Anda di halaman 1dari 22

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini ada dua yaitu:

1. Variabel tergantung : Kualitas Hidup Pederita Diabetes Mellitus

2. Variabel bebas : Pelatihan Kebersyukuran

B. Definisi Operasional

1. Kualitas Hidup Penderita Diabetes Mellitus Tipe II

Kualitas hidup adalah persepsi individu terhadap kondisi fisik maupun

psikologisnya dan terkait kesehatan yang dapat diukur secara subjektif

melalui bagaimana persepsi individu terhadap kesehatannya dan secara

objektif melalui performa atau kondisi fisik yang terlihat dari individu.

Kualitas hidup pada pasien diabetes melitus dapat diukur dengan skala

kualitas hidup yang disusun oleh Burroughs dkk (2004) dan terdiri dari empat

aspek atau domain seperti kepuasan terapi, dampak terapi, kekhawatiran pada

dampak diabetes terhadap masa depan dan kekhawatiran terhadap kehidupan

sosial. Semakin tinggi skor skala kualitas hidup menujukkan kualitas hidup

semakin baik, sebaliknya semakin rendah skor skala kualitas hidup

menunjukkan tingkat kualitas hidup rendah atau kurang baik.

2. Pelatihan Kebersyukuran

58
 
59
 

Pelatihan kebersyukuran adalah pelatihan yang disusun oleh peneliti.

Peserta yang mendapatkan perlakukan berupa pelatihan kebersyukuran akan

diberikan wawasan berupa makna dari kebersykuran. Tahapan dalam

pelatihan kebersyukuran ini bertujuan mengajak peserta untuk merefleksi diri

agar mengetahui, menyadari dan melatih untuk selalu bersyukur pada setiap

situasi yang dialami. Hal ini bertujuan agar subjek memahami makna syukur

sebenarnya dan menyadari betapa banyaknya nikmat yang telah diberikan,

sehingga peserta mampu merubah pola pikir dan perilaku. Adanya bentuk

kesadaran akan banyaknya nikmat yang telah diberikan menjadikan peserta

melihat situasi berdasarkan perspektif yang positif dan mampu mengurangi

perilaku yang negatif atau emosi negatif seperti berkeluh kesah sehingga

menimbulkan dampak positif bagi diri peserta. Peserta akan diberikan

perlakukan berupa tafakkur, memaknai rasa sykur, membuat daftar rasa

syukur selama satu minggu, berdzikir dan shalat sebagai wujud syukur

melalui amal perbuatan. Peserta yang mengikuti pelatihan kebersyukuran ini

mampu mengelola stres (psikologis) dengan mengambil hikmah setiap situasi

yang dialami dalam bentuk yang positif, memiliki ketenangan batin dan

berperilaku yang positif. Selain itu, peserta mampu menerima takdir atau

kondisi sebagai penderita Diabetes Mellitus. Pelaksanaan pelatihan

kebersyukuran dilakukan dalam dua kali pertemuan yang berlangsung antara

90 – 150 menit.
60
 

Pelatihan akan memuat enam teknik yang terdiri dari tafakur untuk

dapat mengerti nikmat yang sudah didapat selama ini, kemudian memaknai

rasa syukur diatas cobaan yaitu penyakit diabetes mellitus tipe II, memaknai

rasa syukur selama menjalani pengobatan, syukur dengan hari dan lisan,

sykur dengan anggota tubuh dan shala sebagai wujud syukur yang sempurna. 

Pada pelatihan ini juga diberlakukan pengukuran kebersyukuran pada subjek

penelitian. Hal ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kebersyukuran yang

dimiliki subjek penelitian ketika sebelum diberikan intervensi dan sesudah

diberikan intervensi. Pengukuran kebersyukuran menggunakan skala

kebersyukuran dari Rahman (2014) berdasarkan aspek kebersyukuran dari

teori Al-Munajjid (2006) yang dikaitkan dengan perwujudan rasa syukur

dengan tiga cara menurut Al-Ghazali (1982) yaitu syukur dengan hati, syukur

dengan lisan dan syukur dengan anggota badan. Semakin tinggi skor skala

kebersyukuran menujukkan tingkat kebersyukuran semakin baik, sebaliknya

semakin rendah skor skala kebersyukuran menunjukkan tingkat kebersyukran

rendah atau kurang baik.

