Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN


MASALAH KESEHATAN : HIPERTENSI

Oleh :

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES AUFA ROYHAN
PADANGSIDIMPUAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
dan karuniaNya penulis masih diberikan kesempatan dan kesehatan untuk
menyelesaikan makalah ini, yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN
KELUARGA HIPERTENSI”. Makalah ini penulis buat untuk melengkapi tugas
mata kuliah Komunitas I, sekaligus untuk menambah wawasan tentang dunia
keperawatan.
Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing
dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam penyelesaian makalah
ini.
Apabila ada kesalahan dalam penulisan makalah ini penulis mohon maaf,
dan saya juga mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, agar penulis dapat
memperbaikinya di makalah yang berikutnya.

Padangsidimpuan,......................2019

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................... i
DAFTAR ISI ...................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..............................................................
1.2 Rumusan Masalah .........................................................
1.3 Tujuan ...........................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi Luka Akut .......................................................
2.2 Klasifikasi Hipertensi ...................................................
2.3 Etiologi .........................................................................
2.4 Patofisiologi ..................................................................
2.5 Manifestasi Klinik ........................................................
2.6 Pemeriksaan Penunjang ................................................
2.7 Penatalaksanaan ............................................................
2.8 Komplikasi ....................................................................
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Data Umum
3.2 Riwayat Tahap Perkembangan ......................................
3.3 Pengkajian Lingkungan ................................................
3.4 Struktur Keluarga .........................................................
3.5 Fungsi Keluarga ............................................................
3.6 Stress dan Koping Keluarga .........................................
3.7 Pemeriksaan Fisik .........................................................
3.8 Harapan Keluarga Terhadap Petugas Kesehatan ..........
3.9 Pengkajian Fokus ..........................................................
3.10 Analisa data ................................................................
3.11 Skoring ........................................................................
3.12 Prioritas Masalah ........................................................
3.13 Perencanaan Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. L ...
3.14 Implementas dan Evaluasi ..........................................
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan ...................................................................
4.2 Saran .............................................................................
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipertensi merupakan kenaikan tekanan darah dimana tekanan sistolik
lebih dari 140 mmHg dan diastolik lebih dari 90 mmHg.Penyakit hipertensi
bukanlah penyakit yang lazim lagi di kalangan masyarakat. Akhir-akhir ini begitu
banyak masyarakat yang sudah mengalami hipertensi, baik yang berusia muda
mupun lansia. Hal ini disebabkan oleh gaya hidup masyarakat terutama keluarga
yang sudah tidak baik. Salah satunya gaya hidup dengan pola makan yang tidak
sehat. Misalnya dengan mengkonsumsi makanan yang tinggi kadar lemak dan
garamnya. Hal inilah yang memicu terjadinya hipertensi.
Oleh sebab itu tenaga kesehatan terutamanya wajib menganjurkan dan
mencontohkan gaya hidup sehat bagi masyarakat, terutamanya di kalangan
keluarga, untuk mengurangi angka penyakit hipertensi.
WHO mengemukakan bahwa hipertensi terjadi bila tekanan darah di atas
160/95 mmHg, sementara itu Smeltzer & Bare (2002 : 896) mengemukakan
bahwa hipertensi merupakan tekanan darah persisten atau terus menerus sehingga
melebihi batas normal dimana tekanan sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan
diastole di atas 90 mmHg. Pendapat yang sama juga diutarakan oleh Doengoes
(2000 : 42). Pendapat senada juga disampaikan oleh TIM POKJA RS Harapan
Kita, Jakarta dan Prof. Dr. Dr. Budhi Setianto (Depkes, 2007), yang menyatakan
bahwa hipertensi adalah kenaikan tekanan darah sistolik lebih dari 150 mmHg dan
tekanan diastolik lebih dari 50 mmHg. Penyakit hipertensi pada keluarga terjadi
karena ketidaktahuan keluarga tentang factor-faktor yang mempengaruhi
hipertensi tersebut, akibat kurangnya informasi yang di dapat.
Pada makalah ini akan dibahas tentang bagaimana asuhan keperawatan
pada keluarga yang mengalami masalah kesehatan yaitu hipertensi.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari pembuatan makalah ini ialah bagaimana
penerapan asuhan keperawatan keluarga pada klien dengan hipertensi.

