Anda di halaman 1dari 10

16

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian Inkontinensia Urin dan Alvi
3.1.1 Pengkajian Inkontinensia Urin
a) Identitas Klien
Inkontinensia pada umumnya biasanya sering atau cenderung terjadi
pada lansia (usia ke atas 65 tahun), dengan jenis kelamin perempuan, tetapi tidak
menutup kemungkinan lansia laki-laki juga beresiko mengalaminya.
b) Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Meliputi gangguan yang berhubungan dengan gangguan yang dirasakan
saat ini. Berapakah frekuensi inkonteninsianya, apakah ada sesuatu yang
mendahului inkonteninsia (stres, ketakutan, tertawa, gerakan), masukan cairan,
usia/kondisi fisik,kekuatan dorongan/aliran jumlah cairan berkenaan dengan
waktu miksi. Apakah ada penggunaan diuretik, terasa ingin berkemih sebelum
terjadi inkontenin, apakah terjadi ketidakmampuan.
2. Riwayat Kesehatan Klien
Tanyakan pada klien apakah klien pernah mengalami penyakit serupa
sebelumnya, riwayat urinasi dan catatan eliminasi klien, apakah pernah terjadi
trauma/cedera genitourinarius, pembedahan ginjal, infeksi saluran kemih dan
apakah dirawat dirumah sakit.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tanyakan apakah ada anggota keluarga lain yang menderita penyakit
serupa dengan klien dan apakah ada riwayat penyakit bawaan atau keturunan,
penyakit ginjal bawaan/bukan bawaan.
4. Pemeriksaan Fisik
5. Keadaan Umum
Klien tampak lemas dan tanda tanda vital terjadi peningkatan karena
respon dari terjadinya inkontinensia.
a. Inspeksi: Adanya kemerahan, iritasi / lecet dan bengkak pada daerah perineal.
Adanya benjolan atau tumor spinal cord Adanya obesitas atau kurang gerak.
17

b. Palpasi: Adanya distensi kandung kemih atau nyeri tekan Teraba benjolan
tumor daerah spinal cord.
c. Perkusi: Terdengar suara redup pada daerah kandung kemih.
6. Pemeriksaan Sistem :
a. B1 (breathing)
Kaji pernapasan adanya gangguan pada pola nafas, sianosis karena suplai
oksigen menurun. kaji ekspansi dada, adakah kelainan pada perkusi.
b. B2 (blood)
Peningkatan tekanan darah, biasanya pasien bingung dan gelisah
c. B3 (brain)
Kesadaran biasanya sadar penuh
d. B4 (bladder)
Inspeksi : periksa warna, bau, banyaknya urine biasanya bau menyengat
karena adanya aktivitas mikroorganisme (bakteri) dalam kandung kemih serta
disertai keluarnya darah apabila ada lesi pada bladder, pembesaran daerah supra
pubik lesi pada meatus uretra,banyak kencing dan nyeri saat berkemih
menandakan disuria akibat dari infeksi, apakah klien terpasang kateter
sebelumnya. Palpasi : Rasa nyeri di dapat pada daerah supra pubik / pelvis, seperti
rasa terbakar di urera luar sewaktu kencing / dapat juga di luar waktu kencing.
e. B5 (bowel)
Bising usus adakah peningkatan atau penurunan, Adanya nyeri tekan
abdomen, adanya ketidaknormalan perkusi, adanya ketidaknormalan palpasi pada
ginjal.
f. B6 (bone)
Pemeriksaan kekuatan otot dan membandingkannya dengan ekstremitas
yang lain, adakah nyeri pada persendian.

3.1.2 Pengkajian Inkontinensia Alvi


Untuk mengkaji pola eliminasi dan menentukan adanya kelainan,
perawat melakukan pengkajian riwayat keperawatan, pengkajian fisik abdomen,
menginspeksi karakteristik feses dn meninjau kembali hasil pemeriksaan yang
berhubungan.
18

3.2 Diagnosa Keperawatan Inontinensia Urin dan Alvi


3.2.1 Diagnosa Keperawatan Inkontinensia Urin
Diagnosa yang mungkin muncul pada klien lansia yang mengalami
inkontinensia urin, antara lain :
a) Inkontinensia urin berhubungan dengan kelemahan otot pelvis dan struktur
dasar penyokongnya.
b) Resiko infeksi berhubungan dengan inkontinensia, imobilitas dalam waktu
yang lama.
c) Kerusakan Integritas kulit yang berhubungan dengan irigasi konstan oleh
urine
d) Gangguan Citra tubuh berhubungan dengan keadaan yang memalukan akibat
mengompol di depan orang lain atau takut bau urine
e) Defisiensi pengetahuan yang berhubungan dengan ketidakcukupan
pengetahuan tenttang penyebab inkontinensia, penatalaksaan, progam latihan
pemulihan kandung kemih, tanda dan gejala komplikasi, serta sumber
komonitas.

