Anda di halaman 1dari 31

KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN

OLEH

KELOMPOK 3 :

1. PRAMADHITA A.P. BOTUTIHE 2119037


2. MOH. TAUFIQ MANTO 2119004
3. YOSEF F. DESA 2119025
4. ASMAWATY YUSUF 2119032
5. BEATRIKS YUNITA 2119021
6. ENO LORIAN 2119012
7. YULIA B.K. LEWAR 2119030
8. LUTFINA D. RATNA 2119041
9. ANTONIUS N. HERY 2119029
10. ARCHANGELA M. ALVIONITA 2119024
11. SARIYANTI S. LENDE 2119014
12. KARITAS M. DADI 2119027
13. DOMINIKUS M. ATE 2119028
14. ELISABET A. ODANG 2119022
15. MARIA O. NONA ALTRIKS 2119010

PROGRAM STUDY S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
GEMA INSAN AKADEMIK
MAKASSAR
2019
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Aktivitas fisik merupakan pergerakan tubuh yang dihasilkan oleh aktivitas sistim
muskuloskeletal. Aktivitas fisik yang dilakukan secara terstruktur dan terencana disebut
latihan jasmani, sedangkan aktivitas fisik yang tidak dilakukan secara terstruktur dan
terencana disebut aktivitas fisik sehari – hari. (Thompson, 2009)

Aktivitas fisik terbagi atas aktivitas fisik ringan, sedang dan berat. Aktivitas fisik
ringan adalah segala sesuatu yang menggerakkan tubuh, sama dengan aktivitas
sehari-hari meliputi berjalan kaki dan pekerjaan rumah tangga. Aktivitas fisik sedang
merupakan kegiatan yang membutuhkan gerakan otot yang terus menerus dengan
intensitas ringan, seperti bersepeda, berlari kecil dan berjalan cepat. Aktivitas fisik
berat merupakan pergerakan tubuh yang memerlukan banyak gerakan otot dan
pembakaran kalori yang besar meliputi kegiatan seperti berenang, naik gunung, angkat
beban, bermain sepak bola dan berlari cepat (sprint). (Marks, 2000)

Manfaat aktivitas fisik adalah untuk mendapatkan kesehatan, kebugaran tubuh


dan rekreasi. Aktivitas aerobik yang demikian akan memperbaiki dan memperlambat
proses penurunan fungsi organ tubuh, serta dapat meningkatan ketahanan tubuh
terhadap infeksi. (Mooren, 2005)

Data Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2010 prevalensi penduduk yang kurang
melakukan aktivitas fisik adalah 72,9%. Secara nasional, pada tahun 2010, 42,8%
penduduk tidak melakukan aktivitas fisik secara teratur. Propinsi yang
penduduknyapaling rendah melakukan aktivitas fisik adalah Kalimantan Timur, yaitu
sebesar 61,7%. (Dinkes, 2010)

Trigliserida (triasilgliserol) adalah senyawa yang terdiri dari 3 molekul asam


lemak yang teresterifikasi menjadi gliserol. Zat ini adalah lemak netral yang disintesis
dari karbohidrat untuk disimpan dalam sel lemak hewan. Pada hidrolisa enzimatik,
Trigliserida melepaskan asam-asam lemak bebas ke dalam darah. Kadar Trigliserida
yang optimal adalah <150 mg/dl. (Murray, 2009)

Berdasarkan data observasi, aktivitas fisik lebih berpengaruh terhadap


perubahan kadar HDL dan Trigliserida terutama pada individu yang aktif. Kadar
Trigliserida pada atlit hampir selalu lebih rendah dibandingkan dengan orang yang
melakukan sedentary lifestyle. Perbedaan kadar Trigliserida pada orang yang
melakukan aktivitas fisik secara teratur dengan orang yang tidak teratur melakukan
aktivitas fisik adalah 18 mg/dl – 77 mg/dl (19 – 50%) pada separuh penelitian
crossectional yang berhubungan. Trigliserida merupakan fraksi lipid yang paling respon
terhadap aktivitas fisik. Satu sesi aktivitas fisik dengan intensitas sedang dapat
menurunkan kadar Trigliserida segera setelah makan. (LeMura, 2004)

Melakukan aktivitas fisik teratur termasuk dalam Pola Hidup Bersih dan Sehat
ke-9 dan aktivitas fisik seseorang berpengaruh terhadap kadar Trigliserida. Oleh sebab
itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Aktivitas Fisik
terhadap Kadar Trigliserida Mencit (Mus Musculus)”.

Rumusan Masalah

1. Apakah definisi aktivitas


2. Bagaimana sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan aktivitas
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi mobilitas
4. Bagaimana perubahan sistem tubuh akibat imobilitas
5. Bagaimana postur tubuh yang baik
6. Bagaimana mekanika tubuh dan ambulasi
7. Bagaimana prosedur tindakan keperawatan pada gangguan kebutuhan aktivitas
8. Bagaimana diagnosa suatu penyakit yang di derita

Tujuan
1. Mengetahui definisi aktivitas
2. Mengetahui sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan aktivitas
3. Mengetahui faktor yang mempengaruhi mobilitas
4. Mengetahui perubahan sistem tubuh akibat imobilitas
5. Mengetahui postur tubuh yang baik
6. Mengetahui mekanika tubuh dan ambulasi
7. Mengetahui prosedur tindakan keperawatan pada gangguan kebutuhan aktivitas
8. Mengetahui diagnosa suatu penyakit yang di derita
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia
memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu tanda kesehatan
adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan dan
bekerja. Kemampuan aktivitas seseorang tidak terlepas dari keadekuatan sistem
persarafan dan muskuloskeletal.
Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara
bebas, mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan guna
mempertahankan kesehatannya.
Imobilitas atau imobilisasi merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat
bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan misalnya
mengalami trauma tulang belakang, cedera otak berat disertai fraktur pada ekstremitas
dan sebagainya. Kategori tingkat kemampuan aktivitas adalah sebagai berikut :
Tingkat aktivitas / Kategori
mobilitas
Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri secara
Tingkat 1 penuh
Tingkat 2 Memerlukan penggunaan alat
Memerlukan bantuan atau pengawasan
Tingkat 3 orang lain
Memerlukan bantuan, pengawasan
Tingkat 4 orang lain dan peralatan
Sangat tergantung dan tidak dapat
melakukan atau berpartisipasi dalam
perawatan
Keadaan postur yang seimbang sesuai dengan garis sumbu dengan sentralnya
adalah gravitasi. Kemampuan tubuh dalam mempertahankan keseimbangan seperti
kemampuan mangangkat beban, maksimal 57 %.
DERAJAT KEKUATAN OTOT

