SKIZOFRENIA PARANOID
Penguji:
dr. Ismoyowati Putri Utami, Sp. KJ
dr. Ananditya Sukma Dewi Utami, Sp. KJ
Disusun oleh:
Julia Qintan Rahmaningsih
NPM: 1102015108
Puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat, nikmat, serta
hidayah-Nya dalam penulisan laporan kasus ujian ini sehingga status ujian yang
berjudul “Skozofrenia Paranoid” dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada dr. Ismoyowati Putri U, Sp.KJ dan dr. Ananditya, Sp.KJ selaku penguji
kepaniteraan klinik Psikiatri RSJ dr. Soeharto Heerdjan.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan
kasus ujian ini, oleh karena itu penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya.
Semoga laporan kasus ujian yang disusun penulis ini dapat bermanfaat bagi bangsa
dan negara serta masyarakat luas pada umumnya di masa yang akan datang.
2
PENGESAHAN
Laporan kasus ini telah dikoreksi dan direvisi oleh penguji sebagai syarat
yang diperlukan untuk kelulusan kepaniteraan klinik Psikiatri Program Studi
Profesi Dokter Umum, Fakultas Kedokteran, Universitas Yarsi
Penguji,
dr. Ismoyowati Putri Utami, Sp.KJ dr. Ananditya Sukma Dewi Utami, Sp.KJ
Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal : 14 Januari 2020
3
STATUS PSIKIATRIKUS
4
Tanggal 12 Januari 2020 pukul 14.00 WIB di bangsal Merak RS Jiwa dr
Soeharto Heerjan
Tanggal 13 Januari 2020 pukul 13.00 WIB di bangsal Merak RS Jiwa dr
Soeharto Heerjan
Alloanamnesis:
Tanggal 11 Januari 2020 pukul 16.00 WIB dilakukan alloanamnesis dengan ibu
kandung pasien via telepon
A. Keluhan Utama
Pasien datang ke IGD RSJSH dibawa oleh ibunya karena pasien tampak gelisah
dan suara bisikan semakin sering timbul sejak 1 minggu sebelum masuk rumah
sakit.
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien datang ke IGD RSJSH diantar oleh ibunya karena pasien tampak
gelisah dan suara bisikan semakin sering timbul mengganggu pasien sejak 1
minggu sebelum masuk rumah sakit. Pasien juga merasa akhir-akhir ini jenuh
dan kesal karena ibunya sering melarang pasien keluar rumah dengan alasan
takut terjadi hal yang tidak diinginkan dan pasien menganggap seperti di
kekang oleh ibunya. Sehingga satu hari sebelum masuk RSJ, setelah minum
obat pasien keluar rumah tanpa izin pada ibunya dan begadang membantu acara
pengajian tetangganya serta tidak pulang ke rumah. Ibu pasien merasa khawatir
dengan hal tersebut dan melihat seminggu terakhir anaknya jadi sering gelisah
maka ia menawarkan untuk rawat inap di RSJ dan pasienpun menerima
penawaran ibunya.
Pasien memang merasa seminggu terakhir tidak tenang karena suara
bisikan yang sudah pernah didengarnya pertama kali pada tahun 2016 semakin
sering timbul dan membuatnya tidak nyaman sehingga tidur tidak nyenyak.
5
Padahal sebelumnya bisikan itu tidak pernah sesering ini. Pasien mendengar
suara bisikan sepupunya yang sudah meninggal dan suara penyanyi Nike
Ardilla. Suara itu menyuruhnya untuk mendoakan sepupunya, Nike Ardilla dan
bapak pasien yang semuanya sudah meninggal cukup lama. Bisikan itu juga
menyebutkan isi jimat yang pernah diberikan oleh sepupunya beberapa tahun
lalu sebenarnya adalah tali pocong milik Nike Ardilla. Suara bisikan itu timbul
tiap malam jumat, dan biasanya pasien bisa mengalihkannya dengan dzikir dan
mengaji. Namun seminggu terakhir pasien merasa kedua hal itu tidak
membantunya mengalihkan bisikan tersebut. Pasien tidak pernah putus obat.
