Literature Review
Oleh:
RICO BAYU WIJAYA
NIM: 01.1.17.00820
i
KARYA TULIS ILMIAH
Literature Review
Oleh:
RICO BAYU WIJAYA
NIM: 01.1.17.00820
i
SURAT PERNYATAAN
Dengan sesungguhnya saya menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini adalah
hasil karya sendiri dan belum pernah dikumpulkan oleh orang lain untuk
memperoleh gelar dan berbagai jenjang pendidikan
di Perguruan Tinggi manapun
ii
MOTTO
”Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh
2 Timotius 1 : 7
iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Oleh:
Pembimbing Utama
Pembimbing Pendamping
Mengetahui,
Ketua STIKES RS Babptis Kediri
iv
HALAMAN PENETAPAN PENGUJI
Telah Diuji
Pada Tanggal, 27 Juli 2020
PENGUJI
Mengetahui,
Ketua STIKES RS Baptis Kediri
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmian yang berjudul
merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Ahli Madya Keperawatan
1. Ibu Selvia David Richard, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Ketua STIKES RS
2. Dr. Roose Ester Grace Lomboan, Sp.M selaku direktur RS Baptis Kediri
3. Ibu Dyah Ayu Kartika W.S., S.Kep., Ns., M.Kep selaku Kaprodi
4. Ibu Tri Sulistyarini, A.Per Pen., M.Kes dan Rimawati, S.Kep., Ns., M.Kes
S.Kep., Ns., M. Kep selaku dosen wali yang telah membimbing serta
Ilmiah ini.
vi
6. Bapak Budi Wiyono, dan Ibu Dwi Ngastuti Selaku orang tua yang telah
7. Teman- teman Prodi Keperawatan Diploma III angkatan XIX yang telah
Kiranya Tuhan membalas budi baik semua pihak yang telah memberi
ini. Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini jauh dari kata sempurna,
tetapi kami berharap Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi
Keperawatan.
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman Sampul.......................................................................................................i
Surat Pernyataan......................................................................................................ii
Motto......................................................................................................................iii
Halaman Persetujuan Pembimbing.........................................................................iv
Halaman Penetapan Penguji....................................................................................v
Kata Pengantar........................................................................................................vi
Daftar Isi...............................................................................................................viii
Daftar Tabel............................................................................................................xi
Daftar Gambar.......................................................................................................xii
Daftar Lampiran...................................................................................................xiii
Daftar Lambang, Singkatan Dan Istilah...............................................................xiv
Abstract.................................................................................................................xix
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Batasan Masalah 4
1.3 Rumusan Masalah 4
1.4 Tujuan Penelitian 5
1.5 Manfaat Penelitian 6
1.5.1 Manfaat Teoritis 6
1.5.2 Manfaat Praktis 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................8
2.1 Konsep Kebutuhan Nutrisi 8
2.1.1 Pengertian Nutrisi 8
2.1.2 Macam-macam Nutrien 9
2.1.3 Masalah kebutuhan nutrisi 17
2.2 Asuhan Keperawatan pada Masalah Kebutuhan Nutrisi 20
2.2. 1 Pengkajian 20
2.2.2 Diagnosa keperawatan 22
2.2.3 Perencanaan Keperawatan 23
2.2.4 Pelaksanaan (Tindakan) Keperawatan 25
2.2.5 Evaluasi Keperawatan 29
2.3 Konsep Diabetes Melitus 30
viii
2.3.1 Pengertian Diabetes Melitus 30
2.3.2 Etiologi 32
2.3.3 Patofisiologi 35
2.3.4 Faktor yang mempengaruhi Diabetes Melitus 40
2.3.5 Manifestasi Klinis 46
2.3.6 Klasifikasi Diabetes Melitus 50
2.3.7 Komplikasi Diabetes Melitus56
2.3.8 Pemeriksaan Test Diagnostik 61
2.3.9 Penatalaksanaan Diabetes Melitus 64
2.4 Diet Pasien Diabetes Melitus tipe II 76
2.4.1 Pegertian Diet 76
2.4.2 Tujuan Diet 76
2.4.3 Prinsip Diet Diabetes Melitus 77
2.4.4 Syarat diet 77
2.4.5 Pengaturan Diet Diabetes Melitus 79
2.5 Konsep Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus 86
2.5.1 Pengkajian 86
2.5.2 Diagnosa Keperawatan 94
2.5.3 Rencana Asuhan Keperawatan 96
2.5.4 Evaluasi 125
2.6 Keaslian Jurnal 130
BAB III METODE PENELITIAN......................................................................131
3.1 Rencana Penelitian 131
3.2 Kerangka Kerja 131
3.3 Populasi dan Sampel 132
3.3.1 Populasi 132
3.3.2 Kriteria Inklusi 132
3.3.3 Jumlah Referensi 132
3.4 Metode 132
3.4.1 Protocol And Registration 133
3.4.2 Eligibility Criteria 133
3.4.3 Information Sources 134
3.4.4 Search 134
3.4.6 Data Items 134
3.4.7 Risk of Bias Individual Studie 135
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................136
ix
4.1 Hasil 136
4.1.1 Study Selection 136
4.1.2 Study Characteristics 136
4.2 Pembahasan 151
4.2.1 Pengkajian Keperawatan Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari
Kebutuhan Tubuh Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan
Hasil Literature Review 151
4.2.2 Diagnosa Keperawatan Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari
Kebutuhan Tubuh Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan
Hasil Literature Review 153
4.2.3 Intervensi Keperawatan Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari
Kebutuhan Tubuh Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Berdasarkan
Hasil Literature Review 154
4.2.4 Implementasi Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Keselamatan Dan
Keamanan Pada Pasien Diabetes Mellitus Dengan Ulkus Diabetikum
Berdasarkan Hasil Literature Review 157
4.2.5 Evaluasi Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Keselamatan Dan
Keamanan Pada Pasien Diabetes Mellitu Dengan Ulkus Diabetikum
Berdasarkan Hasil Literature Review 158
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................161
5.1 Kesimpulan 161
5.2 Saran 163
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................165
Lampiran .............................................................................................................166
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR LAMBANG
xiii
& : Dan
% : Persen
- : Sampai dengan
: Lebih dari
/ : Atau
: Kurang dari
Mg/dl : Miligram per desi liter
̊C : Derajat Celcius
± : Kurang lebih
UI : Mikro liter
DAFTAR SINGKATAN
BAK : Buang Air Kecil
BAB : Buang Air Besar
BBI : Berat Badan Ideal
BMI : Body Mass Ideal
BOR : Bed Occupary Rate
CO2 : Karbondioksida
CRT : Cappilary Rate Time
DGP :Gula Darah Puasa
DM : Diabetes Mellitus
DMG : Diabetes Mellitus Gestasional
DMT-1 : Diabetes Melitus Tipe 1
DMT-2 : Diabetes Mellitus Tipe 2
DMTI : Diabetes Mellitus Tergantung Insulin
DMTTI : Diabetes Mellitus Tak Tergantung Insulin
DNA : Deoxybose Nucleid Acid
EKG : Elektro Krdio Gram
FBS : Festing Blood Sugar
FCPD : Fibro Calculous Pancreatic Diabetes Melitus
GH : Growth Hormone
H2O : Air
xiv
Hb : Hemoglobin
HDL : High Density Lipoprotein
HHNK : Hiperglikemik Hiperosmolar Non-Ketotik
IDDM : Insulin Dependent Diabetes Mellitus
IGT : Impared Glukosa Tolerance
IMA : Infark Miocard Acute
IMT : Indeks Massa Tubuh
ISK : Infeksi Saaluran Kemih
IV : Intavena
K : Kalium
LDL : Low Density Lipoprotein
MAKP : Manajemen Asuhan Kkeperawatan Profesional
MHR : Maximum Hate Rate
Na : Natrium
NaCL : Natrium KLORIDA
NIDDM : Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus
NPH : Neural Protamin Hagedorn
OHO : Obat Hipoglikemik Oral
PDPD : Protein Defisiensi Pancreatic Diabetes Mellitus
PGDM : Pemantauan Glukosa Darah Mandiri
Ph : Derajat Keasaman
POA : Plan Of Action
PP : Post Prandial
RR : Respiratory Rate
SAP : Satuan Acara Penyuluhan
SSP : Susunan Saraf Pusat
TBC : Tuberculosis
THR : Target Hate Rate
TTGI : Tes Toleransi Glukosa Intravena
TTGO : Tes Toleransi Glukosa Oral
WHO : Word Health Organization
DAFTAR ISTILAH
xv
Antibody : Kekebalan tubuh
Anuria : Ginjal yang tidak dapat memproduksi urine
Atrofi : Penurunan massa otot
Autoimmune : Melawan jaringan atau kekebalan tubuh sendiri
Bradikardi : Nadi lambat
Bradipneu : Penurunan tingkat pernapasan
Dehidrasi : Kekurangan cairan
Dermatitis : Peradangan kulit
Diabetic Foot : Kaki Diabetik
Diare : Peningkatan frekuensi buang air besar
Diastole : Tekanan darah arteri terendah
Diuresis osmosis : Kehilangan sejumlah cairan secara aktif
Dolor : Rasa nyeri pada jaringan yang mengalami infeksi
Edema : Bengkak
Eritrosit : Sel darah merah
Fungsio laesa : Perubahan fungsi dari jaringan yang mengalami infeksi.
Glikogenesis : Pembentukan glikogen dari unsure glukosa
Glikoneogenesis : Pembentukan glukosa dari unsure non karbonat
Glukosa : Kadar gula
Glukosuria : Adanya glukosa dalam urin
Hematuria : Adanya darah dalam urine
Hepatomegali : Pembesaran hati
Hiperaktif : Beraksi berlebihan
Hipiremik : Peningkatan jumlah darah
Hiperglikemia : Peningkatan kadar gula di dalam darah
Hiperosmolaritas : Kelebihan tekanan osmotic pada plasma karena adanya
peningkatan konsentrasi zat
Hiperpireksia : Peningkatan suhu tubuh
Hipertonik : Tekanan Osmotik lebih tinggi
Hipertrofi : Pembesaran massa otot
Hipoglikemia : Penurunan kadar gula didalam darah
Hipoproteinemia : Menurunnya jumlah protein darah
xvi
Hipotensi : Tekanan darah rendah
Hipovolemia : Kondisi akibat kekurangan volume cairan ekstraseluler
(CES)
Hypovolemik : Kekurangan cairan
Juvenill : Usia muda
Kaki charcot : Penyakit neuropati sendi kaki (kadang mirip dengan gout
atau selulitis)
Kalor : Rasa panas pada daerah yang mengalami infeksi
Malnutrisi : Kekurangan nutrisi/gizi
Monofilament : Alat untuk menilai sensasi pada kaki
Mordibitas : Angka kesakitan
Mortalitas : Angka kematian
Obesitas : Kegemukan
Oliguria : Urine kurang dari 400 ml/hari
Polidipsia : Mudah haus
Polifagia : Mudah lapar
Poliuria : Sering buang air kecil
Prognosis : Perjalanan penyakit
Rubor : Kemerahan pada area yang mengalami infeksi
Selulitis : Infeksi umum yang terjadi pada kulit dan jaringan lunak
di bawah kulit
Starvasi seluler : Kondisi kelaparan sel karena glukosa sulit masuk
Takikardi : Nadi cepat
Takipneu : Nadi cepat
Trapid Sponge : Teknik kompres hangat
Tromboplebitis : Inflamasi permukaan pembuluh darah
Tumor : Pembengkakan pada area infeksi
Ulserasi : Proses adanya luka terbuka yang mungkin sulit untuk
sembuh
Vital Sign : Tanda-tanda vital
xvii
ABSTRACT
CASE STUDY
based on literature review
xviii
BAB 1
PENDAHULUAN
komplikai kronik pada organ tubuh (Aini dan Aridiana, 2016). Gangguan
(Hidayat A, 2015). Ada empat pilar dalam penatalaksanaan diabetes tipe II yaitu
edukasi, terapi gizi/diet, olahraga, dan obat (Aini dan Aridiana, 2016). Semakin
meningkatnya asupan padat kalori dan kaya lemak menyebabkan obesitas yang
pada akhirnya akan menjadikan Diabetes Mellitus tipe II dan salah satu
penderita diabetes mellitus diatur berdasarkan 3J yaitu jumlah (kalori), jenis dan
kelamin, umur, aktivitas, fisik atau pekerjaan, dan berat badan. (Aini dan
kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman dan perlindungan, kebutuhan rasa cinta
serta rasa memiliki dan dimiliki, kebutuhan akan harga diri ataupun perasaan
dihargai oleh orang lain, kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan nutrisi merupakan
1
2
salah satu kebutuhan yang merupakan kebutuhan paling dasar dari kebutuhan
fisiologis pada manusia. (Hidayat dan Uliyah, 2014). Hasil wawancara dengan
perawat di ruang rawat inap Hosana, Wijaya Kusuma, dan Efrata didapatkan data
bahwa keluhan pasien Diabetes Mellitus Tipe II adalah mual, muntah , dan lemas.
