Anda di halaman 1dari 10

MEMAHAMI TEORI BELAJAR

Dosen Pengampu :

DISUSUN OLEH:

1. JESICA SIANIPAR (5173331017)


2. WAN NUR DIANA NINGSIH (517331034)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK UNIMED

TAHUN 2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat
dan karunia-Nya sehingga kita dapat menyelesaikan tugas makalah tentang “Memahami
Teori Belajar” dengan baik dan lancar.

Makalah ini kami susun dengan tujuan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah
Konsep Dasar Materi Perkembangan Peserta Didik program studi Pendidikan Teknik Elektro
semester III tahun 2018 dan sebagai sarana penambah wawasan ilmu pengetahuan yang ingin
diketahui oleh pembaca. Dalam penyampaian materi didalam makalah ini kami mencoba
menyajikannya dengan bahasa yang mudah dan ringan agar dapat dimengerti oleh semua
pihak.

Dalam penyelesaian makalah ini, penulis mendapatkan bantuan dari beberapa sumber dan
dukungan dari berbagai pihak yang telah membantu proses pembuatan makalah ini sehingga
makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Bapak selaku Dosen pembimbing mata kuliah Perkembangan Peserta Didik
2. Teman yang ikut serta membantu dalam pengerjaan makalah dan mencari informasi
tentang materi Memahami Teori Belajar
3. Beberapa sumber yang dapat membantu memenuhi tugas mata kuliah tersebut

Harapan kami, semoga makalah ini berguna untuk proses kegiatan belajar mengajar,
dan kami sadar dalam pembuatan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-
kekurangan baik pada penulisan maupun materi. Mengingat kemampuan yang kami miliki,
untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan
pembuatan laporan ini.

Medan, 18 September 2018

PENULIS
DAFTAR ISI
Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah......................................................................................1
1.3 Tujuan.........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Perkembangan Kogntif dan Intelegensi....................................2


2.2 Tahap-tahap Perkembangan Kognitif/Intelektual.......................................3
2.3 Karakteristik Perkembangan Kognitif dan Intelektual...............................4
2.4 Teori Jean Piaget…………………………………………………………6
2.5 Teori Vygotsky…………………………………………………………..6
2.6 Faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif dan intelektual……8

BAB III PENUTUP

1.1 Kesimpulan.....................................................................................10
1.2 Saran...............................................................................................10

Daftar Pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Belajar merupakan aktivitas yang sangat penting bagi perkembangan individu. Belajar akan
terjadi setiap saat dalam diri seseorang, dimanapun dan kapanpun proses belajar dapat terjadi.
Belajar tidak hanya terjadi ketika di bangku sekolah, tidak hanya terjadi ketika siswa berinteraksi
dengan guru, tidak hanya ketika seseorang belajar membaca, menulis dan berhitung. Belajar bisa
terjadi dalam semua aspek kehidupan.

Mengingat begitu pentingnya aktivitas belajar bagi perkembangan individu, banyak ahli yang
berusaha mengembangkan masalah belajar ini dari berbagai aspek. Karena belajar mencakup aspek
yang sangat luas, maka tidak mudah untuk menjawab pertanyaan “apa itu belajar”.

Berbagai penelitian lahir memunculkan teori-teori belajar. Hal itu pula kemudian melahirkan
berbagai definisi tentang belajar dari berbagai ahli. Dengan demikian pada makalah ini akan
dijelaskan mengenai teori belajar.

1.2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang mengenai belajar, dapat kita ambil masalah-masalah yang mendasar
terhadap teori belajar, antara lain:
1. Apa itu teori belajar ?
2. apa tujuan teori belajar ?

1.3. Tujuan

Dari rumusan masalah perkembangan kognitif peserta didik, tujuan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Mengetahui apa itu teori belajar
2. Memahai tujuan teori belajar
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Teori Belajar
Teori adalah seperangkat asas yang tersusun tentang kejadian-kejadian tertentu
dalam dunia nyata dinyatakan oleh Mc. Keachie dalam grendel 1991 : 5 .Sedangkan
Hamzah (2003:26) menyatakan bahwa teori merupakan seperangkat preposisi yang
didalamnya memuat tentang ide, konsep, prosedur dan prinsip yang terdiri dari satu atau
lebih variable yang saling berhubungan satu sama lainnya dan dapat dipelajari, dianalisis
dan diuji serta dibuktikan kebenarannya. Dari dua pendapat diatas Teori adalah
seperangkat asas tentang kejadian-kejadian yang didalamnnya memuat ide, konsep,
prosedur dan prinsip yang dapat dipelajari, dianalisis dan diuji kebenarannya.