6
Pasien bilang apabila suara bisikan itu tidak dituruti maka semakin kencang dan
mengganggu. Suara bisikan itu timbulnya setiap malam jumat setelah sholat
isya. Pasien juga menganggap suara bisikan itu adalah suara roh gentayangan
maka pasien mencoba mengalihkan hal tersebut dengan mengaji dan berdzikir.
Namun kadang juga merasa sangat terganggu sehingga sulit tidur dengan
nyenyak.
Tahun 2018 pasien pindah pengobatan ke psikiater di RSJ Bogor atas
rekomendasi rekan ibu nya. Hanya bertahan beberapa bulan kontrol lalu dirujuk
oleh psikiaternya ke RSJ Grogol dan itulah kali pertama pasien ke poliklinik
psikiatri RSJSH. Pasien rutin kontrol dan minum obat yang diberikan yaitu
risperidone dan clozapine. Akhir 2018 pasien tiba-tiba merasa sangat gelisah
dan dibawa ke IGD RSJSH lalu dirawat inap kurang lebih dua minggu. Setelah
lepas rawat pasien tetap rutin minum obat dan kontrol, suara bisikannya pun
berkurang dan pasien merasa tenang setelah minum obat yang diberikan.
7
4. Riwayat Perjalanan Penyakit
9
pergaulan selama kuliah terbilang kurang baik menurut penilaian
ibunya. Pasien juga mengaku demikian namun karena pasien cenderung
penurut maka hanya sebatas ikut kumpul-kumpul bersama kawannya
dan pertama kali mengenal minuman alkohol (beer) juga saat kuliah.
3. Riwayat Pendidikan
Pendidikan terakhir yang ditempuh adalah diploma (D-3) jurusan teknik
mesin di Universitan UPN Veteran Jakarta. Menyelesaikan kuliahnya
dalam jangka waktu 3 tahun (tepat waktu).
4. Riwayat Pekerjaan
Pekerjaan pasien serabutan dan saat ini pasien sedang berprofesi sebagai
juru parkir di sebuah restoran cepat saji daerah Tangerang
5. Riwayat Kehidupan Beragama
Pasien beragama Islam dan dikenal oleh ibunya sebagai anak yag rajin
mengaji dan sholat lima waktu. Pasien juga sering melakukan sholat Sunnah
dan hobi membaca al Quran surat Al Waqiah dan Ar Rahman. Semenjak
pasien mendengar suara bisikan, salah satu caranya untuk mengalihkan hal
tersebut dengan berdzikir dan mengaji.
6. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak pernah bermasalah dengan penegak hukum, dan tidak pernah
terlibat dengan tindakan pidana.
7. Riwayat Perkawinan
Pasien belum pernah menikah. Pasien mengaku sering ditolak saat mencoba
menjalin hubungan dengan wanita. Hingga pasien merasa putus asa untuk
mendekati wanita hingga sekarang belum pernah menjalin hubungan
pacaran. Pasien mengaku ingin segera menikah namun bingung bagaimana
cara mencari calon istri karena saking terlalu seringnya ditolak wanita.
8. Riwayat Keluarga
Pasien terlahir sebagai anak petama dari dua bersaudara. Adiknya seorang
perempuan yang saat ini sudah menikah dan mempunyai seorang anak
10
perempuan. Saat ini ayah pasien sudah meninggal dan ibunya seorang
pensiunan pegawai tata usaha dinas kesehatan Kabupaten Tangerang. Tidak
ada riwayat gangguan psikiatri di keluarga pasien dan juga tidak ada riwayat
penyakit menular maupun penyakit turunan seperti diabetes melitus, dan
hipertensi. Dalam keluarga juga tidak ada riwayat pemakaian zat psikoaktif.
Genogram Keluarga :
Keterangan :
: Perempuan
: Laki-Laki
: Sudah meninggal
: Sudah meninggal
: Pasien
: Tinggal serumah
11
9. Situasi Kehidupan Sosioekonomi Sekarang
Pasien saat ini tinggal bersama ibunya di sebuah komplek perumahan.
Keluarga pasien termasuk ke dalam golongan ekonomi menengah. Pasien
terkenal sebagai orang yang cukup ramah di sekitar lingkungan rumahnya,
dan gemar membantu orang lain seperti sering berpartisipasi bila ada
hajatan, pengajian atau tahlilan tetangganya. Kawan-kawan nya pun
menganggap pasien seorang yang humoris bila sedang berkumpul bersama.
C. GANGGUAN PERSEPSI
1. Halusinasi : (+) auditorik
12
2. Ilusi : Tidak ada
3. Depersonalisasi : Tidak ada
4. Derealisasi : Tidak ada
13
Visuospasial Baik (Pasien dapat menggambar mobil sesuai
instruksi pemeriksa dan dapat menggambar wajah
dokter muda)
Kemampuan menolong Baik (Pasien bisa makan, minum, mandi, serta
diri sendiri merawat diri sendiri)
E. PROSES PIKIR
1. Arus Pikir
a. Produktivitas : Cukup ide
b. Kontinuitas : Koheren
c. Hendaya Bahasa : Tidak ada
2. Isi Pikir
a. Waham : (+) waham curiga
b. Preokupasi : Tidak ada
c. Obsesi : Tidak ada
d. Fobia : Tidak ada
F. PENGENDALIAN IMPULS
Baik, saat wawancara pasien tenang dan fokus menjawab pertanyaan
G. DAYA NILAI
1. Daya nilai sosial : Baik (pasien tiddak melakukan kekerasan kepada
keluarga dan tetangga, pasien juga bersikap baik kepada
perawat dan dokter)
2. Uji daya nilai : Baik (pasien mengatakan jika memukul orang salah,
pasien juga mengatakan apabila menemukan dompet
yang terjatuh akan diambil dan di kembalikan)
3. Daya nilai realitas : Baik
14
H. TILIKAN
Derajat 2 Mempunyai sedikit pemahaman terhadap penyakit tetapi juga
sekaligus menyangkalnya pada waktu yang bersamaan.
I. RELIABILITAS
Dapat dipercaya Pasien dapat menceritakan apa yang ia rasakan dan ia
yakinkan setelah dikonfirmasi dengan keluarga juga sesuai
Status Generalis :
Kulit : Sawo matang, ikterik (-), sianosis (-), turgor baik, kelembaban normal
Kepala : Normosefal, rambut hitam, distribusi merata
Mata : Pupil bulat, isokor, simetris, refleks cahaya +/+, konjungtiva anemis
-/-, sklera ikterik -/-
Hidung: Bentuk normal, septum deviasi (-), sekret -/-
Telinga: Normotia, nyeri tekan -/-, radang -/-
Mulut : Bibir pucat (-), sianosis (-), trismus (-), tonsil T1/T1, tonsil/faring
hiperemis (-)
Leher : Tidak teraba pembesaran KGB dan tiroid.
Toraks
a. Paru :
15
- Inspeksi : Bentuk dada simetris, retraksi (-)
- Palpasi : Gerakan dada simetris
- Perkusi : Sonor pada seluruh lapang paru
- Auskultasi: Suara napas vesicular +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
b. Jantung:
- Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
- Palpasi : Iktus kordis teraba
- Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
- Auskultasi: BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen:
- Inspeksi : Bentuk datar
- Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba membesar
- Perkusi : Timpani seluruh lapang abdomen
- Auskultasi: Bising usus (+) normal
Ekstremitas: Akral hangat, edema (-), CRT < 2 detik
Status Neurologis
Saraf kranial : Dalam batas normal
Tanda rangsang meningeal : Tidak ada
Refleks fisiologis : Dalam batas normal
Refleks patologis : Tidak ada
Motorik : Dalam batas normal
Sensorik : Dalam batas normal
Fungsi Luhur : Baik
Gejala EPS : Akatisia (-), bradikinesia (-), rigiditas (+)
tremor (+), distonia (-)
16
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Anjuran pemeriksaan (saat pasien masuk IGD):
- Darah lengkap
Follow-up pasien
O: Kesadaran : Composmentis
Perilaku : Normal
Pembicaraan : Spontan, volume dan intonasi cukup
Sikap : Kooperatif
Mood : Hipotim
Afek : Terbatas
Tilikan : Derajat 2
17
terlihat banyak pikiran yang belom dilepaskan.
Tangan masih bergetar dan merasa kaku.
O: Kesadaran : Composmentis
Perilaku : Normal
Pembicaraan : Spontan, volume dan intonasi cukup
Sikap : Kooperatif
Mood : Hipotim
Afek : Terbatas
Tilikan : Derajat 2
18
derajat 2. Pasien sudah menunjukan gejala extrapyramidal syndrome (EPS) berupa
tremor (+) dan rigiditas (+) pada kedua ektremitas atas.
19
Aksis III : Kondisi Medik Umum
Tidak ada penyakit lain pada pasien.
X. TERAPI
1. Rawat inap
Dengan indikasi:
20
- Pasien gelisah merasa tidak tenang karena gejala halusinasi dirasa
memberat
- Mencegah munculnya gejala yang lebih berat
- Untuk observasi lebih lanjut
2. Psikofarmaka
- Risperidone 2 x 2 mg per oral
Risperidone merupakan obat antipsikotik, golongan APG-II (atipikal), salah satu obat
yang menjadi first-line treatment pada pasien dengan gejala psikosis. Pasien juga
sebelumnya sudah mengkonsumi obat ini dan dirasa gejala halusinasi berkurang.
Karena pasien juga masih patuh rutin konsumsi obat maka obat oral masih efektif
diberikan.
- Trihexyphenidil 3x2 mg per oral
Trihexyphenidil diberikan bila ada gejala extrapyramidal syndrome sebagai efek
samping dari obat antipsikosis. Pada pasien sudah mulai ditemukan salah satu
gejalanya yaitu tremor dan rigiditas pada ekstremitas atas.
3. Psikoedukasi
- Dilakukan edukasi pada pasien dan keluarganya mengenai penyakit yang
dialami pasien, gejala yang mungkin terjadi, rencana tatalaksana yang
diberikan, pilihan obat, efek samping pengobatan, prognosis penyakit dan
pengawasan pasien untuk minum berobat.
- Mengingatkan pasien dan keluarga tentang pentingnya minum obat.
21
- Melibatkan keluarga dalam pemulihan pasien, memberikan pengarahan kepada
keluarga agar tetap memberi dukungan untuk perbaikan pasien.
4. Psikoterapi
Diberikan kepada pasien berupa psikoterasi suportif, diantaranya adalah:
- Menunjukkan empati dan membangun support dengan pasien
- Ventilasi : Pasien diberikan kesempatan untuk menceritakan masalahnya
- Sugesti : Menanamkan kepada pasien bahwa gejala-gejala gangguannya dapat
dikendalikan dan mengajarkan cara distraksi/mengalihkan halusinasi dan
waham yang dialami oleh pasien
- Reassurance : Menjelaskan kepada pasien mengenai pentingnya minum obat
untuk menghilangkan gejala – gejala tersebut
- Pendekatan Cognitive-Behavioral : Bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
pasien dalam menyelesaikan masalah, komunikasi, kontrol impuls dan emosi.
XI. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam, selama pasien meminum obat dengan
dosis yang tepat, gejalanya akan terkontrol.
Quo ad sanactionam :Dubia ad malam, bila pasien tiddak rutin
mengkonsumsi obat
22
Faktor yang memperingan:
- Pasien masih memiliki keluarga yang dapat mendukung pasien untuk menjadi
lebih baik dan patuh dalam berobat serta masih mau membantu mencukupi
kebutuhannya.
23