Perusahaan yang karena kondisi keuangannya tidak memungkinkan untuk melunasi sekaligus
pembayaran PPh final yang terutang dalam rangka penilaian kembali aset tetap perusahaan untuk
tujuan perpajakan, maka dapat mengajukan permohonan pembayaran secara angsuran paling lama
untuk 12 bulan kepada Kepala Kanwil Dirjen Pajak dengan menggunakan formulir. Pengajuan
permohonan tersebut dapat dilakukan bersama-sama dengan permohonan persetujuan penilaian
kembali aset tetap perusahaan untuk tujuan perpajakan.
PPh final yang terutang atas selisih lebih penilaian kembali aset tetap perusahaan untuk tujuan
perpajakan wajib dibayar lunas ke Kas Negara dengan menggunakan SSP paling lama 15 hari setelah
tanggal diterbitkannya keputusan persetujuan atau paling lama pada tanggal jatuh tempo setiap
angsuran pembayaran dalam hal perusahaan memperoleh keputusan persetujuan pembayaran
secara angsuran. Keterlambatan pelunasan PPh terutang final tersebut baik secara keseluruhan
maupun secara angsuran, maka akan dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sesuai dengan UU
KUP Nomor 28 Tahun 2007.
Harga pasar (penilaian dari iasa penilai atau ahli penilai) XXX Nilai buku fiskal XXX xxx
Selisih Iebih penilaian kembali aset tetap perusahaan untuk tujuan perpajakan
Atas selisih lebih penilaian kembali aset tetap perusahaan untuk tujuan perpajakan dikenai PPh yang
bersifat final sebesar 10%. Apabila perusahaan melakukan pengalihan aset tetap yang telah
direvaluasi, maka perusahaan dikenai tambahan PPh yang bersifat lina], dengan tarif sebesar tarif
tertinggi PPh WP badan dalam negeri yang berlaku pada saat penilaian kembali dikurangi 10%.
Tambahan PPh bersifat final tersebut wajib dibayar lunas ke Kas Negara paling lama 15 hari setelah
akhir bulan terjadinya pengalihan aset tetap tersebut. Keterlambatan pelunasan tambahan PPh yang
bersifat final yang terutang, . akan dikenai sanksi administrasi berupa bunga sesuai dengan UU KUP
Nomor 28 Tahun 2007 dan peraturan pelaksanaannya.
1. Tanah yang diperoleh pada Desember 2006 dengan harga perolehan Rp 500.000.000 dan harga
revaluasi Rp1.000.000.000.
2. Bangunan permanen yang diperoleh pada Januari 2009 dengan harga perolehan Rp600.000.000
dan harga revaluasi Rp850.000.000 (masa manfaat akuntansi sesuai dengan masa manfaat
perpajakan).
3. Mesin produksi yang termasuk pada kelompok 2 (masa manfaat akuntansi sesuai dengan masa
manfaat perpajakan), diperoleh pada Juli 2009 dengan harga perolehan Rp100.000.000 dan harga
revaluasi Rp200.000.000.
penghasilan sebelum kompensasi rugi pada tahun berjalan sebesar Rp 350.000.000 Rugi fiskal yang
belum dikompensasikan adalah sebagai berikut:
Metode penyusutan aset tetap baik akuntansi maupun perpajakan menggunakan metode garis lurus
Perlakuan aset tetap setelah direvaluasi akan memiliki nilai buku yang sama dengan nilai pasar. Nilai
pasar (nilai setelah dilakukan revaluasi aset tetap) tersebut merupakan dasar penyusutan yang baru
dan mulai berlaku pada saat dilakukannya revaluasi. Masa manfaat aset tetap menjadi nol kembali
atau seolah-olah belum pernah disusutkan.