C. Subjek Penelitian

Adapun kriteria inklusi pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

A. Pasien Diabetes Mellitus

Pasien yang menjadi subjek penelitian adalah pasien yang memiliki

kondisi kadar gula darah ≥ 145 mg/dL. Menurut Maulana (2008),

Diabetes Mellitus dapat ditegakkan apabila kondisi kadar gula di dalam


61
 

darah lebih tinggi dari normal (normal: 60 mg/dL sampai dengan 145

mg/dL.

B. Laki-laki dan perempuan

C. Usia 35 – 65 tahun (Dewasa Madya).

Menurut Soegondo, Soewondo, & Subekti (2007), Diabetes Mellitus tipe

2 timbul pada usia setelah 40 tahun tapi tidak selalu. Menurut Santrock

(2003), masa dewasa tengah atau dewasa madya dimulai antara usia 35

dan 45 tahun dan berakhir pada usia antara 55 dan 65 tahun. Masa dewasa

madya merupakan waktu meningkatnya minat untuk mewariskan nila-

nilai pada generasi berikutnya, bertambahnya kepedulian tentang badan

sendiri, dan meningkatnya refleksi tentang arti hidup.

D. Mempunyai skor kualitas hidup sangat rendah, rendah sampai sedang

berdasarkan hasil skala kualitas hidup.

E. Beragama Islam

F. Pendidikan minimal SD

G. Mampu berbahasa indonesia

H. Memiliki kemauan dan bersedia mengikuti pelatihan kebersyukuran

D. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode perancangan kuasi eksperimen (quasi

experimental design). Penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan model

rancangan prates dan pascates. Eksperimen ini dilakukan untuk mengetahui efek

yang ditimbulkan dari suatu perlakuan yang diberikan secara sengaja oleh peneliti.
62
 

Penelitian eksperimen bersifat prediktif, yaitu meramalkan akibat dari suatu

manipulasi terhadap variabel terikat (Latipun, 2002).

Desain eksperimen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Subjek Penelitian Pre test Perlakuan Pos test Follow up


Kelompok O1 X O2 O3
Eksperimen
Kelompok Kontrol O1 - O2 O3

Keterangan:
O1 : pengukuran sebelum (pre test)
O2 : pengukuran setelah (post test)
X : perlakuan yaitu pelatihan kebersyukuran
O3 : Pengukuran tindak lanjut (follow up)

Tahap pertama adalah pemberian dan pengisian skala kualitas hidup oleh

para pasien diabetes melitus. Subjek dengan skor kualitas hidup yang rendah dan

sedang, akan dipilih menjadi subjek penelitian dan kemudian akan dibagi dalam

dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok

eksperimen adalah kelompok yang mendapatkan perlakuan berupa pelatihan

kebersyukuran sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok waiting list yang

akan mendapatkan perlakuan yang sama setelah proses pelatihan pada kelompok

eksperimen selesai.

Kedua kelompok akan diberikan pretest, post test dan follow up. Tahapan

pretest dilakukan sebelum proses intervensi atau perlakuan berlangsung. Tujuannya

adalah untuk mengetahui kondisi awal subjek penelitian yang diukur menggunakan

kuesioner kualitas hidup dari Burroughs dkk (2004). Post test akan diberikan

setelah dilakukan intervensi dengan tujuannya adalah untuk mengetahui apakah ada
63
 

perubahan kualitas hidup pada pasien diabetes melitus antara sebelum dan sesudah

diberikannya pelatihan. Sedangkan follow up diberikan untuk melihat sejauh mana

pengaruh pelatihan atau intervensi yang diberikan dan penerapannya dalam

kehidupan sehari-hari. Follow up tersebut direncanakan akan dilakukan dalam dua

minggu setelah intervensi atau terapi terakhir berlangsung.