Skala Persentase Karakteristik


Kekuatan Normal
(%)
0 0 Paralisis sempurna
1 10 Tidak ada gerakan, kontraksi otot
dapat di palpasi atau dilihat
2 25 Gerakan otot penuh melawan
gravitasi dengan topangan
3 50 Gerakan yang normal melawan
gravitasi
4 75 Gerakan penuh yang normal
melawan gravitasi dan melawan
tahanan minimal
5 100 Kekuatan normal, gerakan penuh
yang normal melawan gravitasi dan
tahanan penuh

B. Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan aktivas


1. Tulang
Tulang merupakan organ yang memiliki berbagai fungsi, diantaranya sebagai
berikut :
a) Fungsi mekanis untuk membentuk rangka dan tempat melekatnya
berbagai otot
b) Fungsi sebagai tempat penyimpanan mineral, khususnya kalsium dan
fosfor yang bisa dilepaskan setiap saat sesuai kebutuhan
c) Fungsi tempat sumsum tulang dalam membentuk sel darah
d) Fungsi pelindung organ-organ dalam

Terdapat tiga jenis tulang, yaitu tulang pipih seperti tulang kepala dan
pelvis; tulang kuboid seperti tulang vertebra dan tulang tarsalia, serta tulang
panjang seperti tulang femur dan tibia. Tulang panjang umumnya berbentuk
lebar pada kedua ujung dan menyempit di tengah. Bagian ujung tulang panjang
dilapisi oleh kartilago dan secara anatomis terdiri atas epifisis, metafisis dan
diafisis. Epifisis dan metafisis terdapat pada kedua ujung tulang yang terpisah
dan lebih elastis pada masa anak-anak serta akan menyatu pada masa dewasa.

2. Otot dan Tendon


Otot memiliki kemampuan berkontraksi yang memungkinkan tubuh bergerak
sesuai dengan keinginan. Otot memiliki origo dan insersi tulang, seta
dihubungkan dengan tulang melalui tendon,yaitu suatu jaringan ikat yang
melekat dengan sangt kuat pada tempat insersinya di tulang.Terputusnya tendon
akan mengakibatkan kontraksi.Otot tidak dapat menggerakkan organ di tmpat
insersi tendon yang bersangkutan, sehingga diperlukan penyambungan atau
jahitan agar dapat berfungsi kembali.
3. Ligamen
Ligamen merupakan bagian yang menghubungkan tulang dengan
tulang.Ligamen pada lutut merupakan struktur penjaga stabilitas,oleh karena itu
jika terputus akan mengakibatkan ketidak stabilan.
4. Sistem Saraf
Sistem saaf terdiri atas sistem saraf pusat (otak dan medula spinalis) dan
sistim saraf tepi (percabangan dari sisti saraf pusat).Setiap saraf memiliki bagian
somatis dan otonom.Bagian somtis memiliki fungsi sensorik dan
motorik.Terjadinya kerusakan pada sistem saraf pusat pada faktur tulang
belakang dapat menyebabkan kelemahan secara umum,sedangkan kerusakan
saraf tepi dapat mengakibatkan terganggunya daerah yang diinervasi,dan
kerusakan pada saraf radial akan mengakibatkan drop hand atau gangguan
sensorik di daerah radial tangan.
5. Sendi
Sendi merupakan tempat dua atau lebih ujung tulng bertemu.Sedi
membuat sekmentasi dari kerangka tubuh dan memungkinkan gerakan
antarsegmen dan berbagi derajat pertumbuha tulang.Terdapat beberapa jenis
sendi,misalnya sendi sinovial yang merupakan sendi kedua ujung tulang
berhadapan di lapisi oleh kartilago artikuler,ruang sendinya tertutup kapsul sendi
dan berisi cairan sinovial.Selain itu,terdapat pula sendi bahu,sendi
panggul,lutut,dan jenis sendi lain seperti sendesmosis,sinkondrosis,dan simfisis.

C. FACTOR YANG MEMPENGARUHI MOBILITAS

Mobilitas seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantranya sbagai berikut

1. Gaya Hidup. Prubahan gaya hidup yang mempengaruhi kemampuan mobilias


seseorang katena gaya hidup yang berdampak pada perlilaku pada atau
kebiasan sehari-hari
2. Peoses Penyakit / Cedera. Proses penyakit dapat mempengaruhi kemampuan
mobilitas karena dapat mempengaruhi fungsi system tubuh. Sebagai contoh ,
orang yang menderita fraktur femur akan mengalami keterbatasan pergerakan
dalam eksremitas bagian bahwa.
3. Budaya . Kemampuan melakukan mobilitas dapat juga dipengaruhi
kebudayaan. Sebagai contoh, orang yang memiliki budaya sering berjalan jauh
memiliki kemampuan mobilitas yang kuat , sebaliknya ada orang yang menglami
ganguan mobiltas atau (sakit) karena adat dan buadya tertentu dilarang untuk
beraktifitas.
4. Tingkat Energi. Energi adalah sumber untuk melakukan mobilitas. Agar
seseorang dapat melakukan mobilitas dengan baik , dibutukan energy yang
cukup.
5. Usia Dan Status Perkembangan . Terdapat perbedaan kemampuan mobilitas
pada tingkat usia yang berbeda . Hal ini dikarenakan kemampua atau
kematangan fungsi alat gerak sejalan dengan perkembangn usia . .

➢ IMMOBILITAS

Imbobiltas atau imobilisasi merupakan keadan, yakni seseorang tidak dapar


bergerak secara bebas karena kondisi yang mengangu pergerakan (aktifitas), misalnya
mengalami trauma tulang belakang , cedera otak berat dirsertai faktur pada ekstremitas
,dan sebagainya .

