakukan tindakan Kontrol infeksi (infection Control)
risiko: penyakit kronisDM: keperawatan, resiko terjadinya a. Bersihkan lingkungan dan peralatan yang ada
pengetahuan yang tidak cukup proses infeksi terkontrol dengan setelah dipakai pasien lain.
untuk menghindari pemajanan kriteria hasil sebagai berikut. b. Ganti peralatan untuk merawat pasien baru.
patogen. a. Berusaha mencari informasi c. Batasi pengunjung bila perlu
terbaru tentang cara mengontrol d. Instrukikan pada pengunjung untuk mencuci tangan
infeksi. saat berkunjung dan setelah berkunjung
b. Mengidentifikasi faktor resiko meninggalkan pasien
terjadinya infeksi. e. Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
c. Tingkat pengetahuan tentang f. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan
faktor resiko terjadinya infeksi. keperawatan.
d. Tingkat pengetahuan tentang g. Gunakan baju dan sarung tangan sebagai alat
perilaku yang berhubungan pelindung.
dengan resiko terjadinya infeksi h. Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan
e. Identifikasi resiko dari aktivitas alat.
sehari-hari. i. Ganti letak IV perifer dan line central serta dressing
f. Identifikasi tanda dan gejala sesuai dengan petunjuk umun.
dari infeksi. j. Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan
g. Mencari validasi jika merasa infeksi kandung kemih
terjadi infeksi. k. Tingkatkan intake cairan.
h. Mengidentifikasi strategi untuk l. Dorong pasien untuk meningkatkan intake cairan
melindungi diri dari terjadinya m. Dorong pasien untuk beristirahat dengan cukup
infeksi n. Beikan terapi antibiotik bile perlu;
i. Memantau perilakunya yang o. Ajarkan kepada pasien dan keluarga tentang tanda
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
bisa menyebabkan infeksi dan gejalainfeksi dan kapan pasien/keluarga harus
j. Memantau lingkungan yang melaporkan pada petugas kesehatan;
dapat menjadi faktor penyebab p. Ajarkan pada pasien dan keluarga cara mencegah
infeksi terjadinya infeksi.
k. Menjaga kebersihan lingkungan Proteksi terhadap infeksi (Infection Protection)
l. Mampu melakukan disinfeksi a. Pantau tanda dan gejala infeksi sitemik dan lokal.
m. Menggunakan universal b. Pantau hitung granulosit, leukosit (sel darah putih
precaution [WBC]).
n. Mempraktikkan cara mencuci c. Pantau kerentanan terhadap infeksi
tangan d. Batasi pengunjung
o. mempraktekan strategi e. Saring pengunjung terhadap penyakit menular
melakukan kontrol infeksi f. Pertahankan teknik asepsis pada pasien yang
p. Memantau adanya perubahan beresiko.
status kesehatanya g. Pertahankan teknik isolasi jika perlu.
h. Berikan perawatan kulit pada area yang beresiko
infeksi
i. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap
kemerahan dan jalan napas
j. Inspeksi kondisi luka.
k. Dorong masukan nutrisi yang cukup.
l. Dorongan masukan cairan
m. Dorong pasien untuk istirahat
n. Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai
resep.
o. Ajarkan pasien dan keluarga tanda den gejala
infeksi.
p. Ajarkan cara menghindari infeksi
q. Laporkan kecurigaan infeksi
r. Laporkan kultur positif
4. Kekurangan volume cairan Setelah dilakukan tindakan Pengelolaan Cairan (Fluid Management)
berhubungan dengan: keperawatan, keseimbangan cairan a. Pantau berat badan setiap hari
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
a. Kehilangan cairan aktif dengar kriteria hasil sebagai berikut b. Pertahankan input dan output yang adekuat.
b. Kegagalan mekanisme a. Tekanan darah dalam batas c. Pantau status dehidrasi (kelembaban membran
regulasi. normal mukosa, nadi adekuat, dan tekanan darah)
b. Denyut nadi radial dalam batas d. Pantau hasil laboratorium sesuai dengan retensi
normal. cairan yang terjadi (increased specific gravity,
c. Tekanan arteri dalam batas peningkatan BUN, penurunan hematokrit, dan
normal peningkatan osmolalitas urine)
d. Tekanan vena sentral dalam e. Pantau status hemodinamik (termasuk CVP,MAP,
batas normal PAP, dan PCWP jika ada)
e. Pulmonal wedge pressure f. Pantau tanda-tanda vital.
dalam batas normal g. Pantau status nutrisi.
f. Denyut nadi perifer dalam h. Pemberian cairan intravena.
batas normal i. Distribusikan cairan masuk lebih 24 jam.
g. Terdapat keseimbangan input j. Berikan resep diuretik yang sesuai
dan outputdalam 24 jam. k. Berikan produk darah yang sesuai.
h. Berat badan stabil. l. Konsultasi dengan dokter jika ada tanda dan gejala
i. Tugor kulit dalam batas normal dari kelebihan atau kekurangan cairan pasien.
j. Membran mukosa lembab m. Pantau respon pasien dari terapi elektrolit yang
k. Elektrolit serum dalam batas diberikan
normal. n. Beri makanan ringan (minum sesering mungkin, jus
l. Hematokrit dalam batas normal segar/ jus buah) yang sesuai dengan saran ahli gizi.
m. Berat jenis urine dalam batas
normal
n. Tidak terdapat hipotensi
ortostatik
o. Tidak terdapat asites
p. Tidak terdapat distensi vena
leher
q. Tidak terdapat edema perifer
r. Tidak terdapat mata cekung
s. Tidak terdapat kebingungan
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
t. Tidak terdapat kebingungan
u. Tidak terdapat kram otot
v. Tidak terdapat pusing
5. Resiko keruskan integritas Setelah dilakukan tindakan Ketahanan Kulit (Skin Surveilans)
kulit berhubungan dengan keperawatan, integritas jaringan a. Periksa kulit dan membrane mukosa apakah ada
kondisi gangguan metabolic kulit dan membran mukosa adekuat kemerahan, panas, edema, atau adanya drainase
dengan kriteria hasil sebagai b. Amati ekstermitas yang mencakup warna,
berikut: kehangatan, pembengkakan, tekstur, edema dan
a. Temperatur kulit dalam batas ulserasi.
normal c. Gunakan skala braden untuk mengidentifikasi
b. Elastisitas dalam batas normal pasien pada risiki kerusakan kulit
c. Hidrasi dalam batas normal d. Pantau kulit dan selaput lendir untuk perubagan
d. Tekstur dalam batas normal warna, memar, dan kerusakan
e. Perkusi jaringan dalam batas e. Pantau adanya kekeringan yang berlebihan pada
normal kulit, adanya ruam, adanya sumber tekanan,
f. Integritas kulit dalam batas adanya tanda-tanda infeksi
normal b. f. Lakukan pencegahan lebih lanjut (misalnya,
g. Tidak terdapat pigemntasi kasur overlay, jadwal untuk reposisi)
yang abnormal
h. Tidak terdapat lesi
i. Tidak terdapat kulit yang
mengelupas dan keputihan
pada kulit
j. Tidak terdapat nekrosis
6. Gangguan eliminasi urine Setelah dilakukan tindakan Perawatan Kontinensia Urine
(inkontinensia urine) keperawatan, kontinensia urine a. Identifikasi penyebabmultifaktor dari inkontinensia
berhubungan dengan: adekuat dengan criteria hasil b. Sediakan privasi saat melakukan BAK
a. Gangguan neurologis sebagai berikut: c. Jelaskan kepada pasien penyebab dari permasalahan
diatas lokasi pusat a. Pasien mampu mengenali ini
mikturisi pontine adanya dorongan untuk BAK d. Pantau eliminasi urine meliputi frekuensi,
b. Gangguan neurologis b. Pasien dapat mempertahankan konsistensi, bau, volume, dan warna urine
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
diatas lokasi pusat pola BAK e. Berdiskusi dengan pasien tentang prosedur yang kan
mikturisi sakral c. Pasien dapat mempertahankan dilakukan kepada pasien
pola BAK secara tepat waktu f. Bantu pasien memakai popok selama strategi untuk
d. Pasien dapat menyesuaikan mengatasi strategi masih diranacang
tempat umum BAK g. Modifikasi pakaian pasien dan lingkungan untuk
e. Jumlah urine >100 ml setiap memudahkan akses pasien ke toilet
kali BAK h. Anjurkan pasien dan keluarga untuk menggunakan
f. Pasien dapat mengontrol untuk bahan popok yang aman
memulai aliran BAK i. Bersihkan area kulit kelamin secara teratur
g. Pasien dapat mengosongkan j. Batasi cairan 2-3 jam sebelum tidur
kandung kemih secara k. Berikan reinforment yang positif ketika melihat
keseluruhan perkembangan inkontinensia urine yang baik
h. Pasien dapat mengonsumsi l. Anjurkan kepada pasien untuk minum minimal
cairan dalam jumlah yang 1500 cc/hari
cukup m. Batasi mengkonsumsi makanan yang dapat
b. i. Paisen dapat mengidentifikasi mengiritasi salueran kemih (kopi, teh, coklat)
obat-obatan yang dapat
mengganggu dalam mengontrol
BAK.
7. Resiko ketidakseimbangan Setelah diilakukan tindakan Memantau Elektrolit
elektrolit dengan faktor risiko: keperawatan, diharapkan tercapai a. Pantau tingkat serum cairan elektrolit
a. Diare, muntah keseimbangan elektrolit dengan b. Monitor tingkat serum albumin
b. Defisiensi volume cairan kriteria sebagia berikut: c. Pantau ketidakseimbangan asam-basa
c. Disfungsi endokrin Serum natrium, kalium, klorida d. Identifikasi ketidakseimbangan cairan elektrolit
d. Gngguan mekanisme kalsium, magnesium, fosfor dalam e. Pantau cairan yang hilang dan mengembalikan
regulasi (diabetes insipius) batas normal cairan elektrolit yang hilang degan tepat
f. Pantau tanda dan gejala neurologi dari
ketidakeimbangan cairan elektrolit (perubahan
sensori dan adanya kelemahan)
g. Pantau ventilasi yang adekuat
h. Pantau gambaran EKG terkait dengan
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
ketidaknormalan tingkat kalium, kalsium, dan
magnesium
i. Catat perubahan sensasi perifer sepeerti mati rasa
dan tremor
j. Pantau mual, muntah dan diare
k. Catat kekuatan otot
l. Pantau ketidakseimbangan cairan elektrolit yang
mempengaruhi penyakit diabetes mellitus
m. Pantau tanda dan gejala hipokalemia, hiperkalemia,
hiponatremia, hipernatremia, hipokalsemia,
hiperkalsemia.
8. Ketidakefektifan perfusi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Sensasi Perifer
jaringan berhubungan dengan keperawatab, diharapkan perfusi a. Pantau pada daerah perifer untuk perbedaan swnsasi
faktor risiko diabetes mekitus jaringan adekuat dengan kriteria tajam, tumpul, panas dan dingin
hasil sebagai berikut: b. Pantau adamnya parastesia (mati rasa, kesemutan,
a. Aliran darah kapiler ke jari-jari hiperestesia, hiporestesia dan tingkat nyeri)
tangan dalam batas normal c. Anjurkan pasien dan keluarga untuk memantau
b. Suhu kulit pada ekstermitas posisi tubuh ketika mandi, duduk, berbaring atau
dalam batas normal berubah poisi
c. Kekuatan tekanan darah karotis d. Pantau dalam penggunaan peralatan, sepatu, dan
bagian kiri dan brachial bagian baju
kanan dalam batas normal e. Anjurkan pasien atau keluarga untuk menggunakan
d. Tidak terdapat pembengkakan thermometer untukmengukur suhu air
pembuluh darah f. Edukasi paien ketika dirumah untuk menggunakan
e. Tekanan darah sistol dalam sarung tangan anti panas saat memasak
batas normal g. Dorong pasien untuk menggunakan sarung tangan
f. Tidak terdapat nyeri untuk melindungi tubuh yang berpengaruhketika
padaekstermitas kontak dengan objek
g. Tidak terdapat nekrosis, mati h. Pantau secara hati-hati dalam penggunaan air botol
rasa, kesemutan, muka pucat, yang panas dan kompres panas, dingin seperti
kelemahan otot, kekuatan otot, heating pats, botol air panas dan ice packs
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
kerusakan kulit, dan bengkak i. Anjurkan pasien untuk menggunakan sepatu sesui
ukuiran, hakrendah dan berbahan lembut
j. Anjurkan pasiennjika merasakan ketidaknyamanan
untuk mengubah posisi
k. Lindungi bagian tubuh dri perubahan suhu yang
ekstrem
l. Ajarkan pasien cara berkemih yang tepat
m. Jika dibutuhkan lakukan kolaborasi dengan dojkter
untuk pemberian analgesic, kortikosteroid, anastesi
lokal
n. Pantau adanya tromboplebitis dan tromboemboli
vena
o. Identifikasi penyebab dari perubahan sensasi yang
tidak normal
109

Intervensi keperawatan yang muncul, Aini dan Ardiana (2016)


yaitu:

1) Diagnosa 1 Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan tidak adekuatnya produksi insulin

Tujuan: Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi

Kriteria hasil

a) Pasien mengungkapkan tidak ada mual dan nafsu makan baik

b) Berat badan pasien dalam rentang ideal

c) Intake makanan sesuai dengan kebutuhan tubuh, Indeks Masa Tubuh

(BMI)

d) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi

e) Nilai Hb dalam batas normal

f) Kadar glukosa tubuh dalam rentang toleransi

Data yang mungkin muncul

a) Mual dan tidak nafsu makan

b) Intake kalori kurang kebutuhan tubuh

c) BB 10-20% dibawah BB ideal

d) Hiperglikemia

e) Hb kurang dari normal

Intervensi:

a) Pantau status nutrisi pasien

Rasional : Menentukan kebutuhan nutrisi pasien

b) Timbang berat badan pasien dan lakukan secara berkala 3 hari sekali atau

sesuai indikasi
110

Rasional : Berat badan indikator status nutrisi pasien. Dapat menentukan

Body Mass index (BMI) dan merencanakan terapi nutrisi

c) Ukur Body Mass Index pasien

Rasional : Kebutuhan nutrisi tubuh ditentukan juga oleh BMI

d) Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi status nutrisi pasien

Rasional : Banyak faktor yang mempengaruhi status nutrisi sehingga

perlu diketahui penyebab kurang nutrisi dan merencanakan pemenuhan

nutrisi

e) Monitoring gula darah pasien secara periodik sesuai indikasi

Rasional : Perubahan kadar gula darah dapat terjadi setiap saat serta

dapat menentukan perencanaan kebutuhan kalori

f) Monitor nilai laboratorium yang terkait dengan status nutrisi seperti

albumin, Hb, transfering, elektrolit

Rasional : Penurunan albumin indikasi penurunan protein, penurunan Hb

indikasi penurunan elektrolit darah, penurunan transfering indikasi

penurunan serum protein. Kadar potasium dan sodium menurun pada

malnutrisi.

