Anda di halaman 1dari 26

BAB I

SEJARAH

1.1 Sejarah PT Energi Agro Nusantara


Dalam rangka memenuhi kebutuhan energi di Indonesia dan
mengurangi ketergantungan pada ketersediaan Bahan Bakar Minyak (BBM)
dengan biaya yang lebih murah dan sekaligus menjaga kelestarian
lingkungan hidup di Indonesia, maka pada tanggal 2 Agustus 2010
Kementerian Perindustrian RI dan The New Energy and Industrial
Technology Development Organization (NEDO) Jepang menandatangani
perjanjian Government to Government (G to G) yang dituangkan dalam
Memorandum of Understanding (MoU).
Dalam MoU diatur tentang Kerjasama Proyek Pembangunan Pabrik
Bioethanol dengan bahan baku dari tetes tebu (molasses) yang berlokasi di
kawasan Pabrik Gula (PG) Gempolkrep milik PT Perkebunan Nusantara X
(Persero), di Mojokerto. Jangka waktu MoU adalah sejak 2 Agustus 2010
sampai dengan 31 Maret 2013 dan telah diperpanjang sampai dengan 31
Oktober 2013.
Dalam MoU ditetapkan mengenai ruang lingkup pekerjaan beserta
pembagian tanggung jawab dan pembiayaan proyek antara kedua pihak.
NEDO Jepang memberikan bantuan dana hibah berupa peralatan utama (main
equipment), proyek sedangkan Kementerian Perindustrian RI menyediakan
dana local portion untuk membiayai pekerjaan persiapan proyek, pekerjaan
sipil, utilitas, dan waste water treatment plant (WWTP).
Selanjutnya, Kementerian Perindustrian RI memberikan proyek
tersebut beserta ruang lingkup pekerjaan dan biaya-biaya yang timbul atas
pelaksanaan proyek kepada PT Perkebunan Nusantara X (Persero) melalui
perjanjian yang ditandatangani oleh kedua pihak pada 4 Oktober 2010.
Dalam rangka mengimplementasikan proyek, PT Perkebunan
Nusantara X (Persero) telah menandatangani perjanjian Implementation
Document (ID) dengan entrusted parties yang ditunjuk oleh NEDO Jepang
yakni Tsukishima Kikai dan Sapporo Engineering Ltd (TSK dan Sapporo).
Perjanjian ini telah mendapatkan persetujuan dari Menteri Negara Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) pada 26 Maret 2011. Adapun tujuan proyek
tersebut adalah:
1. Mendukung program mandatory pemerintah di bidang renewable
energy
2. Indonesia, dalam hal ini PT Perkebunan Nusantara X (Persero) akan
memiliki pabrik bioethanol dengan teknologi fermentasi terbaru
(repeated batch process) yang efisien dan mudah dioperasikan dengan
menanggung biaya investasi tidak 100%, serta dapat diseminasikan
3. Menciptakan lapangan kerja dan pekerjaan bagi industri mesin dan
logam dalam negeri
4. Meningkatkan penjualan dan keuntungan bagi perusahaan, sekaligus
pajak dan deviden bagi negara
5. Meningkatkan aset perusahaan sekaligus memiliki diversifikasi
produk
6. Memperbaiki daya tahan terhadap gejolak harga gula
Pada bulan Juli 2012 dilakukan kajian oleh konsultan independen
tentang penentuan entitas bisnis proyek pembangunan pabrik bioetanol
sebagai unit bisnis atau sebagai anak perusahaan, dipresentasikan kepada
Direksi PT Perkebunan Nusantara X (Persero). Berdasarkan hasil kajian dan
pertimbangan strategis bisnis, November 2012 Direksi PTP Nusantara X
(Persero) telah menetapkan entitas bisnis proyek pembangunan pabrik
bioetanol sebagai anak perusahaan PT Perkebunan Nusantara X (Persero).
Pada tanggal 5 Juni 2013 berdasarkan Akte Notaris Sri Eliana
Tjahjoharto SH No 3, yang disahkan dengan Keputusan Menteri Hukum
dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No AHU-33493.AH.01.01,
tahun 2013 tentang Pengesahan Badan Hukum Perseroan, status entitas bisnis
proyek pembangunan pabrik bioetanol secara resmi berubah menjadi anak
perusahaan PT Perkebunan Nusantara X (Persero) dengan nama PT Energi
Agro Nusantara.
Berikut adalah gambar pabrik bioetanol PT Energi Agro Industri