WHO tahun 2014 memperkirakan bahwa, secara global 422 juta orang
berasal dari Asia Tenggara dan Pasifik Barat, terhitung sekitar setengan kasus
telah meningkat secara substansial antara tahun 1980 dan 2014, meningkat dari
108 juta menjadi 422 juta atau sekitar empat kali lipat. Pada 2013 terdapat 382
juta orang yang hidup dengan Diabetes Mellitus dan pada tahun 2035 jumlah
tersebut diperkirakan akan meningkat menjadi 592 juta orang, diperkirakan dari
382 juta orang tersebut, 175 juta diantaranya belum terdiagnosa sehingga
Data dari rekam medis Rumah Sakit Baptis Kediri dalam empat bulan terakhir
dengan perawat masalah keperawatan yang sering dialami oleh pasien Diabetes
pada ginjal untuk memfiltrasi dan reabsorbsi glukosa (meningkat kurang lebih 225
melalui urin (glukosuria). Ekskresi molekul glukosa yang aktif secara osmosis
dengan ekstra seluler dan juga di ruangan intraseluler. Terjadi Diabetes Melitus
Tipe II bisa karena faktor predisposisi seperti kelainan genetik, gaya hidup stress,
malnutrisi, obesitas dan infeksi (Aini dan Aridiana, 2016). Beberapa faktor
produk insulin dan penurunan fasilitas glukosa dalam sel, sel yang tidak
glikogen, asam lemak, keton untuk energi didalam tubuh terjadi penurunan masa
otot (tubuh kurus) sehingga terjadi masalah keperawatan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh (Aini dan Aridiana, 2016). Komplikasi yang timbul akibat
menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk
4
Diabetes Melitus terdapat empat pilar yaitu edukasi, terapi gizi/diet, olahraga, dan
obat. Diantara empat pilar tersebut terdapat terapi gizi/diet yang bertujuan untuk
mempertahankan glukosa darah dalam kisaran normal (Aini & Aridiana, 2016).
DM adalah mual muntah. Apabila hal ini tidak segera ditangani maka akan
Diabetes Melitus Tipe II yang bersumber dari beberapa literatur review yang
peneliti gunakan sebagai acuan penelitian. Adapun isi dari HE tersebut berupa
daftar menu makanan diit yang boleh dikonsumsi dan tidak boleh dikonsumsi oleh
kebutuhan tubuh pada penderita Diabetes Melitus dapat teratasi. Selain itu juga
menetukan program diet dan pola makan pasien sesuai dengan kadar gula yang
tubuh.
1. Bagi Pasien
tubuh.
2. Bagi Perawat
badan atau mengukur lingkaran lengan setiap hari sesuai dengan indikasi.
Tipe II dalam upaya mencegah terjadinya resiko tinggi sepsis dan mencegah
komplikasi.
7
TINJAUAN PUSTAKA
tubuh yang bertujuan menghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas tubuh.
(Hidayat A, 2015) Tubuh manusia terbentuk dari zat-zat yang berasal dari
zat-zat penting yang dikenal dengan istilah nutrisi tersebut. Nutrisi berfungsi
tubuh sebagai sumber tenaga, serta untuk melindungi tubuh dari serangan
energi bagi aktivitas tubuh, membentuk struktur kerangka dan jaringan tubuh,
serta mengatur berbagai proses kimia di dalam tubuh. (Mubarak dan Chayatin,
2014).
bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuh, serta mengeluarkan sisanya.
Nutrisi juga dapat dikatakan sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi, dan zat-
zat lain yang terkandung, aksi, reaksi, serta keseimbangan yang berhubungan
8
9
1. Karbohidrat
melalui enzim ptyalin yang ada dalam air ludah. Amilum diubah menjadi
dikirim terus ke usus dua belas jari. Getah pancreas yang dialirkan ke usus dua
belas jari mengandung amilase. Dengan demikian sisa amilum yang belum
maltosa. Maltosa ini kemudian diteruskan ke dalam usus halus. Usus halus
Setelah berada dalam usus halus, seluruhnya diubah menjadi monosakarida oleh
enzim-enzim tadi.
Disakarida dan monosakarida mempunyai sifat mudah larut dalam air sehingga
2. Lemak
karena mulut tidak ada enzim pemecah lemak. Lambung mengeluarkan enzim
lipase untuk mengubah sebagian kecil lemak menjadi asam lemak dan gliserin,
peredaran darah untuk kemudian tiba dihati. Sintesis kembali terjadi dalam
saluran getah bening, merupakan lemak gliserin menjadi lemak seperti aslinya.
gliserol asam lemak. Asam lemak mempunyai sifat empedu, asam lemak yang
membutuhkan tenaga, lagi pula tidak semua lemak dapat diserap, maka
protease baru terdapat dalam lambung, yaitu pepsin, yang mengubah protein
Kemudian tripsin dalam usus dua belas jari yang berasal dari pancreas
mengubah sisa protein yang belum sempurna menjadi albumin dan pepton.
Dalam usus halus albuminosa dan pepton seluruhnya diubah oleh enzim pepsin
Protein yang telah diubah ke dalam bentuk asam amino mempunyai sifat
larut dalam air. Seperti halnya hidrat arang, asam amino yang mudah larut
dalam air ini juga dapat diserap secara pasif dan langsung memasuki pembuluh
darah.
4. Mineral
12
dengan mudah melalui dinding usus halus secara difusi pasif maupun
transportasi aktif.
adanya diet rendah kadar mineral. Hormon adalah zat yang memegang peranan
penting dalam mengatur mekanisme aktif ini. Penyerapan dapat lebih jauh
penyerapan kalsium. Mineral dipakai dalam beberapa hal. Beberapa dari mineral
adanya komponen esensial dari jaringan tubuh, sedang yang lainnya esensial
No Tingg
Berat Yodiu
i Kalsiu Fosfor Besi Zinc
Umur Badan m
Badan m (mg) (mg) (mg) (mg)
(kg) (g)
(cm)
1. 0-6 bulan 5,5 60 600 200 3 3 50
2. 7-12
8,5 71 400 250 5 5 70
bulan
3 1-3 tahun 12 89 500 250 8 10 70
4. 4-6 tahun 18 108 500 350 9 10 100
5. 7-9 tahun 23,5 120 500 400 10 10 120
Pria
1. 10-12
30 135 700 500 14 15 150
tahun
2. 13-15
40 152 700 500 17 15 150
tahun
3. 16-19
53 160 600 500 23 15 150
tahun
4. 20-59
56 162 500 500 13 15 150
tahun
5. 60 tahun 56 162 500 500 13 15 150
Wanita
1. 10-12
32 139 700 450 14 15 150
tahun
2. 13-15
42 153 700 450 19 15 150
tahun
3. 16-19
46 154 600 450 25 15 150
tahun
4. 20-59
50 154 500 450 26 15 150
tahun
5. Vitamin
yang lebih kecil sehingga dapat diserap dengan efektif. Beberapa penyerapan
Vitamin yang larut dalam lemak diserap oleh sistem transportasi aktif
yang juga membawa lemak ke seluruh tubuh, sedang vitamin yang larut dalam
faktor dasar yang dihasilkan oleh lambung memudahkan penyerapan vitamin B 12.
14
Tanpa faktor tersebut tubuh tidak mampu menyerap dengan cukup, sehingga
Air merupakan zat makanan paling mendasar yang dibutuhkan oleh tubuh
manusia. Tubuh manusia terdiri atas 50%-70% air. Asupan air secara teratur
sangat penting bagi makhluk hidup untuk bertahan hidup untuk bertahan hidup
Semakin tua umur seseorang, maka proporsi air didalam tubuhnya akan semakin
berkurang. Pada orang dewasa, asupan air berkisar antara 1200-1500 cc per hari,
namun dianjurkan sebanyak 1900 cc sebagai batas optimum. Selain itu, air yang
masuk ke tubuh melalui makanan lain berkisar 500-900 cc per hari. Air juga
dapat diperoleh melalui hasil akhir proses oksidasi. Kebutuhan asupan air akan
a) Kekurangan nutrisi
keadaan tidak berpuasa (normal) atau resiko penurunan berat badan akibat
Tanda klinis:
Kemungkinan penyebab
b) Kelebihan nutrisi
berlebih.
Tanda klnis:
3. Lipatan kulit trisep lebih dari 15 mm pada pria dan 25 mm pada wanita.
Kemungkinan penyebab
c) Obesitas
lebih dari 20% berat badan normal. Status nutrisinya adalah melebihi kebutuhan
kalori.
19
d) Malnutrisi
gizi pada tingkat selular atau dapat dikatakan sebagai masalah asupan at gizi
yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh. Gejala umumnya adalah berat badan
rendah dengan asupan makanan yang cukup atau asupan kurang dari kebutuhan
tubuh, adanya kelemahan otot dan penurunan energi, pucat pada kulit, membran
e) Diabetes Mellitus
f) Hipertensi
obesitas, serta asupan kalsium, natrium, dan gaya hidup yang berlebihan.
disebabkan oleh adanya peningkatan kolesterol darah dan merokok. Saat ini,
gangguan ini sering dialami karena adanya perilaku atau gaya hidup yang tidak
h) Kanker
20
i) Anoreksia nervosa
2.2. 1 Pengkajian
1) Riwayat makanan
makanan, tipe makanan yang dihindari ataupun diabaikan, makanan yang lebih
2) Kemampuan makan
Beberapa hal yang perlu dikaji dalam hal kemampuan makan, antara lain
kemampuan mengunyah, menelan, dan makan sendiri tanpa bantuan orang lain.
Aspek lain yang sangat penting dalam pengkajian nutrisi adalah penentuan
5) Tingkat aktivitas
21
6) Pengonsumsian obat
7) Penampilan fisik
Penampilan fisik dapat dilihat dari hasil pemeriksaan fisik terhadap aspek-
aspek berikut: rambut yang sehat berciri mengkilat, kuat, tidak kering, dan tidak
mengalami kebotakan bukan karena faktor usia; daerah di atas kedua pipi dan
bawah kedua mata tidak berwarna gelap; mata cerah dan tidak ada rasa sakit atau
terang, dan tidak ada luka pada permukaanya; gusi tidak bengkak, tidak mudah
berdarah, dan gusi yang mengelilingi gigi harus rapat serta erat tidak tertarik ke
bawah sampai di bawah permukaan gigi; gigi tidak berlubang dan tidak
berwarna; kulit tubuh halus, tidak bersisik, tidak timbul bercak kemerahan, atau
tidak terjadi pendarahan yang berlebihan; kuku jari kuat dan berwarna merah
muda.
8) Pengukuran Antropometrik
lingkaran lingkar lengan. Tinggi badan anak dapat digambarkan pada suatu
Tinggi dan berat badan orang dewasa sering dibandingkan dengan macam-
macam peta untuk dirinya. Pada umumnya, berat untuk pria lebih dari berat badan
Seseorang dengan presentase bagian tubuh yang besar dan jaringan otot yang
banyak akan terlihat gemuk (over weight). Metode khusus yang sering digunakan
22
untuk mengukur besar tubuh seseorang adalah area kulit yang berada di atas otot
trisep. Pada umumnya, wanita mempunyai lipatan kulit yang lebih tebal di daerah
ini. Ini disebabkan banyaknya jaringan subkutan pada wanita, sehingga membuat
9) Laboratorium
kebutuhan nutrisi adalah pemeriksaan albumin serum, Hb, glukosa, elektrolit dan
lain-lain.
pengeluaran lainya.
g) Kesulitan mengunyah.
e) Kelebihan asupan
Tujuan :
Rencana Tindakan:
6. Berikan pendidikan tentang cara diet, kebutuhan kalori, atau tindakan lainnya.
Tindakan pada ganggren kekurangan nutrisi secara umum dapat dilakukan dengan
cara:
nafsu makan.