1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui asuhan
keperawatan keluarga dengan hipertensi.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Definisi atau pengertian hipertensi banyak dikemukakan oleh para ahli.
WHO mengemukakan bahwa hipertensi terjadi bila tekanan darah di atas 160/95
mmHg, sementara itu Smeltzer & Bare (2002 : 896) mengemukakan bahwa
hipertensi merupakan tekanan darah persisten atau terus menerus sehingga
melebihi batas normal dimana tekanan sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan
diastole di atas 90 mmHg. Pendapat yang sama juga diutarakan oleh Doengoes
(2000 : 42). Pendapat senada juga disampaikan oleh TIM POKJA RS Harapan
Kita, Jakarta dan Prof. Dr. Dr. Budhi Setianto (Depkes, 2007), yang menyatakan
bahwa hipertensi adalah kenaikan tekanan darah sistolik lebih dari 150 mmHg dan
tekanan diastolik lebih dari 50 mmHg.
Terdapat perbedaan tentang batasan hipertensi seperti diajukan oleh
Kaplan (1990) yaitu pria, usia kurang dari 45 tahun, dikatakan hipertensi bila
tekanan darah waktu berbaring diatas sama dengan 130/90 mmHg, sedangkan
pada usia lebih dari 45 tahun dikatakan hipertensi bila tekanan darah diatas 145/95
mmHg. Sedangkan pada wanita dikatakan hipertensi bila tekanan darah diatas
160/95. Hal yang berbeda diungkapkan oleh TIM POKJA RS Harapan Kita, pada
usia dibawah 40 tahun dikatakan hipertensi bila sistolik lebih dari 140 mmHg dan
untuk usia antara 60-70 tahun dikatakan hipertensi bila tekanan darah sisitolik
150-155 mmHg masih dianggap normal. Hipertensi pada usia lanjut didefinisikan
sebagai tekanan sistolik lebih besar dari 140 mmHg dan atau tekanan diastolik
lebih besar dari 90 mmHg ditemukan dua kali atau lebih pada pemeriksaan yang
berbeda. (JNC VI, 1997)
Untuk usia kurang dari 18 tahun dikatakan hipertensi bila dua kali
kunjungan yang berbeda waktu didapatkan teknan diastolik 90 mmHg atau lebih,
dan tekanan sistolik pada beberapa pengukuran didapatkan nilai yang menetap di
atas 140 mmHg (R.P Sidabutar dan Waguno P, 1990)
Bedasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
hipertensi merupakan kenaikan tekanan darah dimana tekanan sistolik lebih dari
140 mmHg dan diastolik lebih dari 90 mmHg.
2.2 Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi hipertensi juga banyak diungkapkan oleh para ahli, diantaranya
WHO menetapkan klasifikasi hipertensi menjadi 3 tingkat yaitu tingkat I tekanan
darah meningkat tanpa gejala-gejala dari gangguan atau kerusakan sistem
kardiovaskuler. Tingkat II tekanan darah dengan gejala hipertrofi kardiovaskuler,
tetapi tanpa adanya gejala-gejala kerusakan atau gangguan dari alat atau organ
lain. Tingkat III tekanan darah meningkat dengan gejala-gejala yang jelas dari
kerusakan dan gangguan faal dari target organ. Sedangkan JVC VII,
mengungkapkan klasifikasi hipertensi adalah :
1. Kategori Tekanan sistolik (mmHg) Tekanan Diastolik (mmHg)
2. Normal < sbp = “Sistole” pressure = “DBP”> = 160 dan DBP > = 100.
(mmHg)
Sedangkan menurut TIM POKJA RS Harapan Kita, Jakarta membagi
hipertensi menjadi 6 tingkat yaitu hipertensi perbatasan (borderline) yaitu tekanan
darah diastolik, normal kadang 90-100 mmHg. Hipertensi ringan, tekanan arah
diastolik 90-140 mmHg. Hipertensi sedang, tekanan darah diastolik 105-114
mmHg. Hipertensi berat, tekanan darah diastolik > 115 mmHg. Hipertensi
maligna/krisis yaitu tekanan darah diastolik lenih dari 120 mmHg yang disertai
gangguan fungsi target organ. Hipertensi sistolik yaitu tekanan darah sistolik lebih
dari 160 mmHg.
Pada hipertensi krisis dibagi lagi menjadi 2, menurut TIM POKA RS
Harapan Kita, yaitu : hipertensi emergensi akut, membahayakan jiwa, hal ini
terjadi karena disfungsi atau kerusakan organ target. Yang kedua adalah hipertensi
urgensi yaitu hipertensi berat tanpa ada gangguan organ target akan tetapi tekanan
darah perlu diturunkan dengan cepat karna akan menimbulkan efek iskhemik pada
organ target.

2.3 Etiologi
Penyebab terjadinya hipertensi adalah terdiri dari berbagai faktor,
diantaranya Reeves & Lockhart (2001) mengemukakan bahwa faktor-faktor risiko
yang dapat menyebabkan hipertensi adalah stress, kegemukan, merokok,
hipernatriumia. Sedangkan TIM POKJA RS Harapan Kita (2003) dan Yayasan
Jantung Indonesia (2007) menambahkan bahwa penyebab hipertensi dapat
dibedakan menurut jenis hipertensi yaitu hipertensi primer (essensial) merupakan
tekanan darah tinggi yang disebabkan karena retensi air dan garam yang tidak
normal, sensitifitas terhadap angiotensin, obesitas, hiperkolestroemia, emosi yang
terganggu/stress dan merokok. Sedangkan hipertensi sekunder merupakan tekanan
darah tinggi yang disebabkan karena penyakit kelenjar adrenal, penyakit ginjal,
toxemia gravidarum, peningkatan TIK yang disebabkan oleh tumor otak, dan
pengaruh obat tertentu misal obat kontrasepsi.
Dari uraian pernytaan diatas dapat disimpulkan bahwa penyebab hipertensi
beragam, diantaranya adalah : stress, kegemukan, merokok, hipernatriumia,
retensi air dan garam yang tidak normal, sesnsitifitas terhadap angiotensin,
obesitas, hiperkolestrolemia, penyakit kelenjar adrenal, penyakit ginjal, toxemia
gravidarum, peningkatan TIK yang disebabkan oleh tumor otak, pengaruh obat
tertentu misal kontrasepsi, asupan garam yang tinggi, kurang olahraga, genetik,
obesitas, aterosklerosis, dan pada umumnya disebabkan karena terjadinya
penyempitan pada pembuluh darah.

2.4 Patofisiologi
Kerja jantung terutama ditentukan oleh besarnya curah jantung dan
tahanan perifer. Curah jantung pada penderita hipertensi umumnya normal.
Kelainannya terutama pada peninggian tahanan perifer. Kenaikan tahanan perifer
ini disebabkan karena vasikontriksi arteriol akibat naiknya tonus otot polos
pembuluh darah tersebut. Bila hipertensi sudah berjalan cukup lama maka akan
dijumpai perubahan-perubahan struktural pada pembuluh darah arteriol berupa
penebalan tunika interna dan hipertropi tunika media. Dengan adanya hipertropi
dan hiperplasia, maka sirkulasi darah dalam otot jantung tidak mencukupi lagi
sehingga terjadi anoksia relatif. Keadaan ini dapat diperkuat dengan adanya
sklerosis koroner.
Menurut Smeltzer & Bare (2002) mengatakan bahwa mekanisme yang
mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di pusat vasomotor
dan medulla oblongata di otak dimana dari vasomotor ini mulai saraf simpatik
yang berlanjut ke bawah korda spinalis dan keluar dari kolomna medulla ke
ganglia simpatis di thorax dan abdomen, rangsangan pusat vasomotor dihantarkan
dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis. Pada
titik ganglion ini neuron prebanglion melepaskan asetilkolin yang merangsang
serabut saraf paska ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan melepaskannya
nere frineprine mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasikonstriktif yang menyebabkan
vasokonstriksi pembuluh darah akibat aliran darah yang mengalir ke ginjal
menjadi berkurang/menurun dan berakibat diproduksinya rennin, rennin akan
merangsang pembentukan angiotensai I yang kemudian diubah menjadi
angiotensinII yang merupakan vasokonstriktor yang kuat yang merangsang
sekresi aldosteron oleh cortex adrenal dimana hornone aldosteron ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal dan menyababkan
peningkatan volume cairan intravaskuler yang menyebabkan hipertensi.

