b. Polycrystalline ............................................................................................... 6
i
DAFTAR GAMBAR
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Energi listrik merupakan energi yang sangat dibutuhkan dalam menunjang kehidupan
manusia. Saat ini, energi listrik dapat dikatakan menjadi kebutuhan primer masyarakat
indonesia, baik yang tinggal di kota besar maupun menetap di plosok atau di pedesaan.
Indonesia merupakan negara yang banyak memiliki pulau serta pegunungan dimana
disebagian daerah-daerah tersebut merupakan daerah terpencil dan tidak mendapat pasokan
energi listrik yang cukup akibat sulitnya instalasi untuk menyalurkan energi listrik
pembangkit yang letaknya sangat jauh dengan kondisi tersebut pemerintah mendorong
pengembangan penyediaan energi listrik dari sumber energi terbaharukan. Upaya tersebut
selain dapat mengurangi beban listrik yang ditanggung pemerintah juga dapat mengurangi
emisi polutan yang dihasilkan akibat penggunaan bahan bakar fosil dalam mendukung kerja
pembangkit energi listrik. Salah satu sumber energi terbaharukan yang sangat besar adalah
energi matahari. Pemanfaatan energi matahari sebagai sumber pembangkit listrik memiliki
potensi yang sangat besar karena letak indonesia berada di daerah tropis yang dilewati garis
khatulistiwa dimana matahari bersinar sepanjang waktu. Untuk pemanfaatan potensi energi
matahari sebagai sumber energi listrik diperlukan sel surya (Solar cell) sebagai piranti untuk
mengkonversi energi matahari menjadi energi listrik.
Sehingga dengan melihat potensi yang besar ini, terdapat sebuah gagasan yang dapat
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, terlebih dalam lingkup kampus Politeknik
Negeri Malang yang berbasis teknologi. Oleh sebab itu penulis mengambil judul laporan
akhir “RANCANG BANGUN FIXED SOLAR CELL 80 WP di LABORATORIUM
RENEWABLE ENERGY” dimana panel surya ini mendukung perencanaan laboratorium
renewable yang bertempat di Politeknik Negeri Malang, dan diharapakan nantinya mampu
digunakan sebagai bahan edukasi.
1
2
1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan maka adapun tujuan dari
penelitian ini adalah:
1. Untuk menentukan konsep perencanaan untuk merancang suatu sistem PLTS
2. Untuk mengetahui faktor – faktor yang dapat mempengaruhi effisiensi kerja dari
sistem panel surya
3. Untuk mengetahui pengaruh pengaturan sudut kemiringan dari panel surya terhadap
daya yang dihasilkan
Adanya batasan masalah agar tujuan dari penulisan proposal ini terarah dan fokus
pada pokok pembahasan sesuai dengan judul, maka penulis membatasi permasalahan sebagai
berikut:
Untuk gambaran rencana penyelesaian masalah dalam Laporan Akhir ini, maka
diuraikan secara singkat sistematika penulisan pada Laporan Akhir ini yang dibagi sebagai
berikut:
3
1. Bab I : Pendahuluan
Bab ini menguraikna secara singkat tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penulisan, batasan masalah, dan sistematika penulisan Laporan Akhir.
4. BAB IV : Pembahasan
Bab ini membahas tentang prinsip kerja, analisa dat pengujian, dan, pengukuran alat.
5. BAB V : Penutup
Bab ini meliputi tentang kesimpulan dari analisa dan saran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Solar Panel Photovoltaik (PV) adalah sebuah alat semikonduktor yang terdiri dari
sebuah wilayah besar dioda p-n junction dimana dalam hadirnya cahaya matahari mampu
menciptakan energi listrik yang berguna. Solar Thermal Collector merupakan perangkat yang
menggunakan energi matahari yang sama seperti dilakukan panel photovoltaik, tetapi
perangkat ini menghasilkan panas bukan daya listrik. Untuk mengubah energi matahari
menjadi energi listrik dengan yang dinamakan sel surya. Apabila permukaan sel surya dikenai
matahari menghasilkan pasangan elektron dan hole. Elektron akan meninggalkan sel surya
dan akan mengalir pada rangkaian luar sehingga timbul arus listrik. Arus listrik yang
dihasilkan oleh sel surya dapat dimanfaatkan langsung dan disimpan dulu dalam baterai untuk
dapat digunakan.
