1
Lingkungan Hidup
e-mail : arisbinol@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sumber-sumber limbah pada
pengeboran minyak yang dilakukan pada lingkungan, mengetahui dampak limbah
pada pengeboran minyak bumi, mengetahui metode pengolahan limbah pada
pengeboran minyak bumi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian
kepustakaan (library research) atau yuridis normatif, data yang diperoleh dari
berbagai sumber yang berhubungan dengan hal-hal yang diteliti, berupa buku dan
literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian ini. Disamping itu data primer
maupun sekunder yang diambil penulis berasal dari dokumen-dokumen penting
maupun dari peraturan perundang-undangan. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa Sumber limbah pada pengeboran minyak dan gas bumi
adalah perkiraan minyak bumi yang masuk ke lingkungan laut dan sumber limbah
solvent acidity.
Kata Kunci : Lingkungan Hidup, Limbah, Minyak Bumi
I. PENDAHULUAN
Supaya kegiatan pengeboran tetap bisa berjalan tanpa menimbulkan dampak yang
bisa membahayakan lingkungan, Kementerian Lingkungan Hidup menyarankan
digunakannya Peraturan Menteri ESDM Nomor 45 Tahun 2006 tentang
Pengelolaan Lumpur Bor, Limbah Lumpur dan Serbuk Bor pada Kegiatan
Pengeboran Minyak dan Gas Bumi sebagai acuan dalam pengelolaan limbah.
Peraturan tersebut juga digunakan sebagai referensi izin pembuangan limbah
kegiatan pengeboran lepas pantai.
Limbah lumpur minyak bumi (LMB) merupakan limbah akhir dari serangkaian
proses dalam industri pengilangan minyak bumi (Scora et al.,1997). Kegiatan
operasinya dimulai dari eksplorasi, produksi (pengolahan sampai pemurnian)
sampai penimbunan dan berpotensi menghasilkan limbah berupa lumpur minyak
bumi (oily sludge) (Rossiana et al., 2007).
Lumpur bor dan serbuk bor merupakan limbah hasil dari pengeboran minyak dan
gas. Limbah ini termasuk pada limbah yan dapat merusak lingkungan sekitar.
Oleh karena itu harus dilakukan pengolahan yang dapat mengurangi dampak
pencemaran pada lingkungan yang dihasilkan dari pengeboran minyak dan gas ini.
Tugas Jurnal HAM dan
3
Lingkungan Hidup
1.3 Tujuan
II. PEMBAHASAN
Berdasarkan buku Pertamina (1986), sumber limbah cair minyak bumi berasal
dari kegiatan-kegiatan antara lain:
1. Air pendingin di kilang minyak, dimana bila terjadi kebocoran pada pipa
pendingin, bocoran minyak akan terbawa air.
2. Air sisa umpan boiler untuk pembangkit uap air.
3. Air sisa dari lumpur pembocoran.
4. Air bekas mencuci peralatan-peralatan dan tumpahan-tumpahan/ ceceran
minyak di tempat kerja.
5. Air hujan.
limbah acidity yang tergolong pada limbah B3 cair sebanyak 220 ml untuk setiap
sampel/contoh (Susilo, 2006).
Akibat jangka panjang dari pencemaran minyak ternyata dapat pula menimbulkan
beberapa masalah yang serius terutama bagi biota yang masih muda
(Sumadhiharga, 1995). Satu kasus yang menarik adalah usaha perikanan di Santa
Tugas Jurnal HAM dan
6
Lingkungan Hidup
Menghirup uap atau menelan makanan atau cairan yang terkontaminasi minyak
dan gas dapat menyebabkan munculnya problem kesehatan reproduksi seperti
siklus haid yang tidak teratur, keguguran, meninggal dalam kandungan, dan cacat
lahir. Masalah-masalah ini mungkin punya tanda-tanda peringatan dini seperti
nyeri lambung atau haid yang tidak teratur.
Ketika Texaco mulai mengebor untuk mencari minyak di Ekuador, kanker tidak
dikenal di kawasan ini.Empat puluh tahun kemudian, pada 2 daerah minyak yang
paling sering dieksploitasi di Amazon, para penggerak kesehatan komunitas
mensurvei 80 komunitas. Mereka menemukan bahwa 1 dari 3 orang menderita
sejenis kanker.
Ada pepatah “Minyak dan air tidak mungkin bercampur.” Tetapi, ketika minyak
tumpah ke air, bahan-bahan kimia yang berasal dari minyak tersebut pasti
bercampur dengan air dan menggenang didalam air untuk beberapa waktu.
