Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan rahmatnya lah
kami dapat membuat Makalah “Pembelajaran Kimia Berbasis lokal” tepat pada waktunya. Da
lam makalah ini saya membahas tentang “Pabrik Pengolahan Minyak Kelapa Sawit”. Kami
membuat makalah dengan judul tersebut lebih menjelaskan tentang proses yang terkait
dengan kimia, dampak kimia pada setiap proses terhadap lingkungan, dan cara penanganan
setiap dampak.Makalah ini kami tulis guna memenuhi tugas mata kuliah Kimia Lingkungan
pada tengah semester 2 tahun 2013 ini. Semoga dengan terselesaikannya makalah ini dapat
menjadi manfaat bagi pembaca sekalian.
Kami berharap makalah ini dapat menambah wawasan dan memberikan manfaat yang
besar untuk semua.Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, maka kritik
dan saran yang membangun sangat kami harapkan guna penyempurnaan makalah ini.
Atas kekurangannya kami ucapkan maaf dan terimakasih.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Dibukanya beberapa areal baru perkebunan kelapa sawit oleh Perusahan Perkebunan
Swasta Nasional (PBSN), Perkebunan Negara, dan Perkebunan Rakyat, membawa imflikasi
baru, mulai dari persediaan lahan, perbaikan infrastruktur , dampak lingkungan, sehingga
penyediaan sumber daya manusia.
Perkembangan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang pesat pada tahun 1969.
Pada saat itu luar areal perkebunan kelapa sawit adalah 119.500 ha dengan total produksi
minyak mentah (CPO dan KPO ) 189.000 ton per tahun. Diperkirakan produksi minyak sawit
Indonesia akan mencapai 9,9 juta ton pada tahun 2005. Tetapi disayangkan pertambahan luas
areal tidak dibarengi dengan peningkatan produktifitas yang optimal dan masih jauh dibawah
standar.
Sektor perkebunan merupakan salah satu potensi dari subsektor pertanian yang
berpeluang besar untuk meningkatkan perekonomian rakyat dalam pembangunan
perekonomian Indonesia. Pada saat ini, sektor perkebunan dapat menjadi penggerak
pembangunan nasional karena dengan adanya dukungan sumber daya yang besar, orientasi
pada ekspor, dan komponen impor yang kecil akan dapat menghasilkan devisa non migas
dalam jumlah yang besar. Produktivitas kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh teknik budidaya
yang diterapkan.Pemeliharaan tanaman merupakan salah satu kegiatan budidaya yang sangat
penting dan menentukan masa produktif tanaman. Salah satu aspek pemeliharaan tanaman
yang perlu diperhatikan dalam kegiatan budidaya kelapa sawit adalah pengendalian hama dan
penyakit. Pengendalian hama dan penyakit yang baik dapat meningkatkan produksi dan
produktivitas tanaman.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.2.1 Bagaimana proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO (crude palm oil)?
1.2.2 Apa sajakah mesin dan peralatan yang digunakan serta fungsinya dalam
pengolahan CPO (crude palm oil)?
1.2.3 Apakah produk turunan dari minyak kelapa sawit?
1.3 TUJUAN
1.3.1 Mengetahui proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO dan produk lain sebagai
turunannya.
1.3.2 Mengetahui prinsip kerja alat dan mesin yang digunakan dalam pengolahan kelapa
sawit.
1.3.3 Mengetahui apa aja produk turunan dari minyak kelapa sawit.
1.4 MANFAAT
1.4.1 Dapat mendeskripsikan proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO dan produk
lain sebagai turunan
1.4.2 Dapat mengetahui prinsip kerja alat dan mesin yang digunakan dalam pengolahan
kelapa sawit
PEMBAHASAN
2.1 Proses Pengolahan Buah Kelapa Sawit Menjadi CPO (Crude Palm Oil)
Tanaman kelapa sawit mulai berbuah setelah berumur 2,5 tahun dan proses
pemasakan buah berkisar 5 - 6 bulan setelah terjadinya penyerbukan. Buah kelapa sawit dapat
dipanen jika tanaman telah berumur 31 bulan, sedikitnya 60% buah telah matang panen, dari
5 pohon kelapa sawit rata-rata terdapat 1 tandan buah matang panen. Ciri tandan buah matang
panen adalah sedikitnya ada 5 buah yang lepas/jatuh dari tandan yang beratnya kurang dari
10 kg atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau
lebih.Hasil terpenting dari tanaman kelapa sawit adalah minyak sawit yang dari ekstraksi
daging buah (pericarp). Hasil lain yang tidak kalah penting adalah minyak inti sawit atau
kernel yang juga diperoleh dengan cara ekstraksi.