24
Tindakan pada gangguan obstuksi mekanis secara umum dapat dilakukan dengan
cara:
Tindakan pada gangguan kesulitan makan secara umum dapat dilakukan dengan
cara:
1. Atur posisi seperti duduk tegak 60-90 derajat pada kursi atau ditepi tempat
tidur.
5. Anjurkan untuk membersihkan mulut, hindari makanan yang pedas atau asam,
makanan berserat (sayuran mentah) dan rendam makanan kering agar lunak.
dengan
cara:
pada pasien yang tidak mempu memenuhi kebutuhan nutrisi secara sendiri dengan
memenuhi kebutuhan nutrisi pasien dan menghasilkan selera makan pada pasien.
a. Piring
b. Sendok
c. Garpu
d. Gelas
e. Serbet
g. Pengalas
h. Jenis diet
26
Prosedur Kerja :
a. Cuci tangan
d. Pasang pengalas
g. Setelah selesai, bersihkan mulut pasien dan anjurkan untuk duduk sebentar
i. Cuci tangan
kebutuhan nutrisi secara oral atau tidak mampu menelan dengan cara memberi
makanan melalui pipa lambung atau pipa penduga. Tujuannya adalah untuk
b. Corong
c. Spuit 20cc
d. Pengalas
e. Bengkok
f. Plester, gunting
27
h. Air matang
i. Obat
j. Stetoskop
k. Klem
m. Vaselin
Prosedur kerja :
a. Cuci tangan
f. Tentukan letak pipa penduga dengan cara mengukur panjang pipa dari
batasnya.
g. Berikan vaselin atau pelicin pada ujung pipa dan klem pangkal pipa tersebut
untuk menelannya.
cara:
1) Masukan ujung selang yang diklem ke dalam baskom yang berisi air (klem
dibuka), perhatikan bila ada gelembung maka pipa masuk ke paru, dan jika
28
tidak ada gelembung maka pipa masuk ke lambung. Setelah itu diklem atau
2) Masukan udara dengan spuit ke dalam lamung melalui puipa tersebut dan
tersebut sudah masuk, setelah itu keluarkan udara yang ada di dalam sebanyak
pinggirnya.
k. Berikan makanan dalam bentuk cair yang tersedia, setelah itu bila ada
m. Cuci tangan
cairan infuse yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui darah vena, baik secara
sentral (untuk nutrisi parenteral total) ataupun vena perifer (untuk nutrisi
parenteral bisa makan melalui oral atau pipa nasogastrik dengan tujuan untuk
harian.
Metode pemberian:
tidak dapat digunakan. Cairan yang dapat digunakan adalah cairan yang
asam amino seperti Pan Amin G, dan cairan yang mengandung lemak seperti
intralipid.
c. Jalur pemberian nutrisi parenteral dapat melalui vena snetral untuk jangka
serta adanya perubahan nafsu makan apabila terjadi kurang dari kebutuhan.
berespon terhadap insulin dan atau penurunan atau tidak terdapatnya pembentukan
kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya. Tiga komplikasi akut
digunakan untuk metabolisme dan pertumbuhan sel. Berkurang atau tidak adanya
peningkatan gula darah, sementara sel menjadi kekurangan glukosa yang sangat
kerusakan pada reseptor insulin, produksi insulin yang tidak aktif dan kerusakan
adekuatan penggunaan insulin. Barbara Engram (1999) dalam Wijaya & Putri
(2013).
seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa)
darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif. Arjatmo tahun
2.3.2 Etiologi
degenerasi sel-sel beta akibat penuaan dan akibat kegemukan/obesitas. Tipe ini
jelas disebabkan oleh degenerasi sel-sel beta sebagai akibat penuaan yang cepat
pada orang yang rentan dan obesitas mempredisposisi terhadap jenis obesitas ini
pada orang kegemukan dibanding orang normal. Riyadi dan Sukarmin (2013)
Penyebab resistensi insulin pada diabetes sebenarnya tidak begitu jelas, tetapi
a. Kelainan Genetik
Ini terjadi karena DNA pada orang diabetes mellitus akan ikut diinformasikan
b. Usia
dramatis menurun dengan cepat pada usia setelah 40 tahun. Penurunan ini
memproduksi insulin.
cepat saji yang kaya pengawet, lemak dan gula. Makanan ini berpengaruh
33
meningkatkan gangguan kerja atau resistensi insulin. Pola makan yang tidak
kerja pankreas.
e. Obesitas
f. Infeksi
pankreas.
2) Faktor infeksivirus
3) Faktor imunologi
b. DM tipe II (NIDDM)
3) Riwayat keluarga
4) Kelompok etnik
c. DM Malnutrisi
d. DM tipe Lain
3) Obat-obatan
2.3.3 Patofisiologi
Pembongkaran Pembongkaran
Kelebihan ambang glikogen, asam protein dan
glukosa pada ginjal lemak, keton untuk asam amino
energi
1. Hiperglikemia
Dalam keadaan insulin normal asupan glukosa atau produksi glukosa dalam
tubuh akan di fasilitasi (oleh insulin) untuk masuk ke dalam sel tubuh. Glukosa
itu kemudian diolah untuk menjadi bahan energi/ Apabila bahan energi yang
dibutuhkan masih ada sisa akan disimpan sebagai glukogen dalam sel-sel hati
dan sel-sel otot (sebagai massa sel otot). Proses glikogenesis (pembentukan
glikogen dari unsur glukosa ini dapat mencegah hiperglikemia. Pada penderita
diabetes mellitus proses ini tidak dapat berlangsung dengan baik sehingga
meningkat dan lebih banyak lagi glukosa "hati" yang tercurah ke dalam darah
dengan cepat seperti jamur dan bakteri. Karena mikroorganisme tersebut sangat
cocok dengan daerah yang kaya glukosa. Setiap kali timbul peradangan maka
akan terjadi mekanisme peningkatan darah pada jaringan yang cidera. Kondisi
2. Hiperosmolaritas
zat cair). Peningkatan glukosa dalam darah akan berakibat terjadinya kelebihan
asmotik) dan berakibat peningkatan volume air (poliuria). Proses seperti ini
Glukosuna dapat mencapai 5-10% dan osmolaritas serum lebih dan 370-380
mosmols/dl dalam keadaan tidak terdapatnya keton darah. Kondisi ini dapat
3. Starvasi Selluler
Starvasi selluler merupakan kondisi kelaparan yang dialami oleh sel karena
glukosa sulit masuk padahal di sekeliling sel banyak sekali glukosa. Kalau Kita
bahan makanan tetapi tidak bisa di bawa untuk diolah Sulitnya glukosa masuk
karena tidak ada yang memfasilitasi untuk masuk sel yaitu insulin.
Dampak dari starvasi selluler akan terjadi proses kompensasi selluler untuk
jaringan peripheral yang tergantung pada insulin (otot rangka dan jaringan
glikogen yang mereka miliki untuk dibongkar menjadi glukosa dan energi
mungkin juga akan menggunakan asam lemak bebas (keton). Kondisi ini
berdampak pada penurunan massa otot, kelemahan otot dan rasa mudah lelah.
dan asam amino yang digunakan sebagai substrat yang diperlukan untuk
proses aktivitas sel tubuh. Protein dan asam amino yang melalui proses
protein) tidak diguna kembali untuk semua bagian tetapi diubah jadi urea
dalam hepar dan diekskresikan urine. Eksresi nitrogen yang banyak akan
39
sulitnya pengembalian jaringan yang rusakan (sulit sembuh kalau ada cidera)
selluler juga akan memunculkan gejala klinis kelemahan tubuh karena terjadi
salah satunya dapat seperti persyarafan perifer dan mata (muncul rasa baal
dan mekanisme penyesuain tubuh timbul impotensi dan organ tubuh yang
30%. Faktor genetik dapat langsung mempengaruhi sel beta dan mengubah
faktor-faktor lingkungan yang dapat mengubah integritas dan fungsi sel beta
monozigotik seorang DM tipe II, ibu dari neonatus yang beratnya lebih dari 4
Kg, individu dengan gen obesitas, ras atau etnis tertentu yang mempunyai
2. Obesitas
Obesitas atau kegemukan yaitu kelebihan berat badan > 20% dari berat
berkurangnya jumlah reseptor insulin yang dapat bekerja di dalam sel pada
otot skeletal dan jaringan lemak. Hal ini dinamakan resistensi insulin perifer.
Kegemukan juga merusak kemampuan sel beta untuk melepas insulin saat
berkurang, selain itu reseptor insulin pada sel diseluruh tubuh termasuk di
memusatkan pada dua hal yang saling berkaitan dan merupakan variabel
utama yang terdapat dalam otot rangka, yaitu komposisi asam lemak dari
struktur lipid membran otot dan proporsi relatif serat otot utama.
insulin semakin kurang dan semakin tidak jenuh asam lemak lipid membran
maka keaktifan insulin semakin baik. Makin jenuh asam lemak fosfolipid
Keaktifan insulin dipengaruhi oleh tipe serat dari otot. Serat otot tipe I
asam lemak otot dan tipe serat otot. Prosentase serat tipe l yang menurun
diakibatkan adanya dengan beberapa faktor, yaitu antara lain: perubahan gaya
hidup dari tradisional ke gaya hidup barat, makan yang berlebihan, hidup
santai dan kurang gerak badan (Soegondo, Soewondo & Subekti, 2009).
3. Usia
Faktor usia yang risiko menderita DM tipe II adalah usia diatas 30 tahun, hal
dimulai dari tingkat sel, kemudian berlanjut pada tingkat jaringan dan
seseorang mencapai umur 30 tahun, maka kadar glukosa darah naik 1-2%
tiap tahun saat puasa dan akan naik 6-13% pada 2 jam setelah makan,
2009).
4. Tekanan Darah
darah tinggi (Hipertensi) yaitu tekanan darah 140/90 mmHg. Pada umumnya
dikelola dengan baik akan mempercepat kerusakan pada ginjal dan kelianan
insulin, kadar gula darah plasma, obesitas selain faktor lain pada sistem
4. Aktivitas Fisik
genetik, juga bisa dipicu oleh lingkungan yang menyebabkan perubahan gaya
hidup tidak sehat, seperti makan berlebihan (berlemak dan kurang serat),
dicegah terjadinya melalui gaya hidup sehat, seperti makanan sehat dan
Aktifitas fisik berdampak terhadap aksi insulin pada orang yang berisiko
DM. Kurangnya aktifitas merupakan salah satu faktor yang ikut berperan
yang menyebabkan resistensi insulin pada DM tipe II. Lebih lanjut Stevenson
dan Lohman dalam Kriska (2007) menyatakan individu yang aktif memiliki
insulin dan profil glukosa yang lebih baik dari pada individu yang tidak aktif.
otot.
5. Kadar Kolesterol
trigtiserida 2259 mg/dl (2,8 mmo/L) (Sudoyo, 2009). Kadar abnormal lipid
44
darah erat kaitannya dengan obesitas dan DM tipe II. Kurang lebih 38%
ini, perbandingan antara HDL (High Density Lipoprotein) dengan LDL (Low
terjadinya pelepasan asam-asam lemak bebas secara cepat yang berasal dari
kemampuan hati untuk mengikat dan mengekstrak insulin dari darah menjadi
pengambilan glukosa oleh sel otot. Dengan demikian, walaupun kadar insulin
meningkat, namun glukosa darah tetap abnormal tinggi. Hal ini menerangkan
suatu resistensi fisiologis terhadap insulin seperti yang terdapat pada diabetes
tipe II.