Jenis imobilitas sbb:

1. Imobilitas Fisik, merupak pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan


tujuan mencegah terjadinya ganguan konplikasi pergerakan ,seperti pada pasien
dengan hemiplegia yang tidak mampu mempertahankan tekanna didaerah
paralisis sehingga tidak dapat mengubah posisi tubuhnya untuk mengurangi
tekanan .
2. Imobilitas Intelektual, merupakan keadanan ketika seseorang mengalami
keterbatasan daya pikir ,seperti pada pasien yang mengalami kerusakan otak
akibat suatu penyakit.
3. Imobilitas Emosional, keeadan ketika seseorang mengalami pembatasan
secara emosional karena adanya perubahan secara tiba-tiba dalam
menyesuikan diri .sebagai contoh, keaadan stress berat dapat disebabkan
karena beda amputasi ketika seseorang mengalami kehilangan aggota tubuh
atau kehilagna sesuatu yang paling dicintai .
4. Imobilitas Social, keadaan indifidu yang mengalami hambatan dalam
melakukan interaksi social katena keadan penyakitnya sehing adapat
mempengerahui perannya dalam kehidupan social .
D. Perubahan sistem tubuh akibat Imobilitas
Dampak dari imobilitas dalam tubuh dapat memengaruhi sistem tubuh, seperti
perubahan pada metabolisme tubuh, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit,
gangguan dalam kebutuhan nutrisi, gangguan fungsi gastrointestinal, perubahan
sistem pernafasan, perubahan kardiosvaskular, perubahan sistem muskoluskeletal,
perubahan kulit, perubahan eliminasi (BAB & BAK), dan perubahan perilaku.
1. Perubahan Metabolisme
Secara umum, imobilitas dapat mengganggu metabolisme secara normal,
mengingat imobilitas dapat menyebabkan turunnya kecepatan metabolisme dalam
tubuh. Hal tersebut dapat dijumpai pada menurunnya basal metabolic rate (BMR)
yang menyebabkan berkurangnya energi untuk perbaikan sel-sel tubuh, sehingga
dapat memengaruhi gangguan oksigenasi sel. Perubahan metbolisme imobilitas
dapat mengakibatkan proses anabolisme menurun dan katabolisme meningkat.
Keadaan ini dapat beresiko meningkatkan gangguan metabolisme. Proses
imobilitas dapat juga menyebabkan penurunan eksresi urin dan peningkatan
nitrogen. Hal tersebut dapat ditentukan pada pasien yang mengalami imobilitas
pada hari kelima dan keenam. Beberapa dampak perubahan metabolisme
diantaranya adalah pengurangan jumlah metabolisme, atropi kelenjar dan
katabolisme protein, ketidakseimbangnya cairan dan elektrolit, demineralisasi
tulang, gangguan dalam mengubah zat gizi, serta gangguan gastrointestinal.
2. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
Terjadinya ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sebagai dampak dari
imobilitas akan mengakibatkan persediaan protein menurun dan konsentrasi protein
serum berkurang sehingga dapat mengganggu kebutuhan cairan tubuh. Disamping
itu, berkurangnya perpindahan cairan dan intravaskuler ke interstisial dapat
menyebabkan edema sehingga terjadi ketidakseimbangan caira dan elektrolit,
imobilitas juga dapat menyebabka demineralisasi tulang akibat menurunnya
aktivitas otot, sedangkan meningkatkan demineralisasi tulang dapat mengakibatkan
reabsorpsi kalium.
3. Gangguan perubahan zat gizi
Terjadinya gangguan zat gizi yang disebabkan oleh menurunnya pemasukan
protein dan kalori dapat mengakibatkan perubahan zat-zat makanan pada tingkat
sel menurun, yatu sel tidak lagi menerima glukosa, asam amino, lemak, dan
oksigen dalam jumlah yang cukup untuk melaksanakan aktivitas metabolisme.
4. Gangguan fungsi gastrointestinal
Imobilitas dapat menyebabkan gangguan fungsi gastrointestinal. Hal ini
disebabkan karena imobilitas dapat menurun hasil makanan yang dicerna,
sehingga penurunan jumlah masukan yang cukup dapat menyebabkan keluhan,
seperti perut kembung, mual, dan nyeri lambung yang dapat menyebabkan
gangguan eliminasi.
5. Perubahan sistem pernafasan
Imobilitas menyebabkan terjadinya perubahan sistem pernafasan. Akibat
imobilitas, kadar hemoglobin menurun, ekspansi paru menurun dan terjadi lemah
otot yang dapat menyebabkan proses metabolisme terganggu. Terjadinya
penurunan kadar hemoglobin dapat menyebabkan penurunan aliran oksigen dari
alveoli ke jaringan, sehingga menyebabkan anemia. Penurunan ekspansi paru
dapat terjadi karena tekanan yang meningkat oleh permukaan paru.
6. Perubahan kardiosvaskular
Perubahan sistem kardiosvaskular akibat imobilitas antara lain dapat berupa
hipotensi ortostatik, meningkatnya kerja jantung, dan terjadi pembentukan trombus.
Terjadinya hipotensi ortostatik dapat disebabkan oleh menurunnya kemampuan
saraf otonom. Pada posisi yang tetap dan lama, reflek newrovaskular akan
menurun dan menyebabkan vasokonstriksi, kemudian darah terkumpul pada vena
bagian bawah sehingga aliran darah kesistem sirkulasi pusat terhambat.
Meningkatnya kerja jantung dapat disebabkan karena imobilitas dengan posisi
horizontal. Dalam keadaan normal, darah yang terkumpul pada ekstremitas bawah
bergerak dan meningkatkan aliran vena kembali ke jantung dan akhirnya jantung
akan meningkatkan kerjanya. Terjadinya trombus disebabkan oleh meningkatnya
vena statis yang merupakan hasil penurunan kontaksi muscular sehinggah
meningkatkan arus balik vena.
7. Perubahan system musculoskeletal
Perubahan yang terjadi dalam system musculoskeletal sebagai dampak dari
imobilitas adalah sebagai berikut :
a. Gangguan Muskular. Menurunnya massa otot sebagai dampak imobilitas
dapat menyeakan turunnya kekuatan otot secara langsung. Menurunnya fungsi
kapasitas otot ditandai dengan menurunnya stabilitas. Kondisi berkurangnya
massa otot dapat meyebabkan aptropi pada otot. Sebagai contoh, otot betis
seseorang yang telah dirawat lebih dari enam minggu ukrannya akan lebih kecil
selain menunjukkan tanda lemah atau lesu.
b. Gangguan skeletal. Adanya imobilitas juga dapat menyebabkan gangguan
skeletal,misalnya akan mudah terjadinya kontraktur sendi dn osteoporosis.
Kontraktur merupakan kondisi yang abnormal dengan kriteria adanya fleksi
dan fiksasi yang disebabkan atropi dan memendeknya otot. Terjadinya
kontraktur dapat menyebabkan sendi dalam kedudukan yang tidak berfungsi.
Osteoporosis terjadi karena reabsorpsi tulang semakin besar, sehingga yang
menyebabkan jumlah kalsium ke dalam darah menurun dan jumlah kalsium
yang dikeluarkan melalui urin semakin besar.

