Disusun Oleh :
RICO BAYU WIJAYA
01.1.17.00820
1.1 2 Etiologi
Trauma kepala dapat disebabkan oleh beberapa peristiwa, diantaranya:
1. Kecelakaan lalu lintas.
2. Benturan pada kepala.
3. Jatuh dari ketinggian dengan dua kaki.
4. Menyelam di tempat yang dalam.
5. Olahraga yang keras.
6. Anak dengan ketergantungan.
Cedera pada trauma capitis dapat terjadi akibat tenaga dari luar (Arif
Musttaqin, 2008) berupa:
a. Benturan/jatuh karena kecelakaan
b. Kompresi/penetrasi baik oleh benda tajam, benda tumpul, peluru dan
ledakan panas. Akibat cedera ini berupa memar, lukajaringan lunak, cedera
muskuloskeletal dan kerusakan organ
1.1 3 Klasifikasi Cedera Kepala
Ada banyak istilah yang digunakan untuk menggunakan atau
mengklasifikasikan pasien dengan cidera kepala antara lain:
1. Terbuka
Cidera kepala terbuka berarti pasien mengalami lasersi kulit kepala seperti
halnya peluru menembus otak.
2. Tertutup
Dapat disamakan pada pasien dengan gegar otak ringan dengan edema serebral
yang luas bisa diakibatkan karena adanya benturan. Cedera kepala tertutup
terdiri dari:
a. Kontusio serebral
Merupakan gambaran area otak yang mengalami memar, umumnya pada
permukaan dan terdiri dari area hemoragi kecil-kecil yang tersebar melalui
substansi otak pada daerah tersebut, tanda gejalanya seperti defisit
neurologis vokal, edema serebral. Hal ini menimbulkan efek peningkatan
TIK.
b. Hematoma Epidural
Merupakan suatu akumulasi darah pada ruang antara tulang tengkorak
bagian dalam dan lapisan meningen paling luar (durameter). Hematom ini
terjadi karena robekan arteri meningeal tengah dan arteri meningeal frontal.
Kasus ini biasanya berhubungan dengan fraktur tulang tengkorak.
c. Hematoma Subdural
Merupakan akumulasi darah dibawah lapisan meningeal durameter dan
diatas lapisan araknoid yang menutupi otak. Hal ini disebabkan karena
adanya robekan permukaan vena atau pengeluaran kumpulan darah vena
(sinus).
d. Hematoma intrakranial
Merupakan pengumpulan darah 25ml atau lebih dalam parenkim otak. Dari
hasil radiologi sulit dibedakan antara kontusio otak dengan perdarahan
dalam substansi otak. Biasanya terjadi pada fraktur depresi tulang
tengkorak atau cedera penetrasi peluru.(Hudak & Gallo, 2010 : 225-229)
Cedera kepala menurut Gaslow Coma Skala
1. Cedera kepala ringan
CGS : 13-15, Tidak ada konklusi, pasien dapat mengeluh nyeri kepala dan
pusing, pasien dapat menderita abrasi, laserasi atau hematoma kulit kepala.
2. Cedera kepala sedang
CGS : 9-12, konkusi, amnesia pasca trauma, muntah, tanda fraktur tengkorak,
kejang.
3. Cedera kepala berat
GCS : kurang atau sama dengan 8, penurunan derajat kesadaran secara
progresif, Tanda neurologist fokal. (Muttaqin, 2012)
Trauma
kepala
kejang
Perubahan Iskemia
sirkulasi css
-bersihan jalan
Hipoksia nafas
-obstruksi jalan
Peningkatan TIK nafas
-dispnea
-henti nafas
-perubahan
pola nafas
Mensefalon
tertekan
Gangguan Kerusakan
kesadaran immobilisasi mobilitas fisik
1.1 6 Tanda dan Gejala
1. Cedera Kepala Ringan
a. Pasien sadar dan menuruti perintag pemeriksa
b. Tidak ada penurunan kesadaran atau kehilangan kesadaran <20 menit
c. Tidak ada gangguan saraf
d. Tidak ada muntah
e. Pasien dapat mengeluh nyeri kepala atau pusing
2. Cedera Kepala Sedang
a. Pasien tidak dapat atau dapat menuruti perintah pemeriksa, namun respon
yang diberikan tidak sesuai
b. Kehilangan kesadaran >20 menit dan <36 jam
c. Amnesia post traumatik < 24 jam dan < 7 hari
d. Muntah menyemprot
e. Kejang
3. Cedera Kepala Berat
a. Pasien mengalami penurunan kesadaran yang progresif atau kehilangan
kesadaran > 36 jam
b. Amnesia post traumatik > 7 hari
c. Tanda kerusakan saraf lokal (sesuai lokasi otak yang mengalami kerusakan,
misalnya gangguan penglihatan, gangguan nafas dan kelumpuhan.