Ketentuan perpajakan atas revaluasi aset tetap, sebelum PMK-79/PMK03/2008 jo. PER-lZ/PI/2009
jo. SE-56/PI/2009, diatur dalam KMK-486/KMK03/2002 jo. Kep. 519/PI/2002 tanggal 2 Desember
2002 dan SE-08/Pl.31/2002 tanggal 4 Desember 2002. WP badan dalam negeri dan BUT selain yang
memperoleh izin menyelenggarakan pembukuan dalam mata uang Dolar Amerika Serikat, dapat
melakukan penilaian kembali aset tetap perusahaan untuk tujuan perpajakan, dengan syarat telah
memenuhi semua kewajiban pajaknya sampai dengan masa pajak terakhir sebelum masa pajak
dilakukannya penilaian kembali. Untuk dapat melakukan penilaian kembali aset tetap perusahaan
untuk tujuan perpajakan, WP wajib mengajukan permohonan kepada Kepala Kanwil yang
membawahi KPP tempat WP terdaftar, untuk mendapatkan Keputusan Persetujuan Dirjen Pajak
terlebih dahulu. Aset tetap yang dilakukan penilaian kembali aset tetap perusahaan untuk tujuan
perpajakan adalah aset tetap berwujud yang terletak atau berada di Indonesia, yang dimiliki dan
dipergunakan untuk mendapatkan, menagih,
dan memelihara penghasilan yang merupakan Objek Pajak. WP orang pribadi dalam negeri yang
melakukan pembukuan tidak dapat melakukan revaluasi. Hal ini disebabkan karena tidak adanya
pemisahan harta antara harta pribadi dan perusahaan.
Penilaian kembali aset tetap perusahaan harus dilakukan berdasarkan nilai pasar atau nilai wajar
aset tetap tersebut yang berlaku pada saat penilaian kembali yang ditetapkan oleh perusahaan jasa
penilai atau ahli penilai yang diakui atau memperoleh izin Pemerintah. Dalam hal nilai pasar atau
nilai wajar yang ditetapkan oleh perusahaan jasa penilai atau ahli penilai yang diakui oleh
Pemerintah ternyata kemudian tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya, maka Dirjen Pajak
akan menetapkan kembali nilai pasar atau nilai wajar aset yang bersangkutan.
Atas selisih lebih penilaian kembali di atas nilai sisa buku fiskal semula setelah dikompensasikan
terlebih dahulu dengan sisa kerugian fiskal tahun-tahun sebelumnya berdasarkan ketentuan Pasal 6
ayat (2) UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 yaitu kerugian tersebut dikompensasikan dengan penghasilan
neto atau laba fiskal selama 5 tahun berturut-turut dimulai sejak tahun berikutnya sesudah tahun
didapatnya kerugian tersebut, dikenakan PPh yang bersifat final sebesar 10%. Kompensasi kerugian
fiskal sebagaimana dimaksud tetap harus dilakukan terlebih dahulu, meskipun dalam tahun pajak
dilakukannya penilaian kembali terdapat PhKP dari keuntungan usaha dan/atau sumber lainnya.
Contoh:
Aset tetap dibeli pada tahun 2009, dan direvaluasi pada tahun 201 1. Aset tersebut termasuk dalam
kelompok l bukan bangunan dengan masa manfaat 4 tahun. Setelah direvaluasi, maka masa manfaat
aset sejak 2011 kembali menjadi 4 tahun bukan 2 tahun.
Dalam hal WP melakukan pengalihan aset tetap perusahaan yang telah memperoleh persetujuan
penilaian kembali sebelum berakhirnya masa manfaat baru kelompok aset dimaksud, maka atas
pengalihan tersebut dikenakan tambahan PPh yang bersifat final sebesar 20% dari selisih lebih
penilaian kembali di atas nilai sisa buku fiskal semula tanpa dikompensasikan dengan sisa kerugian
fiskal tahun-tahun sebelumnya.
Dikecualikan dari ketentuan pengenaan tambahan PPh final 20% sebagaimaml dimaksud tersebut,
dalam hal:
a. Pengalihan aset tetap perusahaan yang bersifatforce majeur berdasarkan keputusan atau
kebijakan Pemerintah atau keputusan Pengadilan.
b. Pengalihan aset tetap perusahaan dalam rangka memenuhi persyaratan penggabungan,
peleburan atau pemekaran usaha untuk tujuan perpajakan.
c. Penarikan aset tetap perusahaan dari penggunaan karena mengalami kerusakan berat yang tidak
dapat diperbaiki lagi.
contoh:
Masa manfaat baru adalah 4 tahun (2006-2010): Pengalihan dikenakan PPh final 20%