Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bencana merupakan kejadian yang tiba-tiba atau musibah yang
besar yang menganggu susunan dasar dan fungsi normal dari suatu
masyarakat (atau komunitas). Satu kejadian atau serangkaian kejadian
yang menimbulkan korban dan atau kerusakan atau kerugian harta benda,
infrastruktur, pelayanan-pelayanan yang penting atau sarana kehidupan
pada satu skala yang brada diluar kapasitas normal dari komunitas-
komunitas yang terlanda untuk mengatasinya.
Bencana kadang kala juga dapat menggambarkan situasi bencana
besar dimana pola-pola normal khidupan (atau ekosistim) teah terganggu
dan intervensi-intervensi darurat dan luar biasa diperlukan untuk
menyelamatkan dan mengamankan kehidupan manusia dan atau
lingkungan. Bencana-bencana sering dikategorikan sesuai dengan
penyebab-penyebab yang dirasakan dan kecepatan dampak.
Bencana alam merupakan peristiwa luar biasa yang dapat
menimbulkan penderitaan luar biasa pula bagi yang mengalaminya.
Bencana alam juga tidak hanya menimbulkan luka atau cedera fisik, tetapi
juga menimbulkan dampak psikologis atau kejiwaan. Hilangnya harta
benda dan nyawa dari orang-orang yang dicintainya, membuat sebagian
korban bencana alam mengalami stress atau gangguan kejiwaan. Hal
tersebut sangat berbahaya terutama bagi anak-anak yang dapat terganggu
perkembangan jiwanya. Mengingat dampak yang luar biasa tersebut, maka
penanggulangan bencana alam harus dilakukan dengan menggunakan
prinsip dan cara yang tepat. Selain itu, penanggulangan bencana alam juga
harus menyeluruh tidak hanya pada saat terjadi bencana tetapi pencegahan
sebelum terjadi bencana dan rehabilitas serta rekonstruksi setelah terjadi
bencana.

1
Profesi keperawatan bersifat luwes dan mencakup segala kondisi,
dimana perawat tidak hanya terbatas pada pemberian asuhan dirumah sakit
saja melainkan juga dituntut mampu bekerja dalam kondisi siaga tanggap
bencana. Situasi penanganan antara keadaan siaga dan keadaan normal
memang sangat berbeda, sehingga perawat harus mampu secara skill dan
teknik dalam menghadapi kondisi seperti ini.
Kegiatan pertolongan medis dan perawatan dalam keadaan siaga
bencana dapat dilakukan oleh proesi keperawatan. Berbekal pengetahuan
dan kemampuan yang dimiliki seorang perawat bisa melakukan
pertolongan siaga bencana dalam berbagai bentuk.
Dalam penulisan makalah ini akan dijelaskan pentingnya peran
perawat dalam situasi tanggap bencana, bentuk dan peran yang bisa
dilakukan perawat dalam keadaan tanggap bencana.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan beberapa
masalah, yaitu:
1. Apa pengertian bencana itu?
2. Siapa saja kelompok yang rentan bencana ?
3. Bagaimana Fase-fase bencana?
4. Bagaimana Paradigma penanggulangan Bencana?
5. Bagaimana Pengurangan Risiko Bencana?
6. Bagaimana Peran perawat Dalam tanggap Bencana?
7. Bagaimana Managemen Bencana?
8. Bagaimana peran perawat dalam managemen Bencana?
9. Bagaimana peran perawat dalam siklus bencana ?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat mengetahui Bencana.

2
2. Mahasiswa dapat mengetahui kelompok mana sajayang rentan
bencana
3. Mahasiswa dapat mengetahui Fase-fase bencana.
4. Mahasiswa dapat mengetahui Paradigma penanggulangan Bencana.
5. Mahasiswa dapat mengetahui Pengurangan Risiko Bencana.
6. Mahasiswa dapat mengetahui Peran perawat Dalam tanggap Bencana.
7. Mahasiswa dapat mengetahui Managemen Bencana.
8. Mahasiswa dapat mengetahui peran perawat dalam managemen
Bencana.
9. Mahasiswa dapat mengetahui peran perawat dalam siklus bencana.

