Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PRAKTIKUM FARMAKOLOGI DASAR

ABSORBSI & EKSKRESI SALIVA

Disusun oleh :
Kelompok 3
Nama anggota :
1. Febrina Melinia Utami (PO.71.39.1.18.051)
2. Fira Doramia (PO.71.39.1.18.052)
3. Fitri Melinia (PO.71.39.1.18.053)
4. Galang Rizka Prasetya (PO.71.39.1.18.054)
5. Ilsa Nabila (PO.71.39.1.18.055)
Kelas : Reguler 1B
Dosen Pembimbing : 1. Dewi Marlina, SF.Apt.M.Kes
2. Lia Puspita, AMF

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


JURUSAN FARMASI
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan perkenaannya sehingga Makalah Farmakologi Dasar yang berjudul “Absorbsi dan
Ekskresi Saliva” ini kami dapat selesai dengan baik. Kami juga berterima kasih kepda semua
pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Makalah ini kami buat berdasarkan hasil praktikum yang telah kami laksanakan.
Kami sangat berterimakasih kepada segenap pegawai laboratorium Farmakologi yang telah
membingbing kami selama proses praktikum, sehingga kami dapat menyelesaikan
praktikum satu per satu.
Kami menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat pada makalah ini. Oleh
karna itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun, sehinga pada
pembuatan makalah kami yang selanjutnya dapat lebih baik lagi.
Akhir kata, kami mengucapkan Terima Kasih atas perhatian dan dukungannya. Besar
harapan kami laporan ini dapat berguna dalam pengembangan dari tiap-tiap topik percobaan.

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................... 1

DAFTAR ISI ...................................................................................... 2

A. Pengantar.................................................................................... 3

B. Tujuan Percobaan ...................................................................... 3

C. Dasar Teori.................................................................................. 3

D. Bahan dan Alat ........................................................................... 6

E. Prosedur Percobaan .................................................................. 7

F. Hasil Pengamatan ....................................................................... 7

G. Kesimpulan................................................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 9

2
Percobaan 3
Absorbsi Dan Eksreksi Saliva
A. Pengantar
Ketika Pasien mendapat Obat. Maka Nasib Obat dalam tubuh menjadi penting
hingga akhirnya memberi/tidak memberi efek. Obat yang diberikan per oral akan mengalami
fase I yaitu, biofarmasi sebelum diabsorbsi oleh tubuh, didistribusi dan diekskresi (fase ke 2)
dan seterusnya akan memasuki fase ke 3 yaitu berinteraksi dengan reseptor untuk kemudian
memberikan efek yang diinginkan.
Dalam fase kedua, sebagian obat mengalami biotransformasi dan sebagian lain tidak
mengalami dan diekskresi secara utuh. Alat ekskresi yang umum dilakukan oleh tubuh adalah
ginjal yaitu melalui urine sehingga mudah dideteksi apakah sudah diekskresi apa belum.
Sedangkan keberadaan obat di dalam saliva dapat menjadi ukuran apakah obat yang dimakan
sudah didistribusikan ke seluruh tubuh.

B. Tujuan Percobaan
Memahami nasib obat setelah masuk ke dalam tubuh , menetapkan bioavailabilitas
obat secara semi kuantitatif dan menetapkan waktu yang dibutuhkan untuk ekskresi obat.

C. Dasar Teori
Farmakokinetik
Farmakokinetika merupakan aspek farmakologi yang mencakup nasib obat dalam
tubuh yaitu absorbsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresinya (ADME).
Obat yang masuk ke dalam tubuh melalui berbagai cara pemberian umunya
mengalami absorpsi, distribusi, dan pengikatan untuk sampai di tempat kerja dan
menimbulkan efek. Kemudian dengan atau tanpa biotransformasi, obat diekskresi dari
dalam tubuh. Seluruh proses ini disebut dengan proses farmakokinetika dan berjalan
serentak.
1. Absorpsi dan Bioavailabilitas
Kedua istilah tersebut tidak sama artinya. Absorpsi, yang merupakan proses
penyerapan obat dari tempat pemberian, menyangkut kelengkapan dan kecepatan proses
tersebut. Kelengkapan dinyatakan dalam persen dari jumlah obat yang diberikan. Tetapi
secara klinik, yang lebih penting ialah bioavailabilitas. Istilah ini menyatakan jumlah obat,
dalam persen terhadap dosis, yang mencapai sirkulasi sistemik dalam bentuk utuh/aktif.

