Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kegiatan bisnis asuransi kini makin berkembang, yang membawa konsekuensi berkembang
pula hukum bisnis asuransi. Salah satu kegiatan bisnis asuransi yang muncul dalam masyarakat
adalah bisnis asuransi syariah. Dalam undang-undang yang mengatur tentang bisnis perasuransian,
belum diatur tentang asuransi syariah. Namun, dalam praktik perasuransian ternyata bisnis
asuransi syari’ah sudah banyak dikenal masyarakat.
Asuransi syariah telah banyak berkembang di indonesia karena muslim di indonesia
merupakan penduduk yang terbesar yang berartinya pasar yang sangat potensial dalam dunia
bisnis.Asuransi Syariah adalah sebuah sistem dimana para peserta meng-infaq-kan/menghibahkan
sebagian atau seluruh kontribusi yang akan digunakan untuk membayar klaim, jika terjadi musibah
yang dialami oleh sebagian peserta. Peranan perusahaan disini hanya sebatas pengelolaan
operasional asuransi dan investasi dari dana-dana/kontribusi yang diterima/dilimpahkan kepada
perusahaan.
Asuransi syari’ah disebut juga dengan asuransi ta’awun yang artinya tolong menolong atau
saling membantu . Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa Asuransi ta’awun prinsip dasarnya
adalah dasar syariat yang saling toleran terhadap sesama manusia untuk menjalin kebersamaan
dalam meringankan bencana yang dialami peserta.
Asuransi syariah merupakan bidang bisnis asuransi yang cukup memperoleh perhatian besar
di kalangan masyarakat Indonesia. Sebagai bisnis asuransi alternatif, asuransi syriah boleh
dikatakan relatif baru dibandingkan dengan bidang bisnis asuransi konvensional. Kebaruan bisnis
asuransi syariah adalah pengoperasian kegiatan usahanya berdasarkan prinsip-prinsip syariah yang
bersumber dari alquran dan hadis serta fatwa para ulama terutama yang terhimpun dalam majelis
ulama Indonesia (MUI).
Pada prinsipnya, yang membedakan asuransi syariah dengan asuransi konvensional adalah
asuransi syariah menghapuskan unsur ketidakpastan (gharar), unsur spekulasi alias perjudian
(maisir), dan unsur bunga uang (riba) dalam kegiatan bisnisnya sehingga peserta asuransi
(tertanggung) merasa terbebas dari praktik kezaliman yang merugikan nya. Agar masyarakat dapat
memahami konsep asuransi syariah secara wajar, perlu dilakukan penyuluhan dari hasil penelitian

1
yang telah dilakukan melaui publikasi yang lebih luas. Penelitian ini bertujuan untuk
mengungkapkan secara jelas konsep dan profil asuransi syariah dengan pendekatan kasus pada PT
Asuransi Takaful Keluarga Jakarta cabang Bandar Lampung.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa itu PT.Asuransi Central Asia Unit Layanan Syariah Cabang Serdang?
1.2.2 Bagaimana konsep asuransi pada perusahaan tersebut ?
1.2.3 Bagaimana prinsip asuransi pada perusahaan tersebut ?
1.2.4 Bagaimana pelayanan pada perusahaan asuransi tersebut ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Agar mengetahui profil pada PT.Asuransi Central Asia Unit Layanan Syariah Cabang
Serdang
1.3.2 Untuk memahami konsep asuransi pada perusahaan tersebut
1.3.3 Dapat mengetahui prinsip asuransi pada perusahaan tersebut
1.3.4 Agar memahami pelayanan pada perusahaan asuransi tersebut

2
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Asuransi Syariah


Kata asuransi berasal dari bahsa inggris,”Insurance”, yang dalam bahasa Indonesia telah
menjadi bahasa popular dan diadopsi dalam kamus besar bahasa Indonesia dengan padanan kata
pertanggungan. Echols dan Sadily memaknai kata insurance dengan (a) asuransi, dan (b) jaminan.
Dalam bahasa belanda biasa disebut dengan istilah assurantie (asuransi) dan verzekering
(pertanggungan).
Mengenai definisi asuransi secara umum dapat ditelusuri dalam peraturan (perundang-undangan)
dan beberapa buku yang berkaitan dengan asuransi, seperti yang tertulis dibawah ini:
1. Muhammad Muslehiddin dalam buku yang berjudul “insurance and Islamic law” mengadopsi
pengertian asuransi dari kamus “Encyclopedia Britania”, mengartikan “asuransi” sebagai suatu
persediaan yang disiapkan oleh sekelompok orang, yang dapat tertimpa kerugian, guna
menghadapi kejadian yang tidak dapat diramalkan, sehingga bila kerugian tersebut menimpa salah
seorang diantara mereka maka beban kerugian tersebut akan disebarkan keseluruh kelompok.
2. Dalam “ensiklopedia hukum islam” disebutkan bahwa asuransi (atta’min) adalah “transaksi
perjanjian antara dua pihak; pihak yang satu berkewajiban membayar iuran dan pihak yang lain
berkewajiban memberikan jaminan sepenuhnya kepada pembayar iuran jika terjadi sesuatu yang
menimpa pihak pertama sesuai dengan perjanjian yang dibuat.
3. Dalam kitab undang-undang hukum dagang (KUHD) pasal 246 dijelaskan bahwa yang dimaksud
asuransi atau pertanggungan adalah “suatu perjanjian (timbale balik ), dengan mana seorang
penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk
memberikan penggantian kepadanya, karena suatu kerugian, kerusakan, atau kehilangan
keuntungan diharapkan, yang mungkin akan dideritanya, karena suatu peristiwa tak tentu (onzeker
vooral)”.
4. Asuransi menurut undang-undang republik Indonesia nomor 2 tahun 1992 tentang usaha
perasuransian Bab 1, pasal 1 :”asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau
lebih dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima
premi asuransi , umtuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan
atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hokum kepada pihak ketiga