1.1 8 Pemeriksaan/Diagnostik
1. CT Scan
Mengidentifikasi luasnya lesi, perdarahan, determinan, ventrikuler dan
perubahan jaringan otak.
2. MRI ( Magnetic Resonance Imaging )
Digunakan sama dengan CT Scan dengan/tanpa kontras radio aktif
3. Sinar-X
Mendeteksi perubuhan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur garis
(perdarahan/edema), fragmen tulang.
4. Elektrolit darah
Mengetahui ketidakseimbangan yang berperan dalam meningkatkan TIK
5. Rontgen thorax dua arah (PA/AP dan lateral)
Rontgen thorax menyatakan akumulasi udara atau cairan pada area pleural
6. Analisa Gas Darah (AGD)
Analias Gas Darah (AGD) adalah salah satu test diagnostik untuk menentukan
status respirasi. Status respirasi yang dapat diigambarkan melalui pemerksaan
AGD ini adalah status oksigenasi dan status asam basah.(Muttaqin, 2008 : 161)
1.1 9 Penatalaksanaan
1. Riwayaat kesehatan .
a. Tinggikan kepala 300.
b. Istirahatkan klien (tirah baring).
2. Penatalaksanaan medis :
a. Memepertahankan A,B,C (Airway, Breathing, Cirkulation).
b. Menilai status neurologis (Disability dan exposure).
3. Penatalaksanaan konservatif meliputi :
a. Bedrest total.
b. Observasi tanda-tanda vital (GCS dan tingkat kesadaran).
c. Pemberian obat-obatan:
1) Dexametason/kalmethason sebagai pengobatan anti edema serebral,
dosis sesuai dengan berat ringanya trauma.
2) Therapi hiperventilasi (trauma kepala berat) untuk mengurangi
vasodilatasi.
3) Pengobatan anti edema dengan larutan hipertonis yaitu: manitol 20%,
atau glukosa 40%, atau gliserol 10%.
4) Antibiotika yang mengandung barier darah otak (Penisilin) atau untuk
infeksi anaerob diberikan metronidazol.
d. Makanan atau cairan. Pada trauma ringan bila muntah-muntah tidak dapat
diberikan apa-apa hanya cairan infus dextrose 5%, Aminofusin, Aminofel
(18 jam pertama dari terjadinya kecelakaan).
1.2 Asuhan Keperawatan Cedera Kepala
1.2.1 Pengkajian
Primary Survey
1) Airway
Meliputi pemeriksaan adanya obstruksi jalan nafas yang dapat
disebabkan benda asing, fraktur tulang wajah, fraktur mandibula atau
maksila, fraktur larinks atau trachea. Dalam hal ini dapat dilakukan
“chin lift” atau “jaw thrust”. Selama memeriksa dan memperbaiki
jalan nafas, harus diperhatikan bahwa tidak boleh dilakukan ekstensi,
fleksi atau rotasi dari leher.
2) Breathing
Jalan nafas paten. Pertukaran gas yang terjadi pada saat bernafas
mutlak untuk pertukaran oksigen dan mengeluarkan karbon dioksidadari
tubuh. Ventilasi yang baik meliputi:fungsi yang baik dari paru,
dinding dada dan diafragma.
3) Circulation
1. Volume darah dan Curah jantung
Kaji perdarahan klien. Suatu keadaan hipotensi harus dianggap
disebabkan oleh hipovelemia. 3 observasi yang dalam hitungan detik
dapat memberikan informasi mengenai keadaan
hemodinamik yaitu kesadaran, warna kulit dan nadi.