2.5 Manifestasi Klinik


Menurut TIM POKJA RS Harapan Kita (2003), mengemukakan bahwa
manfestasi klinik yang sering tidak tampak. Pada beberapa pasien mengeluh sakit
kepala, pusing, lemas, sesak nafas, kelelahan, kesadaran menurun, mual, gelisah,
muntah, kelemahan otot, epistaksis, bahkan ada yang mengalami perubahan
mental.
Sedangkan menurut FKUI dan Dr. Budhi Setianto (Depkes, 2007)
hipertensi esensial kadang tanpa gejala dan baru timbul gejala setelah terjadi
komplikasi pada organ target seperti pada ginjal, mata, otak, dan jantung. Namun
terdapat pasien yang mengalami gejala dengan sakit kepala, epistaksis.

2.6 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan laboratorium rutin yang
dilakukan sebelum memulai terapi bertujuan untuk menentukan adanya kerusakan
organ dan faktor resiko lain atau mencari penyebab hipertensi. Biasanya diperiksa
urin analisa, darah perifer lengkap, kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula
darah puasa, kolesterol total, HDL, LDL, dan pemeriksaan EKG, sebagai
tambahan dapat dilakukan pemeriksaan lain seperti klirens kreatinin, protein,
asam urat, TSH dan ekokardiografi.
Pemeriksaan diagnostik meliputi BUN/creatinin (fungsi ginjal), glucose
(DM) kalium serum (meningkat menunjukkan aldosteron yang meningkat),
kalsium serum (peningkatan dapat menyebabkan hipertensi) : kolesterol dan tri
gliserit (indikasi pencetus hipertensi), pemeriksaan tiroid (menyebabkan
vasokontriksi), urinalisa protein, gula (menunjukkan disfungsi ginjal), asam urat
(faktor penyebab hipertensi), EKG (pembesaran jantung, gangguan konduksi),
IVP (dapat mengidentifikasi hipertensi).

2.7 Pentalaksanaan
Terdapat 2 cara penanggulangan hipertensi yaitu dengan cara farmakologis
dan non farmakologis. Cara non faramakologis dengan menurunkan BB pada
penderita yang gemuk, diet rendah garam dan rendah lemak, mengubah kebiasaan
hidup, olahrga secara teratur, dan kontrol tekanan darah secara teratur. Sedangkan
dengan cara farmakologis yaitu dengan cara memberika obat-obatan anti
hipertensi seperti diuretik seperti HCT, Higroton, Lasix. Beta bloker seperti
propanolol. Alfa bloker seperti phentolamin, prozazine, nitroprusside captapril.
Simphatolitic seperti hidralazine, diazoxine. Antagonis kalsium seperti nefedipine
(adalat).
Pengobatan hipertensi harus dilandasi oleh beberapa prinsip yaitu
pengobatan hipertensi skunder harus lebih mendahulukan pengobatan kausal,
pengobatan hipertensi esensial ditujukan untunk menurunkan tekanan darah
dengan harapan memperpanjang umur dan mengurangi timbulnya komplikasi,
upaya menurunkan tekanan darah dicapai dengan menggunakan obat anti
hipertensi , pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka panjang bahkan
seumur hidup, pengobatan dengan menggunakan standard triple therapy (STT)
menjadi asar pengobatan hipertensi.
Tujuan pengobatan dari hipertensi adalah menurunkan angka mobirditas
sehingga upaya dalam menemukan obat anti hioertensi yang memenuhi haraan
terus dikembangkan.
2.8 Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada penyakit hipertensi adalah
diantaranya penyakit pembuluh darah otak seperti stroke, perdarahan otak,
transient ischemic attack (TIA). Penyakit jantung seperti gagal jantung, angina
fectoris, infarc miocar acute (IMA). Penyakit ginjal seperti gagal ginjal. Penyakit
mata seperti perdarahan retina, penebalan retina, dan oedema pupil.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Data Umum
1. Nama Kepala Keluarga : Tn. L
2. Alamat Kepala Keluarga : Jl. Kebangkitan Nasional, Gg. Dharma
Bakti, Medan
3. Pekerjaan Kepala Keluarga : Wiraswasta
4. Pendidikan Kepala Keluarga : SMA
5. Komposisi Keluarga :
No Nama JK Hub.dgn Umur Pendidikan Status Imunisasi Ket
Kepala (th) Terakhir B Polio DPT Hepatitis Campak
Keluarga C 1 2 3 4 1 2 3 1 2 3 4
G
1. Ny. R P Istri 42 SMP
2. An. T L Anak 23
kandung
3. An. S P Anak 18
kandung

Genogram :
6. Tipe Keluarga
Keluarga Tn. L termasuk keluarga inti (nulcear family) yang terdiri dari
Kepala Keluarga, istri dan 2 orang anak.
7. Suku Bangsa
Seluruh anggota keluarga berasal dari suku Batak, Indonesia.
8. Agama
Semua anggota keluarga menganut agama Islam dan mereka selalu taat
beribadah dan menjalankan perintah Tuhan YME.
9. Status Sosial Ekonomi
Sebagian besar anggota keluarga memiliki penghasilan perbulannya, yaitu :
- Kepala Keluarga : 1.500.000,-/bln
- Istri (Ny. R) : 500.000,-/bln
Untuk pendapatan KK dengan istri, digabung atau dijadikan satu sehingga
menjadi 2.000.000,-/bln dengan rata-rata pengeluaran 1.300.000,-/bln, sudah
termasuk pengeluaran anak ke-1 dan ke-2.
Dilihat dari penghasilan masing-masing anggota keluarga yang sudah bekerja
dan harta benda yang dimiliki dalam keluarga, keluarga tersebut mempunyai
status sosial ekonomi yang biasa/sederhana.
10. Aktivitas Rekreasi Keluarga
Setiap hari klien dan keluarga memenuhi kebutuhan akan rekreasi dan hiburan
biasanya menonton TV, berkumpul keluarga, melepas lelah bersama di ruang
keluarga. Untuk anak ke-1 karena masih kuliah, ia sering menghabiskan waktu
luang untuk bermain bersama temannya. Sedangkan anak ke-2 karena masih
dalam tahap SMA, ia sering berkumpul bersama temannya di rumah.