g) Monitor kadar serum lipid seperti kolesterol, high density lypoprotein

(HDL) kolesterol, dan trigliserida

Rasional : Peningkatan kadar lemak dapat meningkatkan resiko penyakit

jantung dan stroke

h) Eksplorasi pengetahuan pasien dan keluarga tentang diet diabetik

Rasional : Pasien DM rentan terjadi komplikasi sehingga pasien dan

keluarga harus memahami komplikasi akut dan kronis


111

i) Pantau pola makan dan aktivitas pasien

Rasional : Aktivitas latihan yang rutin membantu menurunkan

komplikasi penyakit jantung dan menurunkan kadar gula darah

j) Konsultasikan dengan ahli diet untuk mengidentifikasi dan

merencanakan kebutuhan nutrisi pasien

Rasional : Bagaimanapun juga ahli gizi lebih kompeten dalam

menentukan dan merencanakan nutrisi pasien

k) Libatkan pasien dan keluarga dalam merencanakan kebutuhan nutrisi

Rasional : Keluarga dan pasien merupakan subjek dan objek yang dapat

menentukan sesuai dengan sumber daya yang dimiliki dan memberikan

keyakinan rencana program nutrisi dapat dilaksanakan

l) Laksanakan program terapi seperti pemberian obat anti diabetik atau

insulin

Rasional : Pengobatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

peningkatan status nutrisi pasien

m) Monitoring tanda-tanda adanya hipoglikemia

Rasional : Pemberian obat anti diabetik atau insulin dapat menimbulkan

hipoglikemia

n) Berikan pendidikan kesehatan tentang diet DM, obat-obatan dan resiko

tidak mentaati apa yang sudah diprogramkan dan program aktivitas

Rasional : Pasien kooperatif dalam program pemulihan status nutrisi

o) Berikan dukungan yang positif jika pasien mampu melaksanakan

program nutrisi dengan benar


112

Rasional : Memberikan motivasi dan dan percaya diri pasien untuk tetap

melaksanakan program diet

2) Diagnosa 2 : Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan

hipergikemia dan poliuria

Tujuan: Pasien dapat mempertahankan keseimbangan cairan

Kriteria hasil

a) Pola BAK normal

b) Tidak ada tanda-tanda dehidrasi

c) Konsentrasi urine normal

d) Berat badan pasien stabil atau tidak ada penurunan berat badan

e) Intake cairan 1500-3000 ml per hari

f) Kadar gula darah dalam rentang toleransi

Data yang mungkin muncul

d) Pasien sering BAK

e) Pasien sering haus dan minum

f) Konsentrasi urine meningkat

g) Penurunan berat badan

h) Kulit kering, turgor kulit kurang

i) Kadar gula darah meningkat

j) Penurunan tekanan darah

k) Peningkatan nadi

Intervensi:

a) Pantau pola eliminasi urine pasien, konsentrasi urine, keadaan turgor kulit

pasien
113

Rasional : Menentukan status cairan tubuh

b) Timbang berat badan pasien setiap hari

Rasional : Penurunan berat badan mudah sekali terjadi pada pasien dengan

kehilangan cairan

c) Monitor intake dan output cairan pasien

Rasional : Menentukan kebutuhan dan keseimbangan cairan tubuh, defisit

volume cairan menunjukkan filtrasi glomerolus dan aliran darah ke ginjal

yang dapat mengakibatkan oliguria atau anuria

d) Anjurkan pasien untuk minum dalam jumlah yang cukup (1500-3000 ml)

Rasional : Pemenuhan kebutuhan cairan tubuh

e) Monitoring tanda-tanda vital

Rasional : Kekurangan cairan dapat menurunkan tekanan darah, sinus

takhikardi dapat terjadi pada hipovolemia

f) Monitor keadaan albumin dan elektrolit

Rasional : Penurunan albumin indikasi penurunan protein, penurunan Hb

indikasi penurunan eritrosit darah, penurunan transfering indikasi

penurunan serum protein, kadar potasium dan sodium menurun pada

malnutrisi

g) Laksanakan program pengobatan pemberian insulin atau obat anti diabetik

Rasional : Menurunkan kadar gula darah sehingga efektif dalam mengatasi

poliuria

3) Diagnosa 3 : Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan neuropati

sensori perifer, defisit fungsi motorik, neuropati otonomik

Tujuan : Pasien dapat mempertahankan integritas kulit


114

Kriteria hasil

a) Keadaan jaringan kulit utuh

b) Neuropati tidak ada

c) Tidak terjadi luka atau ulkus dekubitus

d) Vaskularisasi perifer baik

e) Tidak ada tanda-tanda dehidrasi

f) Kebersihan kulit baik, keadaan kuku baik dan utuh

g) Keadaan kaki utuh

Data yang mungkin muncul:

a) Neuripati perifer

b) Vaskularisasi perifer kurang

c) Gangguan fungsi motorik

d) Adanya tanda kaki charcot

Intervensi:

a) Monitor penampilan atau keadaan dan kebersihan kaki pasien

Rasional : Kaki merupakan bagian tubuh yang sering mengalami

gangguan integritas kulit pada pasien DM

b) Perhatikan keadaan kuku pasien

RasionaI : Pasien DM sering mengalami gangguan imunitas sehingga

infeksi jamur mudah terjadi termasuk pada kuku

c) Pantau integritas kulit pasien, catat warna kulit, ada atau tidaknya ulserasi,

dermatitis

Rasional : Autonomik neuropati menyebabkan kulit menjadi kering, kulit

mudah pecah serta terjadi infeksi


115

d) Pantau keadaan dan bentuk kaki apakah ada bentuk kaki charcot, adanya

pembentukan kalus

Rasional : Neuropati motorik menyebabkan kelemahan otot dan atropi

sehingga terjadi perubahan bentuk kaki, tekanan pada kaki yang

berlebihan menimbulkan kalus yang akan mudah menjadi luka

e) Pantau status sirkulasi vaskuler kaki dengan palpasi, pulsasi, ultrasound

dopler

Rasional : Pasien DM mudah menimbulkan arteriosklerosis sehingga

terjadi penurunan suplai darah ke kaki

f) Pantau adanya edema

Rasional : Keadaan edema mempermudah terjadinya luka

g) Pantau keadaan sensasi dengan menggunakan monofilament

Rasional : Gangguan sensasi merupakan resiko tinggi terjadi luka

h) Anjurkan kepada pasien untuk menjaga kebersihan kulit

Rasional : Mengurangi resiko infeksi dan terjadi perlukaan

i) Anjurkan pasien untuk menjaga kelembapan kulit kaki dengan

menggunakan lotion

Rasional : Kulit kaki yang kering dapat terjadi luka

j) Anjurkan pasien untuk melakukan latihan senam kaki DM

Rasional : Meningkatkan sirkulasi darah pada kaki

k) Anjurkan pasien untuk menggunakan alas kaki yang lebih lembut atau

sepatu yang tidak keras

Rasional : Mengurangi trauma dan terjadi perlukaan


116

l) Instruksikan kepada pasien untuk menghindari resiko terjadi trauma

seperti penggunaan kompres hangat, minum minuman yang panas

Rasional : Mengurangi resiko trauma karena gangguan sensasi neuropati

4) Diagnosa 4 Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik

(dari hiperglikemia)

Data penunjang

a) Peningkatan keluaran urine encer

b) Kelemahan (haus, penurunan berat badan tiba-tiba)

c) Kulit membrane mukosa kering, turgor kulit buruk

d) Hipotensi

e) Takikardi

f) Peningkatan keluaran urine

Kriteria hasil

a) Tanda-tanda vital stabil dan mendekati aman. Frekuensi nadi 80-

88x/menit, tekanan darah 100-140/80-90 mmHg, suhu tubuh 36,5-37.4 °C,

frekuensi napas 20-22x/menit

b) Nadi perifer teraba pada arteri radialis, arteri brachialis, arteri dorsalis

pedis

c) Turgor kulit dan pengisian kapiler baik dibuktikan dengan capillary revill

time (CRT) <2 detik

d) Keluaran urine dalam kategori aman 100 cc/hari sampai batas normal 1500

cc-1700 cc/hari)
117

e) Kadar elektrolit urine dalam batas normal dengan nilai natrium 130-220

mEq/24 jam, kalium 25-100 mEq/24 jam, klorida 120-250 mEq/l,

magnesium 1,0-2,5 mg/dL

Intervensi

a) Dapatkan riwayat pasien atau orang terdekat tentang lama dan frekuensi

urine

Rasional : Membantu dalam memperkirakan kekurangan volume total,

semakin tinggi dan lama frekuensi urine maka semakin banyak

kekurangan cairan

b) Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan tekanan darah

Rasional : Penurunan cairan volume darah diuresis osmosis dapat

dimanifestasikan oleh hipotensi, takhikardi. dan nadi terasa lemah

c) Kaji suhu, warna kulit, turgor kulit dan kelembapannya

Rasional : Dehidrasi yang disertai dengan demam akan teraba panas,

kemerahan dan kekeringan di kulit, sedangkan penurunan turgor kulit

sebagai indikasi penurunan volume cairan pada sel

d) Monitor nadi perifer pengisian kapiler, turgor kulit, membrane mukosa

Rasional : Nadi yang lemah, pengisian kapiler yang lambat sebagai

indikasi sebagai penurunan cairan dalam tubuh, semakin lemah dan lambat

dalam pengisian semakin tinggi derajat kekurangan cairan

e) Pantau masukan dan pengeluaran, catat berat jenis urine

Rasional : Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti dan

membaiknya fungsi ginjal


118

f) Ukur berat badan setiap hari

Rasional : Memberikan gambaran status cairan dalam tubuh

f) Pertahankan untuk pemberian cairan 1500-2500 ml atau dalam batas yang

dapat ditoleransi jantung jika pemasukan cairan melalui oral sudah dapat

diberikan

Rasional : mempertahankan komposisi cairan dalam tubuh, volume,

sirkulasi dan menghindari overload jantung

g) Batasi intake cairan yang mengandung gula dan lemak, misalnya cairan

dari gula yang manis seperti semangka atau dari minuman seperti susu

Rasional : Menghindari kelebihan ambang ginjal dan menurunkan tekanan

osmosis

5) Diagnosa 5 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan penurunan masukan oral

Data penunjang:

a) Berat badan tidak normal (lebih rendah 10% dari berat badan ideal)

b) Lingkar lengan <10 cm, kelemahan, mudah lelah, tonus otot buruk

(dibuktikan dengan skor kekuatan otot )

c) Masukan makanan tidak adekuat (Cuma beberapa sendok)

d) Penderita tidak nafsu makan

e) Terlihat mau muntah

Intervensi keperawatan:

a) Timbang berat badan atau ukur lingkar lengan setiap hari sesuai dengan

indikasi
119

Rasional : Mengkaji indikasi terpenuhinya kebutuhan nutrisi dan

menentukan jumlah kalori yang harus dikonsumsi penderita Diabetes

Mellitus.

b) Tentukan program diet dan pola makan pasien sesuai dengan kondisi

pencernaan pasien dan kadar gula (dengan memakai rumus kebutuhan

kalori laki-laki = berat badan ideal x 30, sedangkan untuk wanita berat

badan ideal x 25)

Rasional : Menyesuaikan antara kebutuhan kalori dan kemampuan saluran

pencernaan untuk mngabsorbsi dan kemampuan sel mengambil glukosa

serta mencegah terjadinya kekurangan energy.

c) Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen/perut kembung, mual,

muntah

Rasional : Peningkatan peristaltic usus sebagai indikasi peningkatan

rangsang gaster

d) Libatkan keluarga pasien pada pencernaan maknan sesuai demngan

indikasi

Rasional : Meningkatkan rasa keterlibatan memberikan informasi pada

keluarga untuk memahami kebutuhan nutrisi pasien

e) Anjurkan pasien makan makanan sedikit dan sering (sesuai dengan jumlah

kalori yang boleh dikonsumsi)

Rasional : Menurunkan beban kerja gester dan usus sehingga rangsangan

gastrointestinal menjadi berkurang


120

f) Observasi tanda-tanda hypoglycemia seperti peruibahan tingkat kesadaran,

kulit lembab/dingin, denyut nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit

kepala, pusing, sempoyongan.

Rasional : Karena metabolism karbohidrat mulai terjadi, gula darah akan

berkurang dan sementara tetap diberikan insulin maka hyperglycemia

dapat terjadi.