7. Stres
yang dimiliki. Diabetesi yang mengalami stres dapat merubah pola makan,
latihan, penggunaan obat yang biasanya dipatuhi dan hal ini menyebabkan
45
yaitu neural dan neuroendokrin. Reaksi pertama respon stres yaitu sekresi
meningkat guna sumber energi untuk perfusi. Bila stres menetap akan
dapat menginhibisi ambilan glukosa oleh sel tubuh. Stres adalah segala situasi
dan neuroendokrin. Reaksi pertama dari respon stres adalah terjadinya sekresi
glukosa darah.
46
bayi dengan berat badan lahir lebih dari 4 kg mempunyai risiko untuk
menderita DM tipe II. DM tipe ini terjadi ketika ibu hamil gagal
dijumpai pada 2-5 % populasi ibu hamil. Biasanya gula darah akan kembali
b. Polidipsia (Peningkatan rasa haus) akibat volume pada urine yang sangat
intrasel mengikuti dehidrasi ekstrasel karena air intra akan berdifusi keluar
c. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan aliran darah pada pasien
gangguan fungsi imun, dan penurunan aliran darah pada penderita diabetes
kronik.
jamur.
g. Kelainan genekologis
gangguan akibat kekurangan bahan dasar utama yang berasal dari usur
kerusakan.
i. Kelemahan tubuh
dilakukan oleh sel melalui proses glikolisis tidak dapat berlangsung secara
optimal.
Proses penyembuhan luka membutuhkan bahan dasar utama dari protein dan
unsur makanan yang lain. Pada penderita diabetes mellitus bahan protein
Selain itu luka yang sulit sembuh juga dapat diakibatkan oleh pertumbuhan
l. Mata kabur yang disebabkan katarak atau ganguan refraksi akibat perubahan
corpus vitreum.
kronik pada pembuluh darah dan saraf. Pada DM lansia terdapat perubahan
kasus tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang
kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada
a. Katarak
b. Glaukoma
c. Retinopati
49
e. Pruritus Vulvae
h. Dermatopati
i. Neuropati perifer
j. Neuropati visceral
k. Amiotropi
l. Ulkus Neurotropik
m. Penyakit ginjal
o. Penyakit koroner
q. Hipertensi
tinggi. dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau bahkan
akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi. Karena itu tidak
terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut. Penyakit yang mula-mula
ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada pasien DM usia lanjut dapat
berubah tiba-tiba, apabila pasien mengalami infeksi akut. Defisiensi insulin yang
tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan ketoasidosis
hipoglikemia seperti rasa lapar, menguap dan berkeringat banyak umumnya tidak
ada pada DM usia lanjut. Biasanya bermanifestasi sebagai sakit kepala dan
diklasifikasikan menjadi :
yaitu DM yang bergantung insulin. Diabetes tipe ini terjadi pada 5 % sd 10%
manusia (HLAs) dan andanya autoimun antibodi sel islet (ICAs) yang dapat
merusak sel-sel beta pankreas. Bagaimana proses terjadinya kerusakan sel beta
hiperglikemia.
Peningkatan gula darah yang tinggi lebih dari 180 mg/100 ml,
telah difiltrasi melebihi ambang batas filtrasi glukosa oleh glumerolus. Ketika
yang berlebihan karena tubulus ginjal tidak mereabsorpsi air secara optimal,
keadaan ini disebut diuresis osmotik, sebagai akibat ke banyaknya urin yang
asam lemak dan trigliserida. Makanan yang dimakan secara normal 5% akan
dan H2O. Pada diabetes, kurang dari 5% diubah menjadi lemak walaupun
jumlah yang dibakar menjadi CO2 dan H2O juga menurun dan jumlah yang
Melitus (NIDDM) yaitu DM yang tidak tergantung pada insulin Kurang lebih
pada permukaan sel dan mulai terjadi rangkaian reaksi termasuk metabolisme
glukosa. Pada diabetes tipe II reaksi dalam sel kurang efektif karena
jaringan dan pengaturan pelepasan glukosa dihati. Adanya insulin juga dapat
DM tipe II banyak terjadi pada usia dewasa lebih dari 45 tahun, karena
berkembang lambat dan terkadang tidak terdeteksi, tetapi jika gula darah
2) Obesitas, berat badan lebih dari 120 % dari berat badan ideal (kira-kira
puasa (FG),
Pada keadaan ini wanita tidak terjadi ovulasi (keluarnya sel telur dari
Golongan diabetes ini terjadi akibat malnutri, biasanya pada penduduk yang
miskin. Diabetes tipe ini dapat ditegakkan jika ada 3 gejala dari gejala yang
mungkin yaitu:
1) Adanya gejala malnutrisi seperti badan kurus, berat badan kurang dari 80
dapat didiagnosa dengan menggunakan test toleran glukosa, terjadi pada kira-
dan diabetes tipe II (diabetes tidak bergantung insulin), diabetes lain, serta
insulin yang terdapat pada pancreas. Belum diketahuai hal apa yang memicu
bahwa faktor genetik dan faktor lingkungan seperti infeksi virus tertentu
1) Kelainan genetik
2) Usia
menurun dengan cepat pada usia 40 tahun. Penurunan ini yang akan beresiko
Stress kronik cenderung membuat seseorang mencari makan yang cepat saji
kaya pengawet, lemak, dan gula. Makanan ini berpengaruh besar terhadap
kerja pancreas. Beban yang tinggi membuat pancreas mudah rusak hingga
terkena diabetes.
kg pada pria dan 8 kg pada wanita dari batas normal IMT (indeks masa
tubuh) akan meningkatkan risiko M tipe II. Selain itu pada obesitas juga
dan berkorelasi negative dengan LDL (Renaldy, O., 2009; Umar, H. dan
6) Infeksi
Masuknya bakteri atau virus ke dalam pancreas akan berakibat rusaknya sel-
1) Defek genetic fungsi sel beta (maturity onset diabetes of the young (MODY)
pankreaatopati fibrikalkulus)
Komplikasi pada pasien Diabetes Melitus menurut dibangi menjadi dua yaitu:
a. Komplikasi metabolik
1) Ketoasidosis diabetik
b. Komplikasi
komplikasi kronis:
57
a. Akut
peningkatan insulin dalam darah dan penurunan kadar glukosa darah yang
terjadi pada pasien diabetes tipe 1 dari pada tipe I, namun dapat juga terjadi
pada pasien diabetes tipe II yang mendapatkan terapi insulin, dan merupakan
rendah.
2) Kadar glukosa darah yang rendah (< 3 mmol/L hipoglikemia pada diabetes).
parenteral.
b. Kronis
1) Komplikasi makrovaskuler
2) Komplikasi mikrovaskuler
pembuluh darah kecil dan kapiler. Kelainan pada pembuluh darah ini
diabetik.
3) Komplikasi Neuropati
semua jenis saraf, yaitu saraf perifer, otonom dan spinal. Komplikasi
berupa ulkus kaki diabetik, pada umumnya tidak terjadi dalam 5-10 tahun
Masalah kaki juga merupakan masalah yang umum pada pasien dengan
diabetes dan hal ini menjadi cukup berat akibat adanya ulkus serta infeksi,
amputasi disebut dengan istilah kaki diabetik, lesi ini digambarkan sebagai
infeksi, ulserasi dan rusaknya jaringan yang lebih dalam yang berkaitan
(akibat tekanan sepatu, benda tajam, dan lain sebagainya) merupakan faktor
pengobatan medis, aktivitas pasien yang tidak sesuai, kelebihan berat badan
serta penggunaan alas kaki yang tidak sesuai, serta kurangya pendidikan
autonomik yang akan menimbulkan berbagai perubahan pada kulit ada otot.
toes, pes cavus, pes planus, halgus valgus, kontraktur tendar archiles),
menimbulkan kulit kering (anhidriosis) dan terbentuk fisura kulit dan edema
a. Kadar glukosa
tanda dan geiala yang dialami pasien juga yang penting adalah dilakukan test
diagnostik diantaranya:
Pembatasan : Tidak makan selama 12 jam sebelum test biasanya jam 08.00
Pembatasan:Pasien tidak makan 12 jam sebelum test dan selama test, boleh
minum air putih, tidak merokok, ngopi atau minum teh selama pemeriksaan
stres (keadaan banyak aktivitas dan stres menstimulasi epinephrine dan kortisol
glukoneogenesis)
test, kemudian puasa selama 12 jam, ambil darah puasa dan urin untuk
Abnormal :Peningkatan glukosa pada jam pertama tidak kembali setelah 2 atau 3
vitamin C dan beberapa antibioti ,adanya kelainan ginjal dan pada lansia dimana
lemak, dan senyawa ini akan menumpuk pada darah dan urine. Jumlah keton
64
yang besar pada urin akan merubah pereaksi pada strip menjadi keunguan.
Pemeriksaan lain untuk memantau rata rata kadar glukosa darah adalah
rata-rata selama 120 hari sebelumnya, sesuai dengan usia eritrosit. HbA1c
direkomendasilam dilakukan 2 kali dalam setahun bagi pasien DM. Kadar yang
1) Edukasi
diabetes dan obat-obatan pada keadaan khusus secara aman dan teratur,
kebutuhan kalori antara lain jenis kelamin, umur, aktivitas, fisik atau
pekerjaan, dan berat badan. Penentuan status gizi dapat menggunkan indeks
massa tubuh (IMT) atau rumus Broca, tetapi untuk kepentingan praktis di
Indeks Massa tubuh (IMT) dibagi menjadi beberapa klasifikasi dengan cara
(3) BB lebih : ≥ 23
Obesitas II : ≥30.0
berikut.
Penghitungan status gizi pada laki-laki dengan tinggi < 160 cm dan wanita
dengan tinggi < 150 cm, BBI tidak dikurangi 10%. Penentuan status gizi
dihitung dari:
Wanita : BBI(kg) x 25
Contoh
(1) BBI
Kebutuhan kalori untuk aktifitas ditambah 20% = 20% x 1.620 kal = 324 kal
(4) Kadi total kebutuhan kalorinya adalah 1620 kal + 324 kal – 162 kal = 1.728
(6) Sementara jadwal makannya (waktu makan yang tepat) terbagi menjadi
makan pagi, siang, dan malam serta makanan selingan dua kali.
kadar gluksa darah menjadi rendah (hipoglikemia) dan juga jangan terlalu banyak
komposisi makanan yang dianjurkan terdiri atas beberapa unsur gizi penting
sebagai berikut:
1) Karbohidrat
2) Lemak
c) Lemak tidak jenuh ganda <10%, selebihnya dari lemak tidak jenuh
tunggal.
69
lemak jenuh dan lemak trans antara lain daging berlemak, dan susu penuh
(whole milk).
3) Protein
b) Sumber protein yang baik adalah seafood (ikan, udang, cumi, dan lain-lain),
daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit, produk susu rendah lemak, kacang-
c) Pasien dengan nefropari perlu penurunan asupan protein menjadi 0,8 g/kg
BB per hari atau 10% dari kebutuhan energi dan 65% hendaknya bernilai
biologis tinggi.
4) Natrium
masyarakat umum yaitu tidak lebih dari 3.000 mg atau sama dengan 6-7 g
c) Sumber natrium antara lain garam dapur, vetsin, soda, dan bahan pengawet
5) Serat
6) Pemanis alternatif
b) Gula alkohol antara lain isomalt, lactitol, maltitol, monitol. sorbitol, dan
xylitoi.
3) Olahraga
darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat
aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Serta
sebaiknya juga disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Prinsip
olahraga pada pasien DM adalah CRIPE, yaitu sebagai berikut (Kariadi, 2009).
a) Continous (terus-menerus)
b) Rhytmical (berirama)
Olahraga harus dipilih yang berirama, yaitu otot yang berkontraksi dan
bersepeda.
c) Interval (berselang)
Latihan dilakukan secara berselang-selang antara gerak lambat dan gerak cepat.
Contohnya, lari dapat diselingi dengan jalan cepat, atau jalan cepat dapat
d) Progressive (meningkat)
sampai sedang hingga mencapai 30-60 menit dan intensitas latihan mencapai
5x/minggu
Latihan harus ditujukan pada latihan daya tahan tubuh untuk meningkatkan
kemampuan pernapasan dan jantung. Hal ini dipenuhi oleh olahraga seperti
et al, 2006).
