Tugas RT RW Ibu Citra
Tugas RT RW Ibu Citra
oleh
Donna Sorenty Moza
1920051001
5.
I. Visi dan Misi
Visi dan misi Kabupaten Lampung Barat (Lambar) dalam dokumen Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Lambar Tahun 2017-2022 merupakan rumusan umum
mengenai keadaan yang ingin dicapai pada akhir periode perencanaan dalam masa 5 (lima)
tahun.
RPJMD disusun berdasarkan visi misi Calon Kepala Daerah (Calonkada) terpilih periode
2017-2022 yang disampaikan semasa kampanye Calonkada pada tahun 2017. Hi. Parosil
Mabsus, S.Pd dan Drs. Hi. Mad Hasnurin tampil sebagai pemenang dan ditetapkan sebagai
Bupati dan Wakil Bupati Lampung Barat terpilih Periode 2017-2022.
RPJMD merupakan dokumen yang disusun dan berpedoman pada RPJPD, sementara dokumen
RTRW menjadi acuan dalam penyusunan RPJPD. RPJMD kemudian dijabarkan dalam
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), dan menjadi pedoman dalam penyusunan
RAPBD. Selanjutnya RPJMD menjadi pedoman dalam penyusunan Rencana Strategis
(Renstra) Organisasi Perangkat Daerah (OPD).
Selanjut nya, penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) berpedoman pada Undang-
Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum (Permen PU) No.16/PRT/M/200. RTRW kabupaten berjangka waktu perencanaan 20
(dua puluh) tahun dan ditinjau kembali setiap 5 (lima) tahun.
Kabupaten Lampung Barat telah memiliki dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah untuk
menunjang perencanaan serta pengembangan wilayahnya dengan jangka waktu perencanaan
mulai tahun 2010 sampai dengan tahun 2030. Rencana Tata Ruang Wilayah juga telah
ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Barat Nomor 1 Tahun 2012. Dan
telah dilakukan peninjaun kembali dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Lambar 2010-2030
pada tahun 2016. Namun hingga kini Perda terkait Riview Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Lampung Barat Tahun 2016 – 2036 belum juga dikeluarkan.
Dalam rumusan nya, kata HEBAT bermakna: “Semangat untuk Mengoptimalkan Potensi
yang Ada dan Sangat Besar untuk Kesejahteraan Masyarakat.”. HEBAT merupakan
akronim dari: Harmoni, Elok, Berdaya Saing, Aman, dan Taqwa memiliki arti sebagai berikut:
Harmoni
Pernyataan Rasa, Aksi, Gagasan, dan Minat; Keselarasan; Keserasian. Dalam rumusan
visi ini, harmoni bermakna: keseimbangan atau kesesuaian, yaitu suatu keadaan
pembangunan yang berkelanjutan dengan mengutamakan keseimbangan dan
kesesuaian Daya Dukung Sumber Daya Alam, Sumber Daya Manusia dan Sumber
Daya Budaya yang dimiliki dengan Menjaga Kelestarian Lingkungan.
Elok
Baik, bagus, cantik. Dalam rumusan visi ini, elok bermakna: Indah, Cantik dan Bagus,
Lampung Barat yang dikurniakan Tuhan dengan kondisi alam yang elok atau indah,
dan kehidupan sosial-budaya serta sosial-kemasyarakatan yang berkepribadian dan
berkarakter luhur menjadi modal penting dalam pelaksanaan pembangunan.
Berdaya Saing
Bermakna memiliki kemampuan untuk berkompetisi. Segenap kemampuan Sumber
Daya yang dimiliki Lampung Barat diarahkan untuk mampu berkompetisi baik pada
tingkat regional maupun internasional.
Aman
Bebas dari bahaya, bebas dari gangguan (pencuri, hama, dan sebagainya), terlindung
atau tersembunyi, tidak dapat diambil orang, pasti, tidak meragukan, tidak mengandung
risiko, tenteram, dan tidak merasa takut atau khawatir. Dalam rumusan visi ini, AMAN
bermakna Keadaan yang menggambarkan bahwa setiap orang merasakan ketenangan
dan kenyamanan sehingga dapat melakukan berbagai aktivitas. Lampung Barat selama
ini dikenal sebagai daerah yang aman dan kondusif, kondisi ini perlu di pelihara dan
dipertahankan sebagai salah satu prasyarat penyelenggaran pemerintahan dan
pembangunan.
Taqwa
Terpeliharanya diri untuk tetap taat melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala
larangan- Nya; keinsafan diri yang diikuti dengan kepatuhan dan ketaatan dalam
melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya; kesalehan hidup.