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa

teknik, seperti pemantauan diri, observasi, dan skala. Alat-alat yang digunakan

sebagai berikut:

1. Persetujuan subjek (informed consent)

Adalah lembar persetujuan subjek penelitian yang memuat hak dan

kewajiban yang harus dilakukan subjek. Lembar persetujuan ini juga sebagai

bukti tertulis bahwa subjek bersedia secara sukarela untuk mengikuti

keseluruhan proses penelitian atau intervensi.

2. Alat ukur

Uji coba skala akan dilakukan pada hari dan tanggal yang telah

disepakati dengan pihak-pihak terkait, dalam hal ini adalah puskesmas dimana

pelatihan akan dilakukan. Uji coba skala dilakukan dengan cara

mendistribusikan skala yang berisi sejumlah pernyataan yang harus diisi oleh

pasien diabetes melitus. Peneliti memberikan waktu kurang lebih satu jam bagi

pasien untuk mengisi skala tersebut. Setelah semua skala terisi dan

dikumpulkan kembali kepada peneliti, peneliti kemudian melakukan


64
 

penghitungan skor masing-masing skala pasien. Pasien yang memiliki skor

kualitas hidup yang rendah dan sedang kemudian dikumpulkan dan dibagi

menjadi dua, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pasien yang

memiliki skor kualitas hidup yang tinggi tidak akan diikutsertakan dalam

pelatihan atau intervensi.

Pada penelitian ini peneliti akan menggunakan kuesioner Diabetes

Quality of Life (DQOL). Skala ini merupakan skala yang dikembangkan untuk

pasien Diabetes melitus tipe 1 dan 2. DQOL dalam bentuk lengkapnya terdiri

dari 46 pertanyaan namun kemudian dianggap terlalu panjang untuk dilengkapi

oleh pasien saat kunjungan rutin ke petugas kesehatan. Dari 46 pertanyaan

yang ada terbagi menjadi 4 bagian atau domain kualitas hidup yang terkait

dengan kepuasan terapi, dampak terapi, kekhawatiran pada dampak diabetes

terhadap masa depan dan kekhawatiran terhadap kehidupan sosial (Burroughs

dkk, 2004). DQOL dengan 46 pertanyaan tersebut kemudian diringkas menjadi

15 pertanyaan.

Tabel 1 : Distribusi Butir Kuesioner Diabetes Quality of Life


Aspek Favourabel Unfavourabel
Nomor Butir Jumlah Nomor Butir Jumlah
Kepuasan 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8 7 6 1
terapi
Pengaruh 9 1 11, 13, 14 3
terapi
Kekhawatiran - 0 15 1
berkaitan
dengan
penyakit
Kekhawatiran - 0 10, 12 2
sosial
Total Jumlah 8 7
65
 

Bentuk ringkas kuesioner DQOL mempunyai kelebihan yaitu mampu

mengukur kualitas hidup pasien seefektif kuesioner yang asli dan

membutuhkan waktu yang lebih singkat untuk mengisinya. DQOL singkat

dengan 15 item pertanyaan ini telah diujikan terhadap 498 responden pasien

diabetes melitus tipe 1 dan 2. Oleh karena itu DQOL terbukti valid dan reliabel

dengan internal konsistensi yang baik, yaitu nilai ɑ Cronbach 0.85 dan jarak

hubungan interklas adalah 0.81 sampai 0.91. Pertanyaan dalam kuesioner ini

menggunakan skala likert dengan format yaitu: frekuensi pengaruh negatif dari

diabetes dan terapi diabetes dengan pilihan jawaban dari 1 (tidak pernah)

hingga 5 (setiap waktu) serta kepuasan terhadap terapi dan kualitas hidup

pasien dengan pilihan jawaban dari 1 (sangat puas) hingga 5 (sangat tidak

puas). Makin tinggi skor pada item dan kuesioner DQOl menunjukkan bahwa

pasien semakin puas terhadap terapi yang diterima, memiliki kekhawatiran

yang rendah terhadap dampak diabetes yang mungkin berpengaruh terhadap

masa depannya maupun kehidupan sosialnya.