Belajar merupakan kegiatan yang sering dilakukan setiap orang. Belajar dilakukan
hampir setiap waktu, kapan saja, dimana saja, dan sedang melakukan apa saja. Belajar
juga merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan perubahahan
dalam dirinya melalui pelatihan-pelatihan atau pengalaman-pengalaman. Belajar dapat
membawa perubahan pada si pelaku, baik perubahan pengetahuan, sikap, maupun
ketrampilan.

Jadi dapat diartikan teori belajar adalah sebuah konsep yang abstrak yang membantu
peserta didik untuk belajar.

2.2 Macam-Macam Teori Belajar


Dengan berkembangnya psikologi dalam pendidikan, maka bersamaan dengan itu
bermunculan pula berbagai teori tentang belajar. Di dalam masa perkembangan psikologi
pendidikan ini muncullah beberapa aliran psikologi pendidikan, diantaranya yaitu :

2.2.1 Teori Belajar Behaviorisme


Teori behavioristik adalah sebuah teori tentang perubahan tingkah laku sebagai
hasil dari pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologibelajar yang
berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan
dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada
terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori ini mengutamakan
pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi
tidaknya perubahan tingkah laku. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus
responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau
perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata.

Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan pengetahuan,


sedangkan belajar sebagi aktivitas yang menuntut pebelajar untuk mengungkapkan kembali
pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes.

Akibat munculnya berbagai kelompok behavirosme dengan berbagai padangan yang beragam
kelompok teori behaviorisme terbagi atas :

1. Teori Kondisioning Klasik (IVAN PAVLOV)

Teori ini dipelopori oleh Ivan Pavlov yang lahir di Rusia. Teori Pavlovian menekankan
pentingnya proses kondisioning dalam pembentukan perilaku. Pada dasarnya suatu respon atau
perilaku bisa dimunculkan walau tidak di stimuli oleh rangsang alami atau rangsang yang sewajarnya
menimbulkan perilaku tersebut. Berdasarkan konsep itu, pendidikan bisa diarahkan untuk tujuan
memodifikasi perilaku berdasar rangsang buatan.

Dalam keadaan normal, tanpa di kondisi respon yang bersifat alami hanya akan muncul bila
ada stimulus yang alami juga. Namun melalui proses kondisioning, respon alami dapat timbul walau
tanpa stimulus yang sewajarnya, atau hanya dengan stimulus yang diciptakan. Dengan kata lain,
perpaduan rangsang alami dengan rangsang buatan terjadi terus menerus akan menimbulkan
respon alami yang diharapkan.

Dalam dunia pendidikan, adakalanya memerlukan stimulus buatan untuk membentuk


perilaku baru atau mempertahankan prilaku anak yang sudah terbentuk, yaitu perilaku positif sesuai
harapan pendidik. Perilaku-perilaku tersebut antara lain : mengerjakan pr, mengerjakan tugas di
sekolah, memakai seragam, masuk ke ruang kelas dengan tepat waktu, shalat tepat waktu,
mengucap dan menjawab salam.

2. Teori Koneksionisme (EDWARD THORNDIKE)

Menurutnya belajar merupakan proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus
adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan atau hal-hal lain
yang dapat ditangkap melalui alat indera. Respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik
ketika belajar, juga dapat berupa pikiran, perasaan, gerakan atau tindakan. teori ini sering disebut
teori koneksionisme.

Thorndike menyimpulkan bahwa belajar adalah proses peningkatan (incremental) bukan


insight. Belajar tidak melalui ide atau gagasan . Belajar bersifat langsung dan tidak diperantarai oleh
pemikiran atau penalaran. Semua mamalia belajar dengan cara yang sama bahwa semua belajar
secara langsung sedikit demi sedikit dan tidak diperantarai oleh penalaran.

dengan demikian thorndike menyimpulkan bahwa proses belajar melalui dua


bentuk, yaitu:
1) trial and error , mengandung arti bahwa dengan terlatihnya proses belajar dari
kesalahan, dan mencoba terus sampai berhasil.
2) law of effect, mengandung arti bahwa segala tingkah laku yang mengakibatkan
suatu keadaan yang memuaskan akan terus diingat dan dipelajari dengan sebaik-
baiknya.