8. Perubahan system integument


Perubahan system integument yang terjadi berupa penurunan elastisitas kulit
karena menurunnya sirkulasi darah akibat imobilitas dan terjadinya iskemia serta
nekrosis jaringan super fisial dengan adanya luka dekubitus sebagai akibat tekanan
kulit yang kuat dan sirkulasi yang menurun ke jaringan.
9. Perubahan eliminasi
Perubahan dalam eliminasi misalnya penurunan jumlah urin yang mungkin
disebabkan oleh kurangnya asupan dari penurunan curah jantung sehingga aliran
darah renal dan urin berkurang
10. Perubahan perilaku
Perubahan perilaku sebagai akibat imobilitas, antara lain timbulnya rasa
bermusuhan, bingung, cemas, emosional tinggi, depresi, perubahan siklus tidur,
dan menurunnya koping mekanisme. Terjadinya perubahan perilaku tersebut
merupakan dampak imobilitas karena Selma proses imobilitas seseorang akan
mengalami perubahan peran, konsep diri, kecemasan, dll.

E. Postur tubuh
Postur tubuh (body alignment) merupakan susunan geometris dari bagian-bagian
tubuh yang berhubungan dengan bagian tubuh yang lain. Bagian yang dipelajari dari
postur tubuh adalah persendian, tendon, ligament, dan otot. Apabila keempat bagian
tersebut digunakan dengan benar dan terjadi keseimbangan, maka dapat
menjadikan fungsi tubuh maksimal, seperti dalam posisi duduk, berdiri, dan
berbaring yang benar.
Postur tubuh yang baik dapat meningkatkan fungsi tangan dengan baik,
mengurangi jumlah energy yang digunakan, mempertahankan keseimbangan,
mengurangi kecelakaan, memperluas ekspansi paru, dan meningkatkan sirkulasi,
baik renal maupun gastrointestinal. Untuk mendapatkan postur tubuh yang benar,
terdapat beberapa pinsip yang perlu diperhatikan, diantaranya sebagai berikut :
1. Keseimbangan dapat dipertahankan jika garis gravitasi (line of gravity-garis
imaginer vertical) melewati pusat gravitasi (center of gravity-titik yang berada di
pertengahan garis tubuh) dan dasar tumpuan (base of support-posisi
menyanggah atau menopang tubuh).
2. Jika dasar tumpuan lebih luas dan pusat gravitasi lebihrendah, kestabilan dan
keseimbangan akan lebih besar.
3. Jika garis gravitasi berada di luar pusat dasar tumpuan, energi akan lebih
banyak digunakan untuk mempertahankan keseimbangan
4. Dasar tumpuan yang luas dan bagian-bagian dari postur tubuh yang baik akan
menghemat energi dan mencegah kelelahan otot.
5. Perubahan dalam posisi tubuh membantu mencegah ketidaknyamanan otot.
6. Memperkuat otot yang lemah dapat membantu mencegah kekakuan otot dan
ligament
7. Posisi dan aktivitas yang bervariasi dapat membantu mempertahankan otot
serta mencegah kelelahan
8. Pergantian antara masa aktivitas dan istirahat dapat mencegah kelelahan
9. Membagi keseimbangan antara aktivitas pada lengan dan kaki untuk
mencegah beban belakang
10. Postur yang buruk dalam waktu yang lama dapat menimbulkan rasa nyeri,
kelelahan otot, dan kontraktur.

F. KEBUTUHAAN MEKANIKA TUBUH DAN AMBULASI

Mekanika tubuh adalah usaha keordinasi dari muskulos keletal dan system
saraf untuk mempertahankan keseimbangan yang tepat . Mekanika tubuh dan ambulasi
merupaka cara menguna tubuh secara efisien, yaitu tidak banyak mengelurakan tenaga
,terkoordinasi , serta aman dalam mengerakan dan mempertahankan keseimbangan
selama aktifitas . Pengeunaan mekanika tubuh secara benar dapar meningkatan fungsi
tubuh terhadap susunan muskulos kletal , mengurangi tenaga yang dikeluarkan , dan
mengurangi kelelahan .Kebutuhan bergerak sangat diutukan karen pergerakn dapat
memenuhi kebutuhan dasar manusia dan melindungi diri dari kecelakan seperti jatuh.

1. Prinsip mekanika tubuh


Prinsip yang digunakan dalam mekanika tubuh adalah sbb:
a) Grafitasi .
1. Grafitasi merupakan prinsip pertama yang harus
diperhatikan dalam melakukan mekanika tubuh dengan
benar , yaitu memandang gafitasi sebagai sumbuh dalam
pergerakan tubuh. Terdapat 3 faktor yang perlu diperhatikan
daam grafitasi sbb:
❖ Pusat grafitasi (center off grafity), titik yang berada
dipertengan tubuh .
❖ Garis grafitasi (line off grafity), merupakan garis
imaginer fertikal melalui pusat grafatasi .
❖ Dasar tumpuan (base off support), merupakan dasar
tempat secara seseorang dalam posisi istrahat untuk
menopang atau menahan tubuh .
b) Keseimbangan .
Keseimbangan dalam pengunaan mekanika tubuh dicapai dengan
cara mempertahan posisi garis grafitasi diantara pusat grafitasi
dan dasar tumpuan .
c) Berat. Dalam menggunakan mekanika tubuh yang sangat
diperhatikan adalah berat atau bobot benda yang akan diangkat
karena berat benda akan mempengaruhi mekanika tubuh.
2. Pergerakan dasar dalam mekanika tubuh
Mekanika tubuh dalam ambulasi merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas
manusia.Sebelum melakukan mekanika tubuh,terdapat pergerakan dasar yang
harus diperhatikan,diantaranya sebagai berikut.
a) Gerakan (ambulating).Gerakan yang benar dapat
membantu mempertahankan keseimbangan
tubuh.Sebagai contoh,keseimbangan pada saat oring
berdiri dan saat orang berjalan akan berbeda.Orang yang
berdiri akan mudah stabil dibandingkan dengan orang
yang berjalan,karena pada posisi berjalan terjadi
perpindahan dasar tumpuhan dari sisi satu ke sisi lain
dan pusat gravitasi selalu berubah pada posisi kaki.Pda
saat berjalan terdapat dua fase, yaitu fase menahan
berat dan fase mengayun,yang akan menghasilkan
gerakan halus dan berirama.
b) Menahan (squatting).Dalam melakukan pergantian,
posisi menahan selalu berubah.Sebagai contoh, posisi
orang yang duduk akan berbeda dengan orang yang
jongkok,dan tentunya juga berbeda dengan posisi
membungkuk.Gravitasi adalah hal yang perlu
diperhatikan untuk memberikan posisi yang tepat dalam
menahan.Dalam menahan sangat diperlukan dasar
tumpuan yag tepat untuk mencegah kelainan tubuh dan
memudahkan gerakan yang akan dilakukan.
c) Menarik (kulling).Menarik dengan benar akan
memudahkan untuk memindahkan benda.Terdapat
beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum menarik
benda,diataranya ketinggian,letak benda (sebaiknya
berada di depan orang yang akan menarik ), posisi kaki
dan tubuh dalam menarik (seperti condong kedepan dari
panggul),sodorkan telapak tangan dan lengan atas
dibawah pusat gravitasi pasien,lengan atas dan siku
terletak pada permukaan tempat tidur, pinggul,
lutut,dalam pergelangan kaki ditekuk,lalu lakukan tar
penarikan.
d) Mengangkat atau (lifting).mengangkat merupakancara
pergerkandaya tarik.Gunakan otot –otot besar dari
tumit,paha bagian atas,kaki bagian bawah,perut,dan
pinggul untuk mengurangi rasa sakit pada daerah tubuh
bagian belakang.
e) Memutar [pivoting].memutar merupakan gerakan untuk
memutar anggota tubuh dan bertumpu pada tulang
belakang.gerkan memutar yang baik memperhatikan
ketiga unsur gravitasi dalam penggerakan agar tidak
memberi pengaruh buruk pada fostur tubuh