Tabel 2 : Kategorisasi Kuesioner DQOL


0 - 27 Sangat Rendah
27 - 39 Rendah
39 - 51 Sedang
51 - 63 Tinggi
X > 63 Sangat Tinggi

Kuesioner DQOL di Indonesia telah diujicobakan oleh Sari (2010)

pada pasien diabetes melitus tipe 2 dipoliklinik penyakit dalam RSUD

Serang. DQOL memiliki nilai r: 0.553 dan uji reliabilitas didasarkan pada

nilai alpha cronbach ɑ: 0.954 sehingga alat ukur tersebut dapat dikatakan
66
 

valid dan reliabel dan pernah di uji cobakan di salah satu puskesmas di

Jogjakarta oleh Martini (2015), berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa pelatihan mindfulness mempunyai

pengaruh terhadap peningkatan kualitas hidup pada pasien diabetes mellitus.

Hal ini terlihat dari uji hipotesis yang menunjukkan hasil 0.000 (p< 0.05).

Selain itu pengujian skor kualitas hidup mendapatkan nilai p = 0.200 (p >

0.05). Hal tersebut berarti bahwa terdapat perbedaan kualitas hidup antara

sebelum dan sesudah diberikan pelatihan. Hal ini menunjukkan bahwa ada

perbedaan tingkat kualitas hidup pasien diabetes mellitus yang signifikan

antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol setelah diberi intervensi.

Validitas adalah sejauhmana ketepatan, ketelitian, kecermatan alat

ukut dalam melakukan fungsi ukutnya. Azwar (2007) mengemukakan bahwa

suatu alat tes atau instrumen pengukur dikatakan mempunyai validitas tinggi

apabila instrumen tersebut dapat menjalankan fungsi ukurnya atau

memberikan hasil yang sesuai dengan maksud pengukuran tersebut. Artinya

suatu alat tes dapat dikatakan valid apabila alat tes tersebut mengukur apa

yang hendak diukur.

Suatu alat ukur yang baik seharusnya juga dapat menunjukkan hasil

yang konsisten atau keajegan jika dilakukan dua kali atau lebih pengukuran

terhadap gejala yang sama dengan alat pengukuran yang sama. Oleh karena

itu perlu dilakukan uji reliabilitas. Reliabilitas merupakan tingkat

kepercayaan, keandalan atau keajegan suatu alat ukur, yang ditunjukkan oleh

subjek yang diukur dengan alat yang sama (Azwar, 2007).


67
 

3. Wawancara dan Observasi

Wawancara dan observasi digunakan untuk memperoleh data yang

akan dianalisis secara kualitatif. Wawancara akan dilakukan kepada pasien

diabetes melitus di awal dan akhir penelitian. Wawancara di awal penelitian

dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kebutuhan pasien diabetes

melitus sehingga perlakuan yang akan diberikan pada penelitian nantinya

diharapkan dapat memiliki manfaat dan sesuai dengan kebutuhan para

pasien. Wawancara di akhir penelitian dilakukan dalam rangka tindak lanjut

atau follow up. Follow up dilakukan untuk mengetahui sejauhmana pasien

yang mendapatkan perlakuan atau intervensi mengambil manfaat dari

perlakuan tersebut dan untuk mengetahui sejauhmana pasien

menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Pada pelaksanaan pelatihan, observer akan dilibatkan untuk

melakukan observasi terhadap beberapa hal pada pasien, seperti keaktifan

peserta, fisik, perilaku dan perhatian peserta yang terjadi selama pelatihan

berlangsung. Observasi dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan

objektivitas.