6) Diagnose 6 : Risiko tinggi sepsis berhubungan dengan kadar glukosa darah

tinggi

Data penunjang:

a) Angka leukosit > 11000 ul

b) Suhu tubuh kadang mengalami periode naik dari 370C

c) Akral traba hangan/panas, GDS > 150 gr/dl, glukosa urine positif

d) Nilai laborat angka leukosit <5000 ul

Intervensi keperawatan:

a) Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan

b) Rasional : Memastikan kondisi pasien pada periode peradangan atau

sudah terjadi infeki.terjadinya sepsis dapat dicegah lebih awal

c) Tingkatkan upaya pencegahan dengan melakukan cuci tangan, memakai

hand scoen,masker, kebersihan lingkungan

d) Rasional : Meminimalkan invasi mikroorganisme. Dengan

berkurangnya leukosit maka tubuh penderita lebih rentan

e) Pertahankan teknik aseptic dan sterilisasi alat pada prosedur invasif


121

f) Rasional : Invasi alat dapat menjadi mediator masuknya

mikrooganismeterutama pada pasien kadar glukosa yang tinggi dalah

darah akan menjadi media tertbaik bagi pertumbuhan kuman

g) Ajarkan untuk makan sesuai jumlah kalori yang dianjurkan terutama

membatasi masuknya gula

h) Rasional : Menurunkan resiko kadar gula darah tinggi yang merupakan

media terbaik untuk pertumbuhan mikroorganisme

i) Bantu pasien untuk personal hygiene

j) Rasional : Menurunkan resiko invasi mikrooganisme

7) Diagnosa 7 : Pola napas tidak efektif berhubungan dengan asidosis metabolik

Data penunjang:

a) Respiratory rate pasien 30x/menit atau lebih

b) Pasien mengeluh dadanya terasa berat ketika digunakan untuk bernapas

c) Pernapasan pasien kusmaul dan berbau benda keton

d) Data laboratorium menunjukkan peningkatan benda keton pada urine

Kriteria hasil:

a) Respiratory rate pasien 20-24x/menit

b) Pernapasan pasien reguler

c) Pernapasan pasien tidak berbau benda keton

Intervensi

a) Auskultasi paru setiap satu jam sampai stabil, kemudian setiap empat jam

Rasional : Mengidentifikasi tingkat pengembangan paru dalam memenuhi

ambilan oksigen
122

b) Tinggikan bagian kepala tempat tidur

Rasional : Mengurangi penekanan saat pengembangan paru oleh

diafragma

c) Kaji frekuensi kedalaman pernapasan setiap empat jam

Rasional : Peningkatan kedalaman pernapasan sebagai salah satu indikasi

peningkatan benda keton dalam tubuh

d) Anjurkan pasien banyak istirahat, hindarkan dari rangsangan psikologi

yang berlebihan seperti berbicara keras

Rasional : Mengurangi tingkat penggunaan energi yang tidak dapat

diperoleh dari glukosa melainkan dari benda keton

e) Berikan glukosa lewat bolus atau langsung intravena (jika diperlukan)

Rasional : Mengurangi penggunaan benda keton sebagai bahan

pembentukan energi

8) Diagnosa 8 : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan

sirkulasi

Data penunjang

a) Terdapat luka pada kaki atau tempat lain seperti punggung dengan panjang

luka misalnya 2 cm lebar 1 cm

b) Terdapat kehitaman sekitar luka, disekitar luka terlihat pucat dan

kemerahan

Kriteria hasil:

a) Terjadi perbaikan status metabolik yang dibuktikan oleh gula darah dalam

batas normal dalam 36 jam

b) Menunjukkan tanda-tanda penyembuhan seperti luka bersih dalam 60 jam


123

c) Tidak terdapat pembengkakan pada luka

Intervensi:

a) Dapatkan kultur dari drainase luka saat masuk

Rasional : Mengidentifikasi patogen penyebab disintegritas kulit dan terapi

pilihan

b) Berikan dilokasilin 500 mg per awal 6 jam mulai jam 10 malam diamati

tanda-tanda hipersensitifitas

Rasional : Pengobatan infeksi atau pencegahan komplikasi

c) Rendam kaki atau punggung (kalau memungkinkan memakai ember

khusus) dalam air steril dan hangat pada suhu kamar dengan larutan

betadin yang diencerkan atau perhidrol 3x sehari selama 15 menit

Rasional : Meningkatkan sirkulasi dan membersihkan luka

d) Kaji area luka setiap kali merawat luka dan mengganti balutan

Rasional : Mengidentifikasi tingkat sirkulasi pada luka

e) Balut luka dengan kasa steril

Rasional Menjaga kebersihan luka atau meminimalkan kontaminasi silang

9) Diagnosa 9: Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal

sumber informasi

Data penunjang

a) Pasien mengungkapkan ingin tahu tentang penyakit dan pengobatannya

b) Saat diajukan pertanyaan yang terkait dengan penyakit dan pengobatan

pasien menjawab kurang tepat

c) Mengungkapkan masalah terkait penyakit, prognosis, pengobatan


124

d) Pasien mengatakan lupa akan informasi yang telah diberikan atau pasien

mengatakan bingung untuk mencari sumber informasi yang terkait

dengan penyakitnya (Diabetes Mellitus)

Kriteria hasil:

a) Mengungkapkan pemahaman tentang penyakit misalnya secara konkret

dicantumkan pasien dapat menyebutkan penyakit diabetes mellitus, dapat

menyebutkan dengan benar 5 dari 7 gejala diabetes mellitus, dan dapat

menyebutkan 4 dari 5 komplikasi diabetes mellitus

b) Pasien dapat mengidentifikasi hubungan tanda dan gejala dengan proses

penyakit

c) Pasien mampu melakukan prosedur yang perlu, secara konkrit diasuhan

keperawatan sesuai targetnya misalnya, pasien dapat melakukan rendam

perhidrol pada kaki untuk mengurangi penumpukan mikroorganisme

pada luka

d) Melakukan perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam program

pengobatan

Intervensi:

a) Kaji tingkat pengetahuan pasien mengenai penyakit, prognosa dan

pengobatannya

Rasional : Untuk memberikan informasi yang tepat pada pasien dan

menghindari kejemuan informasi

b) Lakukan pemberian pendidikan kesehatan secara bertahap dan sesuai

rencana pada satuan acara pembelajaran


125

Rasioal : Memberikan informasi yang akurat dan bermakna bagi dan bagi

perawat dapat mengetahui perkembangan pengetahuan pasien dengan pasti

c) Ciptakan lingkungan yang saling percaya mendengarkan penuh perhatian

dan selalu ada untuk pasien (saat pemberian pendidikan kesehatan)

Rasional : Menanggapi dan memperhatikan perlu diciptakan sebelum

pasien bersedia mengambil bagian dari proses belajar

d) Diskusikan dengan pasien tentang penyakitnya

Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien cepat membuat

pertimbangan dalam memilih gaya hidup

e) Diskusikan tentang rencana diet, penggunaan makanan tinggi serat

Rasional : Kesadaran tentang pentingnya kontrol diet akan membantu

pasien dalam merencanakan atau mentati program, serta memperlambat

absorbsi glukosa yang akan menurunkan fluktuasi kadar gula darah

f) Tekankan pentingnya mempertahankan pemeriksan gula darah setiap hari

Rasional : Membantu dan menciptakan gambaran nyata dari pasien untuk

melakukan kontrol penyakitnya

2.5.4 Evaluasi

Menurut Aini dan Ardiana (2016) evaluasi yang muncul adalah:

a) Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan

kurang pengetahuan tentang manajemen diabetes.

b) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan faktor biologis (penurunan sintesis protein).

c) Resiko infeksi berhubungan dengan faktor resiko penyakit kronis DM

d) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif


126

e) Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kondisi

gangguan metabolik

f) Gangguan eliminasu urin

g) Resiko ketidakseimbanagn elektrolit

h) Ketidakefektifan perfusi jaringan

Evaluasi asuhan keperawatran menurut Kurnia dan Prawesti 2017

1) Ketidakseimbanagn nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

a) Pasien tidak lemah atau penurunan tingkat kelemahan

b) Peningkatan berat badan atau berat badan ideal atau normal

c) Lingkaran lengan meningkat atau meneekati 10 cm

d) Nilai laboratorium hemoglobin untuk pria 13-16 gr/dl, untuk wanita 12-

14 gr/dl

e) Pasien habis 1 porsi makan setiap kali makan (sesuai jumlah kalori yang

dianjurkan

f) Pasien tidak mengeluh mual lagi

2) Resiko ketidakseimbangan cairan

a) Tanda vital stabil dan mendekati aman. Nadi 80-88x/menit, tekanan darah

100-140/80/90 mmHg, suhu tubuh 36,5-37,4 derajat celcius, respiratory

rate 20-22x/menit.

b) Nadi perifer pada arteri radialis, arteri brakialis, arteri dorsalis pedis

c) Turgor kulit dsn pengisian kapiler baik dibuktikan dengan capillary kurang

dari 2 detik

d) Keluaran urin dalam kategori aman (lebih dari 100cc/hari sampai batas

normal 1500cc/1700cc/hari
127

e) Kadar elektrolit urin dalam batas normal dengan nilai natrium 130-220

meq/liter, magnesium 1,0-2,5 mf/dl

3) Resiko kerusakan integritas kulit

a) Keadaan jaringan kulit utuh

b) Terjadi perbaikan status metabolik yang dibuktikan oleh gula darah dalam

batas normal dalam 36 jam

c) Neuropati tidak ada

d) Tidak terjadi luka atau ulkus dekubitus

e) Vaskularisasi perifer baik

f) Tidak ada tanda-tanda dehidrasi

g) Kebersihan kulit baik, keadaan kuku baik dan utuh

h) Keadaan kaki utuh

4) Kekurangan volume cairan

a) Tanda-tanda vital stabil dan mendekati aman. Frekuensi nadi 80-

88x/menit, tekanan darah 100-140/80-90 mmHg, suhu 36,5-37,5 ̊ C,

frekuensi napas 20-22x/menit

b) Nadi perifer teraba pada arteri radialis, arteri brachialis, arteri dorsal pedis

c) Turgor kulit dan pengisian kapiler baik dibuktikan dengan capillary revill

time (CRT)<2 detik

d) Keluaran urin dalam kategori aman (>100cc/hari sampai batas normal

1500-1700 cc/hari)

e) Kadar elektrolit urin dalam batas normal degan nilai natrium 130-220

mEq/24 jam, kalium 25-100 mEq/24 jam, klorida 120-250 mEq/l,

magnesium 1,0-2,5 mg/dL.


128

5) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dngan

penurunan masukan oral

a) Pasien tidak lemah atau penurunan tingkat kelemahan

b) Peningkatan berat badan atau berat badan ideal atau normal

c) Lingkar lengan meningkat atau mendekati 10 cm

d) Nilai laboratorium hemoglobin untuk pria 13-16 gr/dl, untuk wanita 12-

14gr/dl

e) Pasien habis 1 porsi makan setiap kali makan (sesuai jumlah kalori yang

dianjurkan)

f) Pasien tidak mengeluh mual lagi

6) Risiko tinggi sepsis berhubungan dengan kadar glukosa darah tinggi

a) Tidak terdapat tanda-tanda peradangan dan infeksi seperti rubor, color,

dolor, tumor, fungsiolesa, dan angka leukosit dalam batas 5000-11000 ul

b) Suhu tubuh tidak tinggi (36,50C – 370C)

c) Kadar GDS 60-100 mg/dl

d) Glukosa urine negative

e) Hitung jenis leukosit

Basofil :0–1

Eosinofil :1–3

Neutrofil batang :2–6

Neutrofil segemn : 50 -70

Limfosit : 20 – 40

Monosit :2–8
129

7) Pola napas tidak efektif

a) Respiratory rate pasien 20-24x/menit

b) Pernapasan pasien regular

c) Pernapasan pasien tidak berbau benda keton

8) Kerusakan integritas kulit

a) Terjadi perbaikan status metabolic yang dibuktikan gula darah dalam batas

normal dalam 36 jam

b) Menunjukan tanda-tanda penyembuhan seperti luka bersih dalam 60 jam

c) Tidak terdapat pembengkakan pada luka

9) Kurang pengetahuan

a) Mengungkapkan pemahaman tentang penyakit misalnya secara konkrit

dicantumkan pasien dapat menyebut penyakit Diabetes Melitus, dapat

menyebutkan dengan benar 5 dari 7 gejala Diabetes Melitus dapat

menyembuhkan 4 dari 5 komplikasi Diabetes Melitus

b) Pasien dapat mengidentifikasi hubungan tanda dan gejala degan proses

penyakit

c) Pasien dapat menghubungkan gejala dengan faktor penyakit secara

konkritdi asuhan keperawatan dicantumkan pasien dapat menghubungkan

banyak kencing dengan tingginya glukosa darah

d) Pasien mampu melakukan prosedur yang perlu. Secara konkrit di asuhan

keperawatan sesuai targetnya misalnya pasien dapat melakukan rendan

peridrol pada kaki untuk mengurangi penumpukan mikroorganisme pada

luka
130

e) Menjelaskan rasional dan tindakan. Secara konkrit misalnya pasien dapat

menjelaskan tindakan rendam peridrol untuk mengurangi jumlah kuman

dan membersihkan luka dalam menghindariinfeksi

f) Melakukan perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam program

pengobatan

2.6 Keaslian Jurnal

Tabel 2. 15 Keaslian Penelitian Studi Kasus Gambaran


Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus Tipe II Dalam
Pemenuhan Ketidakseimbanga Nutrisi Kurang Dari
Kebutuhan Tubuh.
No. Penelitian Judul Studi Kasus Hasil Studi Kasus
dan Tahun
Penelitian
1 Sari,2015 Asuhan Keperawatan Pada Tidak ada kesenjangan
Pasien Diabetes Melitus Tipe dalam penilaian,
II Di Instalasi Rawat Inap intervensi dan
Rumah Sakit Baptis Kediri implementasi, tetapi
ada kesenjangan dalam
diagnosis, intervensi
dan evaluasi
2 Hardi, 2016 Asuhan Keperawatan Pada Tidak ada kesenjangan
Psien Diabetes Melitus Tipe II dalam dua responden
di Instalasi Rawat Inap yaitu penilaian dan
Rumah Sakit Baptis Kediri implementasi, tetapi
ada kesenjangan dalam
diagnosa keperawatan,
intervasi, dan evaluasi
3 Cholifah, Asuhan Keperawatan Pada Terdapat kesenjangan
2018 Pasien Dengan Diabetes pada pengkajian,
Melitus Tipe 2 di Ruang intervensi,
Wijaya Kusuma Rumah Sakit implementasi, dan
Baptis Kediri evaluasi
4 Melani Wele, Asuhan Keperawatan Pada Tidak ada kesenjangan
2018 Pasien Dengan Diabetes dalam satu responden
Melitus Tipe 2 di Ruang yaitu penilaian dan
Cempaka RSUD. implementasi, tetapi
PROF.DR.W.Z. Johannes ada kesenjangan dalam
Kupang diagnosa keperawatan,
intervasi, dan evaluasi
BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Rencana Penelitian

Review ini bertujuan untuk mengetahui dan memeriksa literature (examine

literature) tentang penatalaksanaan pasien Diabetes Mellitus Tipe II dalam

pemenuhan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Peneliti

melakukan review peneliti yang menggunakan desain studi kasus yang yang

berhubungan dengan asuhan keperawatan pada pasien Diabetes Mellitus Tipe II

dalam pemenuhan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

3.2 Kerangka Kerja

Identifikasi Dan Penetapan Masalah Penelitian

Penetapan Pertanyaan Penelitian Dan Hipotesis

Penetapan PICO

Melakukan Pencarian Hasil Penelitian Dengan Kata Kunci


“Asuhan Keperawatan“ “Diabetes Mellitus Tipe II”
“Pemenuhan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh.”
Melakukan Seleksi Terhadap Referensi Yang Telah
Didapatkan

Melakukan Review Dan Analisa Artikel Jurnal Yang


Terpilih Dengan Menggunakan Critical Appraisal

Menyusun Pembahasan Dan Mengambil Kesimpulan Hasil


Review Sesuai Dengan Tujuan Yang Telah Ditetapkan

Gambar 3. 1Kerangka Kerja Literature Review Gambaran Asuhan Keperawatan


Pasien Diabetes Mellitus Tipe II dalam Pemenuhan ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh.

