Oleh :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
dan karuniaNya penulis masih diberikan kesempatan dan kesehatan untuk
menyelesaikan makalah ini, yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN
KELUARGA HIPERTENSI”. Makalah ini penulis buat untuk melengkapi tugas
mata kuliah Komunitas I, sekaligus untuk menambah wawasan tentang dunia
keperawatan.
Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing
dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam penyelesaian makalah
ini.
Apabila ada kesalahan dalam penulisan makalah ini penulis mohon maaf,
dan saya juga mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, agar penulis dapat
memperbaikinya di makalah yang berikutnya.
Padangsidimpuan,......................2019
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..............................................................
1.2 Rumusan Masalah .........................................................
1.3 Tujuan ...........................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi Luka Akut .......................................................
2.2 Klasifikasi Hipertensi ...................................................
2.3 Etiologi .........................................................................
2.4 Patofisiologi ..................................................................
2.5 Manifestasi Klinik ........................................................
2.6 Pemeriksaan Penunjang ................................................
2.7 Penatalaksanaan ............................................................
2.8 Komplikasi ....................................................................
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Data Umum
3.2 Riwayat Tahap Perkembangan ......................................
3.3 Pengkajian Lingkungan ................................................
3.4 Struktur Keluarga .........................................................
3.5 Fungsi Keluarga ............................................................
3.6 Stress dan Koping Keluarga .........................................
3.7 Pemeriksaan Fisik .........................................................
3.8 Harapan Keluarga Terhadap Petugas Kesehatan ..........
3.9 Pengkajian Fokus ..........................................................
3.10 Analisa data ................................................................
3.11 Skoring ........................................................................
3.12 Prioritas Masalah ........................................................
3.13 Perencanaan Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. L ...
3.14 Implementas dan Evaluasi ..........................................
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan ...................................................................
4.2 Saran .............................................................................
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipertensi merupakan kenaikan tekanan darah dimana tekanan sistolik
lebih dari 140 mmHg dan diastolik lebih dari 90 mmHg.Penyakit hipertensi
bukanlah penyakit yang lazim lagi di kalangan masyarakat. Akhir-akhir ini begitu
banyak masyarakat yang sudah mengalami hipertensi, baik yang berusia muda
mupun lansia. Hal ini disebabkan oleh gaya hidup masyarakat terutama keluarga
yang sudah tidak baik. Salah satunya gaya hidup dengan pola makan yang tidak
sehat. Misalnya dengan mengkonsumsi makanan yang tinggi kadar lemak dan
garamnya. Hal inilah yang memicu terjadinya hipertensi.
Oleh sebab itu tenaga kesehatan terutamanya wajib menganjurkan dan
mencontohkan gaya hidup sehat bagi masyarakat, terutamanya di kalangan
keluarga, untuk mengurangi angka penyakit hipertensi.
WHO mengemukakan bahwa hipertensi terjadi bila tekanan darah di atas
160/95 mmHg, sementara itu Smeltzer & Bare (2002 : 896) mengemukakan
bahwa hipertensi merupakan tekanan darah persisten atau terus menerus sehingga
melebihi batas normal dimana tekanan sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan
diastole di atas 90 mmHg. Pendapat yang sama juga diutarakan oleh Doengoes
(2000 : 42). Pendapat senada juga disampaikan oleh TIM POKJA RS Harapan
Kita, Jakarta dan Prof. Dr. Dr. Budhi Setianto (Depkes, 2007), yang menyatakan
bahwa hipertensi adalah kenaikan tekanan darah sistolik lebih dari 150 mmHg dan
tekanan diastolik lebih dari 50 mmHg. Penyakit hipertensi pada keluarga terjadi
karena ketidaktahuan keluarga tentang factor-faktor yang mempengaruhi
hipertensi tersebut, akibat kurangnya informasi yang di dapat.
Pada makalah ini akan dibahas tentang bagaimana asuhan keperawatan
pada keluarga yang mengalami masalah kesehatan yaitu hipertensi.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari pembuatan makalah ini ialah bagaimana
penerapan asuhan keperawatan keluarga pada klien dengan hipertensi.
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui asuhan
keperawatan keluarga dengan hipertensi.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Definisi atau pengertian hipertensi banyak dikemukakan oleh para ahli.
