Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Terdapat hubungan yang erat antara hukum internasional dengan masyarakat internasional.
Menurut Mochtar Kusumaatmaja bahwa untuk menyakini adanya hukum internasional maka
harus ada pula masyarakat internasional sebagai landasan sosiologis. Pada bagian lain
dikemukakan juga bahwa, Hukum internasional dalam arti luas, termasuk hukum bangsa-bangsa,
maka sejarah hukum internasional itu telah berusia tua. Akan tetapi bila hukum internasional
diartikan sebagai perangkat hukum yang mengatur hubungan antar negara, maka sejarah hukum
internasional itu baru berusia ratusan tahun.

Pendapat serupa juga dikemukakan olej J.G. Starke bahwa pengungkapan sejarah sistem hukum
internasional harus dimulai dari masa paling awal, karena justru pada periode kuno kaidah-
kaidah yang mengatur hubungan antar masyarakat internasional berupa adat istiadat. Traktat,
kekebalan duta besar, peraturan perang ditemukakan sebelum lahirnya agama Kristen di India
dan Mesir Kuno. Di Cina kuno ditemukan aturan penyelesaian melalui arbitras dan mediasi.
Demikian juga di Yunani kuno. Sedangkan sistem hukum internasional merupakan suatu produk
dari empat ratus tahun terakhir ini. Pada mulanya berupa adat istiadat dan praktek-praktek negara
Eropa moderen dalam hubungan dan komunikasi antar mereka dan adanya bukti-bukti pengaruh
dari para ahli hukum pada abad ke enam belas, tujuh belas dan delapan belas. Lagi pula hukum
internasional masih diwarnai oleh konsep-konsep kedaulatan nasional, kedaulatan teritorial,
konsep kesamaan penuh dan kemerdekaan negara-negara yang meskipun memperoleh kekuatan
dari teori-teori politik yang mendasari sistem ketatanegaraan Eropa moderen juga dianut oleh
negara-negara non Eropa yang baru muncul.

Dengan demikian sejarah hukum internasional sama tuanya dengan adanya masyarakat
internasional meskipun dalam taraf tradisional yang berbeda dengan masyarakat internasional
dalam arti moderen. Denganmengunakan kedua pendekatan di atas, sejarah perkembangan
hukum internasional dalam pembahasan ini akan dimulai pada masa klasik, yaitu masa India
kuno, Mesir kuno, Cina Kuno, Yunani Kuno, Romawi Kuno; kemudian pada masa abad

1
pertengahan yaitu abad 15 dan 16; Masa Hukum Internasional Moderen, yaitu pada abad 17,
abad 18, abad 19, abad ke 20 dan hingga dewasa ini.

Dalam penulisan makalah ini mengunkan metode yuridis normatif dengan pendekatan sejarah.
Bahan-bahan pustaka yang dipergunkan adalah ketentuan hukum internasional yang termuat
dalam perjanjian internasional (traktat, konvensi), buku-buku hukum internasional dan praktek
pengadilan internasionl. Dari bahan-bahan tersebut kemudian diolah dan dianalisa secara
deskriftif analitis. Sehubungan dengan pengunaan metode sejarah ini, Jawahir Tontowi dan
Pranoto Iskandar menyatakan bahwa Hukum internasional publik sangat terkait dengan
pemahaman sejarah. Melalui pendekatan sejarah ini, tidak sekedar proses evolusi perkembangan
hukum internasional dapat diruntut secara faktual kronologis, melaikan juga seberapa jauh
kontribusi setiap zaman bagi perkembangan hukum internasional.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana Sejarah Hukum Internasional zaman Romawi, Yunani Kuno, dan abad
pertengahan ?