Dalam rumusan visi ini, Taqwa bermakna kepatuhan manusia kepada Sang Maha
Pencipta dalam menjalankan perintah-NYA dan menjauhi larangan-NYA. Taqwa
merupakan Perwujudan dari Keimanan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan hal ini
merupakan Landasan serta Sumber Motivasi dalam melaksanakan seluruh aspek
pembangunan.
Sejahtera dalam rumusan visi ini bermakna: “Masyarakat yang Memiliki Keadaan Ekonomi
yang Lebih Baik, Juga Menggambarkan Keadaan Makmur, Sehat dan Damai.”.
Sejahtera berarti terpenuhinya kebutuhan jasmani dan rohani masyarakat.
Kebutuhan jasmani ditunjukkan dengan terpenuhinya kebutuhan sosial dan ekonomi
masyarakat, kemampuan pendayagunaan segenap sumber daya alam, ketersediaan
infrastruktur, pertumbuhan ekonomi, yang dimanfaatkan dan dikelola secara bijaksana.
Kebutuhan rohani ditunjukkan oleh kondisi masyarakat yang memahami, menyadari dan
melaksanakan ajaran agama masing-masing.
Visi Kabupaten Lampung Barat yang tercantum dalam Rencana Jangka Panjang Daerah
(RPJPD 2005-2025 adalah “Lampung Barat sebagai Kabupaten Konservasi yang
Sejahtera 2025”. Selanjut nya, berdasarkan tinjauan pada misi RPJPD yang berkaitan dengan
tata ruang adalah “Mengembangkan Wilayah dan Infrastruktur yang Merata Sesuai
Kebutuhan Lokal dengan Memperhatikan Daerah Rawan Bencana Serta
Mengedepankan Aspek-Aspek Konservasi Sumberdaya Alam”.
Berikut sasaran pokok yang menjadi acuan dalam pencapaian misi tersebut :
1. Tersusunnya perencanaan peraturan umum dan detil tata ruang di seluruh wilayah
administrasi Kabupaten Lampung Barat.
2. Terlaksananya pembangunan infrastruktur dan pengembangan wilayah yang
berwawasan lingkungan, memperhatikan aspek-aspek konservasi alam, serta
pencegahan dan penanggulangan bencana.
3. Tersedianya jaringan jalan sebagai sistem transportasi yang efektif dan efisien sesuai
dengan hirarki dan fungsi jalan, serta terwujudnya sistem jaringan transportasi jalan
yang terintegrasi dengan pengembangan terminal angkutan jalan, untuk
menghubungkan pusat-pusat kegiatan baik lokal maupun wilayah di seluruh
Kabupaten Lampung Barat, sehingga aktivitas ekonomi melalui pergerakan orang dan
barang dapat lebih meningkat.
4. Berkembangnya Kawasan Kebun Raya Liwa utuk melestarikan keanekaragaman
hayati terutama kekayaan tumbuhan asli Provinsi Lampung maupun warisan Dunia
(World Herritage Cluster).
5. Prasarana angkutan penyeberangan dan angkutan danau yang dibutuhkan oleh
masyarakat semakin meningkat ketersediaanya.
6. Tersedianya prasarana pengairan untuk pertanian dengan memanfaatkan sumberdaya
air yang potensial, sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi pengembangan
pertanian dan perikanan.
7. Jaringan listrik menjangkau seluruh perdesaan (pekon) di Kabupaten Lampung Barat.
8. Kebutuhan sarana prasarana permukiman dan air bersih terpenuhi diiringi dengan
terbentuknya lingkungan perumahan yang sehat dengan pengelolaan kawasan yang
berbasis masyarakat.
9. Tersedianya fasilitas umum bagi terpenuhinya kebutuhan masyarakat terutama di
pusat-pusat kegiatan lokal dan wilayah, dalam menyongsong Kabupaten Lampung
Barat sebagai wilayah yang lebih maju.
10. Pembangkit listrik tenaga panas bumi (geothermal) di Kecamatan Suoh dan Sukau
berdiri dan beroperasi.
11. Tersedia dan berfungsinya infrastruktur mitigasi dan penanggulangan bencana
II. Tujuan, Kebijakan dan Strategi
Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arah tindakan yang harus ditetapkan
untuk mencapai tujuan penataan ruang wilayah kabupaten. Kebijakan penataan. ruang wilayah
kabupaten berfungsi sebagai : dasar untuk memformulasikan strategi penataan ruang wilayah
kabupaten, dasar untuk merumuskan struktur dan pola ruang wilayah kabupaten; memberikan
arah bagi penyusunan indikasi program utama dalam RTRW kabupaten; dan sebagai dasar
dalam penetapan arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten.
Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten dirumuskan berdasarkan : tujuan penataan ruang
wilayah kabupaten dan karakteristik wilayah kabupaten, kapasitas sumber daya wilayah
kabupaten dalam mewujudkan tujuan penataan ruangnya dan ketentuan peraturan perundang-
undangan terkait.
Berdasarkan data dan hasil analisa sebagaimana yang diuraikan diatas, maka dalam
merumuskan tujuan penataan ruang Lampung Barat hal penting yang dijadikan masukan utama
dan pertimbangan dasar adalah :
Adanya kesadaran kolektif dan kemauan politik yang kuat untuk membangun Lampung
Barat berbasis konservasi.
Terbatasnya luas lahan budidaya, terjadinya kecenderungan penurunan luas pertanian
serta penurunan rasio ketersediaan lahan, maka perlu didorong perubahan struktur
ekonomi dari kegiatan yang berbasis lahan ke arah yang tidak berbasis lahan dengan
tetap meningkatkan produktivitas lahan. Pemikiran ini bersesuaian dengan data yang
menginformasikan bahwa sektor usaha yang berkontribusi besar terhadap PDRB adalah
kegiatan primer (sektor pertanian/perkebunan) yang diikuti kegiatan tersier yaitu sektor
usaha perdangan, hotel, restoran dan jasa.
Tersedianya modal dasar yang sangat potensial untuk dijadikan basis ekonomi wilayah
(masyarakat) yaitu (intensifikasi) lahan pertanian, perkebunan dan kehutanan yang
dapat ditingkatkan produktivitasnya, sumber daya kelautan dan perikanan serta
pengembangan kegiatan industri, jasa dan perdagangan berbasis agro (agroindustri,
agribisnis, agrowisata, agroforestry)
Mencermati 3 poin di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa skenario pembangunan masa depan
Lampung Barat harus berkelanjutan (sustainable development; konservasi) dan berbasis
sumber daya lokal yang berorientasi penuh pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Berikut penjelasan mengenai tujuan penataan ruang Lambar seperti tersebut diatas:
1. Pembangunan berkelanjutan yaitu suatu upaya sadar yang terencana yang memadukan
lingkungan hidup termasuk sumber daya ke dalam proses pembangunan untuk menjamin
kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi saat ini dan generasi di masa
mendatang.
2. Agropolitan adalah kota pertanian yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem
dan usaha agribisnis serta mampu melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan
pembangunan pertanian (sektor usaha pertanian dalam artian luas) di wilayah sekitarnya
3. Energi terbarukan energi yang berasal dari "proses alam yang berkelanjutan", seperti
tenaga surya, tenaga angin, arus air proses biologi, dan panas bumi.
4. Pariwisata adalah segala macam kegiatan wisata yang dilayani oleh pemerintah,
masyarakat, atau pengusaha beserta dengan fasilitasnya.
Mengacu pada klausul kebijakan yang telah dirumuskan di atas serta dikaitkan dengan program
pembangunan yang tertuang dalam RPJMD Kabupaten Lampung Barat, maka strategi
penataan ruang adalah sebagai berikut :
1. Memperkuat dan memulihkan fungsi kawasan lindung yang meliputi TNBBS, hutan
lindung, kawasan lindung, kawasan dengan kelerengan diatas 40%, dan lain-lainnya.
Penetapan tata batas kawasan lindung dan budidaya untuk memberikan kepastian
rencana pemanfaatan ruang dan investasi.
Penyusunan dan pelaksanaan program rehabilitasi lingkungan, terutama pemulihan
fungsi TNBBS dan hutan lindung yang berbasis masyarakat
Peningkatan pengelolaan lingkungan hidup dan pengendalian kerusakan dan
pencemaran lingkungan
Peningkatan kapasitas masyarakat dalam pengelolaan sumber daya keanekaragaman
hayati
Penggalangan kerjasama regional, nasional dan internasional dalam rangka
pemulihan ungsi kawasan lindung terutama TNBBS, hutan lindung .
4. Mendorong bertumbuhnya sektor ekonomi sekunder dan tersier berbasis agro sesuai
keunggulan kawasan yang bernilai ekonomi tinggi, dikelola secara berhasil guna,
terpadu dan ramah lingkungan.
Mengembangkan industri pengolahan hasil kegiatan agro sesuai komoditas unggulan
kawasan dan kebutuhan pasar (agroindustri dan agribisnis)
Meningkatkan kegiatan pariwisata melalui peningkatan prasarana dan sarana
pendukung, pengelolaan objek wisata yang lebih profesional serta pemasaran yang
lebih agresif dan efektif.
