Anda di halaman 1dari 22

Tugas

Rencana Tata Ruang Wilayah


Kabupaten Lampung Barat
(RTRW Lambar)

oleh
Donna Sorenty Moza
1920051001

Magister Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Lampung


Bandar Lampung
2019
Sistematika Penulisan

1. Visi dan Misi

2. Tujuan, Kebijakan dan Strategi

3. Rencana Struktur Ruang Kabupaten Lampung Barat

4. Rencana Pola Ruang Kabupaten Lampung Barat

5.
I. Visi dan Misi
Visi dan misi Kabupaten Lampung Barat (Lambar) dalam dokumen Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Lambar Tahun 2017-2022 merupakan rumusan umum
mengenai keadaan yang ingin dicapai pada akhir periode perencanaan dalam masa 5 (lima)
tahun.

RPJMD disusun berdasarkan visi misi Calon Kepala Daerah (Calonkada) terpilih periode
2017-2022 yang disampaikan semasa kampanye Calonkada pada tahun 2017. Hi. Parosil
Mabsus, S.Pd dan Drs. Hi. Mad Hasnurin tampil sebagai pemenang dan ditetapkan sebagai
Bupati dan Wakil Bupati Lampung Barat terpilih Periode 2017-2022.

RPJMD berfungsi sebagai dokumen perencanaan yang mengakomodir berbagai aspirasi


masyarakat. RPJMD digunakan sebagai acuan bagi seluruh stakeholder dalam melaksanakan
kegiatan pembangunan di Lambar selama kurun waktu lima tahun.

RPJMD merupakan dokumen yang disusun dan berpedoman pada RPJPD, sementara dokumen
RTRW menjadi acuan dalam penyusunan RPJPD. RPJMD kemudian dijabarkan dalam
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), dan menjadi pedoman dalam penyusunan
RAPBD. Selanjutnya RPJMD menjadi pedoman dalam penyusunan Rencana Strategis
(Renstra) Organisasi Perangkat Daerah (OPD).

Menurut Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan


Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
mengamanatkan bahwa dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan, Pemerintah Daerah
berkewajiban menyusun perencanaan pembangunan daerah sebagai satu kesatuan sistem
perencanaan pembangunan nasional. Perencanaan pembangunan daerah tersebut meliputi
RPJPD untuk jangka waktu yakni 20 tahun, RPJMD untuk jangka waktu 5 tahun, Rencana
Strategis Organisasi Perangkat Daerah (Renstra OPD) jangka waktu 5 tahun dan Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (RKPD) untuk jangka waktu 1 tahun.

Selanjut nya, penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) berpedoman pada Undang-
Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum (Permen PU) No.16/PRT/M/200. RTRW kabupaten berjangka waktu perencanaan 20
(dua puluh) tahun dan ditinjau kembali setiap 5 (lima) tahun.

Kabupaten Lampung Barat telah memiliki dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah untuk
menunjang perencanaan serta pengembangan wilayahnya dengan jangka waktu perencanaan
mulai tahun 2010 sampai dengan tahun 2030. Rencana Tata Ruang Wilayah juga telah
ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Barat Nomor 1 Tahun 2012. Dan
telah dilakukan peninjaun kembali dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Lambar 2010-2030
pada tahun 2016. Namun hingga kini Perda terkait Riview Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Lampung Barat Tahun 2016 – 2036 belum juga dikeluarkan.

Kegiatan pemantauan dan evaluasi RTRW bertujuan untuk mengarahkan perubahan


pemanfaatan ruang pada kondisi yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan di masa
yang akan datang dalam rangka percepatan pembangunan Kabupaten Lampung Barat sebagai
bagian dari pembangunan regional dan nasional maka proses yang bersifat integral baik dalam
tataran perencanaan, pelaksanaan maupun pengendalian dilakukan secara berkesinambungan.
Visi misi Pembangunan Kabupaten Lampung Barat tahun 2017-2022 (RPJMD) berdasarkan
kaidah dan prinsip perencanaan pembangunan daerah adalah : “Terwujudnya Lampung
Barat Hebat dan Sejahtera”.

Dalam rumusan nya, kata HEBAT bermakna: “Semangat untuk Mengoptimalkan Potensi
yang Ada dan Sangat Besar untuk Kesejahteraan Masyarakat.”. HEBAT merupakan
akronim dari: Harmoni, Elok, Berdaya Saing, Aman, dan Taqwa memiliki arti sebagai berikut:

 Harmoni
Pernyataan Rasa, Aksi, Gagasan, dan Minat; Keselarasan; Keserasian. Dalam rumusan
visi ini, harmoni bermakna: keseimbangan atau kesesuaian, yaitu suatu keadaan
pembangunan yang berkelanjutan dengan mengutamakan keseimbangan dan
kesesuaian Daya Dukung Sumber Daya Alam, Sumber Daya Manusia dan Sumber
Daya Budaya yang dimiliki dengan Menjaga Kelestarian Lingkungan.

 Elok
Baik, bagus, cantik. Dalam rumusan visi ini, elok bermakna: Indah, Cantik dan Bagus,
Lampung Barat yang dikurniakan Tuhan dengan kondisi alam yang elok atau indah,
dan kehidupan sosial-budaya serta sosial-kemasyarakatan yang berkepribadian dan
berkarakter luhur menjadi modal penting dalam pelaksanaan pembangunan.

 Berdaya Saing
Bermakna memiliki kemampuan untuk berkompetisi. Segenap kemampuan Sumber
Daya yang dimiliki Lampung Barat diarahkan untuk mampu berkompetisi baik pada
tingkat regional maupun internasional.

 Aman
Bebas dari bahaya, bebas dari gangguan (pencuri, hama, dan sebagainya), terlindung
atau tersembunyi, tidak dapat diambil orang, pasti, tidak meragukan, tidak mengandung
risiko, tenteram, dan tidak merasa takut atau khawatir. Dalam rumusan visi ini, AMAN
bermakna Keadaan yang menggambarkan bahwa setiap orang merasakan ketenangan
dan kenyamanan sehingga dapat melakukan berbagai aktivitas. Lampung Barat selama
ini dikenal sebagai daerah yang aman dan kondusif, kondisi ini perlu di pelihara dan
dipertahankan sebagai salah satu prasyarat penyelenggaran pemerintahan dan
pembangunan.

 Taqwa
Terpeliharanya diri untuk tetap taat melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala
larangan- Nya; keinsafan diri yang diikuti dengan kepatuhan dan ketaatan dalam
melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya; kesalehan hidup.
Dalam rumusan visi ini, Taqwa bermakna kepatuhan manusia kepada Sang Maha
Pencipta dalam menjalankan perintah-NYA dan menjauhi larangan-NYA. Taqwa
merupakan Perwujudan dari Keimanan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan hal ini
merupakan Landasan serta Sumber Motivasi dalam melaksanakan seluruh aspek
pembangunan.

Sejahtera dalam rumusan visi ini bermakna: “Masyarakat yang Memiliki Keadaan Ekonomi
yang Lebih Baik, Juga Menggambarkan Keadaan Makmur, Sehat dan Damai.”.
Sejahtera berarti terpenuhinya kebutuhan jasmani dan rohani masyarakat.
Kebutuhan jasmani ditunjukkan dengan terpenuhinya kebutuhan sosial dan ekonomi
masyarakat, kemampuan pendayagunaan segenap sumber daya alam, ketersediaan
infrastruktur, pertumbuhan ekonomi, yang dimanfaatkan dan dikelola secara bijaksana.
Kebutuhan rohani ditunjukkan oleh kondisi masyarakat yang memahami, menyadari dan
melaksanakan ajaran agama masing-masing.