3
Ini terjadi karena untuk obat-obat tertentu, tidak semua yang diabsorpsi dari tempat
pemberian akan mencapai sirkulasi sestemik. Sebagaian akan dimetabolisme oleh enzim di
dinding usus pada pemberian oral dan/atau di hati pada lintasan pertamanya melalui
organ-organ tersebut. Metabolisme ini disebut metabolisme atau eliminasi lintas pertama
(first pass metabolism or elimination) atau eliminasi prasistemik. Obat demikian
mempunyai bioavailabilitas oral yang tidak begitu tinggi meskipun absorpsi oralnya
mungkin hampir sempurna. Jadi istilah bioavailabilitas menggambarkan kecepatan dan
kelengkapan absorpsi sekaligus metabolisme obat sebelum mencapai sirkulasi sistemik.
Eliminasi lintas pertama ini dapat dihindari atau dikurangi dengan cara pemberian
parenteral (misalnya lidokain), sublingual (misalnya nitrogliserin), rektal, atau
memberikannya bersama makanan.
Absorpsi dipengaruhi oleh beberapa faktor:
1. Kelarutan obat.
2. Kemampuan difusi melintasi sel membran
3. Konsentrasi obat.
4. Sirkulasi pada letak absorpsi.
5. Luas permukaan kontak obat.
6. Bentuk sediaan obat
7. Cara pemakaian obat.
2. Distribusi
Setelah diabsorpsi, obat akan didistribusi ke seluruh tubuh melalui sirkulasi darah.
Selain tergantung dari aliran darah, distribusi obat juga ditentukan oleh sifat
fisikokimianya. Distribusi obat dibedakan atas 2 fase berdasarkan penyebarannya di dalam
tubuh. Distribusi fase pertama terjadi segera setelah penyerapan, yaitu ke organ yang
perfusinya sangat baik misalnya jantung, hati, ginjal, dan otak. Selanjutnya, distribusi fase
kedua jauh lebih luas yaitu mencakup jaringan yang perfusinya tidak sebaik organ di atas
misalnya otot, visera, kulit, dan jaringan lemak. Distribusi ini baru mencapai
keseimbangan setelah waktu yang lebih lama. Difusi ke ruang interstisial jaringan terjadi
karena celah antarsel endotel kapiler mampu melewatkan semua molekul obat bebas,
kecuali di otak. Obat yang mudah larut dalam lemak akan melintasi membran sel dan
terdistribusi ke dalam otak, sedangkan obat yang tidak larut dalam lemak akan sulit
menembus membran sel sehingga distribusinya terbatas terurama di cairan ekstrasel.
Distribusi juga dibatasi oleh ikatan obat pada protein plasma, hanya obat bebas yang dapat

4
berdifusi dan mencapai keseimbangan. Derajat ikatan obat dengan protein plasma
ditentukan oleh afinitas obat terhadap protein, kadar obat, dan kadar proteinnya sendiri.
Pengikatan obat oleh protein akan berkurang pada malnutrisi berat karena adanya
defisiensi protein.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses distribusi, yaitu :
 Perfusi darah melalui jaringan
 Kadar gradien, pH dan ikatan zat dengan makro molekul
 Partisi ke dalam lemak
 Transport aktif
 Sawar, seperti sawar darah otak dan sawar plasenta, sawar darah cairan
cerebrospinal
 Ikatan obat dan protein plasma.
3. Biotransformasi / Metabolisme
Biotransformasi atau metabolisme obat ialah proses perubahan struktur kimia obat
yang terjadi dalam tubuh dan dikatalis oleh enzim. Pada proses ini molekul obat diubah
menjadi lebih polar, artinya lebih mudah larut dalam air dan kurang larut dalam lemak
sehingga lebih mudah diekskresi melalui ginjal. Selain itu, pada umumnya obat menjadi
inaktif, sehingga biotransformasi sangat berperan dalam mengakhiri kerja obat. Tetapi, ada
obat yang metabolitnya sama aktif, lebih aktif, atau tidak toksik. Ada obat yang
merupakan calon obat (prodrug) justru diaktifkan oleh enzim biotransformasi ini.
Metabolit aktif akan mengalami biotransformasi lebih lanjut dan/atau diekskresi sehingga
kerjanya berakhir.
Enzim yang berperan dalam biotransformasi obat dapat dibedakan berdasarkan
letaknya dalam sel, yakni enzim mikrosom yang terdapat dalam retikulum endoplasma
halus (yang pada isolasi in vitro membentuk mikrosom), dan enzim non-mikrosom. Kedua
macam enzim metabolisme ini terutama terdapat dalam sel hati, tetapi juga terdapat di sel
jaringan lain misalnya ginjal, paru, epitel, saluran cerna, dan plasma.
Hal-hal yang dapat mempengaruhi metabolisme:
 Fungsi hati, metabolisme dapat berlangsung lebih cepat atau lebih lambat,
sehingga efek obat menjadi lebih lemah atau lebih kuat dari yang kita harapkan.
 Usia, pada bayi metabolismenya lebih lambat.
 Faktor genetik (turunan), ada orang yang memiliki faktor genetik tertentu yang
dapat menimbulkan perbedaan khasiat obat pada pasien.