5. Strategi dalam Membangun prasarana dan sarana wilayah yang berkualitas untuk
pemenuhan hak dasar dan dalam rangka pewujudan tujuan penataan ruang yang
berimbang dan berbasis konservasi serta mitigasi bencana.
Pembangunan prasarana dan sarana transportasi yang mampu mendorong
pertumbuhan ekonomi kawasan secara signifikan dan berimbang.
Pembangunan sistem jaringan prasarana dan fasilitas sosial secara proporsional dan
memadai sesuai kebutuhan masyarakat pada setiap pusat permukiman.
Penyusunan program dan pembangunan berbagai perangkat keras dan lunak untuk
mitigasi berbagai bencana alam, seperti gempa, longsor, banjir, kebakaran hutan dan
ancaman lainnya.
Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan
sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara
hierarkis memiliki hubungan fungsional.
Rencana struktur ruang wilayah kota merupakan kerangka sistem pusat-pusat pelayanan
kegiatan kota yang berhierarki dan satu sama lain dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana
wilayah kota.
Kabupaten Lampung Barat tergolong ke dalam perkotaan kecil, karena jumlah penduduk yang
dimiliki pada masing-masing desanya tidak melebihi dari 50.000 (lima puluh ribu) jiwa.
Pembagian kecamatan-kecamatan di seluruh Kabupaten Lampung Barat sesuai dengan kondisi
dan karakteristik kegiatan dibedakan menjadi kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan.
Pembagian tersebut dimaksudkan untuk mengetahui dan menentukan jenis kegiatan yang akan
ditentukan sesuai dengan peruntukan tanah dan ruangnya.
a) Pengembangkan pusat desa mulai dari tingkat dusun sampai pusat desa/ pekon
secara berhirarki yang meliputi:
Pembentukan pusat pelayanan permukiman perdesaan pada tingkat dusun terutama
pada permukiman perdesaan;
Pengembangan kawasan perdesaan potensial secara ekonomi;
Meningkatkan interaksi antara pusat kegiatan perdesaan dan perkotaan secara
berjenjang.
Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) berada di Liwa, Kecamatan Balik Bukit dengan
fungsi utama sebagai pusat pemerintahan, perdagangan dan jasa, pendidikan dan
kesehatan. Penentuan PKW di Liwa sesuai dengan penetapan dalam RTRW Lampung
Barat dan sesuai dengan kondisi eksistingnya yaitu merupakan wilayah yang memiliki
fungsi utama sebagai pusat pemerintahan, perekonomian, dan fasilitas umum.
Pusat Kegiatan Lokal (PKL) berada di Fajar Bulan, Kecamatan Way Tenong dengan
kegiatan utama sebagai pusat pengembangan perdagangan, jasa pendukung kegiatan
pertanian, pusat koleksi dan distribusi pertanian hortikultura. Hal ini sesuai dengan
penetapan PKL dalam RTRW Lampung Barat yang menetapkan Fajar Bulan dan Krui
yang sebelumya juga sebagai pusat kegiatan lokal, namun Krui tidak lagi menjadi PKL
di Kabupaten Lampung Barat karena wilayah Krui termasuk ke dalam DOB Pesisir
Barat.
Pusat Kegiatan Lokal yang dipromosikan (PKL) berada di Pura Jaya, Kecamatan
Kebun Tebu. Penetapan Pura Jaya sebagai PKL yang dipromosikan, karena ditinjau dari
kondisi eksistingnya pada wilayah Kecamatan Kebun Tebu memiliki hasil pertanian,
perikanan, dan agropolitan yang mendukung untuk peningkatan perekonomian, yang
mana wilayah ini juga mampu menjadi kawasan strategis baru yang mengakomodir
pengembangan agribisnis komoditas unggulan kopi, agroforestry, Kota Hijau (Green
City) serta penghubung antara Lampung Barat dengan Kabupaten Lampung Tengah.
Selain itu, ditinjau dari hasil perhitungan indeks hirarki wilayah, didapatkan bahwa
Kebun Tebu memiliki nilai yang tinggi, dimana diartikan bahwa wilayah tersebut
memiliki ketersediaan aksesibilitas yang baik, keberadaan fasilitas yang memadai dan
nilai LQ yang cukup tinggi yang mana memiliki hasil produksi dari sektor pertanian
yang cukup tinggi pula. Sehingga berdasarkan hal tersebut, Pura Jaya yang sebelumnya
sebagai pusat pelayanan kawasan mengalami peningkatan menjadi pusat kegiatan lokal
yang dipromosikan.
Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) berada di Kenali (Belalau), Sumber Agung (Suoh),
dan Tugu Sari (Sumberjaya). Kenali; dalam sistem pusat-pusat kegiatan, wilayah ini
berada pada hirarki yang rendah, namun mengingat letaknya yang sentris dan strategis,
serta keberadaan cagar budaya, maka untuk menciptakan tingkat pelayanan yang
optimal, Kenali diarahkan sebagai Pusat Pelayanan Kawasan yang akan melayani
beberapa PPL di sekitarnya. Disamping itu, Sumber Agung pada dasarnya adalah
kawasan pertanian pangan yang subur dengan areal sawah terluas di Kabupaten
Lampung Barat. Di kecamatan ini terdapat potensi panas bumi (geothermal, potensi 430
MW) yang akan dimanfaatkan sebagai sumber listrik regional (PLTP) yang sedang
disiapkan rencana pembangunannya. Namun pada sisi lain kecamatan ini berada pada
suatu cekungan besar (berbentuk kuali) dengan luas terbatas serta jumlah penduduk
yang tinggi dibanding kecamatan lain. Bila kegiatan pembangunan dan pemanfaatan
panas bumi sudah berjalan serta terbangunnya jalan ke arah Liwa melewati Pekon Balak,
diperkirakan Suoh akan mengalami pertumbuhan yang lebih cepat. Untuk itu
pertumbuhan kawasan ini perlu dikendalikan dengan tetap mengoptimalkan daya
layanannya secara regional (lintas kabupaten) dan ditetapkan sebagai Pusat Pelayanan
Kawasan yang akan melayani beberapa PPL di sekitarnya. Selanjutnya Sumber Jaya
yang juga ditetapkan sebagai pusat pelayanan kawasan karena wilayahnya yang cukup
strategis dan kondisi aksesibilitasnya yang sangat memadai apabila ditinjau dari hasil
perhitungan indeks hirarki. Karena dengan aksesibilitas yang memadai tersebut maka
akan mampu menunjang pengembangan wilayah dan perekonomian yang lebih optimal
daripada wilayah-wilayah disekitarnya. Sehingga Sumber Jaya juga ditetapkan menjadi
salah satu Pusat Pelayanan Kawasan di Kabupaten Lampung Barat.
Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) di kecamatan Sukau, Lumbok Seminung,
Sekincau, Batu Brak, Pagar Dewa, Batu Ketulis, Bandar Negeri Suoh, Gedung Surian,
dan Air Hitam.
Struktur Wilayah
Konsep pengembangan wilayah Kabupaten Lampung Barat didapat dari hasil analisa data
primer dan data sekunder. Selanjutnya ditentukan aspek yang paling dominan mempengaruhi
pertumbuhan wilayah Kabupaten Lampung Barat. Konsep yang ditemukan adalah penciptaan
sistem pusat-pusat kota yang berjenjang sehingga terbangun suatu sistem perkotaan yang
efektif dan efisien. Dalam artian, berupaya untuk menciptakan keseimbangan pembangunan
antar wilayah (kecamatan) dan sekaligus mengantisipasi pertumbuhan pembangunan yang
terkonsentrasi pada pusat kota (ibukota kabupaten) atau pada kawasan tertentu saja. Sehingga
dari hal tersebut ditemukan terdapat pusat-pusat permukiman yang perlu didorong
pertumbuhannya dan ada pula yang hanya cukup dikendalikan sesuai potensinya, bahkan
mungkin dibatasi.
Selanjut nya, Rencana struktur ruang yang akan dikembangkan di Kabupaten Lampung Barat
sampai dengan Tahun 2030 meliputi 6 (enam) struktur ruang, yaitu sistem pusat kegiatan,
sistem jaringan prasarana transportasi, sistem jaringan prasarana energi, sistem
jaringan prasarana telekomunikasi, sistem jaringan prasarana sumber daya air dan
jaringan prasarana lainnya.
b. PengembanganTerminal
Terminal Tipe B di Kota Liwa; bersifat penyempurnaan
Terminal Tipe C untuk Fajar Bulan; bersifat penyempurnaan
Terminal Tipe C untuk Sumber Agung, Kenali, dan Tugu Sari; bersifat
pengembangan
c. PengembanganAngkutanUmum
Peningkatan kualitas moda angkutan umum sesuai dengan standar
Pengembangan halte
Pengintegrasian masing-masing trayek dan halte menjangkau keseluruhan
wilayah pedesaan.
d. PengembanganPelabuhan
Pelabuhan di Kabupaten Lampung Barat yang dimaksud adalah pelabuhan
penyeberangan Danau Ranau yang terdapat di Desa Lombok, Kecamatan Lumbok
Seminung. Pelabuhan tersebut merupakan pelabuhan lokal yang melayani
angkutan penumpang dan barang secara terbatas yang difungsikan hanya untuk
menyeberangi Danau Ranau menuju daerah sekitarnya
E. Kawasan Strategis
Kawasan Strategis berdasarkan Review RTRW Kabupaten Lampung Barat Tahun 2010-2030
adalah:
a) Kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) WKP Suoh Sekincau.
b) Kawasan Hutan Tanaman Rakyat pada kawasan HPT.