3
yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau
untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang
yang dipertanggungkan.
Sedangkabn pengertian asuransi syariah atau yang lebih dikenal dengan at-
ta’min, takaful,atau tadhamun adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong diantara
sejumlah orang/ pihak melalui inventasi dalam bentuk asset atau tabarru’ memberikan pola
pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad yang sesuai dengan syariah .
Prinsip dasar asuransi syariah adalah mengajak kepada setiap peserta untuk saling menjalin
kerjasam peserta terhadap ssesuatu yang meringankan terhadap bencana yang menimpa.
Asuransi syariah disebut juga dengan asuransi ta’awun yang artinya tolong menolong atau
saling membantu, atas dasar prinsip syariat yang saling toleran terhadap sesame manusia untuk
menjalin kebersamaan dalam meringankan bencana yang dialami peserta.
Menurut fatwa DSN.No.21/DSN-MUI-X/2001. Asurani syariah (ta’min,takafur atau
tadhangun) adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang / pihak
melalui investasi dalam bentuk asset dan/ tabarru’ yang memberikan pola pengambilan untuk
menghadapi resiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariat.
Pendapat para pakar mengenai pengertian asuransi syariah
1. Al-fanjari
Asuransi syariah (ta’min) menurut alfanjari diartikan sebagi usaha saling menaggung atau
tanggung jawab sosial. Ia juga membagi ta’min kedalam tiga bagian, yaitu ta’min at-
taawuniy,ta’minal tijari, dan ta’minal hukumiy.
2. Mushtafa ahmad zarqa
Pengertian asuransi secara istilah adalah kejadian,. Adapun metodologi dan gambarannya dapat
berbeda-beda, namun pada intinya, asuransi adalah cara atau metode untuk memelihara asuransi
dalam menghindari risiko (ancaman) bahaya yang beragam yang akan terjadi dalam hidupnya,
dalam perjalanan kegiatan hidupnya atau dalam aktivitas ekonominya.
3. Husain hamid hisan
Mengatakan asuransi adalah sikap ta’awun yang telah diatur dengan system yang sangat rapi,
antara sejumlah besar manusia, semuanya telah siap mengantisipasi suatu peristiwa, jika sebagian
mereka mengalami peristiwa tersebut, maka semuanya saling menolong dalam menghadapi
peristiwa tersebut dengan sedikit pemberian (derma) yang diberikan oleh masing-masing peserta.

4
4. Az zarqa
Mengatakan sistem asuransi yang dipahami oleh para ulama hukum (syariah) adalah sebuah
system ta’wun dan tadhamun yang bertujuan untuk menutupi kerugian peritiwa atau musibah.
Tugas ini dibagikan kepada sekelompok tertanggung, dengan cara memberikan pengganti kepada
orang yang tertimpa musibah.pengganti tersebut diambil dari kumpulan premi-premi mereka .

2.2 Konsep Asuransi Syariah


Konsep asuransi syariah didasarkan pada Alquran surat Almaa’idah ayat 2 yang artinya:
“ tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa, dan jangan tolong
menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran”. Berdasarkan konsep tersebut ,kemudian dewan
syariah nasional majelis ulama indonesia (MUI) memberikan pengertian tentang asuransi syariah
pasal 1 ayat 1 Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI No.21/DSN-MUI/X/2001,menetapkan
bahwa:”Asuransi syariah adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong diantara
sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan/atau tabarru’ yang memberikan
pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan
syariah.”
M.Syakir Sula (2004,hlm 293) menegaskan bahwa konsep asuransi syariah adalah suatu
konsep di mana terjadi saling memikul risiko diantara sesama peserta sehingga antara satu dengan
yang lainnya menjadi penanggung atas resiko yang muncul. Saling pukul risiko ini dilakukan atas
dasar saling menolong dalam kebaikan dengan cara masing-masing mengeluarkan
dana tabarru’ atau dana kebajikan (derma) yang tujuannya untuk menanggung risiko. Dalam
sistem operasional, asuransi syari’ah telah terhindar dari hal-hal yang diharamkan oleh para ulama,
yaitu gharar,maisir, dan riba.
 Menghindari ketidakjelasan (gharar)
Hadis nabi Muhammad SAW, yang dapat dijadikan acuan mengenai gharar adalah:
“Rasurullah SAW, melarang jual beli dengan lemparan batu (hasab) dan jual beli gharar
(diriwayatkan oleh Imam muslim).Definisi gharar menurut Imam syafii adalah apa-apa yang
akibatnya tersembunyi dalam pandangan kita dan akibat yang paling mungkin munculadalah yang
paling kita takuti.menurut Ibnu qayyim,gharar adalah yang tidak bisa diukur penerimaannya, baik
barang itu ada maupun tidak ada, seperti menjual hamba yang melarikan diri dan unta yang liar
meskipun ada (M.Syakir Sula,2004,hlm.46)