3. Teori Kondisionig Operan (B.F SKINNER)

Burrhus Frederick Skinner (1904-1990) adalah pelopor dan tokoh psikologi pendidikan
selama beberapa decade. Inovatif, praktis, bijak, dan jenaka itulah karakter skinner yang pengaruh
pemikirannya pun masih terasa hingga saat ini.

Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi
dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah
sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh tokoh sebelumnya. Menurutnya respon yang
diterima seseorang tidak sesederhana itu, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan
saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan memengaruhi respon yang
dihasilkan. Respon yang diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi
inilah yang nantinya memengaruhi munculnya perilaku.

Beberapa pokok pikiran teori operan kondisioning antara lain :

Dua jenis perilaku menurut Skinner

a. Responsdent behavior yaitu perilaku yang stimulusnya diketahui asal muasalnya. Contohnya :
mengerjapkan mata karena sinar matahari, berliur karena lapar dan seterusnya.

b. Operant behavior yaitu perilaku yang tidak diketahui asal muasalnya, perilaku yang begitu saja
dilakukan. Contohnya berdiri, meniup peluit, menggerakkan tangan, bernyanyi, tertawa, berbicara
dan lain lain.

2.2.2 Teori Belajar Kognitivisme


Psikologi kognitif lebih menekankan pendidikan sebagai proses internal mental
manusia termasuk bagaimana orang berfikir, merasakan, mengingat, dan belajar. Tingkah
laku manusia yang tampak tidak dapat diukur dan diterangkan tanpa melibatkan proses
mentalnya, seperti motivasi, keyakinan, dan sebagainya.

Teori kognitivisme ini memiliki perspektif bahwa para peserta didik memproses informasi
dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir,menyimpan,dan kemudian menemukan hubungan
antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada. Teori ini menekankan pada
bagaimana informasi diproses.

Karakteristik :
1. Belajar adalah proses mental bukan behavioral

2. Siswa aktif sebagai penyadur

3. Siswa belajar secara individu dengan pola deduktif dan induktif

4. Instrinsik motivation, sehingga tidak perlu stimulus

5. Siswa sebagai pelaku untuk menuntun penemuan

6. Guru memfasilitasi terjadinya proses insight.

Beberapa tokoh dalam aliran kognitivisme :

1. Teori Gestalt

Max Wertheimer, Wolfgang Kohler dan Kurt Koffka merupakan tiga tokoh teori
gestalt. Gestalt merupakan keseluruhan yang penuh arti. Manusia tidak dapat menghayati stimulus
stimulus secara terpisah , tetapi stimulus itu secara bersama sama serempak kedalam konfigurasi
yang penuh arti. Manusia menurut gestalt, adalah makhluk bebas. Ia bebas memilih cara
untuk bereaksi dan menentukan stimuli yang diterima atau stimuli yang ditolaknya.
Dengan demikian, belajar menurut psikolagi gestalt bukan sekedar proses asosiasi
antara stimulus dan respons yang lama makin kuat tetapi karena adanya latihan-latihan
atau ulangan-ulangan. Akan tetapi belajar terjadi jika ada pengertian (insight).
Pengertian atau insight ini muncul setelah beberapa saat seseorang mencoba memahami
suatu masalah yang muncul kepadanya. Salah satu sumbangan yang paling penting dari
teori gestalt adalah ide bahwa tugas-tugas sekolah harus cocok dengan pengalaman dan
pemahaman siswa, kegagalan sering terjadi karena: (1) tugas terlalu sulit bagi siswa
untuk mencapai insight, (2) keterangan-keterangan dari guru tidak terlalu jelas.

2. Teori perkembangan Kognitif

Perkembangan kognitif dipelopori oleh Jean Piaget dari Swiss. Menurut


Jean Piaget (1975) salah seorang penganut aliran kognitif yang kuat, bahwa proses
belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yaitu:

a. Asimilasi, yaitu menyesuaikan lingkungan dengan struktur kognitif. Misalnya,


organisme memilih makanan sesuai dengan kondisi perutnya.

b. Akomodasi, yaitu menyesuaikan struktur kognitif dengan lingkungan. Misalnya,


perut organisme menyesuaikan dengan jenis makanan baru ; atau organisme mencari
pengetahuan baru untuk mengatasi masalah baru.