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi mekanika tubuh dan ambulasi

a) Status kesehatan.perubahan status kesehatan dapat


mempengaruhi system musculoskeletal dan system
saraf berupa penurunan koordinasi.perubahan
tersebut dapat di sebabkan oleh
penyakit,berkurangnya kemampuan untuk melakukan
aktivitas sehari-hari,dan lain-ain.
b) Nutrisi.salah satu fungsi nutrisi bagi tubuh adalah
membantu proses pertumbuhan tulang dan perbaikan
sel.kekurangan nutrisi bagi tubuh dapat menyebabkan
kelemahan otot dan memudahkan terjadinya
penyakit.sebagai contoh,tubuh yang kekurangan
kalsium akan lebih muda mengalami fraktur.
c) Emosi.kondisi fisikologis seseorang dapat
memudahkan perubahan perilaku yg dapat
menurunkan kemampuan mekanika tubuh dan
ambulasi yang baik.seseorang yang mengalami
perasaan tidak aman,tidak bersemangat,dan harga diri
yang rendah,akan mudah mengalami perubahan
dalam mekanika tubuh dan ambulasi.
d) Situasi dan kebiasaan.situasi dan kebiasaan yang
dilkukan seorang,misalnya sering mengangkat benda-
benda yang berat,akan menyebabkan perubahan dan
mekanika tubuh dan ambulasi.
e) Gaya hidup.perubhan pola hidup sesorang dapat
menyebabkan sters dan kemungkinan besar akan
menimbulkan kecerobohan dan neurologi,yang
akhirnya akan mengakibatkan perubahan mekanika
tubuh.
f) Pengatahuan.pengatahuan yang baik terhadap
pengguna mekanika tubuh akan mendorong
seseorang untuk mempergunaknya dengan
benar,sehingga mengurangi tenaga yang
dikeluarkan.sebaliknya,pengatahuan yang kurang
memadai dalam penggunaan mekanika tubuh akan
menjadikan seseorang beresiko mengalami gangguan
koordinasi system neurologi dan musculoskele

4.Dampak Mekanik Tubuh dan Ambulasi

Penggunaan mekanika tubuh secara benar dapat mengurangi pengeluaran


energy secara berlebihan.dampak yang dapat ditimbulka dari penggunaan mekanika
tubuh yang salah adalah sebagai berikut :

a) Terjadi ketegangan memudahakn timbulnya kelelahan dan gangguan


dalam system musculoskeletal.
b) Resiko terjadinya kecelakaan pada system muskuloskeletal.seseorang
salah dalam berjongkok atau berdiri,maka akan memudahkan terjadinya
gangguan dalam struktur muskculoskeletal,misalnya kelainan pada tulang
vertebra

G. Prosedur Tindakan Keperawatan Pada Gangguan Kebutuhan Aktivitas


1. Menerima pasien baru
Prosedur penerimaan pasien baru merupakan prosedur yang mengatur
penerimaan baru masuk dirumah sakit untuk dilakukan perawatan,dengan
tutjuan mengatahui keadaan pasien dan melakukan perewatan pasien.
Persiapan:
❖ Tempat tidur dalam keadaan bersih dan siap pakai,serta fasilitas lainya.
❖ Meja dan kursi pasien.
❖ Dokumen rekam medis.
❖ Alat pemeriksaan fisik,anatara lain thermometer,tensimeter,timbangan
BB bila perlu.
Cara pelaksanaan:
• Lakukan penerimaan pasien diruangan.
• Perkenalkan diri pada klien dan keluarganya.
• Pindahkan pasien ke tempat tidur (apabila pasien datang
dengan berangkat atau kursi roda) dan berikan posisi yang
nyaman.
• Perkenalkan pasien baru dengan pasien yang sekamar
• Berikan informasi pada kilen dan keluarga tentang oriantasi
ruangan,termasuk perawat yang bertanggung jawab dan
sentralisasi obat,dokter yang bertanggung jawab dan jadwal
visite,serta tata tertib ruangan.
• Lakukan pengkajian data pasien
• Lakukan inform consent umtuk pelaksanaan perawat
diruangan

2. Mentransfortasi pasien

Merupakan tindikan memindahkan pasien dari temat tidur ke ranchabrd.

Cara pelaksanaan:

• Jelaskan prosedur yang akan dilakukan


• Atur branchard dalam posisi terkunci
• Bantu pasien dengan 2-3 petugas
• Berdirilah menghadap pasien
• Silangkan tangan didepan dada
• Petugas/pelaksana menekuk lutut kemudian memasukan
tangannya kebawah tubuh pasien
• Petugas pertama meletakan tangan di bawah leher/bahu
dan bawah piggang,peugas kedua meletakan tangan di
bawah pinggang dan panggul pasien,sedangkan petugas
ketiga meletakan tangan di bawah pinggung dan kaki
• Angkat bersama-sama dan pindahkan ke bernchard
• Atur posisi pasien di bernchard

Memosikian pasien fowler,semi-fowler,litotomi,dorsal


recumbent,SIM,trendelenburg,supine,prone miring kanan dan
kiri.

❖ Posisi Fowler

Merupakan posisi dengan stengah duduk atau duduk,di mana bagian kepala
bagian tempat tidur lebih tinggi.