5
H.M.Syafei Antonio seorang pakar ekonomi syari’ah menjelaskan bahwa ketidakjelasan
(gharar) terjadi dalam dua bentuk,yaitu:
a) Akad syariah yang melandasi penutupan polis
Kontrak dalam asuransi jiwa konvensional dikategorikan sebagai akad pertukaran (tabaduli), yaitu
pertukaran pembayaran premi dengan uang pertanggungan. Secara harfiah dalam akad pertukaran
harus jelas berapa banyak yang dibayarkan dan berapa yang diterima. Keadaan ini menjadi tidak
jelas (gharar) karena kita tahu berapa yang akan diterima (sejumlah uang pertanggungan), tetapi
tidak tahu berapa yang akan dibayarkan (sejumlah seluruh premi) karena hanya allah yang tahu
kapan seseorang akan meninggal. Dalam konsep takaful (saling menolong), keadaan ini akan lain
karena akad yang digunakan adalah akad tolong menolong (takafuli) dan saling menjamin di mana
semua peserta asuransi menjadi penolong dan penjamin satu sama lainnya.
b) Sumber dana pembayaran klaim
Sumber dana pembayaran klaim dan keabsahan syar’ie penerima uang klaim itu sendiri. Dalam
konsep asuransi konvensional, tertanggung tidak mengetahui darimana dana pertanggungan yang
diberikan dana asuransi berasal. Tertangguung hanya tahu jumlah pembayaran klaim yang
diterimanya. Dalam konsep asuransi takaful (saling menolong), setiap pembayaran premi sejak
awal akan dibagi dua, rekening pemegang polis dan rekening khusus peserta yang harus diniatkan
sebagai dana kebajikan/derma (tabarru’) untuk membantu saudaranya yang lain. Jadi, klaim dalam
konsep asuransi takaful diambil dari dana tabarru’ yang merupakan kumpulan
dana shadaqah yang diberikan oleh peserta suransi. yang diberikan oleh peserta asuransi.
 Menghindari perjudiana(Maisir)
Islam telah malarang perjudia (maisir), sebagaimana firman Allah dalam surat Almaidah
ayat 90, yang artinya:”Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar,
berjudi,(berkoban) untuk berhala, mengundi nasib dengan panah adalah perbuatan keji yang
termasuk perbuatan syetan.maka jauhilah perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.
Kata maisir berasal dari bahasa arab, yang secara harfiah berarti memperoleh sesuatu
dengan sangat mudahtanpa kerja keras atau mendapat keuntungan tanpa bekerja. Hal ini biasa juga
disebut perjudian, yang dalam terminologi agama diartikan sebagai suatu transaksi yang dilakukan
oleh dua pihak untuk memperoleh kepemilikan suatu benda atau jasa yang menguntungkan satu
pihak dan merugikan pihak lain dengan cara mengaitkan transaksi tersebut dengan suatu tindakan
atau kejadian tertentu (M.syakir Sula,2004,hlm.48)

6
Gemala Dewi (2004, hala.136) juga mengartikan bahwa dalam konsep maisir disuatu pihak
memperoleh keuntungan, tetapi dilain pihak justru mengalami kerugian. Unsur maisir dalam
asuransi konvensional terlihat apabila selama masa perjanjian, tertanggung tidak mengalami
musibah atau kecelakaan, maka tertanggung tidak berhak mendapatkan apa-apa termasuk premi
yang disetornya. Sedangkan keuntungan diperoleh tertanggung ketika tertanggung yang belum
lama menjadi anggota asuransi ( jumlah premi yang disetor sedikit), menerima dana pembayaran
klaim yang jauh leih besar. Dalam konsep takaful ( saling menolong), apabila peserta asuransi
tidak mengalami musibah atau kecelakaan selama menjadi peserta, dia masih tetap berhak
mendapatkan premi yang disetor, kecuali dana yang dimasukkan kedalam dana tabarru’.
 Menghindari bunga (Riba)
Riba menurut pengertian bahasa berarti tambahan ( azziyadah), berkembang (annumuw),
meningkat (al-irtifa’), dan membesar (al-uluw). Jadi, riba adalah penambahan ,perkembangan,
peningkatan dan pembesaran atas pinjaman pokok yang diterima pemberi pinjaman dari peminjam
sebagai imbalan karena menagguhkan atau berpisah dari sebagian modalnya selama periode waktu
tertentu ( Heri Sudarso,2004,hlm.10
2.3 Prinsip Asuransi Syariah
 Dibangun atas dasar kerjasama (ta’awun)
 Asuransi syariat rtidak bersifat mu’awadhoh, tetapi tabrru’ atau mudhorobah.
 Sumbangan (tabarru’) sama dengan hibah (pemberian) oleh karena itu haram hukumnya ditarik
kembali. Kalau terjadi peristiwa, maka diselesaikan menurut syariat.
 Setiap anggota yang menyetor uangnya menurut jumlah yang telah ditentukan harus disertai
dengan niat membantu demi menegakkan prinsip ukhuwah
 Tidak dibenarkan seseorang menyetorkan sejumlah kecil uangnya dengan tujuan supaya ia
mendapat imbalan yang berlipat bila terkena suatu musibah. Akantetapi ia diberi uang jamaah
sebagai ganti atas kerugian itu menurut izin yang diberikan oelh jamaah.
 Apabila uang itu akan dikembangkan maka harus dijalankan menurut aturan syar’i
 Prinsip akad asuransi syariah adalah takafuli (tolong menolong). Dimana nasabah yang satu
menolong nasabah yang lain yang tengan mengalami kesulitan.
 Dana yang terkumpul dari nasabah perusahaan asuransi syari’ah (premi) diinvestasikan
berdasarkan syariah dengan sistem bagi hasil (mudharabah).