3
BAB II
TINJAUAN TEOR1

A. Bencana
Definisi Bencana menurut WHO (2012) adalah setiap kejadian
yang menyebabkan kerusakan gangguan ekologis, hilangnya nyawa
manusia, atau memburuknya derajat kesehatan atau pelayanan kesehatan
dalam skala tertentu yang memerlukan respon dari luar masyarakat dan
wilayah yang terkena.
Bencana dapat juga didefinisikan sebagai situasi dankondisi yang
terjadi dalam kehidupan masyarakat.
Jenis-jenis bencana:
1. Bencana alam (natural disaster), yaitu kejadian-kejadian alami seperti
banjir, genangan, gempa bumi, gunung meletus dan lain sebagainya.
2. Bencana ulah manusia (man-made disaster), yaiut kejadian-kejadian
karena perbuatan manusia seperti tabrakan pesawat udara atau
kendaraan, kebakaran, ledakan, sabotase dan lainnya.
Bencana berdasarkan cakupan wilayahnya terdiri atas:
1. Bencan Lokal, bencana ini memberikan dampak pada wilayah
sekitarnya yang berdekatan, misalnya kebakaran, ledakan, kebocoran
kimia dan lainnya.
2. Bencana regional, jenis bencan ini memberikan dampak atau pengaruh
pada area geografis yang cukup luas dan biasanya disebabkan leh
faktor alam seperti alam, banjir, letusan gunung dan lainnya.
B. Kelompok yang Rentan Bencana
Kerentanan adalah keadaan atau sifat (perilaku) manusia atau masyarakat
yang menyebabkan ketidakmampuan menghadapi bahaya atau ancaman
dari potensi bencana untuk mencegah, menjinakkan, mencapai kesiapan
dan menanggapi dampak bahaya tertentu.
Kerentanan terbagi atas:

4
1. Kerentanan fisik, kerentanan yang dihadapi masyarakat dalam
menghadapi ancaman
2. bahaya tertentu, misalnya kekuatan rumah bagi masyarakat yang
tinggal di daerah rawan gempa.
3. Kerentanan ekonomi, kemampuan ekonomi individu atau masyarakat
dalam pengalokasian sumber daya untuk pencegahan serta
penanggulangan bencana.
4. Kerentanan social, kondisi social masyarakat dilihat dari aspek
pendidikan, pengetahuan tentang ancaman bahaya dan rsiko bencana.
5. Kerentanan lingkungan, keadaan disekitar masyarakat tinggal.
Misalnya masyarakat
6. yang tinggal di lereng bukit atau pegunungan rentan terhadap
ancaman bencana tanah longsor.

C. Fase-Fase Bencana
Menurut Barbara santamaria (2011),ada tiga fase dapat terjadinya
suatu bencana yaitu fase pre impact,impact,dan post impact
1. Fase pre impact merupakan warning phase,tahap awal dari
bencana.Informasi didapat dari badan satelit dan meteorologi
cuaca.Seharusnya pada fase inilah segala persiapan dilakukan dengan
baik oleh pemerintah,lembaga dan masyarakat.
2. Fase impact Merupakan fase terjadinya klimaks bencana.inilah saat-
saat dimana manusia sekuat tenaga mencoba untuk bertahan
hidup.fase impact ini terus berlanjut hingga tejadi kerusakan dan
bantuan-bantuan yang darurat dilakukan.
3. Fase post impact merupakan saat dimulainya perbaikan dan
penyembuhan dari fase darurat.Juga tahap dimana masyarakat mulai
berusaha kembali pada fungsi kualitas normal.Secara umum pada fase
post impact para korban akan mengalami tahap respons fisiologi mulai
dari penolakan (denial),marah (angry),tawar –menawar
(bargaing),depresi (depression),hingga penerimaan (acceptance).

