Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah
Filsafat Pendidikan yang berjudul “Mini Riset”. Penulis berterimakasih kepada bapak
dan ibu dosen yang bersangkutan yang telah memberi bimbingannya.
Dalam penyusunan tugas ini tidak luput dari kesalahan dan kekeliruan, untuk
itu saya mohon kritik dan saran demi perbaikan. Semoga penyusunan Mini Riset ini
memberikan manfaat bagi pembaca dan dapat memberikan pengetahuan serta
wawasan.

Medan, 03 November 2019

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian

BAB II. LANDASAN TEORI


A. Aliran-AliranFilsafat Pendidikan Berlandaskan Pancasila
1. DefinisiFilsafat Pendidikan Pancasila
2. PandanganFilsafat Pendidikan tentang Pendidikan
3. Dasar Penyelenggaraan Pendidikan di Indonesia
B. Konsep dan Nilai-Nilai FilsafatPendidikan
1. Nilai-nilai Pendidikan berdasarkan Pancasila
2. Pendidikan Karakter berdasarkan nilai-nilai Pancasila
C. KerangkaBerpikir

BAB III.METODE SURVEY


A. Tempat dan WaktuSurvey
B. Subject Survey
C. Teknik PengambilanData
D. Instrumen Survey

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Gambaran HasilSurvey
B. Pembahasan
C. TemuanLapangan

BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Kelayakan penyelenggaraan pendidikan dalam proses pendidikan memegang
peranan strategis terutama dalam upaya membentuk watak bangsa melalui
pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan. Dipandang dari dimensi
pembelajaran, peranan pendidik (guru, dosen, pamong belajar, instruktur, tutor,
widyaiswara) dalam masyarakat Indonesia tetap dominan sekalipun teknologi yang
dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran berkembang amat cepat. Hal ini
disebabkan karena ada dimensi-dimensi proses pendidikan, atau lebih khusus lagi
proses pembelajaran, yang diperankan oleh pendidik yang tidak dapat digantikan
oleh teknologi. Fungsi mereka tidak akan bisa seluruhnya dihilangkan sebagai
pendidik dan pengajar bagi peserta didiknya. Begitu pun dengan tenaga
kependidikan (kepala sekolah, pengawas, tenaga perpustakaan, tenaga
administrasi) mereka bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan,
pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses
pendidikan pada satuan pendidikan.
Sehubungan dengan tuntutan kearah profesionalisme tenaga pendidik dan
kependidikan, maka semakin dirasakannya desakan untuk peningkatan mutu
pendidikan pada setiap jenis dan jenjang pendidikan yang telah menjadi komitmen
pendidikan nasional. Isu klasik yang selalu muncul selama ini ialah : usaha apa yang
paling tepat untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan mutu
pendidik dan tenaga kependidikan? Oleh karenanya penting untuk memahami
terlebih dahulu bagaimana mengelola pendidik dan tenaga kependidikan tersebut.
Manajemen tenaga kependidikan atau manajemen personalia pendidikan
bertujuan untuk mendayagunakan tenaga kependidikan secara efektif dan efisien
untuk mencapai hasil yang optimal, namun tetap dalam kondisi yang
menyenangkan. Untuk mewujudkan keseragaman perlakuan dan kepastian hukum
bagi tenaga kependidikan sekolah dasar dalam melaksanakan tugas dan fungsi,
wewenang dan tanggung jawabnya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku.
B. RUMUSAN MASALAH
Bedasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut : “Bagaimana Kelayakan penyelenggaraan pendidikan
disekolah SMK TR SINAR HUSNUL MEDAN melalui para siswa?” yang meliputi:
1. Kegiatan belajar yang dilakukan guru
2. Sikap atau respons yang diberikan siswa
3. Perencanaan yang dilakukan sebelum pembelajaran dilakukan oleh guru
4. Tanggung jawab oleh guru

C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jawaban atas
pertanyaan Bagaimana kinerja tenaga pendidik di PONPES NURUL
HAKIM MEDAN melalui para dewan guru, dan bantuan dari kepala sekolah?”