Rencana pola ruang wilayah kota berfungsi: sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan
sosial ekonomi masyarakat dan kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah kota, mengatur
keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang, sebagai dasar penyusunan indikasi program
utama jangka menengah lima tahunan untuk 20 (dua puluh) tahun dan sebagai dasar pemberian
izin pemanfaatan ruang pada wilayah kota.
Rencana pola ruang wilayah kota dirumuskan berdasarkan: kebijakan dan strategi penataan
ruang wilayah kota; daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup wilayah
kota; kebutuhan ruang untuk pengembangan kegiatan sosial ekonomi dan lingkungan; dan
ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.
A. Kawasan Lindung
Kawasan lindung kabupaten adalah kawasan lindung yang secara ekologis merupakan satu
ekosistem yang terletak pada wilayah kabupaten, kawasan lindung yang memberikan
pelindungan terhadap kawasan bawahannya yang terletak di wilayah kabupaten, dan kawasan-
kawasan lindung lain yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan pengelolaannya
merupakan kewenangan pemerintah daerah kabupaten (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor : 16/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten).
Pengelolaan kawasan lindung di Kabupaten Lampung Barat secara umum ditujukan untuk
mencegah kemungkinan timbulnya berbagai kerusakan fungsi lingkungan hidup terintegrasi
antara kepentingan pemanfaatan sumberdaya alam secara optimal dengan pelestariannya.
Dalam konteks ini diharapkan bahwa penempatan ruang dalam rangka pengembangan wilayah
diserasikan dengan kemampuan dan daya dukung wilayahnya. Secara umum tujuan dari
adanya pengelolaan kawasan lindung di Kabupaten Lampung Baratadalah untuk mencegah
timbulnya berbagai kerusakan fungsi lingkungan hidup serta mengamankan diri dari
kemungkinan terjadinya intervensi penggunaan ke bukan kawasan lindung. Sasaran penetapan
kawasan lindung di Kabupaten Lampung Barat yaitu:
Kawasan hutan lindung; kawasan hutan yang memiliki sifat khas yang mampu
memberikan perlindungan kepada kawasan sekitarnya maupun kawasan bawahannya
sebagai pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta memelihara kesuburan tanah.
Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, meliputi:
kawasan bergambut dan kawasan resapan air;
Kawasan perlindungan setempat, meliputi: sempadan pantai,sempadan sungai,
kawasan sekitar danau atau waduk, kawasan sekitar mata air, serta kawasan lindung
spiritual dan kearifan lokallainnya;
Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya meliputi:kawasan suaka alam,
kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya, suaka margasatwa dan suaka
margasatwa laut, cagar alamdan cagar alam laut, kawasan pantai berhutan bakau,
tamannasional dan taman nasional laut, taman hutan raya, taman wisataalam dan taman
wisata alam laut, kawasan cagar budaya dan ilmupengetahuan;
Kawasan rawan bencana alam, meliputi: kawasan rawan tanahlongsor, kawasan rawan
gelombang pasang dan kawasan rawanbanjir;
Kawasan lindung geologi, meliputi: kawasan cagar alam geologi,kawasan rawan
bencana alam geologi, dan kawasan yangmemberikan perlindungan terhadap air tanah;
Kawasan lindung lainnya, meliputi: cagar biosfer, ramsar, tamanburu, kawasan
perlindungan plasma-nutfah, kawasan pengungsiansatwa, terumbu karang, dan
kawasan koridor bagi jenis satwa ataubiota laut yang dilindungi.
Berdasarkan kriteria tersebut di atas maka kawasan lindung yang terdapat di Kabupaten
Lampung Barat adalah kawasan hutan lindung, kawasan yang memberikan perlindungan
terhadap kawasan bawahannya, Kawasan perlindungan setempat, kawasan suaka alam,
pelestarian alam dan cagar budaya serta kawasan rawan bencana. Kawasan lindung berfungsi
utama melindungi kelestarian sumber daya alam, sumber daya buatan, serta nilai budaya dan
sejarah bangsa. Di dalam kawasan ini tidak diperkenankan adanya kegiatan budidaya yang
dapat mengurangi atau merusak fungsi lindungnya.