7
 Premi yang terkumpul diperlakukan tetap sebagai dana milik nasabah. Perusahaan hanya sebagai
pemegangamana untuk mengelolanya.
 Bila ada peserta yang terkena musibah untuk pembayaran klaim nasabah dana diambilkan dari
rekening tabarru’ (dana sosial) seluruh peserta yang sudah diiklaskan untuk keperluan tolong
menolong.
 Keuntungan investasi dibagi dua antara nasabah salaku pemilik dana dengan perusahaan selaku
pengelola dengan prinsip bagi hasil.
 Adanya dewan pengawas syariah dalam perusahaan asuransi syariah yang merupakan suatu
keharusan. Dewan ini berperan dalam mengawasi manajemenn produk serta kebijakan investasi
supaya senantiasa sejalan dengan syariat islam. (Abdul aziz 2010.hlm 192).
2.4 Sumber Hukum Asuransi Syariah
Sumber hukum material asuransi syariah adalah syariah islam, sedangkan sumber syariah
islam adalah alquran, Hadis, Ijma (ijtihad), Fatwa sahabat rasul,Qiyas, Istihsan, dan Urf (tradisi).
Alquran dan hadis merupakan sumber utama hukum islam, namun dalam menetapkan prinsip-
prinsip maupun praktik dan operasional asuransi syariah, parameter yang senantiasa menjadi
rujukan adalah syariah islam (Muhammad Syakir Sula, 2004,hlm,296).
Oleh karena itu pengaturan tentang asuransi syariah boleh didasarkan pada Ijma (ijtihad).
Penetapan hukum dengan metode Ijma (ijtihad) dapat menggunakan beberapa cara, antara lain”
a. Melalukan interpretasi atau penafsiran hukum secara analogi (qiyas), yaitu dengan cara mencari
perbandingannya atau pengibaratannya.
b. Untuk kemaslahatan umum (maslahah mursalah), yang bertumu pada pertimbangan menarik
manfaat dan menghindarkan mudharat.
c. Meninggalkan dalil-dalil khusus dan menggunakan dalil-dalil umum yang dipandang lebih kuat
)Istihsan).
d. Dengan cara melestarikan berlakuknya ketentuan asal yang ada, kecuali terdapat dalil yang
menetukan lain( Istish-ab)
e. Mengukuhkan berlakunya adat kebiasaan yang tidak berlawanan dengan ketentuan syariah.
Keberadaan asuransi syariah saat ini tidak dilarang undang-undang yang berlaku, yaitu
undang-undang Nomor 2 tahun 1992 tentang perasuransian. Malahan, pemerintah telah
mengeluarkan keputusan- keputusan yang berkenaan dengan asuransi, termasuk asuransi syariah
yaitu sebagai berikut:

8
a. Keputusan menteri keuangan republik indonesia No.424/KMK.06/2003 tentang kesehatan
keuangan perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi.
b. Keputusan menteri keuangan republik indonesia No.426/KMK.06/2003 tentang perizinan usaha
dan kelembagaan perusahaan reasuransi.
c. Keputusan dirjen Lembaga keuangan No.Kep. 4499/LK/2000 tentang jenis, penilaian, dan
pembatasan Investasi perusahaan Asuransi dan perusahaan Reasuransi dengan sistem syariah.
Kehadiran asuransi syariah diawali dengan beroperasinya bank syariah. Hal ini sesuai dengan
Undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan dan ketentuan pelaksanaan bank syariah.
Pada saat ini bank syariah membutuhkan jasa asuransi syariah guna mendukung permodalan dan
investasi dana. Pada tanggal 27 juli 1993, ICMI melalui yayasan abdi bangsa bersama Bank
Muamalat Indonesia (BMI), dan perusahaan asuransi tugu mandiri sepakat memprakarsai
pendirian asuransi takaful dengan menyusun tim pembentukan asuransi takaful Indonesia (tepat).
Sebagai realisasi kesepakatan tersebut, didirikanlah PT Syarikat Takaful Indonesia sebagai
Holding Company dan dua anak perusahaan yaitu PT asuransi Takafulkeluarga (asuransi jiwa) dan
PT asuransi Takaful umum (asuransi kerugian). Pembentukan dua anak perusahaan tersebut,
dimaksudkan untuk memenuhi ketentuan pasal 3 undang-undang nomor 2 tahun 1992 tentang
usaha perasuransian, yang mana perusahaan asuransi jiwa dan perusahaan asuransi kerugian harus
berdiri terpisah.