5
Permasalahan dalam penanggulangan bencana
Secara umum masyarakat Indonesia termasuk aparat pemerintah
didaerah memiliki keterbatasan pengetahuan tentang bencana seperti
berikut :
1. Kurangnya pemahaman terhadap karakteristik bahaya
2. Sikap atau prilaku yang mengakibatkan menurunnya kualitas SDA
3. Kurangnya informasi atau peringatan dini yang mengakibatkan
ketidaksiapan
4. Ketidakberdayaan atau ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman
bahaya

D. Paradigma Penanggulanngan Bencana


Konsep penanggulangan bencana telah mengalami pergeseran
paradigm dari konfensional yakni anggapan bahwa bencana merupakan
kejadian yang tak terelakan dan korban harus segera mendapatkan
pertolongan, ke paradigm pendekatan holistic yakni menampakkan
bencana dalam tatak rangka menejerial yang dikenali dari bahaya,
kerentanan serta kemampuan masyarakat. Pada konsep ini dipersepsikan
bahwa bencana merupakan kejadian yang tak dapat dihindari, namun
resiko atau akibat kejadian bencana dapat diminimalisasi dengan
mengurangi kerentanan masyarakatyang ada dilokasi rawan bencan serta
meningkatkan kapasitas masyarakat dalam pencegahan dan penangan
bencana.

E. Pengurangan Risiko Bencana


Tahapan penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi:
1. Pra bencana, pada tahapan ini dilakukan kegiatan perencanaan
penanggulangan bencana, pengurangan risiko bencana, pencegahan,
pemaduan dalam perencanaan pembangunan, persyaratan analisis
risiko bencana, penegakan rencana tata ruang, pendidikan dan
peletahihan serta penentuan persyaratan standar teknis

6
penanggulangan bencana (kesiapsiagaan, peringatan dini dan mitigasi
bencana).
2. Tanggap darurat, tahapan ini mencakup pengkajian terhadap loksi,
kerusakan dan sumber daya; penentuan status keadan darurat;
penyelamatan dan evakuasi korban, pemenuhan kebutuhan dasar;
pelayanan psikososial dan kesehatan.
3. Paska bencana, tahapan ini mencakup kegiatan rehabilitasi (pemulihan
daerah bencana, prasaranan dan saran umum, bantuan perbaikan
rumah, social, psikologis, pelayanan kesehatan, keamanan dan
ketertiban) dan rekonstruksi (pembangunan, pembangkitan dan
peningkatan sarana prasarana termasuk fungsi pelayanan kesehatan.

F. Perawat Sebagai Profesi


Perawat adalah salah satu profesi di bidang kesehatan , sesuai
dengan makna dari profesi maka seseorang yang telah mengikuti
pendidikan profesi keperawatan seyogyanya mempunyai kemampuan
untuk memberikan pelayanan yang etikal dan sesuai standar profesi serta
sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya baik melalui pendidikan
formal maupun informal, serta mempunyai komitmen yang tinggi terhadap
pekerjaan yang dilakukannya (Nurachmah, E 2014)
Perry & Potter (2011), mendifinisikan bahwa seorang perawat dalam
tugasnya harus berperan sebagai:kolaborator, pendidik, konselor,change
agent dan peneliti. Keperawatan mempunyai karakteristik profesi yaitu
memiliki body of knowledge yang berbeda dengan profesi lain, altruistik,
memiliki wadah profesi, mempunyai standar dan etika profesi,
akontabilitas, otonomi dan kesejawatan.
(Leddy & Pepper, 2013 dalam Nurachmah, E, 2014)
Berdasarkan karakteristik di atas maka pelayanan keperawatan merupakan
pelayanan profesional yang manusiawi untuk memenuhi kebutuhan klien
yang unik dan individualistik diberikan oleh tenaga keperawatan yang
telah dipersiapkan melalui pendidikan lama dan pengalaman klinik yang