131
132

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Jurnal penelitian terbaru yang terbit pada 10 tahun terakhir yang itu dari

tahun 2010 s/d 2020, mendapatkan sejumlah 4 jurnal. Sumber database online

yang digunakan berasal dari repositori dari Indonesia.

3.3.2 Kriteria Inklusi

1. Telah terpublikasi dengan sistem Open Acces Journal

2. Naskah jurnal terdiri dari abstract dan fulltext

3. Artikel berbahasa Indonesia

4. Jurnal terindeks google scholar

5. Isi jurnal adalah asuhan keperawatan pasien diabetes mellitus tipe II dalam

Pemenuhan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

6. Populasi dalam jurnal atau repository tersebut adalah paisien terdiagnosa

diabetes mellitus tipe II

7. Dengan mengangkat masalah keperawatan ketidakseimbangan Nutrisi kurag

dari kebutuhan tubuh.

3.3.3 Jumlah Referensi

Jumlah referensi yang digunakan literature review ini adalah 4 artikel utama

fulltext

3.4 Metode

Review ini bertujuan untuk mengetahui dan memeriksa literature (examine

literature) tentang penatalaksanaan pasien Diabetes Mellitus Tipe II dalam

pemenuhan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.


133

3.4.1 Protocol And Registration

Pada penelitian ini menggunakan metode analisis design literature review

dan sesuai indikator inkulis yang spesifik dalam penseleksian dokumen melalui

sistem pencarian yang komprehensif (Comprehensife Litereture Search) peneliti

melakukan review dari hasil peneliti yang menggunakan design penelitian studi

kasus.

3.4.2 Eligibility Criteria

Eligibility criteria pada penelitian ini dilakukan berdasarkan kriteria inklusi

untuk mengeliminasi dan menyeleksi data. Hasil penelitian yang di review

merupakan penelitian dengan karakteristik studi berupa PICO yang terdiri dari :

1. Population

Partisipan penelitian adalah pasien Diabetes Mellitus Tipe II dalam

pemenuhan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

2. Intervention

Jenis intervensi utama yang ditetapkan penatalaksanaan tindakan mandiri

keperawatan berupa edukasi diet untuk mengatasi dalam pemenuhan

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

3. Comparison

Tidak ada intervensi pembanding

4. Outcome

Hasil yang diukur dalam penelitian studi kasus adalah pemenuhan Nutrisi

pada pasien Diabetes Mellitus tipe II


134

3.4.3 Information Sources

Penelitian ini dilakukan dengan mengidentifikasi dari pencarian electronic

database, dan pencarian reference list articles, tidak ada pembatasan bahasa pada

artikel. Penelitian ini diambil dari database elektronik Google Scholar, melalui

database scanning, dan screening artikel dilakukan secara mandiri oleh peneliti.

Peneliti mengikuti syarat dalam pemenuhan kriteria inklusi

3.4.4 Search

Peneliti menggunakan seluruh electronic search strategy untuk setiap

database elektronik, dengan limitasi kriterian inklusi. Peneliti menggunakan

search sting dengan kata kunci: Asuhan Keperawatan; Tindakan Mandiri

Keperawatan; Diabetes militus tipe II; nutrisi.

3.4.5 Data Collection Procces

Peneliti mengidentifikasi data melalui pendekatan PICO (Population,

Intervention, Compare, dan outcame). Peneliti melakukan seleksi dan

pemeriksaan data juga di identifikasi oleh pembimbing, untuk dilakukan review

hasil ekstraksi data yang telah dilakukan oleh peneliti. Peneliti melakukan Critical

Appraisal menggunakan instrumen Critical Appraisal Skill Program (CASP).

3.4.6 Data Items

Informasi data yang di ekstrak diantaranya adalah : 1) Karakteristik

responden diantaranya usia, diagnosa medis, masalah keperawatan, pola nutrisi

dan berat badan, dan tindakan mandiri keperawatan. 2) Tipe intervensi yaitu

tindakan mandiri keperawatan berupa edukasi diit mengatasi masalah pemenuhan

ketidakseimbangan nutrisi dari kebutuhan tubuh. 3) Tipe outcame yang diukur

yaitu pemenuhanNutrisi
135

3.4.7 Risk of Bias Individual Studie

Peneliti melakukan validasi terhadap literatur dengan melakukan ekstraksi data.

Peneliti mengidentifikasi penelitian pada literatur apakah telah dilaksanakan

sesuai dengan prosedur, dan diukur menggunakan alat yang telah divalidasi, dan

juga metode pengumpulan data dalam apakah dilakukan blank metode. Peneliti

mengeksplorasi variabilitas pada hasil penelitian (heterogenencity), dan peneliti

menentukan tujuan penelitian atau hipotesis sebelum melakukan analisa. Peneliti

dengan menetapkan tindakan mandiri keperawatan untuk mengatasi masalah

gangguan pemenuhan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

Pada setiap literatur mungkin akan menghasilkan efek yang berbeda-beda sesuai

dengan metodologi penelitian yang digunakan.


136

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Study Selection

Peneliti mendapatkan total penelitian sebanyak 4 artikel penelitian sesuai

dengan kriteria inklusi diantaranya adalah Evi (2019), Deni (2018), Aas (2017)

dan Almiah (2017). Peneliti melakukan strategi pencarian literatur dengan

menggunakan sistem pencari Google Scholar. Total data yang didapat dengan

menggunakan Google Scholar dengan memasukan kata kunci “Diabetes Mellitus

Tipe II”, “Nutrisi”, “ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh”

didapatkan 885 artikel publikasi dan 2 arikel repository dari STIKES Baptis

Kediri. Data-data tersebut dilakukan identifikasi kemungkinan terjadinya

duplikasi dan dilakukan review abstrak apakah sesuai dengan kriteria penelitian.

Setelah dilakukan identifikasi data didapatkan 4 artikel yang sesuai, setelah itu

dilakukan Eligibility didapatkan 4 literatur. Peneliti melakukan identifikasi

mendalam pada artikel dan artikel yang dapat digunakan (include) berjumlah 4

artikel.

4.1.2 Study Characteristics

Karakteristik studi dari 4 publikasi yang seluruhnya merupakan studi kasus

pada pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan Pemenuhan Ketidakseimbangan

Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh. 3 studi kasus asuhan keperawatan

dilaksanakan selama 3 hari, dan 1 studi kasus asuhan keperawatan dilaksanakan 2

hari. Seluruh artikel berfokus pada analisis pelaksanaan asuhan keperawatan yaitu

dari pengkajian, penetapan diagnosa keperawatan, penyusunan intervensi


137

keperawatan, pelaksanaan tindakan mandiri keperawatan dan evaluasi. Seluruh

studi kasus ini dilaksanakan untuk mengatasi masalah pemenuhan

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh . Dari 4 publikasi ini

terdapat 1artikel yang menggunakan responden sejumlah 1 orang pasien dan

artikel 3 lainnya menggunakan responden sejumlah 2 orang, sehingga jumlah total

pasien adalah 7 orang. Dilanjutkan penjelasan tentang :

1. Data awal keadaan pasien (hasil pengkajian, jelaskan persamaan dan

perbedaannya.

2. Diagnosa keperawatan selain terkait nutrisi.

3. Intervensi keperawatan yang dilakukan pada di setiap jurnal, apa intervensi

yang sama dan apa yang tidak, jelaskan persamaan dan perbedaannya.

4. Intervensi non keperawatan yang dilakukan pada pasien di setiap jurnal, apa

intervensi yang sama dan apa yang tidak, jelaskan persamaan dan

perbedaannya.

4.1.3 Synthesis of Result

Hasil synthesis of result didapatkan bahwa dari 4 studi penelitian :

1. Intervensi keperawatan mandiri yang dapat dilakukan sesuai teori

adalah :melakukan timbang berat badan, memberikan edukasi gizi diet dan

memonitor status gizi pasien. Pada 4 Literatur direncanakan memberikan

edukasi gizi diet. Intervensi yang direnacanakan merupakan intervensi yang

sesuai teori pada masing-masing literatur. Tidak ditemukan intervensi yang

tidak sesuai pada teori literatur.


138

2. 4 Literatur setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari dan pada

salah satu literatur di lakukan 2 hari didapatkan evaluasi tercapai responden

merasakan nafsu makan meningkat, tidak mual muntah,dan tidak lemas.

Literatur Search Other


Databases: Google Scholar Literatur
Identifikasi Abstrak, dan hanya Search;
literatur berbahasa Indonesia Google
Scholar

Hasil pencarian Artikel Google Scholar


: 885 Artikel, dan repository dari
STIKES RS Baptis Kediri : 2 Artikel

Artikel screened Excluded: 883 artikel tidak menggunakan


dari judul dan desain studi kasus. Masalah keperawatan
abstrak: 4 Artikel yang ditetapkan bukanlah Pemenuhan
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari
Kebutuhan Tubuh
Manuscript review Artikel dengan full
sesuai dengan text, tahun publikasi
kriteria inklusi artikel 2017-2019
(eligibility): 4
Artikel

Study Include: 4 Artikel

Gambar 4. 1Diagram Flow Chart Sintesa Systematic Review


139
140

Tabel 4. 1Tabel Ekstraksi Data dengan Pendekatan PICO


Sitasi Lokasi Karakteristik Responden Desain Tahap Hasil
N Diagnosa Usia Berat Karakteristik Tindakan Penelitian Pengambilan
Medis Badan/pola Inklusi Mandiri Data
makan
Evi Rawat 2 Responden 1. Respon 1. BB sebelum Terdiagnosa Menimban Studi Studi kasus 1. setelah di lakukan
(2019), inap 1: den 1 sakit 105 kg, Diabetes g berat kasus dilakukan tindakan
1. Diabetes umur BB saat Mellitus Tipe badan dan selama 3x24 keperawatan
mellitus 53 pengkajian 80 II dengan memberik jam didapatkan hasil
tipe 2 tahun kg. Ketidakseimba an edukasi pada evaluasi
2. Hiperten 2. Respon nafsu makan ngan Nutrisi diit pada Ny. K
si den menurun di Kurang Dari ketidakseimbanga
Responden umur sertai mual Kebutuhan n nutrisi kurang
2: 52 hanya makan Tubuh dari kebutuhan
1. Diabetes tahun 2-3 sendok tubuh dapat
mellitus 2. BB sebelum teratasi, hal ini
tipe 2 sakit 60 kg, dapat dibuktikan
2. Hiperten BB saat dari kriteria hasil
si pengkajian 45 yang sudah
kg. dicapai yaitu Ny.
nafsu makan K mengatakan
menurun di sudah tidak mual
sertai mual lagi, makanan
dan muntah klien habis, tidak
hanya makan terlihat lemas
2-3 sendok, 2. pada responden 2
setelah di lakukan
tindakan
141

Sitasi Lokasi Karakteristik Responden Desain Tahap Hasil


N Diagnosa Usia Berat Karakteristik Tindakan Penelitian Pengambilan
Medis Badan/pola Inklusi Mandiri Data
makan
keperawatan
didapatkan hasil
terdapat
kesenjangan pada
evaluasi pada Ny.
R
ketidakseimbanga
n nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh dapat
teratasi, hal ini
dapat dibuktikan
dari kriteria hasil
yang sudah
dicapai yaitu Ny.
R mengatakan
sudah tidak mual
lagi, makanan
klien habis, tidak
terlihat lemas.
142

Sitasi Lokasi Karakteristik Responden Desain Tahap Hasil


N Diagnosa Usia Berat Karakteristik Tindakan Penelitian Pengambilan
Medis Badan/pola Inklusi Mandiri Data
makan
Deni Rawat 2 Responden 1. Respon 1. nafsu Terdiagnosa Menimban Studi Studi kasus 1. setelah di lakukan
(2018), inap 1: den 1 makan Diabetes g berat kasus dilakukan tindakan
1. Diabetes umur menurun Mellitus Tipe badan dan selama 3x24 keperawatan
mellitus 54 makan 3-4 II dengan memberik jam
didapatkan hasil
tipe 2 tahun sendok Ketidakseimba an edukasi
Responden 2. nafsu ngan Nutrisi diit pada evaluasi pada
2: 2. Respond makan Kurang Dari Ny. MI
1. Diabetes en 2 menurun Kebutuhan Ketidakseimbanga
mellitus umur 50 makan 3-4 Tubuh n nutrisi kurang
tipe 2 tahun sendok dari kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan
ketidakmampuan
mencerna
makanan dapat
teratasi, hal ini
dapat dibuktikan
dari kriteria hasil
yang sudah dicapai
yaitu Ny. MI
dilakukan
143

Sitasi Lokasi Karakteristik Responden Desain Tahap Hasil


N Diagnosa Usia Berat Karakteristik Tindakan Penelitian Pengambilan
Medis Badan/pola Inklusi Mandiri Data
makan
manajemen nutrisi
atau Health
Education (HE)
diantaranya nafsu
makan meningkat
dari yang
sebelumnya makan
3-4 sendok makan
atau setara dengan
52 kalori nasi
putih, hari ketiga
meningkat
menjadis 7-9
sendok makan atau
setara dengan 104
kalori nasi putih
dengan lauk pauk
sepeti tahu, tempe
daging dengan
memperhatikan
144

Sitasi Lokasi Karakteristik Responden Desain Tahap Hasil


N Diagnosa Usia Berat Karakteristik Tindakan Penelitian Pengambilan
Medis Badan/pola Inklusi Mandiri Data
makan
jadwal makannya.
2. setelah di lakukan
tindakan
keperawatan
didapatkan hasil
pada evaluasi pada
Ny. MA
Ketidakseimbanga
n nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan
ketidakmampuan
mencerna
makanan dapat
teratasi, hal ini
dapat dibuktikan
dari kriteria hasil
yang sudah dicapai
yaitu Ny. MA
145

Sitasi Lokasi Karakteristik Responden Desain Tahap Hasil


N Diagnosa Usia Berat Karakteristik Tindakan Penelitian Pengambilan
Medis Badan/pola Inklusi Mandiri Data
makan
dilakukan
manajemen nutrisi
atau Health
Education (HE)
diantaranya nafsu
makan meningkat
dari yang
sebelumnya makan
3-4 sendok makan
atau setara dengan
52 kalori nasi
putih, hari ketiga
meningkat menjadi
7-9 sendok makan
atau setara dengan
104 kalori nasi
putih dengan lauk
pauk sepeti tahu,
tempe daging
dengan
memperhatikan
146

Sitasi Lokasi Karakteristik Responden Desain Tahap Hasil


N Diagnosa Usia Berat Karakteristik Tindakan Penelitian Pengambilan
Medis Badan/pola Inklusi Mandiri Data
makan
jadwal makannya.