(1) Pemanasan(warm-up)
Pada tahap ini diusahakan denyut nadi mencapai target hate rate (THR), agar
mendapat manfat latihan. Apabila THR tidak tercapai, maka pasien tidak akan
mendapatkan manfaat latihan, sedangkan bila lebih dari THR bisa terjadi resiko
yang fatal.
Cara menghitung THR adalah dengan menggunakan MHR yaitu 220 - umur.
Setelah MHR didapatkan baru ditemukan THR. Contoh latihan bagi seorang
Tahap ini bertujuan untuk mencegah penimbunan asam laktat yang dapat
menimbulkan rasa nyeri pada otot setelah olahraga atau rasa pusing akibat
masih terkumpulnya darah pada otot yang aktif Dilakukan 5-10 menit hingga
Tahap ini dilakukan dengan tujuan untuk melemaskan dan melenturkan otot
injeksi insulin.
73
(a) Sulfonilurea
Obat golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan sekresi insulin oleh
sel beta pankreas dan merupakan pilihan utama untuk pasien dengan berat
badan normal dan kurang, namun masih boleh diberikan kepada pasien dengan
untuk orang tua, gangguan fungsi ginjal dan hati, kurang nutrisi serta penyakit
(b) Glinid
Gilinid menupakan obat yang cara kerjanya sama dengan sulfonilurea, dengan
terdiri atas 2 macam obat yaitu Rapaglinid (derivat asam benzoat) dan
otot dan sel lemak. Golongan ini mempunyai efek menurunkan resistensi
karena dapat memperberat edema atau retensi cairan dan juga pada gangguan
74
kreatinin > 1,5 mg/dL) dan hati, serta pasien-pasien dengan kecenderungan
Obat ini bekerja dengan mengurangi absorbsi glukosa di usus halus, sehingga
b) Insulin
metabolik dengan cepat (terutama kadar glukosa darah) insulin juga memiliki
efek lain yang bermanfaat antara lain perbaikan inflamasi. Pada pasien DMT-1
(Dm tipe 1), terapi insulin dapat diberikan segera setelah diagnosis ditegakkan .
yaitu jika kadar glukosa darah tidak terkontrol dengan baik (A1C >6,5%)
dalam jangka waktu 3 bulan dengan 2 obat oral, maka sudah ada indikasi untuk
75
memulai terapi kombinasi obat antidiabetik oral dan insulin. Lebih jelasnya
(2) Kendali kadar glukosa darah yang buruk (A,C >6,5% atau kadar glukosa darah
(6) Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA dan stroke)
dengan makan
Menurut Padila (2012) tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba
menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk
76
a. Diet
b. Latihan
c. Pemantauan
e. Pendidikan Kesehatan
Diet adalah sebuah proses untuk pendapatan hidup yang lebih sehat dengan
kesehatan, perubahan pada bentuk tubuh, status gizi baik serta membantu
normal
77
optimal.
badan normal
insulin, seperti hipoglikemia serta komplikasi jangka pendek dan jangka lama
optimal
Syarat diet pada pasien Diabetes Mellitus menurut Almatsier, (2010) yaitu:
untuk aktivitas fisik dam keadaan khusus misalnya kehamilan atau laktasi
78
serta ada tidaknya komplikasi, makanan dibagi dalam 3 porsi besar, yaitu
makan pagi (20%), siang (30%) dan sore (25%) serta 2-3 porsi kecil untuk
3. Kebutuhan lemak) sedang, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total, dalam
bentuk 10% dari kebutuhan energi total berasal dari lemak jenuh, 10% dari
lemak tidak jenuh ganda, sedangkan sisanya dari lemak tidak jenuh tunggal.
4. Kebutuhan karbohidrat adalah sisa dari kebutuhan energi total, yaitu 60-70%
kecuali jumlahnya sedikit sebagai bumbu. Bila kadar glukosa darah sudah
bahan pemanis selain sakarosa. Ada dua jenis gula alternatif yaitu yang
bergizi dan yang tidak bergizi. Gula alternatif bergizi adalah fruktosa, gula
alkohol berupa sorbitol, manitol, dan silitol, sedangkan gula alternatif tak
dalam jumlah terbatas. Fruktosa dalam jumlah 20% dari kebutuhan energi
total dapat meningkatkan kolesterol dan IDL, sedangkan gula alkohol dalam
7. Asupan serat dianjurkan 25 g/hari dengan mengutamakan serat larut air yang
natrium dalam bentuk garam dapur seperti orang sehat yaitu 3000 mg/hari.
dipertemukan.
Menurut Tandra Hans (2012) Pengaturan diet diabetes mencakup tiga unsur
Jam makan yang tidak teratur bisa menyulitkan pengaturan gula darah.
Ketika terlambat makan pagi, sekitar pukul 10.00, bisa berkeringat dingin
lantaran gula darah turun. Jadwal makan yang kacau seperti itu dengan
mengatur jam makan tetap menjadi suatu keharusan. Obat bekerja dengan
lama/durasi yang berlainan. Ada obat yang kerjanya 6-8 jam sehingga perlu
dikonsumsi tiga kali sehari. Ada juga obat yang bisa bertahan lebih lama di
dalam tubuh, sehingga cukup 1-2 kali sehari. Demikian pula dengan suntikan
insulin. Ada yang kerjanya cepat, hanya 3-4 jam. Ada juga yang bisa sampai 18-
24 jam. Karena alasan inilah, jam makan harus tepat dan teratur. Sering
melanggar jadwal makan akan merugikan kesehatan. Gula darah yang naik-turun
tidak karuan bisa merusak pembuluh darah sehingga komplikasi penyakit pun
orang lebih banyak bergerak pada pagi dan siang hari sehingga aturlah porsi
80
lebih besar pada sarapan pagi dan makan siang, sedangkan makan malam
menjadi lebih sedikit. Biasakan menu pagi dan siang masing-masing sekitar 40%,
sisa 20% untuk ukuran makan malam. Jam untuk menikmati makanan utama
maupun kudapan harus diatur. Jarak waktu antara dua makan yang terlalu lama
membuat gula darah drop, sebaliknya jika terlalu dekat gula darah akan tinggi.
Terlebih jika mendapatkan suntikan insulin karena insulin bekerja ketika ada
Sarapan jangan sampai terlewatkan, bila ada makanan atau kalori yang
masuk pagi hari membuat jumlah makan siang tidak berlebihan. Jika tidak bisa
sarapan atau kebetulan bangun kesiangam tetap harus mengisi perut dengan
Waktu menikmati makanan kecil harus teratur: bisa satu, dua atau tiga
kali sehar. Bila antara makan pagi dan siang, antara makan siang dan malam, dan
sebelum tidur malam. Menikmati snack terlalu sering sudah pasti merusak
kinerja insulin. Supaya bisa kenyang tetapi tidak mau menambah esktra kalori,
Malam : Nasi, daging bumbu bali, tempe bumbu kuning, sayur lodeh,
lalapan ketimun
dengan porsi lebih banyak dari pada remaja. Orang muda biasanya lebih
banyak bergerak, lebih aktif dan melakukan olahraga yang cenderung lebih
keras dari pada orang tua. Kalau minum obat diabetes, jumlah makanan juga
jumlah makanan bisa ditambah, dengan catatan dosis suntikan insulin juga
dinaikan.
hari ini harus sama dengan besok, juga untuk hari-hari selanjutnya. Demikian
juga jumlah porsi makan siang dan malam setiap hari harus sama. Kelebihan
masuk.
protein, 30% lemak. Sumber gula terutama berasal dari karbohidrat. Kalau
tidak ingin makan nasi bisa diganti mi atau roti tetapi jumlah tidak berlebih.
Sumber karbohidrat bisa pasta, singkong, kentang, atau ketela. Dapat juga
sereal, susu, buah atau sayuran. Jika gula darah rendah nasi atau roti lebih baik
karena kadar kalorinya lebih tinggi. Jika gula sudah terlalu tinggi pilihlah
Cara membagi piring kedalam tiga bagian, separuh piring (50%) diisi
dengan berbagai sayuran (karbohidrat kaya serat dan rendah kalori), kemudian
separuh lainnya dibagi dua menjadi masing-masing 25%. Bagian pertama diisi
83
dengan makanan dari bahan zat pati (biji-bijian atau ubi-ubian) seperti nasi,
mi, roti, kentang. Semantara 25% sisanya untuk makanan protein, misalnya
ikan, unggas, tahu, tempe, telur atau daging. Jika kebutuhan kalori 1500 kalori
per hari, bagi dalam tiga kali makan , sarapan 500 kalori, makan siang 450-
550 kalori, dan makan malam 250-350 kalori, sisanya pada bagian kudapan
100-300 kalori.
Tabel 2. 12 Pembagian makanan sehari untuk tiap standar diet Diabetes Melitus dan nilai gizi
(dalam satuan penukar II)
Energi (kkal) 1100 1300 1500 1700 1900 2100 2300 2500
Pagi
Nasi ½ 1 1 1 1½ 1½ 1½ 2
Ikan 1 1 1 1 1 1 1 1
Tempe - - ½ ½ 1 1 1 1
84
Energi (kkal) 1100 1300 1500 1700 1900 2100 2300 2500
Sayuran A S S S S S S S S
Minyak 1 1 1 1 2 2 2 2
Pukul 10.00
Buah 1 1 1 1 1 1 1 1
Susu - - - - - - 1 1
Siang
Nasi 1 1 2 2 2 2½ 3 3
Daging 1 1 1 1 1 1 1 1
Tempe 1 1 1 1 1 1 1 2
Sayuran A S S S S S S S S
Sayuran B 1 1 1 1 1 1 1 1
Buah 1 1 1 1 1 1 1 1
Minyak 1 2 2 2 2 3 3 3
Pukul 16.00
Buah 1 1 1 1 1 1 1 1
Malam
Nasi 1 1 1 2 2 2 2½ 2½
Ikan 1 1 1 1 1 1 1 1
Tempe 1 1 1 1 1 1 1 2
Sayuran A S S S S S S S S
Sayuran B 1 1 1 1 1 1 1 1
Buah 1 1 1 1 1 1 1 1
Minyak 1 1 1 1 2 2 2 2
Nilai gizi
Energi (kkal) 1100 1300 1500 1700 1900 2100 2300 2500
Protein (g) 43 45 51,1 55,5 60 62 73 80
Lemak (g) 30 35 36,5 36,5 48 53 59 62
KH (g) 172 192 233 275 299 319 369 396
sejumlah vitamin dan mineral. Diabetes yang gemuk, apalagi kalau ada
komplikasi jantung dan stroke sebaiknya memilih makanan banyak serat dan
mengurangi berlemak. Jika fungsi ginjal mulai terganggu konsumsi protein perlu
dibatasi. Kalau kadar kolesterol dalam darah melebihi batas, jauhilah makanan
berlemak.
85
pedoman diapakai 8 jenis Diet Diabetes Melitus sebagimana dapat dilihat pada
tabel di bawah ini. Penetapan diet ditentukan oleh keadaan pasien, jenis Diabetes
Karbohidrat
Jenis diet Energi (kkal) Protein (g) Lemak (g)
(g)
I 1100 43 30 172
II 1300 45 35 192
III 1500 51,5 36,5 235
IV 1700 55,5 36,5 275
V 1900 60 48 299
VI 2100 62 53 319
VII 2300 73 59 369
VIII 2500 80 62 396
Bahan makanan yang dianjurkan untuk Diet Diabetes Melitus menurut
1. Sumber karbohidrat kompleks, seperti nasi, roti, mi, kentang, singkong, ubi
dan sagu.
2. Sumber protein rendah lemak, seperti ikan, ayam tanpa kulit, susu skim,
3. Sumber lemak dalam jumlah terbatas yaitu bentuk makanan yang mudah
Bahan makanan yang tidak dianjurkan. dibatasi, atau dihindari untuk Diet
b. Sirup, jam, jeli, buah-buahan yang diawetkan dengan gula, susu kental
2. Mengandung banyak lemak, seperti : cake, makan siap saji (fast food),
goreng-gorengan.