3.2 Riwayat Tahap Perkembangan


11. Tahap Perkmbangan Keluarga Saat Ini
Keluarga Tn. L mempunyai 2 orang anak, anak pertama laki-laki dengan umur
23 tahun, dan anak kedua umur 18 tahun, kedua anak tersebut masih dalam
tahap sekolah. Maka keluarga Tn. L berada pada tahap perkembangan
keluarga dengan anakn remaja/dewasa.
12. Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi
Tn. L sampai saat ini belum memenuhi tugas perkembangan yaitu memperluas
keluarga inti menjadi keluarga besar karena anak-anaknya masih dalam tahap
sekolah, dan belum ada yang menikah. Tn. L juga selalu menjaga keintiman
pasangan. Pembagian peran dan kegiatan rumah tangga pun telah terpenuhi
13. Riwayat Keluarga Inti
Dalam keluarga, tidak ada riwayat penyakit menular, namun penyakit
menurun mungkin ada. Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga
adalah sebagai berikut :
- Kepala Keluarga : Klien mengalami penyakit hipertensi dan sering
kambuh terutama jika ia mengkonsumsi makanan yang tinggi lemak
secara berlebihan, serta jika ia mengalam beban pikiran/stress. Biasanya
pada saat kambuh, klien selalu minum air yang banyak dan ditenangkan
oleh istrinya serta dibuatkan jus mentimun oleh istrinya. Klien juga pernah
di rawat inap di RS selama 3 hari karena penyakitnya tersebut.
- Istri : tidak ada riwayat sakit yang mengharuskan klien untuk berobat dan
rawat inap di RS.
- Anak ke-1 : tidak ada riwayat sakit yang mengharuskan klien untuk
berobat dan rawat inap di RS.
- Anak ke-2 : tidak ada riwayat sakit yang mengharuskan klien untuk
berobat dan rawat inap di RS.
14. Riwayat Keluarga Sebelumnya
Tn. L mengatakan mungkin penyakit hipertensinya ini diturunkan dari
ayahnya yang juga mengalami penyakit hipertensi.

3.3 Pengkajian Lingkungan


15. Karakteristik Rumah
Luas tanah :
Tipe rumah : permanent dengan jumlah ruang 3 kamar tidur, 1 ruang tamu
sekaligus keluarga, 1 dapur, kamar mandi dan WC jadi satu. Jumlah jendela +
10 buah. Setiap ruangan dimanfaatkan sebagaimana fungsinya secara optimal.
Peletakan perabot rumah tangga tertata rapi. Jenis septic tank 1 kotak sudah
termasuk peresapan air. Jarak antara septic tank dengan sumber air + 10
meter. Sumber air minum yang digunakan adalah air isi ulang dan air sumur.
16. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW
Tetangga klien yang ada di sekitar rumah ramah-ramah. Klien tingga di
wilayah perkotaan sehingga jarak rumah yang satu dengan yang lainnya saling
berdekatan. Warga memiliki kebiasaan dan tradisi mengadakan pengajian tiap
malam Rabu. Pengajian ini berlangsung di rumah masing-masing warga
secara bergantian. Penduduk setempat juga mempunyai kesepakatan apabila
ada warga baru dan ada tamu yang menginap harap lapor pada RT/RW. Setiap
malam setelah jam 22.00 WIB, tidak diperbolehkan menghidupkan mesin
kendaraan bermotor dengan suara yang kencang. Di adakan kerja bakti
sebulan sekali dan jika perlu 2 minggu sekali saat terjadi wabah penyakit
seperti DBD, malaria, dan diare.
17. Mobilitas Geografis Keluarga
Sejak Tn. L menikah dengan Ibu R, keluarga sudah pernah pindah, karena
sebelumnya rumah mereka bukan milik pribadi melainkan rumah kontrakan.
18. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat
Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat setiap hari, baik itu
siang, sore, malam, klien dan keluarganya selalu meluangkan waktu untuk
berkumpul. Keluarga klien juga berinteraksi dengan baik dengan masyrakat di
sekitar.
19. Sistem Pendukung Keluarga
Meskipun ada anggota keluarga yang dalam keadaan sakit, antar anggota
keluarga saling menyayangi satu sama lain. Kedua anak klien juga sangat turut
dengan apa yang dikatakan oleh kedua orang tuanya. Keluarga klien memiliki
fasilitas kesehatan meliputi : sarana MCK, tempat tidur yang cukup nyaman,
sumber air bersih, motor sebagai sarana transportasi. Sedangkan fasilitas
sosialnya berupa mengikuti kegiatan-kegiatan di lingkungannya. Serta
dukungan psikologi dan spiritual keluarga terpenuhi dengan baik

3.4 Struktur Keluarga


20. Pola Komunikasi Keluarga
Bahasa komunikasi yang digunakan dalam keluarga dan dengan masyarakat
adalah bahasa Batak dan Indonesia. Komunikasi antar keluarga lebih sering
mulai sore hari karena semua anggota keluarga baru bisa berkumpul di sore
dan jug malam hari.
21. Struktur Kekuatan Keluarga
Klien memberi nasehat kepada anak-anaknya bagaimana cara berperilaku
yang baik, sopan santun, tatakrama, cara menjaga hubungan baik dengan
orang lain. Untuk kekuatan keluarga masih tetap berada pada Tn. L.
22. Struktur Peran (Formal dan Informal)
Tn. L :
- Peran informal : aktif menjadi anggota masyarakat
- Peran formal : menjadi kepala keluarga, suami, dan ayah.
Ibu R :
- Peran informal : masih aktif sebagai anggota masyarakat dan perkumpulan
ibu-ibu di lingkungan tempat tinggal
- Peran formal : sebagai ibu rumah tangga dan istri
An. T :
- Peran informal : Anggota karang taruna di lingkungan tempat tinggalnya
- Peran formal : sebagai anak, dan abang.
An. S
- Peran informal :-
- Peran formal : sebagai anak, dan adik.
23. Nilai dan Norma Keluarga
Keluarga meyakini bahwa kesehatan sangat penting, sehingga mereka
membiasakan cuci tangan sebelum makan, menjaga kebersihan, dan
memperhatikan gizi dalam keluarga.