Terdapat dua macam panel surya berdasarkan cara kerjanya, yaitu fixed solar cell dan
active tracker solar cell. Fixed solar cell adalah panel surya cara kerjanya tetap atau diam
meskipun terjadi pergeseran sinar matahari, dengan kata lain pada fixed solar cell ini panel
surya tidak merespon terhadap adanya perubahan posisi matahari. Sementara active tracker
solar cell cara kerjanya yaitu panel surya bergerak mengikuti arah datangnya sinar matahari.
Pada prinsipnya, pembangkit listrik tenaga surya terdiri dari sekelompok foto sel yang
mengubah sinar matahari menjadi gaya gerak listrik
4
5
(GGL) untuk mengisi baterai aki. Dari baterai aki energi listrik dialirkan ke pemakai. Pada
siang hari, baterai aki diisi oleh solar cell. Tetapi pada saat malam hari solar cell tidak
menghasilkan energi listrik maka energi listrik diambil dari baterai aki tersebut. (Djiteng
Marsudi: 2005; 132)
Apabila bahan semikonduktor seperti bahan silikon disimpan dibawah sinar matahari,
maka bahan silikon tersebut akan melepaskan sejumlah kecil listrik yang biasa disebut
fotolistrik. Efek fotolistrik adalah pelepasan elektron dari permukaan metal yang disebabkan
penumbukan cahaya. Efek ini merupakan proses dasar fisis dari fotovoltaik merubah energi
cahaya menjadi listrik.
Cahaya matahari terdiri dari partikel – partikel yang disebut sebagai “photons” yang
mempunyai sejumlah energi yang besarnya tergantung dari panjang gelombang padaspekrum
cahaya. Pada saat photon menumbuk sel surya maka cahaya tersebut akan dipantulkan atau
diserap atau mungkin hanya diteruskn. Cahaya yang diserap akan membangkitkan listrik.
Pada saat terjadi tumbukan, energi yang dikandung oleh photon ditranfer pada
elektron yang terdapat pada atom sel surya yang merupakan bahan semikonduktor. Dengan
energi yang didapat dari photon, elektron melepaskan diri dari ikatan normal bahan
semikonduktor dan menjadi arus listrik yang mengalir dalam rangkaian listrik yang ada.
Dengan melepaskan dari ikatannya, elektron tersebut menyebabkan terbentuknya lubang atau
“hole”.
a. Monocrystalline Silicon
Dari jenis panel surya yang pertama adalah Monocrystalline Silicon. Panel surya tipe
ini menggunakan material silikon sebagai bahan utama penyusun sel surya. Material silikon
ini diiris tipis menggunakan teknologi khusus. Dengan digunakannya teknologi inilah,
kepingan sel surya yang dihasilkan akan identik satu sama lainnya dan juga memiliki kinerja
tinggi. Tipe panel surya ini menggunakan sel surya jenis crystalline tunggal yang memiliki
efisiensi yang tinggi. Secara fisik, tipe panel surya ini dapat dikenali dari warna sel hitam
gelap dengan model terpotong pada tiap sudutnya.
Tipe panel surya monocrystalline dibuat dengan silikon yang dibentuk menjadi
batangan dan diiris. Jenis panel ini biasa disebut ‘monocrystalline’ untuk membuktikan bahwa
silikon yang dipakai ialah silikon monocrystalline. Karena sel terbuat dari kristal tunggal,
elektron yang menghasilkan listrik punya lebih banyak ruang untuk mengalir. Kelebihan dari
6
panel surya dengan jenis Monocrystalline ini yaitu memiliki effisiensi 15 – 20% dan memiliki
dimensi yang lebih kecil. Panel surya dengan jenis ini juga bisa bekerja lebih baik dalam suhu
tinggi. Akan tetapi kekurangan dari panel surya jenis ini adalah harga nya yang relatif lebih
mahal (sumber: https://www.solarcellsurya.com/jenis-panel-surya/).
b. Polycrystalline
Jenis panel surya ini terbuat dari beberapa batang kristal silikon yang dicairkan,
setelah itu dituangkan dalam cetakan yang berbentuk persegi. Kristal silikon dalam jenis panel
surya ini tidak semurni pada sel surya monocrystalline. Jadi, sel surya yang dihasilkan tidak
identik antara satu sama lainnya. Panel surya polycrystalline juga disebut sebagai ‘multi-
kristal’, atau banyak kristal silikon. Karena ada banyak kristal di setiap sel, elektron kurang
bebas bergerak. Sebabnya, panel surya polycrystalline punya efisiensi yang sedikit lebih
rendah daripada panel surya tipe monocrystalline.