Aas Rawat 2 Responden 1. Respon 1 BB sebelum Terdiagnosa Menimban Studi Studi kasus 1. Setelah di
(2017) inap 1: den 1 sakit 46 kg, Diabetes g berat kasus dilakukan lakukan tindakan
1. Diabete umur BB saat Mellitus Tipe badan dan selama 3x24 keperawatan
s 59 pengkajian II dengan memberik jam didapatkan hasil
mellitus tahun 40 kg. Ketidakseimba an edukasi pada evaluasi
tipe 2 2. Respond Mengatakan ngan Nutrisi diit pada Tn. H
Responden en 2 mual, nafsu Kurang Dari ketidakseimbanga
2: umur 57 makan Kebutuhan n
1. Diabetes tahun berkurang, Tubuh nutrisikurangdari
mellitus makan hanya kebutuhantubuhb
tipe 2 habis ½ erhubungandenga
porsi nfaktorbiologis
2 BB sebelum teratasi sebagian,
sakit 42 kg, hal ini dapat
BB saat dibuktikan dari
pengkajian kriteria hasil yang
35 kg. sudah dicapai
Mengatakan yaitu Tn. H
mual, nafsu mengatakan
makan sudah tidak
berkurang, merasakan mual,
makan hanya nafsu makan
147

Sitasi Lokasi Karakteristik Responden Desain Tahap Hasil


N Diagnosa Usia Berat Karakteristik Tindakan Penelitian Pengambilan
Medis Badan/pola Inklusi Mandiri Data
makan
habis ½ mulai bertambah,
porsi makan habis 1
porsi, badan
lemas
berkurang
,keadaan umum
klien baik,BB :
41,5 kg, TB: 160
cm IMT: BB/TB 2
= 41, 5/1,6 2 =
16,2 kg/m 2,
makan 3x sehari,
jenis nasi, diit
DM III 1500
kkal, 1 porsi
habis, intervensi,
berikan leaflet
pemenuhan
nutrisi Diabetes
Melitus pada
klien, kolaborasi
dengan keluarga
dalam
mengajarkan
148

Sitasi Lokasi Karakteristik Responden Desain Tahap Hasil


N Diagnosa Usia Berat Karakteristik Tindakan Penelitian Pengambilan
Medis Badan/pola Inklusi Mandiri Data
makan
tentang
pemenuhan
nutrisi dan
berikan obat
sesuai dengan
indikasi dokter
Pada responden
2. Setelah di
lakukan tindakan
keperawatan
didapatkan hasil
pada evaluasi
pada Tn. S
ketidakseimbanga
n
nutrisikurangdari
kebutuhantubuhb
erhubungandenga
nfaktorbiologis
teratasi sebagian,
hal ini dapat
dibuktikan dari
kriteria hasil yang
sudah dicapai
149

Sitasi Lokasi Karakteristik Responden Desain Tahap Hasil


N Diagnosa Usia Berat Karakteristik Tindakan Penelitian Pengambilan
Medis Badan/pola Inklusi Mandiri Data
makan
yaitu Tn. S
mengatakan tidak
merasakan mual,
nafsu makan
bertambah,
makan habis 1
porsi, badan
lemas berkurang,
BB: 36 kg, TB:
155 cm, IMT:
BB/TB 2 =
36/1,55 2 = 15
kg/m 2, makan 3x
sehari, jenis nasi,
diit DM III 1500
kkal, 1 porsi,
lanjutkan
intervensi,
berikan leaflet
pemenuhan
nutrisi Diabetes
Melitus pada
klien, kolaborasi
dengan keluarga
150

Sitasi Lokasi Karakteristik Responden Desain Tahap Hasil


N Diagnosa Usia Berat Karakteristik Tindakan Penelitian Pengambilan
Medis Badan/pola Inklusi Mandiri Data
makan
dalam
mengajarkan
tentang
pemenuhan
nutrisi dan
berikan obat
sesuai dengan
indikasidokter.
Almiah Rawat 2 Responde 1. Respon 1 BB sebelum Terdiagnosa Menimban Studi Studi kasus 1. setelah di lakukan
(2017). inap n1: den 1 sakit 60 kg, Diabetes g berat kasus dilakukan tindakan
1. Diabetes umur BB saat Mellitus Tipe badan dan selama 2x24 keperawatan
mellitus 55 pengkajian II dengan memberik jam
didapatkan hasil
tipe 2 tahun 58 kg. Ketidakseimba an edukasi
2. Diare mengatakan ngan Nutrisi diit pada evaluasi pada
malas makan Kurang Dari Ny. S
Klien Kebutuhan Ketidakseimbanga
mengatakan Tubuh n nutrisi kurang
malas dari kebutuhan
makan, klien tubuh b.d
makan 2-3
gangguan
sendok
keseimbangan
insulin, makanan
dan aktivitas dapat
151

Sitasi Lokasi Karakteristik Responden Desain Tahap Hasil


N Diagnosa Usia Berat Karakteristik Tindakan Penelitian Pengambilan
Medis Badan/pola Inklusi Mandiri Data
makan
teratasi, hal ini
dapat dibuktikan
dari kriteria hasil
yang sudah dicapai
yaitu Ny. S klien
mengalami
peningkatan berat
badan dan selera
makan klien
meningkat dan
mengikuti diet
yang disarankan
oleh Perawat.
152

4.2 Pembahasan

4.2.1 Pengkajian Keperawatan Pemenuhan Ketidakseimbangan Nutrisi


Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II
Berdasarkan Hasil Literature Review

Hasil dari 4 artikel didapatkan hasil pengkajian pada pasien Diabetes

Mellitus tipe II dengan pemenuhan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh adalah hasil studi kasus yang didapatkan saat pengakajian pada 7

responden. literatur Evi (2019) disebutkan bahwa masing masing responden

(Ny.K dan Ny.R) mengalami penurunan nafsu makan yatu hanya 3-4 sendok

perhari dan juga mengalami penurunan berat badan responden 1 BB sebelum sakit

105 kg, BB saat pengkajian 80 kg dan responden 2 BB sebelum sakit 60 kg, BB

sesaat pengkajian 45 kg. memiliki keluhan utama lemas,nafsu makan menurun di

sertai mual. Literatur Deni (2018) juga menyebutkan kedua responden (Ny.MI

dan Ny.MA) mengalami penurunan nafsu makandan berat badandan mengatakan

kurang minat pada makanan, cepat kenyang setelah makan dan gangguan sensasi

rasa, tonus otot menurun , Literatur Aas (2017) menjelaskan bahwa responden

(Tn.H dan Tn.S )Mengatakan mual, nafsu makan berkurang, makan hanya habis

½ porsi, badan terasa lemas, mual, mukosa bibir kering, dan pada Tn.H di peroleh

GDS 205 mg/dl, tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 90 x/menit, respirasi 20

x/menit, suhu 36,6 an Tn.S GDS 212 mg/dl, mual, mukosa bibir kering, tekanan

darah 140/80 mmHg, nadi 80 x/menit, respirasi 22 x/menit, suhu 36,7. Literatur

Almiah (2017) di sebutkan responden (Ny.S) malas makan dantidak mengikuti

diet yang di anjurkan oleh perawat mengatakan mengalami penurunan berat

badan, menurunya selera makan, mual muntah dan lemas Klien tampak

mengkomsumsi bubur, tempe dan sayur-sayuran, Mukosa bibir klin tampak


153

kering, Klien merasa sering haus, turgor kulit klien tampak lambat, Klien tampak

gelisah, Konjungtiva tampak pucat. Pemeriksaan pola nutrisi tersebut didapatkan

hasil setiap responden mengatakan bahwa menurunya pola makan dan berat

badan, dan dari ke 4 artikel di dapatkan hasil yang tidak normal.

Penderita Diabetes Mellitus biasa akan mengalami penurunan berat badan

khususnya pada diabetes mellitus tipe 2 yang mengalami penurunan dengan cepat

biasanya penderita akan mengalami kekurangan nutrisi dari kebutuhan tubuhnya,

(Yasmara, Nursiswati, & Arafat, 2016).Menurut Hidayat, A (2013) pengkajian

keperawatan terhadap masalah kebutuhan nutrisi dapat meliputi pengkajian

khusus masalah nutrisi dan pengkajian fisik secara umum yang berhubungan

dengan kebutuhan nutrisi, meliputi pola makan dan berat badan. Aspek lain yang

sangat penting dalam pengkajian nutrisi adalah penentuan tingkat pengetahuan

pasien mengenai kebutuhan nutrisi, Nafsu makan, jumlah asupan dan Tingkat

aktivitas.

Pasien diabetes mellitus tipe II dengan kebutuhan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh didapatkan hasil pengkajian berupa penurunan napsu makan,

mual muntah, penurunan berat badan. Berdasarkan patofisiologi defisiensi insulin

gagal untuk melakukan asupan glukosa bagi jaringan-jaringan peripheral yang

tergantung pada insulin (otot rangka dan jaringan lemak). Jika tidak terdapat

glukosa, sel-sel otot memetabolisme cadangan glikogen yang mereka miliki untuk

dibongkar menjadi glukosa dan energi mungkin juga akan menggunakan asam

lemak bebas (keton). Kondisi ini berdampak pada penurunan massa otot,

kelemahan otot dan rasa mudah lelah dan berdasarkan review dari 4 hasil studi

kasus, seluruh gejala dialami responden.


154

4.2.2 Diagnosa Keperawatan Pemenuhan Ketidakseimbangan Nutrisi


Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II
Berdasarkan Hasil Literature Review

Hasil 4 artikel didapatkan hasil dari pengkajian pada pasien Diabetes

Mellitus tipe II yang menjadi prioritas diagnosa keperawatan yaitu Pemenuhan

Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh dengan di buktikan

adanya penurunan berat badan pada ke tujuh responden, mual muntah, badan

lemas, juga penurunan nafsu makan,dan penurunan berat badan pada

responden literatur (EVI 2019) dan (AAS 2017),sedangkan pada literatur

(DENI 2018) juga menyebutkan kedua responden (Ny.MI dan Ny.MA)

mengalami penurunan nafsu makan, penurunan berat bada, kurang minat pada

makanan, dan cepat kenyang setelah makan. Pada literatur (ALMIAH 2017)

menunjukan bahwa responden tidak menghabiskan makananya dan terjadi

penurunan berat badan. Dari 4 artikel di dapatkan hasil pengkajian pada 7

responden Diabetes Mellitus tipe II yang menjadi prioritas diagnosa

keperawatan yaitu Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh.

Menurut Aini dan Ardiana (2016) diagnosa yang muncul pada pasien

diabetes mellitus tipe 2 adalah Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis (penurunan sintesis

protein), Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan kurang

pengetahuan tentang manajemen diabetes, Resiko infeksi berhubungan dengan

faktor resiko penyakit kronis DM, Kekurangan volume cairan berhubungan

dengan kehilangan cairan aktif, Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan

dengan kondisi gangguan metabolic, Gangguan eliminasi urin, Resiko

ketidakseimbangan elektrolit, Ketidakefektifan perfusi jaringan. Menurut


155

Hidayat, A (2013), pola makan yang tidak teratur dan cenderung terlambat juga

akan berperan pada ketidakstabilan kerja pancreas meningkatkan gangguan

kerja atau resistensi insulin.

Hasil dari ke 4 literatur dapat di simpulkan bahwa diagnosa pada setiap

responden menjadi ketidakseimbangan nutrisi dari kurang kebutuhan tubuh di

buktikan gejala yang dialami semua responden sama dengan gejala yang

diuraikan menurut teori yaitu penurunan nafsu makan ,mual muntah, dan

penurunan berat badan.

4.2.3 Intervensi Keperawatan Pemenuhan Ketidakseimbangan Nutrisi


Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II
Berdasarkan Hasil Literature Review

Hasil 4 artikel dengan diagnosa keperawatan prioritas yaitu

Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh direncanakan

intervensi sesuai teori, Kaji status nutrisi pasien dan kemampuan pasien untuk

memenuhi kebutuhan nutrisi. Identifikasi alergi makanan pada pasien. Kaji

makanan pilihan pasien Instruksikan pada pasien tentang kebutuhsn nutrisinya

(diskusi tentang panduan diet yang tepat bagi diabetes melitus), Timbang berat

badan pasien, Pantau pertumbuhan dan perkembangan, Ukur indeks masa tubuh

(IMT), Pantau penurunan dan peningkatan berat badan, Pantau tugor kulit dan

tingkat mobilitas pasien, Identifikasi adanya ketidaknormalan kulit, identifikasi

ketidak normalan rambut (kering, mudah patah, dan tipis), Pantau adanya mual

dan muntah. Dari ke 4 literatur semua responden diberikan intervensi sesuai teori

yaitu pemantauan berat badan dan memonitor status nutrisi, literatur Evi (2019)

pada responden (Ny.K dan Ny.R) kedua responden dilakukan pemantauan berat

badan, Literatur Deni (2018) pada responden (Ny.MI dan Ny.MA) kedua
156

responden dilakukan pemantauan berat badan dan nutrisi di sertai dengan edukasi

leaflet, Literatur Aas (2017) pada responden (Tn.H dan Tn.S ) kedua reponden

dilakukan intervensi memonitor status nutrisi dengan di sertai edukasi dan

kolaborasi pemberian obat, Almiah (2017) pada responden (NS) dilakukan

intervensi pemantauan berat badan dengan edukasi diet. Durasi rencana tindakan

keperawatan yang akan diberikan kepada semua responden di setiap literatur

berbeda, pada litatur nomor 1 sampai 3 durasi asuhan keperawatan yang

direncanakan selama 3x24 jam, pada literatur 4 durasi asuhan keperawatan yang

direncanakan selama 2x24 jam.