WHO mengemukakan bahwa hipertensi terjadi bila tekanan darah di atas 160/95
mmHg, sementara itu Smeltzer & Bare (2002 : 896) mengemukakan bahwa
hipertensi merupakan tekanan darah persisten atau terus menerus sehingga
melebihi batas normal dimana tekanan sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan
diastole di atas 90 mmHg. Pendapat yang sama juga diutarakan oleh Doengoes
(2000 : 42). Pendapat senada juga disampaikan oleh TIM POKJA RS Harapan
Kita, Jakarta dan Prof. Dr. Dr. Budhi Setianto (Depkes, 2007), yang menyatakan
bahwa hipertensi adalah kenaikan tekanan darah sistolik lebih dari 150 mmHg dan
tekanan diastolik lebih dari 50 mmHg.
Terdapat perbedaan tentang batasan hipertensi seperti diajukan oleh
Kaplan (1990) yaitu pria, usia kurang dari 45 tahun, dikatakan hipertensi bila
tekanan darah waktu berbaring diatas sama dengan 130/90 mmHg, sedangkan
pada usia lebih dari 45 tahun dikatakan hipertensi bila tekanan darah diatas 145/95
mmHg. Sedangkan pada wanita dikatakan hipertensi bila tekanan darah diatas
160/95. Hal yang berbeda diungkapkan oleh TIM POKJA RS Harapan Kita, pada
usia dibawah 40 tahun dikatakan hipertensi bila sistolik lebih dari 140 mmHg dan
untuk usia antara 60-70 tahun dikatakan hipertensi bila tekanan darah sisitolik
150-155 mmHg masih dianggap normal. Hipertensi pada usia lanjut didefinisikan
sebagai tekanan sistolik lebih besar dari 140 mmHg dan atau tekanan diastolik
lebih besar dari 90 mmHg ditemukan dua kali atau lebih pada pemeriksaan yang
berbeda. (JNC VI, 1997)
Untuk usia kurang dari 18 tahun dikatakan hipertensi bila dua kali
kunjungan yang berbeda waktu didapatkan teknan diastolik 90 mmHg atau lebih,
dan tekanan sistolik pada beberapa pengukuran didapatkan nilai yang menetap di
atas 140 mmHg (R.P Sidabutar dan Waguno P, 1990)
Bedasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
hipertensi merupakan kenaikan tekanan darah dimana tekanan sistolik lebih dari
140 mmHg dan diastolik lebih dari 90 mmHg.
2.2 Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi hipertensi juga banyak diungkapkan oleh para ahli, diantaranya
WHO menetapkan klasifikasi hipertensi menjadi 3 tingkat yaitu tingkat I tekanan
darah meningkat tanpa gejala-gejala dari gangguan atau kerusakan sistem
kardiovaskuler. Tingkat II tekanan darah dengan gejala hipertrofi kardiovaskuler,
tetapi tanpa adanya gejala-gejala kerusakan atau gangguan dari alat atau organ
lain. Tingkat III tekanan darah meningkat dengan gejala-gejala yang jelas dari
kerusakan dan gangguan faal dari target organ. Sedangkan JVC VII,
mengungkapkan klasifikasi hipertensi adalah :
1. Kategori Tekanan sistolik (mmHg) Tekanan Diastolik (mmHg)
2. Normal < sbp = “Sistole” pressure = “DBP”> = 160 dan DBP > = 100.
(mmHg)
Sedangkan menurut TIM POKJA RS Harapan Kita, Jakarta membagi
hipertensi menjadi 6 tingkat yaitu hipertensi perbatasan (borderline) yaitu tekanan
darah diastolik, normal kadang 90-100 mmHg. Hipertensi ringan, tekanan arah
diastolik 90-140 mmHg. Hipertensi sedang, tekanan darah diastolik 105-114
mmHg. Hipertensi berat, tekanan darah diastolik > 115 mmHg. Hipertensi
maligna/krisis yaitu tekanan darah diastolik lenih dari 120 mmHg yang disertai
gangguan fungsi target organ. Hipertensi sistolik yaitu tekanan darah sistolik lebih
dari 160 mmHg.
Pada hipertensi krisis dibagi lagi menjadi 2, menurut TIM POKA RS
Harapan Kita, yaitu : hipertensi emergensi akut, membahayakan jiwa, hal ini
terjadi karena disfungsi atau kerusakan organ target. Yang kedua adalah hipertensi
urgensi yaitu hipertensi berat tanpa ada gangguan organ target akan tetapi tekanan
darah perlu diturunkan dengan cepat karna akan menimbulkan efek iskhemik pada
organ target.