Gambar B.1.1 Pabrik bioetanol PT. Energi Agro Nusantara

1.2 Manajemen PT Energi Argo Nusantara


1.2.1 Profil Perusahaan
PT. Energi Agro Nusantara (Enero) adalah sebuah anak
perusahaan dari PT Perkebunan Nusantara X (Persero) yang
menghasilkan anhydrous etanol dengan kadar 99,5% sebagai bahan
campuran untuk bahan bakar. Perusahaan ini berlokasi dekat sumber
bahan bakunya yaitu molasses dari Pabrik Gula Gempolkrep yaitu di
desa Gempolkrep kecamatan Gedeg kabupaten Mojokerto. Adapun
visi dan misi PT Energi Agro Industri sebagai berikut
Visi :
“Menjadi perusahaan energi terbarukan terkemuka di Indonesia.”
Misi :
1. Menyediakan produk energi terbarukan berkualitas tinggi
dan ramah lingkungan.
2. Mengembangkan usaha mealalui peningkatan produksi,
inovasi, dan diversifikasi.
3. Meningkatkan daya saing melalui kompetensi SDM, efisiensi, dan
implementasi tata kelola perusahaan yang baik.
Logo PT Enero bergambar daun berwarna hijau dan bertuliskan
“enero” seperti gambar berikut ini

Gambar B.1.2 Logo PT Energi Agro Nusantara

Filosofi logo PT Enero yaitu bentukan besar warna hijau


menggambarkan daun yang memvisualisasikan bahwa Enero
bergerak di bidang energi terbarukan (bioethanol) dengan bahan baku
tetes tebu dan berkontribusi menjaga lingkungan.
Bentukan kecil warna hijau menggambarkan tetesan air
yang memiliki makna bahwa bioethanol itu berbentuk cair hasil dari
penyulingan hasil fermentasi tetes tebu dengan mutu fuel grade yang
mampu menjadi produsen biofuel terkemuka baik nasional maupun
internasional. Bentukan warna merah menggambarkan kobaran
api memiliki makna bahwa Enero memiliki cita - cita besar yang
akan diraih dengan kerja keras dan semangat. Lingkaran adalah
simbol dari keutuhan, kerja sama hal ini tercermin pada perusahaan
yang memiliki semangat gotong royong untuk mencapai kesuksesan.
Lingkaran merah menggambarkan bahwa Enero memiliki
keberanian, semangat, kekuatan, ketangguhan, dan pantang menyerah
dalam mencapai kejayaannya. Lingkaran biru menggambarkan
perusahaan yang profesional serta mengedepankan mutu demi
kepuasan konsumen, serta inovatif dan mampu berkompetisi dengan
baik. Font logo Enero berbentuk dasar bundar, menyiratkan
keterbukaan dan kesederhanaan, juga berarti efisiensi dan
implementasi tata kelola perusahaan yang baik.
1.2.2 Kapasitas
PT Energi Agro Nusantara mengolah tetes tebu ( molase )
menjadi bioethanol dengan kemurnian 99,5% dan angka oktan 120.
Kebutuhan bahan baku tetes tebu (mollases) pabrik ini sebesar 400
ton/hari (120.000 ton/tahun) yang diperoleh dari 11 pabrik gula di
wilayah PTPN X. Sedangkan kapasitas produksi bioethanol PT. Energi
Agro Nusantara (Enero) mencapai 30.000 kiloliter per tahun. Pada
keadaan lapangan tiap 4 kg molase menghasilkan 1 liter ethanol dan
12 liter limbah cair yang dapat diperkecil jumlahnya menjadi 9 liter.

1.2.3 Struktur Organisasi dan Kepegawaian

ORGANIZATIONAL STRUCTURE OF
PT ENERGI AGRO NUSANTARA

Board of
Commisioner

President
Director

Director of Director of
Production and Finance and
Development Commercial

RESEARCH AND UTILITY AND


Proces DEVELOPMENT
MAINTENANCE FERTILIZER PLANT
MANAGER HR GA WH
FINANCE AND
ACCOUNTING
DISTRIBUTION AND
PURCHASSING CORPORATE
MANAGER SECRETARY
MANAGER MANAGER MANAGER
Manager MANAGER