Menurut Aini dan Aridiana(2016), Perubahan perilaku sangat dibutuhkan

agar mendapatkan hasil pengelolaan diabetes yang optimal. Supaya perubahan

perilaku berhasil, dibutuhkan edukasi yang komperhensif dan upaya peningkatan

motivasi. Perubahan perilaku bertujuan agar penyandang DM dapat menjalani

pola hidup sehat. Beberapa perubahan perilaku yang diharapkan seperti mengikuti

pola makan sehat, meningkatkan kegiatan jasmani, menggunakan obat diabetes

dan obat-obatan pada keadaan khusus secara aman dan teratur. Pada pasien

Diabetes Mellitus tipe II dengan diagnosa keperawatan yaitu Ketidakseimbangan

Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuhdapat dilakukan intervensi berupa terapi

gizi/diet dengan cara menimbang berat badan atau mengukur lingkar lengan setiap

hari sesuai dengan indikasi dengan hal ini bertujuan untuk mengindentifikasi

terpenuhinya jumah kalori yang harus dikonsumsi penderita diabetes melitus.

Selain itu juga menetukan program diet dan pola makan pasien sesuai dengan

kadar gula yang dimiliki, ini bertujuan untuk menyesuaikan antara kebutuhan

kalori dan kemampuan sel untuk mengambil glukosa. (Riyadi dan Sukarmin,
157

2013).Menurut Almatsier (2010) tujuan diet penyakit Diabetes Melitus adalah

membantu pasien memperbaiki kebiasaan makan dan olahraga untuk

mendapatkan kontrol metabolik yang lebih baik dengan cara Mempertahankan

kadar glukosa darah supaya mendekati normal dengan menyeimbangkan asupan

makanan dengan insulin (endogenous atau exogenous) dengan obat penurun

glukosa oral dan aktivitas fisik, Mencapai dan mempertahankan kadar lipida

serum normal, Memberi cukup energi untuk mempertahankan atau mencapai berat

badan normal, Menghindari atau menangani komplikasi akut pasien yang

menggunakan insulin seperti hipoglikemia, komplikasi jangka pendek, dan jangka

lama serta masalah yang berhubungan dengan latihan jasmani, Meningkatkan

derajat kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang optimal.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pada tujuh responden

dilakukan intervensi sesuai dengan teori yang bertujuan agar dapat membantu

mempercepat pengembalian nutrisi dan juga untuk melindungi diri dari berbagai

bahaya yang akan mengancam baik terhadap fisik maupun psikologis.

Memonitor berat badan dan juga Healt Education dilakukan untuk memantau

dan mengembalikan keadaan nutrisi pasien. Menurut peneliti intervensi ini

direncanakan karena selain untuk mengidentifikasi terpenuhinya jumah kalori

yang harus dikonsumsi penderita diabetes melitus, intervensi ini juga bertujuan

untuk merubah mainset penderita diabetes melitus dengan setelah diberikannya

tambahan informasi sebagai ilmu pengetahuan terkait penyakit yang di derita,

para penderita dapat mengubah pola hidup lebih sehat seperti melakukan latihan

jasmani, mengurangi penggunaan bahan-bahan pengawet dan pemanis buatan.

Dengan demikian perubahan perilaku yang baik dapat meningkatkan derajat


158

kesehatan penderita diabetes melitus dan resiko terjadinya komplikasi penyakit

dapat diminimalisir melalui gizi yang optimal

4.2.4 Implementasi Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Keselamatan Dan


Keamanan Pada Pasien Diabetes Mellitus Dengan Ulkus Diabetikum
Berdasarkan Hasil Literature Review

Hasil 4 artikel dengan diagnosa keperawatan prioritas yaitu

Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh di lakukan tindakan

sesuai teori, Kaji status nutrisi pasien dan kemampuan pasien untuk memenuhi

kebutuhan nutrisi. Identifikasi alergi makanan pada pasien. Kaji makanan pilihan

pasien Instruksikan pada pasien tentang kebutuhan nutrisinya (diskusi tentang

panduan diet yang tepat bagi diabetes melitus), Timbang berat badan pasien,

Pantau pertumbuhan dan perkembangan, Ukur indeks masa tubuh (IMT), Pantau

penurunan dan peningkatan berat badan, Pantau tugor kulit dan tingkat mobilitas

pasien, Identifikasi adanya ketidaknormalan kulit, identifikasi ketidaknormalan

rambut (kering, mudah patah, dan tipis), Pantau adanya mual dan muntah.

Literatur Evi (2019) pada responden (Ny.K dan Ny.R) kedua responden

dilakukan pemantauan berat badan, Literatur Deni (2018) pada responden (Ny.MI

dan Ny.MA) kedua responden dilakukan pemantauan berat badan dan nutrisi di

sertai dengan edukasi leaflet, Literatur Aas (2017) pada responden (Tn.H dan

Tn.S) kedua reponden dilakukan intervensi memonitor status nutrisi dengan di

sertai edukasi dan kolaborasi pemberian obat, Almiah (2017) pada responden

(NS) dilakukan intervensi pemantauan berat badan dengan edukasi diet, tindakan

keperawatan yang telah diberikan kepada semua responden di setiap literatur

berbeda, pada litatur nomor 1 sampai 3 durasi asuhan keperawatan yang


159

direncanakan selama 3x24 jam, pada literatur 4 durasi asuhan keperawatan yang

direncanakan selama 2x24 jam.

Sesuai dengan teori menurut Aini dan Aridian (2016) ada 4 dalam

penatalaksanaan Diabetes Mellitus yaitu, edukasi, terapi gizi/diet, olahraga, dan

obat. Menurut Tandra Hans (2012) pengaturan diet diabetes mencakup tiga unsur

(3J), yaitu jam makan, jumlah makan, dan jenis makanan. Menurut Ariani, (2017)

diet adalah sebuah proses untuk pendapatan hidup yang lebih sehat dengan cara

mengatur jenis dan jumlah makanan sehingga bisa mempertahankan kesehatan,

perubahan pada bentuk tubuh, status gizi baik serta membantu mencegah dan

menyembuhkan penyakit.

Sehingga dapat diketahui bahwa intervensi dari semua literatur yang

direncanakan sudah di implementasikan untuk memenuhi status nutrisi pasien.

Dengan melakukan tindakan mandiri serta tindakan kolaborasi. Semua literatur

merencanakan tindakan keperawatan mandiri sama yaitu : Memonitor berat badan

dan status nutrisi pasien dan berikan edukasi gizi/diet. Pada pasien diabetes

melitus seringkali mengalami masalah utama pada pemenuhan nutrisinya .  karena

adanya gangguan dalam tubuh, sehingga tubuh tidak mampu menggunakan glukosa

darah ke dalam sel, sehingga glukosa menumpuk dalam darah. Kadar glukosa yang

tinggi ini dapat merusak pembuluh darah kecil di ginjal, jantung, mata, dan sistem

saraf, sehingga mengakibatkan berbagai macam komplikasi. Maka dari itu, segala

sesuatu yang hendak dikonsumsi harus di sesuaikan dengan diit diabetes.

Tentunya selain kolaborasi dengan medis, dukungan dari keluarga juga diperlukan

guna menunjang keberhasilan dan mengontrol diit pada penderita itu sendiri.
160

4.2.5 Evaluasi Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Keselamatan Dan


Keamanan Pada Pasien Diabetes Mellitu Dengan Ulkus Diabetikum
Berdasarkan Hasil Literature Review

Hasil dari 4 artikel dengan diagnosa keperawatan prioritas yaitu

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sesuai dengan

implementasi yang sudah di berikan kepada setiap responden, Pada literatur Evi

(2019) didapatkan hasil responden (Ny.K dan Ny.R) setelah dilakukan tindakan

keperawatan 3x24 jam sudah teratasi dan didapatkan hasil sudah tidak mual lagi,

makanan klien habis. Literatur Deni (2018) didapatkan hasil (Ny.MI dan Ny.MA)

setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam sudah menunjukkan pola

makan teratasi dengan hasil napsu makan meningkat. Literatur Aas (2017)

didapatkan hasil (Tn.H dan Tn.S)setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24

jam teratasi sebagian dibuktikan dengan pasien masih lemas, sedangkan pada

literatur Almiah (2017) di sebutkan responden (Ny.S) setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 2x24 jam responden sudah menunjukan selera makan klien

meningkat dan mengikuti diet yang disarankan oleh Perawat.

Analisa evaluasi responden terhadap kriteria hasil dari teori Kurnia dan

Prawesti (2017) adalah pasien tidak lemah atau penurunan tingkat kelemahan,

peningkatan berat badan atau berat badan ideal atau normal, lingkaran lengan

meningkat atau menedekati 10 cm, nilai laboratorium hemoglobin untuk pria 13-

16 gr/dl, untuk wanita 12-14 gr/dl, pasien habis 1 porsi makan setiap kali makan

(sesuai jumlah kalori yang dianjurkan, pasien tidak mengeluh mual lagi. Menurut

Hidayat, A (2013) evaluasi terhadap masalah kebutuhan nutrisi secara umum

dapat diniali dari adanya kemampuan dalam meningkatkan nafsu makan

ditunjukkan adanya kemampuan dalam makan serta adanya perubahan nafsu


161

makan apabila terjadi kurang dari kebutuhan, terpenuhinya kebutuhan nutrisi

ditunjukan dengan adanya tanda kekurangan atau kelebihan berat badan,

mempertahankan nutrisi melalui oral atau parenteral ditunjukan dengan adanya

proses pencernaan makan yang adekuat.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dengan monitoring status

nutrisi, Healt Education dan juga kolaborasi pemberian gizi diet, bertujuan untuk

mengembalikan status nutrisi pasien dan juga menyeimbangkan nutrisi dalam

tubuh pasien. Untuk selanjutnya menjaga keseimbangan nutrisi pasien perlu

patuh terhadap diet yang diberikan, kosumsi obat yang telah di resepkan, dan HE

pola nutrisi untuk bertujuan ketika plang dari rumah sakit pasien dan keluarga

memahami dan mengulangi penatalaksanaan pemenuhan kebutuhan nutrisi yang

telah di lakukan.Hasil dari evaluasi setiap literatur dari masalah keperawatan

yang teratasi di buktikan dengan tidak ada mual dan nafsu makan baik, Berat

badan pasien dalam rentang ideal dan Intake makanan sesuai dengan kebutuhan

tubuh
BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan literature review yang telah dilakukan pada proses asuhan

keperawatan pasien Diabetes Mellitus tipe II dengan pemenuhan

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dari pengkajian, diagnosa

keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi, peneliti dapat mengambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengkajian pada pasien Diabetes Mellitus tipe II dengan Pemenuhan

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh mual muntah,

Penurunan nafsumakan, dan penurunan berat badan.

2. Diagnosa keperawatan yang ditegakkan pada Diabetes Mellitus tipe II dengan

Pemenuhan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah

diagnosa keperawatan prioritas yang muncul pada masing-masing responden

di ke 4 literatur.

3. Intervensi yang direncanakan pada pada pasien Diabetes Mellitus tipe II

dengan Pemenuhan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

adalah Kaji status nutrisi pasien dan kemampuan pasien untuk memenuhi

kebutuhan nutrisi. Identifikasi alergi makanan pada pasien. Pantau adanya

mual dan muntah. Dari ke 4 literatur semua responden diberikan intervensi

sesuai teori yaitu pemantauan berat badan dan memonitor status nutrisi,

literatur Evi (2019) pada responden (Ny.K dan Ny.R) kedua responden

dilakukan pemantauan berat badan, Literatur Deni (2018) pada responden

(Ny.MI dan Ny.MA) kedua responden dilakukan pemantauan berat badan dan

162
163

nutrisi di sertai dengan edukasi leaflet, Literatur Aas (2017) pada responden

(Tn.H dan Tn.S ) kedua reponden dilakukan intervensi memonitor status

nutrisi dengan di sertai edukasi dan kolaborasi pemberian obat, Almiah (2017)

pada responden (NS) dilakukan intervensi pemantauan berat badan dengan

edukasi diet intervensi yang diberikan oleh ke 4 literatur kepada setiap pasien

sesuai antara teori dan fakta

4. Tindakan mandiri keperawatan yang efektif untuk paien Diabetes Mellitus

tipe II dengan pemenuhan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh adalah monitor berat badan dan pemberian edukasi diet. Pada pasien.

Evi (2019) pada responden (Ny.K dan Ny.R) kedua responden dilakukan

pemantauan berat badan, Literatur Deni (2018) pada responden (Ny.MI dan

Ny.MA) kedua responden dilakukan pemantauan berat badan dan nutrisi di

sertai dengan edukasi leaflet, Literatur Aas (2017) pada responden (Tn.H dan

Tn.S) kedua reponden dilakukan intervensi memonitor status nutrisi dengan di

sertai edukasi dan kolaborasi pemberian obat, Almiah (2017) pada responden

(NS) dilakukan intervensi pemantauan berat badan dengan edukasi diet

5. Evaluasi keperawatan yang tercapai selama tindakan keperawatan pada pasien

Diabetes Mellitus tipe II dengan pemenuhan ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh dapat teratasi, Evi (2019) didapatkan hasil

responden (Ny.K dan Ny.R) setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24

jam sudah teratasi dan didapatkan hasil sudah tidak mual lagi, makanan klien

habis. Literatur Deni (2018) didapatkan hasil (Ny.MI dan Ny.MA) setelah

dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam sudah menunjukkan pola makan

teratasi dengan hasil napsu makan meningkat. Literatur Aas (2017)


164

didapatkan hasil (Tn.H dan Tn.S)setelah dilakukan tindakan keperawatan

3x24 jam teratasi sebagian dibuktikan dengan pasien masih lemas, sedangkan

pada literatur Almiah (2017) di sebutkan responden (Ny.S) setelah dilakukan

tindakan keperawatan selama 2x24 jam responden sudah menunjukan selera

makan klien meningkat dan mengikuti diet yang disarankan oleh

Perawat.tidak terdapat kesenjangan teori antara teori dan fakta, hal ini dapat

dibuktikan dari kriteria hasil yang sudah dicapai para pasien mengatakan

sudah tidak mual lagi, makanan klien habis, tidak terlihat lemas, dan nafsu

makan meningkat.

5.2 Saran

1. Bagi perawat

Memberikan asuhan keperawatan pada Diabetes Mellitus tipe II berdasarkan

teori asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,

intervensi, implementasi dan evaluasi dengan intervensi mandiri berupa

tindakan edukasi diet pada teori asuhan keperawatan.