Visi Kabupaten Lampung Barat yang tercantum dalam Rencana Jangka Panjang Daerah
(RPJPD 2005-2025 adalah “Lampung Barat sebagai Kabupaten Konservasi yang
Sejahtera 2025”. Selanjut nya, berdasarkan tinjauan pada misi RPJPD yang berkaitan dengan
tata ruang adalah “Mengembangkan Wilayah dan Infrastruktur yang Merata Sesuai
Kebutuhan Lokal dengan Memperhatikan Daerah Rawan Bencana Serta
Mengedepankan Aspek-Aspek Konservasi Sumberdaya Alam”.

Berikut sasaran pokok yang menjadi acuan dalam pencapaian misi tersebut :

1. Tersusunnya perencanaan peraturan umum dan detil tata ruang di seluruh wilayah
administrasi Kabupaten Lampung Barat.
2. Terlaksananya pembangunan infrastruktur dan pengembangan wilayah yang
berwawasan lingkungan, memperhatikan aspek-aspek konservasi alam, serta
pencegahan dan penanggulangan bencana.
3. Tersedianya jaringan jalan sebagai sistem transportasi yang efektif dan efisien sesuai
dengan hirarki dan fungsi jalan, serta terwujudnya sistem jaringan transportasi jalan
yang terintegrasi dengan pengembangan terminal angkutan jalan, untuk
menghubungkan pusat-pusat kegiatan baik lokal maupun wilayah di seluruh
Kabupaten Lampung Barat, sehingga aktivitas ekonomi melalui pergerakan orang dan
barang dapat lebih meningkat.
4. Berkembangnya Kawasan Kebun Raya Liwa utuk melestarikan keanekaragaman
hayati terutama kekayaan tumbuhan asli Provinsi Lampung maupun warisan Dunia
(World Herritage Cluster).
5. Prasarana angkutan penyeberangan dan angkutan danau yang dibutuhkan oleh
masyarakat semakin meningkat ketersediaanya.
6. Tersedianya prasarana pengairan untuk pertanian dengan memanfaatkan sumberdaya
air yang potensial, sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi pengembangan
pertanian dan perikanan.
7. Jaringan listrik menjangkau seluruh perdesaan (pekon) di Kabupaten Lampung Barat.
8. Kebutuhan sarana prasarana permukiman dan air bersih terpenuhi diiringi dengan
terbentuknya lingkungan perumahan yang sehat dengan pengelolaan kawasan yang
berbasis masyarakat.
9. Tersedianya fasilitas umum bagi terpenuhinya kebutuhan masyarakat terutama di
pusat-pusat kegiatan lokal dan wilayah, dalam menyongsong Kabupaten Lampung
Barat sebagai wilayah yang lebih maju.
10. Pembangkit listrik tenaga panas bumi (geothermal) di Kecamatan Suoh dan Sukau
berdiri dan beroperasi.
11. Tersedia dan berfungsinya infrastruktur mitigasi dan penanggulangan bencana
II. Tujuan, Kebijakan dan Strategi

Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arah tindakan yang harus ditetapkan
untuk mencapai tujuan penataan ruang wilayah kabupaten. Kebijakan penataan. ruang wilayah
kabupaten berfungsi sebagai : dasar untuk memformulasikan strategi penataan ruang wilayah
kabupaten, dasar untuk merumuskan struktur dan pola ruang wilayah kabupaten; memberikan
arah bagi penyusunan indikasi program utama dalam RTRW kabupaten; dan sebagai dasar
dalam penetapan arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten.

Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten dirumuskan berdasarkan : tujuan penataan ruang
wilayah kabupaten dan karakteristik wilayah kabupaten, kapasitas sumber daya wilayah
kabupaten dalam mewujudkan tujuan penataan ruangnya dan ketentuan peraturan perundang-
undangan terkait.

Berdasarkan data dan hasil analisa sebagaimana yang diuraikan diatas, maka dalam
merumuskan tujuan penataan ruang Lampung Barat hal penting yang dijadikan masukan utama
dan pertimbangan dasar adalah :
 Adanya kesadaran kolektif dan kemauan politik yang kuat untuk membangun Lampung
Barat berbasis konservasi.
 Terbatasnya luas lahan budidaya, terjadinya kecenderungan penurunan luas pertanian
serta penurunan rasio ketersediaan lahan, maka perlu didorong perubahan struktur
ekonomi dari kegiatan yang berbasis lahan ke arah yang tidak berbasis lahan dengan
tetap meningkatkan produktivitas lahan. Pemikiran ini bersesuaian dengan data yang
menginformasikan bahwa sektor usaha yang berkontribusi besar terhadap PDRB adalah
kegiatan primer (sektor pertanian/perkebunan) yang diikuti kegiatan tersier yaitu sektor
usaha perdangan, hotel, restoran dan jasa.
 Tersedianya modal dasar yang sangat potensial untuk dijadikan basis ekonomi wilayah
(masyarakat) yaitu (intensifikasi) lahan pertanian, perkebunan dan kehutanan yang
dapat ditingkatkan produktivitasnya, sumber daya kelautan dan perikanan serta
pengembangan kegiatan industri, jasa dan perdagangan berbasis agro (agroindustri,
agribisnis, agrowisata, agroforestry)

Mencermati 3 poin di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa skenario pembangunan masa depan
Lampung Barat harus berkelanjutan (sustainable development; konservasi) dan berbasis
sumber daya lokal yang berorientasi penuh pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Rumusan Tujuan penataan ruang adalah: ”Terwujudnya Keterpaduan Penataan Ruang


Kabupaten Lampung Barat untuk Mendukung Pembangunan yang Berkelanjutan
Berbasis Agro , Energi Terbarukan, dan Pariwisata

Berikut penjelasan mengenai tujuan penataan ruang Lambar seperti tersebut diatas:

1. Pembangunan berkelanjutan yaitu suatu upaya sadar yang terencana yang memadukan
lingkungan hidup termasuk sumber daya ke dalam proses pembangunan untuk menjamin
kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi saat ini dan generasi di masa
mendatang.
2. Agropolitan adalah kota pertanian yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem
dan usaha agribisnis serta mampu melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan
pembangunan pertanian (sektor usaha pertanian dalam artian luas) di wilayah sekitarnya
3. Energi terbarukan energi yang berasal dari "proses alam yang berkelanjutan", seperti
tenaga surya, tenaga angin, arus air proses biologi, dan panas bumi.
4. Pariwisata adalah segala macam kegiatan wisata yang dilayani oleh pemerintah,
masyarakat, atau pengusaha beserta dengan fasilitasnya.

Mengacu pada klausul kebijakan yang telah dirumuskan di atas serta dikaitkan dengan program
pembangunan yang tertuang dalam RPJMD Kabupaten Lampung Barat, maka strategi
penataan ruang adalah sebagai berikut :

1. Memperkuat dan memulihkan fungsi kawasan lindung yang meliputi TNBBS, hutan
lindung, kawasan lindung, kawasan dengan kelerengan diatas 40%, dan lain-lainnya.
 Penetapan tata batas kawasan lindung dan budidaya untuk memberikan kepastian
rencana pemanfaatan ruang dan investasi.
 Penyusunan dan pelaksanaan program rehabilitasi lingkungan, terutama pemulihan
fungsi TNBBS dan hutan lindung yang berbasis masyarakat
 Peningkatan pengelolaan lingkungan hidup dan pengendalian kerusakan dan
pencemaran lingkungan
 Peningkatan kapasitas masyarakat dalam pengelolaan sumber daya keanekaragaman
hayati
 Penggalangan kerjasama regional, nasional dan internasional dalam rangka
pemulihan ungsi kawasan lindung terutama TNBBS, hutan lindung .