4. Lembar pencatatan aktivitas atau evaluasi latihan subjek


68
 

Lembar ini bertujuan untuk membantu subjek mencatat perasaan,

manfaat ataupun pengalaman lainnya dari subjek setelah berlatih teknik

kebersyukuran baik saat pelatihan berlangsung maupun setelah

mempraktekkan kembali teknik dirumah.

5. Lembar evaluasi pelaksanaan intervensi

Lembar evaluasi pelaksanaan diberikan kepada subjek setelah

selesai membahas seluruh topik dalam proses terapi. Lembar evaluasi ini

berupa sejumlah pertanyaan mengenai:

a. Perasaan subjek penelitian setelah mengikuti proses pelatihan.

b. Perubahan atau perbedaan yang dirasakan subjek antara sebelum dan

sesudah mengikuti pelatihan.

c. Seberapa jauh harapan subjek terpenuhi dalam pelatihan ini.

d. Seberapa jauh partisipasi subjek dalam proses pelatihan.

e. Manfaat atau pengalaman masing-masing subjek penelitian dari tiap

sesi.

f. Sejauh mana tanggapan subjek terhadap kelengkapan fasilitas selama

proses pelatihan.
69
 

F. Prosedur Pemberian Perlakuan

Pertemuan Sesi Waktu Kegiatan/Intervensi Tujuan


1 1 10 Tafakur 1. Memahami aspek
menit syukur dari ilmu
pengetahuan
2. Menyadari atas semua
pemberian (nikmat)
Allah SWT, dan
melatih diri untuk
selalu ingat kepada
Allah dengan cara
bersyukur atas
pemberian
nikmatNya.
2 45 Memaknai Syukur 1. Mengetahui makna
menit Di Atas Cobaan syukur menurut
pendapat peserta
2. Memberikan
pemahaman mengenai
makna syukur
menurut pendapat Al-
Ghazali
3. Mengetahui perasaan
yang dialami peserta
sebagai pasien
Diabetes Mellitus
4. Memberikan
pemahaman bahwa
cobaan juga
merupakan hikmah
dari Allah SWT, agar
tetap bersyukur.
5. Memberikan motivasi
agar peserta dapat
berperilaku optimis
dalam menghadapi
cobaan.
3 45 Memaknai Rasa 1. Memahami aspek
menit Syukur syukur dari hal ihwal
(suasana hati)
2. Mengakui atas semua
pemberian Allah swt
dengan memaknai rasa
syukur dari kegiatan
tafakkur, sehingga
70
 

dapat mengetahui apa


yang dirasakan dari
aspek efektif.
3. Berlatih untuk
bersyukur dengan cara
lisan
4. Sharing rasa syukur
dan memaknai bentuk-
bentuk perasaan yang
dirasakan setelah
bersyukur.
5. Memotivasi peserta
untuk selalu melatih
diri untuk bersyukur
setiap saat
6. Menjelaskan manfaat
bersyukur bagi
kesehatan psikilogis
4 10 Tafakur 1. Memahami aspek
menit syukur dari ilmu
pengetahua yang
sudah di dipahami
2. Mengulang dan
menyadari atas semua
pemberian (nikmat)
Allah SWT, dan
melatih diri untuk
selalu ingat kepada
Allah dengan cara
bersyukur atas
pemberian
nikmatNya.
2 1 45 Syukur Dengan 1. Memberikan
menit Hati dan Lisan pemahaman syukur
dengan hati dan
melalui dzikir.
2. Bersyukur melalui
dzikir sebagai sarana
untuk memuji dan
mengakui kebesaran
Allah dengan
mengakui dengan hati
dan diucapkan dengan
lisan.
3. Bersyukur melalui
dzikir dapat
71
 