2. Bagi rumah sakit

Sebagai masukan dalam memberikan praktik pelayanan yang berkualitas

dalam pemberian edukasi diet pada pasienDiabetes Mellitus tipe II dengan

pemenuhan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh di Rumah

Sakit Baptis Kediri.

3. Bagi institusi pendidikan

Dapat digunakan sebagai informasi dan masukan tentang teori keperawatan

bagi dosen dan mahasiswa dalam proses pembelajaran asuhan keperawatan

pada pasien Diabetes Mellitus tipe II.


165

4. Bagi peneliti selanjutnya

Dapat digunakan sebagai informasi dan masukan untuk mengembangkan

asuhan keperawatan pada pasien Diabetes Mellitus tipe II.


166

DAFTAR PUSTAKA

Aini, Aridiana 2016, Asuhan Keperawatan Sistem Endokrin dengan


Pendekatan NANDA NIC NOC, Jakarta: Salemba Medika

Almatsier, S. 2010. Penuntun Diet Edisi Baru, Jakarta : PT Gramedia Pustaka


Utama

Ariani. 2017. Gizi dan Diet, 2017 : CV. Trans Info Media
Arisman. 2018. Obesitas, Dibetes Mellitus,& Dislipidenia Konsep, Teori dan
Penanganan Aplikatif, Jakarta : EGC

Brunner & Suddarth,. 2014, Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : EGC


Damayanti 2015, Diabetes Melitus Dan Penatalaksanaan Keperawatan,
Yogyakarta : Nuha Medika

Hidayat , A. 2013. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep


dan Proses Keperawatan, Jakarta : Salemba Medika

Hidayat dan Uliyah. 2014. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Jakarta :


Salemba Medika

Kementerian Kesehatan RI. 2014. Pusat Data dan Informasi Kesehatan RI,
Jakarta Selatan : Infodatin

Krisnatuti, dkk. 2014. Diet Sehat Untuk Penderita Diabetes Mellitus, Jakarta
Timur : Penebar Swadaya

Kurnia, Prawesti 2017, Senam Kaki Bagi Pasien Diabetes Melitus, Nganjuk :
Adjie Media Nusantara

Padila., 2012, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Yogyakarta : Nuha


Medika

Riyadi & Sukarmin 2013, Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan


Gangguan Eksokrin & Endokrin Pada Pankreas Edisi Pertama,
Yogyakarta. Graha Ilmu

Tarwoto 2016, Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan Sistem, Jakarta :


Trans Info Media

Tarwoto dan Wartonah. 2015. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan Edisi 5, Jakarta : Salemba Medika

Wijaya & Putri 2013, Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan Dewasa,


Yogyakarta : Nuha Medika
167

Lampiran 1
168
169

Lampiran 2
170

Lampiran 3
171

Lampiran 4
172
173
174
175
176
177
178
179

Lampiran 5

PERSETUJUAN LITERATUR REVIEW

Judul Studi Gambaran Asuhan Keperawatan Dengan Masalah Ketidakseimbangan


kasus Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Pada Pasien Diabetes Mellitus Di
Rsu Dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto
Judul Artikel Asuhan Keperawatan Dengan Masalah No. Artikel :
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan
Tubuh Pada Pasien Diabetes Mellitus Di Rsu Dr.
Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto
Penulis Evi Wijayanti
Reviewer Rico Bayu Wijaya
Akses Jurnal Nama : Evi Wijayanti
Tahun : 2019
Alamat Akses : Repository STIKES Bina Sehat PPNI Mojokerto
Teori Diabetes mellitusmerupakan gangguan metabolisme yang ditandai dengan
hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi
insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan
komplikasi kronis mikrovaskular, makrovaskular dan neoropati. Pada
penderita Diabetes Mellitus biasa akan mengalami penurunan berat badan
khususnya pada diabetes mellitus tipe 2 yang mengalami penurunan dengan
cepat biasanya penderita akan mengalami kekurangan nutrisi dari kebutuhan
tubuhnya, (Yasmara, Nursiswati, & Arafat, 2016).
Metode Jenis penelitian ini adalah studi kasus metode deskriptif dengan pendekatan
studikasus.
Durasi 3X 24 jam perawatan
pengambilan
studi kasus
Hasil Hasil askep Responden 1 (Ny. K) Responden 2 (Ny. R)
Pengkajian Ny. K memiliki keluhan Ny. R mengeluh
lemas,nafsu makan lemas,nafsu makan
menurun di sertai mual menurun di sertai mual dan
hanya makan 2-3 sendok, muntahhanya makan 2-3
klien terlihat lemas, BB sendok, klien terlihat
sebelumnya 105 kg, BB lemas, klien nampak pucat,
sekarang 80 kg. BB sebelumnya 60 kg, BB
sekarang 45 kg.

Diagnosa Ketidakseimbangan Ketidakseimbangan nutrisi


keperawatan nutrisi kurang dari kurang dari kebutuhan
kebutuhan tubuh tubuh berhubungan dengan
berhubungan dengan gangguan keseimbangan
gangguan keseimbangan insulin
insulin
Intervensi 1. Mengukur/menimban 1. Mengukur/menimbang
180

g BB secara teratur. BB secara teratur.


2. Memberikan 2. Memberikan informasi
informasi kepada kepada klien dan
klien dan keluarga keluarga tentang
tentang pentingnya pentingnya kebutuhan
kebutuhan nutrisi. nutrisi.
3. Melakukan 3. Melakukan
pemeriksaan gula pemeriksaan gula darah
darah dengan dengan menggunakan
menggunakan ‘’finger ‘’finger stick’.
stick’. 4. Memberikan makan
4. Memberikan makan sedikit dalam frekuensi
sedikit dalam sering dan beri porsi
frekuensi sering dan sarapan lebih banyak.
beri porsi sarapan 5. Mempertahankan
lebih banyak. hygiene mulut yang
5. Mempertahankan baik sebelum makan
hygiene mulut yang dan sesudah makan,
baik sebelum makan menganjurkan makan
dan sesudah makan, pada posisi duduk
menganjurkan makan tegak.
pada posisi duduk 6. Mengobservasi tanda-
tegak. tanda vital.
6. Mengobservasi tanda- 7. Kolaborasi dengan tim
tanda vital. medis.`
7. Kolaborasi dengan
tim medis.
Implementasi Implementasi Implementasi keperawatan
keperawatan pada pada diagnosa
diagnosa Ketidakseimbangan nutrisi
Ketidakseimbangan kurang dari kebutuhan
nutrisi kurang dari tubuh berhubungan dengan
kebutuhan tubuh gangguan keseimbangan
berhubungan dengan insulinyang dilakukan
gangguan keseimbangan selama 3 hari yaitu dengan
insulinyang dilakukan mengukur atau menimbang
selama 3 hari yaitu BB secara teratur, berikan
dengan mengukur atau informasi tentang
menimbang BB secara kebutuhan nutrisi,
teratur, berikan informasi pemeriksaan gula darah
tentang kebutuhan dengan menggunakan
nutrisi, pemeriksaan gula ‘’finger stick’, berikan
darah dengan makanan sedikit dalam
menggunakan ‘’finger frekuensi sering dan
stick’, berikan makanan tawarkan makan pagi
sedikit dalam frekuensi paling besar, pertahankan
sering dan tawarkan hygiene mulut yang baik
makan pagi paling besar, sebelum makan dan
181

pertahankan hygiene sesudah makan, anjurkan


mulut yang baik sebelum makan pada posisi duduk
makan dan sesudah tegak, berikan diit rendah
makan, anjurkan makan lemak dan Kalori, konsul
pada posisi duduk tegak, dengan ahli gizi dukungan
berikan diit rendah lemak tim nutrisi untuk
dan Kalori, konsul memberikan diet sesuai
dengan ahli gizi kebutuhan pasien dengan
dukungan tim nutrisi masukan lemak dan
untuk memberikan diet protein sesuai toleransi,
sesuai kebutuhan pasien kolaborasi dengan tim
dengan masukan lemak medis.
dan protein sesuai
toleransi, kolaborasi
dengan tim medis.
Evaluasi setelah di lakukan setelah di lakukan tindakan
tindakan keperawatan keperawatan didapatkan
didapatkan hasil pada hasil terdapat kesenjangan
evaluasi pada Ny. K pada evaluasi pada Ny. R
ketidakseimbangan ketidakseimbangan nutrisi
nutrisi kurang dari kurang dari kebutuhan
kebutuhan tubuh dapat tubuh dapat teratasi, hal ini
teratasi, hal ini dapat dapat dibuktikan dari
dibuktikan dari kriteria kriteria hasil yang sudah
hasil yang sudah dicapai dicapai yaitu Ny. R
yaitu Ny. K mengatakan mengatakan sudah tidak
sudah tidak mual lagi, mual lagi, makanan klien
makanan klien habis, habis, tidak terlihat lemas.
tidak terlihat lemas
Ringkasan Yang membedakan pada studi kasus ini kondisi pasien dan hasil penunjang
yang lain (Gula darah ), pada responden 1 dengan keluhan mual saat pemeriksaan
membedakan gula darah didapatkan hasil GDA : 201 mg/dl. Responden 2 dengan keluhan
dengan jurnal mual muntah saat pemeriksaan gula darah didapatkan hasil GDA : 266
lainnya mg/dl
Kesimpulan Dapat atau tidak dapat *) digunakan sebagai literatur review.

Kediri, 21 Juli 2020


Mahasiswa
182

Rico Bayu Wijaya

Mengetahui,

Pembimbing Ketua, Pembimbing,

Tri Sulistyarini, A. Per Pen., M.Kes Rimawati, S.Kep., Ns., M.Kes

Keterangan :
*) Coret salah satu
Pada halaman literatu review terakhir wajub di tanda tangani oleh mahasiswa dan
mengetahui pembimbing disetiap halaman literatur review

PERSETUJUAN LITERATUR REVIEW

Judul Studi Gambaran Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus Pada Ny MI Dan Ny


183

kasus MA Dengan Masalah Keperawatan Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang


Dari Kebutuhan Tubuh Di Upt Pstw Jember.
Judul Artikel Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus Pada Ny MI No. Artikel :
Dan Ny MA Dengan Masalah Keperawatan
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan
Tubuh Di Upt Pstw Jember
Penulis Deni Kurniawati
Reviewer Rico Bayu Wijaya
Akses Jurnal Nama : Deni Kurniawati
Tahun : 2018
Alamat Akses : Repository Universitas Jember
Teori Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolisme
kronis yang ditandai peningkatan glukosa darah (hiperglikemia),
disebabkan karena ketidakseimbangan antara supplai dan kebutuhan
insulin (Tarwoto, Wartonah, Taufiq, & Mulyati, 2011). Pada penderita
Diabetes Mellitus biasa akan mengalami penurunan berat badan khususnya
pada diabetes mellitus tipe 2 yang mengalami penurunan dengan cepat
biasanya penderita akan mengalami kekurangan nutrisi dari kebutuhan
tubuhnya (Ayu, 2013). Pada diabetes tipe 2 yang tidak diobati dapat
mengalami kehilangan kalori sekitar 500 gram glukosa tiap 24 jam atau
setara dengan 2000 kalori yang hilang setiap hari, masalah ini akan
menyebabkan badan penderitadiabetes tipe 2 menjadi kurus (Salwa, 2016).

Metode Jenis penelitian ini adalah studi kasus metode deskriptif dengan pendekatan
studikasus.
Durasi 3X 24 jam perawatan
pengambilan
studi kasus
Hasil Hasil askep Responden 1 (Ny. MI) Responden 2 (Ny. MA)
Pengkajian Ny. Ny. MAketidakmampuan
MIketidakmampuan mencerna makanan,
mencerna makanan, kelemahan otot unuk
kelemahan otot unuk menelan, kelemahan otot
menelan, kelemahan untuk mengunyah,
otot untuk mengunyah, kurang minat pada
kurang minat pada makanan, cepat kenyang
makanan, cepat setelah makan, gangguan
kenyang setelah makan, sensasi rasa, tonus otot
gangguan sensasi rasa, menurun, penurunan
tonus otot menurun, berat badan dengan
penurunan berat badan asupan makanan adekuat
dengan asupan makanan nafsu makan meningkat
adekuat nafsu makan dari yang sebelumnya
meningkat dari yang makan 3-4 sendok makan
sebelumnya makan 3-4
sendok makan
Diagnosa Ketidakseimbangan Ketidakseimbangan
184

keperawatan nutrisi kurang dari nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh kebutuhan tubuh
berhubungan dengan berhubungan dengan
ketidakmampuan ketidakmampuan
mencerna makanan. mencerna makanan.
Intervensi 8. Memantau BB 1. Memantau BB
9. Tinggi badan, 2. Tinggi badan,
10. Melakukan 3. Melakukan
pemeriksaan GDA, pemeriksaan GDA,
11. Manajemen nutrisi 4. Manajemen nutrisi
atau Health atau Health Education
Education (HE) (HE)
Implementasi Implementasi Implementasi
keperawatan pada keperawatan pada
diagnosa diagnosa
Ketidakseimbangan Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh kebutuhan tubuh
berhubungan berhubungan
denganketidakmampuan denganketidakmampuan
mencerna makanan mencerna makananyang
yang dilakukan selama dilakukan selama 3 hari
3 hari yaitu dengan yaitu dengan menimbang
menimbang BB, BB, mengukur tinggi
mengukur tinggi badan, badan, melakukan
melakukan pemeriksaan pemeriksaan GDA,
GDA, manajemen manajemen nutrisi atau
nutrisi atau HE, HE, melakukan
melakukan pemeriksaan pemeriksaan Hb sahli.
Hb sahli.
Evaluasi setelah di lakukan setelah di lakukan
tindakan keperawatan tindakan keperawatan
didapatkan hasil pada didapatkan hasil pada
evaluasi pada Ny. evaluasi pada Ny.
MIKetidakseimbangan MAKetidakseimbangan
nutrisi kurang dari nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh kebutuhan tubuh
berhubungan dengan berhubungan dengan
ketidakmampuan ketidakmampuan
mencerna makanan mencerna makanan dapat
dapat teratasi, hal ini teratasi, hal ini dapat
dapat dibuktikan dari dibuktikan dari kriteria
kriteria hasil yang hasil yang sudah dicapai
sudah dicapai yaitu Ny. yaitu Ny. MA dilakukan
MI dilakukan manajemen nutrisi atau
manajemen nutrisi atau Health Education (HE)
Health Education (HE) diantaranya nafsu makan
diantaranya nafsu meningkat dari yang
185

makan meningkat dari sebelumnya makan 3-4


yang sebelumnya sendok makan atau setara
makan 3-4 sendok dengan 52 kalori nasi
makan atau setara putih, hari ketiga
dengan 52 kalori nasi meningkat menjadi 7-9
putih, hari ketiga sendok makan atau setara
meningkat menjadi 7-9 dengan 104 kalori nasi
sendok makan atau putih dengan lauk pauk
setara dengan 104 sepeti tahu, tempe daging
kalori nasi putih dengan dengan memperhatikan
lauk pauk sepeti tahu, jadwal makannya.
tempe daging dengan
memperhatikan jadwal
makannya.
Ringkasan yang Yang membedakan pada studi kasus ini kondisi pasien nafsu makan
membedakan meningkat dari yang sebelumnya makan 3-4 sendok makan atau setara
dengan jurnal dengan 52 kalori nasi putih, hari ketiga meningkat menjadi 7-9 sendok
lainnya makan atau setara dengan 104 kalori nasi putih dengan lauk pauk sepeti
tahu, tempe daging dengan memperhatikan jadwal makannya.
Kesimpulan Dapat atau tidak dapat *) digunakan sebagai literatur review.