3.5 Fungsi Keluarga


24. Fungsi Afektif
Keluarga klien saling memberikan perhatian dan kasih sayang. Klien selalu
mendukung apa yang dilakukannya selama dalam batas kewajaran dan tidak
melanggar etika dan sopan santun. Diterapkannya demokrasi dalam mengatasi
permasalahan keluarga.
25. Fungsi Sosial
Interaksi antar anggota keluarga terjalin baik, masing-masing anggota
keluarga masih memperhatikan dan menerapkan etika atau sopan santun
dalam berperilaku.
26. Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga
a. Kemampuan Keluarga dama Mengenal Masalah Kesehatan
Keluarga cukup mengetahui mengenai penyakit, namun pengetahuan
mengenai penanganan jika mengalami kekambuhan kurang. Terbukti saat
Tn. L merasakan penyakitnya kambuh, dia hanya meminum air yang
banyak dan beristirahat dengan baik.
b. Kemampuan Keluarga Mengambil Keputusan Mengenai Tindakan
Kesehatan yang tepat.
- Keluarga cukup mengerti tentang kesehatan pada anggota keluarganya.
- Anggota keluarga cukup peka terhadap anggota keluarga yang sakit.
Namun, kadang masalah kesehatan tersebut dianggap sepele atau tidak
diperhatikan secara lebih lanjut.
- Keluarga tetap berusaha agar penyakit yang di derita tidak kambuh dan
selalu mencari solusi jika anggota keluarga sakit.
- Keluarga sangat cemas dengan kemungkinan panyakit yang menyerang
anggota keluarga yang lain.
- Keluarga selalu menanggapi setiap masalah kesehatan secara positif.
- Keluarga cukup mendapat informasi yang tepat mengenai tindakan yang
dilakukan jika masalah kesehatan muncul dalam keluarga. Sehingga
keluarga mampu mengambil keputusan jika maslah kesehatan muncul
pada anggota keluarga
c. Kemampuan keluarga Merawat Anggota Keluarga yang Sakit
- Pengetahuan keluarga mengenai penyakit memang cukup namun untuk
kekambuhan dan pencegahan munculnya kembali masalah kesehatan
tersebut keluarga masih kurang memahaminya.
- Jika anggota keluarga ada yang sakit atau sekiranya perlu penanganan
tenaga kesehatan, maka keluarga akan mempercayakan perawatan dan
oenyembuhan kepada tenaga kesehatan. Namun bila sakitnya masih
tergolong ringan, keluarga cukup menganjurkan istirahat, pemenuhan
kebutuhan dan mengonsumsi obat generic dari toko atau warung kepada
anggota keluarga yang sakit.
- Untuk berjaga-jaga, keluarga hanya menyediakan obat-obatan yang sering
dikonsumsi dan cocok bagi masing-masing anggota keluarga. Apabila
penyakit yang diderita terasa parah, keluarga langsung membawanya ke
tenaga kesehatan.
- Setiap anggota keluarga mengerti akan fungsi dan tanggung jawab
masing-masing sumber keuangan yang dimiliki anggota keluarga, fasilitas-
fasilitas penunjang yang ada di rumah yang sudah memenuhi kriteria
standar, dan hubungan antara anggota keluarga dengan masyarakat terjalin
baik. Ini terbukti jika ada anggota masyarakat yang sakit baik di rumah
atau di RS anggota masyarakat lain datang menjenguk dan jika perlu
diadakan iuran sebagai bentuk tolong menolong untuk meringankan beban
keluarga yang sakit.
- Keluarga memberika perhatian, kasih sayang dan support agar dapat
membantu proses penyembuhan.
d. Kemampuan Keluarga Memelihara Lingkungan Rumah Yang Sehat
- Anggota keluarga mengerti potensi yang ada pada setiap anggota keluarga
dan mengerti tentang sumber-sumber keluarga yang dimiliki.
- Keluarga menyadari bahwa dengan menciptakan lingkungan yang bersih
dapat mencegah penyebaran berbagai jenis penyakit.
- Keluarga mengerti dan menyadari tentang pentingnya higiene sanitasi
untuk menciptakan rumah yang sehat.
- Keluarga, secara bersama-sama mempertahankan kondisi kesehatan
mereka dengan cara makan teratur, memenuhi gizi seimbang, menjadi
kondisifit tubuh, tidur teratur dan cukup, mengatur waktu antara kerja,
berkumpul bersama keluarga, rekreasi, atau berkumpul bersama teman,
sanak saudara dan bersilaturahmi.
e. Kemampuan Keluarga Menggunakan fasilitas/Pelayanan Kesehatan Di
Masyarakat
- Keluarga mengetahui dengan jelas tentang segala fasilitas-fasilitas
kesehatan yang ada di sekitar.
- Keluarga memahami dan mengerti keuntungan-keuntungan yang diperoleh
jika mereka memanfaatkan pelayanan kesehatan dengan optimal.
- Fasilitas kesehatan yang ada sangat terjangkau oleh keluarga.
- Keluarga pernah mempunyai pengalaman yang kurang bai terhadap
petugas kesehatan yaitu sewaktu Tn. L dirawat di RS, mengenai kecepatan
tanggapan perawat dalam memenuhi panggilan klien.
27. Fungsi Reproduksi
a. Jumlah anak yang dimiliki Tn. L ada 2 orang, 1 laki-laki dan 1 perempuan.
b. Keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga dengan menjaga jarak
kelahiran anak satu dengan anak yang lain.
c. Tn. L dan Ibu R menggunakan metode KB, karena mereka tidak ingin
memiliki anak yang banyak, cukup sepasang.
28. Fungsi Ekonomi
- Keluarga mampu memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan dari
pendapatan yang diterima perbulan serta keluarga mampu menyisihkan
pendapatannya untuk keperluan tidak terduga.
- Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada seperti
puskesmas, posyandu balita, posyandu lansia, poliklinik, dll.