3. Mengandung banyak natrium, seperti: ikan asin, telur asin, makanan yang
diawetkan.
1. Kecap asin
2. Petis, terasi
3. Saus tomat
4. Manggie, vetsin
Makanan yang dibatasi sumber hidrat arang menurut Rumah Sakit Baptis Kediri:
2. Singkong, talas
3. Jagung
4. Mie
5. Bihun, macaroni
6. Roti tawar
7. Ubi
2.5.1 Pengkajian
87
2016). Data - data pengkajian yang sering dijumpai pada penderita diabetes
klorida, dan kalium) dan air sehingga pasien merasa sering haus.
Kekurangan energi sel menyebabkan pasien cepat lelah dan lemah, selain itu
kondisi ini juga terjadi karena katabolisme protein dan kehilangan kalium
lewat urine
terutama kandida).
tubuh rentan terhadap infeksi. Selain itu, jamur dan bakteri mampu
g) Kepala
dan jika keadaan ini tidak segera diobati dapat menjadi tuli. Mata dapat
diserta eksudasi dan perdarahan pada retina sehingga mata penderita menjadi
kabur dan tidak dapat sembuh dengan kacamata bahkan menjadi buta)
h) Rongga mulut.
Keadaan ludah kental ini dapat mengganggu kesehatan rongga mulut dan
sehingga gigi penderita diabetes melitus mudah goyah bahkan mudah lepas.
bernanah dan karena sering mengalami infeksi, rongga mulut dan ludah
dan daya pompa otot jantung lemah sehingga penderita mudah sesak napas
k) Hati
89
penderita nondiabetes.
1) Saluran pencernaan
2) Lambung
Serabut saraf yang memelihara lambung akan rusak sehingga fungsi lambung
menimbulkan rasa mual, perut terasa penuh kembung, makanan tidak lekas
turun, kadang-kadang timbul rasa sakit di ulu hati, atau makanan terhenti di
dalam dada
3) Usus
melitus adalah sukar buang air besar, perut kembung, kotoran keras buang air
besar hanya sekali dalam 2-3 hari. Kadang terjadi sebaliknya yaitu penderita
menunjukkan keluhan diare 4-5 kali sehari, kotoran banyak mengandung air,
90
sering timbul pada malam hari. Semua ini akibat komplikasi saraf pada usus
besar.
1) Ginjal
ginjal. Semuanya ini disebabkan oleh faktor infeksi berulang yang sering
2) Kandung kemih
Sebaliknya, bila kontrol saraf terganggu, penderita sering ngompol atau urine
m) Impotensi
(kerusakan saraf) sehingga tidak terjadi relaksasi pada A. Helicina penis. Ini
menyebabkan saluran darah dalam penis tidak lancar sehingga penis tidak
dapat ereksi.
n) Keadaan saraf
91
1) Kesemutan
3) Rasa tebal di telapak kaki sehingga penderita merasa seperti berjala di atas
kasur
4) Kram.
6) Kerusakan yang terjadi pada banyak serabut saraf yang disebut polineuropati
diabetik. Pada keadaan ini jalan penderita akan pincang dan otot-otot kakinya
mengecil (atrofi).
o) Pembuluh darah
p) Kulit
Pada umumnya kulit penderita diabetea melitus kurang sehat atau kuat dalam
a. Pengkajian
92
1) Sejak kapan pasien mengalami tanda dan gejala penyakit diabetes mellitus
sindrom downdilatin.
diare.
4) Integumen : gatal pada kulit, gatal pada sekitar penis dan vagina, luka
ganggren.
c) Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan integument
2) Muskuloskeletal
(5) Osteomielitas
3) Sistem persyarafan
4) Sistem pernapasan
94
5) Sistem kardiovaskuler
b. Test Diagnostik
1) Pemeriksaan darah
b) Peningkatan HbA1c
d) Pemeriksaan albumin
f) Pemeriksaan elektrolit
2) Pemerikaan urine
3) Rontgen dada
metabolik
poliuria
hiperglikrmia)
Tabel 2. 14 Intervensi Keperawatan pada Diabetes Melitus menurut Aini dan Aridiana
(2016)
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
1. Ketidakstabilan kadar glukosa Setelah dilakukan tindakan Pengelolaan Hiperglikemia (NIC)
darah berhubungan dengan: keperawatan, kadar gula darah a. Pantau kadar glukosa darah
a. Kurang pengetahuan menjadi seimbang yang ditandai b. Pantau tandan dan gejala hiperglikemia seperti
manajemern tentang dengan hal berikut. poliuria, polifagia, polidipsi, kelemahan, letargi,
diabetes; a. Level glukosa darah dalam pandangan, mata kabur, pusing.
b. Tingkat perkembangan; batas normal. c. Pantau keton dalam urine
c. Asupan diet; b. Hemoglobin glikosílat dalam d. Pantau analisis gas darah, elektrolit, dan kadar
d. Pemantauan glukosa batas normal betahidroksibutirat.
darah tidak tepat; c. Fruktosemin dalam batas e. Pantau tekanan darah ortostatik dan nadi
e. Kurang penerimaan normal. f. Berikan insulin sesuai dosis.
terhadap diagnosis; d. Glukosa dalam urine (urine g. Anjurkan pasien untuk mengonsumsi minuman air
f. Kurang kepatuhan pada glucose) dalam batas normal. putih yang cukup.
rencana manajemen e. Keton dalam urine (urine h. Pantau status cairan (meliputi input dan output)
diabetik; ketones) dalam batas normal i. Jaga kepatenan akses intravena.
g. Kurang menejemen j. Berikan cairan intravena (jika diperlukan)
diabetes melitus; k. Berikan kalium (potasium, jika diperlukarn)
h. Manajemen medikasi; l. Berkonsultasi dengan dokter jika tanda dan gejala
i. Status kesehatan mental; hiperglikemia memburuk.
j. Tingkat aktifitas fisik; m. Berikan bantuan kebersihan mulut jika diperlukan.
k. Status kesehatan fisik; n. Identifikasi kemungkinan yang menyebabkan
l. Kehamilan; hiperglikemia
m. Periode pertumbuhan o. Antisipasi situasi yang memerlukan peningkatan
cepat; insulin.
n. Stres; p. Batasi latihan/olahraga jika kadar glukosa darah
o. Penambahan berat badan; lebih dari 250 mg/dl, terlebih jika terdapat keton
p. Penurunan berat badan. dalam urine.
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
q. Instruksikan pasien dan keluarga untuk melakukan
pencegahan, mengenali, dan melakukan pengelolaan
hiperglikemia.
r. Dorong pasien untuk memantau diri sendiri kadar
glukosa darahnya.
s. Bantu pasien untuk mengartikan kadar glukosa
darahnya
t. Tinjau ulang data-data hasil pemeriksaan glukosa
darah dengan pasien/keluarga.
u. Instruksikan kepada pasien untuk memeriksakan
keton dalam urin (jika diperlukan)
v. Instruksikan kepada pasien untuk melaporkan kadar
keton dalam urin sedang/tinggi kepada tenaga
keschatan profesional.
w. Instruksikan kepada pasien atau orang terdekat
pasien untuk melakukan pengelolaan diabetes
selama sakit, meliputi penggunaan insulin atau obat
oral, memantau pemasukan cairan, penggantian
karbohidrat, dan kapan harus pergi kepada tenaga
medis kesehatan profesional
x. Fasilitasi pengelolaan diet dan latihan fisik yang
aman
y. Ajarkan kepada anggota keluarga cara memeriksa
kadar glukosa darah.
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC
Kriteria hasil
(BMI)
d) Hiperglikemia
Intervensi:
b) Timbang berat badan pasien dan lakukan secara berkala 3 hari sekali atau
sesuai indikasi
110
nutrisi
Rasional : Perubahan kadar gula darah dapat terjadi setiap saat serta
malnutrisi.
Rasional : Keluarga dan pasien merupakan subjek dan objek yang dapat
insulin
hipoglikemia
Rasional : Memberikan motivasi dan dan percaya diri pasien untuk tetap
Kriteria hasil
d) Berat badan pasien stabil atau tidak ada penurunan berat badan
k) Peningkatan nadi
Intervensi:
a) Pantau pola eliminasi urine pasien, konsentrasi urine, keadaan turgor kulit
pasien
113
Rasional : Penurunan berat badan mudah sekali terjadi pada pasien dengan
kehilangan cairan
d) Anjurkan pasien untuk minum dalam jumlah yang cukup (1500-3000 ml)
malnutrisi
poliuria
Kriteria hasil
a) Neuripati perifer
Intervensi:
c) Pantau integritas kulit pasien, catat warna kulit, ada atau tidaknya ulserasi,
dermatitis
d) Pantau keadaan dan bentuk kaki apakah ada bentuk kaki charcot, adanya
pembentukan kalus
dopler
menggunakan lotion
k) Anjurkan pasien untuk menggunakan alas kaki yang lebih lembut atau
(dari hiperglikemia)
Data penunjang
d) Hipotensi
e) Takikardi
Kriteria hasil
b) Nadi perifer teraba pada arteri radialis, arteri brachialis, arteri dorsalis
pedis
c) Turgor kulit dan pengisian kapiler baik dibuktikan dengan capillary revill
d) Keluaran urine dalam kategori aman 100 cc/hari sampai batas normal 1500
cc-1700 cc/hari)
117
e) Kadar elektrolit urine dalam batas normal dengan nilai natrium 130-220
Intervensi
a) Dapatkan riwayat pasien atau orang terdekat tentang lama dan frekuensi
urine
kekurangan cairan
indikasi sebagai penurunan cairan dalam tubuh, semakin lemah dan lambat
dapat ditoleransi jantung jika pemasukan cairan melalui oral sudah dapat
diberikan
g) Batasi intake cairan yang mengandung gula dan lemak, misalnya cairan
dari gula yang manis seperti semangka atau dari minuman seperti susu
osmosis
Data penunjang:
a) Berat badan tidak normal (lebih rendah 10% dari berat badan ideal)
b) Lingkar lengan <10 cm, kelemahan, mudah lelah, tonus otot buruk
Intervensi keperawatan:
a) Timbang berat badan atau ukur lingkar lengan setiap hari sesuai dengan
indikasi
119
Mellitus.
b) Tentukan program diet dan pola makan pasien sesuai dengan kondisi
kalori laki-laki = berat badan ideal x 30, sedangkan untuk wanita berat
muntah
rangsang gaster
indikasi
e) Anjurkan pasien makan makanan sedikit dan sering (sesuai dengan jumlah
kulit lembab/dingin, denyut nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit
dapat terjadi.
tinggi
Data penunjang:
c) Akral traba hangan/panas, GDS > 150 gr/dl, glukosa urine positif
Intervensi keperawatan:
Data penunjang:
Kriteria hasil:
Intervensi
a) Auskultasi paru setiap satu jam sampai stabil, kemudian setiap empat jam
ambilan oksigen
122
diafragma
pembentukan energi
sirkulasi
Data penunjang
a) Terdapat luka pada kaki atau tempat lain seperti punggung dengan panjang
kemerahan
Kriteria hasil:
a) Terjadi perbaikan status metabolik yang dibuktikan oleh gula darah dalam
Intervensi:
pilihan
b) Berikan dilokasilin 500 mg per awal 6 jam mulai jam 10 malam diamati
tanda-tanda hipersensitifitas
khusus) dalam air steril dan hangat pada suhu kamar dengan larutan
d) Kaji area luka setiap kali merawat luka dan mengganti balutan
sumber informasi
Data penunjang
d) Pasien mengatakan lupa akan informasi yang telah diberikan atau pasien
Kriteria hasil:
penyakit
pada luka
pengobatan
Intervensi:
pengobatannya
Rasioal : Memberikan informasi yang akurat dan bermakna bagi dan bagi
2.5.4 Evaluasi
gangguan metabolik
d) Nilai laboratorium hemoglobin untuk pria 13-16 gr/dl, untuk wanita 12-
14 gr/dl
e) Pasien habis 1 porsi makan setiap kali makan (sesuai jumlah kalori yang
dianjurkan
a) Tanda vital stabil dan mendekati aman. Nadi 80-88x/menit, tekanan darah
rate 20-22x/menit.
