Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENGENALAN ALAT-ALAT LABORATORIUM

I.1. TUJUAN
1. Untuk mengenal apa saja peralatan yang dibutuhkan dalam praktikum
bioproses.
2. Untuk mengetahui fungsi dan dapat mengoprasikan peralatan yang
dibutuhkan dalam praktikum bioproses.

I.2. TINJAUAN PUSTAKA


Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang mikroorganisme
yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang untuk meneliti apa saja
yang terkandung di dalam mikroorganisme. Dalam meneliti
mikroorganisme diperlukan teknik atau cara – cara khusus untuk
mempelajarinya serta untuk bekerja pada skala laboratorium untuk
meneliti mikroorganisme baik sifat maupun karakteristiknya, tentu
diperlukan adanya pengenalan alat yang akan digunakan serta mengetahui
cara penggunaan alat – alat yang berhubungan dengan penelitian unutk
memudahkan dalam melakukan penelitian (Dwidjoseputro, 2003).
Alat – alat yang digunakan dalam penelitian harus dalam keadaan
steril atau bebas dari kuman, bakteri, virus dan jamur. Perlu adanya
pengetahuan tentang cara – cara atau teknik sterilisasi. Hal ini dilakukan
karena alat – alat yang digunakan memiliki teknik sterilisasi yang berbeda
(Dwidjoseputro, 2003).
Laboratorium, seperti layaknya tempat bekerja harus dapat
memberikan kenyamanan, kesehatan dan keamanan kepada semua orang
yang bekerja didalamnya, termasuk pengelola laboratorium itu sendiri.
Untuk itu, perlu studi kelayakan mengenai perencanaan dalam merancang
laboratorium kimia yang meliputi adanya prosedur pengoperasian baku
yang memerhatikan kesehatan dan keselamatan kerja ( K3 )
dilaboratorium, adanya ventilasi dan perlengkapan pelindung yang
berfungsi baik, adanya penataan dan pengelolaan bahan kimia dan
peralatan laboratorium, serta adanya prosedur pengolahan limbah
laboratorium (Day & Underwood, 1998)
Sebelum melakukan praktikum, terlebih dahulu kita harus mengenal
atau mengetahui tentang alat-alat yang digunakan dalam melakukan
praktikum tersebut.Hal ini berguna untuk mempermudah kita dalam
melaksanakan percobaan, sehingga resiko kecelakaan di laboratorium
dapat ditanggulangi.Kebersihan dan kesempurnaan alat sangat penting
untuk bekerja di laboratorium. Alat yang kelihatan secara kasat mata,
belum tentu bersih, tergantung pada pemahaman seorang analis mengenai
apa artinya bersih. Alat kaca seperti gelas piala atau erlenmeyer paling
baik dibersihkan dengan sabun atau deterjen sintetik. Pipet, buret, dan labu
volumetrik mungkin memerlukan larutan deterjen panas untuk bisa bersih
benar (Day & Underwood, 1998)
Dalam mengukur suatu zat atau benda hendaknya menggunakan suatu
alat, alat yang digunakan mengukur suatu zat dalam kimia adalah gelas
ukur, akan tetapi hasil pengukuran dari gelas ukur sangat kurang tepat,
sehingga dalam penggunaannya tidaklah terlalu teliti. Salah satu contoh
alat pengukuran lain yang mempunyai tingkat ketelitian lebih baik dari
pipet isap, namun pengukuran dengan pipet sendiri tidak terlepas dari
kesalahan (Rohman, 1998)
Pada dasarnya setiap alat memiliki nama yang menunjukkan
kegunaan alat, prinsip kerja atau proses yang berlangsung ketika alat
digunakan. Beberapa kegunaan alat dapat dikenali berdasarkan
namanya.Penamaan alat-alat yang berfungsi mengukur biasanya diakhiri
dengan kata meter seperti thermometer,hygrometer dan spektrofotometer,
dll. Alat-alat pengukur yang disertai dengan informasi tertulis, biasanya
diberi tambahan “graph” seperti thermograph,barograph (Rohman, 1998)
Dari uraian tersebut,tersirat bahwa nama pada setiap alat
menggambarkan mengenai kegunaan alat dan atau menggambarkan
prinsip kerja pada alat yang bersangkutan. Dalam penggunaannya ada alat-
alat yang bersifat umum dan ada pula yang khusus. Peralatan umum
biasanya digunakan untuk suatu kegiatan reparasi, sedangkan peralatan
khusus lebih banyak digunakan untuk suatu pengukuran atau penentuan
(Rohman,1998).

I.3. BAHAN
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat tulis menulis.

I.4. CARA KERJA


Prosedur pelaksanaan pada praktikum ini yaitu :
1. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
2. Mengetahui peralatan dan mengerti fungsinya

I.5. HASIL PENGAMATAN

No Nama Alat Kegunaan Alat


1. Kaca objek dan Kaca preparat Kaca objek : untuk menutup
objek.
Kaca Preparat : untuk
meletakkan objek
2. Gelas Kimia Untuk mencampurkan bahan
kimia Atau untuk menyimpan
larutan kimia

3. Gelas Ukur Untuk mengukur volume larutan


yang di gunakan atau sebagai
tempat untuk menyimpan larutan

4. Erlenmeyer Sebagai tempat mereaksikan


larutan dan menyimpan larutan
dalam waktu yang lama
5. Pipet Ukur Pipet Ukur berfungsi untuk
memindahkan larutan atau
cairan ke dalam suatu wadah
dengan berbagai ukuran volume.

6. Cawan Petri Tempat menyimpan objek


pengamatan

7. Tabung Reaksi Untuk mereaksikan larutan


8. Mikroskop Untuk melihat dan mengamati
benda-benda yang berukuran
sangat kecil (mikroskopis) yang
tidak mampu dilihat secara kasat
mata.

9. Lampu Bunsen Untuk memanaskan larutan


ataupun sterlisasi

10. Jarum Ose Untuk menginokulasi mikroba


11. Hot Plate Untuk memanaskan campuran /
sampel

12. Oven Untuk sterilisasi atau


pembersihan dengan
menggunakan udara kering

13. Auto Clave Untuk mensterilisasi suatu benda


ataupun media dengan
menggunakan uap bersuhu dan
bertekanan tinggi
14. Laminar air flow Tempat yang digunakan untuk
melakukan inokulasi
mikrobiologi

15. Centrifuge Berfungsi memutarkan cairan ini


digerakkan menggunakan
seperangkat motor listrik dengan
menempatkan wadah atau obyek
di rotasi sekitar sumbunya

16. Inkubator Untuk menginkubasi


(menumbuhkan)
mikroorganisme seperti bakteri,
fungi dan sel mikroba lainnya
pada kondisi tertentu
BAB II
STERILISASI

II.1. TUJUAN
1. Adapun tujuan yang ingin dicapai pada praktikum kali ini adalah untuk
menyiapkan peralatan praktikum dalam keadaan steril.
2. Maksud dari praktikum ini adalah untuk menghindari adanya
mikroorganisme yang masih terbawa oleh alat-alat yang akan
digunakan, karena adanya mikroorganisme menyebabkan kontaminasi
bahkan dapat menumbuh kembangkan bakteri yang belum benar-benar
steril.