2.3 Etiologi
Penyebab terjadinya hipertensi adalah terdiri dari berbagai faktor,
diantaranya Reeves & Lockhart (2001) mengemukakan bahwa faktor-faktor risiko
yang dapat menyebabkan hipertensi adalah stress, kegemukan, merokok,
hipernatriumia. Sedangkan TIM POKJA RS Harapan Kita (2003) dan Yayasan
Jantung Indonesia (2007) menambahkan bahwa penyebab hipertensi dapat
dibedakan menurut jenis hipertensi yaitu hipertensi primer (essensial) merupakan
tekanan darah tinggi yang disebabkan karena retensi air dan garam yang tidak
normal, sensitifitas terhadap angiotensin, obesitas, hiperkolestroemia, emosi yang
terganggu/stress dan merokok. Sedangkan hipertensi sekunder merupakan tekanan
darah tinggi yang disebabkan karena penyakit kelenjar adrenal, penyakit ginjal,
toxemia gravidarum, peningkatan TIK yang disebabkan oleh tumor otak, dan
pengaruh obat tertentu misal obat kontrasepsi.
Dari uraian pernytaan diatas dapat disimpulkan bahwa penyebab hipertensi
beragam, diantaranya adalah : stress, kegemukan, merokok, hipernatriumia,
retensi air dan garam yang tidak normal, sesnsitifitas terhadap angiotensin,
obesitas, hiperkolestrolemia, penyakit kelenjar adrenal, penyakit ginjal, toxemia
gravidarum, peningkatan TIK yang disebabkan oleh tumor otak, pengaruh obat
tertentu misal kontrasepsi, asupan garam yang tinggi, kurang olahraga, genetik,
obesitas, aterosklerosis, dan pada umumnya disebabkan karena terjadinya
penyempitan pada pembuluh darah.
2.4 Patofisiologi
Kerja jantung terutama ditentukan oleh besarnya curah jantung dan
tahanan perifer. Curah jantung pada penderita hipertensi umumnya normal.
Kelainannya terutama pada peninggian tahanan perifer. Kenaikan tahanan perifer
ini disebabkan karena vasikontriksi arteriol akibat naiknya tonus otot polos
pembuluh darah tersebut. Bila hipertensi sudah berjalan cukup lama maka akan
dijumpai perubahan-perubahan struktural pada pembuluh darah arteriol berupa
penebalan tunika interna dan hipertropi tunika media. Dengan adanya hipertropi
dan hiperplasia, maka sirkulasi darah dalam otot jantung tidak mencukupi lagi
sehingga terjadi anoksia relatif. Keadaan ini dapat diperkuat dengan adanya
sklerosis koroner.
Menurut Smeltzer & Bare (2002) mengatakan bahwa mekanisme yang
mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor
dan medulla oblongata di otak dimana dari vasomotor ini mulai saraf simpatik
yang berlanjut ke bawah korda spinalis dan keluar dari kolomna medulla ke
ganglia simpatis di thorax dan abdomen, rangsangan pusat vasomotor dihantarkan
dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis. Pada
titik ganglion ini neuron prebanglion melepaskan asetilkolin yang merangsang
serabut saraf paska ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan melepaskannya
nere frineprine mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasikonstriktif yang menyebabkan
vasokonstriksi pembuluh darah akibat aliran darah yang mengalir ke ginjal
menjadi berkurang/menurun dan berakibat diproduksinya rennin, rennin akan
merangsang pembentukan angiotensai I yang kemudian diubah menjadi
angiotensinII yang merupakan vasokonstriktor yang kuat yang merangsang
sekresi aldosteron oleh cortex adrenal dimana hornone aldosteron ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal dan menyababkan
peningkatan volume cairan intravaskuler yang menyebabkan hipertensi.
2.7 Pentalaksanaan
Terdapat 2 cara penanggulangan hipertensi yaitu dengan cara farmakologis
dan non farmakologis. Cara non faramakologis dengan menurunkan BB pada
penderita yang gemuk, diet rendah garam dan rendah lemak, mengubah kebiasaan
hidup, olahrga secara teratur, dan kontrol tekanan darah secara teratur. Sedangkan
dengan cara farmakologis yaitu dengan cara memberika obat-obatan anti
hipertensi seperti diuretik seperti HCT, Higroton, Lasix. Beta bloker seperti
propanolol. Alfa bloker seperti phentolamin, prozazine, nitroprusside captapril.