7
memadai. Perawat harus memiliki karakteristik sikap caring yaitu
competence,confidence, compassion, conscience and commitment (ANA,
2010 dalam Nurachmah, 2014). Pelayanan keperawatan yang optimal
dapat dicapai jika perawat sudah profesional.
Peran perawat
Peran adalah seperangkat perilaku yang diharapkan secara sosial
yang berhubungan dengan fungsi individu pada berbagai kelompok
sosial.Tiap individu mempunyai berbagai peran yang terintegrasi dalam
pola fungsi individu. Peran adalah seperangkat tingkah laku yang
diharapkan oleh orang lain terhadap kedudukannya dalam sistem ( Zaidin
Ali , 2012,). Menurut Gaffar (2011) peran perawat adalah segenap
kewenangan yang dimiliki oleh perawat untuk menjalankan tugas dan
fungsinya sesuai dengan kompetensi yang dimiliki.

G. Managemen Bencana
Ada 3 aspek mendasar dalam management bencana, yaitu:
1. Respons terhadap bencana
2. Kesiapsiagaan menghadapi bencana
3. Mitigasi efek bencana
Managemen siaga bencana membutuhkan kajian yang matang
dalam setiap tindakan yang akan dilakukan sebelum dan setelah terjun
kelapangan. Ada beberapa hal yang bisa dijadikan pedoman, yaitu:
1. Mempersiapkan bentuk kegiatan yang akan dilakukan
Setelah mengetahui sebuah kejadian bencana alam beserta situasi di
tempat kejadian, hal yang terlebih dahulu dilakukan adalah memilih
bentuk kegiatan yang akan diangkatkan, seperti melakukan
pertolongan medis, pemberian bantuan kebutuhan korban, atau
menjadi tenaga relawan. Setelah ditentukan, kemudian baru dilakukan
persiapan mengenai alat alat, tenaga, dan juga keperluan yang akan
dibawa disesuaikan dengan alur dan kondisi masyarakat serta medan
yang akan ditempuh.

8
2. Melakukan tindakan yang telah direncanakan sebelumnya.
Hal ini merupakan pokok kegiatan siaga bencana yang dilakukan,
segala hal yang dipersiapkan sebelumnya, dilakukan dalam tahap ini,
sampai jangka waktu yang disepakati.
3. Evaluasi kegiatan
Setiap selesai melakukan kegiatan, perlu adanya suatu evaluasi
kegiatan yang dilakukan, evaluasi bisa dijadikan acuan, introspeksi,
dan pedoman melakukan kegiatan selanjutnya. Alhasil setiap kegiatan
yang dilakukan akan berjalan lebih baik lagi dari sebelumnya.

H. Peran Perawat Dalam Siklus Bencana


1. Fase Preimpact (sebelum), merupakan warning fase , tahap awal dari
bencana. Informasi didapat dari badan satelit dan meteorologi cuaca.
Seharusnya pada fase inilah segala persiapan dilakukan baik oleh
pemerintah, lembaga, dan warga masyarakat. Saat ini perawat
memiliki berbagai jalur pendidikan, mulai dari D3, D4, S1, Spesialis,
dan Master. Namun apa yang ditemui di lapangan masih ada perawat
yang bekerja tidak sesuai dengan keilmuannya. Bila perawat itu
adalah S1 maka tugas utamanya adalah peneliti, bila D3 maka tugas
utamanya adalah perawat pelaksana. Posisi perawat sendiri dalam
manajemen bencana fase ini adalah sebagai tenaga medis formal yang
bekerja dalam disiplin ilmunya atau tenaga medis informal yang dapat
sewaktu-waktu melayani masyarakat.
2. Fase Impact (Saat) merupakan fase terjadinya klimaks dari bencana.
Inilah saat-saat dimana manusia sekuat tenaga mencoba untuk
bertahan hidup (survive). Fase impact ini terus berlanjut hingga terjadi
kerusakan dan bantuan-bantuan darurat dilakukan.Posisi perawat
dalam manajemen bencana fase impact adalah sebagai 7 bagian dari
komunitas dalam masyarakat yang mampu menjadikatalisator untuk
mengatasi persoalan medis dan non medis pertolongan bencana.