II.2. TINJAUAN PUSTAKA


Sterilisasi adalah suatu proses di mana kegiatan ini bertujuan untuk
membebaskan alat ataupun bahan dari berbagai macam mikroorganisme.
Suatu bahan bisa dikatakan steril apabila bebas dari mikroorganisme hidup
yang patogen maupun tidak baik dalam bentuk vegetatif maupun bentuk
nonvegetatif (spora) (Subaghdja, 2010).
Sterilisasi adalah suatu proses untuk membunuh semua jasad renik
yang ada, jika ditumbuhkan di dalam suatu medium tidak ada jasad renik
yang dapat berkembang baik. Sterilisasi harus dapat membunuh renik yang
paling tahan panas yaitu spora bakteri (Fardiaz, 1992).
Adanya pertumbuhan mikroorganisme menunjukkan bahwa
pertumbuhan bakteri masih berlangsung dan tidak sempurnanya proses
sterilisasi. Jika sterilisasi berlangsung sempurna, maka spora bakteri yang
merupakan bentuk paling resisten dari kehidupan mikrobia akan
diluluhkan (Lay dan Hatowo, 1992).
Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara
mekanik, fisik dan kimiawi. Pemilihan mekanisme sterilisasi yang
dilakukan hendaknya disesuaikan dengan sifat bahan yang akan
disterilkan. Sterilisasi secara fisik dilakukan dengan menggunakan
pemanasan, penggunaan sinar UV, sinar X, dan sinar-sinar yang memiliki
panjang gelombang pendek (Waluyo, 2008).
Ada tiga cara utama yang umum dipakai dalam sterilisasi yaitu
penggunaan panas, penggunaan bahan kimia, dan penyaringan (filtrasi).
Bila panas digunakan bersama-sama dengan uap air maka disebut
sterilisasi panas lembab atau sterilisasi basah, bila tanpa kelembaban maka
disebut sterilisasi panas kering atau sterilisasi kering. Di lain pihak,
sterilisasi kimiawi dapat dilakukan dengan mengunakan gas atau radiasi.
Pemilihan metode didasarkan pada sifat bahan yang disterilkan (Ratna,
1993).
Menurut Ratna (1993), berikut ini adalah jenis proses sterilisasi:
a. Sterilisasi basah atau sterilisasi panas lembab
Sterilisasi basah biasanya dilakukan di dalam autoklaf atau sterilisator
uap yang mudah diangkat (portable) dengan menggunakan air jenuh
bertekanan pada suhu 121oC selama 15 menit. Maka sterilisasi basah
dapat digunakan untuk mensterilkan bahan apa saja yang dapat
ditembus uap air (misalnya minyak) dan tidak rusak bila dipanaskan
dengan suhu yang berkisar antara 110oC dan 121oC. Bahan-bahan yang
biasanya disterilkan dengan cara ini antara lain medium biakan yang
umum, air suling, peralatan laboratorium, biakan yang dibuang,
medium yang tercemar, dan bahan-bahan dari karet.
b. Sterilisasi kering
Sterilisasi kering atau sterilisasi panas kering dapat diterapkan dengan
cara pemanasan langung sampai merah, meayangkan di atas nyala api,
pembakaran dan sterilisasi dengan udara panas (oven). Pemanasan
kering sering digunakan dalam sterilisasi alat-alat gelas di
laboratorium.
Dalam sterilisasi panas kering, bahan yang sering disterilkan adalah
pipet, tabung reaksi, cawan petri dari kaca, dan barang-barang pecah
belah lainnya. Bahan-bahan yang disterilkan harus dilindungi dengan
cara membungkus, menyumbat atau menaruhnya dalam suatu wadah
tertutup untuk mencegah kontaminasi setelah dikeluarkan dari oven.
Sebelum melakukan sterilisasi udara panas kering ini terlebih dahulu
membungkus alat-alat gelas dengan kertas payung atau aluminium foil,
setelah itu atur pengatur suhu oven menjadi 160oC dan alat disterilkan
selama 2 jam.
c. Sterilisasi uap
Uap panas pada suhu 100oC dapat digunakan dalam bentuk uap
mengalir.Metode ini mempunyai keterbatasan. Penggunaan uap