Simphatolitic seperti hidralazine, diazoxine. Antagonis kalsium seperti nefedipine
(adalat).
Pengobatan hipertensi harus dilandasi oleh beberapa prinsip yaitu
pengobatan hipertensi skunder harus lebih mendahulukan pengobatan kausal,
pengobatan hipertensi esensial ditujukan untunk menurunkan tekanan darah
dengan harapan memperpanjang umur dan mengurangi timbulnya komplikasi,
upaya menurunkan tekanan darah dicapai dengan menggunakan obat anti
hipertensi , pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka panjang bahkan
seumur hidup, pengobatan dengan menggunakan standard triple therapy (STT)
menjadi asar pengobatan hipertensi.
Tujuan pengobatan dari hipertensi adalah menurunkan angka mobirditas
sehingga upaya dalam menemukan obat anti hioertensi yang memenuhi haraan
terus dikembangkan.
2.8 Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit hipertensi adalah
diantaranya penyakit pembuluh darah otak seperti stroke, perdarahan otak,
transient ischemic attack (TIA). Penyakit jantung seperti gagal jantung, angina
fectoris, infarc miocar acute (IMA). Penyakit ginjal seperti gagal ginjal. Penyakit
mata seperti perdarahan retina, penebalan retina, dan oedema pupil.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Data Umum
1. Nama Kepala Keluarga : Tn. L
2. Alamat Kepala Keluarga : Jl. Kebangkitan Nasional, Gg. Dharma
Bakti, Medan
3. Pekerjaan Kepala Keluarga : Wiraswasta
4. Pendidikan Kepala Keluarga : SMA
5. Komposisi Keluarga :
No Nama JK Hub.dgn Umur Pendidikan Status Imunisasi Ket
Kepala (th) Terakhir B Polio DPT Hepatitis Campak
Keluarga C 1 2 3 4 1 2 3 1 2 3 4
G
1. Ny. R P Istri 42 SMP
2. An. T L Anak 23
kandung
3. An. S P Anak 18
kandung
Genogram :
6. Tipe Keluarga
Keluarga Tn. L termasuk keluarga inti (nulcear family) yang terdiri dari
Kepala Keluarga, istri dan 2 orang anak.
7. Suku Bangsa
Seluruh anggota keluarga berasal dari suku Batak, Indonesia.
8. Agama
Semua anggota keluarga menganut agama Islam dan mereka selalu taat
beribadah dan menjalankan perintah Tuhan YME.
9. Status Sosial Ekonomi
Sebagian besar anggota keluarga memiliki penghasilan perbulannya, yaitu :
- Kepala Keluarga : 1.500.000,-/bln
- Istri (Ny. R) : 500.000,-/bln
Untuk pendapatan KK dengan istri, digabung atau dijadikan satu sehingga
menjadi 2.000.000,-/bln dengan rata-rata pengeluaran 1.300.000,-/bln, sudah
termasuk pengeluaran anak ke-1 dan ke-2.
Dilihat dari penghasilan masing-masing anggota keluarga yang sudah bekerja
dan harta benda yang dimiliki dalam keluarga, keluarga tersebut mempunyai
status sosial ekonomi yang biasa/sederhana.
10. Aktivitas Rekreasi Keluarga
Setiap hari klien dan keluarga memenuhi kebutuhan akan rekreasi dan hiburan
biasanya menonton TV, berkumpul keluarga, melepas lelah bersama di ruang
keluarga. Untuk anak ke-1 karena masih kuliah, ia sering menghabiskan waktu
luang untuk bermain bersama temannya. Sedangkan anak ke-2 karena masih
dalam tahap SMA, ia sering berkumpul bersama temannya di rumah.
2. Ibu R
TD : 110/70 mmHg
R : 18 x/m
N : 78 x/m
S : 37,2 0C
a. Kepala :
- Rambut dan kulit kepala :
Inspeksi : Rambut lurus, belum beruban, kulit bersih
- Mata
Inspeksi : kedua mata simetris, konjungtiva tidak pucat, sclera tidak
ikterik.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tekanan bola mata tidak tinggi.
- Hidung
Inspkesi : hidung simetris, tidak ada secret, tidak ada pembesaran polip.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
- Mulut dan faring
Inspeksi : tidak ada somatitis, tida ada gigi palsu, tidak faringitis, dan lidah
tidak kotor.