Keuntungan dari panel surya jenis Polycrystalline ini yaitu memiliki harga yang lebih
murah dibandingkan dengan panel surya jenis Monocrystalline. Sementara kekurangan dari
panel surya jenis Polycrystalline ini yaitu nilai effisiensi nya yang lebih rendah yakni 13 –
18% sementara itu dimensi luas nya lebih besar untuk tiap Wp nya dibandingkan dengan
panel surya jenis Monocrystalline.
7
Solar Charge Controller adalah peralatan komponen untuk pembangkit listrik tenaga
surya, memiliki fungsi sebagai pengisi baterai (kapan baterai diisi dan menjaga pengisian
baterai) dan untuk mengatur arus listrik yang masuk dari panel surya maupun arus beban
keluar. Solar Charge Controller biasanya terdiri dari 1 input (2 terminal) yang terhubung
dengan output panel surya, 1 output (2 terminal) yang terhubung dengan baterai atau aki, dan
1 output (2 terminal) terhubung ke beban. Arus listrik DC yang berasal dari baterai biasanya
tidak mungkin masuk ke panel surya karena ada diode protection yang hanya melewati arus
listrik DC dari panel surya ke baterai
a. Saat tegangan pengisian di baterai telah mencapai keadaan penuh, maka controller
akan menghentikan arus listrik yang masuk ke dalam baterai untuk mencegah
terjadinya Over Charge. Dalam kondisi ini, listrik yang tersupply dari panel surya
akan langsung terdistribusi ke beban dalam jumlah tertentu sesuai dengan konsumsi
daya peralatan listrik.
b. Saat voltase baterai dalam keadaan hampir kosong, maka controller bekerja dengan
menghentikan pengambilan arus listrik dari baterai oleh beban. Dalam kondisi voltase
tertentu (umumnya sekitar 10% sisa voltase pada baterai) maka pemutusan arus beban
akan dilakukan oleh controller.
c. Pada controller tipe – tipe tertentu dilengkapi dengan digital meter dengan indikator
yang lengkap dan digunakan untuk memonitor berbagai macam kondisi yang terjadi
pada sistem PLTS dapat terdeteksi dengan baik.
8
Gambar 3 SCC
Saat tegangan pengisian pada baterai telah mencapai keadaan penuh, maka controller
akan menghentikan arus listrik yang masuk ke dalam baterai untuk mencegah over charge.
Dengan demikian ketahanan baterai akan jauh lebih tahan lama. Di dalam kondisi ini, listrik
yang tersupply dari panel surya akan langsung terdistribusi ke beban atau peralatan listrik
dalam jumlah tertentu sesuai dengan konsumsi daya peralatan listrik.
Saat tegangan pada baterai dalam keadaan hampir kosong, maka controller berfungsi
menghentikan pengambilan arus listrik dari baterai oleh beban atau peralatan listrik. Hal ini
menjaga baterai dan mencegah kerusakan pada sel – sel baterai. Pada kebanyakan model
controller, indikator lampu akan menyala dengan warna tertentu ( umumnya berwarna merah
atau kuning ) yang menunjukkan bahwa baterai dalam proses charging. Dalam kondisi ini,
apabila sisa arus di baterai kosong (dibawah 10%), maka pengambilan arus listrik dari baterai
akan diputus oleh controller, maka peralatan listrik / beban tidak dapat beroperasi.
Pada controller tipe – tipe tertentu dilengkapi dengan digital meter dengan indikator
yang lebih lengkap, untuk memonitor berbagai macam kondisi yang terjadi pada sistem PLTS
dapat terdeteksi dengan baik. Solar charge controller adalah komponen penting dalam
Pembangkit Listrik Tenaga Surya.
Ukuran atau rating untuk controller pengisian aki ditentukan dalam satuan Ampere.