2. Mengembangkan berbagai bentuk pemanfaatan sumber daya alam yang berbasis


konservasi guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat:

 Pengembangan energi alternatif sebagai sumber listrik, seperti pembangkit listrik


mikro hidro, tenaga panas bumi,
 Pengembangan kegiatan konservasi yang bernilai lingkungan dan sekaligus juga
bernilai sosial-ekonomi .
 Peningkatan kapasitas masyarakat dalam pemanfaatan sumber energi yang
terbarukan (renewable energy)

3. Mendorong peningkatan produktivitas wilayah melalui intensifikasi lahan dan


modernisasi pertanian dengan pengelolaan yang ramah lingkungan.
 Peningkatan produktivitas hasil perkebunan, pertanian dan kehutanan melalui
intensifikasi lahan.
 Pemanfaatan lahan non produktif secara lebih bermakna bagi peningkatan kualitas
lingkungan dan peningkatan pendapatan masyarakat.
 Peningkatan teknologi pertanian, termasuk perkebunan, perikanan, peternakan dan
kehutanan sehingga terjadi peningkatan produksi dengan kualitas yang lebih baik dan
bernilai ekonomi tinggi
 Penguatan pemasaran hasil pertanian melalui peningkatan sumber daya manusia dan
kelembagaan serta fasilitasi sertifikasi yang dibutuhkan.

4. Mendorong bertumbuhnya sektor ekonomi sekunder dan tersier berbasis agro sesuai
keunggulan kawasan yang bernilai ekonomi tinggi, dikelola secara berhasil guna,
terpadu dan ramah lingkungan.
 Mengembangkan industri pengolahan hasil kegiatan agro sesuai komoditas unggulan
kawasan dan kebutuhan pasar (agroindustri dan agribisnis)
 Meningkatkan kegiatan pariwisata melalui peningkatan prasarana dan sarana
pendukung, pengelolaan objek wisata yang lebih profesional serta pemasaran yang
lebih agresif dan efektif.

5. Strategi dalam Membangun prasarana dan sarana wilayah yang berkualitas untuk
pemenuhan hak dasar dan dalam rangka pewujudan tujuan penataan ruang yang
berimbang dan berbasis konservasi serta mitigasi bencana.
 Pembangunan prasarana dan sarana transportasi yang mampu mendorong
pertumbuhan ekonomi kawasan secara signifikan dan berimbang.
 Pembangunan sistem jaringan prasarana dan fasilitas sosial secara proporsional dan
memadai sesuai kebutuhan masyarakat pada setiap pusat permukiman.
 Penyusunan program dan pembangunan berbagai perangkat keras dan lunak untuk
mitigasi berbagai bencana alam, seperti gempa, longsor, banjir, kebakaran hutan dan
ancaman lainnya.

6. Mengembangkan pusat pelayanan guna mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah


adalah ;
 Memantapkan fungsi pusat kegiatan dan menetapkan wilayah pelayanan sesuai potensi,
permasalahan dan prospeknya;
 Meningkatkan interaksi antara pusat kegiatan perdesaan dan perkotaan secara
berjenjang;
 Mengembangkan Kota Liwa sebagai pusat pelayanan sosial - ekonomi bagi area yang
lebih luas;
 Mengembangkan fungsi kawasan perdesaan sesuai potensi wilayah. Pembangunan
prasarana dan sarana transportasi yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi
kawasan secara signifikan dan berimbang.
 Pembangunan sistem jaringan prasarana dan fasilitas sosial secara proporsional dan
memadai sesuai kebutuhan masyarakat pada setiap pusat permukiman.
 Penyusunan program dan pembangunan berbagai perangkat keras dan lunak untuk
mitigasi berbagai bencana alam, seperti gempa, longsor, banjir, kebakaran hutan dan
ancaman lainnya.
III. Rencana Struktur Ruang Kabupaten Lampung Barat

Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan
sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara
hierarkis memiliki hubungan fungsional.

Rencana struktur ruang wilayah kota merupakan kerangka sistem pusat-pusat pelayanan
kegiatan kota yang berhierarki dan satu sama lain dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana
wilayah kota.

Rencana struktur ruang wilayah kota berfungsi:


 sebagai arahan pembentuk sistem pusat-pusat pelayanan wilayah kota yang
memberikan layanan bagi wilayah kota;
 sebagai arahan perletakan jaringan prasarana wilayah kota sesuai dengan fungsi
jaringannya yang menunjang keterkaitan antar pusat-pusat pelayanan kota; dan
 sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima tahunan dan
untuk 20 (dua puluh) tahun.

Kabupaten Lampung Barat tergolong ke dalam perkotaan kecil, karena jumlah penduduk yang
dimiliki pada masing-masing desanya tidak melebihi dari 50.000 (lima puluh ribu) jiwa.
Pembagian kecamatan-kecamatan di seluruh Kabupaten Lampung Barat sesuai dengan kondisi
dan karakteristik kegiatan dibedakan menjadi kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan.
Pembagian tersebut dimaksudkan untuk mengetahui dan menentukan jenis kegiatan yang akan
ditentukan sesuai dengan peruntukan tanah dan ruangnya.

1) Arahan Pengembangan Sistem Perdesaan

Distribusi permukiman perdesaan di Kabupaten Lampung Barat menunjukan keberagaman


yang tinggi, yakni ada yang terpusat, terpencar, maupun berdekatan dengan Kota Liwa. Pola
ruang seperti ini menjadikan pusat kegiatan perdesaan juga memiliki skala bermacam-macam,
dan secara umum dapat digambarkan sebagai berikut :
 Setiap dusun memiliki pusat dusun;
 Setiap desa memiliki satu pusat kegiatan yang berfungsi sebagai pusat desa;
 Beberapa desa dalam satu kecamatan memiliki pusat kegiatan sebagai Pusat Pelayanan
Lingkungan (PPL);
 Beberapa Desa/Pekon yang memiliki ciri perkotaan dan menjadi pusat pelayanan
kegiatan bagi sekitarnya menjadi Pusat Pelayanan Kawasan (PPK);
 Perdesaan yang membentuk sistem keterkaitan atau berorientasi pada pusat wilayah
pengembangan disebut sebagai pusat kegiatan lokal (PKL).

Rencana pengembangan sistem perdesaan yang terdapat di Kabupaten Lampung Barat


meliputi; Pengembangkan pusat desa mulai dari tingkat dusun sampai pusat desa/ pekon
secara berhirarki, Pengembangan kawasan perdesaan sesuai potensi masing-masing
kawasan yang dihubungkan dengan pusat kegiatan pada setiap kawasan perdesaan,
Pengembangan produk unggulan perdesaan, Penetapan kawasan lahan abadi pertanian
pangan dan Pengembangan sistem agropolitan pada kawasan potensial.

a) Pengembangkan pusat desa mulai dari tingkat dusun sampai pusat desa/ pekon
secara berhirarki yang meliputi:
 Pembentukan pusat pelayanan permukiman perdesaan pada tingkat dusun terutama
pada permukiman perdesaan;
 Pengembangan kawasan perdesaan potensial secara ekonomi;
 Meningkatkan interaksi antara pusat kegiatan perdesaan dan perkotaan secara
berjenjang.