9
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Dan Waktu Peneltian
 Materi Penelitian : Analisi Asuransi

 Tempat penelitian : PT.Asuransi Central Asia Unit Layanan Syariah Cabang Serdang

 Alamat : Jl.Prof.HM.Yamin,SH. Medan,Komplek Serdang Mas Blok A


No.1

 Narasumber : Elviani (Karyawan)

 Waktu : Medan,13 November 2019

3.2 Sampel Peneltian


Menurut Sugiyono (2013: 81), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua
yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat
menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Sampel penelitian ini adalah data Kantor
PT.Asuransi Central Asia Unit Layanan Syariah Cabang Serdang
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Dalam usaha mendapatkan data sebagai bahan untuk keperluan pembahasan, maka
prosedur yang digunakan dalam pengumpulan data adalah Penelitian Lapangan (Field Research),
yaitu Penelitian yang langsung dilakukan pada organisasi atau objek yang bersangkutan, dimana
yang diambil sebagian besar diperoleh dengan teknik Interview dan Observasi.Berisikan teknik
observasi,penelitian perpustakaan,wawancara (interview),penyebaran kuesioner/angket.

10
BAB IV
HASIL PENELITIAN Dan PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
PT Asuransi Central Asia (ACA) adalah Perusahaan yang bergerak di bidang asuransi
umum, berdiri sejak 29 Agustus 1956. Ketika berdiri ACA menempati kantor di Jalan Asemka No.
28 Jakarta. Kemudian sempat beberapa kali mengalami perpindahan sebelum akhirnya menetap di
Wisma Asia, Jakarta sejak 1998 hingga sekarang.

Setelah lebih dari setengah abad (63 tahun) ACA tumbuh secara konsisten dan sudah
memiliki 1 kantor pusat, 2 kantor pusat operasional, 41 kantor cabang, 22 kantor perwakilan, dan
4 kantor perwakilan Unit Layanan Asuransi Syariah (ULAS) yang tersebar di seluruh Indonesia.
Dalam menjalankan Perusahaan, ACA selalu didukung oleh Sumber Daya Manusia (SDM)
berkualitas yang saat ini mencapai 1.585 karyawan. ACA adalah salah satu Perusahaan asuransi
nasional dengan jumlah aset terbesar, dimana saat ini mencapai Rp 9,40 triliun. Per 31 Desember
2018 permodalan yang dimiliki ACA mencapai Rp 4,49 triliun dan Rasio Pencapaian Solvabilitas
per 31 Desember 2018 adalah sebesar 205,54%, jauh melebihi batas
minimal ketentuan pemerintah 120%.

Produk asuransi andalan ACA adalah OTOMATE (Asuransi Kendaraan Bermotor), ASRI
(Asuransi Properti), dan produk Asuransi Mikro seperti Asuransi Demam Berdarah. ACA juga
memiliki produk lain yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, yaitu Asuransi Rekayasa,
Pengangkutan, Rangka Kapal, Travel Safe (Asuransi Perjalanan), Medi+ (Asuransi Kesehatan),
Wellwoman (Asuransi Kanker Wanita), Asuransi Keuangan, Asuransi Kecelakaan Diri, Asuransi
Tanaman dan produk asuransi lainnya.

Berbeda dengan asuransi konvensional yang menggunakan akad jual/beli (tabaduli) dan
investasi dana berdasarkan bunga (riba), asuransi syariah menggunakan konsep mudarabah, yakni
pemilik dana/nasabah/tertanggung (shahibul maal) dengan pengusaha/penanggung (mudharib)
melakukan akad untuk menjalankan usaha bersama. Keuntungan yang diperoleh kemudian dibagi
di antara keduanya, dengan perbandingan nisbah yang disepakati sebelumnya. ACA Syariah, unit
usaha dari PT Asuransi Central Asia (ACA), telah menggunakan prinsip-prinsip syariah dalam
menjalankan bisnis, kebutuhan produk proteksi (asuransi), sekaligus investasi, sejak pertama kali
diluncurkan pada 2004. "Kami ingin memberikan solusi bagi masyarakat yang menginginkan

11
produk asuransi sekaligus investasi yang sesuai dengan hukum Islam," kata Kepala Divisi Syariah
ACA Muhammad Faried. Sesuai dengan prinsip yang menjadi dasar pelaksanaan ACA Syariah,
jelas Faried, seluruh dana yang dihimpun dari pemegang polis asuransi akan dikelola sesuai
dengan prinsip syariah. Keuntungan perusahaan diperoleh dari pembagian keuntungan dana
pemegang polis asuransi yang dikembangkan dengan prinsip bagi hasil. Hal tersebut sesuai dengan
konsep dasar asuransi syariah, akad tabarru. Dalam akad tersebut, peserta memberikan dana hibah
yang akan digunakan untuk menolong peserta atau peserta lain yang tertimpa musibah. Para
pemegang polis dalam hal ini berkedudukan sebagai pemilik modal (shahibul mal) dan ACA
Syariah berfungsi sebagai pemegang amanah (mudharib).