memberikan
ketentram di dalam
hati.
4. Bersyukur melalui
dzikir mampu
menyadari bahwa
kepada Allahlah
tempat berlindung dan
dengan berdzikir
mampu mengelola
emosi negatif dalam
diri.
2 20 Syukur Dengan 1. Memberikan
menit Anggota Tubuh penjelasan bahwa
pentingnya bersyukur
dengan anggota tubuh.
2. Memberikan
kesadaran betapa
besarnya nikmat yang
Allah SWT berikan
sehingga dapat
menghindarkan diri
dari perbuatan
maksiat.
3. Mengajak peserta
untuk selalu berbuat
kebaikan dengan
bersyukur melalui
anggota tubuh
3 60 Shalat Sebagai 1. Memberikan
menit Wujud Syukur penjelasan shalat
Yang Sempurna sebagai wujud syukur
yang sempurna
2. Memberikan
penjelasan manfaat
shalat baik bagi
kesehatan dan sebagai
olah raga bagi pasien
Diabetes Mellitus
3. Memberikan
penjelasan tentang
keutaman wudhu dan
manfaat berwudhu
72
 

G. Prosedur Penelitian

Adapun prosedur penelitian adalah sebagai berikut:

1. Tahap persiapan penelitian

a. Melakukan need assesment

1) Melakukan wawancara dengan beberapa pasien Diabetes Mellitus

Peneliti menggunakan wawancara sebagai salah satu metode pengambilan

data. Wawancara dilakukan dengan bertanya secara langsung pada pasien

Diabetes untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan. Metode

wawancara ini dapat menjadi sumber data tambahan untuk memperoleh

informasi yang lebih lengkap dan mendalam. Metode wawancara yang

digunakan tidak terstruktur, dimana peneliti memberikan pertanyaan

secara fleksibel sesuai dengan kebutuhan.

2) Melakukan studi pustaka mengenai penyakit Diabetes Mellitus dan

kualitas hidup. Tujuan peneliti melakukan studi pustaka untuk lebih

memahami tentang penyakit Diabetes Mellitus itu sendiri yang dapat

berpengaruh terhadap kondisi psikologis.

b. Pengurusan perizinan

Peneliti mengurus surat pengantar penelitian yang dikeluarkan dari Magister

Psikologi Profesi Universitas Islam Indonesia yang ditujukan kepada kepala

Kantor KESBANG (Kesatuan Bangsa) sebagai pengatar untuk mendapatkan

surat izin riset yang ditujukan kepada kepala kantor BAPPEDA (Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah) Kabupaten Slemen, Yogyakarta.

Setelah mendapatakan surat perizinan dari kantor BAPPEDA, peneliti


73
 

mengurus surat ke kantor DINKES (Dinas Kesehatan) sebagai izin

melakukan penelitian ke Puskesmas Godean I. Kemudian, surat izin

penelitian disampaikan oleh peneliti kepada pihak UPT Puskesmas Godean

I.

c. Penyusunan modul

Modul disusun oleh peneliti sendiri berdasarkan teori dari aspek-aspek

kebersyukuran Al-Ghazali (2013). Pelatihan ini dirancang sedemikian rupa

yang bertujuan untuk merangsang peserta berperan aktif dan penuh

kesungguhan dalam mengikuti jalannya pelatihan. Selain itu, pelatihan ini

dapat memberikan kebermanfaatan bagi peserta pelatihan khususnya dalam

mengelola kondisi psikologis. Penyusunan modul pelatihan ini dilakukan

juga uji kelayakan modul dengan menggunakan pertimbangan tokoh

kompeten dan memiliki pengalaman dalam bidang psikologi Islami

khususnya dalam bidang kebersyukuran. Professional Judgement dilakukan

oleh seorang praktisi yang telah memiliki pengalaman di bidang

kebersyukuran dan Psikologi islam, yaitu Dr. H. Fuad Nashori, S.Psi., M.Si.,

Psikolog (dosen Fakultas Psikologi UII). Hal ini bertujuan agar modul

pelatihan layak dipergunakan sebagai dasar dalam pelaksanaan pelatihan.

d. Alat dan materi

1) Lembar informed consent

2) Skala kualitas hidup

3) Modul pelatihan kebersykuran

4) Lembar panduan observasi


74
 

5) Lembar evaluasi terapi

e. Seleksi dan penentuan subjek penelitian

Penentuan subjek penelitian berdasarkan hasil data pretest yang berada

dalam kategori sedang sampai tinggi berdasarkan skala stres oleh Tajuddin

(2011).

f. Seleksi fasilitator

Persiapan diawali dengan menentukan fasilitator pelatihan kebersyukuran.