C. TUJUAN PENULISAN

Untuk menegetahui dan menemukan bagaimana sejarah Hukum (internasional) dari zaman
Romawi, Yunani kuno, Hingga abad pertengahan

2
BAB II

KAJIAN TEORI

1. Sejarah Perkembangan Hukum Internasional

Terdapat hubungan yang erat antara hukum internasional dengan masyarakat internasional.
Menurut Mochtar Kusumaatmaja bahwa untuk menyakini adanya hukum internasional maka
harus ada pula masyarakat internasional sebagai landasan sosiologis. Pada bagian lain
dikemukakan juga bahwa Hukum internasional dalam arti luas, termasuk hukum bangsa-bangsa,
maka sejarah hukum internasional itu telah berusia tua. Akan tetapi bila hukum internasional
diartikan sebagai perangkat hukum yang mengatur hubungan antar negara, maka sejarah hukum
internasional itu baru berusia ratusan tahun.

Pendapat serupa juga dikemukakan oleh J.G. Starke bahwa pengungkapan sejarah sistem hukum
internasional harus dimulai dari masa paling awal, karena justru pada periode kuno kaidah-
kaidah yang mengatur hubungan antar masyarakat internasional berupa adat istiadat. Traktat,
kekebalan duta besar, peraturan perang ditemukakan sebelum lahirnya agama Kristen di India
dan Mesir Kuno. Di Cina kuno ditemukan aturan penyelesaian melalui arbitras dan mediasi.
Demikian juga di Yunani kuno dan Romawi kuno. Sedangkan sistem hukum internasional
merupakan suatu produk dari empat ratus tahun terakhir ini. Pada mulanya berupa adat istiadat
dan praktek-praktek negara Eropa moderen dalam hubungan dan komunikasi antar mereka dan
adanya bukti-bukti pengaruh dari para ahli hukum pada abad ke enam belas, tujuh belas dan
delapan belas. Lagi pula hukum internasional masih diwarnai oleh konsep-konsep kedaulatan
nasional, kedaulatan teritorial, konsep kesamaan penuh dan kemerdekaan negara-negara yang
meskipun memperoleh kekuatan dari teori-teori politik yang mendasari sistem ketatanegaraan
Eropa moderen juga dianut oleh negara-negara non Eropa yang baru muncul.

Dengan demikian sejarah hukum internasional sama tuanya dengan adanya masyarakat
internasional meskipun dalam taraf tradisional yang berbeda dengan masyarakat internasional
dalam arti moderen.

3
1. Hukum Internasional Kuno Permulaan hukum internasional dapat kita lacak kembali mulai
dari wilayah Mesopotamia pada sekitar tahun 2100 SM, dimana telah ditemukannya sebuah
perjanjian pada dasawarsa abad ke-20 yang ditandatangani oleh Ennamatum, pemimpin Lagash
dan pemimpin Umma. Perjanjian tersebut ditulis diatas batu yang didalamnya mempersoalkan
perbatasan antara kedua negara kota tersebut, yang dirumuskan dalam bahasa Sumeria.
Bangsa-bangsa lain yang sangat berpengaruh dalam perkembangan hukum internasional kuno
adalah India, Yahudi, Yunani, Romawi, Eropa Barat, Cina dan Islam:

a. India

Dalam lingkungan kebudayaan India Kuno telah terdapat kaedah dan lembaga hukum yang
mengatur hubungan antar kasta, suku-suku bangsa dan raja-raja yang diatur oleh adat kebiasaan.
Menurut Bannerjce, adat kebiasaan yang mengatur hubungan antara raja-raja dinamakan Desa
Dharma. Pujangga yang terkenal pada saat itu Kautilya atau Chanakya.Penulis buku Artha Sastra
Gautamasutra salah satu karya abad VI SM di bidang hukum.

b. Yahudi

Dalam Kitab Perjanjian Lama, bangsa yahudi mengenal ketentuan mengenai perlakuan terhadap
orang asing dan cara melakukan perang. Perjanjian Lama adalah kitab suci bagi umat Yahudi,
yang sebagian besar ditulis dalam bahasa ibrani. Dalam hukum perang masih dibedakan
perlakuan terhadap mereka yang dianggap musuh bebuyutan, sehingga diperbolehkan diadakan
penyimpangan ketentuan perang.