3.6 Stress dan Koping Keluarga


29. Stresor Jangka Pendek dan Jangka Panjang
a. Stresor Jangka Pendek
- Klien pernah di PHK dan sempat menganggur
b. Stresor Jangka Panjang
- Kekambuhan penyakit dan biaya sekolah anak-anaknya selanjutnya.
30. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Situasi Stresor
Untuk stress jangka pendek, keluarga mengaku sedikit cemas bahwa keluarga
tidak mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun demikian, kepala
keluarga telah berusaha mendapat pekerjaan kembali di dukung oleh anggota
keluarga lain.
Untuk stresor jangka panjang keluarga (terutama Tn. L), berusaha mencegah
kekambuhan penyakitnya dengan berusaha mengurang makanan berlemak dan
tidak teralalu banyak pikiran serta berusaha menabung untuk masa depan
(biaya sekolah) anak-anaknya.
31. Strategi Koping yang Digunakan
Bila ada permasalahan dalam keluarga, sering diselesaikan dengan
musyawarah tapi untuk permasalahan masing-masing anggota keluarga
diselesaikan sendiri-sendiri selama masih bisa diatasi
32. Strategi Adaptasi Disfungsional
Keluarga tidak pernah menggunakan kekerasan, perlakuan kejam terhadap
anak, mengkambinghitamkan anak, memberikan ncaman-ancaman dalam
menyelesaikan masalah.
3.7 Pemeriksaan Fisik
1. Tn. L (kepala keluarga)
TD : 160/90 mmHg
R : 23x/m
N : 89 x/m
S : 37,00C
a. Kepala : terasa nyeri dan tegang
- Rambut dan kulit kepala :
Inspeksi : Rambut lurus, belum beruban, kulit bersih
- Mata
Inspeksi : kedua mata simetris, konjungtiva tidak pucat, sclera tidak
ikterik.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tekanan bola mata tidak tinggi.
- Hidung
Inspkesi : hidung simetris, tidak ada secret, tidak ada pembesaran polip.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
- Mulut dan faring
Inspeksi : tidak ada somatitis, tida ada gigi palsu, tidak faringitis, dan lidah
tidak kotor.
Palpasi : lidah teraba lunak, dan tidak ada nyeri tekan
- Telinga :
Inspeksi : kedua telinga simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
b. Leher :
Inspeksi : tidak ada nodul
Palpasi : tidak ada pembesaran vena jugularis dan pembesaran kelenjar tiroid.
c. Dada :
Inspeksi : bentuk dada normal, simetris, dan tidak ada jejas
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada fraktur pada tulang iga
Perkusi : terdengar resonan pada paru dan redup pada jantung
Perkusi : terdengar vesikuler
d. Abdomen :
Inspeksi : tidak ada acites
Auskultasi : peristaltik normal
Perkusi : terdengar timpani pada usus dan redup pada hati dan ginjal
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran hati dan limpa
e. Genitalia : tidak terpasang kateter, tidak ada keluhan
f. Anus : tidak ada hemoroid
g. Ekstremitas :
Inspeksi : anggota gerak lengkap, tidak ada luka, bekas jahitan, tidak ada
kelainan pada jari tangan dan kaki.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada fraktur.

2. Ibu R
TD : 110/70 mmHg
R : 18 x/m
N : 78 x/m
S : 37,2 0C
a. Kepala :
- Rambut dan kulit kepala :
Inspeksi : Rambut lurus, belum beruban, kulit bersih
- Mata
Inspeksi : kedua mata simetris, konjungtiva tidak pucat, sclera tidak
ikterik.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tekanan bola mata tidak tinggi.
- Hidung
Inspkesi : hidung simetris, tidak ada secret, tidak ada pembesaran polip.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
- Mulut dan faring
Inspeksi : tidak ada somatitis, tida ada gigi palsu, tidak faringitis, dan lidah
tidak kotor.
Palpasi : lidah teraba lunak, dan tidak ada nyeri tekan
- Telinga :
Inspeksi : kedua telinga simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
b. Leher :
Inspeksi : tidak ada nodul
Palpasi : tidak ada pembesaran vena jugularis dan pembesaran kelenjar tiroid.
c. Dada :
Inspeksi : bentuk dada normal, simetris, dan tidak ada jejas
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada fraktur pada tulang iga
Perkusi : terdengar resonan pada paru dan redup pada jantung
Perkusi : terdengar vesikuler
d. Abdomen :
Inspeksi : tidak ada acites
Auskultasi : peristaltik normal
Perkusi : terdengar timpani pada usus dan redup pada hati dan ginjal
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran hati dan limpa
e. Genitalia : tidak terpasang kateter, tidak ada keluhan
f. Anus : tidak ada hemoroid
g. Ekstremitas :
Inspeksi : anggota gerak lengkap, tidak ada luka, bekas jahitan, tidak ada
kelainan pada jari tangan dan kaki.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada fraktur.

3. An. T :
TD : 120/70 mmHg
R : 20 x/m
N : 80 x/m
S : 36,90C
a. Kepala
- Rambut dan kulit kepala :
Inspeksi : Rambut lurus, belum beruban, kulit bersih
- Mata
Inspeksi : kedua mata simetris, konjungtiva tidak pucat, sclera tidak
ikterik.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tekanan bola mata tidak tinggi.
- Hidung
Inspkesi : hidung simetris, tidak ada secret, tidak ada pembesaran polip.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
- Mulut dan faring
Inspeksi : tidak ada somatitis, tida ada gigi palsu, tidak faringitis, dan lidah
tidak kotor.
Palpasi : lidah teraba lunak, dan tidak ada nyeri tekan
- Telinga :
Inspeksi : kedua telinga simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
b. Leher :
Inspeksi : tidak ada nodul
Palpasi : tidak ada pembesaran vena jugularis dan pembesaran kelenjar tiroid.
c. Dada :
Inspeksi : bentuk dada normal, simetris, dan tidak ada jejas
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada fraktur pada tulang iga
Perkusi : terdengar resonan pada paru dan redup pada jantung
Perkusi : terdengar vesikuler
d. Abdomen :
Inspeksi : tidak ada acites
Auskultasi : peristaltik normal
Perkusi : terdengar timpani pada usus dan redup pada hati dan ginjal
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran hati dan limpa
e. Genitalia : tidak terpasang kateter, tidak ada keluhan
f. Anus : tidak ada hemoroid
g. Ekstremitas :
Inspeksi : anggota gerak lengkap, tidak ada luka, bekas jahitan, tidak ada
kelainan pada jari tangan dan kaki.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada fraktur.
4. An. S
TD : 110/70 mmHg
R : 22 x/m
N : 70 x/m
S : 37,00C
a. Kepala
- Rambut dan kulit kepala :
Inspeksi : Rambut lurus, belum beruban, kulit bersih
- Mata
Inspeksi : kedua mata simetris, konjungtiva tidak pucat, sclera tidak
ikterik.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tekanan bola mata tidak tinggi.
- Hidung
Inspkesi : hidung simetris, tidak ada secret, tidak ada pembesaran polip.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
- Mulut dan faring
Inspeksi : tidak ada somatitis, tida ada gigi palsu, tidak faringitis, dan lidah
tidak kotor.
Palpasi : lidah teraba lunak, dan tidak ada nyeri tekan
- Telinga :
Inspeksi : kedua telinga simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
b. Leher :
Inspeksi : tidak ada nodul
Palpasi : tidak ada pembesaran vena jugularis dan pembesaran kelenjar tiroid.
c. Dada :
Inspeksi : bentuk dada normal, simetris, dan tidak ada jejas
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada fraktur pada tulang iga
Perkusi : terdengar resonan pada paru dan redup pada jantung
Perkusi : terdengar vesikuler
d. Abdomen :
Inspeksi : tidak ada acites
Auskultasi : peristaltik normal
Perkusi : terdengar timpani pada usus dan redup pada hati dan ginjal
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran hati dan limpa
e. Genitalia : tidak terpasang kateter, tidak ada keluhan
f. Anus : tidak ada hemoroid
g. Ekstremitas :
Inspeksi : anggota gerak lengkap, tidak ada luka, bekas jahitan, tidak ada
kelainan pada jari tangan dan kaki.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada fraktur.