b) Pengembangan kawasan perdesaan sesuai potensi masing-masing kawasan yang


dihubungkan dengan pusat kegiatan pada setiap kawasan perdesaan
 Pengembangan kawasan perdesaan pusat sentra budidaya ikan pada wilayah
Kecamatan Suoh, Bandar Negeri Suoh, Sumber Jaya, Kebun Tebu, Lumbok
Seminung dan Balik Bukit.
 Pengembangan kawasan perdesaan pusat sentra produksi pertanian lahan kering pada
 wilayah Kecamatan Sukau dan Suoh.
 Peningkatan pertanian berbasis hortikultura pada Kecamatan Sukau, Belalau, Sekincau,
dan Way Tenong.
 Pengembangan kawasan perdesaan sentra kopi Robusta yaitu pada Kecamatan
Sekincau, Pagar Dewa, Way Tenong, Air Hitam, Sumber Jaya, Kebun Tebu, Sukau,
Lumbok Seminung, Belalau, Batu Ketulis dan Batu Brak.
 Pengembangan kawasan perdesaan sentra lada pada Kecamatan Way Tenong, Belalau,
dan Sekincau.
 Pengembangan pusat pengolahan dan hasil pertanian pada pusat produksi di kawasan
perdesaan.
 Pengembangan kawasan perdesaan sentra peternakan ternak kecil (kambing dan
domba) pada Kecamatan Belalau, Way Tenong, Suoh, dan Sekincau, serta sentra
peternakan unggas pada Kecamatan Sumber Jaya.

c) Pengembangan produk unggulan perdesaan meliputi:


 Pengembangan kawasan perdesaan yang berpotensi sebagai pusat sentra produksi ada,
kopi robusta, hasil perikanan budidaya, peternakan, dan pertanian;
 Pengembangan fungsi kawasan perdesaan sesuai potensi wilayah, yakni perdesaan
terletak di kawasan pegunungan untuk hutan lindung, hutan produksi, hutan rakyat,
hutan desa, perkebunan dan hortikultura, dan perdesaan di dataran rendah untuk
pertanian pangan;
 Peningkatan nilai tambah produk pertanian dengan pengolahan hasil;
 Mendorong eksport hasil pertanian unggulan daerah;

d) Penetapan kawasan lahan abadi pertanian pangan yang meliputi :


 Pembatasan alih fungsi sawah beririgasi
 Pengembangan sistem irigasi teknis secara menerus
 Pemeliharaan sarana pertanian

e) Pengembangan sistem agropolitan pada kawasan potensial yang meliputi :


 Pengembangan produk unggulan disertai pengolahan dan perluasan jaringan
pemasaran;
 Menetapkan prioritas pengembangan kawasan agropolitan.
 Peningkatan kemampuan permodalan melalui kerjasama dengan swasta dan
 pemerintah;
 Pengembangan sistem informasi dan teknologi pertanian;
 Pengembangan kawasan agropolitan.
2) Arahan Pengembangan Sistem Perkotaan

Pusat Kegiatan Perkotaan


Pusat kegiatan wilayah di Kabupaten Lampung Barat ditentukan oleh pelayanan kegiatan
dalam skala regional yang secara langsung mempengaruhi sistem perwilayahan di Kabupaten
Lampung Barat, yaitu sebagai berikut:

 Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) berada di Liwa, Kecamatan Balik Bukit dengan
fungsi utama sebagai pusat pemerintahan, perdagangan dan jasa, pendidikan dan
kesehatan. Penentuan PKW di Liwa sesuai dengan penetapan dalam RTRW Lampung
Barat dan sesuai dengan kondisi eksistingnya yaitu merupakan wilayah yang memiliki
fungsi utama sebagai pusat pemerintahan, perekonomian, dan fasilitas umum.
 Pusat Kegiatan Lokal (PKL) berada di Fajar Bulan, Kecamatan Way Tenong dengan
kegiatan utama sebagai pusat pengembangan perdagangan, jasa pendukung kegiatan
pertanian, pusat koleksi dan distribusi pertanian hortikultura. Hal ini sesuai dengan
penetapan PKL dalam RTRW Lampung Barat yang menetapkan Fajar Bulan dan Krui
yang sebelumya juga sebagai pusat kegiatan lokal, namun Krui tidak lagi menjadi PKL
di Kabupaten Lampung Barat karena wilayah Krui termasuk ke dalam DOB Pesisir
Barat.
 Pusat Kegiatan Lokal yang dipromosikan (PKL) berada di Pura Jaya, Kecamatan
Kebun Tebu. Penetapan Pura Jaya sebagai PKL yang dipromosikan, karena ditinjau dari
kondisi eksistingnya pada wilayah Kecamatan Kebun Tebu memiliki hasil pertanian,
perikanan, dan agropolitan yang mendukung untuk peningkatan perekonomian, yang
mana wilayah ini juga mampu menjadi kawasan strategis baru yang mengakomodir
pengembangan agribisnis komoditas unggulan kopi, agroforestry, Kota Hijau (Green
City) serta penghubung antara Lampung Barat dengan Kabupaten Lampung Tengah.
Selain itu, ditinjau dari hasil perhitungan indeks hirarki wilayah, didapatkan bahwa
Kebun Tebu memiliki nilai yang tinggi, dimana diartikan bahwa wilayah tersebut
memiliki ketersediaan aksesibilitas yang baik, keberadaan fasilitas yang memadai dan
nilai LQ yang cukup tinggi yang mana memiliki hasil produksi dari sektor pertanian
yang cukup tinggi pula. Sehingga berdasarkan hal tersebut, Pura Jaya yang sebelumnya
sebagai pusat pelayanan kawasan mengalami peningkatan menjadi pusat kegiatan lokal
yang dipromosikan.
 Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) berada di Kenali (Belalau), Sumber Agung (Suoh),
dan Tugu Sari (Sumberjaya). Kenali; dalam sistem pusat-pusat kegiatan, wilayah ini
berada pada hirarki yang rendah, namun mengingat letaknya yang sentris dan strategis,
serta keberadaan cagar budaya, maka untuk menciptakan tingkat pelayanan yang
optimal, Kenali diarahkan sebagai Pusat Pelayanan Kawasan yang akan melayani
beberapa PPL di sekitarnya. Disamping itu, Sumber Agung pada dasarnya adalah
kawasan pertanian pangan yang subur dengan areal sawah terluas di Kabupaten
Lampung Barat. Di kecamatan ini terdapat potensi panas bumi (geothermal, potensi 430
MW) yang akan dimanfaatkan sebagai sumber listrik regional (PLTP) yang sedang
disiapkan rencana pembangunannya. Namun pada sisi lain kecamatan ini berada pada
suatu cekungan besar (berbentuk kuali) dengan luas terbatas serta jumlah penduduk
yang tinggi dibanding kecamatan lain. Bila kegiatan pembangunan dan pemanfaatan
panas bumi sudah berjalan serta terbangunnya jalan ke arah Liwa melewati Pekon Balak,
diperkirakan Suoh akan mengalami pertumbuhan yang lebih cepat. Untuk itu
pertumbuhan kawasan ini perlu dikendalikan dengan tetap mengoptimalkan daya
layanannya secara regional (lintas kabupaten) dan ditetapkan sebagai Pusat Pelayanan
Kawasan yang akan melayani beberapa PPL di sekitarnya. Selanjutnya Sumber Jaya
yang juga ditetapkan sebagai pusat pelayanan kawasan karena wilayahnya yang cukup
strategis dan kondisi aksesibilitasnya yang sangat memadai apabila ditinjau dari hasil
perhitungan indeks hirarki. Karena dengan aksesibilitas yang memadai tersebut maka
akan mampu menunjang pengembangan wilayah dan perekonomian yang lebih optimal
daripada wilayah-wilayah disekitarnya. Sehingga Sumber Jaya juga ditetapkan menjadi
salah satu Pusat Pelayanan Kawasan di Kabupaten Lampung Barat.
 Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) di kecamatan Sukau, Lumbok Seminung,
Sekincau, Batu Brak, Pagar Dewa, Batu Ketulis, Bandar Negeri Suoh, Gedung Surian,
dan Air Hitam.