c. Yunani

yunani kuno dibagi kedalam dua Golongan, yaitu Golongan Orang Yunani dan Luar Yunani yang
dianggap sebagai orang biadab (barbar). Mereka juga sudah mengenal arbitration (perwasitan)
dan diplomat yang tinggi tingkat perkembangannya. Sumbangan terbesar dari masa ini adalah
Hukum Alam, yaitu hukum yang berlaku mutlak dimana saja dan berasal dari rasio/akal manusia.
Menurut Profesor Vinogradoff, hal tersebut merupakan embrio awal yang mengkristalisasikan
hukum yang berasal dari adat-istiadat, contohnya adalah dengan tidak dapat diganggugugatnya
tugas seorang kurir dalam peperangan serta perlunya pernyataan perang terlebih dahulu.

4
Dalam prakteknya dengan hubungan negara luar, Yunani kuno memiliki sumbangan yang sangat
mengesankan dalam kaitannya dengan permasalahan publik. Akan tetapi, sebuah hal yang sangat

aneh bagi sistem arbitrase modern yang dimiliki oleh arbitrase Yunani adalah, kelayakan bagi
seorang arbitrator untuk mendapatkan hadiah dari pihak yang dimenangkannya

d. Romawi

Pada masa ini orang-orang Romawi Kuno mengenal dua jenis Hukum, yaitu Ius Ceville (Hukum
bagi Masyarakat Romawi) dan Ius Gentium (bagi Orang Asing). Hanya saja, pada zaman ini
tidak mengalami perkembangan pesat, karena pada saat itu masyarakat dunia merupakan satu
Imperium, yaitu Imperium Roma yang mengakibatkan tidak adanya tempat bagi Hukum Bangsa-
Bangsa. Hukum Romawi telah menyumbangkan banyak sekali asas atau konsep yang kemudian
diterima dalam hukum Internasional ialah konsep seperti occupatio servitut dan bona fides, juga
asas “pacta sunt servanda” (setiap janji harus disepakati) yang merupakan warisan kebudayaan
Romawi yang berharga.

Bangsa Romawi dalam pembentukan perjanjian-perjanjian dan perang diatur melalui tata cara
yang berdasarkan pada upacara keagamaan. Sekelompok pendeta-pendeta istimewa atau yang
disebut Fetiales, tergabung dalam sebuah dewan yang bernama collegium fetialum yang
ditujukan bagi kegiatan-kegiatan yang terkait secara khusus dengan upacara-upacara keagamaan
dan relasi-relasi internasional. Sedangkan tugas-tugas fetiales dalam kaitannya dengan
pernyataan perang, merekalah yang menyatakan apakah suatu bangsa (asing) telah melakukan
pelanggaran-pelanggaran terhadap hak-hak bangsa Romawi atau tidak.

e. Eropa Barat

Pada masa ini, Eropa mengalami masa-masa chaotic (kacau-balau) sehingga tidak
memungkinkannya kebutuhan perangkat Hukum Internasional. Selain itu, Selain itu, Selama
abad pertengahan dunia Barat dikuasai oleh satu sistem feodal yang berpuncak pada kaisar
sedangkan kehidupan gereja berpuncak pada Paus sebagai Kepala Gereja Katolik Roma.

5
Masyarakat Eropa waktu itu merupakan satu masyarakat Kristen yang terdiri dari beberapa
negara yang berdaulat dan Tahta Suci, dan sebagai pewaris kebudayaan Romawi dan Yunani.

f. Cina

Pencapaian yang menarik dari bangsa Cina adalah upaya pembentukan perserikatan negara-
negara Tiongkok yang dicanangkan oleh Kong Hu Cu, yang dianggap telah sebanding dengan
konsepsi Liga Bangsa-Bangsa (LBB) pada masa modern.