Fasilitator dalam pelatihan ini adalah seorang Psikolog yang mempunyai

kriteria sebagai berikut:

1) Beragama Islam dan mengamalkan kaidah-kaidah Islam serta prinsip

syukur dalam kehidupan sehari-hari

2) Psikolog yang memiliki pengalaman kerja minimal 5 tahun

3) Mampu dan pernah menjadi terapis dalam kegiatan pelatihan/terapi

psikologi

4) Memiliki kemampuan interpersonal yang baik

g. Seleksi ko-fasilitator

1) Mahasiswa Magister Psikologi Profesi bidang klinis dan telah

menjalankan praktek kerja profesi

2) Pernah mengikuti pelatian atau terapi psikologi

h. Penandatanganan persetujuan subjek

Sebelum mengikuti pelatihan, subjek menandatangani infomed consent yaitu

surat persetujuan yang berisi penjelasan penelitian, keadaan, ketentuan,


75
 

manfaat, resiko, jaminan kerahasiaan identitas dan komitmen subjek untuk

mengikuti seluruh tahapan sampai selesai.

2. Pengukuran awal (Pretest)

Pengukuran awal dilakukan dengan menggunakan skala kualitas hidup yang

telah diuji coba dan dilihat validitas dan serta reliabilitasnya.

3. Pelaksanaan penelitian

Pelaksanaan penelitian adalah pelaksaan berupa perlakukan pelatihan

kebersyukuran kepada pasien Diabetes Mellitus yang menjadi subjek penelitian

yang sesuai dengan kriteria yaitu subjek yang mendapatkan skor sedang sampai

tinggi pada skala kualitas hidup akan dijadikan sebagai subjek penelitian dan

dilakukan intervensi. Sebelum dilakukan perlakukan pada subjek penelitian

akan diberikan skala kebersyukuran sebagai pretest. Pemberian postest baik

skala kualitas hidup maupun skala kebersyukuran dilakukan setelah selesai

diberikan perlakuan. Follow up dilakukan tiga minggu setelah pelatihan selesai

dengan tujuan untuk melihat efek dari pelatihan yang telah diberikan, apakah

sifatnya menetap (permanen) atau tidak (temporer). Hal ini didasarkan pada

pendapat Sundel dan Sundel (2005) proses perubahan perilaku dengan

menggunakan prosedur penguatan positif dibutuhkan waktu selama tiga minggu

untuk memperoleh perubahan perilaku yang diharapkan. Data dari follow up

akan digunakan untuk melihat apakah ada perbedaan skor pada skala kualitas

hidup dan skor skala kebersyukuran antara pretest, dan posttest setelah

mendapatkan perlakuan.

4. Pelaksanaan tindak lanjut (follow up)


76
 

Pelaksanaan tindak lanjut (follow up) dilaksanakan tiga minggu setelah

pelaksanaan posttest dilakukan dengan memberikan skala kualitas hidup untuk

melihat perkembangan setelah intervensi yang diberikan selama tiga minggu

setelah intervensi. Hal ini didasarkan pada pendapat Sundel dan Sundel (2005)

yang menyebutkan bahwa proses perubahan perilaku dengan menggunakan

prosedur penguatan positif dibutuhkan waktu selama tiga minggu untuk

memperoleh perubahan perilaku yang diharapkan.