b) Nadi perifer pada arteri radialis, arteri brakialis, arteri dorsalis pedis
c) Turgor kulit dsn pengisian kapiler baik dibuktikan dengan capillary kurang
dari 2 detik
d) Keluaran urin dalam kategori aman (lebih dari 100cc/hari sampai batas
normal 1500cc/1700cc/hari
127
e) Kadar elektrolit urin dalam batas normal dengan nilai natrium 130-220
b) Terjadi perbaikan status metabolik yang dibuktikan oleh gula darah dalam
b) Nadi perifer teraba pada arteri radialis, arteri brachialis, arteri dorsal pedis
c) Turgor kulit dan pengisian kapiler baik dibuktikan dengan capillary revill
1500-1700 cc/hari)
e) Kadar elektrolit urin dalam batas normal degan nilai natrium 130-220
d) Nilai laboratorium hemoglobin untuk pria 13-16 gr/dl, untuk wanita 12-
14gr/dl
e) Pasien habis 1 porsi makan setiap kali makan (sesuai jumlah kalori yang
dianjurkan)
Basofil :0–1
Eosinofil :1–3
Limfosit : 20 – 40
Monosit :2–8
129
a) Terjadi perbaikan status metabolic yang dibuktikan gula darah dalam batas
9) Kurang pengetahuan
penyakit
luka
130
pengobatan
METODE PENELITIAN
melakukan review peneliti yang menggunakan desain studi kasus yang yang
Penetapan PICO
131
132
3.3.1 Populasi
Jurnal penelitian terbaru yang terbit pada 10 tahun terakhir yang itu dari
tahun 2010 s/d 2020, mendapatkan sejumlah 4 jurnal. Sumber database online
5. Isi jurnal adalah asuhan keperawatan pasien diabetes mellitus tipe II dalam
Jumlah referensi yang digunakan literature review ini adalah 4 artikel utama
fulltext
3.4 Metode
dan sesuai indikator inkulis yang spesifik dalam penseleksian dokumen melalui
melakukan review dari hasil peneliti yang menggunakan design penelitian studi
kasus.
merupakan penelitian dengan karakteristik studi berupa PICO yang terdiri dari :
1. Population
2. Intervention
3. Comparison
4. Outcome
Hasil yang diukur dalam penelitian studi kasus adalah pemenuhan Nutrisi
database, dan pencarian reference list articles, tidak ada pembatasan bahasa pada
artikel. Penelitian ini diambil dari database elektronik Google Scholar, melalui
database scanning, dan screening artikel dilakukan secara mandiri oleh peneliti.
3.4.4 Search
hasil ekstraksi data yang telah dilakukan oleh peneliti. Peneliti melakukan Critical
dan berat badan, dan tindakan mandiri keperawatan. 2) Tipe intervensi yaitu
yaitu pemenuhanNutrisi
135
sesuai dengan prosedur, dan diukur menggunakan alat yang telah divalidasi, dan
juga metode pengumpulan data dalam apakah dilakukan blank metode. Peneliti
Pada setiap literatur mungkin akan menghasilkan efek yang berbeda-beda sesuai
BAB 4
4.1 Hasil
dengan kriteria inklusi diantaranya adalah Evi (2019), Deni (2018), Aas (2017)
menggunakan sistem pencari Google Scholar. Total data yang didapat dengan
didapatkan 885 artikel publikasi dan 2 arikel repository dari STIKES Baptis
duplikasi dan dilakukan review abstrak apakah sesuai dengan kriteria penelitian.
Setelah dilakukan identifikasi data didapatkan 4 artikel yang sesuai, setelah itu
mendalam pada artikel dan artikel yang dapat digunakan (include) berjumlah 4
artikel.
hari. Seluruh artikel berfokus pada analisis pelaksanaan asuhan keperawatan yaitu
perbedaannya.
yang sama dan apa yang tidak, jelaskan persamaan dan perbedaannya.
4. Intervensi non keperawatan yang dilakukan pada pasien di setiap jurnal, apa
intervensi yang sama dan apa yang tidak, jelaskan persamaan dan
perbedaannya.
adalah :melakukan timbang berat badan, memberikan edukasi gizi diet dan
Aas Rawat 2 Responden 1. Respon 1 BB sebelum Terdiagnosa Menimban Studi Studi kasus 1. Setelah di
(2017) inap 1: den 1 sakit 46 kg, Diabetes g berat kasus dilakukan lakukan tindakan
1. Diabete umur BB saat Mellitus Tipe badan dan selama 3x24 keperawatan
s 59 pengkajian II dengan memberik jam didapatkan hasil
mellitus tahun 40 kg. Ketidakseimba an edukasi pada evaluasi
tipe 2 2. Respond Mengatakan ngan Nutrisi diit pada Tn. H
Responden en 2 mual, nafsu Kurang Dari ketidakseimbanga
2: umur 57 makan Kebutuhan n
1. Diabetes tahun berkurang, Tubuh nutrisikurangdari
mellitus makan hanya kebutuhantubuhb
tipe 2 habis ½ erhubungandenga
porsi nfaktorbiologis
2 BB sebelum teratasi sebagian,
sakit 42 kg, hal ini dapat
BB saat dibuktikan dari
pengkajian kriteria hasil yang
35 kg. sudah dicapai
Mengatakan yaitu Tn. H
mual, nafsu mengatakan
makan sudah tidak
berkurang, merasakan mual,
makan hanya nafsu makan
147
4.2 Pembahasan
kebutuhan tubuh adalah hasil studi kasus yang didapatkan saat pengakajian pada 7
(Ny.K dan Ny.R) mengalami penurunan nafsu makan yatu hanya 3-4 sendok
perhari dan juga mengalami penurunan berat badan responden 1 BB sebelum sakit
sertai mual. Literatur Deni (2018) juga menyebutkan kedua responden (Ny.MI
kurang minat pada makanan, cepat kenyang setelah makan dan gangguan sensasi
rasa, tonus otot menurun , Literatur Aas (2017) menjelaskan bahwa responden
(Tn.H dan Tn.S )Mengatakan mual, nafsu makan berkurang, makan hanya habis
½ porsi, badan terasa lemas, mual, mukosa bibir kering, dan pada Tn.H di peroleh
GDS 205 mg/dl, tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 90 x/menit, respirasi 20
x/menit, suhu 36,6 an Tn.S GDS 212 mg/dl, mual, mukosa bibir kering, tekanan
darah 140/80 mmHg, nadi 80 x/menit, respirasi 22 x/menit, suhu 36,7. Literatur
badan, menurunya selera makan, mual muntah dan lemas Klien tampak
kering, Klien merasa sering haus, turgor kulit klien tampak lambat, Klien tampak
hasil setiap responden mengatakan bahwa menurunya pola makan dan berat
khususnya pada diabetes mellitus tipe 2 yang mengalami penurunan dengan cepat
khusus masalah nutrisi dan pengkajian fisik secara umum yang berhubungan
dengan kebutuhan nutrisi, meliputi pola makan dan berat badan. Aspek lain yang
pasien mengenai kebutuhan nutrisi, Nafsu makan, jumlah asupan dan Tingkat
aktivitas.
tergantung pada insulin (otot rangka dan jaringan lemak). Jika tidak terdapat
glukosa, sel-sel otot memetabolisme cadangan glikogen yang mereka miliki untuk
dibongkar menjadi glukosa dan energi mungkin juga akan menggunakan asam
lemak bebas (keton). Kondisi ini berdampak pada penurunan massa otot,
kelemahan otot dan rasa mudah lelah dan berdasarkan review dari 4 hasil studi
adanya penurunan berat badan pada ke tujuh responden, mual muntah, badan
mengalami penurunan nafsu makan, penurunan berat bada, kurang minat pada
makanan, dan cepat kenyang setelah makan. Pada literatur (ALMIAH 2017)
Menurut Aini dan Ardiana (2016) diagnosa yang muncul pada pasien
Hidayat, A (2013), pola makan yang tidak teratur dan cenderung terlambat juga
buktikan gejala yang dialami semua responden sama dengan gejala yang
diuraikan menurut teori yaitu penurunan nafsu makan ,mual muntah, dan
intervensi sesuai teori, Kaji status nutrisi pasien dan kemampuan pasien untuk
(diskusi tentang panduan diet yang tepat bagi diabetes melitus), Timbang berat
badan pasien, Pantau pertumbuhan dan perkembangan, Ukur indeks masa tubuh
(IMT), Pantau penurunan dan peningkatan berat badan, Pantau tugor kulit dan
ketidak normalan rambut (kering, mudah patah, dan tipis), Pantau adanya mual
dan muntah. Dari ke 4 literatur semua responden diberikan intervensi sesuai teori
yaitu pemantauan berat badan dan memonitor status nutrisi, literatur Evi (2019)
pada responden (Ny.K dan Ny.R) kedua responden dilakukan pemantauan berat
badan, Literatur Deni (2018) pada responden (Ny.MI dan Ny.MA) kedua
156
responden dilakukan pemantauan berat badan dan nutrisi di sertai dengan edukasi
leaflet, Literatur Aas (2017) pada responden (Tn.H dan Tn.S ) kedua reponden
intervensi pemantauan berat badan dengan edukasi diet. Durasi rencana tindakan
direncanakan selama 3x24 jam, pada literatur 4 durasi asuhan keperawatan yang
pola hidup sehat. Beberapa perubahan perilaku yang diharapkan seperti mengikuti
dan obat-obatan pada keadaan khusus secara aman dan teratur. Pada pasien
gizi/diet dengan cara menimbang berat badan atau mengukur lingkar lengan setiap
hari sesuai dengan indikasi dengan hal ini bertujuan untuk mengindentifikasi
Selain itu juga menetukan program diet dan pola makan pasien sesuai dengan
kadar gula yang dimiliki, ini bertujuan untuk menyesuaikan antara kebutuhan
kalori dan kemampuan sel untuk mengambil glukosa. (Riyadi dan Sukarmin,
157
glukosa oral dan aktivitas fisik, Mencapai dan mempertahankan kadar lipida
serum normal, Memberi cukup energi untuk mempertahankan atau mencapai berat
dilakukan intervensi sesuai dengan teori yang bertujuan agar dapat membantu
mempercepat pengembalian nutrisi dan juga untuk melindungi diri dari berbagai
Memonitor berat badan dan juga Healt Education dilakukan untuk memantau
yang harus dikonsumsi penderita diabetes melitus, intervensi ini juga bertujuan
para penderita dapat mengubah pola hidup lebih sehat seperti melakukan latihan
sesuai teori, Kaji status nutrisi pasien dan kemampuan pasien untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi. Identifikasi alergi makanan pada pasien. Kaji makanan pilihan
panduan diet yang tepat bagi diabetes melitus), Timbang berat badan pasien,
Pantau pertumbuhan dan perkembangan, Ukur indeks masa tubuh (IMT), Pantau
penurunan dan peningkatan berat badan, Pantau tugor kulit dan tingkat mobilitas
rambut (kering, mudah patah, dan tipis), Pantau adanya mual dan muntah.
Literatur Evi (2019) pada responden (Ny.K dan Ny.R) kedua responden
dilakukan pemantauan berat badan, Literatur Deni (2018) pada responden (Ny.MI
dan Ny.MA) kedua responden dilakukan pemantauan berat badan dan nutrisi di
sertai dengan edukasi leaflet, Literatur Aas (2017) pada responden (Tn.H dan
sertai edukasi dan kolaborasi pemberian obat, Almiah (2017) pada responden
(NS) dilakukan intervensi pemantauan berat badan dengan edukasi diet, tindakan
direncanakan selama 3x24 jam, pada literatur 4 durasi asuhan keperawatan yang
Sesuai dengan teori menurut Aini dan Aridian (2016) ada 4 dalam
obat. Menurut Tandra Hans (2012) pengaturan diet diabetes mencakup tiga unsur
(3J), yaitu jam makan, jumlah makan, dan jenis makanan. Menurut Ariani, (2017)
diet adalah sebuah proses untuk pendapatan hidup yang lebih sehat dengan cara
perubahan pada bentuk tubuh, status gizi baik serta membantu mencegah dan
menyembuhkan penyakit.
dan status nutrisi pasien dan berikan edukasi gizi/diet. Pada pasien diabetes
adanya gangguan dalam tubuh, sehingga tubuh tidak mampu menggunakan glukosa
darah ke dalam sel, sehingga glukosa menumpuk dalam darah. Kadar glukosa yang
tinggi ini dapat merusak pembuluh darah kecil di ginjal, jantung, mata, dan sistem
saraf, sehingga mengakibatkan berbagai macam komplikasi. Maka dari itu, segala
Tentunya selain kolaborasi dengan medis, dukungan dari keluarga juga diperlukan
guna menunjang keberhasilan dan mengontrol diit pada penderita itu sendiri.