g. Islam

Pada periode ini umat islam terbagi-terbagi pada beberapa Negara dan bangsa, sehingga tidak
dimungkinkannya untuk menyatakan suatu pandangan Islam yang dapat mewakili semua
kelompok yang terdapat didalamya. Beberapa sarjana memiliki anggapan bahwa hukum
internasional modern tidak murni sebagai hukum yang secara eksklusif warisan Eropa. Sehingga
mereka berkesimpulan akan terdapatnya pengaruh-pengaruh yang indispensable dari peradaban-
peradaban lain, yang diantaranya adalah peradaban Islam, yang pada saat itu merupakan
kekuatan ekonomi di atas bangsa Eropa. Pengaruh Islam terhadap sistem hukum internasional
Eropa dinyatakan oleh beberapa sejarawan Eropa diantaranya Marcel Boissard dan Theodor
Landschdeit.

Hukum internasional islam telah muncul jauh sebelum hukum internasional barat ada. Di zaman
Rasulullah, praktek internasional telah diberlakukan dengan seadil-adilnya. Rasulullah telah
membuat pedoman hubungan antara negara Islam dengan non-Islam dalam perang dan damai.
Beliau juga telah mengadakan beberapa perjanjian-perjanjian internasional dengan bangsa-
bangsa lain.

Pakar Hukum internasional Islam modern Madjid Khaduduri mengakui, Islam memiliki karakter
agresif dengan lebih mengarah pada penaklukkan dibandingkan kristen, sebagaimana yg
tercantum dalam Wasiat Lama ataupun Baru. Hal ini menunjukkan bahwa Hukum Islam
memiliki kelebihan dalam hal pengaturan mengenai hukum perang yang lebih komprehensif,
yang dibuktikan dengan pengecualian wanita, anak-anak, orang tua, binatang dan lingkungan
sebagai kategori non-combatans, sebagaimana dinyatakan dalam pidato Abu Bakar ra, ataupun

6
praktek pertukaran tawanan secara besar-besaran yang diduga bermula dari Khalifah Harun Al-
Rasyid.

2. Hukum Internasional Modern

a. Masa tahun 1899 -1907

Perkembangan masayarakat internasioan khususnya negara negara pada fase ini mulai
merumuskan penyelsaian sengketa dengan cara cara damai, misalanya mulalui perundingan
perundingan, baik lanagsung maupun dengan perantraan pihak ketiga, dengan menyelenggarakan
konpresnsi konspresnsi ataupun kongres internasional. Dalam perkembangan sekanjutnya ,
konspirasi atau kongres internasional itu tidak lagi hanya sebagai sarana penyelsaian sengketa,
melainakan berkembang menjadi sarana membentuk atau merumuskan prinsip prinsip dan
kaidah kaidah hukum internasional dalan bentuk perjanjian perjanjian atau konvensi konvensi
internasioanal mengenai suatu bidang tertentu, sebagai contoh adalah kofrensi perdamaian
denhaag I tahun 1889 dan II tahun 1907 yang menghasilkan prinsip prinsip dan kaidah hukum
perang internasioal yang dalam perkembangannya sekrang ini disebut hukum humaniter

b. Masa Antara 1907-1945

Keberhasilan mebangun masayarakat internasional baru selama masa 1648 – 1907yang ditandai
dengan keberhasilan mempertahankan hak hidup dan eksistensi negara negara nasional sebagai
kesatuan kesatuan politik yang merdeka, berdaulat, dan sama derajat, pasca 1907 perjalan
konsulidasi negara ahirnya runtuh dengan melutusnya Perang Dunia I ( 1914-1918) yang hampir
meruntuhkan dasar dasar tata kehidupan masyarakat internasional yang pada ahirnya setelah
berahirnya Perang Dunia I berdirilah liga bangsa bangsa pada tahun 1919, sebagai oraganisasi
internsioanal yang bergerak dalam ruang lingkup dan tujuan global, dalam rangka mewujudkan
ketertiban, keamanan.dan perdamaian dunia, secara tersimpul dapat pula dipandang sebgai usaha
usaha untuk mengatur masayarakat internasional. Pada perkembangannya liga bangsa bangsa
berfungsi sebgai pembentuk hukum internsioanl, keputusan atau resolusi yang dikeluarkannya,
berlaku dan mengikat sebagai hukum terhdap negara negara anggotanya, barulah tahun 1921

7
berdirilah badan peradilan internasional (permanent court of internasional justice) sebagai
peneyelsain sengketa yang terjadi antara negara yang tergabung dalam liga bangsa bangsa.

Pada atahun 1930 terjadi satu peritiwa yang luar biasa dalam pekembangan hukum internasional
yakni terselenggaranya konfrensi kodofikasi hukum internasional di den hag (belanda) sesuai
denngan namannya konfrensi yang terselenggara di den hag ini berusaha mengkodifikasi
pelbagai bidang bidang hukum internasional seperti lahirnya, konvensi tentang wesel, cek, dan
askep, konvesni tentang orang orang yang berkedwinegaraan dan tanpa kewarganegaraan,

Meletusnya Perang Dunia II pada tahun 1939 dan diperluas dengan perang asia timur raya yang
meletus ketika jepang membom pangkalan angkatan laut amtika serikat, pearl harbor dihawai
pada tanggal 7 desember 1941, meruntuhkan bangunan struktur masyarakat internasional yang
sebelumya telah dikonsulidasikan oleh liga bangsa bangsa, namun sama seperti sebelumnya
inisiasi dari semua negara untuk berkumpul pasca Perang Dunia II berahir lahirlah perserikatan
bangsa bangsa pada tanggal 24 oktober 1945 yang maksud tujuannya tidak jauh berbeda dengan
liga bangsa bangsa

c. Masa Setelah Pasca Perang Dunia II

Terbentuknya perserikatan bangsa bangsa sebgai hasil dari konsensus pasca Perang Dunia II
berpengaruh besar dalam masyarakat hukum internasional, banyak sekali perkembangan dan
kemajuan yang dicapai, secara ringakas sebgai berikut :

a. Lahirnya negara negara baru

b. Kemajuan pengetahuan dan tekhnologi

c. Perkmbangan penghormatan atas hak asasi manusia

d. Munculnya oragansasi oraganisasi internasioal Bertambahnya jumlah penduduk serta


kebutuhan yang semakin meningk

e. Munculnya organisasi internasional non pemerintah

f. Perusahaan multi atau trannasional

8
BAB III

PEMBAHASAN

Lingkungan kebudayaan yang juga sudah mengenal aturan yang mengatur berbagai kumpulan
manusia ialah lingkungan kebudayaan yunani yang sebagaimana kita ketehaui yunani hidup
dalam berbagai Negara-negara kota.menurut hukum Negara-negara kota ini,penduduk
digolongkan dalam 2 golongan yaitu penduduk asli yunani dan penduduk dari luar yunani atau
biasa disebut bangsa biadab (barbar). masyarakat yunani sudah mengenal ketentuan perwasitan
(arbitrasi) dan diplomat yang tinggi tingkat perkembangannya. Mereka juga menggunakan
wakil-wakil dagang yang melakukan banyak tugas yang sekarang disebut konsul. Akan tetapi,
sumbangan yang paling berharga dari yunani untuk hukum internasional ialah konsep hukum
alam yang secara mutlak berlaku dimana saj dan di Negara-negara mana saja dan bearasal dari
rasio atau akal manusia. Konsep hukam ala mini ialah kkonsep yang telah dikembangkan oleh
para ahli filsafat yang hidup pada abad II sebelum masehi. Dari yunani, pelajaran hukum alam
ini diteruskan ke roma dan romalah yang memeperkenalkan ajaran hukum alam ini kepada dunia
hingga saat ini. Sebagaiman kita ketahui, pelajaran hukum ala mini telah memainkan peranan
penting dalam sejarah hukum internasional dan setelah terdesak beberapa waktu oleh ajaran
kaum positivist, mengalami kebangunan lagi setelah perang dunia II.menurut golongan
positivist,hukum yang mengatur hubungan antar Negara adalah prinsip-prinsip yang dibuat oleh
negara-negara dan atas kemauan sendiri.