2. Kontrol Perdarahan
4) Disability
Penilaian neurologis secara cepat yaitu tingkat kesadaran, ukuran dan
reaksi pupil.
5) Exposure
Dilakukan pemeriksaan fisik head toe toe untuk memeriksa jejas.
Secondary Survey
1) Kepala
Kelainan atau luka kulit kepala dan bola mata, telinga bagian luar dan
membrana timpani, cedera jaringan lunak periorbital
2) Leher
Adanya luka tembus leher, vena leher yang mengembang
3) Neurologis
Penilaian fungsi otak dengan Glasgow Coma Score (GCS)
4) Dada
Pemeriksaan klavikula dan semua tulang iga, suara nafas dan jantung,
pemantauan EKG
5) Pernafasan
Tanda: Perubahan pola pernafasan (apnoe yang diselingi oleh hiperventilasi
nafas berbunyi)
6) Sirkulasi
Gejala : Perubahan tekanan darah (hipertensi) bradikardi, takikardi
7) Abdomen
Kaji adanya luka tembus abdomen, pasang NGT dengan trauma tumpul
abdomen
8) Neurosensori
Gejala: Kehilangan kesadaran sementara, amnesia, vertigo, sinkope,
kehilangan pendengaran, gangguan pengecapan dan penciuman, perubahan
penglihatan seperti ketajaman.
Tanda: Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan status mental,
konsentrasi, pengaruh emosi atau tingkah laku dan memoris.
9) Pelvis dan ekstremitas
Kaji adanya fraktur, denyut nadi perifer pada daerah trauma, memar dan
cedera yang lain
10) Integritas Ego
Gejala : Perubahan tingkah laku dan kepribadian.
Tanda: Cemas, mudah tersinggung, angitasi, bingung, depresi dan
impulsif.
11) Aktivitas/istirahat
Gejala : Merasa lelah, lemah, kaku, hilang keseimbangan.
Tanda: Perubahan kesadaran, letargi, hemiparese, puandreplegia, ataksia,
cara berjalan tidak tegang.
12) Makanan/cairan
Gejala : Mual, muntah dan mengalami perubahan selera.
Tanda : muntah, gangguan menelan.
13) Eliminasi
Gejala : Inkontinensia, kandung kemih atau usus atau mengalami
gangguan fungsi.
14) Nyeri/kenyamanan
Gejala : sakit kepala.
Tanda : wajah menyeringai, respon menarik pada rangsangan nyeri yang
hebat, gelisah, tidak bisa istirahat, merintih.
1.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan gangguan neurologis
2. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan
cedera otak
NANDA (00032)
Ketidakefektifan pola napas
Definisi : inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi adekuat.
Batasan karakteristik Faktor yang Berhubungan
1. Bradipnea 1. Ansietas
2. Dispnea 2. Cedera medulla spinalis
3. Fase ekspirasi memanjang 3. Deformitas dinding dada
4. Ortopnea 4. Deformitas tulang
5. Pengguanaan otot bantu 5. Disfungsi neuromuscular
pernafasan 6. Gangguan musculoskeletal
6. Penggunaan posisi tiga-titik 7. Gangguan neurologis (missal,
7. Peningkatan diameter anterior- elektroensefalogram [EEG] positif,
posterior trauma kepala, gangguan kejang)
8. Penurunan kapasitas vital 8. Hiperventilasi
9. Penurunan tekanan ekspirasi 9. Imaturitas neurologis
10. Penurunan tekanan inspirasi 10. Keletihan
11. Penurunan ventilasi semenit 11. Keletigan otot pernapasan
12. Pernapasan bibir 12. Nyeri
13. Pernapasan cuping hidung 13. Obesitas
14. Perubahan ekskursi dada 14. Posisi tubuh yang menghambat
15. Pola napas abnormal (missal, ekspansi paru
irama, frekuensi, kedalaman) 15. Sindrom hipovemtilasi
16. Takipnea
NOC : Status pernapasan : Ventilasi ( 0403 )
Definisi : Masuknya udara dari dan ke dalam paru
Skala target Outcome : Dipertahankan pada…… ditingkatkan ke….