77
 

H. Etika Penelitian

1. Aturan dan izin penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu mengurus perizinan

kepada pihak-pihak yang terkait yang berhubungan dengan tempat

penelitian. Beberapa perizinan yang peneliti lakukan adalah sebagai berikut:

a. Magister Psikologi Profesi Universitas Islam Indonesia, sebagai bukti

bahwa peneliti adalah mahasiswa yang sedang melakukan penelitian stara

dua (2) atau tesis.

b. KESBANG (Kesatuan Bangsa) Kabupaten Sleman, Yogyakarta sebagai

lembaga yang mengeluarkan izin melakukan riset.

c. BAPPEDA (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah) Kabupaten

Sleman, Yogyakarta sebagai lembaga yang mengontrol dan memberikan

izin terhadap penelitian yang akan dilaksanakan pada instansi

pemerintahan yang berada di wilayah Kabupaten Sleman, Yogyakarta

d. DINKES (Dinas Kesehatan) Kabupaten Sleman, Yogyakarta sebagai

lembaga yang mengontrol dan memberikan izin untuk melakukan

penelitian yang berkaitan dengan kesehatan di wilayah Kabupaten

Sleman, Yogyakarta.

e. Puskesmas Godean I, sebagai tempat berlangsungnya penelitian.

2. Partisipan penelitian

a. Perlakuan yang diberikan berupa pelatihan kebersyukuran adalah pasien

Diabetes mellitus yang memiliki tingkat kualitas hidup sedang sampai

tinggi berdasarkan hasil skala kualitas hidup dari Astuti (2011). Subjek
78
 

penelitian diberikan pelatihan kebersyukuran selama dua kali pertemuan.

Adapun sesi di dalam pelatihan terbagi dalam sesi perkenalan dan kontrak,

syukur di atas cobaan, tafakkur, memaknai rasa syukur, syukur dengan

hati dan lisan, syukur dengan anggota badan serta shalat berjamaah.

b. Peneliti bertanggung jawab penuh terhadap pelaksanaan intervensi.

Seluruh biaya penyelenggara intervensi ditanggung sepenuhnya oleh

peneliti.

c. Sebelum memberikan intervensi, peserta yang menjadi subjek penelitian

berhak mendapatkan penjelasan mengenai intervensi yang akan

dilaksanakan, meliputi tujuan dan manfaat intervensi.

d. Sebelum menjadi subjek penelitian, peneliti memberikan informed

consent pada masing-masing subjek penelitian yang berisikan tentang

intervensi yang akan dilakukan, hak dan kewajiban subjek penelitian,

serta hal-hal yang mungkin terjadi selama proses intervensi atau pelatihan.

3. Publikasi hasil penelitian

Hasil penelitian akan dipublikasikan hanya dalam rangka ilmu pengetahuan.

Segala hal yang terlibat dalam penelitian ini akan dirahasiakan.

4. Penggunaan karya cipta pihak lain

a. Penelitian harus mencantumkan secara jelas sumber kutipan, saduran

atau penggunaan hasil karya orang lain

b. Karya orang lain yang digunakan perlu mendapatkan izin terlebih dahulu

dalam menciptakan hak cipta karyanya.


79
 

I. Metode Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan dua jenis

metode statistik non parametik yaitu wilcoxon signed ranks test digunakan untuk

menguji signifikansi hipotesis komparatif dua sampel berpasangan dengan subjek

yang sama namun mengalami perlakuan berbeda, yaitu untuk menguji ada tidaknya

perbedaan nilai kualitas hidup antara sebelum dan setelah pemberian intervensi

dengan pengukuran tidak lanjut (pascates) pada masing-masing kelompok

ekperimenn dan kelompok kontrol. Sedangkan untuk melihat perbedaan selisih

nilai kualitas hidup antara pasca dengan prates dan selisih nilai kualitas hidup antara

tindak lanjut dengan prates untuk kelompok eksperimen dan kontrol menggunakan

metode stastistik non parametrik mann-whitney test. Perhitungan analisi data ini

dibantu dengan menggunakan SPSS for Windows 18.0.

Anda mungkin juga menyukai