Dasar hukum internasional adalah kesepakatan bersama antara Negara-negara yang diwujudkan
dalam perjanjian-perjanjian dan kebiasaan-kebiasaan internaasional. Hukum internasional ini
pula yang mengatur hubungan anatara kerajaan-kerajaan tidak mengalami perkembangan yang
pesat pada zaman romawi. Hal ini mungkin mengherankan apabila diingat bahwa semasa
kerajaan romawi telah dikenal suatu system hukum yang tinggi tingkat perkembangannya. Tidak
berkembangnya hukum bangsa-bangsa yang mangatur hubungan antar bangsa-bangsa
disebabkan oleh masyarakat yang merupakan satu imperium yaitu imperium roma yang
menguasai seluruh wilayah dalam lingkungan kebudayaan romawi. Walaupun demikian hukum
romawi ini sangat penting bagi perkembangan hukum internasional selanjutnya. Konsep hukum
romawi yang berasal dari hukum perdata kemudian memegang peranan penting dalam hukum

9
internasional ialah konsep seperti occupation,servitut,dan bona fides. Juga asas pacta sunt
servanda merupakan warisan kebudayaan romawi yang berharga.

Menurut anggapan anggapan umum selama abad pertangahan tidak dikenal satu system
organisasi masyarakat nasional yang terdiri dari Negara-negara merdeka, menurut berbagai
banyak penyelidikan yang terakhir anggapan tadi ternyata tidak seluruhnya benar. Memang benar
selama abad pertengehan dunia barat di kuasai oleh satu system feudal yang berpuncak pada
kaisar sedangkan kehidupan geraja berpuncak pada paus sebagai kepala gereja katolik roma.
Masyarakat eropa pada waktu itu satu masyarakat Kristen yang terdiri dari beberapa Negara
yang berdaulat dan takhta suci. Masyarakat eropa inilah yang menjadi pewaris kebudayaan
romawi dan yunani.

1. Romawi Kuno

Pada masa Romawi kuno, hukum yang mengatur hubungan antar kerajaan tidak mengalami
perkembangan karena masyarakat bangsa-bangsa adalah satu imperium, yaitu Imperium
Romawi. Sumbangan utama bangsa Romawi bagi perkembangan hukum pada umumnya dan
sedikit sekali bagi perkembangan hukum internasional.

Pada masa Romawi ini diadakan pembedaan antara Ius Naturale dan Ius Gentium. Ius Gentium
(hukum masyarakat) menunjukkan hukum yang merupakan sub dari hukum alam (Ius Naturale).
Pengertian Ius Gentium hanya dapat di kaitkan dengan dunia manusia sedangkan Ius naturale
(hukum alam) meliputi seluruh penomena alam. Sumbangan bangsa Romawi terhadap hukum
pada umumnya yaitu dengan adanya the Corpus Juris Civilis, pada masa Kaisar Justinianus.

Konsep-konsep dan asas-asas hukum perdata yang kemudian diterima dalam hukum
internasional seperti occupation, servitut, bona fides, pacta sunt servanda, Pada masa kekuasaan
Romawi, hukum internasional tidak mengalami perkembangan Hal ini disebabkan karena adanya
Imperium Romawi Suci (Holly Roman Empire), yang tidak memungkinkan timbulnya suatu
bangsa merdeka yang berdiri sendiri, serta adanya struktur masyarakat eropa barat yang bersifat
feodal, yang melekat pada hierarki otoritas yang menghambat munculnya negara-negara
merdeka, oleh karenanya tidak diperlukan hukum yang mengatur hubungan antar bangsa-bangsa.
(Ibid: 8-9).