Setiap premi yang dibayar pemegang polis akan dimasukkan ke rekening tabarru
perusahaan, yaitu kumpulan dana yang telah diniatkan oleh peserta sebagai iuran dan kebajikan,
untuk tujuan saling menolong dan saling membantu. ACA Syariah juga menganut prinsip takaful
yang berarti saling menanggung (risk sharing). Jika salah satu peserta terkena musibah, peserta
lain secara bersama-sama akan menanggung risiko peserta tersebut melalui dana tabarru yang
terkumpul. Sebagai instrumen investasi, jelas Faried, dana yang terkumpul dikelola perusahaan
pada instrumen-instrumen investasi yang halal, di antaranya instrumen saham kelompok Jakarta
Islamic Index (JII), obligasi syariah (sukuk) atau deposito syariah. "Jadi, secara Islam asuransi
syariah masuk kategori halal. Semua didasarkan pada hukum Islam," ujarnya. Menurut Faried,
dewasa ini kebutuhan masyarakat akan sebuah produk telah mengalami transformasi dari level
intelektual (rasional) ke emosional dan akhirnya ke spiritual.

Nilai spiritual Kini konsumen akan mempertimbangkan kesesuaian produk dan jasa
terhadap nilai-nilai spiritual yang diyakininya. Orang tidak semata-mata menghitung untung atau
rugi, tidak terpengaruh lagi dengan hal yang bersifat duniawi. Terlebih di Indonesia yang
masyarakatnya terkenal cukup agamais. "Produk asuransi yang berlatar belakang islami akan
berpengaruh emosional bagi nasabah. Mungkin tadinya terpaksa mengasuransikan asetnya ke
asuransi konvensional, saat ini sudah bisa diproteksi dengan asuransi syariah. Jadi sekarang
saatnya nasabah yang agamais mulai beralih ke asuransi bernuansa islami," kata dia. ACA Syariah
saat ini mulai merasakan hal tersebut. Itu terbukti dari pertumbuhan signifikan pendapatan premi
yang mencapai dua kali lipat, dari Rp8 miliar pada 2009 menjadi Rp17 miliar pada tahun lalu.
Adapun per Juni 2011 ACA Syariah telah membukukan pendapatan premi sebesar Rp10 miliar.

12
"Tahun lalu industri tumbuh 35%, kami tumbuh di atas 200%. Akhir tahun ini kami optimistis
dapat mencapai angka Rp20 miliar," kata Faried. Dengan bermodal (equity) Rp50 miliar, unit
usaha ACA tersebut memiliki mayoritas nasabah berasal dari korporasi sekitar 70% dan 30%
nasabah ritel. ACA Syariah saat ini memiliki lebih dari 10 produk asuransi, yang tiga di antaranya
ditujukan bagi segmen ritel, yaitu Asuransi Kebakaran Rumah Tinggal, Asuransi Kendaraan
Bermotor, dan Asuransi Kecelakaan Diri.

Meski masih berkontribusi kecil, Faried memastikan induk usaha selalu memberikan
dukungan penuh, baik teknis maupun permodalan. ACA Syariah pada dasarnya telah siap jika
sewaktu-waktu pemerintah mengeluarkan peraturan yang mewajibkan unit usaha syariah (UUS)
memisahkan diri (spin off) dari induknya. "Pada dasarnya kami siap melakukan spin off. Saat ini
kami masih menunggu aturan yang mewajibkan asuransi syariah dipisahkan dari induk usaha,"
ujarnya. Satu hal yang pasti, untuk mendukung rencana tersebut saat ini ACA Syariah tengah
melancarkan berbagi ekspansi dan pengembangan. Di antaranya dengan mengembangkan jaringan
penjualan yang mengupayakan di seluruh jaringan ACA terdapat produk-produk ACA Syariah.
Sampai hari ini ACA telah memiliki 40 kantor cabang dan 36 kantor perwakilan yang melayani
penjualan polis dan klaim, yang tersebar di seluruh provinsi dan kota-kota besar di Indonesia.
"Selain itu kami juga sudah menggandeng rekanan dengan lebih 12 perbankan syariah. Ke depan
kita juga akan coba merangkul bank pembangunan rakyat syariah (BPRS), koperasi syariah,
maupun pesantren," pungkas Faried.

