Anda di halaman 1dari 2

Kesimpulan:

suasana dan kegairahan umat Islam dalam pengalaman keagamaan serta perikehidupan berbangsa dan
bernegara pasca Orde Lama berada dalam kondisi masih ada perasaan curiga, fitnah, intrik, Islam phobia
dari sebagian masyarakat yang disebabkan hasutan aktivis dan simpatis PKI sehingga menempatkan
umat Islam pada posisi serba sulit serta terjepit. Dampaknya, eksistensi dan peran organisasi Islam
mengalami kemunduran dan stagnasi, sehingga pada akhirnya kehidupan keagamaan umat sangat
memprihatinkan melatarbelakangi lahirnya BKPRMI di tingkat nasional.

BKPRMI adalah perhimpunan organisasi dan para aktivis pemuda remaja masjid, yang menjadikan masjid
sebagai pusat pembinaan akidah, akhlak, ukhuwah (persaudaraan), keilmuan dan keterampilan.

Organisasi ini memiliki tujuan memberdayakan dan mengembangkan potensi Pemuda Remaja Masjid
agar bertaqwa kepada Allah SWT, memiliki wawasan ke-Islaman dan ke-Indonesiaan yang utuh dan
kokoh, serta senantiasa memakmurkan masjid sebagai pusat ibadah, perjuangan dan kebudayaan
dengan tetap berpegang teguh kepada prinsip aqidah, ukhuwah dan dakwah Islamiyah untuk
mewujudkan masyarakat marhamah dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Metode dakwah yang digunakan lembaga ini adalah metode tadwin.

Dengan andil organisasi ini, banyak prestasi yang telah didapatkan dalam lomba-lomba keagamaan
terkhusus bagi kab. Muna yang pernah mampu mengirimkan santri-santrinya ke tingkat nasional.

Analisis:

Tantangan Dakwah BKPRMI

Peluang dakwah BKPRMI di Muna sebenarnya sangatlah terbuka lebar. Hal ini dikarenakan organisasi ini
sudah bersifat nasional, sehingga pemerintah nasional bahkan daerah sudah sedikit banyak mengerti
akan organisasi ini.

Hanya saja, di dalam perjalanannya, banyak tantangan dan rintangan yang dihadapi, diantaranya:
1. Kurang solidnya para pengurus. Hal ini tergambar pada jarangnya ada pertemuan internal pengurus
yang seyogyanya wajib dilakukan setiap bulan. Padahal pertemuan ini sangatlah penting, karena di sana
akan dibahas perkembangan dan penurunan program BKPRMI, rancangan program ke depan, dan hal-hal
urgen lainnya yang bisa melancarkan target dakwah BKPRMI.

2. Terbatasnya dana pembinaan. Faktor ini disebabkan karena tidak adanya dana pembinaan dari atas,
dalam hal ini Kementerian Agama maupun pemerintah setempat. Dana yang didapatkan oleh para
pengurus ketika ingin membuat efent-efent dan kegiatan lainnya hanya berasal dari dana bantuan
individu yang dikunjungi oleh pengurus dengan berbekal sebuah proposal. Kurangnya dana ini berakibat
juga pada minimnya sosialisasi ttg organisasi ini ke masyarakat-masyarakat pedesaan sehingga umumnya
dari mereka tidak tau apa, mengapa, dan bagaimana BKPRMI itu.

3. Belum memadainya buku-buku khusus tentang BKPRMI, yang muncul karena buku-buku ini belum
beredar luas di pasaran. Umumnya hanya dicetak untuk kebutuhan organisasi saja.

Langkah-langkah penyelesaian tantangan dan rintangan di atas:

1. Perlunya ketegangan dari ketua organisasi saat ingin mengadakan pertemuan internal pengurus. Tentu
dengan memberikan gambaran keuntungan apa yang akan didapatkan jika aktif dalam organisasi
BKPRMI. Setelahnya, sedikit memberikan sanksi bagi mereka-mereka yang masih malas hadir dalam
pertemuan.

2. Sering mengadakan komunikasi dengan Kementerian Agama setempat juga pemerintah daerah ttg
urgensi BKPRMI dan menyampaikan hasil-hasil yang telah dicapai dan diraih, sehingga mereka
mengetahui hal-hal positif yang telah dibangun oleh BKPRMI, yang nantinya menjadi stimulus agar
mereka mau berinfak, baik lewat infak pribadi maupun lewat pendanaan yang dialokasikan oleh daerah
setempat.

3. Mengadakan pertemuan atau komunikasi rutin dengan pengurus BKPRMI provinsi maupun nasional
dan mengusulkan menambah buku-buku koleksi BKPRMI yang bisa menjadi panduan bagi guru dalam
mendidik santri, juga dapat menjadi sumber bacaan bagi santri-santri yang ingin menambah wawasan
pengetahuan ttg Islam.

Anda mungkin juga menyukai