Struktur Wilayah
Konsep pengembangan wilayah Kabupaten Lampung Barat didapat dari hasil analisa data
primer dan data sekunder. Selanjutnya ditentukan aspek yang paling dominan mempengaruhi
pertumbuhan wilayah Kabupaten Lampung Barat. Konsep yang ditemukan adalah penciptaan
sistem pusat-pusat kota yang berjenjang sehingga terbangun suatu sistem perkotaan yang
efektif dan efisien. Dalam artian, berupaya untuk menciptakan keseimbangan pembangunan
antar wilayah (kecamatan) dan sekaligus mengantisipasi pertumbuhan pembangunan yang
terkonsentrasi pada pusat kota (ibukota kabupaten) atau pada kawasan tertentu saja. Sehingga
dari hal tersebut ditemukan terdapat pusat-pusat permukiman yang perlu didorong
pertumbuhannya dan ada pula yang hanya cukup dikendalikan sesuai potensinya, bahkan
mungkin dibatasi.

Selanjut nya, Rencana struktur ruang yang akan dikembangkan di Kabupaten Lampung Barat
sampai dengan Tahun 2030 meliputi 6 (enam) struktur ruang, yaitu sistem pusat kegiatan,
sistem jaringan prasarana transportasi, sistem jaringan prasarana energi, sistem
jaringan prasarana telekomunikasi, sistem jaringan prasarana sumber daya air dan
jaringan prasarana lainnya.

A. Pengembangan Sistem Pusat Kegiatan


Sistem pusat kegiatan yang akan dikembangkan di Kabupaten Lampung Barat terdiri dari pusat
kegiatan wilayah, pusat kegiatan lokal, pusat kegiatan lokal yang dipromosikan, pusat
pelayanan kawasan dan pusat pelayanan lingkungan.

B. Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Transportasi


Sistem jaringan prasarana transportasi yang akan dikembangkan di Kabupaten Lampung Barat
terdiri dari:
a. Pengembangan Jaringan Jalan
 Jaringan jalan nasional ruas yang melalui Kecamatan Sumber Jaya melintasi
Tugusari, Fajar Bulan, Bakhu, Kenali, Pekon Balak dan Liwa.
 Jaringan jalan provinsi yang menghubungkan Liwa – Batas Provinsi Sumatera
Selatan dan antara Sukabumi dan Suoh.
 Jaringan jalan kabupaten terdiri dari 161 Ruas jalan dengan panjang total 724 Km.
 Jalan umum yang akan menjadi jalan lingkar Kota Liwa di bagian Utara, dan Jalan
Umum yang menghubungkan IKK Sekincau – IKK Basungan – IKK Banjit.
 Peningkatan fungsi dan status jaringan jalan Nasional (Liwa-Padang Tambak-
Bukit Kemuning) dan Propinsi (Sp Sukarno-Batas OKUS dan Ruas Pekon Balak-
Suoh).

b. PengembanganTerminal
 Terminal Tipe B di Kota Liwa; bersifat penyempurnaan
 Terminal Tipe C untuk Fajar Bulan; bersifat penyempurnaan
 Terminal Tipe C untuk Sumber Agung, Kenali, dan Tugu Sari; bersifat
pengembangan

c. PengembanganAngkutanUmum
 Peningkatan kualitas moda angkutan umum sesuai dengan standar
 Pengembangan halte
 Pengintegrasian masing-masing trayek dan halte menjangkau keseluruhan
wilayah pedesaan.

d. PengembanganPelabuhan
 Pelabuhan di Kabupaten Lampung Barat yang dimaksud adalah pelabuhan
penyeberangan Danau Ranau yang terdapat di Desa Lombok, Kecamatan Lumbok
Seminung. Pelabuhan tersebut merupakan pelabuhan lokal yang melayani
angkutan penumpang dan barang secara terbatas yang difungsikan hanya untuk
menyeberangi Danau Ranau menuju daerah sekitarnya

C. Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Energi


Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana energi di Kabupaten Lampung Barat,
meliputi:
 Pengembangan/ peningkatan jaringan distribusi tegangan menengah ke pusat
kegiatan fungsional.
 Pengembangan dan peningkatan kualitas gardu-gardu listrik untuk meningkatkan
daya energi listrik pada kawasan-kawasan pusat pertumbuhan.
 Peningkatan jaringan distribusi pada lingkungan pemukiman baru di kawasan
perwilayahan.
 Peningkatan gardu pendistribusian listrik pada kawasan yang diproritaskan

D. Rencana Pengembangan Jaringan Prasarana Lainnya


a) Sistem Persampahan
Rencana pengelolaan sampah untuk wilayah Kabupaten Lampung Barat dibedakan
menjadi menurut kawasan penanganan, yaitu kawasan Perkotaan Liwa dan
kawasan pertanian/perkebunan Way Tenong dan sekitarnya. Namun untuk TPST
direkomendasikan beberapa unit, yaitu untuk kawasan Way Tenong (di Sumber
Jaya), Balik Bukit, dan Suoh. Hal ini terkait dengan efisiensi transportasi dan
karakteristik kawasan yang cukup berbeda.
b) Sanitasi
Berdasarkan hal tersebut diatas maka rencana pengembangan sanitasi d Kabupaten
Lampung Barat antara lain:
 Pada wilayah perkotaan pengembangan sanitasi diarahkan kepada pemenuhan
fasilitas septic tank pada masing-masing KK.
 Pada wilayah perdesaan penanganan limbah khusus rumah tangga dapat
dikembangkan fasilitas sanitasi pada setiap KK serta fasilitas sanitasi umum
 Peningkatan sanitasi lingkungan untuk permukiman, produksi, jasa, dan kegiatan
sosial ekonomi lainnya.

E. Kawasan Strategis
Kawasan Strategis berdasarkan Review RTRW Kabupaten Lampung Barat Tahun 2010-2030
adalah:
a) Kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) WKP Suoh Sekincau.
b) Kawasan Hutan Tanaman Rakyat pada kawasan HPT.

Sedangkan Untuk Rencana Kawasan Strategis di Kabupaten Lampung Barat ialah


 Kawasan Strategis Ekonomi
 Kawasan Agropolitan Way Tenong
 Kawasan Agroteknopark di Kecamatan Sumber Jaya
 Kawasan Agrominapolitan di Danau Ranau

Kawasan Strategis Sudut Kepentingan Fungsi dan Lingkungan Hidup


 Kawasan Geopark
 Kebun raya Liwa
 TNBBS

Kawasan Strategis Sudut Kepentingan Sosial Budaya


 Desa Konservasi Di Kecamatan Balik Bukit
 Cagar Budaya Kenali di Kecamatan Batu Brak
 Cagar Budaya di Kecamatan Lombok Seminung

Kawasan Strategis Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi


 PLTP Sekincau
 PLTP Danau Ranau
IV. Rencana Pola Ruang Kabupaten Lampung Barat
Berdasarkan UU Nomor 26 Tahun 2007 Rencana pola ruang wilayah kota merupakan rencana
distribusi peruntukan ruang dalam wilayah kota yang meliputi rencana peruntukan ruang untuk
fungsi lindung dan rencana peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.

Rencana pola ruang wilayah kota berfungsi: sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan
sosial ekonomi masyarakat dan kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah kota, mengatur
keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang, sebagai dasar penyusunan indikasi program
utama jangka menengah lima tahunan untuk 20 (dua puluh) tahun dan sebagai dasar pemberian
izin pemanfaatan ruang pada wilayah kota.

Rencana pola ruang wilayah kota dirumuskan berdasarkan: kebijakan dan strategi penataan
ruang wilayah kota; daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup wilayah
kota; kebutuhan ruang untuk pengembangan kegiatan sosial ekonomi dan lingkungan; dan
ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.

A. Kawasan Lindung

Kawasan lindung kabupaten adalah kawasan lindung yang secara ekologis merupakan satu
ekosistem yang terletak pada wilayah kabupaten, kawasan lindung yang memberikan
pelindungan terhadap kawasan bawahannya yang terletak di wilayah kabupaten, dan kawasan-
kawasan lindung lain yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan pengelolaannya
merupakan kewenangan pemerintah daerah kabupaten (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor : 16/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten).

Pengelolaan kawasan lindung di Kabupaten Lampung Barat secara umum ditujukan untuk
mencegah kemungkinan timbulnya berbagai kerusakan fungsi lingkungan hidup terintegrasi
antara kepentingan pemanfaatan sumberdaya alam secara optimal dengan pelestariannya.
Dalam konteks ini diharapkan bahwa penempatan ruang dalam rangka pengembangan wilayah
diserasikan dengan kemampuan dan daya dukung wilayahnya. Secara umum tujuan dari
adanya pengelolaan kawasan lindung di Kabupaten Lampung Baratadalah untuk mencegah
timbulnya berbagai kerusakan fungsi lingkungan hidup serta mengamankan diri dari
kemungkinan terjadinya intervensi penggunaan ke bukan kawasan lindung. Sasaran penetapan
kawasan lindung di Kabupaten Lampung Barat yaitu:

 Meningkatkan fungsi lindung terhadap air, tanah, dan iklim.


 Mempertahankan keanekaragaman flora, fauna, tipe ekosistem serta keunikan alam
yang terdapat di wilayah ini.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 16/PRT/M/2009 tentang Pedoman


Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten yang termasuk dalam kawasan lindung
adalah:

 Kawasan hutan lindung; kawasan hutan yang memiliki sifat khas yang mampu
memberikan perlindungan kepada kawasan sekitarnya maupun kawasan bawahannya
sebagai pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta memelihara kesuburan tanah.
 Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, meliputi:
kawasan bergambut dan kawasan resapan air;
 Kawasan perlindungan setempat, meliputi: sempadan pantai,sempadan sungai,
kawasan sekitar danau atau waduk, kawasan sekitar mata air, serta kawasan lindung
spiritual dan kearifan lokallainnya;
 Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya meliputi:kawasan suaka alam,
kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya, suaka margasatwa dan suaka
margasatwa laut, cagar alamdan cagar alam laut, kawasan pantai berhutan bakau,
tamannasional dan taman nasional laut, taman hutan raya, taman wisataalam dan taman
wisata alam laut, kawasan cagar budaya dan ilmupengetahuan;
 Kawasan rawan bencana alam, meliputi: kawasan rawan tanahlongsor, kawasan rawan
gelombang pasang dan kawasan rawanbanjir;
 Kawasan lindung geologi, meliputi: kawasan cagar alam geologi,kawasan rawan
bencana alam geologi, dan kawasan yangmemberikan perlindungan terhadap air tanah;
 Kawasan lindung lainnya, meliputi: cagar biosfer, ramsar, tamanburu, kawasan
perlindungan plasma-nutfah, kawasan pengungsiansatwa, terumbu karang, dan
kawasan koridor bagi jenis satwa ataubiota laut yang dilindungi.

Berdasarkan kriteria tersebut di atas maka kawasan lindung yang terdapat di Kabupaten
Lampung Barat adalah kawasan hutan lindung, kawasan yang memberikan perlindungan
terhadap kawasan bawahannya, Kawasan perlindungan setempat, kawasan suaka alam,
pelestarian alam dan cagar budaya serta kawasan rawan bencana. Kawasan lindung berfungsi
utama melindungi kelestarian sumber daya alam, sumber daya buatan, serta nilai budaya dan
sejarah bangsa. Di dalam kawasan ini tidak diperkenankan adanya kegiatan budidaya yang
dapat mengurangi atau merusak fungsi lindungnya.

B. Pola Ruang Kawasan Budidaya

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 16/PRT/M/2009 tentang Pedoman


Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten, kawasan budi daya kabupaten adalah
kawasan budi daya yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudi dayakan atas dasar
kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.

Yang termasuk dalam kawasan budi daya adalah kawasan peruntukan hutan produksi, kawasan
peruntukan hutan rakyat, kawasan peruntukan pertanian, kawasan peruntukan perkebunan,
kawasan peruntukan perikanan, kawasan peruntukan pertambangan, kawasan peruntukan
industri,kawasan peruntukan permukiman, kawasan peruntukan pariwisata, dan kawasan
peruntukan lainnya.

i. Kawasan Peruntukan Pertanian


Kawasan peruntukan pertanian merupakan kawasan yang diperuntukan bagi kegiatan pertanian
yang meliputi kawasan pertanian lahan basah, kawasan pertanian lahan kering, Komoditi
hortikultura. Selain itu, kawasan pertanian juga mencakup area perkebunan dan kawasan
peternakan. Kawasan peruntukan pertanian terbagi menjadi :

1. kawasan peruntukan tanaman pangan;


2. kawasan peruntukan perkebunan;
3. kawasan peruntukan hortikultura; dan
4. kawasan peruntukan peternakan.
ii. Kawasan Peruntukan Perkebunan
Kawasan perkebunan yang ada di Kabupaten Lampung Baratdikembangkan berdasarkan
potensi yang ada di wilayah masing-masing berdasarkan prospek ekonomi yang dimiliki.
Pengembangan kawasan perkebunan diarahkan untuk meningkatkan peran serta, efisiensi,
produktivitas dan keberlanjutan, dengan mengembangkan kawasan industri masyarakat
perkebunan.

Berdasarkan potensi (luas) komoditas perkebunan yang dikembangkan di Lampung Barat


terdapat 4 jenis komoditas yang mempunyai areal tanam yang paling luas, yaitu Kopi (Robusta)
seluas 60.390,5 Ha, sawit (6.320 Ha), Lada (12.090,6 Ha). Mengingat kondisi perkebunan
sawit yang terdapat di Kabupaten Lampung Barat sudah tidak bergitu produktif serta tidak
bersesuaian dengan kebijakan Lampung Barat sebagai kabupaten konservasi, maka
perkebunan sawit tidak menjadi prioritas untuk dikembangkan. Oleh karena itu untuk tanaman
perkebunan yang sebaiknya dikembangkan adalah kopi, dan lada. Selain itu tanaman
perkebunan lain yang sudah mulai dikembangkan melihat dari potensi dan kesesuaian lahan
adalah kakao dan karet.

iii. Kawasan Peruntukan Peternakan


Kawasan peternakan di Kabupaten Lampung Baratdikembangkan berdasarkan potensi yang
ada pada masing-masing kecamatan berdasarkan prospek ekonomi yang
dimiliki.Pengembangan kawasan peternakan diarahkan untuk meningkatkan peran, efisiensi,
produktivitas yang berkelanjutan, meningkatkan nilai tambah.

Berdasarkan data populasi dan rencana program pengembangan sentra peternakan Pemerintah
kabupaten Lampung Barat, pengembangan sentra peternakan akan dikembangkan sebagai
berikut :
 Pengembangan sentra peternakan ternak kecil (kambing & domba) di seluruh
kecamatan di Lampung Barat terutama kecamatan Way Tenong, Suoh, dan Sekincau.
 Pengembangan sentra peternakan unggas di dan Sumber Jaya.

Adapun arahan pengelolaan peternakan di Kabupaten Lampung Baratdiarahkan sebagai


berikut :

1. Meningkatkan kegiatan peternakan secara alami dengan mengembangkan padang


penggembalaan, dan pada beberapa bagian dapat menyatu dengan kawasan perkebunan
atau kehutanan;
2. Kawasan peternakan dalam skala besar dikembangkan pada lokasi tersendiri, diarahkan
mempunyai keterkaitan dengan pusat distribusi pakan ternak;
3. Mengembangkan sistem inti - plasma dalam pengembangan peternakan;
4. Mengolah hasil ternak sehingga memiliki nilai ekonomi yang tinggi;
5. Pengembangan ternak unggulan yang dimiliki oleh daerah yaitu komoditas ternak yang
memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif; serta
6. Ternak unggas dan ternak lain yang memiliki potensi penularan penyakit pada manusia
harus dipisahkan dari kawasan permukiman.

iv. Kawasan Peruntukan Perikanan


Budidaya Perikanan, Perikanan budidaya dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu
budidaya laut, budidaya tambak dan budidaya air tawar. Kriteria untuk kawasan
pengembangan budidaya air tawar dan tambak adalah sebagai berikut :
 Kelerengan lahan < 8 %
 Persediaan air cukup
 Jauh dari sumber pencemaran, baik pencemaran domestik maupun industri.
 Kualitas air baik (memenuhi kriteria kualitas air untuk budidaya perikanan).

Budidaya perikanan di Lampung Barat belum terkelola secara optimal, dimana per tahunnya
hanya menghasilkan sedikit di atas 1.000 ton. Produksi sebesar ini dihasilkan oleh 6.342 petani
ikan kolam yang sebagian besar bergiat di Kecamatan Suoh, Bandar Negeri Suoh, Sumber
Jaya, Kebun Tebu, Lumbok Seminung dan Balik Bukit. Memperhatikan luas lahan dan
ketersediaan air dengan puluhan sungai yang ada, diperlukan adanya terobosan baru agar
budidaya perikanan kolam, sungai dan danau lebih ditingkatkan. Namun untuk pengembangan
budidaya perikanan darat di danau dan sungai sebaiknya dihindari penggunaan jaring
apung/karamba. Pengalaman pada beberapa danau/waduk menunjukkan bahwa pencemaran
danau/sungai dari pakan ikan membawa dampak buruk bahkan terhadap hasil produksi ikan itu
sendiri.

Dengan demikian sangat disarankan agar budidaya perikanan dikembangkan dalam bentuk
kolam. Berkenaan dengan pengembangan terkini dari budidaya perikanan kolam, pendekatan
minapolitan perlu dilakukan terutama di kawasan pertanian lahan basah (minapadi). Mengingat
keterbatasan lahan untuk pengembangan usaha tani yang berbasis lahan (ekstensif), maka
pengembangan kolam ikan bernilai ekonomi tinggi perlu ditumbuhkan pada kawasan-kawasan
yang selama ini sudah menjadi sentra budidaya ikan.

Secara khusus arahan untuk pengembangan kawasan perikanan adalah pengembangan


kawasan minapolitan. Minapolitan merupakan konsep pembangunan perikanan berbasis
wilayah. Pengembangan kawasan minapolitan akan mampu meningkatkan produksi,
produktivitas, dan kualitas produk perikanan Kabupaten Lampung Barat.

Ciri kawasan minapolitan adalah kegiatan kawasan didominasi oleh kegiatan perikanan yang
merupakan sumber pendapatan utama masyarakat. Pengembangan kawasan minapolitan di
wilayah Kabupaten Lampung Barat menggunakan Pengembangan Agrominapolitan di Danau
Ranau yang juga merupakan Kawasan Strategis Kabupaten Lampung Barat.

v. Kawasan Peruntukan Pertambangan


Dalam mengelola usaha pertambangan, pemerintah menetapkan Wilayah Pertambangan (WP),
yang terdiri dari wilayah usaha pertambangan (WUP), wilayah pertambangan rakyat (WPR)
dan wilayah pencadangan negara (WPN).
 Wilayah usaha pertambangan (WUP), adalah bagian dari wilayah pertambangan (WP)
yang telah memiliki ketersediaan data, potensi, dan/atau informasi geologi. WUP
ditetapkan oleh pemerintah pusat melalui koordinasi dengan pemerintah provinsi.
 Wilayah pertambangan rakyat (WPR), adalah bagian dari wilayah pertambangan (WP)
tempat dilakukannya usaha pertambangan rakyat.WPR ditetapkan oleh
bupati/walikota, sesuai pasal 21, UU nomor 4 tahun 2009 tentang pertambangan.
 Wilayah pencadangan negara (WPN), adalah bagian dari wilayah pertambangan (WP)
yang dicadangkan untuk kepentingan strategis nasional. Penetapan wilayah
pencadangan negara (WPN) dilakukan oleh pemerintah pusat dengan tetap
memperhatikan aspirasi daerah sebagai daerah yang dicadangkan untuk komoditas
tertentu dan daerah konservasi dalam rangka menjaga keseimbangan ekosistem dan
lingkungan. WPN yang ditetapkan untuk komoditas tertentu dapat diusahakan sebagian
luasnya, sedangkan WPN yang ditetapkan untuk konservasi ditentukan batasan
waktunya. WPN yang diusakan sebagaian luasnya statusnya berubah menjadi wilayah
usaha pertambangan khusus (WUPK).

Bahan Galian Vital; yang termasuk kategori bahan galian vital adalah perlit, granodiorit,
obsidian, kaolin, batu gamping, lempung dan pasir kuarsa. Jenis batuan ini umumnya
digunakan sebagai bahan dasar untuk industri. Perlu dijumpai di Batu Brak dengan perkiraan
deposit sebesar 3,9 juta ton, granodiorit terdapat di Balik Bukit dan Bandar Negeri Suoh dengan
potensi 680.000 ton, obsidian ditemui di Balik Bukit, Batu Ketulis dan Suoh dengan perkiraan
deposit mencapai 1,6 juta ton, kaolin banyak dijumpai di Sumber Jaya dengan potensi lebih
dari 625.000 ton. Batu gamping dan Kuarsa (Silika) dijumpai Diatomea di Sumber Jaya.
Artinya Lampung Barat mempunyai potensi bahan galian vital yang tersebar merata di seluruh
kecamatan. Bahan galian ini dapat saja dikelola (eksploitasi) dengan prioritas yang mempunyai
nilai ekonomi tinggi dan tidak merusak lingkungan.

Bahan Galian Konstruksi; merupakan jenis batuan yang kuat dan umum digunakan sebagai
bahan dasar bangunan (konstruksi), seperti basalt (8,8 juta ton), batu apung (1,4 juta ton), pasir
batu (1,2 juta ton) dan batu tembakak. Basalt dan Batu Apung banyak terdapat di kawasan
perbukitan seperti Belalau, Sumber Jaya dan Balik Bukit. Pemanfaatan bahan galian sudah
pasti akan membawa dampak lingkungan. Oleh karena itu pemanfaatannya sebaiknya dibatasi
untuk kebutuhan lokal sehingga tidak dieksploitasi secara berlebihan.