3.8 Harapan Keluarga Terhadap Petugas Kesehatan


Keluarga berharap agar petugas kesehatan dapat berfungsi dengan baik,
mampu memberikan pelayanan yang baik dan tepat kepada siapa saja yang
membutuhkan dan tidak hanya pasien di RS tetapi juga warga masyarakat yang
membutuhkan pelayanan kesehatan. Jangan membeda-bedakan dalam
memberikan pelayanan antara masyarakat yang miskin dengan yang kaya.

3.9 Pengkajian Fokus


 Hubungan anak terhadap orangtua baik, karena setiap hari keluarga
menyempatkan diri untuk berkumpul di rumah, dan orang tua memberikan
kasih sayang, perhatian kepada seluruh anggota dan tetap menjaga komunikasi

3.10 Analisa Data


No. Symptom Etiologi Problem
1. DS : Klien (kepala Ketidakmampuan Nyeri akut
keluarga) mengatakan keluarga mengenali
saat penyakit darah masalah kesehatannya
tingginya kambuh ia
mengalami nyeri
kepala, tegang, pusing.
DO : saat dilakukan
pemeriksaan vital sign
tekanan darah klien :
160/90 mmHg
2. DS : Semua anggota Ketidakmampuan Ansietas
keluarga terutama ibu anggota keluarga
merasa khawatir dan merawat anggota
cemas karena salah satu keluarga serta
anggota keluarganya mengambil keputusan
dalam keadaan sakit. yang tepat
DO : Anggota keluaga
tampak panic ketika
penyakit Tn. L kambuh

3.11 Skoring
1. Nyeri akut pada Tn. L pada keluarga Tn. L berhubungan dengan
ketidakmampuan anggota keluarga mengenali masalah kesehatan
No. Kriteria Penghitungan Skor Pembenaran
1. Sifat masalah 3/3 x 1 1 Masalah sudah terjadi
Skala :
Aktual
2. Kemungkinan ½x2 1 Kebiasaan klien yang dapat
masalah dapat diubah mendorong kekambuhan
Skala : akan terulang kembali saat
Sebagian klien merasa sudah membaik
3. Potensial masalah 2/3 x 1 2/3 Sumber-sumber dan
untuk dicegah tindakan yang mencegah
Skala : kekambuhan dapat dijangkau
Cukup oleh klien
4. Menonjolnya 2/2 x 1 1 Jika nyeri kembali timbul
masalah pada saat darah tinggi naik,
Skala : maka akan memperparah
Masalah dirasakan keadaan klien
dan segera ditangani
=3
2/3

2. Ansietas pada anggota keluarga lain berhubungan dengan ketidakmampuan


merawat anggota keluarga dan mengambil keputusan yang tepat.

No. Kriteria Penghitungan Skor Pembenaran


1. Sifat masalah 2/3 x 1 2/3 Masalah terjadi hanya jika
Skala : Tn. L mengalami gangguan
Resiko kesehatan
2. Kemungkinan 2/2 x 2 2 Jika keluarga diberikan
masalah dapat diubah pendekatan maka keluarga
Skala : akan kembali merasa tenang
Mudah
3. Potensial masalah 3/3 x 1 1 Sumber-sumber dan
untuk dicegah tindakan yang mencegah
Skala : dapat dijangkau oleh klien
Tinggi
4. Menonjolnya 0/2 x 1 0 Masalah kecemasan memang
masalah sering dialami oleh anggota
Skala : keluarga lain, bila salah satu
Masalah tidak anggota keluarga mengalami
dirsakan masalah kesehatan
=3
2/3

3.12 Prioritas Masalah


1. Nyeri akut pada Tn. L pada keluarga Tn. L berhubungan dengan
ketidakmampuan anggota keluarga mengenali masalah kesehatan
2. Ansietas pada anggota keluarga lain berhubungan dengan ketidakmampuan
merawat anggota keluarga dan mengambil keputusan yang tepat.