Pesiapan alat dan bantal


Cara pelaksanaan;

a. Cuci tangan
b. Jelaskan prosedur yang akan di lakukan.
c. Tinggikan kepala tempat tidur 45-60 derajat
d. Kompakan kepala di atas tidur atau bantal kecil
e. Gunakan bantal untuk menyongkong lengan dan tanagn bila pasien
tidak dapat mengntrolnya secara sadar dapat menggunakn tangan
dan lengan
f. Tempatkan bantal tipis di punggumg bawah
g. Tempatkan bantal kecil atau gulngan handuk di bawah paha
h. Tempatkan banatal kecil atau gulungan di bawah pergelangan kaki
i. Tempatkan papan kaki di dasar telapak kaki pasien
j. Turunkan tempat tidur
k. Observasi posisi pasien kesejajaran tutbuh,dan tingkat
kenyamanan
l. Cuci tanagan
m. Catat respon pasien

Figure 1 Posisi Fowler

❖ Posisi Sim

Merupakan posisi berbaring miring baik ke kanan atau ke kiri.

Persiapan alat dan bantal

Cara pelaksanaan:

a. Cuci tangan
b. Jelaskan prosedur yang akan di lakukan
c. Tempatkan kepala datar di tempat tidur
d. Tempatkan pasien dalam posisi telentang
e. Posisikan pasien dalam posisi miring yang sebagian pada
adoment
f. Tempatkan bantal di bawah kepala
g. Tempatkan bantal di bawah lengan atas yang difleksikan dan
menyongkong lengan setinggi bahu,sokong lengan lain di atas
tempat tidur
h. Tempatkan bantal di bawah tungkai atas yang difleksikan,yang
menyongkong tungkai setinggi panggul
i. Tempatkan bantal pasien parallel dengan permukaan lantar kaki
j. Turunkan tempat tidur
k. Observasi kesejajaran tubuh,tingkat kenyamanan dan titik
potensi tekanan
l. Cuci tangan
m. Catat respon pasien

Figure 2 Posisi Sims

❖ Posisi Trenddelengburg

Merupakan posisi dengan bagian kepala lebih rendah dari bagian kaki

Persiapan alat dan bahan

a. Bantal
b. Tempat tidur khusus
c. Balok penompang kaki tempat tidur

Cara pelaksanaan:

a. Cuci tangan
b. Jelaskan prosedur yang akan di lakukan
c. Pasien dalam keadaan berbaring
d. Tempatkan bantal di anatara kepala dan ujung tempat tidur
pasien
e. Tempatakan bantal di bawah lipatan lutut
f. Tempatkan balok penompang di bagian kaki tempat tidur
g. Atur tempat tidur khusus,tinggalkan bagian kaki pasien
h. Cuci tangan
i. Catat respon pasien

Figure 3 Posisi Trenddelengburg

❖ Posisi dorsal recumbent

Merupakan posisi telentang dengan kedua lutut di tarik atau di renggangkan

Persiapan alat dan bahan:

a. Bantal
b. Tempat tidur khusus
c. Selimut

Caranya:

a. Cuci tanagan
b. Jelaskan prosedur yang akan di lakukan
c. Pasien dalam keadaan berbaring
d. Pakaian bawah di buka
e. Tekuk lutut dan renggangkan
f. Pasien sekimut untuk menutupi area genitalia
g. Cuci tangan
h. Catat respon pasien
Figure 4 Posisi Dorsal Document

❖ Posisi Litotomi

Merupakan posisi telentang dengan kedua lutut di tarik atau di renggangkan

Persiapan Alat dan bahan

a. Bantal
b. Tempat tidur khusus
c. Selimut

Cara pelaksanaan:

a. Cuci tangan
b. Jelaskan prosedur yang akan di lakukan
c. Pasien dalam keadaan berbaring
d. Angkat kedua paha dan di tarik ke atas abdomen
e. Tungkai bawah membentuk sudut 90 derajat terhadap paha
f. Letakan bagian lutut atau kaki pada penyangga kaki di tempat tidur
khusus untuk posisi litotomi
g. Pasang selimut
h. Cuci tangan
i. Catat respon pasien
Figure 5 Posisi Litotomi

❖ Posisi Genu Pektoral ( Knee Chest)

Merupakan posisi menungging dalam kedua kaki di tekuk dan dada menempel
pada bagian alat tempat tidur

Persiapan alat/bahan:

a. Tempat tidur
b. Selimut

Cara pelaksanaan:

a. Cuci tangan
b. Jelaskan prosedur yang akan di lakukan
c. Minta pasien untuk mengambil posisi menungging dengan kedua kaki di
tekuk dan dada menempel pada matras tempat tidur
d. Pasang selimut untuk menutupi daerah parineal pasien
e. Cuci tangan
f. Catat respon pasien.

Figure 6 Posisi Genu Pektoral


Figure 8 Membantu pasien berjalan

Figure 7 Membantu pasien pindah Figure 9 Mengajarkan pasien untuk


dari tempat tidur ke kursi roda menggunakan kaki empat

3. Melatih Jalan

Diawali dengan duduk di atas tempat tidur. Caranya :

1) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan


2) Anjurkan pasien untuk meletakkan tangan di samping badannya, dengan
telapak tangan menghadap ke bawah
3) Berdirilah di samping tempat tidur, kemudian letakkan tangan petugas
pada bahu pasien
4) Bantu pasien untuk duduk dan beri penopang/bantal

4. Membantu berjalan

Caranya :

1) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.


2) Anjurkan pasien untuk meletakkan tangan di samping badan atau
memegang telapak tangan petugas
3) Berdirilah di samping pasien, pegang telapak dan lengan tangan pada
bahu pasien
4) Bantu pasien untuk jalan

5. Melatih penggunaan alat bantu berjalan kursi roda, kruk, tripot


turun dan berdiri,
caranya :
1) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2) Atur kursi roda dalam posisi terkunci
3) Berdirilah menghadap pasien dengan kedua kaki merenggang
4) Fleksikan lutut dan pinggang petugas/pelaksana
5) Anjurkan pasien untuk meletakkan kedua tanganya di bahu petugas
dan letakkan kedua tangan petugas/pelaksana di samping kanan kiri
pinggang pasien
6) Ketika pasien melangkah ke lantai, tahan lutut petugas pada lutut
pasien
7) Bantu berdiri tegak dan jalan sampai ke kursi
8) Bantu pasien duduk di kursi dan atur posisi secara nyaman

6. Memandikan pasien di atas tempat tidur

Persiapan alat dan bahan :