3.2.2 Diagnosa Keperawatan Inkontinensia Alvi


a) Inkontinensia defekasi berhubungan dengan abnormalitas sfingter rektal.
b) Risiko harga diri rendah situasional berhubungan dengan rasa malu untuk
defekasi di depan orang lain.
c) Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan inkontinensia fekal.

3.3 Intervensi Keperawatan Inkontinensia Urin dan Alvi


3.3.1 Intervensi Keperawatan Inkontinensia Urin
No. Diagnosa NOC NIC
1. Inkontinensia Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji kemampuan
urin keperawatan selama mengidentifikasi
berhubungan beberapa kali 24 jam, keinginan untuk
dengan diharapkan klien mampu berkemih
kelemahan otot mengurangi inkontinensia 2. Identifikasi pola
pelvis dan urin dengan kriteria hasil : berkemih
19

struktur dasar  Mampu menunjukkan 3. Pertahankan catatan


penyokongnya. prosedur eliminasi secara khusus kontinensia
mandiri selama 3 hari untuk
 Mampu berkemih di menentukan pola
tempat yang tepat berkemih
 Mampu 4. Kolaborasi dengan
mempertahankan pola dokter untuk
berkemih yang dapat pemasangan
diduga kateterisasi urin
5. Bantu pasien
mempertahankan
higiene dan rutinitas
perawatan kulit
yang adekuat
6. Ajarkan klien dan
keluarga tentang
hubungan antara
kandung kemih
yang penuh dan
disrefleksia urin
2. Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau tanda dan
berhubungan keperawatan selama gejala infeksi
dengan beberapa kali dalam 24 jam, 2. Pantau hasil
inkontinensia, diharapkan klien akan laboratorium
imobilitas terhindar dari risiko infeksi, 3. Instruksikan untuk
dalam waktu dengan kriteria hasil : menjaga personal
yang lama.  Terbebas dari tanda dan higiene untuk
gejala infeksi melindungi tubuh
 Memperlihatkan terhadap infeksi
personal higiene yang 4. Kolaborasi dengan
adekuat dokter untuk
 Menggambarkan fakor pemberian terapi
20

yang menunjang antibiotik


penularan infeksi 5. Bersihkan
lingkungan dengan
benar setelah
dipergunakan
masing-masing
pasien
6. Kaji adanya faktor
yang meningkatkan
risiko klien terhadap
infeksi (mis,
penyakit kronis, dan
depresi)
3. Kerusakan Setelah dilakukan tindakan 1. Inspeksi adanya
Integritas kulit keperawatan dalam beberapa perubahan pada
yang kali 24 jam diharapkan kulit
berhubungan integritas kulit klien normal 2. Ajarkan pada
dengan irigasi dengan kriteria hasil : keluarga tentang
konstan oleh - Menunjukkan rutinitas perawatan kulit
urine perawatan kulit yang 3. Konsultasikan
optimal dengan ahli gizi
untuk pemberian
nutrisi yang tepat
4. Lindungi pasien dari
kontaminasi feses
dan urin
5. Ubah dan atur posisi
pasien secara sering
4. Gangguan Setelah dilakukan 1. Yakinkan apakah
Citra tubuh Tindakan keperawatan konseling dilakukan
berhubungan Selama beberapa kali 24 jam dan atau perlu
dengan diharapkan gangguan diversi urinaria,
21

keadaan yang Body image diskusikan pada saat


memalukan Pasien teratasi dengan pertama.
akibat Kriteria hasil: 2. Dorong pasien /
mengompol di  Body image positif orang terdekat untuk
depan orang  Mampu mengidentifikasi mengatakan
lain atau takut kekuatan personal perasaan. Akui
bau urine  Mendiskripsikan secara kenormalan
aktual perubahan fungsi perasaan marah,
tubuh depresi, dan

 Mempertahankan kedudukan karena

interaksi sosial kehilangan.


Diskusikan
“peningkatan dan
penurunan” tiap hari
yang dapat terjadi
setelah pulang.
3. Perhatikan perilaku
menarik diri,
peningkatan
ketergantungan,
manipulasi atau
tidak terlibat pada
asuhan.
4. Berikan kesempatan
untuk pasien / orang
terdekat untuk
memandang dan
menyentuh stoma,
gunakan
kesempatan untuk
memberikan tanda
positif
22