160
implementasi yang sudah di berikan kepada setiap responden, Pada literatur Evi
(2019) didapatkan hasil responden (Ny.K dan Ny.R) setelah dilakukan tindakan
keperawatan 3x24 jam sudah teratasi dan didapatkan hasil sudah tidak mual lagi,
makanan klien habis. Literatur Deni (2018) didapatkan hasil (Ny.MI dan Ny.MA)
makan teratasi dengan hasil napsu makan meningkat. Literatur Aas (2017)
jam teratasi sebagian dibuktikan dengan pasien masih lemas, sedangkan pada
keperawatan selama 2x24 jam responden sudah menunjukan selera makan klien
Analisa evaluasi responden terhadap kriteria hasil dari teori Kurnia dan
Prawesti (2017) adalah pasien tidak lemah atau penurunan tingkat kelemahan,
peningkatan berat badan atau berat badan ideal atau normal, lingkaran lengan
meningkat atau menedekati 10 cm, nilai laboratorium hemoglobin untuk pria 13-
16 gr/dl, untuk wanita 12-14 gr/dl, pasien habis 1 porsi makan setiap kali makan
(sesuai jumlah kalori yang dianjurkan, pasien tidak mengeluh mual lagi. Menurut
nutrisi, Healt Education dan juga kolaborasi pemberian gizi diet, bertujuan untuk
patuh terhadap diet yang diberikan, kosumsi obat yang telah di resepkan, dan HE
pola nutrisi untuk bertujuan ketika plang dari rumah sakit pasien dan keluarga
yang teratasi di buktikan dengan tidak ada mual dan nafsu makan baik, Berat
badan pasien dalam rentang ideal dan Intake makanan sesuai dengan kebutuhan
tubuh
BAB 5
5.1 Kesimpulan
di ke 4 literatur.
adalah Kaji status nutrisi pasien dan kemampuan pasien untuk memenuhi
sesuai teori yaitu pemantauan berat badan dan memonitor status nutrisi,
literatur Evi (2019) pada responden (Ny.K dan Ny.R) kedua responden
(Ny.MI dan Ny.MA) kedua responden dilakukan pemantauan berat badan dan
162
163
nutrisi di sertai dengan edukasi leaflet, Literatur Aas (2017) pada responden
nutrisi dengan di sertai edukasi dan kolaborasi pemberian obat, Almiah (2017)
edukasi diet intervensi yang diberikan oleh ke 4 literatur kepada setiap pasien
tubuh adalah monitor berat badan dan pemberian edukasi diet. Pada pasien.
Evi (2019) pada responden (Ny.K dan Ny.R) kedua responden dilakukan
pemantauan berat badan, Literatur Deni (2018) pada responden (Ny.MI dan
sertai dengan edukasi leaflet, Literatur Aas (2017) pada responden (Tn.H dan
sertai edukasi dan kolaborasi pemberian obat, Almiah (2017) pada responden
kurang dari kebutuhan tubuh dapat teratasi, Evi (2019) didapatkan hasil
jam sudah teratasi dan didapatkan hasil sudah tidak mual lagi, makanan klien
habis. Literatur Deni (2018) didapatkan hasil (Ny.MI dan Ny.MA) setelah
3x24 jam teratasi sebagian dibuktikan dengan pasien masih lemas, sedangkan
Perawat.tidak terdapat kesenjangan teori antara teori dan fakta, hal ini dapat
dibuktikan dari kriteria hasil yang sudah dicapai para pasien mengatakan
sudah tidak mual lagi, makanan klien habis, tidak terlihat lemas, dan nafsu
makan meningkat.
5.2 Saran
1. Bagi perawat
DAFTAR PUSTAKA
Ariani. 2017. Gizi dan Diet, 2017 : CV. Trans Info Media
Arisman. 2018. Obesitas, Dibetes Mellitus,& Dislipidenia Konsep, Teori dan
Penanganan Aplikatif, Jakarta : EGC
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Pusat Data dan Informasi Kesehatan RI,
Jakarta Selatan : Infodatin
Krisnatuti, dkk. 2014. Diet Sehat Untuk Penderita Diabetes Mellitus, Jakarta
Timur : Penebar Swadaya
Kurnia, Prawesti 2017, Senam Kaki Bagi Pasien Diabetes Melitus, Nganjuk :
Adjie Media Nusantara
Lampiran 1
168
169
Lampiran 2
170
Lampiran 3
171
Lampiran 4
172
173
174
175
176
177
178
179
Lampiran 5
Mengetahui,
Keterangan :
*) Coret salah satu
Pada halaman literatu review terakhir wajub di tanda tangani oleh mahasiswa dan
mengetahui pembimbing disetiap halaman literatur review
Metode Jenis penelitian ini adalah studi kasus metode deskriptif dengan pendekatan
studikasus.
Durasi 3X 24 jam perawatan
pengambilan
studi kasus
Hasil Hasil askep Responden 1 (Ny. MI) Responden 2 (Ny. MA)
Pengkajian Ny. Ny. MAketidakmampuan
MIketidakmampuan mencerna makanan,
mencerna makanan, kelemahan otot unuk
kelemahan otot unuk menelan, kelemahan otot
menelan, kelemahan untuk mengunyah,
otot untuk mengunyah, kurang minat pada
kurang minat pada makanan, cepat kenyang
makanan, cepat setelah makan, gangguan
kenyang setelah makan, sensasi rasa, tonus otot
gangguan sensasi rasa, menurun, penurunan
tonus otot menurun, berat badan dengan
penurunan berat badan asupan makanan adekuat
dengan asupan makanan nafsu makan meningkat
adekuat nafsu makan dari yang sebelumnya
meningkat dari yang makan 3-4 sendok makan
sebelumnya makan 3-4
sendok makan
Diagnosa Ketidakseimbangan Ketidakseimbangan
184
Mengetahui,
Keterangan :
*) Coret salah satu
Pada halaman literatu review terakhir wajub di tanda tangani oleh mahasiswa dan
mengetahui pembimbing disetiap halaman literatur review
PERSETUJUAN LITERATUR REVIEW
Judul Studi Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Tn. H dan Tn. S Yang Mengalami
kasus Diabetes Mellitus Dengan Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari
Kebutuhan Tubuh Di Ruang Melati 2 RSUP DR. Soeradji Tirtonegoro
Klaten
Judul Artikel Asuhan Keperawatan Pada Tn. H dan Tn. S Yang No. Artikel :
Mengalami Diabetes Mellitus Dengan
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan
Tubuh Di Ruang Melati 2 RSUP DR. Soeradji
Tirtonegoro Klaten
Penulis Aas Nandyawati
Reviewer Rico Bayu Wijaya
Akses Jurnal Nama : Aas Nandyawati
Tahun : 2017
Alamat Akses : Repository STIKES Kusuma Husada Surakarta
Teori
Penatalaksanaan yang tidak efektif dalam menangani penyakit Diabetes
Melitus akan mengakibatkan komplikasi akut bahkan kronis. Komplikasi
dari Diabetes Melitus terdiri dari komplikasi akut yaitu perubahan kadar
glukosa dan komplikasi kronik yaitu perubahan pada sistem
kardiovaskular, perubahan pada sistem saraf perifer, perubahan mood, dan
peningkatan kerentanan terhadap infeksi. Selain itu, perubahan vaskular di
ekstremitas bawah pada penyandang Diabetes Melitus dapat
mengakibatkan terjadinya arteriosklerosis sehingga terjadi komplikasi yang
mengenai kaki yang menyebabkan tingginya insidensi amputasi (LeMone,
2016). Sekitar 75% penyandang Diabetes Melitus tipe II akhirnya
meninggal karena penyakit vaskular. Maka dari itu, dalam menangani
Diabetes Melitus terdapat empat pilar penatalaksanaan yaitu edukasi, terapi
gizi medis, latihan jasmani, dan terapi farmakologi (Perkeni, 2011).
Metode Jenis penelitian ini adalah studi kasus metode deskriptif.
Durasi 3X 24 jam perawatan
pengambilan
studi kasus
Hasil Hasil askep Responden 1 (Tn. H) Responden 2 (Tn. S )
Pengkajian Tn. H Mengatakan Tn. S Mengatakan mual,
mual, nafsu makan nafsu makan berkurang,
berkurang, makan makan hanya habis ½
hanya habis ½ porsi, porsi, badan terasa lemas,
badan terasa lemas, BB 35 kg, TB: 155 cm,
mual, mukosa bibir IMT: BB/TB 2 = 35/1,5 2
kering, BB: 40 kg, TB: =15,5 kg/m 2, Hb 11,6
160 cm, IMT: BB/TB 2 g/dl, limfosit 17,8 %,
= 40/1,6 2 = 15,6 GDS 212 mg/dl, mual,
kg/m2 ,Hb 10,3 g/dl, mukosa bibir kering,
limfosit 18,7 %, GDS tekanan darah 140/80
205 mg/dl, tekanan mmHg, nadi 80 x/menit,
darah 130/80 mmHg, respirasi 22 x/menit, suhu
nadi 90 x/menit, 36,7 o C, D: makan 3x
186
187
Mahasiswa
Mengetahui,
Keterangan :
*) Coret salah satu
Pada halaman literatu review terakhir wajub di tanda tangani oleh mahasiswa dan
mengetahui pembimbing disetiap halaman literatur review
Judul Studi Gambaran Asuhan Keperawatan Klien Yang Mengalami Diabetes Mellitus
kasus Dengan Masalah Keperawatan Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari
Kebutuhan Tubuh Di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar
Judul Artikel Asuhan Keperawatan Klien Yang Mengalami No. Artikel :
Diabetes Mellitus Dengan Masalah Keperawatan
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan
Tubuh Di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar
Penulis Almiah Lawadi
Reviewer Rico Bayu Wijaya
Akses Jurnal Nama : Almiah Lawadi
Tahun : 2017
Alamat Akses : Repository Akademi Keperawatan Mappa Oudang
Program Studi Keperawatan Makassar
Teori Diabetes Mellitus adalah gangguan metabolik yang di tandai dengan
Hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein yang di sebabkan oleh penurunan sekresi
Insulin atau penurunan sensitivitas Insulin atau keduanya dan
menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular, makrovaskular, dan
neuropati(yuliana elin,2009)
Metode Jenis penelitian ini adalah studi kasus metode deskriptif dengan pendekatan
melalui wawancara
Durasi 2X 24 jam perawatan
pengambilan
studi kasus
Hasil Hasil askep Responden 1 (Ny. S) Responden 2
Pengkajian Ny. S Klien mengatakan
malas makan Klien
mengatakan malas makan,
Klien mengatakan tidak
mengikuti diet yang di
anjurkan oleh perawat,
Klien mengatakan susah
tidur, Klien mengatakan
tidurnya 2-3 jam pada
malam hari, BB sebelum
sakit : 60kg, BB saat sakit
: 58kg, Klien tampak
makan 2-3 sendok dari
porsi yang di sediakan,
Klien tampak
mengkomsumsi bubur,
tempe dan sayur-sayuran,
Mukosa bibir klin tampak
kering, Klien merasa
sering haus, turgor kulit
klien tampak lambat,
Klien tampak gelisah,
Konjungtiva tampak pucat
191
Mengetahui,
Keterangan :
*) Coret salah satu
Pada halaman literatu review terakhir wajub di tanda tangani oleh mahasiswa dan
mengetahui pembimbing disetiap halaman literatur review
Lampiran 6
193
194
195
196
197
Lampiran 7
198