Kediri, 21 Juli 2020


Mahasiswa

Rico Bayu Wijaya

Mengetahui,

Pembimbing Ketua, Pembimbing,

Tri Sulistyarini, A. Per Pen., M.Kes Rimawati, S.Kep., Ns., M.Kes

Keterangan :
*) Coret salah satu
Pada halaman literatu review terakhir wajub di tanda tangani oleh mahasiswa dan
mengetahui pembimbing disetiap halaman literatur review
PERSETUJUAN LITERATUR REVIEW

Judul Studi Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Tn. H dan Tn. S Yang Mengalami
kasus Diabetes Mellitus Dengan Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari
Kebutuhan Tubuh Di Ruang Melati 2 RSUP DR. Soeradji Tirtonegoro
Klaten
Judul Artikel Asuhan Keperawatan Pada Tn. H dan Tn. S Yang No. Artikel :
Mengalami Diabetes Mellitus Dengan
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan
Tubuh Di Ruang Melati 2 RSUP DR. Soeradji
Tirtonegoro Klaten
Penulis Aas Nandyawati
Reviewer Rico Bayu Wijaya
Akses Jurnal Nama : Aas Nandyawati
Tahun : 2017
Alamat Akses : Repository STIKES Kusuma Husada Surakarta
Teori
Penatalaksanaan yang tidak efektif dalam menangani penyakit Diabetes
Melitus akan mengakibatkan komplikasi akut bahkan kronis. Komplikasi
dari Diabetes Melitus terdiri dari komplikasi akut yaitu perubahan kadar
glukosa dan komplikasi kronik yaitu perubahan pada sistem
kardiovaskular, perubahan pada sistem saraf perifer, perubahan mood, dan
peningkatan kerentanan terhadap infeksi. Selain itu, perubahan vaskular di
ekstremitas bawah pada penyandang Diabetes Melitus dapat
mengakibatkan terjadinya arteriosklerosis sehingga terjadi komplikasi yang
mengenai kaki yang menyebabkan tingginya insidensi amputasi (LeMone,
2016). Sekitar 75% penyandang Diabetes Melitus tipe II akhirnya
meninggal karena penyakit vaskular. Maka dari itu, dalam menangani
Diabetes Melitus terdapat empat pilar penatalaksanaan yaitu edukasi, terapi
gizi medis, latihan jasmani, dan terapi farmakologi (Perkeni, 2011).
Metode Jenis penelitian ini adalah studi kasus metode deskriptif.
Durasi 3X 24 jam perawatan
pengambilan
studi kasus
Hasil Hasil askep Responden 1 (Tn. H) Responden 2 (Tn. S )
Pengkajian Tn. H Mengatakan Tn. S Mengatakan mual,
mual, nafsu makan nafsu makan berkurang,
berkurang, makan makan hanya habis ½
hanya habis ½ porsi, porsi, badan terasa lemas,
badan terasa lemas, BB 35 kg, TB: 155 cm,
mual, mukosa bibir IMT: BB/TB 2 = 35/1,5 2
kering, BB: 40 kg, TB: =15,5 kg/m 2, Hb 11,6
160 cm, IMT: BB/TB 2 g/dl, limfosit 17,8 %,
= 40/1,6 2 = 15,6 GDS 212 mg/dl, mual,
kg/m2 ,Hb 10,3 g/dl, mukosa bibir kering,
limfosit 18,7 %, GDS tekanan darah 140/80
205 mg/dl, tekanan mmHg, nadi 80 x/menit,
darah 130/80 mmHg, respirasi 22 x/menit, suhu
nadi 90 x/menit, 36,7 o C, D: makan 3x

186
187

respirasi 20 x/menit, sehari, jenis nasi, diit DM


suhu 36,6 o C, D: III 1500 kkal, ½ porsi.
makan 3x sehari, jenis
nasi, diit DM III 1500
kkal, ½ porsi habis.

Diagnosa ketidakseimbangan ketidakseimbangan


keperawatan nutrisi kurang dari nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh kebutuhan tubuh
berhubungan dengan berhubungan dengan
faktor biologis faktor biologis
Intervensi 12. Monitor status 1. Monitor status nutrisi
nutrisi 2. Kolaborasi dengan
13. Kolaborasi dengan akli gizi dalam
akli gizi dalam pemenuhan
pemenuhan kebutuhan nutrisi
kebutuhan nutrisi klien
klien 3. Kolaborasi dengan
14. Kolaborasi dengan dokter dalam
dokter dalam pemberian obat
pemberian obat 4. Berikan leaflet
15. Berikan leaflet pemenuhan nutrisi
pemenuhan nutrisi diabetes melitus pada
diabetes melitus klien
pada klien

Implementasi Implementasi Implementasi


keperawatan pada keperawatan pada
diagnosa diagnosa
ketidakseimbangan ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh kebutuhan tubuh
berhubungan dengan berhubungan dengan
faktor biologis yang faktor biologis yang
dilakukan selama 3 hari dilakukan selama 3 hari
yaitu dengan Monitor yaitu dengan Monitor
status nutrisi, status nutrisi, Kolaborasi
Kolaborasi dengan akli dengan akli gizi dalam
gizi dalam pemenuhan pemenuhan kebutuhan
kebutuhan nutrisi klien, nutrisi klien, Kolaborasi
Kolaborasi dengan dengan dokter dalam
dokter dalam pemberian obat, Berikan
pemberian obat, leaflet pemenuhan nutrisi
Berikan leaflet diabetes melitus pada
pemenuhan nutrisi klien.
diabetes melitus pada
klien.
188

Evaluasi Setelah di Setelah


lakukan di lakukan
tindakan tindakan
keperawatan keperawatan
didapatkan hasil pada didapatkan hasil pada
evaluasi pada Tn. H evaluasi pada Tn. S
ketidakseimbangan
ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan nutrisi kurang dari
tubuh berhubungan
kebutuhan tubuh
dengan faktor biologis berhubungan dengan
teratasi sebagian, hal ini
faktor biologis teratasi
dapat dibuktikan dari
sebagian, hal ini dapat
kriteria hasil yang sudah
dicapai yaitu Tn. H dibuktikan dari kriteria
mengatakan sudah tidak hasil yang sudah dicapai
merasakan mual, nafsu yaitu Tn. S mengatakan
makan mulai bertambah, tidak merasakan mual,
makan habis 1 porsi, nafsu makan bertambah,
badan lemas berkurang makan habis 1 porsi,
,keadaan umum klien badan lemas berkurang,
baik,BB : 41,5 kg, TB: BB: 36 kg, TB: 155 cm,
160 cm IMT: BB/TB 2 = IMT: BB/TB 2 = 36/1,55
41, 5/1,6 2 = 16,2 kg/m 2,
2 = 15 kg/m 2, Hb 11, 6
B: Hb 10,3 g/dl, limfosit
g/dl, limfosit 17, 8 %,
18,7 %, GDS 150 mg/dl
turun menjadi 137 mg/dl,GDS 160 mg/dl turun
TD 130/90 mmHg, nadi menjadi 144 mg/dl, TD
86 x/menit, respirasi 20130/80 mmHg, nadi 80
x/menit, respirasi 20
x/menit, suhu 36,6 o C, D:
makan 3x sehari, jenis x/menit, suhu 36,7 o C,
nasi, diit DM III 1500 D: makan 3x sehari, jenis
kkal, 1 porsi habis, nasi, diit DM III 1500
intervensi, berikan leaflet
kkal, 1 porsi, lanjutkan
pemenuhan nutrisi
intervensi, berikan leaflet
Diabetes Melitus pada pemenuhan nutrisi
klien, kolaborasi dengan
Diabetes Melitus pada
keluarga dalam
mengajarkan klien, kolaborasi dengan
tentang
pemenuhan nutrisi dan keluarga dalam
berikan obat mengajarkan
sesuai tentang
dengan indikasi dokter pemenuhan nutrisi dan
berikan obat sesuai
dengan indikasi dokter.
Ringkasan yang Yang membedakan pada studi kasus ini yaitu pada intervensi yang
membedakan dilakukan belum mencapai kriteria hasil yang ditentukan antara lain
dengan jurnal berikan leaflet pemenuhan nutrisi Diabetes Melitus pada klien, kolaborasi
lainnya dengan keluarga dalam mengajarkan tentang pemenuhan nutrisi dan
berikan obat sesuai dengan indikasi dokter.
Kesimpulan Dapat atau tidak dapat *) digunakan sebagai literatur review.

Kediri, 21 Juli 2020


189

Mahasiswa

Rico Bayu Wijaya

Mengetahui,

Pembimbing Ketua, Pembimbing,

Tri Sulistyarini, A. Per Pen., M.Kes Rimawati, S.Kep., Ns., M.Kes

Keterangan :
*) Coret salah satu
Pada halaman literatu review terakhir wajub di tanda tangani oleh mahasiswa dan
mengetahui pembimbing disetiap halaman literatur review

PERSETUJUAN LITERATUR REVIEW


190

Judul Studi Gambaran Asuhan Keperawatan Klien Yang Mengalami Diabetes Mellitus
kasus Dengan Masalah Keperawatan Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari
Kebutuhan Tubuh Di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar
Judul Artikel Asuhan Keperawatan Klien Yang Mengalami No. Artikel :
Diabetes Mellitus Dengan Masalah Keperawatan
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan
Tubuh Di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar
Penulis Almiah Lawadi
Reviewer Rico Bayu Wijaya
Akses Jurnal Nama : Almiah Lawadi
Tahun : 2017
Alamat Akses : Repository Akademi Keperawatan Mappa Oudang
Program Studi Keperawatan Makassar
Teori Diabetes Mellitus adalah gangguan metabolik yang di tandai dengan
Hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein yang di sebabkan oleh penurunan sekresi
Insulin atau penurunan sensitivitas Insulin atau keduanya dan
menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular, makrovaskular, dan
neuropati(yuliana elin,2009)
Metode Jenis penelitian ini adalah studi kasus metode deskriptif dengan pendekatan
melalui wawancara
Durasi 2X 24 jam perawatan
pengambilan
studi kasus
Hasil Hasil askep Responden 1 (Ny. S) Responden 2
Pengkajian Ny. S Klien mengatakan
malas makan Klien
mengatakan malas makan,
Klien mengatakan tidak
mengikuti diet yang di
anjurkan oleh perawat,
Klien mengatakan susah
tidur, Klien mengatakan
tidurnya 2-3 jam pada
malam hari, BB sebelum
sakit : 60kg, BB saat sakit
: 58kg, Klien tampak
makan 2-3 sendok dari
porsi yang di sediakan,
Klien tampak
mengkomsumsi bubur,
tempe dan sayur-sayuran,
Mukosa bibir klin tampak
kering, Klien merasa
sering haus, turgor kulit
klien tampak lambat,
Klien tampak gelisah,
Konjungtiva tampak pucat
191

Diagnosa Ketidakseimbangan nutrisi


keperawatan kurang dari kebutuhan
tubuh b.d gangguan
keseimbangan insulin,
makanan dan aktivitas.
Intervensi 1. Timbang berat badan
klien.
2. Tentukan program diet
dan pola makan pasien.
3. Identifikasi makanan
yang di sukai.
4. Libatkan keluarga pada
perencanaan makan
sesuai indikasi.
5. Kolaborasi dengan ahli
diet
Implementasi Implementasi keperawatan
pada diagnosa
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh b.d gangguan
keseimbangan insulin,
makanan dan aktivitas
yang dilakukan selama 2
hari yaitu dengan
menimbang berat badan
klien, menententukan
program diet dan pola
makan pasien,
megidentifikasi makanan
yang di sukai, melibatkan
keluarga pada perencanaan
makan sesuai indikasi,
berkolaborasi dengan ahli
diet
Evaluasi setelah di lakukan
tindakan keperawatan
didapatkan hasil pada
evaluasi pada Ny. S
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh b.d gangguan
keseimbangan insulin,
makanan dan
aktivitasdapat teratasi, hal
ini dapat dibuktikan dari
kriteria hasil yang sudah
192

dicapai yaitu Ny. S klien


mengalami peningkatan
berat badan dan selera
makan klien meningkat
dan mengikuti diet yang
disarankan oleh Perawat.
Ringkasan yang Yang membedakan pada studi kasus ini yaitu pada intervensi yang setelah
membedakan di lakukan asuhan keperawatan 2 masalah teratasi dan 1 masalah tidak
dengan jurnal teratasi. Dimana masalah yang teratasi yaitu Ketidakseimbangan nutrisi
lainnya kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan keseimbangan
insulin, makanan dan aktivitas dan Resiko ketidakseimbangan elektrolit
berhubungan dengan gejala poliuria dan dehidrasi. Adapun masalah yang
tidak teratasi yaitu gangguan pola tidur berhubungan dengan kegelisahan
Kesimpulan Dapat atau tidak dapat *) digunakan sebagai literatur review.

Kediri, 21 Juli 2020


Mahasiswa

Rico Bayu Wijaya

Mengetahui,

Pembimbing Ketua, Pembimbing,

Tri Sulistyarini, A. Per Pen., M.Kes Rimawati, S.Kep., Ns., M.Kes

Keterangan :
*) Coret salah satu
Pada halaman literatu review terakhir wajub di tanda tangani oleh mahasiswa dan
mengetahui pembimbing disetiap halaman literatur review

Lampiran 6
193
194
195
196
197

Lampiran 7
198

Anda mungkin juga menyukai