10
Bangsa Romawi dalam pembentukan perjanjian-perjanjian dan perang diatur melalui tata cara
yang berdasarkan pada upacara keagamaan. Sekelompok pendeta-pendeta istimewa atau yang
disebut Fetiales, tergabung dalam sebuah dewan yang bernama collegium fetialum yang
ditujukan bagi kegiatan-kegiatan yang terkait secara khusus dengan upacara-upacara keagamaan
dan relasi-relasi internasional. Sedangkan tugas-tugas fetiales dalam kaitannya dengan
pernyataan perang, merekalah yang menyatakan apakah suatu bangsa (asing) telah melakukan
pelanggaran-pelanggaran terhadap hak-hak bangsa Romawi atau tidak.

2. Masa Abad Pertengahan

Pada masa abad pertengahan atau biasa disebut sebagai the Dark Age (masa kegelapan), hukum
alam mengalami kemajuan kembali melalui transformasi di bawah gereja. Peran keagamaan
mendominasi sektor-sektor sekuler. Sistim kemasyarakatan di Eropa pada waktu itu terdiri dari
beberapa negara yang berdaulat yang bersifat feodal dan Tahta Suci. Pada masa itu muncullah
konsep perang adil sesuai dengan ajaran kristen, yang bertujuan untuk melakukan tindakan yang
tidak bertentangan dengan ajaran gereja.

Selain itu, beberapa hasil karya ahli hukum memuat mengenai persoalan peperangan, seperti
Bartolo yang menulis tentang tindakan balas yang seimbang (reprisal), Honore de Bonet
menghasilkan karya The Tree of Battles tahun 1380. (Tontowi, Jawahir dan Pranoto Iskandar; op.
cit: 34). Meskipun pada abad pertengahan hukum internasional tidak mengalami perkembangan
yang berarti, sebagai akibat besarnya pengaruh ajaran gereja, tetapi negara-negara yang berada di
luar jangkuan gereja seperti di Inggris, Perancis, Venesia, Swedia, Portugal, benih-benih
perkembangan hukum internasional mulai bermunculan. Traktat-traktat yang dibuat oleh negara
lebih bersifat mengatur peperangan, perdamaian, gencatan senjata dan persekutuan-persekutuan

Melemahnya kekuasaan gereja yang ditandai dengan upaya sekulerisasi, seperti yang dilakukan
oleh Martin Luther sebagai tokoh reformis gereja, dan seiring dengan mulai terbentuknya
negara-negara moderen. Misalnya, Jean Bodin dalam Buku Six Livers De la Republique 1576,
mengemukakan bahwa kedaulatan atau kekuasaan bagi pembentukan hukum merupakan hak
mutlak bagi lahirnya entitas suatu negara. Pada akhir abad pertengahan ini, hukum internasional
digunakan dalam isu-isu politik, pertahanan dan militer.

11
Hukum mengenai pengambilalihan wilayah berkaitan dengan eksplorasi Eropa terhadap benua
Afrika dan Amerika. Beberapa ahli hukum seperti, Fransisco De Vittoria yang memberikan
kuliah di Universitas Salamanca Spanyol bertujuan untuk justifikasi praktek penaklukan
Spanyol. Ia menulis buku Relectio de Indies, yang menjelaskan hubungan bangsa Spantol dan
Portugis dengan bangsa Indian di benua Amerika, Di dalam buku itu juga dikemukakan bahwa
negara tidak dapat bertindak sekehendak hatinya, dan ius inter gentes (hukum bangsa-bangsa)
diberlakukan bukan saja bagi bangsa Eropa tetapi juga bagi semua umat manusia. Alberico
Gentili, dengan hasil karyanya De Jure Belli Libri Tres tahun 1598. Hasil pemikirannya lainnya
adalah studi tentang hukum perang, doktrin perang adil, pembentukan traktat, hak-hak budak dan
kebebasan di laut (Ibid: 35-36). Pada abad ke l5 dan 16, telah terjadi penemuan dunia baru, masa
pencerahan ilmu dan reformasi yang merupakan revolusi keagamaan yang telah
memporakporandakan belenggu kesatuan politik dan rohani di Eropa dan menguncangkan
fundamen-fundamen umat Kristen pada abad pertengahan.