Palpasi : lidah teraba lunak, dan tidak ada nyeri tekan
- Telinga :
Inspeksi : kedua telinga simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
b. Leher :
Inspeksi : tidak ada nodul
Palpasi : tidak ada pembesaran vena jugularis dan pembesaran kelenjar tiroid.
c. Dada :
Inspeksi : bentuk dada normal, simetris, dan tidak ada jejas
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada fraktur pada tulang iga
Perkusi : terdengar resonan pada paru dan redup pada jantung
Perkusi : terdengar vesikuler
d. Abdomen :
Inspeksi : tidak ada acites
Auskultasi : peristaltik normal
Perkusi : terdengar timpani pada usus dan redup pada hati dan ginjal
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran hati dan limpa
e. Genitalia : tidak terpasang kateter, tidak ada keluhan
f. Anus : tidak ada hemoroid
g. Ekstremitas :
Inspeksi : anggota gerak lengkap, tidak ada luka, bekas jahitan, tidak ada
kelainan pada jari tangan dan kaki.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada fraktur.
3. An. T :
TD : 120/70 mmHg
R : 20 x/m
N : 80 x/m
S : 36,90C
a. Kepala
- Rambut dan kulit kepala :
Inspeksi : Rambut lurus, belum beruban, kulit bersih
- Mata
Inspeksi : kedua mata simetris, konjungtiva tidak pucat, sclera tidak
ikterik.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tekanan bola mata tidak tinggi.
- Hidung
Inspkesi : hidung simetris, tidak ada secret, tidak ada pembesaran polip.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
- Mulut dan faring
Inspeksi : tidak ada somatitis, tida ada gigi palsu, tidak faringitis, dan lidah
tidak kotor.
Palpasi : lidah teraba lunak, dan tidak ada nyeri tekan
- Telinga :
Inspeksi : kedua telinga simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
b. Leher :
Inspeksi : tidak ada nodul
Palpasi : tidak ada pembesaran vena jugularis dan pembesaran kelenjar tiroid.
c. Dada :
Inspeksi : bentuk dada normal, simetris, dan tidak ada jejas
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada fraktur pada tulang iga
Perkusi : terdengar resonan pada paru dan redup pada jantung
Perkusi : terdengar vesikuler
d. Abdomen :
Inspeksi : tidak ada acites
Auskultasi : peristaltik normal
Perkusi : terdengar timpani pada usus dan redup pada hati dan ginjal
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran hati dan limpa
e. Genitalia : tidak terpasang kateter, tidak ada keluhan
f. Anus : tidak ada hemoroid
g. Ekstremitas :
Inspeksi : anggota gerak lengkap, tidak ada luka, bekas jahitan, tidak ada
kelainan pada jari tangan dan kaki.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada fraktur.
4. An. S
TD : 110/70 mmHg
R : 22 x/m
N : 70 x/m
S : 37,00C
a. Kepala
- Rambut dan kulit kepala :
Inspeksi : Rambut lurus, belum beruban, kulit bersih
- Mata
Inspeksi : kedua mata simetris, konjungtiva tidak pucat, sclera tidak
ikterik.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tekanan bola mata tidak tinggi.
- Hidung
Inspkesi : hidung simetris, tidak ada secret, tidak ada pembesaran polip.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
- Mulut dan faring
Inspeksi : tidak ada somatitis, tida ada gigi palsu, tidak faringitis, dan lidah
tidak kotor.
Palpasi : lidah teraba lunak, dan tidak ada nyeri tekan
- Telinga :
Inspeksi : kedua telinga simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
b. Leher :
Inspeksi : tidak ada nodul
Palpasi : tidak ada pembesaran vena jugularis dan pembesaran kelenjar tiroid.
c. Dada :
Inspeksi : bentuk dada normal, simetris, dan tidak ada jejas
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada fraktur pada tulang iga
Perkusi : terdengar resonan pada paru dan redup pada jantung
Perkusi : terdengar vesikuler
d. Abdomen :
Inspeksi : tidak ada acites
Auskultasi : peristaltik normal
Perkusi : terdengar timpani pada usus dan redup pada hati dan ginjal
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran hati dan limpa
e. Genitalia : tidak terpasang kateter, tidak ada keluhan
f. Anus : tidak ada hemoroid
g. Ekstremitas :
Inspeksi : anggota gerak lengkap, tidak ada luka, bekas jahitan, tidak ada
kelainan pada jari tangan dan kaki.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada fraktur.