3.13 Perencanaan Asuhan Keperawatan Kelurga Tn. L


No Diagnosa NOC NIC
1. Nyeri akut pada Tn. L Setelah dilakukan 1. Ajarkan keluarga
pada keluarga Tn. L tindakan keperawatan tentang faktor-
berhubungan dengan selama beberapa kali faktor yang
ketidakmampuan anggota dalam 24 jam mempengaruhi
keluarga mengenali diharapkan mampu terjadinya nyeri
masalah kesehatan mengatasi dan 2. Anjurkan kepada
mengenali masalah keluarga untuk
nyeri yang dialami klien melaporkan kepada
akibat hipertensi pelayanan
1. Keluarga mampu kesehatan, bila
meningkatkan nyeri tidak teratasi
kenyamanan klien 3. Informasikan
2. Keluarga mampu kepada keluarga
mengendalikan tentang prosedur
nyeri klien yang dapat
3. Keluarga mampu meningkatkan nyeri
mengurangi tingkat dan tawarkan
nyeri klien strategi koping yang
disarankan
4. Informasikan
kepada keluarga
tentang kesalahan
persepsi tentang
penggunaan
analgetik
5. Ajarkan keluarga
untuk pentingnya
melakukan tindakan
manajemen nyeri
(non farmakologis)
seperti, relaksasi.
6. Ajarkan klien dan
keluarga untuk
memanfaatkan
teknologi yang
diperlukan dalam
pemberian obat (
seperti, Set
pengukur TD)
2. Ansietas pada anggota Setelah dilakukan 1. Buat rencana
keluarga lain tindakan keperawatan penyuluhan dengan
berhubungan dengan selama beberapa kali tujuan yang realistis
ketidakmampuan merawat dalam 24 jam, kepada keluarga
anggota keluarga dan diharapkan keluarga 2. Berikan informasi
mengambil keputusan mampu merawat mengenai sumber
yang tepat. anggota keluarga dan komunitas yang
mengambil keputusan tersedia
yang tepat, dengan 3. Informasikan
kriteria hasil : keluarga tentang
1. Keluarga mampu gejala ansietas
mengurangi tingkat 4. Ajarkan anggota
ansietas keluarga bagaimana
2. Keluarga mampu membedakan antara
mengendalikan diri serangan panik dan
terhadap ansietas gejala penyait fisik
3. Keluarga mampu 5. Instruksikan
berkonsentrasi keluarga tentang
dalam menghadapi penggunaan teknik
masalah kesehatan relaksasi

3.14 Implementasi dan Evaluasi


Hari ke-1
No. Hari/tanggal Implementasi Evaluasi
Dx
1. Senin/ 13 Februari 1. Mengajarkan keluarga S : Keluarga mengatakan
2017 tentang faktor-faktor mereka bersedia untuk
yang mempengaruhi mengetahui factor-faktor
terjadinya nyeri yang mempengaruhi nyeri
2. Menganjurkan kepada ketika hipertensi Tn.L
keluarga untuk kambuh
melaporkan kepada O : Klien tampak merespon
pelayanan kesehatan, dan menerima dengan baik
bila nyeri tidak ajaran perawat
teratasi A : Masalah mulai teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
2. Senin/ 13 Februari 1. Membuat rencana S : Keluarga mengatakan
2017 penyuluhan dengan kapanpun keluarga siap
tujuan yang realistis akan dilakukan penyuluhan
kepada keluarga O : Keluarga tampak serius
2. Memberikan dan semangat mendengar
informasi mengenai penyuluhan dari perawat,
sumber komunitas dan keluarga mencatat
yang tersedia semua yang disampaikan
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Intervensi dilanjutkan

Hari ke-2
No. Hari/tanggal Implementasi Evaluasi
Dx
1. Selasa/ 14 Februari 1. Menginformasikan S : Keluarga mengatakan
2017 kepada keluarga mereka sudah mampu
tentang prosedur yang merawat Tn L ketika nyeri
dapat meningkatkan akibat hipertensinya
nyeri dan tawarkan kambuh
strategi koping yang O : Keluarga menyediakan
disarankan obat yang disampaikan
2. Menginformasikan oleh perawat, dan juga
kepada keluarga ditambahi dengan obat
tentang kesalahan herbal
persepsi tentang A : Masalah teratasi
penggunaan analgetik sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
2. Selasa/ 14 Februari 3. Menginformasikan S : Keluarga mengatakan
2017 keluarga tentang mereka sudah paham
gejala ansietas tentang gejala ansietas, dan
4. Mengajarkan anggota mereka mengatakan tidak
keluarga bagaimana akan cemas berlebihan lagi
membedakan antara ketika penyakit Tn.L
serangan panik dan kambuh
gejala penyakit fisik O : Keluarga mulai tenang
menghadapi dan merawat
Tn.L
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Intervensi dilanjutkan

Hari ke-3
No. Hari/tanggal Implementasi Evaluasi
Dx
1. Rabu/ 15 Februari 1. Mengajarkan keluarga S : keluarga
2017 untuk pentingnya mengatakan mampu
melakukan tindakan merawat jika penyakit
manajemen nyeri (non Tn. L kambuh
farmakologis) seperti, O : istri klien sudah
relaksasi. mulai pandai
2. Mengajarkan klien dan menggunakan set
keluarga untuk tensi, dan selalu
memanfaatkan teknologi mengajarkan pada
yang diperlukan dalam Tn.L teknik non
pemberian obat ( seperti, farmakologi, ketika
Set pengukur TD) nyeri kambuh
A : Masalah teratasi
P : Intervensi
dipertahankan
2. Rabu/ 14 Februari 1. Menginstruksikan S : Klien mengatakan
2017 keluarga tentang mampu rileks
penggunaan teknik menghadapi penyakit
relaksasi mengurangi Tn.L
ansietas O : Klien tidak terlalu
berfokus dan cemas
berlebihan lagi ketika
Tn. L penyakitnya
kambuh
A : masalah teratasi
P : intervensi
dipertahankan
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
WHO mengemukakan bahwa hipertensi terjadi bila tekanan darah di atas
160/95 mmHg, sementara itu Smeltzer & Bare (2002 : 896) mengemukakan
bahwa hipertensi merupakan tekanan darah persisten atau terus menerus sehingga
melebihi batas normal dimana tekanan sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan
diastole di atas 90 mmHg.
Asuhan keperawatan keluarga pada keluarga Tn. L memiliki 2 diagnosa
keperawatan yang harus dilakukan tindakan dengan baik untuk meningkatkan
derajat kesehatan keluarga tersebut.

4.2 Saran
Penulis juga merupakan seorang manusia biasa yang tentu memiliki
kekurangan dan kesalahan. Oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran
dari para pembaca sekalian yang dapat membangun sehingga dapat memperbaiki
makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Azizah Ma’rifatul Lilik. 2011. KEPERAWATAN LANJUT USIA. Yogyakarta :

Graha Ilmu.

Mujahidullah Khalid. 2012. Keperawatan Geriatrik MERAWAT LANSIA

DENGAN CINTA DAN KASIH SAYANG. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Murwani Arila, Setyowati Arita. 2013. Asuhan Keperawatan Keluarga.

Yogyakarta : Fitramaya.

Ode La Sarif. 2012. Asuhan Keperawatan Gerontik Berstandarkan NANDA, NIC,

dan NOC Dilengkapi Teori dan Contoh Kasus Askep. Yogyakarta : Medical

Book.

Wilkinson Judith, Ahern Nancy. 2007. Buku saku Diagnosis Keperawatan Edisi

9. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai