Anda di halaman 1dari 20

REFERAT

TENSION TYPE HEADACHE

Disusun oleh :
Julia Qintan Rahmaningsih
1102015108

Pembimbing :
dr. Mukhdiar Kasim Sp. S

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU NEUROLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
RSUD CILEGON
PERIODE NOVEMBER-DESEMBER 2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat-Nya, penulis berhasil
menyelesaikan referat yang berjudul “Tension Type Headache”. Tujuan dari penyusunan referat
ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan kepaniteraan klinik di bagian neurologi
Rumah Sakit Umum Daerah Cilegon. Penyusunan referat ini tentu tidak lepas dari bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulisan menyampaikan
ucapan terima kasih kepada dr. Mukhdiar Kasim, Sp. S atas bimbingan, saran, kritik, dan
masukannya dalam menyusun referat ini.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada orangtua yang selalu mendoakan dan teman-teman
serta pihak-pihak yang telah mendukung dan membantu dalam pembuatan referat ini. Dalam
penulisan referat ini penulis menyadari bahwa masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak
kekurangan baik dari segi penulisan maupun dari segi isi materi. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun untuk perbaikan pada
penulisan dan penyusunan referat ini. Penulis berharap referat ini dapat membawa manfaat bagi
semua pihak. Semoga Allah SWT senantiasa membalas segala kebaikan semua pihak yang telah
membantu. Aamiin ya rabbal’alamin.

Wassalamualaikum wr. wb.

Cilegon, November 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... 2
DAFTAR ISI.................................................................................................................... 3
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................................... 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 5
2.Definisi........................................................................................................................ 5
2.2 Epidemiologi ............................................................................................................ 5
2.3 Klasifikasi ................................................................................................................ 5
2.4 Etiologi..................................................................................................................... 6
2.5 Patofisiologi ............................................................................................................. 7
2.6 Manifestasi klinis ..................................................................................................... 9
2.7 Diagnosis................................................................................................................ 10
2.8 Tatalaksana ............................................................................................................ 12
BAB III. KESIMPULAN.............................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 18

3
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Patofisiologi Nyeri kepala tipe tegang (1) ...................................................... 9


Gambar 2. Patofisiologi Nyeri kepala tipe tegang (2) ................................................... 10
Gambar 3. Area of pain tension type headache .............................................................. 12
Gambar 4. Diagnosis banding TTH dan migren………………………………………..14

4
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Obat pilihan Nyeri kepala tipe tegang akut ...................................................... 16


Tabel 2. Obat-obatan profilaksis Nyeri kepala tipe tegang ............................................ 17

5
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Sakit kepala (headache) merupakan masalah yang sering dikeluhkan pada pasien dewasa. Sakit
kepala dapat menimbulkan dampak negatif pada kehidupan orang dewasa karena karena dapat
mengganggu aktivitas sehari-hari seperti kegiatan sosial dan kapasitas kerja. Hal ini dapat
menurunkan derajat kualitas hidup seseorang.

Secara definisi nyeri kepala adalah sensasi tidak nyaman yang dirasakan di daerah kepala akibat
segala hal yang merusak atau berpotensi mengakibatkan kerusakan struktural. Areanya mencakup
intrakranial dan ekstrakranial (termasuk wajah) yang memang banyak memiliki struktur peka
nyeri.1

Klasifikasi the International Headache Society (IHS) membagi nyeri kepala menjadi 2 kategori
utama yaitu primer dan sekunder. Nyeri kepala migren mencakup migren, nyeri kepala karena
ketegangan, dan nyeri kepala cluster. Nyeri kepala sekunder terjadi karena gangguan organik lain
seperti infeksi, trombosis, penyakit metabolisme, tumor atau penyakit sistemik lain. 2

Tension Type Headache (TTH) atau nyeri kepala tipe tegang adalah nyeri kepala berulang yang
berhubungan dengan gangguan pada otot (muskular). Dapat berhubungan dengan stress atau yang
berhubungan dengan masalah muskuloskeletal pada regio leher. Tension type headache perlu
mendapatkan perhatian khusus karena keluhan yang ada pada penyakit ini dapat mengganggu
aktivitas keseharian dari penderita.2 Nyeri kepala tipe tegang merupakan nyeri kepala primer
tersering dengan prevalensi 78%. Nyeri kepala tipe ini mengenai hampir 1,4 juta orang atau 20,8%
populasi di dunia. TTH lebih sering dialami oleh pasien dewasa muda (usia >20 tahun, puncaknya
usia 30-39 tahun), terutama perempuan dua kali lebih banyak dibanding lelaki. 1

Maka dengan itu tujuan pembuatan referat ini guna memahami definisi, epidemiologi, etiologi,
patofisiologi, diagnosis dan penatalaksanaan tension type headache agar lulusan dokter mampu
menangani kasus yang paling di keluhkan pada pasien dewasa baik di layanan kesehatan primer
maupun sekunder.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Definisi

Nyeri kepala tipe tegang atau Tension Type Headache (TTH) adalah nyeri kepala berulang yang
berhubungan dengan gangguan pada otot (muscular). Dapat berhubungan dengan stress atau
yang berhubungan dengan masalah muskuloskeletal pada regio leher.Tension-type Headache
adalah nyeri kepala bilateral yang menekan (pressing squeezing), mengikat, tidak berdenyut,
tidak dipengaruhi dan tidak diperburuk oleh aktivitas fisik, bersifat ringan hingga sedang, tidak
disertai (atau minimal) mual dan atau muntah, serta disertai fotofobia atau fonofobia.2

Nyeri kepala tipe tegang atau tension type headache merupakan nyeri kepala primer tersering
dengan prevalensi 78%. Nyeri kepala tipe ini mengenai hampir 1,4 juta orang atau 20,8% populasi
di dunia. TTH lebih sering dialami oleh pasien dewasa muda (usia >20 tahun, puncaknya usia 30-
39 tahun), terutama perempuan dua kali lebih banyak dibanding lelaki.1

II.2 Epidemiologi

Tension-type Headache mewakili 70% dari seluruh nyeri kepala. Kebanyakan pasien merupakan
dewasa muda. Sekitar 60% nyeri kepala muncul pada pasien berusia >20 tahun. Tension-type
Headache lebih banyak dialami wanita dibanding pria dengan perbandingan 3:13

II.3 Klasifikasi

Berdasarkan IHS, TTH dapat dibagi menjadi TTH episodik tipe jarang (infrequent) dan sering
(frequent), serta TTH kronik, yaitu :1

1. Tension type headache episodik yang infrequent


TTH Nyeri kepala episodik yang infrequent berlangsung beberapa menit sampai beberapa
hari, nyeri bilateral, rasa menekan atau mengikat (tidak berdenyut) dengan intensitas ringan

7
sampai sedang. Nyeri tidak bertambah pada aktifitas fisik rutin, tidak didapatkan mual,
tetapi bisa terdapat fotofobia atau fonofobia.4
a. TTH episodik yang infrequent berhubungan dengan nyeri tekan perikranial
b. TTH episodik yang infrequent tidak berhubungan dengan nyeri tekan perikranial
2. Tension type headache episodik yang frequent
Nyeri kepala episodik yang frequent berlangsung beberapa menit sampai beberapa hari,
nyeri bilateral, rasa menekan atau mengikat (tidak berdenyut), intensitas ringan sampai
sedang, nyeri tidak bertambah pada aktifitas fisik rutin, tidak didapatkan mual / muntah,
tetapi mungkin terdapat fotofobia atau fonofobia.4
a. TTH episodik yang frequent berhubungan dengan nyeri tekan perikranial
b. TTH episodik yang frequent tidak berhubungan dengan nyeri tekan perikranial
3. Tension type headache kronik
Nyeri kepala yang berasal dari Tension Type Headache Episodik dengan serangan tiap hari
atau serangan episodik nyeri kepala lebih sering yang berlangsung beberapa menit sampai
beberapa hari, nyeri kepala bersifat bilateral, menekan atau mengikat (tidak berdenyut)
dengan intensitas ringan sampai sedang, dan nyeri tidak bertambah pada aktifitas fisik
rutin, kemungkinan terdapat mual fotofobia atau fonofobia ringan. 4
a. TTH kronik yang berhubungan dengan nyeri tekan perikranial
b. TTH kronik yang tidak berhubungan dengan nyeri tekan perikranial
4. Probable tension type headache1
a. Probable TTH episodik yang infrequent
b. Probable TTH episodik yang frequent
c. Probable TTH kronik

II.4 Etiologi

Secara umum diklasifikasikan sebagai berikut:3

 Organik, seperti, tumor serebral, meningitis, hidrosefalus, dan sifilis

 Gangguan fungsional, misalnya: lelah, bekerja tak kenal waktu, anemia, gout, endokrin yang
abnormal, obesitas, intoksikasi, dan nyeri yang direfleksikan. Buruknya upaya kesehatan diri
sendiri (poor self-related health), tidak mampu relaks setelah bekerja, gangguan tidur, tidur
beberapa jam setiap malam, dan usia muda adalah faktor risiko TTH. 5

8
Pencetus TTH antara lain: kelaparan, dehidrasi, pekerjaan/beban yang terlalu berat (overexertion),
perubahan pola tidur, caffeine withdrawal, dan fluktuasi hormonal wanita.6 Stress dan konflik
emosional adalah pemicu tersering TTH.7

II.5 Patofisiologi

Nyeri kepala akibat TTH muncul lebih sering saat pasien terlalu lama dalam posisi kepala ditekuk
ke bawah (misalnya pada saat membaca dan menulis), sehingga otot belakang leher akan tegang,
sementara itu, pada pasien yang sering tidur dengan posisi tidak baik Nyeri kepala muncul akibat
mereka sering kali tidur menggunakan bantak yang terlalu tinggi. Hal ini dapat menyebabkan otot
leher belakang akan tertekan lebih kuat.1

Kontraksi otot yang terus menerus akan menyebabkan turunnya perfusi darah dan lepasnya
substansi pemicu nyeri (laktat, asam piruvat, dan sebagainya). Substansi-sibstansi ini kemudian
menstimulasi saraf yang kemudian akan menghasilkan sensasi nyeri pada otot dan ligamen yang
dipersarafi. nyeri ini akan bersifat tumpul. Pada TTH, nyeri muncul pada otot leher belakang di
daerah oksipital. Pada waktu yang bersamaan, nyeri akan menjalar melewati sisi retroorbita. Oleh
karena itu, Nyeri juga dapat dirasakan pada daerah-daerah tersebut. sementara itu, pada otot dan
ligament yang tidak terlalu banyak mendapat persarafan, sensasi yang akan dirasakan adalah
pegal.1

Gambar 1. Patofisiologi Nyeri kepala tipe tegang (1) 1

9
Gambar 2. Patofisiologi Nyeri kepala tipe tegang (2) 1

Stress dan depresi

Stress dan depresi bukan merupakan pemicu langsung munculnya TTH, melainkan menyebabkan
munculnya kontraksi otot yang berlebihan, sehingga terjadi defisiensi suplai oksigen dan
pelepasan substansi pemicu nyeri. Selain itu sirkulasi darah bisa menurun hingga 50% pada saat
stress.1

Adanya stress fisik (kelelahan) akan menyebabkan pernafasan hiperventilasi sehingga kadar CO2
dalam darah menurun yang akan mengganggu keseimbangan asam basa dalam darah. Hal ini akan
menyebabkan terjadinya alkalosis yang selanjutnya akan mengakibatkan ion kalsium masuk ke
dalam sel dan menimbulkan kontraksi otot yang berlebihan sehingga terjadilah nyeri kepala. Stress
mengaktifasi saraf simpatis sehingga terjadi dilatasi pembuluh darah otak selanjutnya akan
mengaktifasi nosiseptor lalu aktifasi aferen gamma trigeminus yang akan menghasilkan
neuropeptida (substansi P). Neuropeptida ini akan merangsang ganglion trigeminus (pons).8

Stress dapat dibagi menjadi 3 tahap yaitu alarm reaction, stage of resistance, dan stage of
exhausted :8

 Alarm reaction dimana stress menyebabkan vasokontriksi perifer yang akan mengakibatkan
kekurangan asupan oksigen lalu terjadilah metabolisme anaerob. Metabolisme anaerob akan
10
mengakibatkan penumpukan asam laktat sehingga merangsang pengeluaran bradikinin dan enzim
proteolitik yang selanjutnya akan menstimulasi jaras nyeri.

 Stage of resistance dimana sumber energi yang digunakan berasal dari glikogen yang akan
merangsang peningkatan aldosteron, dimana aldosteron akan menjaga simpanan ion kalium.

 Stage of exhausted dimana sumber energi yang digunakan berasal dari protein dan aldosteron
pun menurun sehingga terjadi deplesi K+. Deplesi ion ini akan menyebabkan disfungsi saraf.

Hipotensi dan anemia

Pasien dengan hipotensi dan anemia lebih sering terkena TTH. Hal ini berkaitan dengan rendahnya
suplai oksigen menuju otot yang mengkibatkan kondisi iskemia pada otot. Pada kasus hipotensi,
Nyeri kepala muncul karena suplai oksigen merupakan konsekuensi dari berkurangnya perfusi
darah ke oror akibat rendahnya tekanan pada pembuluh darah. Sementara itu suplai oksigen pada
pasien dengan anemua terjadi akibat kurangnya sel darah merah yang mengangkut oksigen ke
jaringan.1

Sensitisasi sentrak dan perifer

Nyeri dan stress yang berulang terus menerus akan menyebabkan turunnya ambang Nyeri. Nyeri
akan lebih mudah muncul oleh penyebab yang sederhana sekalipun, dengan durasi yang lebih
lama. Hal ini akan memicu stress seterusnya.1

II.6 Manifestasi klinis

Karakteristik Nyeri kepala ini adalah bilateral, menekan atau mengikat, tidak berdenyut dengan
intensitas ringan sampai sedang, serta rasa tegamg di sekitar leher dan kepala belakang. Oleh
karena mekanisme kerjanya yang berbeda dengan migren, maka pada TTH seharusnya tidak
ditemukan adanya mual atau muntah dan akan berlangsung lebih lama. Walaupun durasinya bisa
lebih panjang, Nyeri pada TTH tidak seberat migren sehingga sering terabaikan. Hal ini yang
menyebabkan TTH lebih cenderung kronik dan lebih sulit untuk di terapi secara sederhana.

Pada kasus TTH kronik pasien juga umumnya mengeluh insomnia, Nyeri kepala saat di pagi hari,
penurunan berat badan, susah berkonsentrasi dan mudah lelah. Nyeri biasanya dipicu keadaan stes

11
dana tau cemas, kelelahan, depresi, posisi tidur atau bekerja yang tidak baik, kurang tidur dan
kebiasaan merokok.1

Pemeriksaan fisik secara umum dan neurologis seharusnya dalam batas normal untuk
menyingkitkan Nyeri keala sekunder yang memiliki karakteristik mirip TTH. Pada keadaan
tertentu dapat ditemukan adanya trigger point yaitu daerah otot yang tegang sehingga
menimbulkan Nyeri tekan di area leher dan kepala.1

Gambar 3. Area of pain tension type headache

II.7 Diagnosis dan diagnosis banding

Kriteria diagnosis TTH episodic tipe jarang (infrequent) adalah:1,9

1. Sekurang-kurangnya terdapat 10 episode serangan dengan rerata <1 hari/bulan (<12


hari/tahun) dan memenuhi kriteria 2-5
2. Nyeri kepala dapat berlangsung 30 menit hingga 7 hari
3. Nyeri kepala memiliki paling tidak 2 gejala khas, yaitu :
a. Bilateral
b. Terasa menekan atau mengikat (bukan berdenyut)
c. Intensitasnya ringan hingga sedang
d. Tidak diperberat dengan aktivitas rutin seperti berjalan atau naik tangga

12
4. Tidak didapatkan keluhan atau gejala berupa:
a. Mual atau muntah (walaupun pasien mengeluhkan anoreksia)
b. Fotofobia atau fonofobia
5. Tidak berkaitan dengan kelainan lain pada kepala atau organ tubuh lainnya (bukan Nyeri
kepala sekunder)

Mirip dengan TTH episodic tipe jarang, TTH episodic tipe sering mempunyai frekuensi yang
lebih sering pada kriteria pertama, yaitu paling tidak terdapat 10 episode serangan dalam 1-15
hari/bulan selama oaling tidak 3 bulan (12-180 hari/tahun).