Pertama tandan buah diletakkan di piringan Buah yang lepas di satukan dan
dipisahkan dari tandan.Kemudian tandan buah dibawa ke Tempat Pengumpulan Buah (TPH)
dengan truk tanpa ditunda.Di TPH tandan diatur berbaris 5 atau 10.Buah kelapa sawit harus
segera diangkut ke pabrik untuk segera diolah. Penyimpanan menyebabkan kadar asam lemak
bebas tinggi. Pengolahan dilakukan paling lambat 8 jam setelah panen.
Pertama tandan buah diletakkan di piringan Buah yang lepas di satukan dan
dipisahkan dari tandan.Kemudian tandan buah dibawa ke Tempat Pengumpulan Buah (TPH)
dengan truk tanpa ditunda.Di TPH tandan diatur berbaris 5 atau 10.Buah kelapa sawit harus
segera diangkut ke pabrik untuk segera diolah. Penyimpanan menyebabkan kadar asam lemak
bebas tinggi. Pengolahan dilakukan paling lambat 8 jam setelah panen.
PKS pada umumnya mengolah bahan baku berupa Tandan Buah Segar (TBS) menjadi
minyak kelapa sawit CPO (Crude Palm Oil) dan inti sawit (Kernel). Proses pengolahan
kelapa kelapa sawit sampai menjadi minyak sawit(CPO) terdiri dari beberapa tahapan yaitu:
1.Perebusan
Tandan buah segar setelah ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam lori atau boiler
rebusanyangterbuat dari plat baja berlubang-lubang (cage) dan langsung dimasukkan ke
dalam sterilizer yaitu bejana perebusan yang menggunakan uap air yang bertekanan antara
2.2 sampai 3.0 Kg/cm2. Proses perebusan ini dimaksudkan untuk mematikan enzim-enzim
yang dapat menurunkan kuaiitas minyak. Disamping itu, juga dimaksudkan agar buah mudah
lepas dari tandannya dan memudahkan pemisahan cangkang dan inti dengan keluarnya air
dari biji. Proses ini biasanya berlangsung selama 90 menit dengan menggunakan uap air yang
berkekuatan antara 280 sampai 290 Kg/ton TBS. Dengan proses ini dapat dihasilkan
kondensat yang mengandung 0.5% minyak ikutan pada temperatur tinggi. Kondensat ini
kemudian dimasukkan ke dalam Fat Pit.Tandan buah yang sudah direbus dimasukan ke
dalam Threser dengan menggunakan Hoisting Crane.
2.PerontokanBuah dari Tandan
Pada tahapan ini, buah yang masih melekat pada tandannya akan dipisahkan dengan
menggunakan prinsip bantingan sehingga buah tersebut terlepas kemudian ditampung dan
dibawa oleh Fit Conveyor ke Digester. Tujuannya untuk memisahkan brondolan (fruilet) dari
tangkai tandan. Alat yang digunakan disebut thresher dengan drum berputar (rotari drum
thresher). Hasil stripping tidak selalu 100%, artinya masih ada brondolan yang melekat pada
tangkai tandan, hal ini yang disebut dengan USB (Unstripped Bunch).Untuk
mengatasi hal ini, maka dipakai sistem “Double Threshing”. Sisitem ini bekerja dengan cara
janjang kosong/EFB (Empty Fruit Bunch) dan USB yang keluar dari thresher pertama, tidak
langsung dibuang, tetapi masuk ke threser kedua yang selanjutnya EFB dibawa ketempat
pembakaran (incinerator) dan dimanfaatkan sebagai produk samping.
Brondolan buah (buah lepas) yang dibawa oleh Fruit Conveyor dimasukkan ke dalam
Digester atau peralatan pengaduk.Di dalam alat ini dimaksudkan supaya buah terlepas dari
biji. Dalam proses pengadukan (Digester) ini digunakan uap air yang temperaturnya selalu
dijaga agar stabil antara 80° – 90°C. Setelah massa buah dari proses pengadukan selesai
kemudian dimasukkan ke dalam alat pengepresan (Scew Press) agar minyak keluar dari biji
dan fibre.Untuk proses pengepresan ini perlu tambahan panas sekitar 10% s/d 15% terhadap
kapasitas pengepresan. Dari pengepresan tersebut akan diperoleh minyak kasar dan ampas
serta biji.Sebelum minyak kasar tersebut ditampung pada Crude Oil Tank, harus dilakukan
pemisahan kandungan pasirnya pada Sand Trap yang kemudian dilakukan penyaringan
(Vibrating Screen). Sedangkan ampas dan biji yang masih mengandung minyak (oil sludge)
dikirim ke pemisahan ampas dan biji (Depericarper). Dalam proses penyaringan minyak
kasar tersebut perlu ditambahkan air panas untuk melancarkan penyaringan minyak tersebut.
Minyak kasar (Crude Oil) kemudian dipompakan ke dalam Decenter guna memisahkan Solid
dan Liquid. Pada fase cair yang berupa minyak, air dan masa janis ringan ditampung pada
Countnuous Settling Tank, minyak dialirkan ke oil tank dan pada fase berat (sludge) yang
terdiri dari air dan padatan terlarut ditampung ke dalam Sludge Tank yang kemudian
dialirkan ke Sludge Separator untuk memisahkan minyaknya.
Minyak dari oil tank kemudian dialirkan ke dalam Oil Purifer untuk memisahkan
kotoran/solid yang mengandung kadar air. Selanjutnya dialirkan ke Vacuum Drier untuk
memisahkan air sampai pada batas standard.Kemudian melalui Sarvo Balance, maka minyak
sawit dipompakan ke tangki timbun (Oil Storage Tank).
2.2.1 Boiler
Dalam pabrik kelapa sawit Ketel uap (Boiler) merupakan jantung dari sebuah pabrik
kelapa sawit. Dimana, ketel uap ini lah yang menjadi sumber tenaga dan sumber uap yang
akan dipakai untuk mengolah kelapa sawit.
Ketel uap merupakan suatu alat konversi energi yang merubah Air menjadi Uap
dengan cara pemanasan dan panas yang dibutuhkan air untuk penguapan diperoleh dari
pembakaran bahan bakar pada ruang bakar ketel uap.
Uap (energi kalor) yang dihasilkan ketel uap dapat digunakan pada semua peralatan
yang membutuhkan uap di pabrik kelapa sawit, terutama turbin.Turbin disini adalah turbin
uap dimana sumber penggerak generatornya adalah uap yang dihasilkan dari ketel uap.selain
turbin alat lain di pabrik kelapa sawit yang membutuhkan uap seperti di sterilizer (Alat untuk
memasak TBS) dan distasiun pemurnian minyak (Klarifikasi). oleh karena itu kualitas uap
yang dihasilkan harus sesuai dengan kebutuhan yang ada dipabrik kelapa sawit tersebut.
karena jika tidak akan mengganggu proses pengolahan dipabrik kelapa sawit.
Boiler atau ketel uap yang digunakan di pabrik kelapa sawit biasanya adalah boiler
dengan kapasitas uap 20.000 Kg uap/jam dan dengan tekanan 20 kg/cm2. dimana dibutuhkan
2 unit boiler untuk pabrik kelapa sawit dengan kapasitas olah 45 ton TBS/jam.
Sebagian besar ketel uap yang digunakan pada pabrik kelapa sawit adalah ketel uap
yang menghasilkan uap superheated, dimana uap ini digunakan pertama kali untuk memutar
turbin sebagai pembangkit tenaga listrik kemudian sisa uap dari pembangkit tersebut
digunakan sebagai pemanasan TBS pada sterilizer.
Menurut jenisnya ketel uap terbagi menjadi 2 bagianyaitu : ketel pipa air dan ketel pipa api.
ketel yang digunakan pada pabrik kelapa sawit adalah ketel pipa air. maksudnya adalah air
berada didalam pipa dipanaskan oleh api yang berada diluar pipa air.
Untuk menghitung kapasitau uapa pada ketel uap yang dibutuhkan adalah dengan :
kebutuhan uap pada pabrik kelapa sawit adalah 0.6 ton uap/ton TBS
Jadi, untuk pabrik 45 ton membutuhkan boiler = 45 ton x 0.6 = 27 ton uap/jam. Maka dari itu
dibutuhkan 2 unit ketel uap dengan kapasita uap 20 ton uap/jam pada masing-masing ketel
uap.Biasanya bolier yang digunakan di pabrik kelapa sawit memiliki spesifikasi sebagai
berikut:
2.2.2 Sterilizer
Tahap pengolahan TBS yang pertama adalah proses perebusan atau sterilisasi yang
dilakukan dalam bejana bertekanan (steriliser)dengan menggunakan uap air jenuh (saturated
steam). Penggunaan uap jenuh memungkinkan terjadinya proses hidrolisa/penguapan
terhadap air di dalam buah, jika menggunakan uap kering akan dapat menyebabkan kulit
buah hangus sehingga menghambat penguapan air dalam daging buah dan dapat juga
mempersulit proses pengempaan. Oleh karena itu, pengontrolan kualitas steam yang
dijadikan sebagai sumber panas perebusan menjadi sangat penting agar diperoleh hasil
perebusan yang sempurna. Proses perebusan TBS dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :
1. Menghentikan aktifitas enzim lipase yang dapat menjadi katalisator dalam pembentukan
trigliserida dan kemudian memecahnya untuk menjadi Asam Lemak Bebas (ALB).
Aktivitas enzim akan berhenti jika diberikan suhu minimum 50oC, pada proses perebusan
temperatur di dalam steriliser mencapai 120oC dengan tekanan 2,8 bar.
2. Melepaskan buah dari spiklet melalui cara hidrolisa hemiselulosa dan pektin yang terdapat
di pangkal buah, dengan demikian akan mempermudahkan brondolan lepas dari tandannya
pada saat proses penebahan dan juga akan mempermudah proses ekstraksi pengutipan
minyak dan inti sawit.
3. Melunakkan daging buah sehingga mudah diaduk dan memudahkan pemisahan minyak
dan cake ketika dikempa.
4. Pengurangan kadar air dalam buah dan inti, sehingga memudahkan pemisahan partikel–
partikel minyak dari pericarp dan serat-serat dari biji selama pengadukan ataupun saat
proses pemisahan serat dengan biji serta pengeringan inti (dehidrasi) di dalam notten akan
mempermudah lepasnya (lekang) inti dari cangkang saat poses pemecahan biji.
5. Memecah emulsi di dalam pericarp dengan pemanasan yang mampu menyusup sampai ke
dalam daging buah sehingga memudahkan pemisahan minyak dan air pada CST.
2.2.3 Digester
Fungsi dari digester adalah : a) Untuk melepaskan daging buah dari nut (biji ) b)
Untuk melumatkan buah agar efisien dalam proses pengempaannya c) Untuk menaikkan
temperature buah d) Untuk melepaskan sel-sel minyak dari sel daging buah e) Untuk
mengalirkan sebagian minyak yang terbentuk di digester sehingga mengurangi volume
pengempaan . Digester merupakan sebuah tabung silinder vertical yang didalam nya dipasang
pisau-pisau pengaduk.Dalam digester terdapat beberapa tingkat pisau yang terikat pada poros
dan di gerakkan oleh motor listrik. Pisau bagian atas digunakan untuk mencacah/melumat
borondolan, dan pisau bagian bawah (Stirring arm bottom) digunakan untuk mendorong
massa keluar dari ketel adukan menuju screw press Untuk memudahkan
pencacahan/pelumatan diperlukan panas 90-95oC, yang menggunakan tekanan uap langsung
sebesar 3 kg/cm2. Faktor-Faktor yang mempengaruhi pengadukan, yaitu : a) Kematangan
buah yang direbus, jika buah mentah maka daging buah sulit dilepas dari nut dan sulit
dilumat. b) Volume digester minimal ¾ penuh c) Waktu pengadukan pada digester yang baik
adalah ±20 menit. d) Temperature yang terlalu rendah dapat mengakibatkan minyak sulit
dipress karena kekentalan minyak rendah.
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
Penanganan pasca panen buah kelapa sawit sebaiknya harus dilakukan dengan baik
dengan menghindari terjadinya kerusakan seperti benturan yang mengakibatkan buah sawit
memar karena hal ini dapat memicu kerja enzim dan reaksi pembentukan asam lemak bebas
sehingga nantinya akan mengurangi kualitas CPO yang dihasilkan.
DAFTAR PUSTAKA
Pardamaen, Marulia. 2011. Sukses Membuka Kebun dan PKS.Jakarta : Penebar Swadaya
http://syerelmediapembelajaran.wordpress.com/2012/08/15/tugas-alat- -proses-pengolahan-
crude-palm-oil-cpo/[diakses pada 16 November 2014]