Tahap-tahap perkembangan kognitif anak menurut Piaget ditempuh dalam empat


tahap. Tahap perkembangan tersebut adalah :
 Tahap sesnsori motor ( Lahir - 2 tahun ) , tahap ini ditandai dengan belum adanya
kemampuan bahasa sehingga seluruh interaksi anak dengan lingkungan sebagian
besar menggunakan sensori motori
 Tahap pra-operasional (2-7 tahun), pertama yaitu berfikir prekonseptual (dua
sampai empat tahun) anak mengklasifikasi sesuatu ke dalam kelompok tertentu
seperti sama bentuk, sama warna, dan kesamaan ciri-ciri tertentu. Yang kedua
berfikir intuitif (empat sampai tujuh tahun) anak menyelesaikan masalah secara
intuitif karena belum mampu berfikir logis
 Tahap operasional konkrit (7-11 atau 12 tahun), perkembangan yang terjadi pada
masa ini merupakan perbaikan atau kemajuan dari tahap sebelumnya. Ego mulai
kurang, dan konsep anak mulai tepat.
 Tahap operasional formal (11/12 tahun- 14/15 tahun), pada masa ini terjadi
perkembangan kognitif yang sangat pesat. Anak bagaikan ilmuan yang berusaha
melakukan percobaan-percobaan yang didasarkan rasa ingin tahu yang besar.

2.2.3 Teori Belajar Humanistik

Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan
dari sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah membantu peserta didik
untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri
mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang
ada dalam diri mereka.

Teori Belajar Humanistik adalah suatu teori dalam pembelajaran yang


mengedepankan bagaimana memanusiakan manusia serta peserta didik mampu
mengembangkan potensi dirinya.
Berikut tokoh-tokoh teori humanistik:
a. Teori Abraham Maslow

Abraham Maslow pakar psikologi dari Rusia. Maslow memamaparkan teori tentang needs,
yang mengatakan bahwa manusia dimotivasi oleh sejumlah kebutuhan. Kebutuhan tersebut
dibedakan menjadi dua, yaitu basic needs dan meta needs. Basic needs /kebutuhan dasar meliputi
lapar, kasih sayang, rasa aman, harga diri. Sementara kebutuhan meta needs adalah keadilan,
kesatuan, kebaikan, keteraturan, keindahan.

b. Konsep dasar teori Rogers

Rogers kurang menaruh perhatian kepada mekanisme proses belajar. Belajar dipandang
sebagai fungsi keseluruhan pribadi. Mereka berpendapat bahwa belajar yang sebenarnya tidak
dapat berlangsung bila tidak ada keterlibatan intelektual maupun emosional peserta didik. Oleh
karena itu, menurut teori belajar humanisme bahwa motifasi belajar harus bersumber pada diri
peserta didik.
Roger membedakan dua ciri belajar, yaitu: (1) belajar yang bermakna dan (2) belajar yang tidak
bermakna. Belajar yang bermakna terjadi jika dalam proses pembelajaran melibatkan aspek pikiran
dan perasaan peserta didik, dan belajar yang tidak bermakna terjadi jika dalam proses pembelajaran
melibatkan aspek pikiran akan tetapi tidak melibatkan aspek perasaan peserta didik. Bagaimana
proses belajar dapat terjadi menurut teori belajar humanisme?. Orang belajar karena ingin
mengetahui dunianya. Individu memilih sesuatu untuk dipelajari, mengusahakan proses belajar
dengan caranya sendiri, dan menilainya sendiri tentang apakah proses belajarnya berhasil. Menurut
Roger, peranan guru dalam kegiatan belajar siswa menurut pandangan teori humanisme adalah
sebagai fasilitator yang berperan aktif dalam :

(1) membantu menciptakan suasana kelas yang kondusif agar siswa bersikap positif terhadap
belajar,

(2) membantu siswa untuk memperjelas tujuan belajarnya dan memberikan kebebasan kepada
siswa untuk belajar,

(3) membantu siswa untuk memanfaatkan dorongan dan cita-cita mereka sebagai kekuatan
pendorong belajar,

(4) menyediakan berbagai sumber belajar kepada siswa,

(5) menerima pertanyaan dan pendapat, serta perasaan dari berbagai siswa sebagaimana adanya.

Anda mungkin juga menyukai