3.11 Skoring
1. Nyeri akut pada Tn. L pada keluarga Tn. L berhubungan dengan
ketidakmampuan anggota keluarga mengenali masalah kesehatan
No. Kriteria Penghitungan Skor Pembenaran
1. Sifat masalah 3/3 x 1 1 Masalah sudah terjadi
Skala :
Aktual
2. Kemungkinan ½x2 1 Kebiasaan klien yang dapat
masalah dapat diubah mendorong kekambuhan
Skala : akan terulang kembali saat
Sebagian klien merasa sudah membaik
3. Potensial masalah 2/3 x 1 2/3 Sumber-sumber dan
untuk dicegah tindakan yang mencegah
Skala : kekambuhan dapat dijangkau
Cukup oleh klien
4. Menonjolnya 2/2 x 1 1 Jika nyeri kembali timbul
masalah pada saat darah tinggi naik,
Skala : maka akan memperparah
Masalah dirasakan keadaan klien
dan segera ditangani
=3
2/3
Hari ke-2
No. Hari/tanggal Implementasi Evaluasi
Dx
1. Selasa/ 14 Februari 1. Menginformasikan S : Keluarga mengatakan
2017 kepada keluarga mereka sudah mampu
tentang prosedur yang merawat Tn L ketika nyeri
dapat meningkatkan akibat hipertensinya
nyeri dan tawarkan kambuh
strategi koping yang O : Keluarga menyediakan
disarankan obat yang disampaikan
2. Menginformasikan oleh perawat, dan juga
kepada keluarga ditambahi dengan obat
tentang kesalahan herbal
persepsi tentang A : Masalah teratasi
penggunaan analgetik sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
2. Selasa/ 14 Februari 3. Menginformasikan S : Keluarga mengatakan
2017 keluarga tentang mereka sudah paham
gejala ansietas tentang gejala ansietas, dan
4. Mengajarkan anggota mereka mengatakan tidak
keluarga bagaimana akan cemas berlebihan lagi
membedakan antara ketika penyakit Tn.L
serangan panik dan kambuh
gejala penyakit fisik O : Keluarga mulai tenang
menghadapi dan merawat
Tn.L
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
Hari ke-3
No. Hari/tanggal Implementasi Evaluasi
Dx
1. Rabu/ 15 Februari 1. Mengajarkan keluarga S : keluarga
2017 untuk pentingnya mengatakan mampu
melakukan tindakan merawat jika penyakit
manajemen nyeri (non Tn. L kambuh
farmakologis) seperti, O : istri klien sudah
relaksasi. mulai pandai
2. Mengajarkan klien dan menggunakan set
keluarga untuk tensi, dan selalu
memanfaatkan teknologi mengajarkan pada
yang diperlukan dalam Tn.L teknik non
pemberian obat ( seperti, farmakologi, ketika
Set pengukur TD) nyeri kambuh
A : Masalah teratasi
P : Intervensi
dipertahankan
2. Rabu/ 14 Februari 1. Menginstruksikan S : Klien mengatakan
2017 keluarga tentang mampu rileks
penggunaan teknik menghadapi penyakit
relaksasi mengurangi Tn.L
ansietas O : Klien tidak terlalu
berfokus dan cemas
berlebihan lagi ketika
Tn. L penyakitnya
kambuh
A : masalah teratasi
P : intervensi
dipertahankan
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
WHO mengemukakan bahwa hipertensi terjadi bila tekanan darah di atas
160/95 mmHg, sementara itu Smeltzer & Bare (2002 : 896) mengemukakan
bahwa hipertensi merupakan tekanan darah persisten atau terus menerus sehingga
melebihi batas normal dimana tekanan sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan
diastole di atas 90 mmHg.
Asuhan keperawatan keluarga pada keluarga Tn. L memiliki 2 diagnosa
keperawatan yang harus dilakukan tindakan dengan baik untuk meningkatkan
derajat kesehatan keluarga tersebut.
4.2 Saran
Penulis juga merupakan seorang manusia biasa yang tentu memiliki
kekurangan dan kesalahan. Oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran
dari para pembaca sekalian yang dapat membangun sehingga dapat memperbaiki
makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Graha Ilmu.
Yogyakarta : Fitramaya.
dan NOC Dilengkapi Teori dan Contoh Kasus Askep. Yogyakarta : Medical
Book.
Wilkinson Judith, Ahern Nancy. 2007. Buku saku Diagnosis Keperawatan Edisi
9. Jakarta : EGC.