penyembuhan,
penampilan, normal,
dsb.
5. Berikan kesempatan
pada klien untuk
menerima
keadaannya melalui
partisipasi dalam
perawatan diri.
6. Pertahankan
pendekatan positif,
selama aktivitas
perawatan,
menghindari
ekspresi menghina
atau reaksi
mendadak. Jangan
menerima ekspresi
kemarahan pasien
secara pribadi.
7. Rencanakan /
jadwalkan aktivitas
asuhan dengan
orang lain.
8. Diskusikan fungsi
seksual dan implan
penis, bila ada dan
alternatif cara
pemuasan seksual.
5. Defisiensi Setelah dilakukan tindakan 1. Bina hubungan
pengetahuan keperawatan selama saling percaya
yang beberapa kali dalam 24 jam, 2. Ciptakan
23

berhubungan diharapkan klien lingkungan yang


dengan mendapatkan pengetahuan kondusif untuk
ketidakcukupan yang cukup, denga kriteria belajar
pengetahuan hasil : 3. Tentukan kebutuhan
tentang  Klien akan mampu belajar klien
penyebab mengidentifikasi 4. Beri penyuluhan
inkontinensia, kebutuhan terhadap sesuai dengan
penatalaksaan, informasi tambahan tingkat pemahaman
progam latihan tentang program terapi. pasien, ulangi
pemulihan  Klien akan informasi bila
kandung memperlihatkan diperlukan
kemih, tanda kemampuan tentang 5. Rencanakan
dan gejala penatalaksanaan penyesuaian dalam
komplikasi, inkontinensia urin terapi bersama klien
serta sumber dan dokter untuk
komunitas. memfasilitasi
kemampuan klien
mengikuti program
terapi

3.3.2 Intervensi Keperawatan Inkontinensia Alvi


No. Diagnosa NOC NIC
1. Inkontinensia Setelah dilakukan 1. Dokumentasikan frekuensi
defekasi tindakan episode inkontinensia
berhubungan keperawatan selama 2. Tentukan penyebab fisik dan
dengan beberapa kali dalam psikologis inkontinensia alvi
abnormalitas 24 jam diharapkan 3. Pantau diet dan kebutuhan
sfingter klien mampu cairan
rektal. mengontrol 4. Pantau keadekuatan defekasi
inkontinensia 5. Berikan informasi kepada
defekasi dengan klien dan keluarga mengenai
kriteria hasil : fisiologi normal defekasi
24

- Membentuk 6. Dapatkan program dokter


kebiasaan untuk melaksanakan program
defekasi rutin latihan defekasi
yang teratur 7. Berikan nutrisi yang
- Secara progresif seimbang
mengalami 8. Atur posisi kursi buang air di
episode sisi tempat tidur jika pasien
inkontinensia tidak mampu ke kamar mandi
yang lebih sedikit dengan segera
- Terbebas dari
iritasi kulit di
area perianal
2. Risiko harga Setelah dilakukan 1. Ajarkan keterampilan
diri rendah tindakan perilaku yang positif melalui
situasional keperawatan selama bermain peran, model peran,
berhubungan beberapa kali 24 jam diskusi, dsb.
dengan rasa diharapkan potensial 2. Minta bantuan sumber dari
malu untuk harga diri rendah rumah sakit, jika perlu
defekasi di situasional dapat 3. Kaji perubahan terbaru pasien
depan orang teratasi dengan yang dapat mempengaruhi
lain. kriteria hasil : harga diri rendah
- Klien akan 4. Tunjukkan rasa percaya
mengetahui terhadap kemampuan klien
kekuatan pribadi untuk mengatasi situasi
- Klien akan 5. Dukung peningkatan
melakukan tanggung jawab, jika
perilaku yang diperlukan
dapat 6. Kaji alasan-alasan untuk
meningkatkan mengkritik atau menyalahkan
kepercayaan diri diri sendiri
7. Dukung klien untuk
menerima tantangan baru
25

3. Risiko Setelah dilakukan 1. Inspeksi adanya perubahan


kerusakan tindakan pada kulit
integritas keperawatan dalam 2. Ajarkan pada keluarga
kulit beberapa kali 24 jam tentang perawatan kulit
berhubungan diharapkan risiko 3. Konsultasikan dengan ahli
dengan integritas kulit klien gizi untuk pemberian nutrisi
inkontinensia teratasi dengan yang tepat
fekal. kriteria hasil : 4. Lindungi pasien dari
- Menunjukkan kontaminasi feses dan urin
rutinitas 5. Ubah dan atur posisi pasien
perawatan kulit secara sering
yang optimal

3.4 Implementasi dan Evaluasi


Tindakan keperawatan dapat dilakukan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan yang berkaitan dalam menyelesaikan masalak yang dialami klien, yang
selanjutnya akan dilakukan penilaian akhir/evaluasi terhadap tindakan tersebut,
jika masalah teratasi maka intervensi dihentikan, namun jika masalah belum
terselesaikan maka intervensi perlu dilanjutkan dengan tindakan yang baru
ataupun tetap.

Anda mungkin juga menyukai