Kriteria diagnostic TTH kronik adalah :

1. Nyeri kepala yang terjadi ≥15 hari dan berlangsung >3 bulan (≥180 hari/tahun)
2. Nyeri kepala ini harus memenuhi kriteria berikut :
a. Berlangsung beberapa jam ataau secara terus menerus
b. Nyeri kepala memiliki sekurangnya 2 karakteristik beirkut :
- Lokasi bilateral
- Terasa menekan atau mengikat (bukan berdenyut)
- Intensitas ringan hingga sedang (dapat mengganggu aktivitas tetapi pasien masih
bisa beraktivitas)
- Tidak memberat dengan aktivitas fisik rutin seperti berjalan atau naik tangga
3. Tidak didapatkan :
a. Lebih daru satu keluhan yaitu fotofobia, fonofobia atau mual
b. Muntah
4. Tidak berkaitan dengan kelainan lain pada kepala atau organ tubuh lainnya (bukan Nyeri
kepala sekunder)

 Diagnosis banding

Selama tidak ada defisit neurologis, diagnosis banding TTH adalah Nyeri kepala primer lainnya,
seperti migren, TTH episodic, TTH kronik, Nyeri kepala tipe klaster, dan neuralgia trigeminal.
Wwalaupun TTH tidak boleh ditegakkan jika ada gejala-gejala migren, seperti muntah, fotopsia,
dan fonofobia namun pada migren kronik dapat menyebabkan ansieas sehingga memicu TTH.

13
Yang penting adalah anamnesis frekuensi, karakteristik durasi dan onset masing-masing Nyeri
yang berbeda, sehingga dapat ditentukan polanya. Intensitas Nyeri saat serangan migren lebih
tinggi dibanding TTH dan lebih singkat, sehingga pasien bisa kembali ke kondisi normal. 1,9

Gambar 4. Diagnosis banding TTH dan migren1

II.8 Tatalaksana

Tujuan penatalaksanaan adalah reduksi frekuensi dan intensitas nyeri kepala (terutamaTTH) dan
menyempurnakan respon terhadap terapi abortive. Terapi dapat dimulai lagi bila nyeri kepala
berulang. Masyarakat sering mengobati sendiri TTH dengan obat analgesik yang dijual bebas,
produk berkafein, pijat, atau terapi chiropractic.10

Prinsip Tatalaksana TTH meliputi :1

1. Modifikasi gaya hidup untuk mengurangi faktor pencetus TTH. Mayoritas penyebab TTH
adalah stress dan postur yang tidak benar, terutama saat duduk atau bekerja didepan
computer selama berjam-jam. Oleh karena itu perlu penguatan otot-otot belakang (back
exercise) dan olahraga rutin.

14
2. Tahap awal Tatalaksana harus dimulai dengan Edukasi faktor dan mengimplementasikan
manajemen stress guna mencegah mengurangi serangan TTH.
3. TTH akut pada umumnya dapat membaik dengan sendirinya. Namun, jika sangat
mengganggu bisa dikurangi dengan mengkonsumsi analgesic yang dapat dikombinasi
dengan kafein.
4. Tatalaksana non farmakologis berupa relaksasi, cognitive-behavioral therapy, serta
pemijatan dapat membantu menguraangi dan mencegah serangan.
5. Terapi profilaksis diberikan jika Nyeri kepala terjadi secara rutin, berhubungan dengan
pekerjaan, sekolah dan kualitas hidup, dan atau penggunaan.
6. Kesemua poin diatas perlu dilakukan secara adekuat untuk menghindari Nyeri berkembang
menjadi kronik, karena Tatalaksana akan menjadi sangat berbeda akibat telah terjadinya
sensitisasi baik sentral maupun perifer.
A. Terapi medikamentosa
o
Terapi medikamentosa diberikan pada serangan akut dan tidak boleh diberikan
lebih dari 2 hari/minggu. Piliahan untuk TTH akut adalah :1
1. Analgesic, pilihannya adalah aspirin 1000 mg/hari, parasetamol 1000 mg/hari, NSAIDs
(naproksen 660-750 mg/hari, ketoprofen 25-50 mg/hari, tol-fenamat 200-400 mg/hari,
asam mefenamat, fenoprofen, ibuprofen 800 mg/hari, diklofenak 50-100 mg/hari).
Pemberian analgesic dalam waktu lama memiliki efek samping berupa ulkus gaster,
ulkus duodenum, Penyakit ginjal, Penyakit hepar dan gangguan fungsi platelet.1
2. Kafein (analgesic ajuvan) 65 mg
3. Kombinasi :
a. 325 (Aspirin atau asetaminofen) + 40 mg kafein
b. Ibuprofen 400 mg + kafein
c. Aspirin/asetaminofen 500 - 1000 mg + kafein

Pemakaian obat analgesic yang dikombinasikan dengan kafein dapat memunculkan


ketergantungan.

15
Tabel 1. Obat pilihan Nyeri kepala tipe tegang akut1

o Terapi medikamentosa untuk TTH kronik :


1. Antidepresan
Antidepresan jenis trisiklik amitriptilin. Selain berfungsi sebagai obat analgesic, obat ini
juga digunakan sebagai obat profilaksis TTH. Obat ini memiliki efek analgesic dengan cara
mengurangi firing rate of trigeminal nucleus caudatus. Pemakaian obat antidepresan
trisiklik memiliki efek samping berupa penambahan berat badan (merangsang napsu
makan), mengganggu jantung, hipotensi ortostatik, dan efek antikolinergik (mulut kering,
mata kabur, tremo, dysuria, retensi urin, dan konstipasi).
2. Antiansietas
Golongan obat ini digunakan untuk penyembuhan maupun pencegahan TTH. Obat ini
terutama diberikan pada pasien dengan komorbid ansietas. Golongan antiansietas yang
sering digunakan adalah benzodiazepine.

B. Terapi non medikamentosa1


1. Edukasi: menjelaskan sedikit patofisiologi TTH secara sederhana serta pengobatan
yang diperlukan. Memastikan pasien mengetahui bahwa TTH bukanlah Penyakit serius
seperti tumor otak, perdarahan otak. Hal ini akan mengurangi ketegangan pasien.
2. Kontrol diet

16
3. Terapi fisik:
- Latihan postur dan posisi
- Masase
- Ultrasound, manual terapi
- Kompres panas/dingin
- Akupuntur transcutaneous electrical stimulation (TENS)
- Obat anastesi atau bahan lain pada titik pemicu
4. Hindari pemakaian harian obat analgesic, sedative dan ergotamine
5. Behavior treatment dalam bentuk biofeedback, manajemen stress, reasurance,
konseling, terapi, relaksasi atau terapi kognitif sikap.
C. Terapi profilaksis1
Terapi ini diberikan pada TTH episodic yang sering mendapatkan serangan atau pasien
dengan serangan >15 hari dalam satu bulan (TTH kronik). Prinsip terapi ini adalah
memberikan obat tunggal yang dititrasi hingga dosis terendah yang efektif dan dapat
ditoleransi dengan baik oleh pasien.

Tabel 2. Obat-obatan profilaksis Nyeri kepala tipe tegang1


Indikasi :
Pasien yang mengalami disabilitas akibat Nyeri kepala ≥4 hari/bulan atau pasien yang tidak
dapat respons terhadap terapi simtomatis walaupun frekuensi Nyeri kepalanya lebih jarang.
Terapi profilaksis dikatakan berhasil jika bisa mengurangi frekuensi serangan dan/atau
mengurangi derajat keparahan minimal 50%.
Prinsip pemilihan obat profilaksis adalah :

17
1. Harus sesuai lini yang direkomendasikan (lini pertama lebih diutamakan dari lini
kedua), tetapi harus mempertimbangkan efek samping dan faktor kormobid pasien
2. Dimulai dengan dosis rendah, kemudian dosis dinaikkan perlahan hingga didapatkan
dosis maksimal yang efektif untuk pasien
3. Obat diberikan dalam jangka waktu seminggu/lebih
4. Obat dapat diganti dengan obat lain jika obat pilihan pertama gagal
5. Obat lebih utama diberikan dalam bentuk monoterapi

Sebelum diberikan terapi profilaksis perlu ditanyakan Penyakit komorbid lain yang juga
dialami oleh pasien, misalnya pasien dengan hipertrofi prostat dan glaucoma tidak boleh
diberikan amitriptilin. Pasien harus diinformasikan mengenai cara kerja obat dan kapan
saja waktu mengkonsumsi obat. Selain itu, pasien juga perlu mendapat penjelasan
mengenai tingkat efikasi dan efek samping obat tersebut.1,11

Pasien juga perlu mencatat tiap serangan Nyeri pada catatan harian (headache diary).
Catatan ini berfungsi untuk mengetahui pola, frekuensi dan durasi Nyeri serta gangguan
fungsional, jumlah obat simtomatis yang dikonsumsi, efikasi terapi profilaksis dan efek
samping dari obat. Oleh karena faktor penting penceegahan kekmbuhan Nyeri kepala
adalah mengidentidikasi faktor yang mencetuskan dan mengurangi Nyeri kepala.1

18
BAB III

KESIMPULAN

Tension type headache (TTH) merupakan keluhan nyeri kepala paling sering dialami
pasien dewasa yang berulang dan berhubungan dengan ketegangan otot, dapat dipengaruhi
berbagai faktor pencetus antara lain stress dan posisi saat beraktivitas. Klasifikasinya
menurut HIS dibagi menjadi TTH episodic tipe sering dan tipe jarang, TTH kronik dan
probable TTH. Gejalanya berupa Nyeri kepala yang intensitasnya ringan sampai sedang,
dapat disertai tegang otot leher belakang, tidak berdenyut dan tidak memberat dengan
aktivitas tanpa disertai fotofobia, fonofobia, serta mual dan muntah. Diagnosis ditegakan
berdasarkan hasil anamnesis pasien yang masuk ke dalam kriteria TTH. Tatalaksana dibagi
menjadi terapi medikamentosa berupa pemberian analgesik, antidepresan, terapi non
medikamentosa berupa terapi fisik (olahraga, masase), dan terapi profilaksis sesuai
indikasi. TTH perlu diberikan Edukasi guna mencegah kejadiannya timbul berulang
terutama untuk mengurangi tingkat stress pada pasien.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Wiratman W, Safri AY, Indrawati LA, Octaviana F, Hakim M. 2017. Nyeri Kepala. Dalam:
Aninditha T, Wiratman W, editor. Buku Ajar Neurologi. Jakarta: Departemen Neurologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; p. 579-586.

2. Harsono. 2005. Buku ajar Neurologi Klinis. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf
Indonesia. Jakarta: Gajah Mada University Press

3. Millea PJ, Brodie JJ. 2002. Tension-Type Headache. Am Fam Physician

4. Sjahrir, Hasan. 2013. Konsensus Nasional IV Diagnostik dan Penatalaksanaan Nyeri


Kepala. PERDOSSI

5. Lyngberg AC, Rasmussen BK, Jørgensen T, Jensen R. 2005. Incidence of primary


headache: a Danish epidemiologic follow-up study. Am J Epidemiol;161:1066–73

6. Rasmussen BK. 2003. Migraine and tension-type headache in a general population


Precipitating factors, female hormones, sleep pattern and relation to lifestyle. Pain
2003;53(1):65-72

7. Spierings EL, Ranke AH, Honkoop PC. 2001. Precipitating and aggravating factors of
migraine versus tension-type headache. Headache 2001;41:554–8

8. PENAS CFDL, Nielsen, LA, Gerwin, RD. 2010. Tension-type and Cervicogenic
Headache: Pathophysiology, Diagnosis and Management. Canada: Jones and Bartlett
Publishers; 2010: 3,7-13

9. Dewanto, George; W.J.Suwono; B.Riyanto; Y.Turana. 2009. Panduan Praktis Diagnosis


Tata Laksana Penyakit Saraf. Jakarta : EGC

10. Bendtsen L, Jensen R. Tension-Type Headache. Neurol Clin 2009;27:525– 35.

11. Schachtel BP, Furey SA, Thoden WR. Nonprescription ibuprofen and acetaminophen in
the treatment of tension-type headache. J Clin Pharmacol 1996;36:1120-5.

20

Anda mungkin juga menyukai