D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Para siswa di sekolah dapat melaksanakan kegiatan belajar yang sesuai dan
tepat juga dengan keefektifan di lingkungan sekolah
2. Para guru mengetahui keluh kesah yang dihadapi oleh siswa/i dan juga
mengubah hal yang belum sesuai dengan lingkungan sekolah
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Aliran-AliranFilsafat Pendidikan Berlandaskan Pancasila
1. Definisi Filsafat Pendidikan Pancasila
Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan mempunyai peranan yang amat penting untuk
menjamin perkembangan dan kelangsungan kehidupan bangsa. Indonesia adalah negara
yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 yang di dalamnya
diatur bahwa pendidikan diusahakan dan diselenggarakan oleh pemerintah sebagai satu siste
m pengajarannasional. Aristoteles mengatakan, bahwa tujuan pendidikan sama dengan tujuan
didirikannya suatunegara (Rapar; 1988).Demikian juga dengan Indonesia, pendidikan selain
sebagai sarana transfer ilmu pengetahuan,sosial budaya juga merupakan sarana untuk
mewariskan ideologi bangsa kepada generasiselanjutnya. Suatu bangsa menjadi kuat serta
menguasai bangsa-bangsa lainnya dengan sistem pendidikannya yang kuat demikian juga
sebaliknya sistem pendidikan yang lemah akan menjadikansuatu bangsa tidak berdaya
(Tadjab; 1994). Pendidikan suatu bangsa akan secara otomatis mengikutiideologi suatu
bangsa yang dianutnya.Filsafat adalah berfikir secara mendalam dan sungguh-sungguh untuk
mencari kebenaran,filsafat pendidikan adalah pemikiran yang mendalam tentang pendidikan
berdasarkan filsafat,apabila kita hubungkan fungsi Pancasila dengan sistem pendidikan
ditinjau dari filsafat pendidikan, bahwa Pancasila pandangan hidup bangsa yang
menjiwai dalam kehidupan sehari-hari. Karenanyasistem pendidikan nasional Indonesia
wajar apabila dijiwai, didasari dan mencerminkan identitasPancasila. Cita dan karsa bangsa
Indonesia diusahakan secara melembaga dalam sistem pendidikan. Nasional yang bertumpu
dan dijiwai oleh suatu keyakinan, pandangan hidup danfolosofi tertentu, inilah dasar pikiran
mengapa filsafat pendidikan Pancasila merupakan tuntutannasional dan sistem filsafat
pendidikan Pancasila adalah sub sistem dari sistem negara Pancasila

2. PandanganFilsafat Pendidikan tentang Pendidikan

Pandangan fislafat pendidikan sama dengan perananya merupakan landasan


filosofis yang menjiwai seluruk kebijaksanaan pelaksanaan pendidikan. Dimana
landasan filsofis merupakan landasan yang berdasarkan atas filsafat. Landasan
filsafat menalaah sesautu secara radikal, menyeluruh, dan konseptual tentang religi
dan etika yang bertumpu pada penalran. Oleh karena itu antara filsafat dengan
pendidikan sangat erat kaitannya, dimana filsafat mencoba merumuskan citra
tentang manusia dan masyarkaat sedangkan pendidikan berusahanmewujudkan
citra tersebut.

Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta


didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu
menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan
adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi
dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai
tujuan hidup kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan
dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan. Filsafat mengadakan tinjauan
yang luas mengani realita, maka dikupaslan antara lain pandangan dunia dan
pandangan hidup. Konsep-konsep mengenai ini dapat menjadi landasan
penyusunan konsep tujuan dan metodologi pendidik. Disamping itu, pengalaman
pendidik dalam menuntut pertumbuhan danperkembangan anak akan
berhubungan dan berkenalan dengan realita. Semuanya itu dapat disampaikan
kepada flsafat untuk dijadikan bahan-bahan pertimbangan dan tinjauan untuk
memperkembangkan diri. Hubungan filsafat dengan filsafat pendidikan dapat
dirumuskan sebagai berikut :

1. Filsafat mempuyai objek lebih luas, sifatnya universal. Sedangkan filsafat


pendidikan objeknya terbatas dalam dunia filsafat pendidikan saja

2. Filsafat hendak memberikan pengetahuan/ pendiidkan atau pemahaman yang


lebih mendalam dan menunjukkan sebab-sebab, tetapi yang tak begitu mendalam

3. Filsafat memberikan sintesis kepada filsafat pendidikan yang khusus,


mempersatukan dan mengkoordinasikannya

4. Lapangan filsafat mungkin sama dengan lapangan filsafat pendidikan tetapi


sudut pandangannya berlainan

Dalam menerapkan filsafat pendidikan, seorang guru sebagai pendidik dia


mengharapkan dan mempunyai hak bahwa ahli-ahli filsafat pendidikan
menunjukkan dirinya pda masalah pendiidkan pad aumumnya serta bagaimna
amasalah itu mengganggu pada penyekolhan yang menyangkut masalah
perumusan tujuan, kurkulum, organisasi sekolah dan sebagainya. Dan para
pendidik juga mengahrapkan dari ahli filsafat pendiidkan suatu klasifikasi dari
uraian lebih lanjut dari konsep, argumen dirinya literatur pendidikan terutam adalam
kotraversi pendidikan sistem-sistem, pengjuian kopetensi minimal dan kesamaan
kesepakatan pendidikan.

Brubacher (1950) mengemukakan tentang hubungan antara filsafat dengan filsafat


pendidikan, dalam hal ini pendidikan : bahwa filsafat tidak hanya melahirkan sains
atau pengetahuan baru, melainkan juga melahirkan filsafat pendidikan. Filsafat
merupakan kegiatan berpikir manusia yang berusaha untuk mencapai kebijakan
dankearifan. Sedangkan filsafat pendidikan merupakan ilmu ayng pad ahakekantya
jawab dari pertanyaa-pertanyaan yagn timbul dalam lapangan pendidkan. Oleh
karen aberisfat filosofis, dengan sendirinya filsafat pendidikan ini hakekatnya
adalah penerapan dari suatu analisa filosofis terhadap lapangan pendidikan.

3. Dasar Penyelenggaraan Pendidikan di Indonesia


Penyelenggaraan pendidikan dasar di Indonesia yang telah dimulai semenjak masa
penjajahan, dilanjutkan lagi oleh rezim Orde Lama. Namun pelaksanaannya belum menjadi
prioritas utama dalam program pembangunan pada masa itu, yang lebih mementingkan
pembangunan politik bangsa dan negara. Begitu juga pada masa pemerintahan Orde Baru,
meskipun pemerintah mengakui akan pentingnya arti pendidikan dasar dengan mencanangkan
program wajib belajar sembilan tahun pada tahun 1994, akan tetapi kebijakan-kebijakan yang
diambil tidak menunjukkan kesadaran pentingnya pendidikan. Pemerintah cenderung
menganggap pendidikan sebagai komoditas yang prioritasnya lebih rendah dari pembangunan
jalan atau bendungan air, bukan sebagai investasi utama bangsa. Pada era reformasi
pendidikan kembali menjadi pusat perhatian masyarakat karena semakin rendahnya kualitas
pendidikan Indonesia yang berakibat pada ikut rendahnya kualitas SDM bangsa Indonesia jika
dibandingkan dengan negara-negara lain, baik di Asia Tenggara maupun di dunia. Hal ini
dilakukan dengan meangamandemen sebagian besar pasal yang mengatur tentang pendidikan
di dalam UUD 1945. Pasal 31 UUD 1945 paska amandemen merupakan cermin dari seriusnya
pemerintah dalam menyikapi pendidikan nasional. Dalam ketentuan pasal 31, ditentukan bahwa
pendidikan dasar merupakan suatu kewajiban bagi seluruh elemen bangsa, baik pemerintah
maupun warganegara. Di satu sisi setiap warganegara usia pendidikan dasar (7-15 tahun) wajib
mengikutinya, dan di sisi lain pemerintah wajib membiayainya (wajib Belajar). Mengenai
anggaran pun porsi untuk sector pendidikan ditingkatkan menjadi 20 % dari APBN dan APBD.
Selain itu dalam Bab XA tentang Hak Asasi Manusia, Pasal 28C menyebutkan secara jelas
bahwa setiap orang diberikan kebebasan untuk mendapat pendidikan serta memperoleh
manfaat dari ilmu pengetahuan. Hal ini selanjutnya dijabarkan lagi oleh peraturan-peraturan lain
di bawah UUD 1945 sebagai peraturan pelaksananya. Peraturan-peraturan tersebut antara lain,
UU 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, UU 24/2004 tentang Pemerintahan Daerah,
serta peraturan pelaksana lainnya, selain itu masih terdapat peraturan-peraturan lain yang telah
ada sebelum amandemen UUD 1945, yaitu UU 23/1999 tentang Hak Asasi Manusia, serta PP
28/1990 tentang Pendidikan Dasar. Hingga saat ini pelaksanaan pendidikan dasar di Indonesia
belum sesuai dengan apa yang telah diamanatkan dalam UUD 1945. Tidak semua warganegara
Indonesia dapat menikmati pendidikan dasar yang menjadi haknya, termasuk juga mereka yang
putus sekolah. Alasan mereka pun sebagian besar mengenai tidak terjangkaunya biaya
pendidikan dasar yang semakin tinggi. Selain itu banyak juga masyarakat yang mengganggap
bahwa pelaksanaan pendidikan dasar belum menjadi suatu keharusan, namun lebih menjadi
kewajiban pemerintah untuk menyelenggarakannya. Kewajiban pemerintah untuk
menyelenggarakan pendidikan dasar pun hingga saat ini masih sangat jauh dari yang
diharapkan. UU 20/2003 yang mengatur mengenai Sistem Pendidikan Nasional mangandung
unsur-unsur privatisasi. Privatisasi dalam dunia pendidikan ini dikhawatirkan akan berubah
menjadi komersialisasi pendidikan, sehingga pendidikan, termasuk pendidikan dasar akan
semakin sulit untuk dijangkau oleh masyarakat kelas menengah ke bawah. Selain itu,
pendidikan dasar bebas biaya yang telah tercantum dalam pasal 31 ayat (2) juga belum
terlaksana, karena pembiayaan pendidikan dasar saat ini masih banyak ditanggung oleh orang
tua siswa. Hal ini juga tidak terlepas dari kecilnya anggaran untuk pendidikan (di luar gaji
pendidik dan biaya pendidikan kedinasan) dari APBN maupun APBD yang hingga saat ini masih
dibawah 20%, hal ini jelas tidak sesuai dengan amanat pasal 31 ayat 4 WD 1945 dan pasal 49
UU No. 20/2003. Hal ini membuat dunia pendidikan Indonesia semakin terpuruk, yang
mengakibatkan sulitnya menghasilkan SDM-SDM yang berkualitas dan berkompeten yang
mampu bersaing di dunia internasional. Karena jika dibandingkan dengan negara-negara
tetangga kita seperti Thailand, Malaysia, Singapura, dan Vietnam, system pendidikan dan
kualitas SDM kita jauh ketinggalan. Namun otonomi daerah memberikan peluang bagi
desentralisasi penyelenggaraan pendidikan, meskipun desentralisasi pendidikan bukanlah
merupakan suatu yang mudah dilaksanakan namun demikian sejalan dengan arus
demokratisasi di dalam kehidupan manusia, maka desentralisasi pendidikan akan memberikan
efek terhadap kurikulum, efisiensi administrasi, pandapatan dan biaya pendidikan, pemerataan.
Desentralisasi pendidikan ini dilaksanakan oleh lembaga-lembaga pendidikan yang ada di
daerah, yaitu Dinas Pendidikan Nasional Provinsi untuk tingkat Provinsi dan Dinas Pendidikan
Nasional Kabupaten/Kota untuk tingkat Kabupaten/Kota. Dalam masalah pendanaan,
penyelenggaraan pendidikan dalam rangka pendidikan bersumber pada APBN dan APBD
masing¬-masing daerah. Selain itu sebagai bagian dari Program Kompensasi Pengurangan
Subsidi Bahan Bakar Minyak (PKPS-BBM), pemerintah pusat membuat program Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) yang dananya bersumber dari APBN ini, dimaksudkan untuk
membantu kegiatan opersional sekolah dalam rangka penuntasan Wajib Belajar 9 tahun. BOS
dihitung berdasarkan jumlah siswa, sehingga sekolah yang jumlah siswanya lebih banyak akan
menerima BOS yang lebih besar. Sedangkan untuk tingkat daerah, terdapat Program Pemberian
Subsidi Biaya Minimal Pendidikan (PPSBMP) yang dananya berasal dari APBD Pemerintah
Provinsi dan Kabupaten/Kota. Namun banyak pihak yang menilai bahwa pada dasarnya
program hanya merupakan kebijakan pemerintah yang berfungsi untuk mereduksi kepanikan
massa akibat pencabutan subsidi bahan bakar minyak.

B. Konsep dan Nilai-Nilai FilsafatPendidikan


.Nilai-nilai Pendidikan berdasarkan Pancasila
1. Nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa:
Terkandung di dalamnya prinsip asasi
(1) Kepercayaan dan Ketaqwaan kepada Tuhn Yang Maha Esa;
(2) kebebasan beragama dan berkepercayaan pada Tuhan Yang Maha Esa sebagai
hak yang paling asasi bagi manusia;
(3) toleransi di antara umat beragama dan berkepercayaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa; dan
(4) Kecintaan pada semua makhluk ciptaan Tuhan, khususnya makhluk manusia.
2. Nilai-nilai Kemanusiaan yang Adil dan Beradab:
Terkandung di dalamnya prinsip asasi
(1) Kecintaan kepada sesama manusia sesuai dengan prinsip bahwa kemanusiaan
adalah satu adanya;
(2) Kejujuran;
(3) Kesamaderajatan manusia;
(4) Keadilan; dan
(5) Keadaban.
3. Nilai-nilai Persatua Indonesia:
Terkandung di dalamnya prinsip asasi
(1) Persatuan;
(2) Kebersamaan;
(3) Kecintaan pada bangsa;
(4) Kecintaan pada tanah air; dan
(5) Bhineka Tunggal Ika.
4. Nilai-nilai Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan:
Terkandung di dalamnya prinsip asasi
(1) Kerakyatan;
(2) Musyawarah mufakat;
(3) Demokrasi;
(4) Hikmat kebijaksanaan, dan (Perwakilan).
5. Nilai-nilai Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia:
Terkandung di dalamnya prinsip asasi
(1) Keadilan;
(2) Keadilan sosial;
(3) Kesejahteraan lahir dan batin;
(4) Kekeluargaan dan kegotongroyongan;
(5) Etos kerja.
Selain diberikan pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan, saat ini nilai-
nilai pancasila tersebut mulai diterapkan pada keseluruhan mata pembelajaran yang
lain (kurikulum 2013 revisi). Hal ini diwujudkan dengan penanaman nilai-nilai
karakter pada setiap kegiatan pembelajaran di kelas. Bahkan, nilai-nilai karakter
yang akan diterapkan dalam setiap pembelajaran ini sudah harus dirumuskan dalam
rencana pelaksanaan pembelajaran yang disusun sebelumnya.
Nilai karakter yang diterapkan disesuaikan dengan kompetensi dasar yang akan
dicapai dalam setiap pembelajaran. Selain itu, nilai karakter ini juga digunakan untuk
mendiskusikan berbagai isu-isu terbaru yang berkembang di masyarakat dari sudut
pandang pancasila. Sehingga peserta didik akan terbiasa memandang,
menganalisis, menyikapi, serta bertindak sesuai dengan nilai-nilai karakter dalam
pancasila terhadap suatu isu atau fenomena di sekitarnya.
2. Pendidikan Karakter berdasarkan nilai-nilai Pancasila
Pentingnya pendidikan karakter nampaknya telah disadari oleh pemerintah
Sebagaimana ungkapan bapak pendiri bangsa bahwa perjuangan akan semakin
berat karena lawan bukan lagi dari luar namun dari dalam, maka melalui pendidikan
karakter yang dicanangkan dalam kurikulum, terutama pada kurikulum 2013 yang
nampak jelas menekankan aspek afektif dan social melalui adanya kompetensi inti 1
dan kompetensi inti 2 yang wajib ada dalam seluruh mata pelajaran di sekolah.
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif menggunakan triangulasi, dengan
memakai tehnik pengumpulan data, yaitu kuisioner/angket, observasi dan
wawancara. penelitian akan dilakukan di lima Sekolah dasar yang melaksanakan
Kurikulum 2013 di kecamatan Kamal kabupaten Bangkalan yakni SDN Banyuajuh 2,
SDN Banyuajuh 3, SDN Banyuajuh 6, SDN Kamal 1, SDN Gili Anyar.
Hasil penelitian ini bertujuan untuk menelaah jauh lebih dalam perkembangan
pembentukan karakter Bangsa yakni karakter yang mengandung nilai Pancasila
karena pendidikan yang mengandung nilai-nilai Pancasila dengan hakikat Pancasila
sebagai pandangan hidup bangsa merupakan tameng utama untuk menghadapi
tantangan dan ancaman sebagai pembentuk karakter bangsa yang merupakan hal
yang unik dan khas yang menjadi unsur pembeda antara bangsa yang satu dengan
bangsa yang lain.

C. Kerangka Berpikir
BAB III
METODE SURVEY

A. Tempat dan Waktu Survey


 Tempat : SMK TR SINAR HUSNI
Jln. Veteran Gg. Utama, Pasar V Helveria Kec. Labuhan deli, Kab.
Deli Serdang SUMATRA UTARA
 Waktu : Kamis 24 Oktober 2019

B. Subject Survey
 Siswa
 KEVIN H MAULANA
 RAHMAT KHAUQ
 AHMAD DINULLAH
 GALIH FIKRI
 ADRIANSYAH AZHARI
 MUSLIM
 M. FAZRI
 MUHAMMAD ALFANDI
 ARIF RIZKY
 MUHAMMAD IQBAL

 Guru

 Drs.H.Purwanto M.Pdt

C. Teknik PengambilanData
Dengan melakukan wawancara pada setiap anak

D. Instrumen Survey

F. Teknik analisis data


BAB IV
SIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran HasilSurvey

B. Pembahasan

C. TemuanLapangan
BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian kualitatif dengan teknik observasi, wawancara
dan dokumentasi yang dilaksanakan di AMK TR HUSNI MEDAN tentang kelayaka
penyelenggaraan pendidikan. Kesimpulan tersebut dipaparkan sebagai berikut:
1. Sesuai dengan data yang diperoleh peneliti, Pelaksanaan Pembelajaran
kesimpulannya adalah bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan
oleh guru di kelas sudah memasukkan nilai-nilai karakter namun belum sesuai
dengan nilai-nilai karakter .Pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan masih
menggunakan metode monoton yang tidak membuat siswa aktif dan nilai karakter
yang dikembangkan dalam metode tersebut hanya nilai karakter kepatuhan dan
menghargai orang lain.
2. Beberapa faktor penghambat pelaksanaan pembelajaran yang dihadapi guru
dalam melaksanakan pendidikan yaitu faktor yang menjadi penghambat, berasal
dari sekolah antara lain; faktor buku penunjang sebagai sumber belajar siswa yang
masih sangat kurang memadai, sarana prasarana sekolah yang masih sederhana
dan kurang memadai, kemudian faktor-faktor yang berasal dari siswa sendiri antara
lain; latar belakang sosial siswa yang kurang mendukung seperti faktor pendidikan
orang tua dan faktor ekonomi keluarga yang masih rendah, lingkungan pergaulan
siswa di luar sekolah yang sering bergaul dengan teman yang tidak sekolah, budaya
masyarakat yang masih kurang antusias terhadap pentingnya pendidikan, dan
pengaruh negatif teknologi informasi yang tidak tersaring dengan baik dan
kurangnya perhatian dari orang sekitar terhadap perkembangan pribadi siswa
sehingga menjadikan siswa semakin mudah mengikuti arus negatif dalam
masyarakat.

B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan beberapa permasalahan yang belum
terpecahkan, sehingga peneliti mengajukan beberapa saran. Saran tersebut antara
lain sebagai berikut:
1. Peranan guru sangat dominan dalam membentuk kerakter siswa sehingga harus
dapat menempatkan dirinya sebagai panutan yang dapat memberi teladan yang
baik di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, maupun lingkungan masyarakat.
2. Guru lebih mengembangkan strategi pembelajaran yang dapat membuat siswa
aktif belajar dan mempraktikkan nilai-nilai karakter yang dikembangkan dalam mata
pelajaran. Pendidikan karakter harus didukung semua pihak yang berkepentingan
terhadap pendidikan karakter agar dapat mewujudkan generasi yang berkarakter
dalam masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai