Anda di halaman 1dari 53

ASKEP UROLITHIASIS

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Batu ginjal merupakan batu saluran kemih (urolithiasis), sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan
Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada kandung kemih mummi. Batu saluran kemih dapat
diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari sistem kaliks ginjal, pielum, ureter, buli-buli dan
uretra. Batu ini mungkin terbentuk di di ginjal kemudian turun ke saluran kemih bagian bawah atau
memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah karena adanya stasis urine seperti pada batu
buli-buli karena hiperplasia prostat atau batu uretra yang terbentu di dalam divertikel uretra.
Penyakit batu saluran kemih menyebar di seluruh dunia dengan perbedaan di negara berkembang
banyak ditemukan batu buli-buli sedangkan di negara maju lebih banyak dijumpai batu saluran
kemih bagian atas (gunjal dan ureter), perbedaan ini dipengaruhi status gizi dan mobilitas aktivitas
sehari-hari. Angka prevalensi rata-rata di seluruh dunia adalah 1-12 % penduduk menderita batu
saluran kemih.
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih diduga berhubungan dengan gangguan aliran urine,
gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang masih belum
terungkap (idiopatik).
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien Urolhitiasis?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien urolhitiasis
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk Mengetahui Definisi Urolithiasis
2. Untuk Mengetahui Etiologi Urolithiasis
3. Untuk Mengetahui Manifestasi Klinis Urolithiasis
4. Untuk Mengetahui Patofisiologi Urolithiasis
5. Untuk Mengatahui Pemeriksaan Penunjang Urolithiasis
6. Untuk Mengetahui Penatalaksanaan Urolithiasis
7. Untuk Mengetahui Komplikasi Urolithiasis
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Urolithiasis
Urolithiasis adalah adanya batu (kalkuli) di traktus urinarius (Brunner and Suddarth, 2002, hal.
1460).
2.2 Etiologi Urolithiasis
1. Faktor intrinsik, meliputi:
1. Herediter; diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi.
2. Umur; paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun
3. Jenis kelamin; jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien wanita.
2. Faktor Ektrinsik meliputi:
1. Geografi; pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang lebih tinggi daripada daerah
lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu) Iklim dan temperatur
2. Asupan air; kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium dapat meningkatkan
insiden batu saluran kemih.
3. Diet; diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu saluran kemih
4. Pekerjaan; penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau kurang
aktivitas fisik (sedentary life).
2.3 Manifestasi Klinis Urolithiasis
a. Manifestasi klinis adanya batu dalam traktus urinarius bergantung pada adanya obstruksi, infeksi
dan edema.
1. Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi, menyebabkan peningkatan tekanan
hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal
2. Infeksi (pielonefritis dan sistitis yang disertai menggigil, demam dan disuria) dapat terjadi dari
iritasi batu yang terus menerus. Beberapa batu menyebabkan sedikit gejala namun secara perlahan
merusak unit fungsional (nefron) ginjal.
3. Nyeri yang luar biasa dan ketidak nyamanan.
b. Batu di piala ginjal
1. Nyeri dalam dan terus-menerus di area kastovertebral.
2. Hematuri dan piuria dapat dijumpai.
3. Nyeri berasal dari area renal menyebar secara anterior dan pada wanita nyeri ke bawah
mendekati kandung kemih sedangkan pada pria mendekati testis.
4. Diare dan ketidaknyamanan abdominal dapat terjadi. Gejala gastrointestinal ini akibat dari reflex
renoinstistinal dan proksimitas anatomic ginjal ke lambung pancreas dan usus besar.
5. Rasa ingin berkemih namun hanya sedikit urine yang keluar.
6. Hematuri akibat aksi abrasi batu.
7. Batu yang terjebak di kandung kemih biasanya menyebabkan gejala iritasi dan berhubungan
dengan infeksi traktus urinarius dan hematuri.
8. Jika batu menyebabkan obstruksi pada leher kandung kemih akan terjadi retensi urine
2.4 Patofisiologi Urolithiasis
Mekanisme terbentuknya batu pada saluran kemih atau dikenal dengan urolitiasis belum diketahui
secara pasti. Namun ada beberapa faktor predisposisi terjadinya batu antara lain : Peningkatan
konsentrasi larutan urin akibat dari intake cairan yang kurang dan juga peningkatan bahan-bahan
organik akibat infeksi saluran kemih atau stasis urin menyajikan sarang untuk pembentukan batu.
Supersaturasi elemen urin seperti kalsium, fosfat, oxalat, dan faktor lain mendukung pembentukan
batu meliputi : pH urin yang berubah menjadi asam, jumlah solute dalam urin dan jumlah cairan urin.
Masalah-masalah dengan metabolisme purin mempengaruhi pembentukan batu asam urat. pH urin
juga mendukung pembentukan batu. Batu asam urat dan batu cystine dapat mengendap dalam urin
yang asam. Batu kalsium fosfat dan batu struvite biasa terdapat dalam urin yang alkalin. Batu oxalat
tidak dipengaruhi oleh pH urin.
Imobilisasi yang lama akan menyebabkan pergerakan kalsium menuju tulang akan terhambat.
Peningkatan serum kalsium akan menambah cairan yang akan diekskresikan. Jika cairan masuk
tidak adekuat maka penumpukan atau pengendapan semakin bertambah dan pengendapan ini
semakin kompleks sehingga terjadi batu.
Batu yang terbentuk dalam saluran kemih sangat bervariasi, ada batu yang kecil dan batu yang
besar. Batu yang kecil dapat keluar lewat urin dan akan menimbulkan rasa nyeri, trauma pada
saluran kemih dan akan tampak darah dalam urin. Sedangkan batu yang besar dapat menyebabkan
obstruksi saluran kemih yang menimbulkan dilatasi struktur, akibat dari dilatasi akan terjadi refluks
urin dan akibat yang fatal dapat timbul hidronefrosis karena dilatasi ginjal.
Kerusakan pada struktur ginjal yang lama akan mengakibatkan kerusakan pada organ-organ dalam
ginjal sehingga terjadi gagal ginjal kronis karena ginjal tidak mampu melakukan fungsinya secara
normal. Maka dapat terjadi penyakit GGK yang dapat menyebabkan kematian.
2.5 Pemeriksaan Penunjang Urolithiasis
a. Urinalisa :
warna : normal kekuning-kuningan, abnormal merah menunjukkan hematuri (kemungkinan obstruksi
urine, kalkulus renalis, tumor,kegagalan ginjal).
PH : normal 4,6 – 6,8 (rata-rata 6,0), asam (meningkatkan sistin dan batu asam urat), alkali
(meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat),
Urin 24 jam : Kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin meningkat),
kultur urine menunjukkan Infeksi Saluran Kencing ,
BUN hasil normal 5 – 20 mg/dl tujuan untuk memperlihatkan kemampuan ginjal untuk mengekskresi
sisa yang bemitrogen.
Kreatinin serum hasil normal laki-laki 0,85 sampai 15mg/dl perempuan 0,70 sampai 1,25 mg/dl
tujuannya untuk memperlihatkan kemampuan ginjal untuk mengekskresi sisa yang bemitrogen.
b. Darah lengkap :
Hb, Ht, abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia.
c. Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal (PTH merangsang reabsorbsi
kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine.
d. Foto Rontgen : menunjukkan adanya calculi atau perubahan anatomik pada area ginjal dan
sepanjang uriter.
e. IVP : memberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri abdominal atau panggul.
Menunjukkan abnormalitas pada struktur anatomik (distensi ureter).
f. Sistoureteroskopi : visualisasi kandung kemih dan ureter dapat menunjukkan batu atau efek
ebstruksi.
g. USG Ginjal : untuk menentukan perubahan obstruksi dan lokasi batu.
2.6 Penatalaksanaan Urolithiasis
Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih harus segera dikeluarkan agar tidak
menimbulkan penyumbat yang lebih berat. Batu dapat dikeluarkan melalui prosedur :
1. Istirahat cukup
2. Perbanyak masukan cairan air putih
3. Diet rendah kalsium dan rendah garam
4. Disesuaikan jenis batu misal: Batu kalsium yang perlu dibatasi: ikan teri, bayam, coklat, kacang,
teh, strowberry. Batu asam urat yang perlu dibatasi: jeroan, otak, makanan yang banyak
mengandung purin
5. Medikamentosa:
a. Bila ada infeksi, beri antimikroba yang sesuai infeksi
b. Hipositraturi: kalium sitrat
c. Hiperkalsiuri: tiazid
d. Batu sistin: D-penicillamine
6. Operasi : bila ada obstruksi atau batunya besar
7. ESWL: cara memecah batu dengan gelombang syok,dilakukan pada batu berukuran < 2 cm
sampai sebesar pasir sehingga dapat dikeluakan secara spontan.
Prinsip pencegahan didasarkan pada kandungan unsur penyusun batu yang telah diangkat. Secara
umum, tindakan pencegahan yang perlu dilakukan adalah:
Menghindari dehidrasi dengan minum cukup, upayakan produksi urine 2-3 liter per hari
Diet rendah zat/komponen pembentuk batu
Aktivitas harian yang cukup
Medikamentosa
Beberapa diet yang dianjurkan untuk untuk mengurangi kekambuhan adalah:
1. Rendah protein, karena protein akan memacu ekskresi kalsium urine dan menyebabkan suasana
urine menjadi lebih asam.
2. Rendah purin, Diet ini diberikan kepada pasien yang menderita penyakit batu ginjal asam urat dan
gout. Kadar purin makanan normal untuk pasien yang menderita penyakit ini adalah 600-1000
mg/hari.
3. Rendah Kalsium Tinggi Sisa Asam, Diet ini diberikan kepada pasien batu kalsium ginjal. Asupan
makanan yang baik untuk pasien yang menderita penyakit ini adalah kalori, protein, zat besi, vitamin
A, tiamin, dan vitamin C yang cukup dengan syarat jumlah cairan 2.500 ml/hr dan rendah kalsium
untuk menurunkan kadar kalsium dalam urine.
4. Diet Tinggi Sisa Asam, Diet ini diberikan kepada pasien yang menderita penyakit batu sistin dan
asam urat. Komposisi makanan yang cukup kalori, protein, mineral, dan vitamin. Nilai gizi yang
harus diberikan adalah kalori sebanyak 2.006, protein 55 g, lemak 64 g, karbohidrat 317 g, kalsim
0,8 g, besi 19,3 g, vitamin A 12,912 SI, tiamin 1,2 mg, dan vitamin C 299 mg.
Makanan yang boleh diberikan :
a. Sumber hidrat arang, nasi, makanan ½ gelas sehari, roti 4 potong, kentang, ubi, singkong, kue,
dari tepung maizena, hunkwe, tapioca, agar-agar, selai, dan sirop.
b. Sumber protein hewani : daging, 50 gr atau telur 2 butir sehari dan susu
c. Lemak : minyak, mentega, dan margarine
d. Sumber protein nabati : kacang-kacangan kering 25 gr, tahu, tempe, atau oncom 50 gr/hari
e. Sayuran : semua jenis sayuran paling sedikit 300 gr/hari
2.7 Komplikasi
1. Sumbatan : akibat pecahan batu
2. Infeksi : akibat desiminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat obstruksi
3. Kerusakan fungsi ginjal : akibat sumbatan yang lama sebelum pengobatan dan pengangkatan
batu gi
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajin
A. Identitas
1. Nama :
2. Umur : Paling sering 30 – 50 tahun
3. Jenis kelamin : 3 x Lebih banyak pada pria
4. Alamat : Tinggal di daerah panas
5. Pekerjaan : perkerja berat
B. Keluhan Utama
1. Nyeri yang luar biasa, akut/kronik.
2. Kolik yang menyebar ke paha dan genetelia.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
1. Pernah menderita infeksi saluran kemih.
2. Sering mengkonsumsi susu berkalsium tinggi.
3. Bekerja di lingkungan panas.
4. Penderita osteoporosis dengan pemakaian pengobatan kalsium.
5. Olahragawan.
D. Riwayat Penyakit Sekarang
1. Nyeri
2. Mual / Muntah
3. Hematuria
4. Diare
5. Oliguria
6. Demam
7. Disururia
E. Riwayat Penyakit Keluarga
1. Pernah menderita urolitiasis
2. Riwayat ISK dalam keluarga
3. Riwayat hipertensi
Pemahaman pasien mengenai perawatan harus digali untuk mengidentifikasi kesalahan konsepsi
atau kesalahan informasi yang dapat dikoreksi sejak awal.
F. Dasar – Dasar Pengkajian
1. Aktifitas/istirahat
Gejala: Keterbatasan aktivitas/imobilisasi sehubungan dengan kondisi sebelumnya. (contoh penyakit
tak sembuh, cedera medulla spinalis).
2. Sirkulasi
Tanda : peningkatan TD/nadi (nyeri, anseitas, gagal ginjal).
Kulit hangat dan kemerahan ;pucat.
3. Eliminasi
Gejala : Obstruksi sebelumnya(kalkulus). Penurunan haluaran urine, kandung kemih penuh. Rasa
terbakar, dorongan kemih.
Tanda : oliguria, hematuria, piuria. Perubahan pola berkemih.
4. Makanan/cairan
Gejala : muntah/mual ,nyeri tekan abdomen.
Tanda : distensi abdominal; penurunan/tak adanya bising usus, muntah.
5. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : episode akut nyeri berat/ kronik. Lokasi tergantung pada lokasi batu.
Tanda : Demam dan menggigil.
6. Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala : Riwayat kalkulus dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi,gout, ISK Kronis. Riwayat
penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya, hiperparatiroidisme.
7. Pemeriksaan Fisik
3.2 Diagnosa
1. Nyeri berhubungan dengan iritasi blas
2. Perubahan eliminasi urine b/d stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal dan ureter,
obstruksi mekanik dan peradangan.
3. Resiko tinggi terhadap cidera saluran perkemihan b.d adanya batu pada saluran kemih ( ginjal ).
4. Resiko infeksi b.d iritasi kandung kemih
5. Gangguan kebutuhan volume cairan lebih dari kebutuhsn tubuh berhubungan dengan retensi
natrium
6. Gangguan Nutrisi kurang dari keb. Tubuh b.d peningkatan asam lambung
3.3 Intervensi
1. DX-1 :Nyeri berhubungan dengan Iritasi Blass
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1X 24 jam skalh nyerih berkurang
Kriteria Hasil:
1. Skala nyri berkurang (2-4)
2. Waja rileks
3. TD normal (120/80 mmHg)
4. Nadi Normal ( 60-100)
5. Mampu tidur dengan normal.
INTERVENSI RASIONAL
Catat lokasi, lamanya/intensitas nyeri (skala 1-10) dan penyebarannya. Perhatiakn tanda non verbal
seperti: peningkatan TD dan DN, gelisah, meringis, merintih, menggelepar. Membantu evaluasi
tempat obstruksi dan kemajuan gerakan batu. Nyeri panggul sering menyebar ke punggung, lipat
paha, genitalia sehubungan dengan proksimitas pleksus saraf dan pembuluh darah yang menyuplai
area lain. Nyeri tiba-tiba dan hebat dapat menimbulkan gelisah, takut/cemas
masase ringan/kompres hangat pada Lakukan tindakan yang mendukung kenyamanan (seperti
punggung, lingkungan yang tenang) Meningkatkan relaksasi dan menurunkan ketegangan otot
Bantu/dorong pernapasan dalam, bimbingan imajinasi dan aktivitas. Mengalihkan perhatian dan
membantu relaksasi otot
Kolaborasi pemberian obat sesuai program terapi:
Analgetik,
Antispasmodik,
Kortikosteroid Analgetik (gol. narkotik) biasanya diberikan selama episode akut untuk menurunkan
kolik ureter dan meningkatkan relaksasi otot/mental
Menurunkan refleks spasme, dapat menurunkan kolik dan nyeri.
Pertahankan patensi kateter urine bila diperlukan Mencegah stasis/retensi urine, menurunkan risiko
peningkatan tekanan ginjal dan infeksi
2. DX 2 : Perubahan eliminasi urin b.d iritasi pada kandung kemi
Tujuan : setelah dilakukam tindakan keperawatan selama 1X24 jam pasien dapat berkemi dengan
normal
K.H :
Input dan output cairan normal
Pola berkemi normal
Intervensi Rasional
Mengamati karakteristik urine, volume urin saat berkemi, bau dan warna. Memberikan informasi
tentang fungsi ginjal, dan adanya komplikasi.
Tentukan pola berkemih normal dan perhatikan variasi
Kalkulus dapat menyebabkan ekstibilitas yang menyebabkan sensasi kebutuhan berkemih segera
Dorong meningkatkan pemasukan cairan
Peningkatan hidrasi membilas bakteri,darah dan debris dan dapat membantu lewatnya batu.
periksa semua urine catat adanya keluaran batu dan kirim ke laboratorium untuk analisa Penemuan
batu memungkinkan identifikasi tipe batu dan mempengaruhi pilihan terapi.
Observasi perubahan status mental,perilaku atau tingkat kesadaran
Akumulasi sisa uremik dank e tidak seimbangan elektrolit dapat menjadi toksik di SSP.
Awasi pemeriksaan laboratorium,contoh BUN, elektrolit, kreatinin Peninggian BUN,kreatinin dan
elektrolit mengidentifikasikan disfungsi ginjal.
3. DX 3 :Resiko tinggi terhadap cidera saluran perkemihan b.d adanya batu pada saluran kemih (
ginjal ).
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1X24 jam tidak terdapat batu pada saluran
perkemihan.
K.H :
1. Warna, bau, dan PH urin normal
2. Tidak terdapat batu pada saluran perkemihan
3. Tidak nyeri pada saat berkemih
Intervensi Rasional
Pantau urine warna,bau, PH urin.
- Untuk deteksi dini terhadap masalah.
Saring semua urine,observasi terhadap kristal. Simpan kristal untuk dilihat dokter kirim ke
laboratorium
Untuk mendaptakan data- data keluarnya batu,perubahan diet yang didasari oleh komposisi batu
Konsultasi dengan dokter bila pasien sering berkemih,jumlah urine sedikit dan terus
menerus,perubahan urine. menunjukkan perkembangan obstruksi dan kebutuhan intervensi
progresif.Temuan-temuan ini
Berikan obat-obatan sesuai program untuk mempertahankan PH urine tepat. Dengan perubahan PH
urine / peningkatan keasamaan / alkalinitas,factor solubilitas untuk batu dapat di control.
4. DX : Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan iritasi kandung kemih
Tujuhan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1X24 jam tidak tidak ada tanda-tanda
infeksi
K.H :
Suhu tubuh normal (37c)
Meningkatnya penyembuh kandung kemih
Tidak ada penumpukan urin dikandung kemih
Intervensi Rasional
Kaji tanda vital dengan sering, catat tidak membaiknya atau berlanjutnya hipotensi, penurunan
tekanan nadi, takikardia, demam, takipnea Tanda adanya syok septik, endotoksin sirkulasi
menyebabkan vasodilatasi, kehilangan cairan dari sirkulasi, dan rendahnya status curah jantung.
Awasi haluaran urine. Oliguria terjadi sebagai akibat penurunan perfusi ginjal, toksin dalam sirkulasi
mempengaruhi antibiotik.
Kaji suhu tiap 4 jam, serta adanya nyri yang timbul. Peningkatan suhu dan timbulnya nyri
menunjukan adanya infeksi.
Pasang slang kateter Slang kateter berfungsi untuk mengeluarkan urin dalam kandung kemih,
sehingga ada penumpukan urin yang menyebabkan infeksi pada kandung kemih.
Kaji dan laporkan tanda dan gejala infeksi mengintervensi tindakan selanjutnya.
5. DX : Gangguan Kelebihan volume cairan b.d retensi natrium
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 X 24 jam keb cairan pasien kembali
normal
K.H :
o Input dan output cairan normal
o Tidak ada edema
Intervensi Rasional
Awasi pemasukan dan pengeluaran cairan membandingkan pengeluaran actual dan yang
diantisipasi membantu dalam evaluasi adanya kerusakan ginjal
kurangi pemasukan cairan mempertahankan keseimbangan cairan untuk homeostatis
Kaji adanya odema Odema menunjukan adanya penimbunan cairan yang berlebih
Identifikasi output urin Untuk membantu intervensi dalam pemberian Input cairan.
6. DX : Nutrisi kurang dari keb. Tubuh b.d peningkatan asam lambung
Tujuan : keb nutrisi terpenuhi
K.H :
Napsu makan membaik
Tidak terjadi hipoproteinmia
Porsi makan yang dihidangkan dihabiskan
Intervensi Rasional
Catat intake dan output makanan secara akurat Monitoring asupan nutrisi bagi tubuh
Kaji adanya anoreksia, hipoproteinmia, diare Gangguan nutrisi dapat terjadi secara perlahan. Diare
sebagai reaksi edema intestinal.
Memberikan asupan makanan sedikit tapi sering. Memperbaiki status nutrisi klien
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Batu saluran kemih dapat disebabkan oleh berbagai sebab diantaranya intake cairan yang kurang,
aktivitas yang kurang, iklim yang dingin atau panas serta makanan yang dapat mencetuskan
terbentuknya batu ginjal. tanda dan gejala yang khas pada penyakit ini tergantung dari letak batu,
besarnya batu. Gejala yang tersering adalah nyeri dan gangguan pola berkemih.
3.2 SARAN
Sebagai perawat profesional sangat penting memberikan penyuluhan kepada pasien dan keluarga
tentang proses terjadinya batu dan pencegahannya, sehingga pasien dan keluarga dapat mengerti
dan bekerja sama untuk mendapatkan kesembuhan yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marylynn E, dkk.2000.Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta:EGC
Hanafi.2009.Asuhan Keperawatan Urolitihasis.(online), (http://oketips.com/9369/Askep Urulitihasis/,
25 Maret 2013).
Price, Sylvia A, dkk. 2006. Patofisiologi Volume 1.Jakarta:EGC
Sofyan, Rohyan.2009.Makalah Urolitihasis.(online), (http://athultocm.wordpress.com/khusus-
akbid/Patofisiologi Urolitihasis/, diakses 4 April 2013)
asuhan keperawatan urolitiasis
BAB I
KONSEP DASAR

A. Definisi
Urolithiasis atau batu saluran kemih merupakan suatu penyakit yang sudah lama ditemukan.
Penyakit ini dapat menyerang siapa saja, laki-laki memiliki risiko lebih besar dari pada wanita
hal ini dikarenakan panjang uretra laki-laki lebih panjang dari wanita yaitu 17-22,5 cm dan untuk
wanita 2,5-3,5 cm (Suharyanto dan Madjid, 2009).
Urolithiasis adalah terbentuknya batu (kalkulus) dimana saja pada sistem penyalur urine,
tatapi batu pada umumnya terbentuk di ginjal. Batu mungkin terbentuk tanpa menimbulkan
gejala atau kerusakan ginjal yang bermakna, hal ini terutama pada batu besar yang tersangkut
pada pelvis ginjal. Makna klinis batu terletak pada kapasitasnya menghambat aliran urin atau
menimbulkan trauma yang menyababkan ulserasi dan perdarahan, pada kedua kasus ini terjadi
peningkatan predisposisi infeksi bakteri (Robbins, 2007 cit Wijaya dan Putri, 2013 : 249).
Sedangkan menurut Nursalam (2006: 65) menyebutkan bahwa urolithiasis merujuk pada
adanya batu dalam sistem perkemihan. Sebanyak 60% kandungan batu ginjal terdiri atas
kalsium oksalat, asam urat, magnesium, amonium, dan fosfat atau gelembung asam amino.
Toto Suharyanto dan Abdul Madjid (2009: 150) menjelaskan bahwa urolithiasis adalah suatu
keadaan terbentuknya batu pada ginjal dan saluran kemih. Batu dapat ditemukan disetiap bagian
ginjal sampai ke kandung kemih dan ukurannya bervariasi dari deposit granuler kecil, yang
disebut pasir atau kerikil, sampai batu sebesar kandung kemih yang berwarna orange. Bahan-
bahan yang dapat menjadikan batu saluran kemih meliputi :
1. Kalsium fosfat atau oxalate,
2. Purine derivative,
3. Amonium fosfat magnesium (struvite)
4. Cystein,
5. Kombinasi dari materi diatas, dan
6. Obat atau racun (phenytoin, triamterene)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa urolithiasis merupakan suatu penyakit yang
mengenai sistem perkemihan yaitu adanya batu. Meskipun laki-laki mempunyai risiko lebih
besar tetapi bukan berarti wanita terbebas dari penyakit tersebut.
B. Etiologi
Pada kebanyakan penderita batu saluran kemih tidak ditemukan penyebab yang jelas
(idiopatik), akan tetapi ada beberapa faktor-faktor yang berperan pada pembentukan batu saluran
kemih, dapat dibagi atas ;
1. Faktor endogen ; seperti faktor genetic-familial pada hipersistiuria, hiperkalsiuria primer dan
hiperoksaluria primer.
2. Faktor eksogen ; seperti faktor lingkungan, pekerjaan, makanan, infeksi, dan kejenuhan mineral
dalam air minum.

3. Patogenesis dan patofisiologi.


(Wijaya dan Putri, 2013: 250)
C. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala penyakit urolithiasis sangat ditentukan oleh letaknya, besarnya, dan
morfologinya. Walaupun demikian penyakit ini mempunyai tanda dan gejala yang umum yaitu
hematuria, dan bila disertai infeksi saluran kemih dapat juga ditemukan kelainan endapan urin
bahkan mungkin demam atau tanda sistemik lainnya. Gejala dan tanda yang utama dari adanya
batu ginjal atau uretra adalah serangan nyeri hebat yang tiba-tiba dan tajam. Berdasarkan bagian
organ yang terkena nyeri ini disebut kolik ureter atau kolik renal. Kolik renal terasa di regio
lumbal menyebar ke samping dan ke belakang menuju daerah testis pada laki-laki dan kandung
kencing pada wanita. Kolik uretra terasa nyeri di sekitar genitalia dan sekitarnya. Saat nyeri
ditemukan mual, muntah, pucat, berkeringat, dan cemas serta sering kencing. Nyeri dapat
berakhir beberapa menit hingga beberapa hari. Nyeri dapat terjadi intermiten yang menunjukan
batu berpindah-pindah. Nyeri yang disebabkan oleh batu pada ginjal tidak selalu berat dan
menyebabkan kolik kadang-kadang terasa nyeri tumpul atau terasa berat.
1. Batu pelvis ginjal
Tanda dan gejala yang ditemui adalah :
a. Nyeri di daerah pinggang (sisi atau sudut kostevertebral), dapat dalam bentuk pegal hingga kolik
atau nyeri yang terus-menerus dan hebat karena adanya pielonefritis.
b. Pada pemeriksaan fisik mungkin kelainan sama sekali tidak ada, sampai mungkin terabanya
ginjal yang membesar akibat adanya hidronefrosis.
c. Nyeri dapat berupa nyeri tekan atau ketok pada daerah arkus kosta pada sisi ginjal yang terkena.
d. Batu nampak pada pemeriksaan pencitraan.
e. Gangguan fungsi ginjal.
f. Pernah mengeluarkan batu kecil saat kencing.
2. Batu ureter
a. Kolik, yaitu nyeri yang hilang timbul disertai perasaan mual dengan atau tanpa muntah.
b. Nyeri alih yang khas ke regio inguinal.
c. Perut kembung (ileus paralitik).
d. Hematuria.
e. Pernah mengeluarkan batu kecil saat kencing.
f. Batu nampak pada pemeriksaan pencitraan.
3. Batu kandung kemih
a. Karena batu menghalangi aliran air kemih akibat penutupan leher kandung kemih, maka aliran
yang mula-mula lancar secara tiba-tiba akan terhenti dan menetes disertai dengan rasa nyeri.
b. Pada anak, menyebabkan anak tersebut menarik penisnya waktu BAK sehingga tidak jarang
terlihat penis yang sedikit panjang.
c. Bila terjadi infeksi sekunder, maka selain nyeri sewaktu miksi juga terdapat nyeri menetap
suprapubik.
d. Hematuria.
e. Pernah mengeluarkan batu kecil saat kencing.
f. Batu nampak pada pemeriksaan pencitraan.
4. Batu prostat
Pada umumnya batu prostat juga berasal dari air kemih yang secara retrograd.
5. Batu uretra
Batu uretra umumnya merupakan batu yang berasal dari ureter atau kandung kemih yang oleh
aliran kemih sewaktu miksi terbawa ke uretra, tetapi menyangkut di tempat yang agak lebar.
Gejala yang ditimbulkan umumnya sewaktu miksi tiba-tiba terhenti, menjadi menetes dan nyeri.
Penyulitnya dapat berupa terjadinya di vertikel, abses, fistel proksimal, dan uremia karena
obstruksi urin.
(Wijaya dan Putri, 2013: 252-253)
D. Patofisiologi
Sebagian besar batu saluran kencing adalah idiopatik dan dapat bersifat simtomatik ataupun
asimtomatik. Ada beberapa teori terbentuknya batu, yaitu ;
1. Teori inti matriks
Terbentuknya batu saluran kencing memerlukan adanya substansia organik sebagai inti.
Substansia organik ini terutama terdiri mukopolisakarida dan mukoprotein A yang akan
mempermudah kristalisasi dan agregasi substansi pembentuk batu.
2. Teori supersaturasi
Terjadi kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urin seperti sistin, santin, asam urat, kalsium
oksalat akan mempermudah terbentuknya batu.
3. Teori presipitasi kristalisasi
Perubahan pH akan mempengaruhi solubilitas substansi dalam urin. Pada urin yang bersifat asam
akan mengendap sistin, santin, asam dan garam urat, sedangkan pada urin yang alkali akan
mengendap garam-garam fosfat.
4. Teori berkurangnya faktor penghambat
Berkurangnya faktor penghambat, seperti ; peptid fosfat, pirofosfat, polifosfat, sitrat, magnesium,
asam mukopolisakarid akan mempermudah terbentuknya batu saluran kencing.
Faktor lain terutama faktor eksogen dan lingkungan diduga ikut mempengaruhi kalkugenesis,
antara lain ;
a. Infeksi
Infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan menjadi inti
pembentukan batu saluran kemih. Infeksi oleh bakteri yang memecah ureum dan membentuk
amonium akan mengubah pH urin menjadi alkali dan mengendapkan garam-garam fosfat.

b. Obstruksi dan stasis urin


Adanya obstruksi dan stasis urin akan mempermudah terjadi infeksi.
c. Jenis kelamin
Data menunjukkan bahwa batu saluran kencing lebih banyak ditemukan pada pria. Ratio pria dan
wanita yang mengalami urolithiasis adalah 4 : 1.
d. Ras
Batu saluran kemih lebih sering ditemukan di Afrika, dan Asia. Di Amerika Serikat, anak-anak
berkulit putih sering terkena urolithiasis dibandingkan dengan anak kulit hitam.
e. Keturunan
Anggota keluarga yang menderita batu saluran kemih lebih banyak mempunyai kesempatan
untuk menderita batu saluran kemih dari pada yang lain.
f. Air minum
Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum akan mengurangi kemungkinan terjadinya
batu, sedangkan bila kurang minum menyebabkan kadar semua substansi dalam urin akan
meningkat dan akan mempermudah pembentukan batu. Kejenuhan air yang diminum sesuai
dengan kadar mineralnya terutama kalsium dipekirakan mempengaruhi terbentuknya batu
saluran kemih.

g. Pekerjaan
Pekerja-pekerja keras yang banyak bergerak misalnya buruh dan petani akan mengurangi
kemungkinan terjadinya batu saluran kemih dari pada pekerja yang banyak duduk.
h. Makanan
Pada orang yang banyak mengkonsumsi protein hewani angka mordibitas batu saluran kemih
berkurang. Penduduk vegetarian yang kurang makan putih telur lebih sering menderita batu
saluran kemih.
i. Suhu
Tempat yang bersuhu panas, misalnya daerah tropis, menyebabkan banyak mengeluarkan
keringat, akan mengurangi produksi urin dan mempermudah pembentukan batu saluran kemih.
Selain oleh kelainan bawaan atau cidera, keadaan patologik dapat disebabkan oleh infeksi,
pembentukan batu di saluran kemih, dan tumor. Keadaan tersebut sering menyebabkan
bendungan karena hambatan pengeluaran urin. Infeksi, trauma, dan tumor dapat menyebabkan
penyempitan atau striktur uretra sehingga terjadi bendungan dan stasis yang memudahkan
infeksi. Lingkungan stasis dan infeksi memungkinkan terbentuknya batu yang juga
menyebabkan bendungan dan memudahkan infeksi karena bersifat sebagai benda asing. Infeksi
biasanya meluas, misalnya sistitis menyebabkan penyulit berupa vesikulitis, epididimitis, bahkan
sampai orkitis. Stasis urin, urolithiasis, dan infeksi saluran kemih merupakan peristiwa yang
saling mempengaruhi. Secara berantai saling memicu, saling memberatkan dan saling
mempersulit penyembuhan.
(Wijaya dan Putri, 2013: 251)
E. Pathway Urolithiasis
Infeksi, obstruksi, jenis kelamin, umur, ras, herediter, pekerjaan, makanan, suhu

Batu

Obstruksi aliran hematuria Destruksi jaringan ginjal


Penurunan fungsi ginjal

Batu di VU Kadar Hb turun trauma jaringan sekunder


Uremia
Nyeri

Reflek renointestinal Suplay 02 turun


Risiko kekurangan volume cairan
Mual, muntah

Mual, muntah
Intoleransi aktivitas
Anemia

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


Penurunan
aliran darah ke ginjal

Penurunan GFR

Renin-
Angiotensin

Kelebihan volume cairan


Sekresi
aldosteron

Edema
Retensi Na, H2O

Hipertensi

(Purnomo, 2003)
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada pasien urolithiasis adalah radiografi ginjal,
ureter, dan kandung kemih (KUB radiograph). Intra Venous Pyelogram (IVP) juga sering
dilakukan untuk mengetahui tempat sumbatan dan keparahannya. Urinanalisa menunjukkan
hematuria mikroskopis atau gros, sel darah putih (SDP), perubahan pH, dan kristal kalsium,
asam urat, atau sistin yang menunjukkan batu. Kultur urin menandakan bakteri bila telah terjadi
infeksi dan sel darah putih meningkat Blood Urea Nitrogen (BUN) serum dan kreatinin
meningkat bila terjadi kerusakan ginjal (Suharyanto dan Madjid , 2009: 155).
1. IVP (Intra Venous Pyelogram)
Pemeriksaan ini bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal. Selain itu IVP dapat
mendeteksi adanya batu semi opak ataupun batu non opak yang tidak dapat terlihat oleh foto
polos perut. Jika IVP belum dapat menjelaskan keadaan sistem saluran kemih akibat adanya
penurunan fungsi ginjal, sebagai penggantinya adalah pemeriksaan pielografi retrograd
(Purnomo, 2003: 64).
2. Analisa urin
Pemeriksaan kimiawi meliputi pemeriksaan pH, protein, dan gula dalam urin. Pemeriksaan
mikroskopi mencari kemungkinan adanya sel-sel darah didalam urin. Pengkajian makroskopis
dengan menilai warna dan bau urin.

3. Darah rutin
Peninngkatan leukosit dan (Laju Endap Darah) LED menandakan aktifnya proses inflamasi
untuk melawan kuman yang menginvasi saluran kemih.
4. Fungsi ginjal
Pemeriksaan BUN, ureum dan kreatinan di dalam serum merupakan uji faal ginjal yang paling
sering dipakai di klinik. Bersihan kreatinin menunjukkan kemampuan filtrasi ginjal. Dalam
menilai faal ginjal, pemeriksaan ini lebih peka dari pada pemeriksaan kreatinin atau BUN. Kadar
klirens normal pada orang dewasa adalah 80-120ml/menit.
5. Analisa batu
Analisa batu ini adalah pemeriksaan untuk memeriksa jenis batu yang sudah keluar dan
mencegah kekambuhan kembali.
6. Foto polos abdomen
Foto ini digunakan untuk melakukan skrining untuk pemeriksaan kelainan pada saluran kemih.
(Muttaqin, 2010: 279-281)
G. Komplikasi
Komplikasi yang timbul dapat berupa kerusakan tubular dan iskemik partial (Suharyanto dan
Madjid , 2009: 156). Selain itu juga dapat terjadi obstruksi yang menyababkan hidronefrosis,
infeksi, dan gangguan fungsi ginjal (Wijaya dan Putri, 2013: 253).

H. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksaan batu saluran kemih adalah menghilangkan obstruksi, mengobati
infeksi, menghilangkan rasa nyeri serta mencegah terjadinya gagal ginjal dan mengurangi
kemungkinan terjadinya rekurensi (Wijaya dan Putri, 2013: 254).
1. Pengurangan nyeri
Tujuan segera dari penanganan kolik renal atau uretra adalah untuk mengurangi nyeri sampai
penyebabnya dapat dihilangkan.
a. Pemberian morfin atau meperidin untuk mencegah syock dan sinkop akibat nyeri.
b. Mandi air hangat di area pingul.
c. Pemberian cairan, kecuali pada pasien dengan gagal jantung kongestif yang memerlukan
pembatasan cairan. Pemberian cairan dapat meningkatkan tekanan hidrostatik pada ruangan di
belakang batu sehingga mendorong passe batu ke bawah. Masukan cairan sepanjang hari
mengurangi konsentrasi kritaloid urin, mengencerkan urin dan menjamin haluaran urin yang
besar.
2. Pengangkatan batu
Pemeriksaan sitoskopi dan pasase kateter uretral untuk menghilangkan batu yang menyebabkan
obstruksi. Ketika batu ditemukan, dilakukan analisis kimiawi untuk menentukan komposisinya
dan membuktikan indikasi mengenai penyakit yang mendasari.
(Suharyanto dan Majid, 2009: 156-157)
a. ESWL (Extracorporal Shock Wave Lithotripsy)
Prinsip dari ESWL adalah memecah batu saluran kencing dengan menggunakan gelombang
kejut yang dihasilkan oleh mesin dari luar tubuh. Sesampainya di batu, gelombang kejut tadi
akan melepas energinya. Alat ini memecah batu ginjal, batu ureter proksimal, atau batu buli-buli
tanpa tindakan invasif dan tanpa pembiusan. Batu dipecah menjadi fragmen-fragmen kecil
sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih. tidak jarang pecahan batu yang sedang
keluar akan menimbulkan perasaan nyeri.
b. Endurologi
Beberapa tindakan endurologi yaitu:
a) PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy)
Pengeluaran batu yang berada di saluran ginjal dengan cara memaksukkan alat endoskopi ke
sistem kalises melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu
menjadi fragmen-fragmen kecil.
b) Litotripsi
Memecah batu buli-buli atau uretra dengan memasukkan alat pemecah batu ke dalam buli-buli.
Pecahan batu dikeluarkan dengan evakuator Ellik.
c) Ureteroskopi
Memasukkan alat uretroskopi peruretram guna melihat keadaan ureter atau sistem pielo-kaliks
ginjal. Dengan memakai energi tertentu batu yang berada di dalam ureter maupun sistem
pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan ureteroskopi ini.
d) Ekstansi Dormia
Pengeluaran batu ureter dengan menjarinngnya melalui alat keranjangDormia.
c. Bedah Laparaskopi
Pembedahan laparaskopi untuk mengambil batu saluran kemih saat ini sedang berkembang. Cara
ini banyak dipakai untuk menngambil batu ureter.
d. Bedah Terbuka
Pembedahan terbuka itu antara lain : pielolitotomi atau nefrolitotomi, untuk mengambil batu
pada saluran ginjal, dan ureterolitotomi untuk mengambil batu di ureter. Tidak jarang pasien
harus menjalani tindakan nefrektomi atau pengambilan ginjal karena ginjalnya sudah tidak
berfungsi dan berisi nanah (pionefrosis), korteksnya sudah sangat tipis, atau mengalami
pengerutan akibat batu saluran kemih yang menimbulkan obstruksi dan infeksi yang menahun.
Selain itu obat-obatan yang dapat digunakan antara lain :
a) Batu asam urat dengan obat potasium alkali dan allopurinol.
b) Batu karena infeksi (strufit) dengan antibiotika dan AHA ( Amino Hydroxamic Acid).
c) Batu kalsium dengan natrium selulosa fosfat, thiazide, orthofosfat, potasium sitrat, magnesium
sitrat, allopurinol, potasium alkali, pyridoxin, kalsium suplemen.
(Purnomo, 2003: 65-67)
I. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Data objektif mencakup :
1) Riwayat adanya infeksi saluran kemih kronis, obstruksi sebelumnya.
2) Menngeluh nyeri akut, berat, nyeri kholik
3) Penurunan haluaran urin, kandung kemih penuh, rasas terbakar, dan dorangan berkemih.
4) Mual/ muntah, nyeri tekan abdomen.
5) Riwayat diit tinggi purin, kalsium oksalat, dan/atau fosfat.
6) Tidak minum air dengan cukup.
b. Data obyektif meliputi :
1) Peningkatan tekanan darah dan nadi.
2) Kulit pucat.
3) Oliguria, hematuria.
4) Perubahan pola berkemih.
5) Distensi abdominal, penurunan atau tidak ada bising usus.
6) Muntah.

7) Nyeri tekan pada arae ginjal saat dipalpasi.


(Suharyanto dan Madjid , 2009: 163)
c. Riwayat penyakit sekarang
1) Penurunan haluaran urin.
2) Kandung kemih, rasa terbakar.
3) Dorongan berkemih, mual/muntah.
4) Nyeri abdomen.
5) Nyeri punggung.
6) Nyeri panggul.
7) Kolik ginjal.
8) Kolik uretra.
9) Nyeri waktu kencing.
10) Lamanya nyeri.
11) Demam.
d. Riwayat penyakit yang lalu
1) Riwayat adanya ISK kronis.
2) Obstruksi sebelumnya.
3) Riwayat kolik ginjal/ bleder tanpa batu yanng keluar.
4) Riwayat trauma saluran kemih.
e. Riwayat penyakit keluarga
1) Riwayat adanya ISK kronis.
2) Penyakit atau kelainan gagal ginjal lainnya.

f. Pemeriksaan fisik
1) Aktivitas.
2) Sirkulasi.
3) Eliminasi.
4) Makanan/ cairan.
g. Test diagnostik
1) Urinalisis.
2) Urine kultur (infeksi, hematuri, kristal).
3) Radiografi (Computed Tomografi Scan, IVP (Intra Venous Pylogram)).
4) Endoscopi.
5) Cystocopy.
6) Ureteroscopy.
7) Nephroscopy.
8) Laboratorium (tes kimia serum; identifikasi kalsium, phospate, oksalat, cystin, fungsi renal ;
darah lengkap, urine 24 jam, ekskresi phospate, kalsium, asam urat, kreatinin, dan analisa batu
(komposisi batu))
(Wijaya dan Putri, 2013: 254-255)

2. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Keperawatan


a. Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan sekunder terhadap batu ginjal
Batasan Karakteristik :
Perubahan selera makan, perubahan tekanan darah, perubahan frekuensi jantung, perubahan
frekuensi pernafasan, laporan isyarat, diaforesis, perilaku distraksi (misal berjalan mondar-
mandir, mencari orang lain dan/ atau aktivitas lain, aktivitas yang berulang), mengekspresikan
perilaku (misal gelisah, merengek, menangis, waspada iritabilitas, mendesah), masker wajah
(misal mata kurang bercahaya, tampak kacau, gerakan mata berpencar atau tetap pada satu fokus,
meringis), sikap melindungi area nyeri, fokus menyempit (misal gangguan persepsi nyeri,
hambatan proses pikir, penurunan interaksi dengan orang lain dan lingkungan), indikasi nyeri
yang dapat diamati, perubahan posisi untuk menghindari nyeri, sikap tubuh melindungi, dilatasi
pupil, melaporkan nyeri secara verbal, fokus pada diri sendiri, gangguan tidur. Faktor yang
berhubungan adalah ; agens cidera (misal biologis, kimia, fisik, psikologis (NANDA, 2012).
Batasan karakteristik lain (non-NANDA) meliputi mengkomunikasikan penggambaran nyeri
(misal nyeri, ketidaknyamanan, mual, berkeringat pada malam malam hari, kram otot, gatal pada
kulit, mati rasa, dan kesemutan pada ekstremitas), menyeringai, rentang perhatian terbatas,
mondar-mandir, pucat, menarik diri (Wilkinson, 2006).
Tujuan :Nyeri berkurang/ hilang sampai terkontrol
sil :Nampak rileks, pasien dapat tidur/ istirahat dengan tepat.
Tabel 1.1
Intervensi Keperawatan
Intervensi Rasional
Mengobservasi nyeri. Menentukan kualitas nyeri
pasien.
Jelaskan hal-hal yang dapat Meningkatkan kewaspadaan
memperparah nyeri. pasien.
Ajarkan teknik relaksasi maupun Cara untuk mengontrol nyeri.
distraksi.
Kolaborasi pemberian analgetik. Mengurangi nyeri.
(Wilkinson, 2006)
b. Gangguan eliminasi urin berhubunngan dengan obstruksi mekanik dan iritasi ginjal/eretral.
Batasan Karakteristik :
Disuria, sering berkemih, anyang-anyangan, inkontinensia, nokturia, retensi, dan dorongan
(NANDA, 2012).
:Berkemih dengan jumlah normal dan pola biasanya.
Kriteria hasil :Tidak mengalami tanda obstruksi.
Tabel 1.2
Intervensi Keperawatan
Intervensi Rasional
Awasi pengeluaran dan Memberikan informasi tentang
pemasukan urin. fungsi ginjal dan adnya
komplikasi.
Tentukan pola berkemih pasien Kalkulus dapat menyebabkan
dan perhatikan variasi. eksitabilitas saraf, yang
menyebabkan sensasi
kebutuhan berkemih segera.
Dorong pemasukan cairan Peningkatan hidrasi membilas
bakteri, darah, dan debris dan
dapat membantu lewatnya
batu.
Periksa urin pasien Penemuan batu
memungkinkan identifikasi
tipe batu dan mempengaruhi
pilihan terapi.
Awasi pemeriksaan laboratorium, Peningkatan BUN, kreatinin,
seperti elektrolit, BUN, dan dan elektrolit,
kreatinin. mengindikasikan disfungsi
ginjal.
Berikan obat sesuai indikasi Meningkatkan pH urin
(asam askorbat, alopurinol, (alkalinitas) mencegah statis
HCT,). urin dan mencegah
pembentukan batu.
(Suharyanto dan Madjid , 2009: 165-166)

c. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual muntah.


Tujuan :Mempertahankan cairan yang adekuat.
eria Hasil :Tanda vital dan berat badan dalam rentang normal, nadi perifer normal, mukosa bibir lembab,
turgor kulit elastis.
Tabel 1.3
Intervensi Keperawatan
Intervensi Rasional
Awasi intake dan output cairan. Membandingkan keluaran aktual
dan mengevaluasi derajad
kerusakan ginjal.
Awasi tanda vital, turgor kulit, Indikator hidrasi pasien.
dan membran mukosa.
Beri cairan intravena. Mempertahankan volume
sirkulasi.
Timbang berat badan. Penurunan 0,5 kg BB dapat
menunjukan perpindahan
keseimbanngan cairan.
Tingkatkan pemasukan cairan 3-4 Mempertahankan keseimbangan
L sesuai toleransi jantung. cairan.
(Suharyanto dan Madjid , 2009: 167)

d. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan suplay oksigen.


Batasan Karakteristik :
Respon tekanan darah abnormal terhadap aktivitas, respon frekuensi jantung abnormal terhadap
aktivitas, perubahan EKG yang mencerminkan aritmia, perubahan EKG yang mencerminkan
iskemia, ketidaknyamanaN setelah beraktivitas, dispnea setelah beraktivitas, menyatakan merasa
letih, menyatakan merasa lemah (NANDA, 2012).
an :Berpartisipasi dalam aktivitas yang dapat ditoleransi pasien.
ria Hasil :Menyadari keterbatasan energi, menyeimbangkan aktivitas dan istirahat, tingkat daya tahan
adekuat untuk beraktivitas.
Tabel 1.4
Intervensi Keperawatan
Intervensi Rasional
Kaji faktor yang menimbulkan Menyediakan informasi
kelelahan. mengenai indikasi tingkat
keletihan.
Tingkatkan kemandirian dalam Meningkatkan aktivitas
beraktivitas perawatan diri yang ringan/sedang dan memperbaiki
dapat ditoleransi. harga diri.
Anjurkan aktivitas alternatif Mendorong latihan dan aktivitas
sambil istirahat. dalam batas-batas yang dapat
ditoleransi dan istirahat yang
cukup.
Kolaborasi pemberian oksigen. Mengurangi kelelahan dan
meninngkatkan toleransi
terhadap aktivitas.
(Suharyanto dan Madjid , 2009:196-197 )

e. Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan mual muntah.


Batasan Karakteristik :
Kram abdomen, nyeri abdomen, menghindari makan, berat badan 20% atau lebih dibawah berat
badan ideal, kerapuhan kapiler, diare, kehilangan rambut berlebihan, bising usus hiperaktif,
kurang makan, kurang dan kesalahan informasi, kurang minat pada makanan, penurunan berat
badan dengan asupan adekuat, kesalahan konsepsi, membran mukosa pucat, ketidakmampuan
memakan makanan, tonus otot menurun, mengeluh gangguan sensasi rasa, mengeluh asupan
makanan kurang dari RDA (recommended daily allowance), cepat kenyang setelah makan,
sariawan rongga mulut, steatorea, kelemahan otot pengunyah, kelemahan otot untuk menelan
(NANDA, 2012).
Tujuan : Mempertahankan berat
badan.
eria hasil :Tidak terjadi penurunan berat badan, nilai laboratorium dalam batas normal (albumin, elektrolit,
hemoglobin).

Tabel 1.5
Intervensi Keperawatan
Intervensi Rasional
Kaji pemasukan diit. Membantu dalam
mengidentifikasi defisiensi dan
kebutuhan diit.
Beri makan sedikit tapi sering. Meminimalkan anoreksia dan
mual sehubungan dengan status
uremik/menurunnya peristaltik
Timbang berat badan. Mengetahui kehilangan berat
badan.
Kolaborasi dengan ahli gizi. Menentukan kebutuhan nutrisi
tubuh.
Kolaborasi pemberian penambah Meningkatkan nafsu makan.
nafsu makan atau vitamin, dan
anti emetik.
(Suharyanto dan Madjid , 2009: 177)
f. Risiko Infeksi berhubugan dengan trauma jaringan.
Tujuan : Tidak mengalami tanda dan gejala infeksi
Hasil :Tanda vital dalam batas normal, nilai lekosit dalam batas normal.

Tabel 1.6
Intervensi Keperawatan
Intervensi Rasional
Awasi tanda-tanda vital. Demam dengan peningkatan
nadi dan pernafasan adalah
tanda peningkatan laju
metabolik dari proses
inflamasi, meskipun sepsis
dapat terjadi tanpa respon
demam.
Awasi peningkatan sel darah Menandakan adanya infeksi.
putih.
Berikan rawat luka dengan teknik Mengurangi risiko infeksi.
septik.
Kolaborasi pemberian antibiotik. Menangani infeksi.
(Suharyanto dan Madjid , 2009: 179)
g. Kelebihan Volume Cairan berhubungan dengan retensi natrium.
Batasan karakteristik :
Bunyi nafas adventinus, gangguan elektrolit, anasarka, ansietas, azotemia, perubahan tekanan
darah, status mental, dan pola nafas, penurunan hematokrit dan hemoglobin, dispnea, edema,
peningkatan tekanan vena sentral, asupan melebihi haluaran, distensi vena jugularis, oliguria,
ortopnae, efusi pleura, reflek hepatojugular positif, perubahan tekanan arteri pulmonal, kongesti
pulmonal, gelisah, perubahan berat jenis urin, bunyi jantung S3, penambahan berat badan dalam
waktu sangat singkat (NANDA, 2012).
Tujuan : Mempertahankan keseimbangan cairan
asil :Tanda-tanda vital normal, hematokrit dalam batas normal.
Tabel 1.7
Intervensi Keperawatan
Intervensi Rasional
Timbang berat badan pasien. Merupakan indikator yang
sensitif untuk menunjukkan
penambahan cairan.
Ukur haluaran dan asupan cairan. Mendeteksi retensi urin.
Pantau jumlah dan karakteristik Mendeteksi komplikasi.
urin.
Pantau tanda-tanda vital Apabila teerdapat peningkatan
volume cairan, tanda-tanda
vital akan terpenngaruh.
(Suharyanto dan Madjid , 2009: 193)

DAFTAR PUSTAKA

Alam, Syamsir dan Iwan Hadibroto, 2007, Gagal Ginjal, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Baradero, Mary, dkk, 2008, Klien Gangguan Ginjal, Jakarta: EGC

Bilotta, 2012, Kapita Selekta Penyakit dengan Implikasi Keperawatan Edisi 2, Jakarta: EGC

Herdman, T, Heater, 2012, Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014,Jakarta: EGC

Muttaqin, Arif, 2010, Pengkajian Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik, Jakarta: Salemba Medika

Nursalam, 2006, Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Perkemihan, Jakarta: Salemba
Medika

Purnomo, Basuki B, 2003, Dasar-dasar Urologi Edisi Kedua, Jakarta: Sagung Seto

Suharyanto, Toto & Abdul Madjid, 2009, Asuhan Keperawatan pada Klien Gangguan Sistem Perkemihan,
Jakarta: Trans Info Medika

Tamsuri, Anas, 2006, Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri, Jakarta: EGC

Tarwoto dan Wartonah, 2004, Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan, Jakarta: Salemba
medika
Wijaya, Andra Saferi & Yessie Mariza Putri, 2013, Keperawatan Medikal Bedah 1 Keperawatan
Dewasa, Yogyakarta: Nuha Medika

Wilkinson, Judith M, 2006, Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil
NOC, Jakarta: EGC
askep urolithiasis
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Urolithiasis atau batu ginjal merupakan batu pada saluran kemih. Urotialisis
sudah dikenal sejak zaman Babilonia dan mesir kuno dengan ditemukannya batu pada
kandung kemih mummi. Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran
kemih mulai dari system kaliks ginjal kemudian turun ke saluran kemih bagian bawah
atau memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah karena adanya stasis urine
seperti pada batu buli-buli karena hyperplasia prostat atau batu uretra yang terbentuk di
dalam divertikel uretra. Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian
berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal, dan bahkan bisa mengisi pelvis serta
seluruh kaliks ginjal dan merupakan batu saluran kemih yang paling sering terjadi.
Penyakit batu saluran kemih menyebar ke seluruh dunia dengan perbedaan di
Negara berkembang banyak ditemukan batu buli-buli, sedangkan di Negara yang lebih
maju lebih banyak dijumpai batu saluran kemih di bagian atas ( ginjal dan ureter),
perbedaan ini dipengaruhi status gizi dan mobilitas a penduduk aktivitas sehari- hari.
Angka prevalensi rata-rata seluruh dunia adalah 1-12 % penduduk menderita batu
saluran kemih.
Penyakit Urolithiasis di masyarakat luas pada umumnya dikenal dengan batu ginjal. Penyakit ini

akan menjadi kronik bila tidak mendapat pengobatan secara dini yaitu terjadinya kerusakan ginjal yang

akut ditandai dengan tidak berfungsinya ginjal.

Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi termasuk di bidang kesehatan berdampak

positif dan negatif terhadap pola hidup masyarakat termasuk perubahan pola dan gaya hidup masyarakat

sehinga kita dapat melihat dampak negatif yang bisa kita lihat yaitu banyaknya penyakit yang muncul

misalnya hipertensi, jantung dan juga ginjal.

Selain itu penyakit yang muncul karena gaya hidup yang kurang sehat adalah
batu pada saluran kencing, yang bila tidak diatasi dapat menimbulkan berbagai
komplikasi. Karena hal tersebut di atas sebagai perawat kita ikut berperan dalam
mengatasi masalah ini antara lain dengan rasa memberikan penyuluhan pada pasien
dan keluarga untuk meningkatkan pengetahuan tentang urolithiasis dan
vesikolithiasis/batu buli-buli khususnya serta cara pencegahannya.
Gejala awal terbentuknya batu jarang dirasakan oleh penderita, mungkin hanya
perubahan dalam pola perkemihan, namun bila tidak ditindaklanjuti maka dapat
menimbulkan keadaan yang parah, seperti nyeri yang hebat, terjadi penyumbatan
saluran kemih bahkan terjadi kerusakan ginjal.
Peran perawat dalam hal ini adalah memberikan penyuluhan tentang pencegahan
terjadinya batu, seperti mengkonsumsi cairan dalam jumlah banyak (3 – 4 liter/hari), diit
yang seimbang/sesuai dengan jenis batu yang ditemukan, aktivitas yang cukup serta
segera memeriksakan diri bila timbul keluhan pada saluran kemih agar dapat segera
ditangani. Bagi penderita yang mengalami batu pada saluran kemih agar selalu
menjaga kesehatannya agar tidak terjadinya pembentukan batu yang baru. Hal yang
harus diperhatikan oleh penderita adalah diet makanan dan pemeliharaan kesehatan
seperti berobat ke dokter, minum obat secara teratur dan menghindari penyakit infeksi
yang menjadi salah satu penyebab timbulnya urolithiasis.

B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengartikan dan menjelaskan tentang penyakit Urotiliasis,
serta dapat mengetahui cara memberikan Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan
diagnosa urotiliasis dan memperoleh pengalaman nyata dalam merawat pasien dengan
penyakit batu saluran kemih serta dapat memberikan asuhan keperawatan yang
tepat.Memperdalam anatomi fisiologi dan patologi sistem perkemihan yang merupakan
dasar dalam melakukan pengkajian dan intervensi keperawatan.

2. Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa mampu :
a. Menjelaskan definisi penyakit urolithiasis.
b. Menjelaskan penyebab penyakit urolithiasis.
c. Menjelaskan gejala dan tanda penyakit urolithiasis.
d. Menjelaskan patofisiologi penyakit urolithiasis.
e. Melakukan pemeriksaan fisik.
f. Melakukan pemeriksaan diagnostik.
g. Melakukan penatalaksanaan penyakit urolithiasis.
h. Menentukan cara pencegahan penyakit urolithiasis.
i. Mengetahui komplikasi.
j. Melakukan pengkajian.
k. Menentukan diagnosa.
l. Menentukan perencanaan tindakan.
m. Melakukan tindakan keperawatan.
n. Menentukan evaluasi keperawatan.
o. Melakukan dokumentasi.

BAB II
KONSEP PENYAKIT
A. ANATOMI FISIOLOGI
Sistem perkemihan terdiri atas :
1. Ginjal
2. Ureter
3. Kandung kemih
4. uretra
Ginjal mengeluarkan sekret urine; ureter mengeluarkan urine dari ginjal ke
kandung kemih; kandung kemih berkerja sebagai penampung urine dan uretra
mengeluarkan urine dan kandung kemih.
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen, terutama di daerah lumbal, di
sebelah kanan dan kiri tulang belakang, dibungkus lapisan lemak yang tebal,
dibelakang peritoneum, atau di luar peritoneum. Ketinggian ginjal dapat diperkirakan
dari belakang, mulai dari ketinggian vertebra torakalis sampai vertebra lumbalis ketiga.
Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari kiri karena letak hati yang menduduki ruang lebih
banyak di sebelah kanan. Panjang ginjal pada orang dewasa sekitar 6-7,5 cm, tebal
1,5-2,5 cm, dan berat sekitar 140 gram. Pada bagian atas terdapat kelenjar suprenalis
atau kelenjar adrenal.
Struktur struktur setiap ginjal diselubungi oleh kapsul tipis dan jaringan fibrus dan
membentuk pembungkus yang halus. Didalamnya terdapat struktur ginjal berwarna
ungu tua yang terdiri atas korteks disebelah luar dan medula di sebelah dalam. Bagian
medula tersusun atas 15-16 massa piramid yang disebut piramid ginjal. Puncaknya
mengarah ke hilum dan berakhir di kalises (kaliks). Kalises menghubungkannya dengan
pelvis ginjal.
Nefron adalah struktur halus ginjal terdiri atas banyak nefron yang merupakan
satuan fungsional ginjal. Jumlahnya sekitar 1.000.000 pada setiap ginjal. Setiap nefron
dimulai sebagai berkas kapiler (badan malphigi atau glomerulus) yang tertanam pada
ujung atas yang lebar pada urinefrus atau nefron. Dari sini tubulus berjalan berkelok-
kelok dan sebagian lurus. Bagian pertama berkelok-kelok dan sesudah itu terdapat
sebuah simpa yang disebut simpai henle. Kemudian, tubulus itu berkelok-kelok lagi,
disebut kelokan kedua atau tubulus distal, yang tersambung dengan tubulus
penampung yang berjalan melintasi korteks medula, lalu berakhir di salah satu
piramidalis.
Pembuluh arteri yaitu arteri renalis membawa darah murni dari aorta abdominalis
ke ginjal. Cabang arteri memiliki banyak ranting di dalam ginjal dan menjadi arteriola
aferen serta masing-masing membentuk simpul dari kapiler-kapiler di dalam salah satu
badan malphigi, yaitu glomerulus. Arteriola aferen membawa darah dari glomerulus,
kemudian dibagi ke dalam jaringan peritubular kapiler. Kepiler ini menyuplai tubulus dan
menerima materi yang direabsopsi oleh struktur tubular. Pembuluh eferen menjadi
arteriola eferen yang becabang-cabang membentuk jaringan kapiler di sekeliling tubulus
uriniferus. Kapiler ini bergabung membentuk vena renalis yang membawa darah dari
ginjal ke vena kava inferior. Kapiler arteriola eferen lainya membentuk vasa vecta yang
berperan dalam mekanisme kosentrasi ginjal.
Fungsi Ginjal :
1. Sebagai tempat mengatur air.
2. Sebagai tempat mengatur kosentrasi garam dalam darah.
3. Sebagai tempat mengatur keseimbangan asam basa darah.
4. Sebagai tempat ekskresi dan kelebihan garam.
Sekresi urine dan mekanisme kerja ginjal, glomerulus berfungsi sebagai
saringan. Setiap menit, kira-kira satu liter darah yang mengandung 500 cc plasma
mengalir melalui semua glomerulus, dan sekitar 100 cc (10%), disaring keluar. Plasma
yang berisi semua garam, glukosa, dan benda halus lainya disaring. Namun, sel dan
protein plasma terlalu besar untuk dapat menembus pori saringan dan tetap tinggi
dalam darah. Cairan yang disaring, yaitu filtrat glomerulus, kemudian mengalir melalui
tubulus renalis dan sel-selnya menyerap semua bahan yang diperlukan tubuh serta
membuang yang tidak diperlukan. Dalam keadaan normal, semua glukosa dan
sebagian besar air diabsorpsi kembali, sedangkan produk buangan dikeluarkan. Faktor
yang mempengaruhi sekresi adalah filtrasi glomerulus, reabsorpsinya tubulus, dan
sekresi tubulus.
Tabel 1.1
Jumlah yang disaring dan dikeluarkan glomerulus setiap hari
NO. BAHAN DISARING DIKELUARKAN
1. AIR 150 LITER 11/2 LITER
2. GARAM 1.700 GRAM 15 GRAM
3. GLUKOSA 170 GRAM 0 GRAM
Sumber : Peace E.C, Anatomi Fisiologi Untuk Paramedis, Gramedia pustaka
utama,1995, hal 249.
Berat jenis urine tergantung dari jumlah zat yang larut atau terbawa dalam
urine. Berat jenis plasma (tanpa protein) adalah 1.010. bila ginjal mengencerkan urine (
misalnya sesudah minum air), maka berat jenisnya kurang dari 1.010. Bila ginjal
memekatkan urine, maka berat jenis (BJ) urine lebih dari 1.010. Daya pemekatan ginjal
diukur menurut berat jenis tertinggi.
Ureter merupakan saluran retroperitonium yang menghubungkan ginjal dengan
kandung kemih. Pada awalnya, ureter berjalan melalui fasia gerota dan kemudian
menyilang muskulus psoas dan pembuluh darah iliaka komunis. Ureter berjalan
sepanjang sisi posterior pelvis, di bawah vas deferen, dan memasuki basis vesika pada
trigonum. Pasoka darah ureter berasal dari pembuluh darah renalis, gonad, aorta, iliaka
komunis,dan iliaka interna. Susunan saraf otonom pada dinding ureter memberikan
aktvitas peristaltik, dimana kontraksi berirama berasal dari pemacu proksimal yang
mengendalikan transpor halus dan efisien bagi urine dari pelvis renalis ke kandung
kemih.
Kandung kemih (vesika Urinaria-VU) berfungsi sebagai penampung urine.
Organ ini berbentuk seperti buah pir atau kendi. Kandung kemih terletak di dalam
punggul besar, di depan isi lainnya, dan di belakang simpisis pubis. Pada bayi letaknya
lebih tinggi. Bagian terbawah adalah berbasis sedangkan bagian atas adalah fundus.
Puncaknya mengarah ke depan bawah dan ada di belakang simpisis. Dinding kandung
kemih terdiri atas lapisan serus sebelah luar, lapisan berotot, lapisan submukosa, dan
lapisan mukosa dari epitelium transisional. Tiga saluran bersambung dengan kandung
kemih. Dua ureter bermuara secara oblik di sebelah basis, letak oblik menghindarkan
urine mengalir kembali ke dalam ureter. Uretra keluar dari kandung kemih
sebelah depan. Daerah segitiga antara dua lubang ureter dan uretra disebut segitiga
kandung kemih (trigonum vesica urinarius). Pada wanita, kandung kemih terletak di
antara simpisis pubis, utrus, dan vagina. Dari uretrus, kandung kemih dipisahkan oleh
lipatan peritoneu ruang uterovesikal atau ruang dounglas.
Uretra adalah sebuah saluran yang berjalan dari leher andung kemih ke lubang
luar, dilapisi oleh membran mukosa yang bersambung dengan membran yang melapisi
kandung kemih. Meatus urinarius terdiri atas serabut otot melingkar, membentuk
sfingter uretra. Panjang uretra pada wanita sekitar 2,5-3,5 cm, sedangkan pria 17-22,5
cm.
Proses perkemihan, mikturisi adalah peristiwa pembuangan urine. Keinginan
berkemih disebabkan oleh penambahan tekanan dalam kandung kemih dan isi urine
didalamnya. Jumlah urine yang ditampung kandung kemih dan menyebabkan miksi
yaitu 170-230 ml. Mikturisi merupakan gerakan yang dapat dikendalikan dan ditahan
oleh pusat-pusat persyarafan. Kandung kemih dikendalikan oleh syaraf pelvis dan
serabut saraf simpatik dari pleksus hipogastrik.

B. PENGERTIAN
a. Urolithiasis adalah adanya batu (kalkuli) di traktus urinarius (Brunner and
Suddarth, 2002, hal. 1460).
b. Urolithiasis adalah kalsifikasi dengan sistem urinari kalkuli, seringkali disebut batu
ginjal. Batu dapat berpindah ke ureter dan kandung kemih (Black, Joyce, 1997, hal.
1595).
c. Urolithiasis adalah benda zat padat yang dibentuk oleh presipitasi berbagai zat terlarut
dalam urine pada saluran kemih. Batu dapat berasal dari kalsium oksalat (60%), fosfat
sebagai campuran kalsium, amonium, dan magnesium fosfat (batu tripel fosfat akibat
infeksi) (30%), asam urat (5%), dan sistin (1%).( Pierce A. Grace & Neil R. Borley 2006,
ILMU BEDAH, hal. 171).
d. Urolithiasis adalah penyakit diamana didapatkan batu di dalam saluran air kemih, yang
dimulai dari kaliks sampai dengan uretra anterior.(DR. Nursalam, M. Nurs & Fransica
B.B, Sistem Perkemihan, hal. 76).
e. Urolithiasis adalah pengkristilan mineral yang mengelilingi zat organik, misalnya nanah,
darah, atau sel yang sudah mati. Biasanya batu kalkuli terdiri atas garam kalsium (
oksalat dan fosfat) atau magnesium fosfat dan asam urat.(Mary baradero,SPC,MN &
Yakobus Siswandi, MSN, klien gangguan ginjal, hal 59).

C. ETIOLOGI
Sampai saat sekarang penyebab terbentuknya batu belum diketahui secara pasti.
Beberapa faktor predisposisi terjadinya batu :
1. Ginjal
Tubular rusak pada nefron, mayoritas terbentuknya batu.
2. Immobilisasi
Kurang gerakan tulang dan muskuloskeletal menyebabkan penimbunan kalsium.
Peningkatan kalsium di plasma akan meningkatkan pembentukan batu.
3. Infeksi : infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan menjadi
inti pembentukan batu.
4. Kurang minum : sangat potensial terjadi timbulnya pembentukan batu.
5. Pekerjaan : dengan banyak duduk lebih memungkinkan terjadinya pembentukan batu
dibandingkan pekerjaan seorang buruh atau petani.
6. Iklim : tempat yang bersuhu dingin (ruang AC) menyebabkan kulit kering dan
pemasukan cairan kurang. Tempat yang bersuhu panas misalnya di daerah tropis, di
ruang mesin menyebabkan banyak keluar keringat, akan mengurangi produksi urin.
7. Diuretik : potensial mengurangi volume cairan dengan meningkatkan kondisi
terbentuknya batu saluran kemih.
8. Makanan, kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi kalsium seperti susu, keju, kacang
polong, kacang tanah dan coklat. Tinggi purin seperti : ikan, ayam, daging, jeroan.
Tinggi oksalat seperti : bayam, seledri, kopi, teh, dan vitamin D.

D. KLASIFIKASI
Teori pembentukan batu renal :
a. Teori Intimatriks
Terbentuknya Batu Saluran Kencing memerlukan adanya substansi organik Sebagai
inti. Substansi ini terdiri dari mukopolisakarida dan mukoprotein A yang mempermudah
kristalisasi dan agregasi substansi pembentukan batu.
b. Teori Supersaturasi
Terjadi kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urine seperti sistin, santin, asam
urat, kalsium oksalat akan mempermudah terbentuknya batu.
c. Teori Presipitasi-Kristalisasi
Perubahan pH urine akan mempengaruhi solubilitas substansi dalam urine. Urine yang
bersifat asam akan mengendap sistin, santin dan garam urat, urine alkali akan
mengendap garam-garam fosfat.
d. Teori Berkurangnya Faktor Penghambat
Berkurangnya Faktor Penghambat seperti peptid fosfat, pirofosfat, polifosfat, sitrat
magnesium, asam mukopolisakarida akan mempermudah terbentuknya Batu Saluran
Kencing.

Jenis Batu-batu renal :


1. Batu kalsium
Terutama dibentuk oleh pria pada usia rata-rata timbulnya batu adalah dekade
ketiga. Kebanyakan orang yang membentuk batu lagi dan interval antara batu-batu
yang berturutan memendek atau tetap konstan. Kandungan dari batu jenis ini terdiri
atas kalsium oksalat, kalsium fosfat atau campuran dari kedua jenis batu tersebut.
Faktor yang menyebabkan terjadinya batu kalsium adalah :
a. Hiperkalsiuria
Dapat disebabkan oleh pembuangan kalsium ginjal primer atau sekunder terhadap
absorbsi traktus gastrointestinal yang berlebihan. Hiperkalsiuria absorptif dapat juga
disebabkan oleh hipofosfatemia yang merangsang produksi vitamin D3.
Tipe yang kurang sering adalah penurunan primer pada reabsorbsi kalsium di tubulus
ginjal, yang mengakibatkan hiperkalsiuria di ginjal.
b. Hipositraturia
Sitrat dalam urin menaikkan kelarutan kalsium dan memperlambat perkembangan batu
kalsium oxalat. Hipositraturia dapat terjadi akibat asidosis tubulus distal ginjal, diare
kronik atau diuretik tiazid.
c. Hiperoksalouria
Terdapat pada 15% pasien dengan penyakit batu berulang (> 60 mg/hari).
Hiperoksaluria primer jarang terjadi, kelainana metabolisme kongenital yang merupakan
autosan resesif yang secara bermakna meningkatkan ekskresi oksalat dalam urin,
pembentukan batu yang berulang dan gagal ginjal pada anak.
d. Hiperurikorsuria
Kadar asam urat urin melebihi 850 mg/24 jam. Asam urat urin dapat bertindak sebagai
inti batu yang mempermudah terbentuknya batu kalsium oksalat asam urat dalam urin
dapat bersumber dari konsumsi makanan yang kaya purin/ berasal dari metabolisme
endogen.
e. Hipomagnesiuria
Seperti halnya dengan sitrat magnesium bertindak sebagai penghambat timbulnya batu
kalsium karena di dalam urine magnesium akan bereaksi dengan oksalat menjadi
magnesium oksalat sehingga mencegah ikatan dengan kalsium dengan oksalat.
2. Batu asam urat
Batu asam urat merupakan penyebab yang paling banyak dari batu-batu
radiolusen di ginjal. Batu-batu tersebut dapat terbentuk jika terdapat hiperurikosuria dan
urin asam yang menetap. Batu asam urat batu ini dijumpai pada pasien gout, Ph Urin
yang rendah Adalah factor Kritis dalam membantu pembentukan batu asam urat. Batu
ini jarang terbentuk dalam urin basa. Batu terbentuk pada PH dibawah 5,5.

3. Batu struvit
Sering ditemukan dan potensial berbahaya. Batu ini terutama pada wanita, diakibatkan
oleh infeksi saluran kemih oleh bakteri-bakteri yang memiliki urease, biasanya dari
psesies proteus. Batu ini dapat tumbuh menjadi besar dan mengisi pelvis ginjal dan
kalises untuk menimbulkan suatu penampilan seperti “tanduk rusa jantan”. Dalam urin,
kristal struvit berbentuk prisma bersegi empat yang menyerupai tutup peti mati.obat
antibiotik.

E. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinis adanya batu dalam traktus urinarius bergantung pada adanya
obstruksi, infeksi dan edema.
a. - Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi, menyebabkan peningkatan
tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal.
- Infeksi (pielonefritis dan sistitis yang disertai menggigil, demam dan disuria) dapat
terjadi dari iritasi batu yang terus menerus. Beberapa batu menyebabkan sedikit gejala
namun secara perlahan merusak unit fungsional (nefron) ginjal.
- Nyeri yang luar biasa dan ketidak nyamanan.
b. Batu di piala ginjal
- Nyeri dalam dan terus-menerus di area kastovertebral.
- Hematuri dan piuria dapat dijumpai.
- Nyeri berasal dari area renal menyebar secara anterior dan pada wanita nyeri ke bawah
mendekati kandung kemih sedangkan pada pria mendekati testis.
- Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri tekan di area kostoveterbal, dan
muncul Mual dan muntah.
- Diare dan ketidaknyamanan abdominal dapat terjadi. Gejala gastrointestinal ini akibat
dari reflex renoinstistinal dan proksimitas anatomic ginjal ke lambung pancreas dan
usus besar.
c. Batu yang terjebak di ureter
- Menyebabkan gelombang Nyeri yang luar biasa, akut, dan kolik yang menyebar ke paha
dan genitalia.
- Rasa ingin berkemih namun hanya sedikit urine yang keluar.
- Hematuri akibat aksi abrasi batu.
- Biasanya batu bisa keluar secara spontan dengan diameter batu 0,5-1 cm.
d. Batu yang terjebak di kandung kemih
- Biasanya menyebabkan gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus urinarius
dan hematuri.
- Jika batu menyebabkan obstruksi pada leher kandung kemih akan terjadi retensi urine.

F. PATOFISIOLOGI
Mekanisme terbentuknya batu pada saluran kemih atau dikenal dengan urolitiasis
belum diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor predisposisi terjadinya batu
antara lain : Peningkatan konsentrasi larutan urin akibat dari intake cairan yang kurang
dan juga peningkatan bahan-bahan organik akibat infeksi saluran kemih atau stasis urin
menyajikan sarang untuk pembentukan batu.
Supersaturasi elemen urin seperti kalsium, fosfat, oxalat, dan faktor lain
mendukung pembentukan batu meliputi : pH urin yang berubah menjadi asam, jumlah
solute dalam urin dan jumlah cairan urin. Masalah-masalah dengan metabolisme purin
mempengaruhi pembentukan batu asam urat. pH urin juga mendukung pembentukan
batu. Batu asam urat dan batu cystine dapat mengendap dalam urin yang asam. Batu
kalsium fosfat dan batu struvite biasa terdapat dalam urin yang alkalin. Batu oxalat tidak
dipengaruhi oleh pH urin.
Imobilisasi yang lama akan menyebabkan pergerakan kalsium menuju tulang
akan terhambat. Peningkatan serum kalsium akan menambah cairan yang akan
diekskresikan. Jika cairan masuk tidak adekuat maka penumpukan atau pengendapan
semakin bertambah dan pengendapan ini semakin kompleks sehingga terjadi batu.
Batu yang terbentuk dalam saluran kemih sangat bervariasi, ada batu yang kecil
dan batu yang besar. Batu yang kecil dapat keluar lewat urin dan akan menimbulkan
rasa nyeri, trauma pada saluran kemih dan akan tampak darah dalam urin. Sedangkan
batu yang besar dapat menyebabkan obstruksi saluran kemih yang menimbulkan
dilatasi struktur, akibat dari dilatasi akan terjadi refluks urin dan akibat yang fatal dapat
timbul hidronefrosis karena dilatasi ginjal.
Kerusakan pada struktur ginjal yang lama akan mengakibatkan kerusakan pada
organ-organ dalam ginjal sehingga terjadi gagal ginjal kronis karena ginjal tidak mampu
melakukan fungsinya secara normal.
Maka dapat terjadi penyakit GGK yang dapat menyebabkan kematian.

Skema patofisiologi
DP. NYERI
s

G. PEMERIKSAAN FISIK
FISIK
1. Mungkin teraba ginjal yang mengalami hidronefrosis/obstruktif.
2. Nyeri tekan/ ketok pinggang/ daerah kortekoserebral.
3. Batu uretra anterior bisa diraba.

H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Urinalisa : warna kuning, coklat gelap, berdarah. Secara umum menunjukkan adanya
sel darah merah, sel darah putih dan kristal(sistin,asam urat, kalsium oksalat), serta
serpihan, mineral, bakteri, pus, pH urine asam(meningkatkan sistin dan batu asam urat)
atau alkalin meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat.
2. Urine (24 jam) : kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat atau sistin meningkat.
3. Kultur urine : menunjukkan adanya infeksi saluran kemih (stapilococus aureus,
proteus,klebsiela,pseudomonas).
4. Survei biokimia : peningkatan kadar magnesium, kalsium, asam urat, fosfat, protein dan
elektrolit.
5. BUN/kreatinin serum dan urine : Abnormal ( tinggi pada serum/rendah pada urine)
sekunder terhadap tingginya batu okkstuktif pada ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis.
6. Kadar klorida dan bikarbonat serum : peningkatan kadar klorida dan penurunan kadar
bikarbonat menunjukkan terjadinya asidosis tubulus ginjal.
7. Hitung Darah lengkap : sel darah putih mungkin meningkat menunjukan
infeksi/septicemia.
8. Sel darah merah : biasanya normal.
9. Hb, Ht : abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia terjadi ( mendorong
presipitas pemadatan) atau anemia(pendarahan, disfungsi ginjal).
10. Hormon paratiroid : mungkin meningkat bila ada gagal ginjal. (PTH merangsang
reabsorbsi kalsium dari tulang meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine).
11. Foto rontgen : menunjukkan adanya kalkuli atau perubahan anatomik pada area ginjal
dan sepanjang ureter.
12. IVP : memberikan konfirmasi cepat urolithiasis, seperti penyebab nyeri abdominal atau
panggul. Menunjukan abdomen pada struktur anatomik ( distensi ureter) dan garis
bentuk kalkuli.
13. Sistoureterokopi : visualisasi langsung kandung kemih dan ureter dapat menunjukan
batu dan efek obstruksi.
14. Stan CT : mengidentifikasi/ menggambarkan kalkuli dan massa lain, ginjal, ureter, dan
distensi kandung kemih.
15. USG Ginjal : untuk menentukan perubahan obstruksi, lokasi batu.

I. PENATALAKSANAAN
1. Tujuannya :
a. Menghilangkan Batu
b. Menentukan jenis Batu
c. Mencegah kerusakan nefron
d. Mengendalikan infeksi
e. Mengurangi obstuksi yang terjadi
f. Mengurangi kemungkinan terjadinya rekurensi (terulang kembali).

2. Cara penanganan :
a. Pengurangan nyeri, mengurangi nyeri sampai penyebabnya dapat dihilangkan, morfin
diberikan untuk mencegah sinkop akibat nyeri luar biasa. Mandi air hangat di area
panggul dapat bermanfaat. Cairan yang diberikan, kecuali pasien mengalami muntah
atau menderita gagal jantung kongestif atau kondisi lain yang memerlukan pembatasan
cairan. Ini meningkatkan tekanan hidrostatik pada ruang belakang batu sehingga
mendorong passase batu tersebut ke bawah. Masukan cairan sepanjang hari
mengurangi kosentrasi kristaloid urine, mengencerkan urine dan menjamin haluaran
urine yang besar.
b. Pengangkatan batu, pemeriksaan sistoskopik dan passase kateter ureteral kecil untuk
menghilangkan batu yang menyebabkan obstruksi ( jika mungkin), akan segera
mengurangi tekanan belakang pada ginjal dan mengurangi nyeri.
c. Terapi nutrisi dan Medikasi. Terapi nutrisi berperan penting dalam mencegah batu
ginjal. Masukan cairan yang adekuat dan menghindari makanan tertentu dalam diet
yang merupakan bahan utama pembentuk batu(mis.kalsium), efektif untuk mencegah
pembentukan batu atau lebih jauh meningkatkan ukuran batu yang telah ada. Minum
paling sedikit 8 gelas sehari untuk mengencerkan urine, kecuali dikontraindikasikan.
- Batu kalsium, pengurangan kandungan kalsium dan fosfor dalam diet dapat
membantu mencegah pembentukan batu lebih lanjut.
- Batu fosfat, diet rendah fosfor dapat diresepkan untuk pasien yang memiliki batu
fosfat, untuk mengatasi kelebihan fosfor, jeli aluminium hidroksida dapat diresepkan
karena agens ini bercampur dengan fosfor, dan mengeksikannyamelalui saluran
intensial bukan ke system urinarius.
- Batu urat, untuk mengatasi batu urat, pasien diharuskan diet rendah purin, untuk
mengurangi ekskresi asam urat dalam urine.
- Batu oksalat, urine encer dipertahankan dengan pembatasan pemasukan
oksalat. Makanan yang harus dihindari mencakup sayuran hijau berdaun banyak,
kacang,seledri, coklat,the, kopi.
- Jika batu tidak dapat keluar secara spontan atau jika terjadi komplikasi,
modaritas penanganan mencakup terapi gelombang kejut ekstrakorporeal,
pengankatan batu perkutan, atau uteroroskopi.
d. Lithotrupsi Gelombang Kejut Ekstrakorporeal, adalah prosedur noninvasive yang
digunakan untuk menghancurkan batu kaliks ginjal. Setelah batu itu pecah menjadi
bagian yang kecil seperti pasir, sisa batu-batu tersebut dikeluarkan secara spontan
e. Metode Endourologi Pengangkatan batu, bidang endourologi menggabungkan
keterampilan ahli radiologi dan urologi untuk mengankat batu renal tanpa pembedahan
mayor.
f. Uteroskopi, mencakup visualisasi dan askes ureter dengan memasukan suatu alat
ureteroskop melalui sistoskop. Batu dihancurkan dengan menggunakan laser, lithotripsy
elektrohidraulik, atau ultrasound kemudian diangkat.
g. Pelarutan batu, infuse cairan kemolitik, untuk melarutkan batu dapat dilakukan sebagai
alternative penanganan untuk pasien kurang beresiko terhadap terapi lain, dan menolak
metode lain, atau mereka yang memiliki batu yang mudah larut (struvit).
h. Pengangkatan Bedah,sebelum adanya lithotripsy, pengankatan batu ginjal secara
bedah merupakan terapi utama. Jika batu terletak di dalam ginjal, pembedahan
dilakukan dengan nefrolitotomi (Insisi pada ginjal untuk mengangkat batu atau
nefrektomi, jika ginjal tidak berfungsi akibat infeksi atau hidronefrosis. Batu di piala
ginjal diangat dengan pielolitotomi, sedangkan batu yang diangkat dengan
ureterolitotomi, dan sistostomi jika batu berada di kandung kemih., batu kemudian
dihancur dengan penjepit alat ini. Prosedur ini disebut sistolitolapaksi.

J. PENCEGAHAN
1. Usahakan diuresis yang adekuat: minum air 2-3 liter per hari dapat di capai diuresis 1,5
liter/hari.
2. Pelaksanaan diet bergantung dari jenis penyakit batu (rendah kalsium tinggi sisa asam,
diet tinggi sisa basa, dan diet rendah purin).
3. Eradikasi infeksi saluran kemih khususnya untuk batu struvit.

K. KOMPLIKASI
1. Sumbatan : akibat pecahan batu
2. Infeksi : akibat desiminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat obstruksi
3. Kerusakan fungsi ginjal : akibat sumbatan yang lama sebelum pengobatan dan
pengangkatan batu ginjal
BAB III
ASKEP UROLITHIASIS
A. Pengkajian
I. Identitas
Nama :
Umur : Paling sering 30 – 50 tahun
Jenis kelamin : 3 x Lebih banyak pada pria
Alamat : Tinggal di daerah panas
Pekerjaan : perkerja berat

II. Keluhan Utama


1. Nyeri yang luar biasa, akut/kronik.
2. Kolik yang menyebar ke paha dan genetelia.

III. Riwayat Penyakit Dahulu


1. Pernah menderita infeksi saluran kemih.
2. Sering mengkonsumsi susu berkalsium tinggi.
3. Bekerja di lingkungan panas.
4. Penderita osteoporosis dengan pemakaian pengobatan kalsium.
5. Olahragawan.

IV. Riwayat Penyakit Sekarang


1. Nyeri
2. Mual / Muntah
3. Hematuria
4. Diare
5. Oliguria
6. Demam
7. Disururia

V. Riwayat Penyakit Keluarga


1. Pernah menderita urolitiasis
2. Riwayat ISK dalam keluarga
3. Riwayat hipertensi

Pemahaman pasien mengenai perawatan harus digali untuk mengidentifikasi


kesalahan konsepsi atau kesalahan informasi yang dapat dikoreksi sejak awal.

VI. Dasar – Dasar Pengkajian


1. Aktifitas/istirahat
- Gejala : Perkejaan mononton, perkerjaan dimana pasien terpajan pada lingkungan
bersuhu tinggi. Keterbatasan aktivitas/imobilisasi sehubungan dengan kondisi
sebelumnya(contoh penyakit tak sembuh, cedera medulla spinalis).
-
2. Sirkulasi
- Tanda : peningkatan TD/nadi(nyeri, anseitas, gagal ginjal).
Kulit hangat dan kemerahan ;pucat.

3. Eliminasi
- Gejala : Riwayat adanya/ ISK Kronis;obstruksi sebelumnya(kalkulus). Penurunan
haluaran urine, kandung kemih penuh. Rasa terbakar, dorongan kemih.
- Tanda : oliguria, hematuria, piuria. Perubahan pola berkemih.

4. Makanan/cairan
- Gejala : muntah/mual ,nyeri tekan abdomen. Diet rendah purin, kalsium oksalat,
dan fosfat. Ketidakcukupan pemasukan cairan; tidak minum air dengan cukup.
- Tanda : distensi abdominal; penurunan/tak adanya bising usus, muntah.

5. Nyeri/ketidaknyamanan
- Gejala : episode akut nyeri berat/ kronik. Lokasi tergantung pada lokasi batu,
contoh pada panggul di region sudut kostovetebral ; dapat menyebar ke seluruh
punggung, abdomen, dan turun ke lipat paha/genitalia. Nyeri dangkal konstan
menunjukan kalkulus ada di pelvis atau kalkulus ginjal. Nyeri dapat digambarkan
sebagai akut, hebat tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain.
- Tanda : melindungi; prilaku distraksi. Demam dan menggigil.

6. Penyuluhan/ pembelajaran
- Gejala : riwayat kalkulus dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi,gout, ISK
Kronis. Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya, hiperparatiroidisme.
Penggunaan antibiotic, antihipertensi, natrium bikarbonat,alupurinol,fosfat,tiazid,
pemasukan berlebihan kalsium dan vitamin.

B. Diagnosis Keperawatan
Pre operasi :
1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan frekuensi / dorongan kontraksi uretral.
2. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan situasi kandung kemih oleh batu,iritasi
ginjal atau uretral.
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual / muntah.
4. Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan adanya batu pada saluran kemih
(ginjal).
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan/ menginggat salah
interpertasi informasi.
Post operasi
1. Resiko kurang volume cairan b.d. haemoragik/ hipovolemik
2. Nyeri b.d insisi bedah
3. Perubahan eliminasi perkemihan b.d. penggunaan kateter
4. Resiko infeksi b.d. insisi operasi dan pemasangan kateter.

E. INTERVENSI KEPERAWATAN
Pre operasi
Diagnosa 1
Nyeri berhubungan dengan peningkatan frekuensi/dorongan kontraksi uretral
Tujuan : - Melaporkan nyeri hilang/berkurang dengan spasme terkontrol
- Tampak rileks mampu tidur/istirahat dengan tepat.

Intervensi Rasional
1. Catat lokasi, 1. Membantu
lamanya intensitas (0-10) mengevaluasi tempat
dan penyebaran abstruksi dan kemajuan
gerakan kalkulus

2. Jelaskan 2. Berikan kesempatan


penyebab nyeri dan untuk pemberian analgesic
pentingnya melaporkan sesuai waktu (membantu
tentang perubahann dalam meningkatkan
kejadian / karakyeristik koping pasien dan dapat
nyeri. menurunkan ansietas).

3. Menaikkan relaksasi
3. Berikan tindakan menurunkan tegangan otot
nyaman contoh pijatan dan menaikkan koping
punggung lingkungan
istirahat. 4. Obstruksi lengkap
ureter dapat menyebabkan
4. Perhatikan perforasi dan ekstravasasi
keluhan/menetap nya urine ke dalam area
nyeri abdomen. perineal.

5. Cairan membantu
membersihkan ginjal dan
5. Berikan banyak dapat mengeluarkan batu
cairan bila tidak ada kecil.
mual, lakukan dan
pertahankan terapi IV
yang diprogramkan bila 6. Gerakan dapat
mual dan muntah terjadi. meningkatkan pasase dari
beberapa batu kecil dan
6. Dorong aktivitas mengurangi urine statis.
sesuai toleransi, berikan Kenmyamanan
analgesic dan anti emetic meningkatkan istirahat dan
sebelum bergerak bila penyembuhan mual
mungkin. disebabkan oleh
peningkatan nyeri.

Diagnosa 2
Perubahan eliminasi urine berdasarkan slimuti kandung kemih oleh batu,iritasi ginjal
oleh ureteral
Tujuan - Berkemih dengan jumlah normal dan pola biasanya
- Tidak mengalami tanda obstruksi

Intervensi Rasional
1. Awasi pemasukan 1. Memberikan
dan keluaran serta informasi tentang fungsi
karakteristik urine ginjal, dan adanya
komplikasi contoh infeksi
dan perdarahan

2. Tentukan pola 2. Kalkulus dapat


berkemih normal dan menyebabkan ekstibilitas
perhatikan variasi yang menyebabkan
sensasi kebutuhan
berkemih segera
3. Dorong
meningkatjkan 3. Peningkatan
pemasukan cairan hidrasi membilas
bakteri,darah dan debris
dan dapat membantu
4. periksa semua lewatnya batu.
urine catat adanya
keluaran batu dan kirim 4. Penemuan batu
ke laboratorium untuk memungkinkan
analisa identifikasi tipe batu dan
mempengaruhi pilihan
5. Observasi terapi.
perubahan status
mental,perilaku atau 5. Akumulasi sisa
tingkat kesadaran uremik dank e tidak
seimbangan elektrolit
6. Awasi dapat menjadi toksik di
pemeriksaan SSP.
laboratorium,contoh
BUN,elektrolit,kreatinin. 6. Peninggian
BUN,kreatinin dan
elektrolit
mengidentifikasikan
disfungsi ginjal.

Diagnosa 3
Kekurangan volume cairan berdasarkan mual / muntah
Tujuan : - Mempertahankan keseimbangan cairan
- Membran mukosa lembab
- Turgor kulit baik

Intervensi Rasional
1. Awasi intake dan 1. Membandingkan
Output keluaran actual dan yang
diantisifikasi membantu
dalam evaluasi adanya /
derajat statis / kerusakan
ginjal.
2. Catat insiden
muntah,diare perhatikan 2. Mual / muntah,
karakteristik dan diare secara umum
frekuensi mual / muntah berdasarkan baik kolik
dan diare. ginjal karena saraf
ganglion seliaka pada
kedua ginjal dan
lambung.
3. Awasi Hb /Ht,
elektrolit
3. Mengkaji hidrasi
dan efektifian / kebutuhan
4. Berikan cairan IV intervensi.

4. Mempertahankan
volume sirkulasi / bila
pemasukan oral tidak
5. Berikan diet cukup,/ menaik fungsi
tepat,cairan ginjal.
jernih,makanan lembut
sesuai toleransi.
5. Makanan mudah
cerna menurunkan
aktivitas GI / iritasi dan
membantu
mempertahankan cairan
dan keseimbangan
nutrisi.

Diagnosa 4
Resiko tinggi terhadap cidera berdasarkan adanya batu pada saluran kemih ( ginjal ).
Tujuan : - Fungsi ginjal dalam batas normal
- Urine berwarna kuning / kuning jernih
- Tidak nyeri waktu berkemih.

Intervensi Rasional
1. Pantau : 1. Untuk deteksi dini
- Urine berwarna,bau / tiap 8 jam terhadap masalah.
- Masukan dan haluaran tiap 8 jam
- PH urine
- TTV setiap 4 jam

2. Saring semua 2. Untuk


urine,observasi terhadap mendaptakan data- data
kristal. Simpan kristal keluarnya
untuk dilihat dokter kirim batu,perubahan diet yang
ke laboratorium didasari oleh komposisi
batu
3. Konsultasi dengan
dokter bila pasien sering
berkemih,jumlah urine 3. Temuan-temuan
sedikit dan terus ini menunjukkan
menerus,perubahan perkembangan obstruksi
urine. dan kebutuhan intervensi
progresif.

4. Berikan obat-
obatan sesuai program
untuk mempertahankan 4. Dengan
PH urine tepat. perubahan PH urine /
peningkatan keasamaan /
alkalinitas,factor
solubilitas untuk batu
dapat di control.

Diagnosa 5
Tujuan : - menyatakan pemahaman proses penyakit.
- Menghubungkan gejala dan faktor penyebab.
- Melakukan perubahan prilaku yang perlu dan berpastrisipasi dalam program
pengobatan.
Intervensi Rasional
1. kaji ulang proses penyakit dan harapan di 1. memberikan pengetahuan dasar dimana
masa yang datang. pasien dapat membuat pilihan
berdasarkan informasi.
2. tekankan pentingnya peningkatan 2. pembilasan sistem ginjal
pemasukan cairan , contoh 3-4 liter per menurunkan kesempatan statis ginjal atau
hari/ 6-8 liter/ hari. Dorong pasien pembentukan batu.
melaporkan mulut kering, diuresis
(keringat berlebihan) dan untuk
peningkatan pemasukan cairan baik bila
haus atau tidak.
3. diet rendah purin, contoh membatasi 3. menurunkan pemasukan oral terhadap
daging berlemak, kalkun, tumbuhan prekusor asam urat.
polong, gandum dan alkohol.
4. diet rendah kalsium, contoh membatasi 4. menurunkan resiko pembentukan batu
,susu,keju,sayur, berdaun hijau, yogurt. kalsium.
5. diet rendah oksalat, contoh membatasi 5. menurunkan pembentukan batu oksalat.
makan coklat, minuman mengandung
kafein, bit, bayam.
6. diet rendah kalsium/ fosfat dengan jeli 6. mencegah kalkulus fosfat dengan
karbonat aluminium 30-40 ml, 30 membentuk presipitrat yang larut dalam
menit/jam. traktus GI, menguragi beban nefron ginjal.
7. obat-obatan diberikan untuk
7. diskusikan program obat-obatan, hindari mengasamkan mengakalikan urine,
obat yang dijual bebas dan membaca tergantung pada penyebab dasar
semua label produk/ kandungan dalam pembentukan batu.
makanan. 8. membantu pasien berkerja melalui
8. mendengar dengan aktif tentang terapi / perasaan dan meningkatkan rasa kontrol
perubahan pola hidup. apa yang terjadi.
9. meningkatkan kemampuan perawatan diri,
9. tunjukan perawatan yang tepat terhadap dan kemandirian.
insisi/ kateter bila ada.

Post operasi
Diagnosa 1
Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan haemoregik / hipovolemik
Tujuan : - tanda tanda vital stabil
- kulit kering dan elastic
- intake output seimbang
- insisi mulai sembuh, tidak ada perdarahan melalui selang
Intervensi rasional
1. Kaji balutan selang kateter 1. mengetahui adanya perdarahan.
terhadap perdarahan setiap jam
dan lapor dokter.
2. Anjurkan pasien untuk mengubah 2. mencegah perdarahan pada luka
posisi selang atau kateter saat insisi
mengubah posisi.
3. Pantau dan catat intake output 3. mengetahui kesimbangan dalam
tiap 4 jam, dan laporan ketidak tubuh.
seimbangan.
4. Kaji tanda vital dan turgor kulit, 4. dapat menunjukan adanya dehidrasi /
suhu tiap 4-8 jam. kurangnya volume cairan
Diagnos
a2
Nyeri
berhubu
ngan
dengan
insisi bedah
Tujuan : pasien melaporkan meningkatanya kenyamanan yang ditandai dengan mudah
untuk bergertak, menunjukkan ekspresi wayah dan tubuh yang relaks.
Intervensi Rasional
1. Kaji intensitas,sifat, lokasi pencetus 1. menentukan tindakan selanjutnya
daan penghalang factor nyeri.
2. Berikan tindakan kenyamanan non 2. dengan otot relkas posisi dan
farmakologis, anjarkan tehnik relaksasi, kenyamanan dapat mengurangi nyeri.
bantu pasien memilih posisi 3. peradangan dapat menimbulkan nyeri.
yang nyaman.
3. Kaji nyeri tekan, bengkak dan 4. untuk mengurangi rasa nyeri. R/ obat
kemerahan. 5. analgetik dapat mengurangi nyeri.
4. Anjurkan pasien untuk menahan daerah
insisi dengan kedua tangan bila sedang
batuk.
5. Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian analgetik.

Diagnosa 3
Perubahan eliminasi perkemihan berhubungan dengan pemasangan alat medik (
kateter).
Tujuan : pasien berkemih dengan baik, warna urine kuning jernih dan dapat berkemih
spontan bila kateter dilepas setelah 7 hari.
Intervensi Rasional
1. Kaji pola berkemih normal pasien. 1.untuk membandingkan apakah ada
perubahan pola berkemih.
2. Kaji keluhan distensi kandung kemih2. kandung kemih yang tegang disebabkan
tiap 4 jam karena sumbatan kateter.
3.Ukur intake output cairan. 3. untuk mengetahui keseimbangan
4. Kaji warna dan bau urine dan nyeri. cairan
5. Anjurkan klien untuk minum air putih 4. untuk mengetahui fungsi ginjal.
2 Lt /sehari , bila tidak ada kontra indikasi. 5. untuk melancarkan urine.

Diagnosa 4
Resiko infeksi berhubungan dengan insisi bedah dan pemasangan kateter.
Tujuan : - Insisi kering dan penyembuhan mulai terjadi.
- Drainase dan selang kateter bersih.
Intervensi Rasional
1. Kaji dan laporkan tanda dan gejala 1. mengintervensi tindakan
infeksi luka (demam, kemerahan, selanjutnya.
bengkak, nyeri tekan dan pus)
2. Kaji suhu tiap 4 jam.
2. peningkatan suhu menandakan adanya
infeksi.
3. Anjurkan klien untuk menghindari atau
menyentuk insisi. 3. menghindarkan infeksi.
4. Pertahankan tehnik steril untuk
mengganti balutan dan perawatan luka. 4. menghindari infeksi silang

F. IMPLEMENTASI
Perencanaan yang dilaksanakan diantaranya : mengobservasi tanda-tanda vital,
mengkaji dan menjelaskan penyebab nyeri dan menganjurkan pasien melakukan teknik
relaksasi : napas dalam, imajinasi dan visualisasi bila timbul nyeri, memantau dan
mengobservasi keluhan peningkatan/menetapnya nyeri abdomen, mengawasi dan
menganjurkan pasien untuk meningkatkan pemasukan cairan sedikitnya 2-3 liter perhari
karena pasien yang ditemui sudah lansia, mengawasi pemasukan dan pengeluaran
serta karakteristik urine, mengkaji pola berkemih normal pasien dan perhatikan variasi,
mengkaji keluhan kandung kemih penuh : palpasi untuk menilai adanya distensi
suprapubik, mengkaji ulang pengetahuan pasien tentang penyakit; penyebab,
tanda/gejala dan komplikasi penyakit, mendengarkan ungkapan pasien tentang
program terapi/perubahan pola hidup, mengidentifikasi tanda/gejala yang memerlukan
evaluasi medik : nyeri berulang, hematuri-oliguri, menjelaskan pada pasien mengenai
pemeriksaan yang akan dilakukan, melibatkan keluarga dalam mengurangi kecemasan
dan menjelaskan kepada pasien sebelum melakukan tindakan pemeriksaan.

G. EVALUASI
Melaksanakan tindakan sesuai dengan tujuan.

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Batu saluran kemih dapat disebabkan oleh berbagai sebab diantaranya intake
cairan yang kurang, aktivitas yang kurang, iklim yang dingin atau panas serta makanan
yang dapat mencetuskan terbentuknya batu ginjal. tanda dan gejala yang khas pada
penyakit ini tergantung dari letak batu, besarnya batu. Gejala yang tersering adalah
nyeri dan gangguan pola berkemih.
Disamping pengobatan yang diberikan untuk mengurangi nyeri harus pula diimbangi
dengan minum banyak 2-3 liter perhari, banyak melakukan aktivitas, olahraga secara
teratur dan mengurangi makanan yang tinggi kalsium, purin dan oksalat.
Pada dasarnya penyakit batu saluran kemih dapat disembuhkan secara total jika cepat
mendapat pertolongan dan penanganan dan juga bisa kambuh apabila tidak merubah
kebiasaan yang salah seperti : kurang minum, kurang bergerak/banyak duduk,
mengkonsumsi makanan tinggi kalsium, purin dan oksalat.
B. SARAN
Sebagai perawat profesional sangat penting memberikan penyuluhan kepada
pasien dan keluarga tentang proses terjadinya batu dan pencegahannya, sehingga
pasien dan keluarga dapat mengerti dan bekerja sama untuk mendapatkan
kesembuhan yang maksimal.

Anda mungkin juga menyukai