Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

CA PARU

A. Pengertian
Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel – sel yang mengalami proliferasi
dalam paru (Underwood, Patologi, 2000).
Kanker paru-paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalam
jaringan paru-paru dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen, lingkungan, terutama
asap rokok ( Suryo, 2010).
Karsinoma bronkogenik atau yang biasa disebut kanker paru adalah tumor
maligna yang timbul dari bronkus, tumor seperti ini adalah epidermoid, biasanya terletak
dalam bronki yang besar atau mungkin adenokarsinoma yang timbul jauh diluar paru.
(Rahayu, 2012).

B. Klasifikasi
Kanker paru-paru secara luas diklasifikasikan menjadi 2 jenis yaitu small cell lung
cancer (SCLC) dan non-small cell lung cancer (NSCLC). Klasifikasi ini didasarkan pada
gambaran sel-sel tumor di bawah mikroskop. 2 jenis kanker paru-paru ini berkembang,
menyebar, dan ditangani dengan cara yang berbeda (Anonim, 2013). Oleh karena itu
penting untuk membedakan kedua jenis ini.
1. Small Cell lung Cancer (SCLC)
SCLC terjadi sekitar 20% dari seluruh kasus kanker paru-paru. SCLC merupakan
jenis kanker paru-paru yang paling agresif dan berkembang cepat. SCLC berhubungan
erat dengan kebiasaan merokok, dengan hanya 1% dari seluruh kasus terjadi pada
penderita yang bukan perokok. SCLC cepat menyebar ke beberapa area dalam tubuh
dan paling sering ditemukan setelah kanker menyebar luas.
2. Non-Small Cell Lung Cancer (NSCLC)
NSCLC merupakan jenis kanker paru-paru yang paling umum terjadi, yaitu
terhitung sekitar 80% dari seluruh kasus kanker paru-paru. NSCLC memiliki 3 jenis
utama yang diberi nama berdasarkan jenis sel yang ditemukan dalam tumor.
a. Adenocarcinomas
Merupakan jenis NSCLC yang paling umum terjadi, sekitar 30–40 % dari seluruh
kasus NSCLC. Jenis ini terutama terjadi pada wanita dan mereka yang tidak
merokok. Sebagian besar kasus adenocarcinomas tumbuh di daerah tepi atau
bagian luar paru-paru. Jenis ini memiliki kecenderungan untuk menyebar ke limfe
(kelenjar getah bening) dan daerah yang jauh dari paru-paru. Bronchioloalveolar
carcinoma merupakan sub jenis dari adenocarcinoma yang sering terjadi pada
beberapa tempat dalam paru-paru dan menyebar ke dinding alveolus (gelembung
tipis yang merupakan bagian akhir dari saluran pernfasan dan merupakan tempat
terjadinya pertukaran udara). Pada thorax X-ray (foto roentgen dada)
gambarannya terlihat seperti pneumonia (peradangan pada paru-paru, dimana
alveolus yang berfungsi menyerap oksigen terisi dengan cairan).
b. Squamous cell carcinomas
Jenis ini awalnya lebih umum terjadi dibandingkan dengan adenocarcinomas, saat
ini terhitung sekitar 30% dari seluruh kasus NSCLC. Squamous cell carcinomas
dikenal juga dengan nama epidermoid carcinomas. Squamous cell carcinomas
paling sering tumbuh di daerah pusat paru-paru, yaitu bronkus (percabangan
terbesar dari trakea (batang tenggorok) yang menuju ke paru-paru), paling sering
menyebar ke seluruh bagian paru-paru, berkembang cukup besar dan membentuk
lubang.
c. Large cell carcinomas
Terkadang disebut juga undifferentiated carcinomas, merupakan jenis NSCLC
yang paling jarang terjadi, terhitung 10%-15% dari seluruh kasus kanker paru-
paru. Jenis ini memiliki kecenderungan yang tinggi untuk menyebar ke limfe
(kelenjar getah bening) dan daerah yang jauh dari paru-paru.

C. Stadium
Stadium kanker paru-paru mengacu pada tingkatan seberapa jauh tumor menyebar
dalam tubuh. Penentuan stadium kanker paru-paru melibatkan evaluasi ukuran tumor serta
ada tidaknya metastasis pada limfe (kelenjar getah bening) atau organ lain. Penentuan
stadium sangat penting untuk menentukan bagaimana tumor tertentu harus ditangani.
Penentuan stadium juga sangat penting untuk memperkirakan prognosis, dimana stadium
yang lebih tinggi memiliki prognosis yang lebih buruk dibandingkan dengan stadium yang
lebih rendah. (Anonim, 2013)
1. Non-Small Cell Lung Cancer (NSCLC), stadium ditentukan berdasarkan
keparahannya:
a. Stadium I, kanker terbatas pada paru-paru
b. Stadium II dan III, kanker mungkin telah menyebar ke limfe (kelenjar getah
bening)
c. Stadium IV, kanker telah menyebar keluar dari paru-paru ke bagian tubuh lainnya.
2. Small Cell Lung Cancer (SCLC), stadium menggunakan sistem berjenjang :
a. Limited Stage (LS), kanker terbatas pada daerah asalnya dalam paru-paru dan
menyebar ke limfe (kelenjar getah bening)
b. Extensive Stage (ES), kanker telah menyebar ke bagian tubuh yang jauh dari paru-
paru

D. Etiologi
1. Merokok
Tak diragukan lagi merupakan faktor utama. Suatu hubungan statistik yang
defenitif telah ditegakkan antara perokok berat (lebih dari dua puluh batang sehari) dari
kanker paru (karsinoma bronkogenik). Perokok seperti ini mempunyai kecenderung
sepuluh kali lebih besar dari pada perokok ringan. Selanjutnya orang perokok berat
yang sebelumnya dan telah meninggalkan kebiasaannya akan kembali ke pola resiko
bukan perokok dalam waktu sekitar 10 tahun. Hidrokarbon karsinogenik telah
ditemukan dalam ter dari tembakau rokok yang jika dikenakan pada kulit hewan,
menimbulkan tumor.
2. Perokok Pasif
Semakin banyak orang yang tertarik dengan hubungan antara perokok pasif, atau
mengisap asap rokok yang ditemukan oleh orang lain di dalam ruang tertutup, dengan
risiko terjadinya kanker paru. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pada
orang-orang yang tidak merokok, tetapi mengisap asap dari orang lain, risiko mendapat
kanker paru meningkat dua kali.
3. Polusi Udara
Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara, tetapi
pengaruhnya kecil bila dibandingkan dengan merokok kretek. Kematian akibat kanker
paru jumlahnya dua kali lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah
pedesaan. Bukti statistik juga menyatakan bahwa penyakit ini lebih sering ditemukan
pada masyarakat dengan kelas tingkat sosial ekonomi yang paling rendah dan
berkurang pada mereka dengan kelas yang lebih tinggi.
4. Paparan Zat Karsinogen
Beberapa zat karsinogen seperti asbestos, uranium, radon, arsen, kromium, nikel,
polisiklik hidrokarbon, dan vinil klorida dapat menyebabkan kanker paru.
5. Risiko kanker paru di antara pekerja yang menangani asbes kira-kira sepuluh kali lebih
besar daripada masyarakat umum. Risiko kanker paru baik akibat kontak dengan asbes
maupun uranium meningkat kalau orang tersebut juga merokok.
6. Diet
Beberapa penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi terhadap
betakarotene, selenium, dan vitamin A menyebabkan tingginya risiko terkena kanker
paru.
7. Genetik
Terdapat bukti bahwa anggota keluarga pasien kanker paru berisiko lebih besar
terkena penyakit ini. Penelitian sitogenik dan genetik molekuler memperlihatkan
bahwa mutasi pada protoonkogen dan gen-gen penekan tumor memiliki arti penting
dalam timbul dan berkembangnya kanker paru. 7. Penyakit paru
8. Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik juga dapat
menjadi risiko kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru obstruktif kronik berisiko
empat sampai enam kali lebih besar terkena kanker paru ketika efek dari merokok
dihilangkan.
9. Iridasi
Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di Schneeberg dan
penambang radium di Joachimsthal (lebih dari 50 % meninggal akibat kanker paru)
berkaitan dengan adanya bahan radioaktif dalam bentuk radon. Bahan ini diduga
merupakan agen etiologi operatif.
E. Patofsiologi
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan
cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya
pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila
lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang
pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus
vertebra. Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar.
Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di
bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu,
demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi. Pada stadium
lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada
hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe,
dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.
Pathway
F. Manifestasi Klinis
1. Gejala awal
Stridor lokal dan dispnea ringan yang mungkin disebabkan oleh obstruksi bronkus.
2. Gejala umum
a. Lokal (tumor tumbuh setempat) :
1) Batuk
Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor. Batuk mulai
sebagai batuk kering tanpa membentuk sputum, tetapi berkembang sampai titik
dimana dibentuk sputum yang kental dan purulen dalam berespon terhadap
infeksi sekunder.
2) Hemoptisis (batuk darah)
Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor yang
mengalami ulserasi.
3) Mengi (wheezing, stridor)
Kanker bisa menyebabkan bunyi mengi karena terjadi penyempitan saluran
udara di dalam atau di sekitar tempat tumbuhnya kanker. Obstruksi bronkus
bisa menyebabkan kolaps pada bagian paru-paru yang merupakan percabangan
dari bronkus tersebut, keadaan ini disebut ateleksis. Akibat lainnya adalah
pnemonia dengan gejala berupa batuk, demam, nyeri dada dan sesak nafas.
4) Kadang terdapat kavitas seperti abses paru
Orang dengan kanker paru-paru dapat mengalami sesak napas jika kanker
berkembang untuk menutup saluran udara yang utama.
5) Atelaksis
Pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan saluran udara
(bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan yang
dangkal.
b. Invasi lokal :
1) Nyeri dada
Jika dinding tumbuh ke dalam dinding dada, dapat menyebabkan nyeri dada
yang menetap.
2) Dispnea karena efusi pleura
Hal ini dapat menyebabkan cairan menumpuk di ruang yang mengelilingi paru-
paru di rongga dada (ruang pleura).
c. Invasi ke perikardium
1) Terjadi tamponade atau aritmia
2) Sindrom vena cava superior
Obstruksi dan aliran yang lambat menyebabkan tekanan vena meningkat dan
inilah yang menyebabkan timbulnya edema interstisial dan alirandarah
kolateral membalik (retrograde collateral flow).Obstruksidapat disebabkan oleh
proses dari luar yang menyebabkan terjadinyapenekanan (kompresi) terhadap
vena tetapi dapat juga terjadi karena proses didalam vena, misalnya munculnya
trombosis.
3) Suara serak
Peningkatan penekanan pada saluran udara di dalam atau disekitar tempat
timbulnya kanker. Kanker bisa tumbuh di puncak paru-paru sehingga kerusakan
juga bisa terjadi pada saraf termasuk saraf pita suara sehingga suara penderita
menjadi serak.
4) Sulit / sakit menelan
Kanker bisa tumbuh secara langsung ke dalam kerongkongan, atau tumbuh
didekat kerongkongan, sehingga terjadi gangguan menelan.
5) Benjolan di pangkal leher
Sembab muka dan leher, kadang-kadang disertai sembab lengan dengan rasa
nyeri yang hebat.

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologi
Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada merupakan
pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker paru.
Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat menyatakan massa udara pada
bagian hilus, effuse pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.
2. Bronkhografi
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
3. Laboratorium
a. Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).
Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.
b. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi
c. Tes kulit, jumlah absolute limfosit.
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker paru).
4. Histopatologi.
a. Bronkoskopi
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi lesi
(besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
b. Biopsi Trans Torakal (TTB).
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran < 2
cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.
c. Torakoskopi
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara
torakoskopi.
d. Mediastinosopi
Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang terlibat.
e. Torakotomi
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam – macam
prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.
5. Pencitraan
a. CT-Scanning
Untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.
b. MRI
Untuk menunjukkan keadaan mediastinum.

H. Penatalaksanaan Medis
Menururt Fandik Prasetiyawan (2011) penatalaksaaan medis untuk klien kanker
paru adalah sebagai berikut:
1. Pembedahan
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk
mengankat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak mungkin
fungsi paru – paru yang tidak terkena kanker.
2. Kemoterapi
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk menangani
pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas serta untuk melengkapi
bedah atau terapi radiasi.
3. Radioterapi radikal
Radioterapi radikal digunakan pada kasus kanker paru bukan sel kecil yang tidak bisa
dioperasi. Tetapi radikal sesuai untuk penyakit yang bersifat lokal dan hanya
menyembuhklan sedikit.
4. Radioterapi paliatif
Radioterapi paliatif untuk hemoptisis, batuk, sesak napas atau nyeri local.
5. Terapi endobronkia
Terapi endobronkia, seperti kerioterapi, tetapi laser atau penggunaan stent dapat
memulihkan gejala dengan cepat pada pasien dengan penyakit endobronkial yang
signifika.
6. Perawatan faliatif
Perawatan faliatif, opiat terutama membantu mengurangi nyeri dan dispnea. Steroid
membantu mengurangi gejala non spesifik dan memperbaiki selera makan.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
RUANG RAWAT :
TANGGAL RAWAT :
NO MEDREC :
TANGGAL PENGKAJIAN :
PENGUMPULAN DATA
1. IDENTITAS KLIEN
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Pendidikan :
Agama :
Pekerjaan :
Status marital :
Diagnosa medis :
Alamat :
ii. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Riwayat Penyakit Sekarang
a. Keluhan Utama
b. Kronologis keluhan
2. Riwayat Penyakit Masa Lalu
3. Riwayat Psikososial dan Spiritual
4. Pola kebiasaan sehari-hari
iii. PEMERIKSAAN FISIK
Tanda-tanda vital :
Kesadaran
Kesadaran umum
iv. Data Penunjang
v. Terapi

B. Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi Keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan: Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan hipoventilasi
ditandai dengan dispnea
Kriteria hasil :
- Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenisi adekuat dengan GDA dalam
rentang normal dan bebas gejala distress pernafasan.
- Berpartisipasi dalam program pengobatan, dalam kemampuan/ situasi.
Intervensi Keperawatan Rasional

- a. Kaji status pernafasan dengan sering, a. Dispnea merupakan mekanisme


catat peningkatan frekuensi atau upaya kompensasi adanya tahanan jalan nafas.
pernafasan atau perubahan pola nafas. b. Bunyi nafas dapat menurun, tidak sama
b. Catat ada atau tidak adanya bunyi atau tak ada pada area yang sakit.Krekels
tambahan dan adanya bunyi tambahan, adalah bukti peningkatan cairan dalam area
misalnya krekels, mengi.\ jaringan sebagai akibat peningkatan
c. Kaji adanmya sianosis permeabilitas membrane alveolar-kapiler.
d. kolaborasi pemberian oksigen lembab Mengi adalah bukti adanya tahanan atau
sesuai indikasi penyempitan jalan nafas sehubungan
- dengan mukus/ edema serta tumor.
c. Penurunan oksigenasi bermakna terjadi
sebelum sianosis. Sianosis sentral dari
“organ” hangat contoh, lidah, bibir dan
daun telinga adalah paling indikatif.
d. Memaksimalkan sediaan oksigen untuk
pertukaran.
-
2. Diagnosa Keperawatan: ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan
ekspansi paru
Kriteria hasil :
- Menyatakan sesak berkurang/hilang
- Respirasi dalam bats normal
- Tidak mengguanakn otot bantu pernafasan
Intervensi Keperawatan Rasional
a. Kaji frekuensi dan kedalaman pernafasan a. untuk mengetahui frekuensi dan
b. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya kedalaman pernafasan
bunyi nafas tambahan b. Perubahan bunyi nafas menunjukan
c. anjurkan untuk posisi semi fowler obstruksi sekunder
d. Kolaborasi pemberian oksigen tambahan c. Posisi membantu memaksimalkan
ekspansi paru dan menurunkan upaya
pernafasan
d.. Memaksimalkan penrnafasan
3. Diagnosa Keperawatan : Nyeri kronis berhubungan dengan karsinoma paru ditandai
dengan menyatakan nyeri, raut muka menyeringai, perilaku berhati-hati (nafasdalam,
posisi statis), perilaku mengalihkan (menangis, gelisah, merintih)
Kriteria Evaluasi: Menyatakan nyeri telah hilang, ekpresi wajah rileks, pengembangan
paru penuh, peningkatan tingkat efektivitas.
INTERVENSI RASIONAL
- a. Kaji lokasi dan karekteristik nyeri a. Membantu dalam mengevaluasi
b. Observasi tanda-tanda vital gejala nyeri kanker yang dapat
c. Posisikan klien senyaman mungkin melibatkan saraf atau jaringan tulang
d. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam b. Untuk mengetahui penurunan darah,
e. Kolaborasi dalam pemberian analgesik peningkatan nadi dan pernafasan
c. Meningkatkan relaksasi
d. Meningkatkan relaksasi dan
pengalihan perhatian untuk
mengurangi nyeri
4. Diagnosa Keperawatan: Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d
ketidakmampuan menelan ditandai dengan penurunan berat badan
Kriteria evaluasi:
- Penambahan berat badan progresif ke arah tujuan
- Peningkatan napsu makan/masukan diit
INTERVENSI RASIONAL
a. Pantau masukan makanan setiap hari a. Mengidentifikasi kekuatan/
b. Identifikasi pasien yang mengalami defisiensi nutrisi.
mual/muntah yang diantisipasi b. Mual/muntah psikogenik
c. Kolaborasi : berikan obat-obatan sesuai sebelum kemoterapi mulai
indikasi. secara umum tidak berespons
terhadap obat anti emetik.
c. Kebanyakan anti emetik
bekerja untuk mempengaruhi
stimulasi pusat muntah dan
kemoreseptor mentriger agen
zona juga bertindak secara
perifer untuk mengham-
bat peristaltik balik.
DAFTAR PUSTAKA
Somantri irman. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Sistem Pernafasan. Jakarta: penerbit
Salemba Medika
Danusantoso Halim. 2013. Buku saku ilmu penyakit paru. Jakarta: Buku Kedokteran
Suyono, Slamet, (2001), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Edisi 3, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Kusuma Hardhi. 2015. Aplikasi asuhan keperawatan diagnosa medis & NANDA,,NIC-NOC. Jogjakarta
: mediaction.

Anda mungkin juga menyukai

  • Sap Nafas
    Sap Nafas
    Dokumen4 halaman
    Sap Nafas
    Wulan Nurlaelasari
    Belum ada peringkat
  • Askep Asfiksia
    Askep Asfiksia
    Dokumen20 halaman
    Askep Asfiksia
    Wulan Nurlaelasari
    Belum ada peringkat
  • LP Syok
    LP Syok
    Dokumen12 halaman
    LP Syok
    Wulan Nurlaelasari
    100% (1)
  • LP Kista Ovarium
    LP Kista Ovarium
    Dokumen9 halaman
    LP Kista Ovarium
    Wulan Nurlaelasari
    Belum ada peringkat
  • LP Febris
    LP Febris
    Dokumen13 halaman
    LP Febris
    Wulan Nurlaelasari
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan Typhoid
    Laporan Pendahuluan Typhoid
    Dokumen15 halaman
    Laporan Pendahuluan Typhoid
    Wulan Nurlaelasari
    Belum ada peringkat
  • LP Asfiksia
    LP Asfiksia
    Dokumen13 halaman
    LP Asfiksia
    Wulan Nurlaelasari
    Belum ada peringkat
  • BBLSR
    BBLSR
    Dokumen11 halaman
    BBLSR
    Wulan Nurlaelasari
    Belum ada peringkat
  • Satuan Acara Penyuluhan Kista
    Satuan Acara Penyuluhan Kista
    Dokumen5 halaman
    Satuan Acara Penyuluhan Kista
    Wulan Nurlaelasari
    Belum ada peringkat