Untuk menentukan besar rating Ampere alat pengontrol pengisian aki, dipengaruhi beberapa
hal antara lain :
9
Perhatikan tegangan maximum Voc yang dapat ditoleransi oleh kontroler, karena
setiap kontroler mempunyai tegangan Voc yang berbeda.
2.5 Baterai
Baterai adalah perangkat yang mengandung sel listrik yang dapatmenyimpan energi
yang kemudian dikonversi menjadi daya. Baterai menghasilkan listrik melalui proses kimia.
Baterai atau akkumulator adalah sebuah sel listrik yang didalamnya berlangsung proses
elektrokimia yang reversible (dapat berkebalikan) dengan efisiensinya yang tinggi. Yang
dimaksud dengan reaksi elektrokimia reversible adalah didalam baterai dapat berlangsung
proses perubahan kimia menjadi menjadi tenaga listrik (proses pengosongan) dan sebaliknya
dari tenaga listrik menjadi tenaga kimia (proses pengisian) dengan cara proses regenerasi dari
elektroda-elektroda yang dipakai yaitu dengan melewatkan arus listrik dalam arah polaritas
yang berlawanan didalam sel.
Baterai terdiri dari dua jenis yaitu baterai primer dan baterai sekunder. Baterai primer
merupakan baterai yang hanya dapat dipergunakan sekali pemakaian saja dan tidak dapat diisi
ulang. Hal ini terjadi karena reaksi kimia material aktifnya tidak dapat dikembalikan.
Sedangkan baterai sekunder merupakan baeterai yang dapat dipergunakan secara terus-
menerus dan dapat diisi ulang. Hal ini terjadi karena material aktifnya didalam dapat diputar
kembali. Kelebihan dari pada baterai sekunder adalah harganya lebih efisien untuk pengunaan
dalam waktu yang panjang.
Waktu pengisian baterai atau aki adalah 12 sampai 16 jam. Dengan arus pengisian
yang lebih tinggi dan metode pengisian multi-stage, waktu pengisian dapat berkurang sampai
dengan 10 jam atau kurang. Pengisan Multistage terdiri dari 3 tahap yaitu :
10
1. Fase Bulk: baterai akan dicharge sesuai dengan tegangan setup (bulk antara 13,4 –
14,8 volt) dan arus diambil secara maksimum dari panel surya. Pada saat baterai
sudah pada tegangan setup (bulk) dimulailah fase absorption.
2. Fase Absorption: pada fase ini, tegangan baterai akan dijaga sesuai dengan
tegangan bulk, smapai solar charge controller timer (umumnya satu jam) tercapai,
arus yang dialirkan menurun sampai tercapai kapasitas dari baterai.
3. Fase Float: baterai akan dijaga pada tegangan float setting (umumnya 13,4-13,7
volt). Beban yang terhubung ke baterai dapat menggunakan arus maksimum dari
panel surya/solar cell pada tahap ini.
Pada mode ini, baterai akan melayani beban. Apabila ada over discharge atau over
load, maka baterai akan dilepaskan dari beban. Hal ini berguna untuk mencegah kerusaka dari
baterai.
Selama fase bulk baterai diisi sampai kapasitas 70% dalam waktu sekitar 5 jam,
sisanya 30% adalah pengisian pelan-pelan dalam fase absorption. Fase absorption
membutuhkan waktu sekitar 5 jam dan ini sangat penting untuk menjaga baterai tetap baik.
Jika pola pengisian baterai tidak lengkap sesuai dengan kedua fase diatas, maka baterai akan
kehilangan kemampuan untuk menerima full charge dan kinerja baterai akan berkurang. Fase
ketiga adalah float charge, kompensasi sel discharge setelah baterai terisi penuh.
(Sumber:https://www.indonesiastudents.com/pengertian-baterai-dan-prinsip-kerja/)
11
Besar kecilnya tegangan baterai ditentukan oleh besar / banyak sedikitnya sel baterai
yang ada di dalamnya. Sekalipun demikian, arus hanya akan mengalir bila ada konduktor dan
beban yang dihubungkan ke baterai. Kapasitas baterai juga menunjukan kemampuan baterai
untuk mengeluarkan arus (discharging) selama waktu tertentu, dinyatakan dalam Ah (Ampere
– hour). Berarti sebuah baterai dapat memberikan arus yang kecil untuk waktu yang lama atau
arus yang besar untuk waktu yang pendek. Pada saat baterai diisi (charging), terjadilah
penimbunan muatan listrik. Jumlah maksimum muatan listrik yang dapat ditampung oleh
baterai disebut kapasitas baterai dan dinyatakan dalam ampere jam (Ampere - hour), muatan
inilah yang akan dikeluarkan untuk menyuplai beban ke pelanggan. Kapasitas baterai dapat
dinyatakan dengan persamaan dibawah ini :
Dimana :
t = waktu (jam/sekon)
Proses pengosongan (discharge) pada sel berlangsung menurut gambar. Jika sel
dihubungkan dengan beban, maka elektron mengalir dari anoda melalui beban dan juga
katoda. Kemudian ion-ion negatif mengalir ke anoda dan ion-ion positif mengalir ke katoda.
Pada proses pengisian menurut gambar dibawah ini adalah bila sel dihubungkan dengan
power supply, maka elektroda positif menjadi anoda dan elektroda negatif menjadi katoda dan
proses kimia yang terjadi adalah sebagai berikut:
12
a. Aliran elektron menjadi terbalik, mengalir dari anoda melalui power supply ke katoda
(Sumber: https://www.indonesiastudents.com/pengertian-baterai-dan-prinsip-kerja/)
2.6 Inverter
Inverter adalah perangkat elektrik yang digunakan untuk mengubah arus listrik searah
(DC – Direct Current) menjadi arus listrik bolak balik (AC – Alternating Current).
Inverter mengkonversi arus DC 12/24 volt dari sumber arus backup seperti baterai, panel
surya / solar cell menjadi AC 220 volt setara PLN. Dalam Pembangkit Listrik Tenaga Surya
(PLTS), inverter diperlukan untuk menyediakan sumber arus yang akan digunakan untuk jenis
beban dengan arus bolak – balik (AC).
Gambar 6 Inverter
(Sumber : https://www.pabriklampu.net/2017/01/jenis-jenis-plts-inverter.html)
13
METODOLOGI PENELITIAN
14
15
Mulai
Perencanaan Alat
Pembuatan/perakitan PLTS
Pemasangan pada
Selesai
1. Metode pengumpulan data yang akan digunakan meliputi studi literatur, observasi, dan
melakukan pengukuran
2. Perencanaan alat pada PLTS
3. Menentukan dan memilih komponen pada PLTS berdasarkan data yang telah
dikumpulkan dan spesifikasi yang telah direncanakan.
4. Pembuatan/perakitan PLTS
5. Pengujian alat pada PLTS untuk menganalisa adanya kesalahan
16
6. Analisa kesalahan dilakukan jika terjadi kegagalan pada saat pengujian alat PLTS
7. Setting kontrol pada PLTS berfungsi untuk memperbaiki kesalahan pada alat tersebut
kemudian alat tersebut diuji lagi.
8. Ketika alat sudah berfungsi dengan baik maka sistem akan dipasang semuanya.
9. Ketika semua sudah terpasang semua maka alat sudah siap digunakan.
Berikut adalah rencana anggaran biaya secara umum dari komponen – komponen yang
dibutuhkan:
Berikut adalah perkiraan untuk gambar konstruksi dari PLTS yang akan dibuat
Gambar 8 Konstruksi
18
Berikut adalah diagram alur pembangkitan dari Solar Panel menuju ke Beban
Berikut penjelasan diagaram alur pembangkitan dari Solar Panel menuju ke beban:
a) Solar Cell : berfungsi untuk mengubah sinar matahari menjadi energy listrik, solar cell
menghasilkan arus listrik untuk mengisi baterai atau aki.
b) Charge Controller : Peralatan eleketronik yang digunakan untuk mengatur arus searah
yang akan dihasilkan pada baterai dan diambil dari baterai yang akan disalurkan ke
beban.
c) Baterai : Peralatan listrik yang berfungsi sebagai penyimpanan arus DC.
d) Inverter : Peralatan listrik yang digunakan untuk mengkonversikan tegangan searah
(DC) menjadi tegangan bolak-balik (AC).