Bahan Galian Sumber Energi; di Kabupaten Lampung Barat terdapat dua jenis bahan galian
sumber energi yaitu batu bara dan panas bumi. Batu bara terdapat di Kecamatan Batu Brak dan
Sukau dengan total deposit diperkirakan 260.000 ton. Sedangkan panas bumi terdapat di Suoh,
Sekincau, Way Tenong dan Lumbok Seminung. Namun potensi yang paling besar adalah di
Suoh yang diperkirakan dapat menghasilkan listrik sebesar 430 MW. Kedua jenis bahan galian
sumber energi ini dapat saja dimanfaatkan, namun jauh lebih penting untuk memprioritaskan
pemanfaatan panas bumi yang terdapat di Suoh. Pemanfaatan panas bumi sebagai sumber
energi terbarui (alternatif) dapat menjadi solusi sumber daya listrik yang ada saat ini terbatas
serta mendukung kebijakan Pemerintah Lampung Barat sebagai Kabupaten Konservasi.

vi. Kawasan Peruntukan Industri


Perwujudan kawasan peruntukan industri dapat dilakukan melalui pengembangan industri
besar, menengah, kecil dan/atau mikro, penataan pola ruang kawasan industri dan
pengembangan sentra-sentra industri potensial.

Di Lampung Barat hanya ada industri kecil dengan jumlah yang juga tidak terlalu banyak yaitu
431 unit industri makanan. Mengingat semakin terbatasnya luas lahan untuk kegiatan usaha
pertanian serta perlunya peningkatan SDM masyarakat, maka kegiatan industri yang berbasis
agro perlu didorong pertumbuhannya.

Oleh karena itu industri pengolahan hasil pertanian, perikanan perlu mendapat prioritas utama
dalam pengembangan ekonomi kerakyatan. Agroindustri sebaiknya dikembangkan di sekitar
Sukau sampai Sumber Jaya.

vii. Kawasan Peruntukan Pariwisata


Menurut UU No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, pembangunan kepariwisataan
dilakukan melalui pengembangan industri pariwisata, destinasi pariwisata, pemasaran dan
kelembagaan pariwisata. Upaya pengembangan kepariwisataan di Kabupaten Lampung Barat
ini juga tetap dikaitkan dengan daerah tujuan wisata (destinasi) nasional yakni: Jakarta, Jogja,
dan Bali sebagai satu kesatuan destinasi wisata nasional sekaligus untuk menarik minat
pengunjung, ditujukan terhadap wisatawan nusantara maupun mancanegara. Daerah tujuan
pariwisata yang selanjutnya disebut Destinasi Pariwisata adalah kawasan geografis yang
berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang didalamnya terdapat daya tarik wisata,
fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan
melengkapi terwujudnya kepariwisataan.

Strategi yang digunakan untuk pengembangan kawasan pariwisata adalah :


Penataan dan pengendalian kawasan wisata dan sekitarnya diatur secara khusus dalam
perencanaan tata ruang kawasan wisata. Dalam rangka penataan tersebut, rencana kegiatan dan
lingkungan bangunan serta bangunan harus mengikuti ketentuan, yaitu:
 Ketinggian bangunan tidak lebih dari 4 lantai atau 15 meter dari muka tanah asli.
 Luas dasar lantai maksimum 40% dari luas persil.
 Rancang bangun (building design) dan tata ruangnya (site plan) harus sesuai dengan
budaya Jawa pada umumnya atau jawa timur khususnya.
 Dominasi penggunaan tanahnya untuk penghijauan.
 Pada kawasan yang digunakan untuk kegiatan keagamaan (yang disyahkan oleh
pemerintah) harus diserasikan (fisik bangunannya) dengan kebudayaan yang ada
dengan tidak mengurangi atau merendahkan nilai-nilai yang ada.
 Penataan lainnya disesuaikan dengan ciri khas adat dan budaya setempat.

viii. Kawasan Permukiman


Kawasan permukiman meliputi kawasan yang didominasi oleh lingkungan hunian dengan
fungsi utama sebagai tempat tinggal.Kawasan permukiman pada dasarnya dapat dibagi
menjadi dua kelompok yakni permukiman permukiman perdesaan dan perkotaan.

Berdasarkan kondisi bentang wilayah dan pola sebaran permukiman di Kabupaten Lampung
Barat , maka arahan pengembangan dan pengelolaan kawasan permukiman adalah sebagai
berikut :

1) Permukiman Perkotaan
Permukiman perkotaan terdiri dari permukiman perkotaan Kabupaten dan permukiman
perkotaan Kecamatan. Permukiman perkotaan di Kabupaten Lampung Barat difokuskan
terhadap hasil penentuan Desa/Pekon mana saja yang termasuk dalam Kawasan Perkotaan di
Rencana Struktur Ruang. Ketentuan mengenai permukiman perkotaan adalah sebagai berikut
 Pengembangan permukiman (perumahan) baru tidak diperbolehkan pada kawasan
rawan bencana, lindung setempat, konservasi dan lahan pertanian irigasi teknis.
 Pengawasan dan pengendalian pada kawasan-kawasan terbangun. Khususnya pada
wilayah dengan pola penggunaan lahan campuran.
 Mengembangkan pola cluster-cluster permukiman untuk menghindari penyatuan
(aglomerasi) kawasan permukiman, dan diantara cluster permukiman disediakan ruang
terbuka hijau.
 Pengembangan permukiman perkotaan dilakukan dengan tetap memperhatikan arahan
fungsi dan hirarki kawasan perkotaan, dengan optimalisasi kemampuan pelayanan kota
yang mampu mendorong pertumbuhan wilayah sekitarnya.

Keterbatasan lahan membuat masyarakat cenderung menempati untuk menempati lahan-lahan


yang berada disekitar jaringan jalan utama kota yang mempunyai akses yang baik ke pusat
kegiatan perdagangan dan kawasan aktivitas lainnya.
Secara keseluruhan pola perkembangan perumahan di Kabupaten Lampung Barat masih
mengikuti pola pekembangan jaringan jalan, dalam kecenderungan perkembangan ruang
terbangun (built-up area) berpola pita (ribbon pattern).

Pola perkembangan ruang terbangun ini pada satu sisi akan mendekatkan masyarakat pada
aksesibilitas pelayanan tertinggi. Namun di sisi lain apabila tingkat intensitas bangunan pada
sepanjang jaringan jalan menjadi tidak terkendali, pada giliran berikutnya ruang terbangun
tersebut akan menjadi beban bagi pelayanan jaringan jalan tersebut.

2) Permukiman Perdesaan
Permukiman perdesaan meliputi permukiman perdesaan, permukiman pada pusat perdesaan
dan permukiman pada pusat perdusunan. Ketentuan mengenai permukiman perdesaan adalah
sebagai berikut :
 Permukiman yang berada di area kawasan lindung dapat dipertahankan dengan
pengendalian/pembatasan secara ketat agar tidak meluas mengancam fungsi
konservasi/ lindung.
 Pada permukiman dalam kawasan lindung dan rawan bencana dapat dilakukan relokasi
(resettlement) ke luar permukiman semula dan diupayakan dekat dengan pusat
pelayanan atau akses pelayanan umum.
 Demi kelestarian dan keseimbangan lingkungan diupayakan untuk tidak melakukan
peralihan fungsi lahan pertanian menjadi permukiman, khususnya sawah beririgasi
teknis.
 Pembangunan unit rumah baru dikembangkan dengan konsep mengisi pekarangan yang
ada (penambahan intensitas/ peningkatan kepadatan).
 Mempertahankan pola cluster-cluster permukiman untuk menghindari penyatuan
(aglomerasi) kawasan permukiman, dan diantara cluster permukiman disediakan ruang
terbuka hijau.

Anda mungkin juga menyukai