9
3. Fase Postimpact (Setelah) merupakan saat dimulainya perbaikan dan
penyembuhan dari fase darurat, juga tahap dimana masyarakat mulai
berusaha kembali pada fungsi komunitas normal. Secara umum dalam
fase postimpact ini para korban akan mengalami tahap respon
psikologis mulai penolakan, marah, tawar-menawar, depresi hingga
penerimaan.Posisi perawat fase ini adalah sebagaiteam kesehatan yang
bekerja sama dengan lintas sektoral lainnya menangani masalah
kesehatan dan sebagai model untuk penyembuhan trauma masyarakat
pasca bencana.
Efendi & Makhfudli, 2009 mengemukakan bahwa peran perawat pada pre,
intra dan pasca bencana meliputi:
1. Peran Perawat Pada Fase Pre-Impact
a. Perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi tenaga
kesehatan dalam penanggulangan bencana untuk setiap fasenya.
b. Perawat ikut serta dalam berbagai dinas pemerintahan , organisasi
lingkungan.
c. palang merah nasional, maupun lembaga-lembaga
kemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan simulasi
persiapan menghadapi ancaman bencana kepada masyarakat.
d. Perawat terlibat dalam program promosi kesehatan untuk
meningkatkan kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana
yang meliputi hal-hal berikut:
1) Usaha pertolongan diri sendiri ( pada masyarakat tersebut)
2) Pelatihan pertolongan pertama dalam keluarga seperti
menolong anggota keluarga yang lain.
3) Pembekalan informasi tentang bagaimana menyiapkan dan
membawa persediaan makanan dan penggunaan air yang
aman.
e. Perawat juga dapat memberikan alamat atau nomor telfon darurat,
seperti pemadam kebakaran, rumah sakit dan ambulance.

10
f. Memberi informasi tenpat-tempat alternatif penampungan atau
posko-posko bencana.
g. Memberikan informasi mengenai peralatan yang disediakan.

2. Peran Perawat dalam Fase Impact


a. Bertindak cepat
b. Berkonsentrasi penuh terhadap tindakan yang dilakukan.
c. Koordinasi dan menciptakan kepemimpinan (coordination and
create leadership)

3. Peran Perawat dalam Fase Post-impact


a. Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaan fisik,
sosial dan psikologis tertentu.
b. Stres psikologis yang terjadi dapat terus berkembang hingga
terjadi post-trumatic stress disorder (PTSD) yang merupakan
sindrom dengan tiga kriteria utama. Pertama, gejala trauma pasti
dapat dikenali. Kedua, individu tersebut mengalami gejala ulang
traumanya melalui flashback, mimpi, ataupun peristiwa-peristiwa
yang memacunya. Ketiga, individu akan menunjukkan gangguan
fisik. Selain itu, individu dengan PTSD dapat mengalami
penurunan konsentrasi, perasaan bersalah, dan gangguan
memori.
c. Tim kesehatan bersama masyarakat dan profesi lain yang terkait
bekerja sama dengan unsur lintas sektor menangani masalah
kesehatan masyarakat pasca gawat darurat serta mempercepat
fase pemulihan (recovery) menuju keadaan sehat dan aman.

11
BAB III
PEMBAHASAN

A. Peran Perawat Dalam Tanggap Bencana


Pelayanan keperawatan tidak hanya terbatas diberikan pada instansi
pelayanan kesehatan seperti rumah sakit saja.Tetapi, pelayanan
keperawatan tersebut juga sangat dibutuhkan dalam situasi tanggap
bencana.
Perawat tidak hanya dituntut memiliki pengetahuan dan
kemampuan dasar praktek keperawatan saja, Lebih dari itu, kemampuan
tanggap bencana juga sangat di butuhkan saaat keadaan darurat. Hal ini
diharapkan menjadi bekal bagi perawat untuk bisa terjun memberikan
pertolongan dalam situasi bencana.
Namun, kenyataan yang terjadi di lapangan sangat berbeda, kita
lebih banyak melihat tenaga relawan dan LSM lain yang memberikan
pertolongan lebih dahulu dibandingkan dengan perawat, walaupun ada itu
sudah terkesan lambat.