Berat Cukup Sedang Ringan Tidak
Berat ada
SKALA COME
SKALA OUTCOME 1 2 3 4 5 NA
OUT KESELURUHAN
HAN
INDIKA
TOR
040315 Ortopnea 1 2 3 4 5 NA
040334 Atelektasis 1 2 3 4 5 NA
SKALA COME
SKALA OUTCOME 1 2 3 4 5 NA
OUT KESELURUHAN
HAN
INDIKA
TOR
041513 Sianosis 1 2 3 4 5 NA
041514 Dispneu saat istirahat 1 2 3 4 5 NA
041517 Mengantuk 1 2 3 4 5 NA
041518 Diaforesis 1 2 3 4 5 NA
041521 Atelektasis 1 2 3 4 5 NA
041524 mendesah 1 2 3 4 5 NA
041528 Mendengkur 1 2 3 4 5 NA
041530 Demam 1 2 3 4 5 NA
041531 Batuk 1 2 3 4 5 NA
NIC
Manajemen jalan nafas (3140)
NIC
Monitor pernapasan (3350)
Definisi : Sekumpulan data dan analisis keadaan pasien untuk memastikan kepatenan
jalan nafas dan kecukupan pertukaran gas
NANDA (00201)
Resiko Ketidakefektifan perfusi jaringan otak
Definisi : Rentan mengalami penurunan sirkulasi jaringan otak yang dapat
mengganggu kesehatan
Faktor resiko 10. Stenosis karotid
1. Penyalagunaan zat 11. Aneurisma serebral
Populasi beresiko 12. Koagulasi
1. Baru terjadi infark Miokard 13. Kardiomiopati dilatasi
Kondisi terkait 14. Koagulasi intravaskuler diseminata
1. Masa tromboplastik parsial (PTT) 15. Embolisme
abnormal 16. Hiperkolesterolemia
2. Masa protrombin (PT) abnormal 17. Hipertensi
3. Segmen dinding ventrikel 18. Endokarditis infektif
kiriakinetik 19. Katub prostetik mekanis
4. Arteriosklerosis aortik 20. Stenosis mitral
5. Diseksi arteri 21. Agens farmaseutika
6. Fibrilasi arteri 22. Sindroma sick sinus
7. Miksoma atrium 23. Program pengobatan
8. Cedera otak
9. Neoplasma otak
SKALSKALA
COME
OUTCOME 1 2 3 4 5 NA
A OUTKESELURUHAN
HAN
INDIK
ATOR
040605 Kegelisaan 1 2 3 4 5 NA
040606 kelesuhan 1 2 3 4 5 NA
040609 Muntah 1 2 3 4 5 NA
040610 cegukan 1 2 3 4 5 NA
040616 Demam 1 2 3 4 5 NA
NOC
Manajemen edema serebral
Defenisi : keterbatasan injuri serebral sekunder akibat dari pembengkakkan
jaringan otak
Aktifitas-aktifitas 14. Berikan sedasi, sesuai kebutuhan
1. Monitoring adanya kebingungan, 15. Catat perubahan pasien dalam
perubahan pikiran, keluhan pusing, berespon terhadap stimulasi
pingsan 16. Berikan anti kejang, sesuai
2. Monitoring status neurologi dengan kebutuhan
ketat dan bandingkan dengan nilai 17. Hindari fleksi leher, atau fleksi
normal ekstrem pada lutut atau punggung
3. Monitorinf tanda-tanda vital 18. Berikan pelunak feses
4. Monitoring karakteristik cairan 19. Posisikan tinggi kepala tempat
serebrospinal: warna, kejernihan, tidur 30 derajat atau lebih
konsistensi 20. Hindari penggunaan PEEP
5. Catat cairan serebrospinal 21. Berikan agen paralisis, sesuai
6. Monitoring CVP, PAWP, dan PAP, kebutuhan
sesuai kebutuhan 22. Dorong keluarga/orang yang
7. Monitoring TIK dan CPP penting untuk berbicara kepada
8. Analisa pola TIK pasien
9. Monitoring status pernapasan : 23. Batasi cairan
frekuuensi, irama, kedalaman 24. Hinari cairan hipotonik
pernapasan, PaO2, PCO2, pH, 25. Monitoring nilai-nilai
bikrbonat laboratorium: osmolar serum dan
10. Biarkan TIK kembali ke nilai urin, natrium, kalium
sebelumnya 26. Monitoring indeks tekanan volume