5
 Adanya pemakaian obat lain secara bersamaan, dapat mempercepat metabolisme
(inhibisi enzim).
4. Ekskresi
Obat dikeluarkan dari tubuh melalui berbagai organ ekskresi dalam bentuk metabolit
hasil biotransformasi atau dalam bentuk asalnya. Obat atau metabolit polar diekskresi
lebih cepat daripada obat larut lemak, kecuali pada ekskresi melalui paru. Ginjal
merupakan organ ekskresi yang terpenting. Ekskresi disini merupakan resultante dari
3 preoses, yakni filtrasi di glomerulus, sekresi aktif di tubuli proksimal, dan rearbsorpsi
pasif di tubuli proksimal dan distal.
Ekskresi obat melalui ginjal menurun pada gangguan fungsi ginjal sehingga dosis
perlu diturunkan atau intercal pemberian diperpanjang. Bersihan kreatinin dapat dijadikan
patokan dalam menyesuaikan dosis atau interval pemberian obat.
Ekskresi obat juga terjadi melalui keringat, liur, air mata, air susu, dan rambut, tetapi
dalam jumlah yang relatif kecil sekali sehingga tidak berarti dalam pengakhiran efek obat.
Liur dapat digunakan sebagai pengganti darah untuk menentukan kadar obat tertentu.
Rambut pun dapat digunakan untuk menemukan logam toksik, misalnya arsen, pada
kedokteran forensic.
D. Bahan dan Alat
 Bahan
1. KI 80 mg (dibuat dalam kapsul)
2. Larutan KI 1 %
3. Larutan NaNO2 10 %
4. Larutan H2SO4 25 %
5. Larutan Amilum 1 %
 Alat-alat yang digunakan :
1. Pot obat
2. Pipet tetes
3. Erlenmeyer.
4. Plat tetes

6
E. Prosedur Percobaan
1. Larutan KI 1% ( 3 tetes) + larutan Amylum 1% (3 tetes) + saliva (amati perubahan
warna)
2. Saliva + KI (3 tetes) + NaNO2 1 % (3 tetes) + larutan H2SO4 (3 tetes) + Amylum (3
tetes) (amati per warna)
3. Ki (3 tetes) + NANO2 1% (3 tetes)+ larutan H2SO4 (3 tetes) + Amylum (3 tetes)
(amati per warna)

F. Hasil Pengamatan
Nama Probandus : Galang Rizka Prasetya
Menit I. II. III.

0 ++ ++++ ++++
5 + +++ ++++
10 + +++ ++++
15 + +++ ++++
20 + ++ ++++
25 + ++ ++++
30 + ++ ++++

Keterangan :
Positif 1 (+) : warna biru lemah
Positif 2 (++) : warna biru lebih kuat
Positif 3 (+++) : warna biru kuat
Positif 4 (++++) : warna biru sangat kuat)

7
 Pembahasan

Pada praktikum kali ini, kami telah melakukan percobaan menetapkan biopaylitas
obat secara semi kuantitatif dan menetapkan waktu yang dibutuhkan ekskresi obat selama 30
menit dengan probandus. Dan dilakukan setiap 5 menit sekali, si probandus tersebut
membuang salivanya ke dalam pot terus dimasukkan ke dalam plat tetes (sebelum minum
obat), lalu ditambahkan larutan Ki + Amylum hasilnya positif 4. setelah 5 menit lagi, si
probandus memakan obat (Ki) 80 mg yang dimasukkan ke dalam kapsul, setelah itu si
probandus membuang lagi saliva ke dalam pot dan dimasukkan ke plat tetes menggunakan
pipet tetes, lalu ditambahkan beberapa larutan Ki (3 tetes), Amylum (3 tetes), dan NANO2 (3
tetes), setelah itu kami mengamatinya. Kemudian dilakukan selama 30 menit.

G. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa waktu merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi daya kerja enzim dimana semakin lamanya kita membiarkan
enzim itu di suhu ruangan terbuka maka reaksinya seperti reaksi pertama yang Ki + Amylum
semakin lama menunjukkan reaksi biru memudar, artinya semakin lama waktunya enzim
tersebut tidak bekerja secara maksimal atau lambat. Dan faktor yang mempengaruhinya juga
seperti PH, kekuatan tubuh si probandus, dan lain-lain.

8
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/12969377/PERCOBAAN_3
https://www.academia.edu/20127589/PERCOBAAN_1
https://www.scribd.com/doc/49150846/Absorpsi-Ekskresi
https://docplayer.info/57407823-Laporan-praktikum-farmakologi-absorpsi-dan-ekskresi-
asisten-rikawanto-prima-p-g1a008077-kelompok-xiii-ayustia-fani-f-g1a010008.html

Anda mungkin juga menyukai