FOREMAN FOREMAN FOREMAN FOREMAN STAFF STAFF STAFF STAFF

OPERATOR OPERATOR OPERATOR OPERATOR OPERATOR


1.3 Pemasaran PT Energi Argo Nusantara
Untuk pemasaran produk etanol, ada beberapa negara yang berminat
menampung yaitu Singapore, Filipina dan Jepang. Selain itu, PTPN X
bekerjasama dengan PT Pertamina untuk mematangkan rencana
pengoperasian pabrik bioetanol yang dikelolanya. Bioetanol yang diproduksi
PT Enero dibeli PT Pertamina untuk dijadikan bahan baku pembuatan bahan
bakar biopertamax dan biopremium yang ramah lingkungan.
Beberapa perusahaan yang lain di Indonesia juga membeli bioetanol
dari PT Enero. Sebagaimana tercantum pada UU No. 30 tahun 2007 tentang
Energi dimana Badan Usaha diwajibkan untuk menggunakan BBM sebagai
energy terbarukan, pemanfaatan BBM ditargetkan mencapai 1% untuk BBM
bersubsidi dan 2% untuk BBM nonsubsidi. Kebutuhannya sebagai berikut :
PT Pertamina (Persero) 47.567 KL/tahun, PT Shell Indonesia 9.500
KL/tahun, PT Total Oil Indonesia 700 KL/tahun, PT NEPI (Nusantara Energy
Plant Indonesia) sekitar 120 KL/tahun dan PT AKR (Aneka Kimia Raya)
1000 KL/tahun.
BAB II
PROSES PRODUKSI

2.1 Persiapan Bahan Baku


Bahan baku yang digunakan yaitu:
 Mollases
 Ammonium Sulfat
 Yeast
 Anti Foam

2.2 Uraian Proses Produksi Bioetanol

Gambar B.2.1 Diagram uraian Proses Produksi Bioetanol

1. Proses Penyediaan Bahan


a. Lab Propagation
Lab Propagation berfungsi untuk membiakkan yeast dari
biakan murni Yeast B18 J-Alco yang kemudian digunakan
pada proses fermentasi.
 Yeast yang digunakan di PT Energi Agro Nusantara
memiliki ciri khas, yaitu dapat melakukan 1 kali
fermentasi. Dalam 1 fermentasi terdapat 10x batch
 Propagasi lab dilakukan kurang lebih 6-12 bulan
sekali tergantung dari ketersediaan bahan.
b. Mollases Dilution
Yaitu proses pengenceran untuk menyesuaikan kondisi
sebelum memasuki Propagation Tank. Pada Mollases
Dilution, dilakukan penambahan Ammonium Sulfat untuk
nutrisi yang akan membentuk pertumbuhan yeast pada proses
propagasi.

2. Proses Propagasi
 Propagasi adalah proses pembiakan yeast secara bertahap dengan
media molasses yang telah diencerkan, dengan tujuan densitas dari
yeast bertambah sehingga fermentasi dapat berjalan secara
maksimal. Propagasi dilakukan dengan kondisi aerob sehingga
yeast dapat berkembang biak serta diperlukan pengadukan agar
proses perkembangbiakan yeast dapat optimal.

3. Proses Fermentasi
 Proses Fermentasi adalah proses perubahan gula menjadi etanol
dengan bantuan Saccharomycess cerevisiae.
Reaksi 1 Anaerobik Respirasi

Reaksi 2 Aerobik Respirasi

 Fermentasi membutuhkan kondisi anaerob untuk dapat


menghasilkan etanol, bila fermentasi dilakukan dengan kondisi
aerob, maka bukan etanol, tetapi terjadi perkembangbiakan yeast.

 Pada saat fermentasi, kondisi operasi dijaga pada pH 4-5, dan suhu
32-36C. Indikasi yang digunakan untuk mengukur fermentasi
pada kondisi optimal dapat dilihat berdasarkan penurunan nilai
brix.
 Karena pada proses fermentasi merupakan reaksi eksotermis maka
dibutuhkan pendinginan untuk menjaga suhu tetap pada suhu
optimal.
 Proses pendinginan menggunakan plate heat exchanger dimana
molasses dialirkan menuju heat exchanger, pada proses ini juga
terjadi proses sirkulasi sehingga fermentasi yang terjadi lebih
optimal.
 Anti foam dibutuhkan untuk mengurangi jumlah foam yang
terakumulasi di dalam tank, karena selama proses fermentasi akan
terbentuk gelembung dan bila gelembung tidak terkontrol akan
menggangu proses serta menyebabkan tanki overflow.

Gambar 2.2 Diagram Proses Fermentasi


4. Proses Evaporasi
 Jenis evaporator yang digunakan adalah falling film evaporator
yang bekerja pada tekanan vakum dengan feed berupa hasil
fermentasi (MBR) dengan konsentrasi ethanol 9-11%.
 Falling film evaporator dengan operasi backward dan feed
multiple effect. Stage yang digunakan 4.

Gambar B.2.3 Diagram Proses Evaporator


 Falling film evaporator digunakan karena memiliki aplikasi waktu
tinggal yang singkat dan digunakan untuk fluida sensitive terhadap
panas, hanya memiliki ruang yang kecil untuk penempatannya,
koefisien perpindahan panas yang tinggi, serta tidak ada kenaikan
titik didih karena perbedaan tekanan.
 Pada evaporator tersebut senyawa etanol akan menguap dan
dialirkan ke kolom destilasi.
5. Proses Distilasi
 Proses distilasi dilakukan untuk memisahkan etanol dari komponen
kimia lainnya yang menjadi impurities (pengotor) berdasarkan titik
didihnya, sampai kadar ethanol mencapai 90-92%.
 Pada proses distilasi, etanol dipekatkan dari 16% menjadi 92%.
Pemanasan yang digunakan adalah steam dan by product ialah fuel
oil. Fuel oil terdiri dari 60-70% amyl alcohol, sejumlah kecil dari
n-propil dan isobutyl alcohol, dan sejumlah kecil komponen lain.
Bottom produk disebut stillage memiliki konsentrat etanol 0,03%
yang selanjutnya akan diolah pada unit waste water treatment.
 Pada unit distilasi, etanol hanya bisa dimurnikan hingga 96,5%
karena campuran etanol-air memiliki titik azeotrop sehingga sudah
tidak dapat dipisahkan lagi. Sehingga untuk memurnikan etanol
diperlukan unit proses dehidrasi.

Gambar 2.4 Diagram Proses Distilasi


6. Proses Dehidrasi
 Setelah kadar etanol menjadi 90-92%, akan dilakukan proses akhir
dengan menghilangkan kadar air atau disebut dengan dehidrasi
sehingga kadar etanol mencapai 99,5%. Dehidrasi berlangsung
dalam reaktor dengan menggunakan Zeolit untuk mengurangi
kadar air.
 Pada unit dehidrasi terdapat 2 unit yang berjalan secara bergantian,
dimana satu unit untuk melakukan dehidrasi sedangkan unit yang
lain melakukan regenerasi adsorben sehingga proses dehidrasi
dapat berjalan secara kontinyu.
 Kondisi saat dehidrasi pada suhu 118-121C, tekanan pada saat
adsobsi 1,65 bar dan saat melakukan regenerasi 0,14 bar.

BAB III
ALAT-ALAT PROSES

a. Tangki Propagasi
Tangki propagasi dalam proses propagasi adalah proses
pengembangan yeast dari biakan dengan media mollases yang telah
diencerkan, dengan tujuan densitas dari yeast bertambah sehingga
proses fermentasi dapat berjalan secara maksimal. Propagasi
dilakukan pada kondisi aerob sehingga yeast dapat berkembang
biak serta diperlukan pengadukan agar proses yeast berkembang
biak dapat optimal.
Gambar 3.1 Tangki Propagasi
b. Tangki Fermentasi
Tangki fermentasi dalam proses fermentasi adalah proses yang
mengubah glukosa, fruktosa, dan juga sukrosa menjadi alcohol
dengan bantuan saccharomyces cerevisiae.
Reaksi 1 Anaerobik Respirasi
C6H12O6 → 2C2H5OH + 2CO2
Reaksi 2 Aerobik Respirasi
C6H12O6 → 6CO2 + 6H2O
Fermentasi membutuhkan kondisi anaerob untuk dapat
menghasilkan ethanol, bila fermentasi dilakukan dengan kondisi
aerob maka bukan ethanol yang namun terjadi pengembang biakan
yeast. Pada saat fermentasi kondisi operasi dijaga pada pH 4-5,
o
dan suhu 32-36 C. Indikasi yang digunakan untuk mengukur
fermentasi sudah berlangsung atau sudah optimal dengan melihat
penurunan nilai brix. Karena pada proses fermentasi merupakan
reaksi eksothermis maka dibutuhkan pendinginan untuk menjaga
suhu tetap pada suhu optimal.
Proses pendinginan menggunakan plate heat exchanger
dimana molases dialirkan menuju heat exchanger . Pada proses ini
juga terjadi proses sirkulasi sehingga fermentasi yang terjadi lebih
optimal. Anti foam dibutuhkan untuk mengurangi jumlah foam
yang terakumulasi di dalam tangki karena selama proses
fermentasi akan terbentuk gelembung dan bila gelembung tidak
dikontrol maka akan menganggu proses serta dapat menyebabkan
tangkii overflow.

Gambar 3.2 Tangki Fermentasi


c. Tangki Penyimpanan
Tengki jenis fixed roof adalah tangki silinder dengan konfigurasi
atapnya bersatu dengan dinding shellnya. dari bentuk roofnya dapat
berbentuk cone (kerucut) atau dome (kubah). Tangki ini biasanya
digunakan untuk fuida bertekanan rendah.

Gambar 3.3 Tangki Penyimpanan


d. Evaporator
Evaporator yang digunakan oleh PT. Enero adalah falling film
evaporator yang bekerja pada tekanan vakum dengan feed berupa
hasil fermentasi (MBR) dengan konsentrasi ethanol 9-11%. Falling
film evaporator dengan operasi backward dan feed multiple
effect. Stage yang digunakan 4.
Falling film evaporator digunakan karena memiliki aplikasi
waktu tinggal yang singkat dan digunakan untuk fluida sensitif
terhadap panas, hanya memiliki ruang yang kecil untuk
penempatannya, koefisien perpindahan panas yang tinggi, serta
tidak ada kenaikan titik didih karena perbedaan tekanan. Mollases
Broth diubah dari 9%-11% menjadi ethanol dengan kadar 16%
vol. Hasil dari evaporator selanjutnya didestilasi.

Gambar 3.4 Tangki Evaporator

Gambar 3.5 Proses evaporator


e. Kolom Destilasi
Kolom distilasi yang digunakan ialah continous
distillation yang memiliki 60 tray . Tipe tray yang ada di dalam
kolom distilasi ialah slit tray dengan kapasitas 45,3 m3 Pada
proses distilasi, ethanol dipekatkan dari 16% menjadi 92%.
Pemanas yang digunakan adalah steam dan by product ialah
fuel oil. Fuel oil terdiri dari 60 – 70 persen amil alkohol, sejumlah
kecil of n-propil and isobutil alkohol, dan sejumlah kecil
komponen lain. Bottom product disebut stillage memiliki
konsentrasi ethanol 0,03% yang selanjutnya akan diolah pada
unit waste water treatment .

Gambar 3.6 Tangki Destilasi

Gambar 3.7 Proses Destilasi


f. Dehidrator
Dehidrasi merupakan proses untuk mengadsorbsi impuritis
yang terdapat pada ethanol sehingga konsentrasi yang didapatkan
bisa lebih dari 99% Adsorbsi yang digunakan ialah adsorbsi fisika,
sehingga tidak terjadi reaksi selama adsorbsi sehingga adsorben
dapat diregenerasi dengan mudah dan digunakan untuk adsorbsi
kembali. Bahan yang digunakan sebagai adsorben ialah alumina
aktif. Pada unit dehidrasi terdapat 2 unit yang berjalan secara
bergantian dimana 1 unit untuk melakukan dehidrasi sedangkan
unit yang lain melakukan regenerasi adsorben sehingga proses
dehidrasi dapat berjalan secara kontinyu.
Waktu untuk melakukan adsorbsi/regenerasi selama 300 detik,
setelah 300 detik maka akan berganti secara otomatis antara 2 unit.
Kondisi saat dehidrasi ialah suhu 118-122 oC, tekanan pada saat
adsorbsi adalah 1,65 bar dan saat melakukan regenerasi 0,14 bar.
Bila konsentrasi ethanol yang dihasilkan dari proses dehidrasi
dianggap masih kurang maka dilakukan proses rectification.

Gambar 3.8 Dehidrator


g. Tangki Retrifikasi
Proses retrifukasi hanya dilakukan bila hasil dari dehidrasi
masih dianggap kurang sehingga perlu proses lanjutan untuk
menaikan kadar dari bioethanol. Proses retrifikasi adalah proses
yang memisahkan andara ethanol (produk) dengan methanol yang
masih terkandung di dalam feed. Karena methanol tidak dapat
dipisahkan dengan menggunakan proses distilasi maupun dehidrasi
karena titik didih methanol dibawah ethanol dan unit dehidrasi
ditujukan untuk menghilangkan kadar air.
Gambar 3.9 Tangki Retrifikasi

Gambar 3.10 Proses Retrifikasi


BAB IV
LABORATORIUM

4.1 Laboratorium Produksi


Pada PT Energi Agro Nusantara, baik laboratorium produksi maupun
analisa quality control berada di bawah Unit Laboratorium, tidak ada
pemisahan secara unit namun tetap ada pemisahan untuk bidang kerja yang
dilakukan. Laboratorium Produksi bertugas melakukan pengembang biakan
yeast yang digunakan untuk proses fermentasi di plant. Mulai dari proses
pengembangbiakan hingga proses lab propagasi dilakukan oleh laboratorium
produksi.

4.2 Prosedur Analisa


1. Laboratorium Analisa Plant I
a. Uji Brix
Uji brix dilakukan untuk mengetahui kadar gula yang terdapat pada
sampel.
b. Uji Total Sugar
Uji Total sugar dilakukan untuk mengetahui persentasi gula secara
detail yang terdapat pada sampel.
c. Uji Turbidity
Turbidity ialah kekeruhan, uji ini untuk mengetahui kekeruhan pada
sampel air pada unit Water Treatment Proces.
d. Uji Total Hardness
Hardness ialah kesadahan yang ada dalam air, uji ini untuk
mengetahui tingkat kesadahan air pada unit.
e. Water Treatment Process
f. Uji Total Dissolved Solid
g. Uji Electrical Conductivity
h. Uji Yeast Density
i. Uji Ethanol Content

2. Laboratorium Analisa Plant Waste Water Treatment


a. Uji Volatile Fatty Acid (VFA)
b. Uji pH
c. Uji Total Solid
d. Uji COD

BAB V
UTILITAS DAN PENGOLAHAN LIMBAH

5.1 Utilitas
Bagian Utilitas 1 bertugas untuk menyediakan steam dan prasarana untuk
menunjang proses produksi pabrik lainnya, diantaranya bertugas sebagai:
1. Unit penyediaan air proses
Ada beberapa macam spesifikasi air, yaitu air proses, air minum, air
hydrant, air demineralisasi, air service, dan air pendingin.
2. Unit penyediaan steam
Digunakan untuk menggerakkan pompa turbin, compressor turbin, dan
penukar panas, pemanas pipa atau bejana agar fluida di didalamnya tetap
panas dan untuk campuran proses itu sendiri.
3. Unit penyedia air steril
Digunakan untuk dilusi pada tangki fermentasi. Air ini bebas dari
mikroorganisme sehingga proses fermentasi tidak terkontaminasi.

5.1.1 Unit Penyediaan Air


Air yang dibutuhkan oleh PT. Enero disuplai dari 1 sumber air, yaitu
sungai Brantas, Mojokerto
a. Buffer Tank
Unit ini menampung raw, water dari intake sungai Brantas.
Tugas utama dari buffer tank ini adalah membuat padatan
pengotor terkoagulasi sehingga dapat dipisahkan secara fisis.
Pada unit ini terjadi penambahan PAC sebagai agen koagulasi.
PAC ini dibuat dengan mencampurkan 25 kg PAC dengan 2000 L
air pada tangki persediaan PAC.
b. Lamella Clarifier
Unit ini digunakan untuk menyaring padatan-padatan yang
belum bisa dipisah oleh buffer tank. Pada Lamella Clarifier
ditambahkan koagulan berupa senyawa polymer untuk membuat
gumpalan-gumpalan pengotor padatan. Koagulasi ini bertujuan
agar padatan dapat lebih mudah dipisahkan.
Gambar 5.1 Lamela Clarifier
c. Sand Filter
Pada unit ini air dialirkan dari bagian atas kolom untuk
dilewatkan bed pasir kuarsa. Hasil keluaran sand filter ini adalah
air bersih dengan turbidity <2. Selanjutnya, air hasil unit ini
dialirkan ke softiener.
d. Softiener
Unit ini berfungsi untuk menurunkan kesadahan (hardness)
air. Penurunan kesadahan ini dilakukan dengan cara
menghilangkan ion Mg2+ dan Ca2+. Pada unit ini air dialirkan
dari atas dan dialirkan melewati zeolit atau lumpur aktif. Hasil
keluaran dari unit ini adalah air proses yang kemudian diproses
di water tank.
e. Process Water Tank
Unit ini bertujuan untuk menampung air proses. Setelah
ditampung air bisa dialirkan ke Sterlized Process Water Tank atau
dialirkan ke bagian-bagian proses. Kapasitas produksi air proses
PT Enero sekitar 100 m3/jam.
f. Sterilized Process Water Tank
Unit ini bertujuan untuk mensterilkan air proses sehingga
menjadi air steril. Pada proses ini dilakukan dengan cara
mencampurkan air proses dengan hipoclorit. Larutan hipoklorit
yang digunakan dibuat dengan mencampurkan padatan hipoklorit
sebanyak 35 kg ke dalam 1000 L air.

5.1.2 Penyediaan Steam


PT Enero menggunakan steam yang dihasilkan dari boiler
pabrik gula Gempolkrep, Mojokerto. Pabrik gula ini berlokasi tepat
di sebelah barat dari PT Enero, sehingga steam ditransfer melalui
pipa yang terhubung langsung dengan boiler pabrik gula. Steam yang
ditransfer berada dalam kondisi 19 bar dan 3250C. Kemudian steam
ini dialirkan ke alat desuper heater untuk diturunkan tekanan dan
suhunya. Ada dua jenis steam yang diproduksi dalam alat ini, yaitu
steam 1 bar (suhu 1230C); dan 4 bar ( 1560C). Steam 1 bar digunakan
untuk kebutuhan steam di evaporator dan steam 4 bar digunakan
untuk kebutuhan distilasi.
5.1.3 Unit Cooling System
Unit ini digunakan untuk mendinginkan air proses yang telah
digunakan pada alat. Ada 2 jenis unit cooling system yang digunakan
yaitu, chiller cooling system (closed system) dan open air cooling
water system. Chiller digunakan untuk menurunkan suhu air
pendingin tangki dari suhu 300C menjadi 280C. Hasil air ini
digunakan untuk mencukupi kebutuhan air pendingin papa unit
fermentasi. Sumber air dari unit ini juga merupakan recycle air
pendingin dari unit fermentasi.
Open air cooling water system digunakan untuk menurunkan
suhu air pcndingin pada unit refinery. Air pendingin pada unit
refinery keluar pada suhu 31-330C. Kemudian dialirkan ke tangki
yang bagian atasnya terhubung dengan udara luar. Di atas tangki juga
terdapat blower untuk mempercepat perpindahan panas dari air
dalam tangki ke udara luar. Keluaran dari bagian ini adalah air
pendingin dengan suhu 25-270C.

5.1.4 Unit Instrument Air


Unit ini bertugas untuk menyediakan air proses dan instrument
air. Processing air biasa digunakan untuk membersihkan alat seperti
back wash, sedangkan instrument air digunakan untuk control valve

5.2 Pengolahan Limbah


Sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang industri kimia PT.
Enero memiliki tanggung jawab untuk memperhatikan kondisi lingkungan
baik yang bersifat teknis maupun sosial, sehingga keberadaan perusahaan ini
tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan di sekitarnya.
Salah satu upaya yang dilakukan dalam pengelolaan lingkungan adalah
program minimalisasi limbah, yaitu usaha untuk mengurangi volume,
konsentrasi, toksinitas dan tingkat bahaya limbah yang akan keluar ke
lingkungan serta pencegahan langsung ke sumber pencemar. Limbah yang
diolah ada beberapa jenis, yaitu spent lees dan stillage. Spent lees merupakan
bottom product dari unit distilasi dan stillage adalah bottom product dari unit
evaporator. Pada proses selanjutnya kedua jenis limbah ini dicampur menjadi
spent wash. Spent wash ini akan diproses selanjutnya dalam unit pengolah
limbah atau waste water Treatment Process (WWTP).
Untuk menangani limbah, unit WWTP meliputi :
1. Lamella clarifier
2. Kolam Pre Settling
3. Anaerob Digester
4. Degassing Pond
5. Lagoon
6. Unit Pembangkit Listrik Tenaga Biogas

Berikut adalah process flow diagram untuk WWTP :


Gambar 5.2 Bagan Pengolahan Limbah Cair

a. Lamella Clafier
Lamella Clafier digunakan untuk memisahkan pengotor padatan
dengan air Limbah. Pemisahan terjadi secara fisis dan juga ditambahkan
koagulan agar padatan lebih mudah dipisahkan. Pada WWTP PT. Enero
digunakan 4 Lamella Clafier, 2 unit digunakan sebelum kolam pre settling
dan 2 unit yang lainnya digunakan setelah keluar degassing pond. Pada
Lamella Clafier 3 dan 4 juga ditambahkan juga larutan fosfat yang
merupakan antifoam.
b. Kolam Pre Settling
Pada bagian ini air limbah di alirkan ke sebuah kolam untuk
memisahkan dari pengotor yang belum bisa di pisahkan oleh Lamella
Clafier . Hasil dari proses ini dialirkan ke anaerob digester dan juga
diambil sebagian untuk nutrisi bakteri biological scrubber pada unit
Pembanukit Listrik Tanaka Biogas.
c. Anaerob Digester
Pada bagian ini air limbah direduksi oleh mikroorganisme yang
berasal dari starter kotoran sapi. Kondisi tangki dalam keadaan anaerob
atau tanpa ada oksigen bebas yang masuk. Reduksi oleh mikroorganisme
ini dapat menguraikan senyawa organik sehingga COD dari air limbah
turun. Penguraian senyawa organik ini terdiri dari 3 tahap yaitu hidrolisis,
asidogenesis, dan methanogenesis. Hasil akhir dari proses ini adalah air
limbah yang berupa sludge yang telah tereduksi dan biogas.
Feed berupa air limbah sebanyak 5 m3/jam dengan volume tangki
22.000 dapat menghasilkan biogas dengan rate 500 m3/jam. PT. Enero
menggunakan 2 digester berukuran identik, sehingga produksi biogas
dapat mencapai 1000 m3/jam. Biogas pada bagian ini mengandung sekitar
55% CH4, CO2 44% dan gas-gas lain seperti H2S. Biogas ini dimanfaatkan
sebagai bahan bakar untuk gas engine. Namun, karena masih mengandung
impurities berbahaya seperti H2S maka biogas harus dibersihkan dengan
Biological Scrubber. Unit yang mengolah pembersihan biogas hingga
menjadi energi listrik adalah Unit Pembangkit Listrik Tenaga Biogas yang
bekerja sama dengan PT Medco.
d. Degassing Pond
Alat ini digunakan untuk memecah foam sehingga ketika sludge sisa
proses di Anaerob Digester memiliki sedikit foam. Tujuan pengurangan
foam ini agar proses pemisahan pengotor pada lamella clarifier setelahnya
bisa berjalan optimal. Jika foam berlebihan maka overflow dari lamella
clarifier lebih banyak mengandung foam dan akan tumpah ke plant. Dari
degassing pond, overflow air limbah akan di alirkan lamella clarifier 3 dan
4. Sludge yang menjadi bottom product di recycle kembali ke anaerob
digester, sementara overflow akan dialirkan ke lagoon.
e. Lagoon
Lagoon adalah kolam buatan untuk menampung hasil overflow
Lamella Clarifier yang masih mengandung COD sekitar 7.000-10.000
mg/1. Limbah ini belum bisa memenuhi syarat untuk bisa dibuang ke
sungai. Oleh karena itu, limbah yang tertampung pada lagoon dijual
kepada vendor-vendor pengolah pupuk organik cair.
f. Unit Pembangkit Listrik Tenaga Biogas
Unit ini dikelola oleh PT Medco, kemudian hasilnya disalurkan ke
PT. Enero. Unit ini memiliki 3 bagian utama yaitu :

a) Biological Scrubber
Tujuan dari unit ini adalah penghilangan gas H2S. Gas ini harus
dihilangkan karena merupakan penyebab korosi pada gas engine. Proses
ini dilakukan dengan bantuan bakteri Thiobacillus.sp. Feed gas masuk
dari bagian atas scrubber dan keluar dari lubang keluaran di bagian
tengah Scrubber. Keluarnya gas ini dibantu dengan menggunakan
blower. Keuntungan dari sistem ini adalah ekonomis karena penyerap
H2S adalah bacteri. Bakteri ini bisa meregenerasi diri mereka sendiri
dengan adanya nutrisi dari air limbah yang diambil dari kolam
b) Dehumidifier
Unit ini bertujuan untuk menghilangkan kandungan uap air pada
gas. Uap air harus dihilangkan karena dapat merusak gas engine. Hasil
dari unit ini adalah gas dengan kandungan hanya metana dan
karbondioksida. Batas kandungan metana yang diharapkan masuk ke
gas engine adalah lebih dari 55%.
c) Gas Engine
Unit ini digunakan untuk membakar gas metana, dan hasil
pembakaran ini digunakan untuk memutar turbin. Dari turbin dapat
dihasilkan energi listrik. Gas engine ini dirancang untuk menghaslkan
listrik sebesar 2 MW.

Anda mungkin juga menyukai