Lapisan minyak yang lebih tebal menyebar di seluruh permukaan dan mencegah
masuknya udara ke dalam air. Ikan, hewan, dan tumbuh-tumbuhan yang hidup di
air tidak bisa bernafas. Ketika minyak tumpah ke dalam air, bahan-bahan
kimianya yang tertinggal di sana bisa membuat air tersebut tidak aman diminum,
bahkan setelah minyak yang kasat mata dikeluarkan.
lapisan tanah menjadi sehat. Hal yang hampir serupa terjadi jika minyak mengenai
kulit kita atau kulit khewan. Minyak akan menutupi kulit dan menghalangi udara
masuk. Racun-racun yang berasal dari minyak juga meresap ke dalam tubuh
melalui kulit, dan menimbulkan penyakit.
1. Rusaknya estetika pantai akibat bau dari material minyak. Residu berwarna
gelap yang terdampar di pantai akan menutupi batuan, pasir, tumbuhan dan
hewan. Gumpalan taryang terbentuk dalam proses pelapukan minyak akan
hanyut dan terdampar di pantai.
2. Kerusakan biologis, bisa merupakan efek letal dan efek subletal. Efek letal
yaitu reaksi yang terjadi saat zat-zat fisika dan kimia mengganggu proses sel
ataupun subsel pada makhluk hidup hingga kemungkinan terjadinya kematian.
Efek subletal yaitu mepengaruhi kerusakan fisiologis dan perilaku namun
tidak mengakibatkan kematian secara langsung. Terumbu karangakan
mengalami efek letal dan subletal dimana pemulihannya memakan waktu lama
dikarenakan kompleksitas dari komunitasnya.
3. Pertumbuhan fitoplankton laut akan terhambat akibat keberadaan senyawa
beracun dalam komponen minyak bumi, juga senyawa beracun yang terbentuk
dari proses biodegradasi. Jika jumlah pitoplankton menurun,
maka populasi ikan, udang, dan kerang juga akan menurun. Padahal hewan-
hewan tersebut dibutuhkan manusia karena memiliki nilai ekonomi dan
kandungan protein yang tinggi.
4. Penurunan populasi alga dan protozoa akibat kontak dengan racun slick
(lapisan minyak di permukaan air). Selain itu, terjadi kematian burung-burung
laut. Hal ini dikarenakan slick membuat permukaan laut lebih tenang dan
menarik burung untuk hinggap di atasnya ataupun menyelam mencari
makanan. Saat kontak dengan minyak, terjadi peresapan minyak ke dalam bulu
dan merusak sistem kekedapan air dan isolasi, sehingga burung akan
kedinginan yang pada akhirnya mati.
1. Efek jangka pendek (akut) antara lain pada penghirupan konsentrasi 400 ppm
dapat menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan bagian atas.
2. Penghirupan lebih besar akan menyebabkan pusing dan mengganggu
keseimbangan tubuh.
3. Kontak dengan mata dapat menyebabkan iritasi, tetapi tidak pada kulit.
4. Bila terminum dapat menyebabkan muntah, diare dan hilang kesadaran.
5. Efek jangka panjang (kronis) antara lain bila terkena kulit dapat menyebabkan
kulit kering dan pecah-pecah. Nilai Ambang Batas : 200 ppm (500 mg/m3)-
kulit; STEL = 250 ppm; Toksisitas : LD50 (tikus, oral) = 1870-6500 mg/kg.
Pengolahan limbah minyak bumi dilakukan secara fisika, kimia dan biologi.
Pengolahan secara fisika dilakukan untuk pengolahan awal yaitu dengan cara
melokalisasi tumpahan minyak menggunakan pelampung pembatas (oil booms),
yang kemudian akan ditransfer dengan perangkat pemompa ( oil skimmers) ke
sebuah fasilitas penerima “reservoar” baik dalam bentuk tangki ataupun balon
dan dilanjutkan dengan pengolahan secara kimia, namun biayanya mahal dan
dapat menimbulkan pencemar baru. Pengolahan limbah secara biologi merupakan
alternatif yang efektif dari segi biaya dan aman bagi lingkungan. Pengolahan
dengan metode biologis disebut juga bioremediasi, yaitu bioteknologi yang
memanfaatkan makhluk hidup khususnya mikroorganisme untuk menurunkan
konsentrasi atau daya racun bahan pencemar (Lasari, 2010).
Kegiatan huiu dan hilir industri minyak bumi tidak terlepas dari kemungkinan
pencemaran minyak di ke lingkungan, khususnya perairan dan sedimen. Salah
satu metode pengolahan limbah secara yang saat ini terus dikembangkan adalah
bioremediasi yang merupakan teknologi ramah lingkungan, cukup efektif dan
efisien serta ekonomis (Yani et al., 2007).