Para ahli hukum pada abad tersebut telah mulai memperhitungkan evolusi suatu masyarakat
negara-negara merdeka dan memikirkan serta menulis tentang berbagai macam persoalan hukum
bangsa-bangsa. Mereka menyadari perlunya serangkaian kaidah untuk mengatur hubungan antar
negara-negara tersebut. Andai kata tidak terdapat kaidah-kaidah kebiasaan yang tetap maka para
ahli hukum wajib menemukan dan membuat prinsip-prinsip yang berlaku berdasarkan nalar dan
analogi. Mereka mengambil prinsip-prinsip hukum Romawi untuk dijadikan pokok bahasan studi
di Eropa.

Mereka juga menjelaskan preseden-preseden sejarah kuno, hukum kanonik, konsep semi teologis
dan serta hukum alam. (Starke, J.G. ;op. cit.: 11) Diantara penulis-penulis pelopor itu antara lain
adalah Hugo De Groot atau Grotius, Vittoria (1480-1546), Belli (1502-1575), Brunus (1491-
1563), Fernando Vasgues de Menchaca (1512-1569), dan Ayala (1548-1617). Tulisan-tulisan
para ahli hukum ini yang terpenting adalah pengungkapan bahwa satu pokok perhatian hukum
internasional pada abad ke-16 adalah hukum perang antar negara, dan dalam kaitan eropa telah
mulai menggunakan tentara tetap, suatu praktek yang tentunya menyebabkan berkembang adat-
istiadat dan praktek-praktek peperangan yang seragam. Francisco Suares (1548-1617), yang
menulis buku De Legibus ae Deo Legislatore (on Laws and Good as Legislator) yang
mengemukakan adanya suatu hukum atau kaidah objektif yang harus diikuti oleh negara-negara

12
dalam hubungan antar mereka. Ia juga meletakkan dasar suatu ajaran hukum internasional yang
meliputi seluruh umat manusia.dan gentilis. Hugo De Groot atau Grotius (1583-1645), orang
yang paling berpengaruh atas keadaan hukum internasional moderen dan dianggap sebagai
Bapak Hukum Internasional.

Karyanya yang terkenal adalah buku on the law of war and peace (de jure Belli ac Pacis) tahun
1625. Hasil karyanya itu menjadi karya acuan bagi para penulis selanjutnya serta mempunyai
otoritas dalam keputusan-keputusan pengadilan . Sumbangan pemikirannya bagi perkembangan
hukum internasional adalah pembedaan antara hukum alam dengan hukum bangsa-bangsa.
Hukum bangsa-bangsa berdiri sendiri terlepas dari hukum alam, dan mendapatkan kekuatan
mengikatnya dari kehendak negara-negara itu sendiri. Beberapa doktrin Grotius bagi
perkembangan hukum internasional moderen adalah pembedaan antara perang adil dan tidak
adil, pengakuan atas hak-hak dan kebebasan-kebebasan individu, netralitas terbatas, gagasan
tentang perdamaian, konferensi-konferensi periodik antara pengusa-penguasa negara serta
kebebasan di laut yang termuat dalam buku Mare Liberium tahun 1609. Samuel Pufendorf
(1632-1694) dalam buku De Jure Nature Et Gentium menyatakan bahwa hukum internasional
dibentuk atas dasar hak-hak alamiah universal dan perang sebagai alat hanya dapat disahkan
melalui syarat-syarat yang ketat. Zouche (1590-1660), penganut aliran positivisme, lebih
memberikan perhatian pada hukum internasional dalam keadaan damai dari pada hukum perang.
(Tontowi, Jawahir dan Pranoto Iskandar; op. cit: 39).

13
DAFTAR PUSTAKA

Mochtae kusumatmadja. 2011. hukum internasioana.jakarta: rajawali pers

Generasibiru9.blogspot.com/2015/04/sejarah-dan-perkembangan/hukum.html

https://bayuyudhaprasetya.wordpress.com/2012/12/02/5-contoh-sengketa-internasional-tugas-
hukum-internasional/

14

Anda mungkin juga menyukai