B. Peran Perawat Dalam Managemen Bencana


1. Peran perawat dalam fase pre-impect
a. Perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan
dalam penanggulangan ancaman bencana.
b. Perawat ikut terlibat dalam berbagai dinas pemerintahan, organisasi
lingkungan, palang merah nasional, maupun lembaga-lembaga
pemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan simulasi
persiapan menghadapi ancaman bencana.
c. Perawat terlibat dalam program promosi kesehatan untuk
meningkatkan kesiapan masyarakat dalam mengahdapi bencana.
2. Peran perawat dalam fase impact
a. Bertindak cepat

12
b. Don’t promise. Perawat seharusnya tidak menjanjikan apapun
dengan pasti dengan maksud memberikan harapan yang besar pada
korban yang selamat.
c. Berkonsentrasi penuh pada apa yang dilakukan
d. Kordinasi dan menciptakan kepemimpinan
e. Untuk jangka panjang, bersama-sama pihak yang tarkait dapat
mendiskusikan dan merancang master plan of revitalizing, biasanya
untuk jangka waktu 30 bulan pertama.
3. Peran perawat dalam fase post impact
a. Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaan fisik,
fisikologi korban
b. Stress fisikologi yang terjadi dapat terus berkembang hingga terjadi
post traumatic stress disorder (PTSD) yang merupakan sindrom
dengan 3 kriteria utama. Pertama, gejala trauma pasti dapat
dikenali. Kedua, individu tersebut mengalami gejala ulang
traumanya melalui flashback, mimpi, ataupun peristiwa-peristiwa
yang memacuhnya. Ketiga, individu akan menunjukan gangguan
fisik. Selain itu, individu dengan PTSD dapat mengalami
penurunan konsentrasi, perasaan bersalah dan gangguan memori.
c. Tim kesehatan bersama masyarakat dan profesi lain yang terkait
bekerja sama dengan unsure lintas sektor menangani maslah
keehatan masyarakat paska gawat darurat serta mempercepat fase
pemulihan (recovery) menuju keadaan sehat dan aman.

13
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bencana alam merupakan sebuah musibah yang tidak dapat diprediksi
kapan datangnya. Apabila bencana tersebut telah datang maka akan
menimbulkan kerugian dan kerusakan yang membutuhkan upaya pertolongan
melalui tindakan tanggap bencana yang dapat dilakukan oleh perawat.
Indonesia sebagai negara rawan bencana perlu memaksimalkan peran
perawat sebagai tenaga kesehatan yang besar dan bersentuhan langsung
dengan korban bencana.Perawat dapat ditempatkan di lokasi bencana, rumah
sakit, pusat medis, atau di layanan rehabilitasi selama pemulihan.
Perawat yang dipersiapkan untuk menghadapi bencana bisa diperbantukan
dalam upaya perawatan fisik, mental, dan emosional. Sebagai langkah awal
kesiapsiagaan bencana, pemerintah perlu mengembangkan sistim pendidikan,
pelatihan, dan pembiayaan yang memadai sehingga tenaga keperawatan yang
ada tidak menjadi mubazir tetapi berguna secara maksimal
B. Saran
Sebagai seorang calon perawat diharapkan bisa turut andil dalam
melakukan kegiatan tanggap bencana.Sekarang tidak hanya dituntut mampu
memiliki kemampuan intelektual namun harus memilki jiwa kemanusiaan
melalui aksi siaga bencana.