Terdapat tiga cara untuk mengatasi masalah lahan tercemar minyak yang dapat
dipilih berdasarkan jenis minyak pencemar, konsentrasi minyak pencemar dan
lokasi pencemaran, yakni dibakar, diberi disperser dan kemudian dihisap kembali
dengan skimmer untuk diolah di kilang minyak, dan didegradasi dengan
memanfaatkan mikroorganisme pendegradasi hidrokarbon. Bioremediasi,
pengelolaan yang mengandalkan degradasi dengan memanfaatkan
Tugas Jurnal HAM dan
11
Lingkungan Hidup
Limbah industri minyak bumi (Oil sludge) yang berupa cairan dan padatan
merupakan obyek dalam makalah ini, limbah tersebut merupakan limbah bahan
beracun dan berbahaya (B3). Detoksifikasi dan degradasi limbah tersebut dapat
dilakukan secara biologis yang aman dan ramah lingkungan dengan menggunakan
3 jenis bakteri dan tumbuhan yang dikenal dengan Fitoremediasi. Penggunaan
eceng gondok untuk limbah cair dan sengon bermikoriza untuk pengolahan dan
penurunan zat organik dalam limbah padat diharapkan dapat menunjang
pengelelolaan limbah secara terpadu dan berkelanjutan di lingkungan industri
minyak pada khususnya dan umumnya bagi seluruh perindustrian (Rossiana et al.,
2007).
Tanaman meremediasi polutan organik melalui tiga cara, yaitu menyerap secara
langsung bahan kontaminan, mengakumulasi metabolisme non fitotoksik ke sel-
sel tanaman, dan melepaskan eksudat dan enzim yang dapat menstimulasi
aktivitas mikroba, serta menyerap mineral pada daerah rizosfer. Tanaman juga
dapat menguapkan sejumlah uap air. Penguapan ini dapat mengakibatkan migrasi
bahan kimia ( Schnoor et al., 1995).
Hasil penelitian yang telah dilakukan di laboratorium, rumah kaca dan terakhir
dalam skala lapangan selama 6 bulan menunjukkan bahwa fitoremediasi limbah
lumpur minyak konsentrasi 20% dengan tanaman sengon (Paraserianthes
Falcataria L. Nielsen) bermikoriza yang mediumnya diinokulasi bakteri
Pseudomonas mallei, Bacillus alvei danPseudomonas sphaericus potensial untuk
dikembangkan.Tanaman sengon mengalami pertumbuhan baik selama
fitoremediasi. Hasil analisis setelah fitoremediasi menunjukkan bahwa terjadi
penurunan kandungan minyak sampai 51,23% dan kandungan logam berat Cd, Cr,
Pb, Cu, Zn dan Ni.masing-masing sebesar 30,2%, 2,5%, 32,6%, 71,9%, 62,8%
dan 47,09%. (Rossiana, 2005).
Selain itu perlu ada upaya menghilangkan terlebih dahulu logam berat yang
terdapat dalam limbah dengan menggunakan adsorben sebelum proses
bioremediasi. Penggunaan pasir dan zeolit sebagai campuran dan adsorben alam
penyerap logam berat merupakan penanganan awal sebelum dilakukan proses
lebih lanjut, sehingga kemungkinan adanya proses inhibisi enzim oleh ion logam
dapat diatasi.
1. Incineration
Incineration adalah salah satu cara untuk menguraikan liquid wastes, dan dengan
cara dan alat yang didesain baik dapat menghasilkan effluent / limbah yang
memenuhi peraturan pencemaran.
1. Combustible Liquids
2. Partially Combustible Liquids
Dalam pelaksaannya harus dialirkan udara secukupnya pada suhu diatas ignation
point agar terjadi pembakaran yang cepat dan menghasilkan CO2, N2 dan uap air.
Karena pembakaran akan lebih cepat dan lebih baik bila bahan dalam keadaan
butir halus maka atomizer diperlukan untuk menginjeksikan waste liquids ke
incinerator bila viscositinya memungkinkan.
1. Secara Mikrobiologis
Limbah minyak bumi banyak mengandung unsur Hidrokarbon. Limbah
Hidrokarbon cair bersifat hidrofob dan mempunyai kerapatan lebih rendah dari
air. Oleh sebab itu limbah ini selalu terapung diatas air. Pembuangan limbah ke
sungai akan menutupi permukaan air yang mengakibatkan oksigen terlarut
menurun, dan pada akhirnya tumbuh-tumbuhan air dan hewan air dapat mati.
Untuk penanganan limbah Hidrokarbon sebagai salah satu alternatif adaalah
dengan menggunakan mikroba.
permukaan limbah yang luas membuat kontak mikroba menjadi lebih besar dan
degradasi lebih efektif. Hidrokarbon tidak akan larut dalam air pada saat
pengadukan. Untuk memperbesar distribusi mikroba dalam limbah Hidrokarbon,
maka perlu ditambah zat pengemulsi sehingga terjadi emulsi Hidrokarbon, maka
perlu ditambah zat pengemulsi sehingga terjadi emulsi Hidrokarbon dalam air.