11. Minitoring TIK pasien dan respon 27. Lakukan latihan ROM pasif
neurologi terhadap aktifitas 28. Monitoring intake dan output
perawatan 29. Pertahankan suhu normal
12. Kurangi stimulasi dalam 30. Berikan diuretik osmotik atau
lingkungan pasien active loop
13. Rencanakan asukan keperawatan 31. Lakukan tindakan pencegahan
untuk memberikan periode istirahat terjadinya kejang
1. Pengkajian
1.1 Identitas Pasien
Nama : Tn. D
Umur : 65 tahun
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status marital : Menikah
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Swasta
Asuransi : BPJS
Suku bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Pesantren-Kediri
Tanggal Masuk : 12 MEI 2020
Tanggal Pengkajian : 13 MEI 2020
No Register : 120520
Diagnosa Medis : Cidera Kepala
Genogram
65
Keterangan:
: Perempuan : Tinggal serumah
5) Riwayat sosiokultural :
Keluarga pasien megatakan Tn. D dapat berhubungan baik dengan keluarga,
masyarakat, lingkungan. Saat dirumah sakit pasien dapat beradaptasi dengan
pasien lainnya dan dapat bekerjasama dengan tim kesehatan.
b. Tanda-tanda vital
Suhu : 37.8 °C
Nadi : 112 x/mnt
Nafas : 28x/mnt
Tekanan darah : 160/110 mmHg
e. Abdomen
Inspeksi : tampak simetris, tidak ada hiperpigmentasi, tidak ada lesi atau
bekas operasi, tidak ada pembesaran
Auskultasi : bising usus 10 x/menit
Palpasi : tidak teraba masa/ pembesaran, tidak ada distensi, tidak ada nyeri
tekan
Perkusi : bunyi timpani
f. Ekstremitas
MMT 4 5
5 5
Keterangan :
5 :dapat bergerak bebas, dengan melawan gravitasi dan tahanan maksimal
4 : dapat bergerak bebas dengan melawan gravitasi, tahanan minimal
3 : dapat bergerak bebas dengan melawan gravitasi full ROM
2 : otot ada kontraksi, 1-2 otot
1 : otot tidak ada kontraksi
g. Genetalia
Tidak terkaji
h. Anus
Tidak terkaji
ANALISIS DATA
TANDA
TANGGAL DIAGNOSA TANGGAL
NO. TANGA
MUNCUL KEPERAWATAN TERATASI
N
1. 24 April 2020 Ketidakefektifan pola nafas 24 April 2020
berhubungan dengan
hiperventilasi ditandai dengan,
respirasi : 28 x/menit,
terpasang O2 5 Lpm,
Resiko ketidakefektifan
2. 24 April 2020 24 April 2020
perfusi jaringan serebral
berhubungan dengan cedera
otak ditandai dengan TD :
160/100 mmHg, Nadi : 112
x/menit, CRT 4 detik, SaO2 :
112 %, Kesadaran somnolen,
reflek pupil isokor, Hasil EKG
: sinus Takikardi
2. (Kode)
a. Dipertahankan /ditingkatkan pada
b. Dipertahankan /ditingkatkan pada
c. Dipertahankan /ditingkatkan pada
d. Dipertahankan /ditingkatkan pada
e. Dipertahankan /ditingkatkan pada
f. Dipertahankan /ditingkatkan pada
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
NAMA PASIEN : Tn.D
USIA : 65 Tahun
NO. REGISTER : 120520
INTERVENSI
NO. DIAGNOSA KEPERAWATAN RASIONAL
(NIC)
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan Monitor Pernafasan (3350)
O: 1. Mengetahui tingkat pernafasan pada pasien
dengan hiperventilasi ditandai dengan,
1. Monitor kecepatan, irama, kealaman, dan 2. Untuk mengetahui sara nafas tambahan pada
respirasi : 28 x/menit, terpasang O2 5 keslitan bernafas pasien