14
KESIAPSIAGAAN PERAWAT DALAM PENATALAKSANAAN ASPEK
PSIKOLOGIS AKIBAT BENCANA ALAM: A LITERATURE REVIEW

Metode
Studi literature dari beberapa database, yaitu PubMed dan BioMedCentral
(BMC) Psychiatry. Secara total, literature review terdiri dari 10 jurnal; 4
penelitian melaporkan hasil yang efektif diantaranya pengetahuan, keterampilan,
kesadaran diri, minat, intelektual, kerjasama, dan motivasi perlu dipersiapkan
untuk mendukung penanggulangan bencana, 5 penelitian melaporkan bahwa
perawat perlu mempersiapkan diri pada aspek psikologis berupa kognitif,
intelektual, minat, sikap, pendidikan keterampilan klinis dan pemahaman
penyelamatan dengan prinsip-prinsip dasar dukungan psikososial. Satu penelitian
melaporkan hasil bahwa perlunya pelatihan bagi administrator pada manajemen
rumah sakit dalam siaga bencana.

Tempat
Jl. Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, DI Yogyakarta

Sample
10 jurnal

Cara Pengambilan Sample


Fokus utama dari literatur reviewini adalah pada kesiapsiagaan perawat
jiwa pada aspek psikologis dalam menghadapi bencana alam. Hasil
pencarian melalui review Sebanyak 288jurnal diidentifikasi dan
dilakukankriteria kelayakan. Kemudian setelah itu disaring didapatkan 68
jurnal, selanjutnya dilakukan excluded studies didapatkan 18jurnal, setelah
itu excluded studies lagi berdasarkan kriteria inklusi sehinggajumlah total artikel
yang memenuhisyarat untuk review adalah 10 jurnal.

15
Kesimpulan
Aspek psikologis harus dimiliki dan membutuhkan kesiapsiagaan pada diri
seorang perawat (Ayuba et al., 2015), khususnya perawat jiwa dalam menghadapi
bencana, aspek psikologis yang dimaksud berupa pengetahuan (kognitif),
keterampilan, intelektual, ketelitian dan kecepatan kerja, kerjasama, percaya diri,
kemandirian, ketekunan, kemampuan bahasa, kemampuan berpikir logis,
kemampuann verbal, motivasi berprestasi dan memahami perasaan orang lain.
Aspek psikologis ini sangat penting yang harus disiapkan oleh tenaga perawat
dalam menghadapi situasi kejadian bencana (Abdelghany Ibrahim, 2014),
sehingga mencegah timbulnya dampak psikologis baik pada diri perawat sendiri
maupun pada korban yang ditangani berupa gangguan kejiwaan (depresi,
kecemasandan gangguan mental lainnya) akibat bencana yang terjadi.
Analisis ini menunjukkan bahwa aspek psikologis merupakan langkah
strategis dalam upaya penanggulangan bencana pada bidang kejiwaan dan
menghindari timbul gangguan kejiwaan lainnya yang tidak diinginkan.Hasil
diambil dari jurnal yang melaporkan hasilnya dalam bahasa Inggris, berarti ada
risiko gagal memasukkan data yang relevan.Upaya ini dilakukan untuk
meminimalkan risiko studi yang hilang dengan melakukan pencarian manual
tambahan dari daftar referensi dan kontak penulis langsung untuk data yang tidak
dilaporkan langsung diartikel yang relevan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Efendi,Ferry.Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan praktik dalam


keperawatan.Jakarta.Penerbit Salemba Medika,2011.
Mepsa,Putra.2012.Peran Mahasiswa Keperawatan Dalam Tanggap
Bencana.20http://fkep.unand.ac.id/images/peran_mahasiswa_keperawatan_
dalam_tanggap_bencana.docx. Diakses tanggal 16 Oktober 2019
Kholid, Ahmad S.Kep, Ns. Prosedur Tetap Pelayanan Medik Penanggulangan
Bencana.
http://dc126.4shared.com/doc/ZPBNsmp_/preview.html. Diakses tanggal 16
Oktober 2019
Mursalin.2011.Peran Perawat Dalam Kaitannya Mengatasi Bencana. Diakses
tanggal 16 Oktober 2019
keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.Nies, M.A & McEwen, M. (2007).
Community/public health nursing: promoting the health of population.
4th edition. St.Louis, Missouri: Elselvier.
Palang Merah Indonesia. (2009). Keperawatan bencana.

17

Anda mungkin juga menyukai