Selama degradasi, maka temperatur harus diperhatikan. Temperatur akan naik dari
suhu psikofilik (4-20 ºC) sampai mesofilik (20-40 ºC). Namun hal ini tidak
banyak mempengaruhi aktivitas mikroba. pH limbah yang netral atau sedikit asam
kurang mempengaruhi aktivitas mikroba. Namun setelah dimetabolisme, maka
pH efluent menjadi asam. Oleh sebab itu perlu dinetralkan dengan kapur
(gamping) setelah tahap klorinasi.
III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Sumber limbah pada pengeboran minyak dan gas bumi adalah perkiraan
minyak bumi yang masuk ke lingkungan laut dan sumber limbah solvent
acidity.
2. Dampak pencemaran limbah pada pengeboran minyak dan gas bumi yaitu :
- minyak menyebabkan munculnya gangguan kesehatan
- dampak kesehatan jangka panjang
- tumpahan minyak
- dampak di laut
Tugas Jurnal HAM dan
18
Lingkungan Hidup
3. Pengolahan limbah minyak dan gas bumi ada 3 yaitu pengolahan secara
fisika, kimia dan biologi.
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Annual Book ASTM Standard, American Society for Testing and Materials,
1999. Volume 05.01 Petroleum Product and Lubricants (1), West Conshohocken,
P.A.
Assegaf, 1993. Nilai Normal Faal Paru Orang Indonesia Pada Usia Sekolah dan
Pekerja Dewasa Berdasarkan Rekomendasi American Thoracic Society (ATS)
1987, Airlangga University Press. Surabaya.
Baker, K.H & D. S. Herson. 1994. Bioremediation. USA : McGraw-Hill, Inc. 1-5,
12-30, 180-181, 211-224.
Connel, D.W. & G.J. Miller. 1995. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran.
Jakarta. UI Press.
D.W. Connel, G.J. Miller, CRC Crit. Rev. Environ. Control 11 (1981)105.
G.S. Sidhu, Nature and effect of a kerosene like toint in mullet (Mugil cephalus),
FAO Rome, FIR:MP/70/E-39, 1970, p.99.
J. Bagg, J.D. Smith, W.A. Maher, Aust.J.Mar. Fresh-water Res. 32 (1981) 65.
Kementrian KLH, Keputusan Menteri Nomor 51 tahun 2004 tentang baku mutu
air laut, Kementrian KLH, Jakarta, 2004.
Tugas Jurnal HAM dan
20
Lingkungan Hidup
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. UII Press.
Jakarta.
Khan, A.G., C. Kuek., Chaudrhry., C.S. Khoo & W.J. Hayes. 2000. Role of Plant,
Mycorrhizae and Phytochelator in Heavy Metal Contaminated Land
Remediation. Chemosphere 41:197 – 207.
Lasari, D.P., 2010. Bakteri, Pengolah Limbah Minyak Bumi yang Ramah
Lingkungan, Fakultas Sains & Teknik Universitas Soedirman.
Marsaoli, M., 2004. Kandungan Bahan Organik, N-Alkana, Aromatik Dan Total
Hidrokarbon Dalam Sedimen Di Perairan Raha Kabupaten Muna, Sulawesi
Tenggara, Makara, Sains, Vol. 8, No. 3.
Peter, Max. And Clous D. Timeraus, 1989. Plant Design and Economic
For Chemical Engeener,International Edition, Singapore.
R.C. Clark Jr., W.D. Macleod Jr., In: D.C. Malins (Ed.), Effects of petroleum on
arctic and subarctic marine environments and organisms, vol. I, Academic Press,
New York, 1977.
Rossiana, N., Supriatun, T., Dhahiyat, Y., 2007. Fitoremediasi Limbah Cair
Dengan Eceng Gondok (Eichhornia crassipes (Mart) Solms) Dan Limbah Padat
Industri Minyak Bumi Dengan Sengon (Paraserianthes falcataria L. Nielsen)
Bermikoriza, Laporan Penelitian Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Padjadjaran.
Salt, D.E., R.D. Smith & I. Raskin. 1998. Annual Review Plant Physiology and
Plant MolecularBiology : Phytoremediation. Annual Reviews. USA. 501–662.
W.A. Maher, J. Bagg, D.J. Smith, Int. J. Environ. Anal. Chem. 7 (1979) 1.
Yani, M., Agung, D.S., Fitria, R.E., Nastiti, S.I., 2007. Pengembangan
Bioremendasi Dengan Teknik Slurry Bioreaktor Untuk Pengolahan
Sludge I Sedimen Tercemar Minyak Bumi, Seminar Nasional Perhimpunan
Perikanan dan IImu Kelautan Indonesia Bogor.