2. Monitor suara nafas tambahan seperti ngorok
Lpm,
atau mengi
3. Untuk mengetahui adanya perubahan saturasi
N: pada pasien
3. Catat perubahan pada saturasi O2 4. Posisi semi fowler dapat meningkatkan
4. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ekspansi paru
ventilasi
5. Bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain
untuk memberikan tindakan yang maksimal
C:
5. Konsultasi dengan tenaga kesehatan lain
mengenai penggunaan oksigen dan pemberian
nebulizer
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
NAMA PASIEN : Tn.D
USIA : 65 Tahun
NO. REGISTER : 120520
INTERVENSI
NO. DIAGNOSA KEPERAWATAN RASIONAL
(NIC)
2. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan Manajemen Edema serebral (2540)
O: 1. Mengetahui status neurologi pasien: tingkat
serebral berhubungan dengan cedera otak
1. Monitor status neurologi kesadaran
ditandai dengan TD : 160/100 mmHg, 2. Untuk menilai keadaan umum pasien
2. Monitoring tanda-tanda vital
Nadi : 112 x/menit, CRT 4 detik, SaO 2 :
112 %, Kesadaran somnolen, reflek pupil N :
isokor, Hasil EKG : sinus Takikardi 3. Posisikan kepala tempat tidur 30 derajat
3. Untuk menurunkan tekanan intra kranial
E:
4. Memberikan efek relaksasi pada pasien dan
4. Anjurkan keluarga penting untuk berbicara
dapat menurunkan TIK
pada pasien
TINDAKAN KEPERAWATAN
NAMA PASIEN : Tn.D
USIA : 65 Tahun
NO. REGISTER : 120520
NO. TANDA
NO. TGL/JAM TINDAKAN KEPERAWATAN
DX TANGAN
1. Dx.1 13/05/2020 1. Memonitor kecepatan, irama, kealaman, dan
08.30 keslitan bernafas
2 Dx.2 08.45
1. Memonitor status neurologi
08.50
2. Memonitoring tanda-tanda vital
09.00
3. Memposisikan kepala tempat tidur 30 derajat
10.15
4. Menganjurkan keluarga penting untuk berbicara
pada pasien
CATATAN PERKEMBANGAN
2 Dx.2
12.00 S: -
O:
1. Kesadaran Somnolen
2. TD : 160/100mmHg
3. SaO2 : 98 %
4. Nadi : 112 x/menit
5. Crt > 3 dtk
A: Masalah Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan
serebral belum teratasi
1. Monitor status neurologi
2. Monitoring tanda-tanda vital
3. Posisikan kepala tempat tidur 30 derajat
4. Anjurkan keluarga penting untuk berbicara
pada pasien
TINDAKAN KEPERAWATAN
NAMA PASIEN : Tn.D
USIA : 65 Tahun
NO. REGISTER : 120520
NO. TANDA
NO. TGL/JAM TINDAKAN KEPERAWATAN
DX TANGAN
1. Dx.1 14/05/2020
08.30 1. Memonitor kecepatan, irama, kealaman, dan
keslitan bernafas
08.40
2. Memonitor suara nafas tambahan seperti ngorok
atau mengi
2 Dx.2 08.45
1. Memonitor status neurologi
08.50
2. Memonitoring tanda-tanda vital
09.00
3. Memposisikan kepala tempat tidur 30 derajat
10.15
4. Menganjurkan keluarga penting untuk berbicara
pada pasien
CATATAN PERKEMBANGAN
2 Dx.2 12.00 S: -
O:
1. Kesadaran Somnolen
2. TD : 130/90mmHg
3. SaO2 : 98 %
4. Nadi : 92 x/menit
5. Crt > 3 dtk
A: Masalah Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan
serebral belum teratasi
1. Monitor status neurologi
2. Monitoring tanda-tanda vital
3. Posisikan kepala tempat tidur 30 derajat
4. Anjurkan keluarga penting untuk berbicara
pada pasien