mengalir dilakukan dengan proses sterilisasi bertingkat untuk
mensterilkan media kultur. Metode ini jarang memuaskan untuk
larutan yang mengandung bahan-bahan karena spora sering gagal
tumbuh di bawah kondisi ini, karena bentuk vegetatif dari kebanyakan
bakteri tidak membentuk spora.Temperatur suhu titik mati bervariasi,
tetapi tidak ada bentuk non spora yang bertahan. Dalam prakteknya,
suatu perpanjangan pemaparan uap selama 20-60 menit akan
membunuh semua bentuk vegetatif bakteri tapi tidak akan
menghancurkan spora. Untuk meyakinkan penghancuran spora,
dilakukan sterilisasi bertingkat. Proses ii dilakukan dengan waktu yang
bervariasi, dari 20-60 menit setiap hari selama 3 hari. Setiap hari
setelah sterilisasi bahan disimpan pada inkubator pada 37oC.Prinsip
dari metode ini adalah pada saat pemaparan pertama, uap membunuh
bakteri vegetatif tapi tidak sporanya. Tapi pada saat bahan disimpan
pada inkubator atau pada suhu ruangan selama 24 jam, spora akan
tumbuh ke dalam bentuk vegetatif. Spora yang telah tumbuh ini akan
dimatikan pada pemanasan hari ke dua. Kesuksesan dari proses ini
tergantung pada spora yang berkembang ke bentuk vegetatif selama
masa istirahat.
d. Penyaringan (filtrasi)
Penyaringan telah banyak digunakan untuk mensterilkan medium
laboratorium dan larutan yang dapat mengalami kerusakan jika
dipanaskan. Penyaringan dengan ukuran pori-pori 0,45 mikron atau
kurang akan menghilangkan jasad renik yang terdapat di dalam larutan
tersebut. Penyaring yang banyak digunakan terbuat dari gelas sinter,
selulsa dan asbestos atau penyaring Seitz. Pori-pori dari penyaring
tersebut berkisar antara 0,22 sampai 10 mikron. Pori-pori yang lebih
kasar biasanya digunakan untuk penjernihan sebelum digunakan pori-
pori yang lebih halus, sehingga tidak terjadi penyumbatan.Penyaring
yang biasa digunakan untuk bakteri tidak dapat menahan atau
menyaring virus atau mikoplasma.
e. Sterilisasi dengan desinfektan
Desinfektan adalah zat yang dapat membunuh bakteri. Senyawa kimia
yang banyak digunakan sebagai esinfektan antara lain: larutan AgNO3,
CuSO4, HgCl2, ZnO, serta alkohol dan campurannya. Zat-zat yang
dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri dapat dibagi
atas garam-garam, logam, fenol, dan senyawa-senyawa lain yang
sejenis, formaldehida,yodium, alkohol, klor, zat warna, detergen,
sulfonamida, dan antibiotik. Umumnya bakteri yang muda kurang daya
tahannya terhadap desinfektan daripada bakteri yang tua.Kepekatan,
konsentrasi dan lamanya berada di bawah pengaruh desinfetan
merupkan faktor-faktor yang berperan dalam sterilisasi jenis ini.
f. Sterilisasi gas
Sterilisasi gas digunakan dalam pemaparan gas atau uap untuk
membnih mikroorganisme dan sporanya.Beberapa bahan kimia yang
dapat digunakan untuk sterilisasi gas adalah etilena oksida, asam
parasetat, formaldehida dan glutaraldehida alkalin.Cara ini diterapkan
pada suhu kamar selama 2-18 jam tergantung pada bahan kimianya.
g. Sterilisasi dengan radiasi
Sterilisasi dengan radiasi dapat dilakukan dengan sinar gamma (sinar
UV kadang juga digunakan tetapi tidak begitu baik karena daya
tembusnya lemah) namun penggunaannya terbatas karena menuntut
persyaratan keamanan dan biaya tinggi.
Mengingat APA didalam WADAH APA sesuatu yang akan dibikin steril,
maka cara untuk membikin steril yang sesuai dapat dipilih diantara
berbagai macam cara sterilisasi tersebut dibawah ini :
No Macam – Untuk Persiapan Melakukannya
macam
Alat Cara Lamanya
sterilisasi
untuk

1. Strerilisasi Basah

 Dimasak/  Alat – alat Alat Wadah Dimasak 1 jam


direbus dari kaca
dibersihkan/ dari / direbus
tabung, labu,
pipet dikeringkan logam 100̊ C
 Alat dari
alat seperti yang
logam
 Kain labu, cukup
 Kertas
tabung, besar
 Alat dari
plastic/ karet pipet, dsb ukuran
 Media cair/
ditutup nya
padat
kapas dan dan
dibungkus bisa
kertas ditutup

 Sterilisasi  Alat – alat Alat Wadah Dimasak 1 jam diulang


bertingkat dari kaca
dibersihkan/ dari / direbus 3x dengan
tabung, labu,
pipet dikeringkan logam 100̊ C waktu antara
 Alat dari
alat seperti yang 1 hari
logam
 Kain labu, cukup
 Kertas
tabung, besar
 Alat dari
plastic/ karet pipet, dsb ukuran
 Media cair/
ditutup nya
padat
kapas dan dan
dibungkus bisa
kertas ditutup

 Sterilisasi  Alat – alat Autocl 121̊ C 15 menit


dengan dari kaca
af
tekanan tabung, labu, 1 atm
pipet
 Alat dari
logam
 Kain
 Kertas
 Alat dari
plastic/ karet
 Media cair/
padat
2. Pasteurisasi Ini bukan sterilisasi karena hanya ditujukan terhadap kuman TBC
yang sudah mati pada 60 -70̊ C

3. Strerilisasi Kering

 Dengan Oese Nyala Dibakar


nyala api
lampu sampai
spirtus merah

 Dengan Cairan yang Saringa


kuman
mengandung n dari
jasad renik asbes
(virus bisa dari
melalui satu
saringan polimer
kuman)

 Dengan sinar  Makanan


UV dalam kaleng
 Bahan
makanan
 Ruangan
 Udara panas  Alat dari kaca Dicuci
bersih,
dikeringkan
, mulut alat
ditutup
kapas
dibungkus.
II.3. BAHAN
1. Aquadest
2. Kapas
3. Kertas

II.4. CARA KERJA


1. Menyiapkan alat-alat yang akan di sterilisasi
2. Membungkus alat-alat tersebut dengan menggunakan kertas sampul,
khusus untuk pipet volume dan tabung reaksi, sumbat kedua mulut alat
tersebut dengan kapas dan kain kasa kemudian bungkus dengan kertas
3. Memasukan alat-alat yang telah dibungkus ke dalam Autoclave
4. Selesai memasukan semua alat, atur suhu Autoclave menjadi 121o C
selama 15 menit dan tekanan 1 atm.
5. Kemudian keluarkan alat-alat yang disterilisasi dari dalam autoclave.

II.5. HASIL PENGAMATAN

No Nama Alat Hasil


1. Pipet volume Telah Steril
2. Cawan Petri Telah Steril
3. Tabung Reaksi Telah Steril
Hasil Pengamatan
Masing – masing alat masih
terbungkus dengan kertas serta pada
mulut tabung reaksi dan pipet volume
masih tertutup dengan kapas seperti
semula.
Dalam pengamatan terhadap hasil
diatas, semua alat telah dibungkus
dengan baik tanpa ada bagian kertas
yang terbuka dan alat-alat tersebut
Tabung reaksi, cawan petri, dan pipet berhasil disterilkan tanpa
volume yang telah disterilisasi terkontaminasi oleh mikroba di udara
walaupun telah dikeluarkan dari
autoclave. Berdasarkan hasil tersebut
maka kami berhasil mensterilkan alat-
alat tersebut dengan sangat baik..
BAB III
MEMBUAT MEDIUM

III.1. TUJUAN
1. Mengetahui dan memahami cara pembuatan medium yang akan
digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme diatas atau
didalamnya..
2. Mengetahui dan memahami fungsi, cara pengunaan, dan prinsip kerja
dari alat-alat yang digunakan.

III.2. TINJAUAN PUSTAKA


Medium adalah substansi yang terdiri atas campuran zat-zat makanan
(nutrien) yang dipergunakan untuk pemeliharaan dan pertumbuhan
mikroorganisme.Mikroorganisme juga merupakan mahluk hidup, untuk
memeliharanya dibutuhkan medium yang harus mengandung semua zat
yang diperlukan untuk pertumbuhannya, yaitu antara lain senyawa-
senyawa organik (protein, karbohidrat, lemak, mineral, dan
vitamin).Medium digunakan untuk melihat gerakan dari suatu gerakan
mikroorganisme apakah bersifat motil atau non motil, medium ini
ditambahkan bahan pemadat 50% (Ratna Hadietomo, 1990).
Suatu medium yang mengandung substansi kompleks seperti ekstrak
daging, trifton, darah dan juga dapat disebut medium buatan atau medium
kompleks.Sebagai lawannya kita aduk medium yang masing-masing
medium yang ditentukan.Medium sintetik mungkin sangat rumit atau atau
sangat berbeda sesuai dengan mikroorganisme tertentu yang hendak
ditumbuhkan untuk sebagian besar medium sintetik hanya digunakan
untuk pertumbuhan mikroorganisme dilaboratorium penelitian. Banyak
medium saringan lain yang serupa dengan kaldu yang mengandung
makanan (Pelozar, 1996).
Mikroorganisme dapat menggunakan makanan dalam bentuk padat
dan dapat pula yang hanya menggunakan bahan-bahan dalam bentuk
cairan atau larutan. Mikroorganisme yang menggunakan makanannya
dalam bentuk padat tergolong tipe holozoik. Mikroorganisme yang dapat
menggunakan makanannya dalam bentuk cairan atau larutan disebut
holofitik. Ada beberapa mikroorganisme yang dapat menggunakan
makanannya dalam bentuk padatan, tetapi makanan tersebut sebelumnya
harus dicerna, di luar sel dengan bantuan enzim ekstraseluler(Iptek, 2009).
Peran utama nutrien adalah sebagai sumber energi, bahan pembangun
sel, dan sebagai aseptor elektron dalam reaksi bioenergetik (reaksi yang
menghasilkan energi). Oleh karenanya bahan makanan yang diperlukan
terdiri dari air€, sumber energi, sumber karbon, sumber aseptor elektron,
sumber mineral, faktor pertumbuhan, dan nitrogen. “Selain itu, secara
umum nutrient dalam media pembenihan harus mengandung seluruh
elemen yang penting untuk sintesis biologik oranisme baru” (Arfiandi.
2009).
Medium yang umum digunakan digolongkan ke dalam tiga jenis,
yaitu medium berdasarkan sifat fisiknya adalah sebgai berikut:
1. Medium padat yaitu media yang mengandung agar 15% sehingga
setelah dingin media menjadi yang padat.
2. Medium setengah padat yaitu media yang mengandung agar
0,3-0,4%
sehingga menjadi sedikit kenyal, tidak padat, tidak begitu cair. Media
semi solid dibuat dengan tujuan supaya pertumbuhan mikroba dapat
menyebar ke seluruh media tetapi tidak mengalami
percampuran sempurna jika tergoyang. Misalnya bakteri yang
tumbuh pada media NfB (Nitrogen free Bromthymol Blue) semisolid
akan membentuk cincin hijau kebiruan di bawah permukaan
media, jika media ini cair maka cincin ini dapat dengan mudah hancur.
Semisolid juga bertujuan untuk mencegah/menekan difusi
oksigen, misalnya pada media Nitrate Broth, kondisi anaerob atau
sedikit oksigen meningkatkan metabolisme nitrat tetapi bakteri
ini juga diharuskan tumbuh merata diseluruh.
3. Medium cair yaitu media yang tidak mengandung agar, contohnya
adalah NB Nutrient Broth), LB (Lactose Broth).
Medium berdasarkan komposisinya adalah sebagai berikut:
1. Medium sintesis yaitu media yang komposisi zat kimianya diketahui jenis
dan takarannya secara pasti, misalnya Agar glukosa, Agar Mac Conkey.
2. Medium semi sintesis yaitu media yang sebagian komposisinya diketahui
secara pasti, misanya PDA ( Potato Dextrose Agar ) yang
mengandung agar, dekstrosa dan ekstrak kentang.
3. Medium non sintesis yaitu media yang dibuat dengan komposisi
yang tidak dapat diketahui secara pasti dan biasanya langsung saja
diekstrak dari bahan-bahan dasarnya.

III.3. BAHAN

1. Glukosa 3 gram
2. Natrium Klorida 1,5 gra,
3. Bubuk Agar-agar 6,25
4. Ekstrak Daging 3 gram
5. Aquadest 300 ml

III.4. ALAT

1. Tabung reaksi
2. Erlenmeyer
3. Cawan petri
4. Pemanas
5. Pengaduk
6. Panci
7. Kertas alumunium
8. Kapas
III.5. CARA KERJA

Membuat medium padat.


1. Menimbang bahan yang akan digunakan (Glukosa 3 gr, Natrium
Klorida 1,5 gr, Bubuk Agar-agar 6,25 gr, dan Ekstrak Daging 3 gr).
2. Bahan yang telah ditimbang dimasukkan kedalam Erlenmeyer dan
ditambah aquadest 250 mL, kemudian diletakkan kedalam panci yang
telah diisi air sebanyak ¾ bagian.
3. Kemudian dipanaskan sembari diaduk hingga homogen.
4. Setelah homogen dan matang secara merata kemudian ditutup dengan
alumunium foil serapat mungkin kemudian disterilisasi.
5. Ambil cawan petri yang sudah disterilisasi, tuangkan sampel
kedalamnya sebanyak 1⁄ bagian cawan. Kemudian ditutup dengan
3

cawan petri.
6. Ambil 1 tabung reaksi yang sudah disterilkan. Kemudian tuangkan
sampel sebanyak 1⁄ tabung reaksi. Tutup dengan kapas dan letakkan
3

tabung reaksi dalam keadaan tegak.


7. Ambil 1 tabung reaksi yang sudah disterilkan. Kemudian tuangkan
sampel sebanyak 1⁄ tabung reaksi. Tutup dengan kapas dan letakkan
3

tabung reaksi dalam keadaan miring.


Membuat medium cair
1. Menimbang bahan yang akan digunakan (Glukosa 3 gr, Natrium
Klorida 1,5 gr, dan Ekstrak Daging 3 gr).
2. Bahan yang telah ditimbang dimasukkan kedalam Erlenmeyer dan
ditambah aquadest 50 mL, kemudian diletakkan kedalam panci yang
telah diisi air sebanyak ¾ bagian.
3. Kemudian dipanaskan sembari diaduk hingga homogen.
4. Setelah homogen dan matang secara merata kemudian ditutup dengan
alumunium foil serapat mungkin kemudian disterilisasi.
5. Ambil 1 tabung reaksi yang sudah disterilisasi, tuangkan sampel
kedalamnya sebanyak 1⁄ bagian tabung reaksi. Tutup dengan kapas
3

dan letakkan tabung reaksi dalam keadaan tegak.


Ditunggu +/- 4 hari agar medium siap digunakan.
III.6. HASIL PENGAMATAN

Keterangan
Pengamatan
Gambar medium padat pada cawan
petri(berwarna kuning) yang terlihat
pecah pecah dan lembek. Sehingga tidak
dapat ditanami biakan

Gambar medium padat pada tabung


reaksi (tegak, berwarna kuning). Terlihat
tidak padat, pecah-pecah, dan berongga.

Gambar medium padat pada tabung


reaksi (miring, berwarna kuning).
Terlihat tidak bisa memadat sehingga
tidak bisa miring
Gambar medium cair pada tabung reaksi
(berwarna kuning)

Anda mungkin juga menyukai