Asuransi berdasarkan prinsip syariah adalah usaha saling tolong menolong (ta’awuni)
danmelindungi (takafuli) di antara para peserta melalui pembentukan kumpulan dana
(DanaTabarru) yang dikelola sesuai dengan prinsip syariah unutk menghadapi risiko tertentu.
Dana Tabarru adalah kumpulan dana yang berasal dari kontribusi para Peserta, yangmekanisme
penggunaannya sesuai dengan Akad Tabarru yang disepakati.
Akad adalah perjanjian tertulis memuat kesepakatan tertentu, beserta hak dan kewajibanpara pihak
sesuai dengan prinsip Syariah.Akad Wakalah Bil Ujrah adalah akad Tijarah yang memberikan
kuasa kepada Perusahaansebagai wakil Peserta untuk mengelola Dana Tabarru dan/atau Dana
Investasi Peserta, sesuaikuasa atau wewenang yang diberikan, dengan imbalan berupa ujrah (fee).

KLAUSULA AKAD

13
Peserta dan PT. Asuransi Central Asia Syariah (Pengelola) setuju untuk melakukan akad
Wakalah Bil Ujroh atas pengelolaan risiko dana tabarru. Peserta setuju untuk menghibahkan
sejumlah 55% dari kontribusi yang dibayarkannya sebagai dana tabarru untuk menolong
peserta lain yang ditimpa musibah yang dicover oleh polis ini. Pengelola bertindak sebagai
wakil peserta dalam kegiatan pengelolaan dana dan kegiatan lainnya. Pengelola akan
mendapatkan ujroh (fee) 45% dari kontribusi. Pengelola dan Peserta sepakat untuk
melakukan akad Mudharabah atas kegiatan investasi dana tabarru.

Hasil investasi Dana Tabarru akan dibagikan dengan persentasi pembagian (nisbah) sebagai
berikut :

 70% untuk Pengelola


 30% untuk Peserta
Apabila pada akhir periode pertanggungan terdapat Surplus Operasional Bersih maka hasilnya
akan dibagikan dengan persentasi pembagian (nisbah) sebagai berikut:

 70% untuk Pengelola


 10% untuk Dana cadangan Tabarru
 20% untuk Peserta dengan syarat:
o Peserta tidak pernah menerima pembayaran klaim atau tidak sedang mengajukan
klaim
o Polis tidak dibatalkan pada masa (periode) pertanggungan
o Peserta telah melunasi kontribusi yang menjadi kewajibannya untuk periode yang
baru saja berakhir
4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil wawancara,ACA asuransi bergerak pada bidang jenis asuransi kerugian
atau umum seperti asuransi property,kebakaran.Produk pada ACA asuransi banyak seperti
asuransi mobil,asuransi kebakaran,kontruksi,kendaraan.Asuransi ACA sudah berdiri selama 63
tahun yang bergabung dengan asuransi konvensional,kalau asuransi Syariah berdiri pada tahun
2006 dan diresmikan kantor cabang ACA asuransi ini pada tahun 2014.ACA asuransi mengambil
kepercayaan para nasabah dengan memberikan image yang baik karena sudah tersebar di media
seperti di google bahwa ACA asuransi sudah berada di tingkat ke 5 asuransi terbesar di seluruh

14
Indonesia maka tingkat pengalaman yang sudah lama di bidang asuransi ini akan menjadi alat
ACA asuransi untuk memberikan informasi sehingga dapat mengambil kepercayaan nasabah
terhadap perusahaan ini.Kemudian ACA asuransi awal berdirinya bergabung dengan BCA Bank
dapat dilihat dari bentuk tulisan logo yang sama sehingga hal itu sudah mendapatkan rating yang
baik didalam masyarakat.Pada saat ini asuransi diawasi oleh OJK sebagai badan pengawas
keuangan maka masyarakat tidak perlu takut dengan asuransi karena jika suatu perusahaan
asuransi bermasalah maka dapat dilaporkan ke OJK dan izin usaha dapat diambil dengan
keputusan-keputusan serta bukti-bukti yang jelas.Dan ACA asuransi juga sudah lama berdiri
sehingga sudah memiliki pengalaman yang luas.

Untuk bergabung sebagai nasabah ACA asuransi,diawali dengan mendaftar ke kantor


cabang kemudian akan dilakukan nya survey untuk melihat nasabah layak atau tidak bergabung
sebagai nasabah kemudian dihitung premi nya mengisi formulir dan diminta ktp nya serta
menandatangani polish yang dipelukan.Maka dalam waktu seminggu polish nya akan terbit dan
lalu akan diberikan kepada nasabah.

Dalam bidang klaim,yang paling memiliki jarak terdekat adalah bagian marketing.Maka
ketika terjadi klaim maka biasanya nasabah menghubungi pihak marketing kemudian pihak
marketing akan menghubungi pihak klaim kemudian yang mengurusnya adalah bagian klaim
karena mereka yang lebih berhak atas itu dan bagian marketing hanya membantu agar proses klaim
lebih cepat ditindaklanjuti dan membantu dalam pelayanan seperti jika nasabah ada keperluan
dikantor maka pihak marketing mengantar keperluan tersebut ke tempat nasabah.

Pandangan perusahaan terhadap asuransi adalah sangat penting dan sudah menjadi
kebutuhan di zaman sekarang.Karena asuransi gunanya meminimalisirkan risiko dan membantu
proses penyelesaian masalah lebih cepat dengan mentransferkan risiko kepada asuransi.Dalam hal
ini nasabah membayar premi ke asuransi dan asuransi akan membayar klaim,karena jika terjadi
risiko maka asuransi akan menanggung risiko sesuai ketentuan di polish hal itu tentu meringankan
beban nasabah.Sebagian masyarakat sudah mengerti seberapa penting asuransi walaupun risiko itu
belom pasti ada selain asuransi jiwa yang sudah pasti terjadi.Maka ketakutan masyarakat terhadap
klaim sebuah asuransi,hal itu ACA asuransi memiliki data dan jejak yang baik sehingga lebih
memiliki kepercayaan.

15
Jika seorang nasabah mendaftar di ACA asuransi dan setelah 2 hari terjadi kebakaran maka
sudah dapat diberikan klaim karena sudah mengisi formulir dan terjadi polish maka sudah di cover
sama perusahaan.Misalnya saat pagi mendaftar kemudian setelah jam 12 maka sudah dicover sama
perusahaan walaupun polish belom terbit kaena sudah terjadi perjanjian kontrak dengan tanda
tangan nasabah.

Bagi pandangan narasumber,tips memilih perusahaan asuransi bagi nasabah adalah


pertama melihat perusahaan,dengan berkembangnya teknologi yang canggih bisa disearch latar
belakang maupun jejak perusahaan.Namun jika ada kabar buruk dalam berita jangan cepat
beranggapan yang tidak baik karena harus melihat kronologi dengan jelas alas an jika perusahan
tidak mengklaim nasabah.Karena banyak pihak yang tidak bertanggung jawab,jika terjadi seperti
itu maka dapat dilaporkan ke OJK.Perusahaan tidak membayar klaim bisa terjadi seperti perusahan
mempunyai agen,agen nya melarikan uang dalam arti tidak disetor ke perusahaan terjadi klaim
karena klaim nya tidak diterima ternyata nasabah sudah terima klaim maka tentu nama perusahaan
yang tercemar padahal perusahaan tidak mengetahui klaim tersebut.Selanjutnya tidak dijamin
polish nya,contoh ada seorang nasabah masuk ke asuransi kebakaran kemudian terjadi gempa bumi
dan terkena rumah nasabah kemudian rumah tersebut kebakaran maka nasabah meminta klaim hal
itu perusahaan tidak bisa mengklaim karena tidak termasuk asuransi gempa bumi.Maka nasabah
banyak meranggapan bahwa kejadian tersebut telah dicover padahal tidak sesuai polish.

Dalam penarikan nasabah,ACA asuransi memaksimalkan pelayanan terhadap nasabah


karena dalam proses maupun aturan dalam asuransi sudah di tetapkan OJK maka dari itu semua
perusahaan asuransi memiliki struktur yang sama.Seperti jika ada nasabah yang menyuruh polish
diantarkan ke rumah nasabah maka pihak ACA asuransi akan mengantarkan polish tersebut.

Perbedaan ACA asuransi Syariah dengan konvensional adalah kalau Syariah ada bagi hasil
dan konvensional tidak ada.Jadi bagi hasil itu,jika perusahaan mendapatkan keuntungan maka
akan dibagikan persen kepada nasabahnya dan jika terjadi kerugian maka bagi hasil tidak ada.

16
BAB V

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Asuransi syariah atau yang lebih dikenal dengan at-ta’min, takaful,atau tadhamun adalah
usaha saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang/ pihak melalui inventasi
dalam bentuk asset atau tabarru’ memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko
tertentu melalui akad yang sesuai dengan syariah .
Kehadiran asuransi syariah diawali dengan beroperasinya bank syariah. Hal ini sesuai dengan
Undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan dan ketentuan pelaksanaan bank syariah.
Pada saat ini bank syariah membutuhkan jasa asuransi syariah guna mendukung permodalan dan
investasi dana.
Alquran dan hadis merupakan sumber utama hukum islam, namun dalam menetapkan prinsip-
prinsip maupun praktik dan operasional asuransi syariah, parameter yang senantiasa menjadi
rujukan adalah syariah islam.
konsep asuransi syariah adalah suatu konsep di mana terjadi saling memikul risiko diantara
sesama peserta sehingga antara satu dengan yang lainnya menjadi penanggung atas resiko yang
muncul. Saling pukul risiko ini dilakukan atas dasar saling menolong dalam kebaikan dengan cara
masing-masing mengeluarkan dana tabarru’ atau dana kebajikan (derma) yang tujuannya untuk
menanggung risiko. Dalam sistem operasional, asuransi syari’ah telah terhindar dari hal-hal yang
diharamkan oleh para ulama, yaitu gharar,maisir, dan riba.
4.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pemabahasan perusahan asuransi sudah mulai


berkembang pesat dan terbuka bagi siapapun.Namun sebaiknya perusahaan asuransi Syariah harus
lebih memperkenalkan produk dengan cara yang modern agar dapat berkembang dengan cepat
dalam zaman yang terus maju.

17
DAFTAR PUSTAKA

Elviani.2019.Interview of “Asuransi” kantor cabang asuransi.Medan

https://www.aca.co.id

https://www.coursehere.com

18
LAMPIRAN

19

Anda mungkin juga menyukai