1) Satu stel pakaian bersih


2) Baskom mandi yang berisi air baik hangat atau dingin, baskom mandi
2 buah, masing-masing berisi air dingin dan hangat 2/3 bagian
3) Sabun mandi dalam tempatnya
4) Dua handuk bersih
5) Tiga washlap
6) Kain penutup/selimut
7) Tempat untuk pakaian kotor
8) Celemek
9) Sarung tangan bersih
10) Bedak badan/talk
11) Minyak kayu putih *
12) Sampiran *
*jika diperlukan
Cara pelaksanaan adalah sebagai berikut :
1) Jelaskan prosedur pada pasien tentang maksud dan tujuan dilakukan
tindakan
2) Tutup pintu/jendela atau pasang sampiran
3) Atur posisi pasien dalam keadaan telentang
4) Cuci tangan dan keringkan dengan handuk bersih
5) Pakai celemek dan sarung tangan
6) Berdiri di sisi kiri pasien
7) Buuka selimut tempat tidur, atur di bawah kaki pasien kemudian ganti
dengan selimut mandi
8) Buka pakaian pasien bagian atas, lalu menutup bagian yang terbuka
dengan selimut mandi sampai dada
9) Lakukan mencuci muka terlebih dahulu, dengan cara :
a. Handuk bentangkan di bawah kepala pasien
b. Tanyakan pada pasien apakah bisa menggunakan sabun atau
tidak
c. Bersihkan muka, telinga, leher dengan washlap lembab atau
dengan sabun,kemudian bilas sampai bersih
d. Keringkan dengan handuk
10) Lakukan mencuci lengan atau ekstremitas atas dengan cara :
a. Kedua lengan pasien di angkat
b. Pindah handuk di atas dada pasien, kemudian lebarkan ke
samping kiri dan kanan
c. Letakkan kedua tangan pasien di atas handuk yang telah
dilebarkan
d. Kedua lengan pasien di basahi dan disabuni dari ujung jari ke arrah
pangkal lengan yang dimulai dengan bagian yang terjauh
e. Lakukan pembilasan sampai bersih, dan keringkan dengan handuk
11) Lakukan mencuci bagian dada dengan perut, dengan cara :
a. Selimut mandi di turunkan sampai perut bagian bawah
b. Angkat kedua tangan pasien, kemudian handuk di angkat dan
bentangkan disisi pasien
c. Basahi bagian ketiak, dada, dan perut kemudian disabun, lalu di
bilas sampai bersih dan keringkan dengan handuk
d. Kalau perlu olesi minyak kayu putih dan berikan bedak merata
kemudian ditutup kembali selimut mandi
12) Lakukan mencuci punggung dengan cara :
a. Miringkan pasien ke kiri
b. Bentangkan handuk di bawah punggung sampai glutea
c. Basahi daerah punggung hingga glutea, kemudian disabun, dibilas
selanjutnya dikeringkan dengan handuk
d. Berikan minyak kayu putih kalau perlu dan bedak secara merata
e. Miringkan pasien ke kanan, kemudian handuk bentangkan di
bawah punggung sampai glutea
f. Cuci punggung kiri sebagaimana punggung kanan
g. Beri minyak kayu putih, kalau perlu/beri bedak hingga merata
kemudian pasien di telentangkan
h. Pakaian di bagian atas dipasangkan dengan rapi
13) Lakukan pencucian daerah kaki :
a. Ganti air dengan air bersih, kemudian cuci dan bersihkan dengan
washlap sampai bersih
b. Pakaian bawah ditanggalkan, kemudian tutup kembali dengan
selimut mandi
c. Keluarkan kaki terjauh dari selimut mandi
d. Handuk di bentangkan di bawahnya dan lutut di tekuk
e. Bersihkan kaki dengan sabun, dibilas selanjutnya dikeringkan,
demikian dengan kaki yang lain
14) Lakukan mencuci lipatan paha dan genitalia, dengan cara :
a. Bentangkan handuk di bawah glutea, celana dalam di tanggalkan
b. Basahi daerah lipatan paha dan genitalia kemudian diberi sabun, di
bilas, dan dikeringkan
c. Ganti celana dalam yang bersih dan pasangkan pakaian bagian
bawah
15) Rapikan pasien dan atur posisi yang aman dan nyaman
16) Lepaskan sarung tangan dan bereskan alat
17) Cuci tangan

Figure 10 Memandikan Pasien

7. Merawat gigi dan mulut, menyikat gigi pada pasien yang tidak
sadar

Merupakan tindakan pada pasien dengan cara membersihkan serta


menyikat gigi dan mulut secara teratur. Tindakan ini dilakukan pada
pasien yang tidak mampu mempertahankan kebersihan mulut dan gigi.
Tujuan prosedur ini adalah mencegah infeksi pada mulut akibat kerusakan
pada daerah gigi dan mulut, membantu menambah nafsu makan dan
menjaga kebersihan gigi dan mulut

Persiapan alat dan bahan :

1) Kain dan pengalas


2) Gelas kumur berisi :
• Air masak atau NaCl
• Obat kumur
• Boraks gliserin
3) Spatel lidah telah dibungkus dengan kain kasa
4) Kapas lidi
5) Bengkok
6) Kain kasa
7) Pingset atau arteri klem
8) Sikat gigi dan pasta gigi

Cara pelaksanaan

1) Jelaskan prosedur pada pasien/keluarga


2) Cuci tangan
3) Atur posisi pasien
4) Pasang handuk dibawah dagu dan pipi pasien
5) Ambil pinset dan bungkus dengan kain kasa yang beisi air dan NaCl
6) Anjurkan pasien untuk membuka mulut atau dengan sudip lidah bila pasien
tidak sadar
7) Lakukan pembersihan mulai dari dinding rongga mulut, gusi, gigi, lidah, bibir,
bila sudah kotor letakkan di bengkok
8) Lakukan hingga bersih, setelah itu oleskan boraks gliserin
9) Untuk perawatan gigi lakukan penyikatan dengan gerakan naik turun
kemudian bilas dan keringkan
10) Cuci tangan

8. Mencuci dan Menyisir rambut

Merupakan tindakan pada pasien dengan cara mencuci dan menyisir


rambut yang dilakukan pada pasien tidak mampu memenuhi kebutuhan
perawatan diri dan pada pasien yang akan menjalani operasi besar. Tujuan
prosedur ini adalah membersihkan kuman yang ada pada kulit kepala dan
rambut, menambah rasa nyaman, membasmi kutu atau ketombe yang melekat
pada kulit, serta memperlancarkan system peredaran darah di bawah kulit, dan
menghilangkan bau.

Persiapan alat dan bahan


1) Handuk secukupnya (dua helai)
2) Perlak atau pengalas
3) Baskom berisi air hangat
4) Shampoo dalam tempatnya
5) Kasa dan kapas
6) Sisir
7) Bengkok berisi larutan desinfektan 2-3%
8) Gayung
9) Ember kosong
10) Sampiran
11) Celemek untuk petugas
12) Alat pengering rambut
13) Sarung tangan bersih
14) Talang untuk mengalirkan air

Cara pelaksanaan

1) Jelaskan prosedur pada klien


2) Cuci tangan
3) Mengenakan sarung tangan dan celemek
4) Tutup jendelan atau pasang sampiran
5) Mengganti selimut pasien dengan selimut mandi
6) Atur posisi tidur pasien dengan kepala di pinggir tempat tidur
7) Letakkan baskom di bawah tempat tidur tepat di bawah kepala pasien
8) Pasang perlak atau pengalas di bawah kepala dan disambungkan kea rah
bagian baskom dengan pinggir digulung
9) Tutup telinga dengan kapas
10) Tutup dada dengan handuk sampai ke leher
11) Kemudian sisi rambutdan lakukan pencuciandengan air hangat,selanjutnya
menggunakan shampoo dan bilas dengan air hangat sambil dipijat
12) Setelah selesai keringkan
13) Letakkan kepala pada bantal yang telah dialasi handuk kering
14) Rapikan pasien, ganti selimut mandi dengan selimut tidur
15) Cuci tangan

Figure 11 Mencuci rambut pasien


BAB III

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

Rencana

No DIAGNOSA Tujuan & kriteria hasil Intervensi Rasional

1. Intoleransi Setelah dilakukan tindakan Terapi Aktivitas


Aktivitas B/D keperawatan 2x24 jam terjadi Observarsi:
Imobilitas toleransi aktivitas • identifikasi kemampuan • Agar pasien
berpartisipasi dalam mampu
Dengan indikator 1 (Sangat berpartisipasi
aktivitas tertentu
terganggu), 2 (Banyak dalam aktivitas
Terapeutik:
terganggu), 3 (Cukup
• Fasilitas fokus pada • Agar pasien lebih
terganggu), 4 (Sedikit mengutamakan
kemampuan, bukan
terganggu), 5 (Tidak kemampuan
defisit yang dialami
terganggu) dibandingkan
Edukasi : defisit yang
Dengan kriteria hasil :
dialami
• Jelaskan metode • Agar pasien
1. Frekuensi nadi ketika
aktivitas fisik sehari- mengetahui cara
beraktivitas dari
hari, jika perlu.
indikator sangat beraktivitas
terganggu (1) menjadi sehari-hari
sedikit terganggu (4).
2. saturasi oksigen ketika
beraktivitas dari
indikator sangat
terganggu (1) menjadi
sedikit terganggu (4)
3. jarak berjalan dari
indikator sangat
terganggu (1) menjadi
sedikit terganggu (4)

2. Hambatan Dukungan Mobilisasi


Mobilitas Fisik Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24 jam Observasi :
B/D Nyeri
diharapkan pasien dapat
• Identifikasi adanya • Agar pasien lebih
bergerak dengan baik.
nyeri atau keluhan fisik mengetahui
Dengan indikator 1 (sangat lainnya adanya nyeri atau
terganggu), 2 (banyak keluhan fisik
Terapeutik : pada dirinya
terganggu), 3 (cukup
terganggu), 4 (sedikit • Libatkan keluarga • Agar pasien lebih
terganggu), 5 (tidak terganggu) untuk membantu mudah
pasien dalam melakukan
Dengan kriteria hasil : pergerakan
meningkatkan
1. keseimbangan dari pergerakan dengan adanya
indikator sangat bantuan keluarga
terganggu (1) menjadi
Edukasi :
sedikit terganggu (4)
2. cara berjalan dari • Agar pasien
• Anjurkan melakukan
indikator sangat terbiasa
mobilisasi dini
terganggu (1), menjadi melakukan
sedikit terganggu (4) pergerakan
3. bergerak dengan mudah
dari indikator sangat
terganggu (1), menjadi
sedikit terganggu (4)

3. Keletihan B/D Menejemen energi


kondisi Setelah dilakukan tindakan
fisiologis keperawatan selama 2x24 jam Observasi :
(misalnya : diharapkan tingkat kelelahan • Monitor pola dan jam • Agar pasien
penyakit pasien berkurang tidur dapat mengatur
kronis, pola istirahat
Dengan indikator 1 (berat), 2
penyakit
terminal, (cukup berat), 3 (sedang), 4 Terapeutik :
anemia, (ringan), 5 (tidak ada)
• Lakukan latihan • Agar pasien
malnutrisi, Dengan kriteria hasil : rentang gerak pasif dapat bergerak
kehamilan)
1. kelelahan dari indikator dan/atau aktif aktif
berat (1), menjadi ringan Edukasi :
(4)
2. kelesuan dari indikator • Anjurkan tirah baring
berat (1), menjadi ringan • Agar letih yang
(4) dirasakan pasien
3. nyeri otot dari indikator berkurang
berat (1), menjadi ringan
(4)
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan

Kebutuhan aktivitas atau pergerakan dan istirahat tidur merupakan suatu kesatuan yang saling berhubungan dan
saling mempegaruhi. Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang tidak terlepas dari keadekuatan
system persarafan dan musculoskeletal. Aktivitas adalah suatu energy atau keadaan bergerak di mana manusia
memerlukn untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Manusia mempunyai kebutuhan untuk bergerak agar dapat
memenuhi kebutuhan dasarnya dan melindungi diri dari kecelakaan. Mekanika tubuh adalah usaha koordinasi dari
muskuskeletal dan sistem saraf untuk mempertahankan keseimbangan yang tepat. Mekanika tubuh adalah cara
menggunakan tubuh secara efisien, yaitu tidak banyak mengeluarkan tenaga, terkoordinasi secara aman dalam
menggerakkan serta mempertahankan keseimbangan dalam beraktivitas.

Saran

Mempelajari tentang kebutuhan aktivitas akan membuat kita menjadi lebih tau pengertiannya secara mendalam.
Kita akan tau bagaimna seharusnya seorang perawat memberi pelayanan kesehatan dengan baik bagi kesembuhan
kliennya. Kita juga akan tahu bagaimana dampak positif dan negatifnya dari pelayanan yang kita berikan ini terhadap diri
kita, semoga dengan pembuatan makalah ini dapat bermanfaat yang akan menjadi informasi untuk kehidupan kita sehari-
hari
Daftar Pustaka

Ginsberg, Lionel. Lecture Notes Neurologi. 2017. Jakarta: EMS.

Hidayat, A. Aziz Alimul 2016 : Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika

Tarwoto dan Wartonah, 2014. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan, Jakarta : Salemba Medika

Wilkinson, Judith. M. 2016. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Dasar Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta :
EGC

Asmadi, 2018, Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien, Jakarta : Salemba Medika

Hidayat, AAA., & M Uliyah. 2014. Praktik Kebutuhan Dasar Manusia. Surabaya : Health Books Publishing

Anda mungkin juga menyukai