Yang termasuk dalam kawasan budi daya adalah kawasan peruntukan hutan produksi, kawasan
peruntukan hutan rakyat, kawasan peruntukan pertanian, kawasan peruntukan perkebunan,
kawasan peruntukan perikanan, kawasan peruntukan pertambangan, kawasan peruntukan
industri,kawasan peruntukan permukiman, kawasan peruntukan pariwisata, dan kawasan
peruntukan lainnya.
Berdasarkan data populasi dan rencana program pengembangan sentra peternakan Pemerintah
kabupaten Lampung Barat, pengembangan sentra peternakan akan dikembangkan sebagai
berikut :
Pengembangan sentra peternakan ternak kecil (kambing & domba) di seluruh
kecamatan di Lampung Barat terutama kecamatan Way Tenong, Suoh, dan Sekincau.
Pengembangan sentra peternakan unggas di dan Sumber Jaya.
Budidaya perikanan di Lampung Barat belum terkelola secara optimal, dimana per tahunnya
hanya menghasilkan sedikit di atas 1.000 ton. Produksi sebesar ini dihasilkan oleh 6.342 petani
ikan kolam yang sebagian besar bergiat di Kecamatan Suoh, Bandar Negeri Suoh, Sumber
Jaya, Kebun Tebu, Lumbok Seminung dan Balik Bukit. Memperhatikan luas lahan dan
ketersediaan air dengan puluhan sungai yang ada, diperlukan adanya terobosan baru agar
budidaya perikanan kolam, sungai dan danau lebih ditingkatkan. Namun untuk pengembangan
budidaya perikanan darat di danau dan sungai sebaiknya dihindari penggunaan jaring
apung/karamba. Pengalaman pada beberapa danau/waduk menunjukkan bahwa pencemaran
danau/sungai dari pakan ikan membawa dampak buruk bahkan terhadap hasil produksi ikan itu
sendiri.
Dengan demikian sangat disarankan agar budidaya perikanan dikembangkan dalam bentuk
kolam. Berkenaan dengan pengembangan terkini dari budidaya perikanan kolam, pendekatan
minapolitan perlu dilakukan terutama di kawasan pertanian lahan basah (minapadi). Mengingat
keterbatasan lahan untuk pengembangan usaha tani yang berbasis lahan (ekstensif), maka
pengembangan kolam ikan bernilai ekonomi tinggi perlu ditumbuhkan pada kawasan-kawasan
yang selama ini sudah menjadi sentra budidaya ikan.
Ciri kawasan minapolitan adalah kegiatan kawasan didominasi oleh kegiatan perikanan yang
merupakan sumber pendapatan utama masyarakat. Pengembangan kawasan minapolitan di
wilayah Kabupaten Lampung Barat menggunakan Pengembangan Agrominapolitan di Danau
Ranau yang juga merupakan Kawasan Strategis Kabupaten Lampung Barat.
Bahan Galian Vital; yang termasuk kategori bahan galian vital adalah perlit, granodiorit,
obsidian, kaolin, batu gamping, lempung dan pasir kuarsa. Jenis batuan ini umumnya
digunakan sebagai bahan dasar untuk industri. Perlu dijumpai di Batu Brak dengan perkiraan
deposit sebesar 3,9 juta ton, granodiorit terdapat di Balik Bukit dan Bandar Negeri Suoh dengan
potensi 680.000 ton, obsidian ditemui di Balik Bukit, Batu Ketulis dan Suoh dengan perkiraan
deposit mencapai 1,6 juta ton, kaolin banyak dijumpai di Sumber Jaya dengan potensi lebih
dari 625.000 ton. Batu gamping dan Kuarsa (Silika) dijumpai Diatomea di Sumber Jaya.
Artinya Lampung Barat mempunyai potensi bahan galian vital yang tersebar merata di seluruh
kecamatan. Bahan galian ini dapat saja dikelola (eksploitasi) dengan prioritas yang mempunyai
nilai ekonomi tinggi dan tidak merusak lingkungan.
Bahan Galian Konstruksi; merupakan jenis batuan yang kuat dan umum digunakan sebagai
bahan dasar bangunan (konstruksi), seperti basalt (8,8 juta ton), batu apung (1,4 juta ton), pasir
batu (1,2 juta ton) dan batu tembakak. Basalt dan Batu Apung banyak terdapat di kawasan
perbukitan seperti Belalau, Sumber Jaya dan Balik Bukit. Pemanfaatan bahan galian sudah
pasti akan membawa dampak lingkungan. Oleh karena itu pemanfaatannya sebaiknya dibatasi
untuk kebutuhan lokal sehingga tidak dieksploitasi secara berlebihan.
Bahan Galian Sumber Energi; di Kabupaten Lampung Barat terdapat dua jenis bahan galian
sumber energi yaitu batu bara dan panas bumi. Batu bara terdapat di Kecamatan Batu Brak dan
Sukau dengan total deposit diperkirakan 260.000 ton. Sedangkan panas bumi terdapat di Suoh,
Sekincau, Way Tenong dan Lumbok Seminung. Namun potensi yang paling besar adalah di
Suoh yang diperkirakan dapat menghasilkan listrik sebesar 430 MW. Kedua jenis bahan galian
sumber energi ini dapat saja dimanfaatkan, namun jauh lebih penting untuk memprioritaskan
pemanfaatan panas bumi yang terdapat di Suoh. Pemanfaatan panas bumi sebagai sumber
energi terbarui (alternatif) dapat menjadi solusi sumber daya listrik yang ada saat ini terbatas
serta mendukung kebijakan Pemerintah Lampung Barat sebagai Kabupaten Konservasi.
Di Lampung Barat hanya ada industri kecil dengan jumlah yang juga tidak terlalu banyak yaitu
431 unit industri makanan. Mengingat semakin terbatasnya luas lahan untuk kegiatan usaha
pertanian serta perlunya peningkatan SDM masyarakat, maka kegiatan industri yang berbasis
agro perlu didorong pertumbuhannya.
Oleh karena itu industri pengolahan hasil pertanian, perikanan perlu mendapat prioritas utama
dalam pengembangan ekonomi kerakyatan. Agroindustri sebaiknya dikembangkan di sekitar
Sukau sampai Sumber Jaya.
Berdasarkan kondisi bentang wilayah dan pola sebaran permukiman di Kabupaten Lampung
Barat , maka arahan pengembangan dan pengelolaan kawasan permukiman adalah sebagai
berikut :
1) Permukiman Perkotaan
Permukiman perkotaan terdiri dari permukiman perkotaan Kabupaten dan permukiman
perkotaan Kecamatan. Permukiman perkotaan di Kabupaten Lampung Barat difokuskan
terhadap hasil penentuan Desa/Pekon mana saja yang termasuk dalam Kawasan Perkotaan di
Rencana Struktur Ruang. Ketentuan mengenai permukiman perkotaan adalah sebagai berikut
Pengembangan permukiman (perumahan) baru tidak diperbolehkan pada kawasan
rawan bencana, lindung setempat, konservasi dan lahan pertanian irigasi teknis.
Pengawasan dan pengendalian pada kawasan-kawasan terbangun. Khususnya pada
wilayah dengan pola penggunaan lahan campuran.
Mengembangkan pola cluster-cluster permukiman untuk menghindari penyatuan
(aglomerasi) kawasan permukiman, dan diantara cluster permukiman disediakan ruang
terbuka hijau.
Pengembangan permukiman perkotaan dilakukan dengan tetap memperhatikan arahan
fungsi dan hirarki kawasan perkotaan, dengan optimalisasi kemampuan pelayanan kota
yang mampu mendorong pertumbuhan wilayah sekitarnya.
Pola perkembangan ruang terbangun ini pada satu sisi akan mendekatkan masyarakat pada
aksesibilitas pelayanan tertinggi. Namun di sisi lain apabila tingkat intensitas bangunan pada
sepanjang jaringan jalan menjadi tidak terkendali, pada giliran berikutnya ruang terbangun
tersebut akan menjadi beban bagi pelayanan jaringan jalan tersebut.
2) Permukiman Perdesaan
Permukiman perdesaan meliputi permukiman perdesaan, permukiman pada pusat perdesaan
dan permukiman pada pusat perdusunan. Ketentuan mengenai permukiman perdesaan adalah
sebagai berikut :
Permukiman yang berada di area kawasan lindung dapat dipertahankan dengan
pengendalian/pembatasan secara ketat agar tidak meluas mengancam fungsi
konservasi/ lindung.
Pada permukiman dalam kawasan lindung dan rawan bencana dapat dilakukan relokasi
(resettlement) ke luar permukiman semula dan diupayakan dekat dengan pusat
pelayanan atau akses pelayanan umum.
Demi kelestarian dan keseimbangan lingkungan diupayakan untuk tidak melakukan
peralihan fungsi lahan pertanian menjadi permukiman, khususnya sawah beririgasi
teknis.
Pembangunan unit rumah baru dikembangkan dengan konsep mengisi pekarangan yang
ada (penambahan intensitas/ peningkatan kepadatan).
Mempertahankan pola cluster-cluster permukiman untuk menghindari penyatuan
(aglomerasi) kawasan permukiman, dan diantara cluster permukiman disediakan ruang
terbuka hijau.