Anda di halaman 1dari 253

1111

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Angka Kematian Ibu (AKI) masih banyak dijumpai di Indonesia dan

menjadi salah satu Negara dengan AKI terbanyak. AKI menggambarkan

jumlah wanita yang meninggal dari suatau penyebab kematian terkait dengan

gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan).

Selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah

melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran

hidup. Penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan, infeksi dan

eklampsia. Sedangkan penyebab tak langsung kematian ibu adalah anemia,

kurang energi kronis (KEK). Pada periode masa nifas dari persalinan sampai 6

minggu setelah melahirkan, yang merupakan waktu penyembuhan dan

kembalinya organ reproduksi ke keadaan sebelum hamil. Dikemukakan

adanya risiko terjadinya kematian setelah melahirkan, dan periode tersebut

merupakan waktu yang berbahaya bagi ibu dan bayi baru lahir. Asuhan yang

tepat dan kepedulian pada jam-jam pertama dan hari setelah melahirkan bisa

mencegah sebagian besar AKI dan AKB. (KeMenKes RI, 2012).

Angka kematian Ibu di Jawa Timur cenderung menurun tiga tahun

terakhir. Hal ini bisa dipahami mengingat selama ini telah dilakukan dukungan

dari provinsi ke Kabupaten/Kota berupa fasilitas baik dari segi manajemen

program KIA maupun system pencatatan dan pelaporan, peningkatan kilinis

1
2

keterampilan petugas dilapangan serta melibatkan multi pihak dalam

pelaksanaan program KIA. Menurut MDGs tahun 2015, target untuk AKI

sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2014, AKI provinsi Jawa

Timur mencapai 93,52 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini mengalami

penurunan dibandingkan tahun 2013 yang mencapai 97,39 per 100.000

kelahiran hidup (DinKes Jawa Timur, 2014)

Indonesia pun melakukan upaya peningkatan kualitas kesehatan di

Indonesia dan upaya pencapaian komitmen global Millenium Development

Goals (MDGS) tahun 2015. Pada Tahun 2015 merupakan tahun transisi dari

berakhirnya Millennium Development Goals (MDGs). Salah satu program

yang dilakukan untuk menurunkan AKI dan AKB adalah adanya program

EMAS (Expanding Maternal And Neonatal Survival) telah di sosialisasikan

dan dilakukan pengukuhan kelompok kerja yang terdiri dari berbagai unsur

kesehatan baik yang terlibat langsung dalam hal penanganan ibu dan bayi

yang diselenggarakan mulai tahun 2012 sampai dengan 2016 namun target ini

masih belum tercapai. Pencapaian MDGS tahun 2015 untuk AKI adalah 102

per 100.000 kelahiran hidup, tapi kini masih di angka 228/100.000 kelahiran

hidup. Sedangkan untuk angka kematian bayi, target MDGS harus mencapai

23 per 1.000 kelahiran hidup, namun pada 2012 masih 31 per 1.000 kelahiran

hidup. (Kemenkes, 2012).

Suistanable Development Goals (SDGs) merupakan sebuah acuan dalam

kerangka pembangunan dan perudingan negara-negara di dunia. Konsep SDGs

melanjutkan konsep pembangunan Millenium Development Goals (MDGs) di


3

mana konsep itu sudah berakhir pada tahun 2015. Pada 25-27 September 2015

dunia menyepakati 17 program pembangunan berkelanjutan atau Suistanable

Development Goals (SDGs). Target untuk SDGs sendiri Pada tahun 2030,

mengurangi rasio angka kematian ibu hingga kurang dari 70 per 100.000

kelahiran hidup, Sedangkan untuk angka kematian bayi, target SDGs dengan

seluruh Negara berusaha menurunkan Angka Kematian Neonatal setidaknya

hingga 12 per 1.000 Kelahiran Hidup dan Angka Kematian Balita 25 per

1.000 kelahiran hidup.

Dengan meningkatnya angka kematian ibu yang tidak dapat diturunkan

pemerintah menyelenggarakan program jaminan kesehatan yaitu sering di

sebut dengan program Badan Pelayanan Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS)

yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan. Dengan

adanya BPJS maka seluruh warga indonesia berkesempatan besar untuk

memproteksi kesehatan lebih baik dan BPJS dapat membantu menurunkan

angka kematian ibu yang terjadi di indonesia. Adapun peran bidan maupun

petugas kesehatan dengan adanya BPJS yaitu untuk memberikan pelayanan

yang berkualitas dan sesuai dengan standart agar dapat menurunkan angka

kematian pada ibu. Dalam menyelenggarakan BPJS adapun pelayanan yang di

cover oleh BPJS yaitu: pelayanan pemeriksaan kehamilan atau antenatal care

(ANC), persalinan (INC), pemeriksaan bayi baru lahir, pemeriksaan pasca

persalinan atau post natal care (PNC) dan pelayanan KB (BPJS Kesehatan

2014).
4

Peran bidan sangat penting dalam menurunkan angka kematian ibu dan

angka kematian bayi. Bidan diharapkan mampu mendukung usaha

peningkatan derajat kesehatan masyarakat, yakni melalui peningkatan kualitas

pelayanan kesehatan terutama dalam perannya mendukung pemeliharaan

kesehatan ibu saat hamil sampai ibu mengikuti program KB. Salah satu

wewenang bidan adalah memberikan asuhan kebidanan. Tujuan dari asuhan

kebidanan adalah untuk menjamin agar ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, bayi

baru lahir, dan ibu ber-KB dapat memelihara kesehatannya dengan baik.

Dengan pelayanan yang berkualitas serta berkesinambungan diharapkan

sedapat mungkin bisa mendetekasi adanya komplikasi yang membahayakan

kesejahteraan ibu maupun janin, sehingga tidak terjadi hal- hal yang tidak

diinginkan.

Salah satu cara untuk mencapai sasaran pokok rencana strategis

kementrian kesehatan tahun 2015 – 2019 yang berkaitan dengan menurunkan

angka kematian ibu dan bayi adalah dengan meminimalisir penyebab kematian

ibu dan bayi, hal ini dapat di capai dengan memperbaiki kualitas Antenatal

Care. Salah satunya dengan melakukan asuhan secara Continuity of Care

dimana asuhan yang diberikan secara berkesinambungan antara seorang

wanita dan bidan. Asuhan yang berkelanjutan berkaitan dengan kualitas

pelayanan dari waktu ke waktu yang membutuhkan hubungan terus menerus

antara pasien dengan tenaga kesehatan. Layanan kesehatan harus disediakan

melalui pra konsepsi, awal kehamilan, seama hamil, melahirkan, nifas.

Sehingga perkembangan kondisi dapat terpantau dengan baik selain itu apabila
5

terjadi komplikasi dapat dideteksi dan ditangani secara dini dapat

meningkatkan kesehatan ibu dan anak sehingga masalah AKI dan AKB dapat

menurun (Walyani, 2015).

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk menyusun

Proposal Laporan Tugas Akhir dengan judul Asuhan Kebidanan pada ibu

hamil pada trimester III sampai dengan pelayanan KB.

1.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas penulis membatasi penulisan

proposal berdasarkan asuhan komprehensif yang diberikan kepada ibu hamil,

ibu bersalin, ibu nifas, Bayi baru lahir dan KB dengan menggunakan Asuhan

Kebidanan Varney.

1.2 Tujuan Penelitian

1.2.1 Tujuan Umum

Memberikan asuhan kebidanan pada Ibu hamil, bersalin, nifas ,

bayi baru lahir sampai pelayanan kontrasepsi.

1.2.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Melakukan Pengkajian pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru

lahir sampai pelayanan kontrasepsi.

1.3.2.2 Melakukan Identifikasi diagnosa masalah pada ibu hamil, bersalin,

nifas, bayi baru lahir sampai pelayanan kontrasepsi

1.3.2.3 Melakukan Identifikasi masalah potensial pada ibu hamil, bersalin,

nifas, bayi baru lahir sampai pelayanan kontrasepsi


6

1.3.2.4 Melakukan Identifikasi kebutuhan segerapada ibu hamil, bersalin,

nifas, bayi baru lahir sampai pelayanan kontrasepsi

1.3.2.5 Melakukan Intervensi pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru

lahir sampai pelayanan kontrasepsi.

1.3.2.6 Melakukan Implementasi pada Ibu hamil, bersalin, Nifas, bayi baru

lahir sampai pelayanan kontrasepsi.

1.3.2.7 Melakukan evaluasi pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir

sampai pelayanan kontrasepsi.

1.3 Manfaat Penelitian

1.3.1 Manfaat bagi institusi

Sebagai bahan dokumentasi, bahan perbandingan dan evaluasi dalam

pelaksanaan program studi selanjutnya

1.3.2 Manfaat bagi lahan praktek

Dapat dijadikan sebagai masukan untuk dapat meningkatkan mutu

pelayanan kebidanan terutama asuhan pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi

baru lahir dan KB.

1.3.3 Manfaat bagi responden

Dapat di jadikan sebagai informasi atau bahan masukan dan lebih

memahami tentang pentingnya berpartisipasi dalam asuhan pada ibu hamil

trimester III sampai dengan penggunaan alat kontrasepsi. Untuk

mendukung kelancaran kehamilan sampai penggunaan alat kontrasepsi

tanpa ada komplikasi.


7

1.3.4 Manfaat bagi peneliti

Dapat dijadikan untuk menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan,

serta bahan dalam penerapan asuhan kebidanan komprehensif, terhadap

ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan KB.

1.3.5 Bagi peneliti lain

Sebagai data awal untuk penelitian selanjutnya dan sebagai informasi

tentang asuhan kebidanan yang benar pada ibu hamil hingga penggunaan

kontrasepsi KB.
8

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Kehamilan

2.1.1 Definisi Kehamilan

Hamil adalah suatu masa dari mulai terjadinya pembuahan dalam

rahim seorang wanita dari sejak hari pertama haid terakhir sampai

bayinya dilahirkan. Kehamilan merupaka proses fisiologi yang

memberikan perubahan pada ibu maupun lingkungannya. Dengan

adanya kehamilan maka seluruh system genetalia wanita mengalami

perubahan yang mendasar untuk mendukung perkembangan dan

pertumbuhan janin dalam rahim selama proses kehamilan berlangsung

(Hutahaean, 2013).

2.1.2 Diagnosis Kehamilan

Tebel 2.1 Diagnosis Kehamilan

Diagnosis dibuat untuk menentukan hal-hal sebagai berikut :

No Kategori Gambaran

1. Kehamilan normal 1. Ibu sehat

2. Tidak ada riwayat obstetri

buruk

3. Ukuran uterus sama/ sesuai

usia kehamilan

4. Pemeriksaan fisik dan

laboratorium normal
9

2. Kehamilan dengan Seperti masalah keluarga atau psiko-

masalah khusus sosial, kekerasan dalam rumah

tangga, kebutuhan finansial, dan lain-

lain

3. Kehamilan dengan Seperti hipertensi, anemia berat,

masalah kesehatan yang preeklamsia, pertumbuhan janin

membutuhkan rujukan terhambat, infeksi saluran kemih,

untuk konsultasi dan atau penyakit kelamin dan kondisi lain-

kerjasama penangannya lain yang dapat memburuk selama

kehamilan.

4. Kehamilan dengan Seperti perdarahan, eklamsia,

kondisi kegawatdaruratan ketuban pecah dini, atau kondisi-

yang membutuhkan kondisi kegawatdaruratan lain pada

rujukan segera ibu dan bayi

Diagnosis banding nulipara dan multipara dapat dilihat pada tabel di

bawah ini: Tabel 2.2 diagnosis banding nulipara dan multipara :

No Nulipara Multipara

1. Perut tegang Perut longgar, perut gantung,

banyak striae

2. Pusat menonjol Tidak begitu menonjol

3. Rahim tegang Agak lunak

4. Payudara tegang Kurang tegang dan tergantung,


10

ada strie

5. Labia mayora nampak Terbuka

bersatu

6. Himen koyak pada Kurunkula himenalis

beberapa tempat

7. Vagina sempit dengan Lebih besar, rugae kurang

rugae yang utuh menonjol

8. Servik licin, bulat dan tidak Bisa terbuka dengan satu jari,

dapat dilalui oleh satu ujung kadang kala ada bekas robekan

jari persalinan yang lau

9. Perineum utuh dan baik Bekas robekan atau bekas

episiotomi

10. Pembukaaan serviks :

a. Serviks mendatar dulu, a. Mendatar sambil membuka

baru membawa hampir sekaligus

b. Pembukaan rata-rata 1 b. 2 cm dalam 1 jam

cm dalam 2 jari

11. Bagian terbawah janin Biasanya tidak terfiks pada PAP

turun pada 4-6 minggu sampai persalinan mulai

akhir kehamilan

12. Persalinan hampir selalu Tidak

dengan episiotomi

( Elisabeth ,2015)
11

2.1.3 Perubahan Anatomi dan Adaptasi Fisiologis Pada Ibu Hamil

Trimester III

Kehamilan merupakan proses kehidupan bagi seorang wanita

dimana akan menyebabkan perubahan pada dirinya, meliputi

perubahan fisik, mental dan sosialnya. Peningkatan jumlah

hormone yang bersirkulasi menghasilkan perubahan kehamilan di

seluruh tubuh, dan semua system tubuh dipengaruhi pada derajat

yang lebih besar atau lebih kecil. Perubahan memungkinkan janin

tumbuh dan berkembang, mempersiapkan ibu untuk persalinan dan

Kelahiran, dan mempersiapkan tubuhnya untuk menyusui.

Perubahan-peubahan tersebut meliputi:

2.1.3.1 Sistem Reproduksi

a. Uterus

Terjadi peningkatan frekuensi dan kekuatan kontraksi otot

segmen atas rahim. Oleh karena itu, segmen bawah uterus

berkembang lebih cepat dan meregang secara radial, yang

terjadi jika bersamaan dengan pembukaan serviks dan

pelunakan jaringan dasar pelvis, akan menyebabkan

presentasi janin memulai penurunannya ke dalam pelvis

bagian atas.
12

b. Serviks Uteri

Serviks akan mengalami perlunakan dan pematangan secara

bertahap akibat bertambahnya aktifitas uterus selama

kehamilan, dan akan mengalami dilatasi sampai kehamilan

trimester tiga.

c. Vagina dan vulva

Pada kehamilan trimester ketiga terjadi peningkatan cairan

vagina yang normal yang biasanya jernih dan cair

2.1.3.2 Payudara

Pada masa kehamilan payudara akan terasa penuh, terjadi

peningkatan sensitivitas, dan rasa geli. Puting susu dan areola

menjadi lebih berpigmen, terbentuk warna merah muda

sekunder pada areola. Peningkatan suplai darah membuat

pembuluh darah di bawah kulit berdilatasi. Selama trimester

III, pertumbuhan kelenjar mamae membuat ukuran payudara

meningkat secara progresif.

2.1.3.3 Kulit

Pada bulan akhir kehamilan umumnya dapat muncul garis

kemerahan, kusam pada kulit dinding abdomen dan kadang

juga muncul pada daerah payudara dan paha. Perubahan warna

tersebut sering disebut sebagai striae gravidarum. Pada wanita

multipara, selain striae kemerahan itu seringkali ditemukan


13

garis mengkilat keperakan yang merupakan sikatrik dari striae

kehamilan sebelumnya.

2.1.3.4 Perubahan metabolik dan kenaikan berat badan

Pertambahan berat badan ibu pada masa ini dapat mencapai 2

kali lipat bahkan lebih dari berat badan pada awal kehamilan.

Pitting edema dapat timbul pada pergelangan kaki dan tungkai

bawah akibat akumulasi cairan tubuh ibu. Akumulasi cairan ini

juga disebabkan oleh peningkatan tekanan vena di bagian yang

lebih rendah dari uterus akibat oklusi persial vena kava.

Penurunan tekanan osmotik koloid interstisial juga cenderung

menimbulkan edema pada akhir kehamilan.


14

2.1.3.5 Perubahan Hematologis

Konsentrasi hematokrit dan hemoglobin yang sedikit menurun

selama kehamilan menyebabkan viskositas darah menurun.

Perlu diperhatikan kadar hemoglobin ibu terutama pada masa

akhir kehamilan, bila konsentarasi Hb < 11,0 g/dl, hal itu

dianggap abnormal dan biasanya disebabkan oleh defisiensi

besi.

2.1.3.6 Sistem Kardiovaskuler

Jantung mengalami hipertrofi (pembesaran) atau dilatasi

ringan akibat peningkatan volume darah dan curah jantung.

Pembesaran uterus mendesak diafragma keatas, jantung akan

terangkat keatas.

Selama pertengahan masa kehamilan, tekanan sistolik dan

diastolik menurun 5-10 mmHg. Penurunan tekanan darah ini

kemungkinan disebabkan oleh vasodilatasi perifer akibat

perubahan hormonal selama kehamilan.

Peningkatan volume darah mulai terjadi pada minggu ke –

10 sampai ke – 12, mencapai puncak sekitar 30 % sampai 50 %

diatas volume tidak hamil pada minggu ke – 20 sampai ke – 26,

dan menurun setelah minggu ke – 30.

2.1.3.7 Sistem Respirasi

Kebutuhan oksigen ibu meningkat sebagai respon terhadap

percepatan laju metabolik dan peningkatan kebutuhan oksigen


15

jaringan uterus. Peningkatan kadar estrogen menyebabkan

ligamen pada kerangka iga berelaksasi sehingga ekspansi

rongga dada meningkat. Selama masa kehamilan, perubahan

pada pusat pernapasan menyebabkan penurunan ambang

karbon dioksida.

2.1.3.8 Sitem Perkemihan

Pada akhir kehamilan, peningkatan terjadi frekuensi BAK

karena kepala janin mulai turun sehingga kandung kemih

tertekan.

2.1.3.9 Sistem Muskuloskeletal

Selama kehamilan, relaksin dan progesteron bekerja pada

kartilago dan jaringan ikat pada banyak sendi yang

memungkinkannya bergerak lebih leluasa. Hormon ini

bermanfaat pada panggul karena efeknya dapat sedikit

melebarkan diameter jalan lahir, tetapi keduanya juga dapat

menimbulkan ketidaknyamanan (nyeri) pada ibu hamil,

terutama pada akhir kehamilan, saat kadar hormon terus

melonjak tajam. Efek relaksin, progesteron, dan perubahan

pada pusat keseimbangan tubuh ibu dapat menyebabkan gaya

berjalan.
16

2.1.3.10 Sistem pencernaan

Peningkatan kadar esterogen dan progesteron selama

kehamilan mempengaruhi saluran pencernaan ibu.

Peningkatan kadar estrogen menyebabkan gingivitis dan

penurunan sekresi asam hidroklorida lambung. Kadar esterogen

yang tinggi menyebabkan vaskularitas selektif dan poliferasi

jaringan ikat sehingga gusi mudah berdarah.

Peningkatan kadar progesteron menyebabkan tonus otot

dan motilitas otot polos saluran pencernaan menurun.

Penurunan tersebut mengakibatkan nyeri ulu hati (heart burn),

konstipasi, peningkatan waktu pengosongan dan pengentalan

empedu. (Kamariyah, 2014 )

2.1.4 Perubahan Psikologis Pada Ibu Hamil Trimester III

1) Trimester ketiga sering disebut sebagai periode penantian. Ibu

menanti kehadiran bayinya sebagai bagian dari dirinya, ibu

menjadi tidak sabar untuk segera melihat bayinya, dan ada

perasaan tidak menyenangkan ketika bayinya tidak kunjung lahir

pada waktunya.

2) Ibu merasa khawatir karena di masa ini terjadi perubahan peran

(persiapan ibu untuk menjadi orang tua). Selain khawatir karena

perubahan peran, ibu juga dikhawatirkan dengan kesehatan

bayinya. Ibu khawatir jika bayinya lahir cacat (tidak normal).

Akan tetapi, kesibukan dalam mempersiapkan kelahiran bayinya

dapat mengurangi rasa ini.


17

3) Hasrat seksual tidak seperti pada trimester sebelumnya. Hal ini

dipengaruhi oleh perubahan bentuk perut yang semakin

membesar dan adanya perasaan khawatir terjadi sesuatu pada

dirinya.

4) Ibu akan kembali merasakan ketidaknyamanan fisik yang

semakin kuat menjelang akhir kehamilannya. Ibu akan merasa

canggung, jelek, berantakan, dan memerlukan dukungan yang

sangat besar dari pasangannya. (Sukarni, 2013)

2.1.5 Tanda-Tanda Bahaya Kehamilan

Beberapa tanda bahaya menurut Asrinah, dkk. 2010 pada kehamilan

trimester III yang harus diwaspadai diantaranya:

a) Perdarahan per vaginam

Pada kehamilan lanjut perdarahan yang tidak normal adalah

darah merah, banyak, dan kadang-kadang, tetapi tidak selalu,

di sertai dengan rasa nyeri. Perdarahan semacam ini bisa

berarti palasenta previa atau abrupsio plasenta.

b) Sakit kepala yang hebat.

Sakit kepala yang menunjukkan adanya masalah yang serius

adalah sakit kepala yanag hebat, dan biasanya ibu merasakan

pandangan kabur atau berbayang. Sakit kepala yang hebat

dalam kehmailan adalah gejala dari Pre-Eklamsia.

c) Penglihatan kabur
18

Biasanya akibat dari perubahan hormon, ketajaman

penglihatan ibu berubah selama hamil.

d) Bengkak pada wajah dan jari-jari tangan

Bengkak biasanya menunjukan masalah serius apabila

muncul pada muka dan tangan, tidak hilang setelah

beristirahat, dan disertai dengan keluhan fisik lainnya.

e) Keluar cairan per vaginam

Yang di namakan ketuban pecah dini adalah apabila terjadi

sebelum persalinan berlangsung, yang di sebabkan karena

berkurangnya kekuatan membrane atau meningkatnya

tekanan intra uteri.

f) Gerakan janin tidak terasa

Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam 1 jam jika ibu

berbaring atau beristirahat dan ibu makn minum dengan baik.

g) Nyeri perut yang hebat

Nyeri abdomen yang mungkin menunjukan masalah yang

mengancam keselamatan jiwa adalah nyeri yang hebat,

menetap dan tidak hilang setelah beristirahat. Ini bisa berarti

adanya eppendiksitis, kehamilan ektopik, aborsi, penyakit

radang pelviks, persalinan preterem, gastritis, penyakit

kantong empedu, iritasi uterus, infeksi saluran kemih dan

infeksi lainnya.
19

2.1.6 Tanda-Tanda Persalinan

1. Terjadinya his persalinan

His persalinan memiliki cirri-ciri sebagai berikut:

a. Pinggangnya terasa sakit dan menjalar kedepan

b. Sifat his teratur, interval semakin pendek, dan kekutan

semakin besar

c. Terjadi perubahan pada serviks

d. Jika pasien menambah aktivitasnya, misalnya berjalan maka

kekuatan hisnya semakin bertambah.

2. Keluarnya lendir bercampur darah pervaginam (show)

Lendir berasal dari pembukaan yang menyebabkan lepasnya

lendir berasal dari kanalis servikalis. Sedangkan pengeluaran

darah disebabkan robeknya pembuluh darah waktu serviks

membuka.

3. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya

Sebagian ibu hamil mengeluarkan cairan ketubah akibat

ketuban pecah, jika ketuban sudah pecah, maka ditargetkan

persalinan dapat berlangsung dalam 24 jam.

4. Dilatasi dan effacement

Dilatasi adalah terbuknya kanalis servikalis secara berangsur-

angsur akibat pengaruh his. Effacement adalah pendataran

atau pemendekan kanalis servikalis yang semula panjang 1-2


20

cm menjadi hilang sama sekali, sehingga hanya ostium yang

tipis seperti kertas

(Marmi, 2012).

2.1.7 Kebutuhan Nutrisi pada Kehamilan Trimester III

Selama trimester III energi tambahan digunakan untuk

pertumbuhan janin, plasenta, dan persiapan menyusui.

1) Kebutuhan energi atau kalori

Pada trimester III ibu hamil setiap harinya memerlukan

tambahan energi sebesar 500 kkal (5 + 1 porsi nasi).

Sumber energi dapat didapatkan dengan mengkonsumsi

beras, jagung, gandum, ubi jalar, ubi kayu dan sagu.

2) Protein

Protein dalam ibu hamil dibutuhkan untuk pertumbuhan

jaringan pada janin, pembentukan plasenta dan cairan

amnion, pertumbuhan jaringan maternal, serta penambahan

volume darah.Ibu hamil membutuhkan protein 60 gram per

hari (2 potong sedang tempe). Protein bisa didapat dari

ikan, daging, tempe, telur, dan lain-lain.

3) Lemak

Dalam kehamilan lemak dibutuhkan untuk membentuk

energi dan perkembangan sistem syaraf janin. Kebutuhan

lemak seorang ibu hamil sebesar 25 % dari seluruh kalori

yang dikonsumsi sehari.


21

4) Vitamin

a) Vitamin A

Vitamin A berfungsi untuk membantu proses

pertumbuhan sel dan jaringan tulang, mata, rambut,

kulit, dan organ dalam. Ibu hamil membutuhkan

800 µg RE vitamin A, yang bisa didapatkan dari

kuning telur, hati, ikan, wortel, bayam dan lain-

lain.

b) Vitamin D

Vitamin D berfungsi untuk pertumbuhan,

pembentukan tulang dan gigi serta penyerapan

kalsium dan fosfor. Ibu hamil membutuhkan 400

IU vitamin D atau setara dengan 3 gelas susu.

5) Asam Folat

Asam folat berfungsi untuk mencegah cacat tabung saraf

(neural tube defect) seperti spina bifida. Ibu hamil

mebutuhkan 400 µg / hari asam folat. Asam folat bisa

didapatkan melalui hasil ternak dan olahannya seperti

daging, susu dan keju.

6) Mineral

a. Kalsium

Kalsium berfungsi untuk pembentukan tulang dan

gigi, pembekuan darah normal, dan pengaturan detak


22

jantung. Kebutuhan kalsium ibu hamil sebesar 1200

mg/hari. Kalsium dapat diperoleh dengan

mengkonsumsi susu, keju, telur, bubur gandum dan

lain – lain.

b. Fosfor

Fosfor berfungsi untuk esensial dalam semua sel dan

jaringan tubuh. Kebutuhan fosfor ibu hamil yaitu

1200 mg/hari, yang bisa didapatkan dari susu, telur,

daging, dan lain – lain.

c. Besi

Selama kehamilan besi diperlukan untuk

menghasilkan hemoglobin sel darah merah janin dan

maternal. Kebutuhan zat besi ibu hamil sebesar 30

mg/hari, yang dapat diperoleh dari bayam, kacang-

kacangan, daging, dan lain – lain.(Kamariyah, 2014)

2.1.8 Ketidaknyamanan dan Penanganan Pada Trimester III

Menurut Astuti, 2011 beberapa ketidaknyaman yang terjadi pada

kehamilan Trimester III dan pencegahannya antara lain adalah:

1) Sering buang air kecil terutama pada malam hari (nokturia)

muncul pada trimester III, disebabkan oleh tekanan

uterus/rahim pada kandung kemih akibat meningkatnya sekadar

natrium di dalam tubuh, air dan natrium tertahan di kaki selama


23

siang hari dan pada malam hari terdapat aliran darah balik ke

vena sehingga meningkatkan jumlah urine.

a. Segera berkemih jika terasa ingin kencing

b. Perbanyak minum pada siang hari.

c. Jangan kurangi minum di malam hari kecuali sudah

mengganggu tidurdan menyebabkan keletihan

d. Kurangi minum kopi dan kafein karena akan merangsang

keinginan untuk berkemih

e. Jangan mengomsumsi obat tanpa berkonsultasi dengan

dokter.

2) Keputihan yangdi akibatkan oleh menebalnya selaput lender

(mukosa) vagina dan peningkatan produksi lender dan kelenjar

organ kewanitaan (endoservikal) karena peningkatan hormone

estrogen.

a. Tingkatkan kebersihan dengan mandi setiap hari

b. Menjaga personal hygine pada daerah kemaluan setelah

selesai berkemih.

c. Keringkan kemaluan dengan tissu.

d. Ganti celana dalam setiap terasa lembab atau basah dan

kenakan celana dalam yang terbuat dari katun.

3) Terjadinya konstipasi akibat dari peningkatan Kadar

progesterone yang menyebabkan peristaltic usus melambat dan

penurunan aktivitas usus karena relaksasi otot halus.


24

a. Tingkatkan pemasukan cairan dan serat di dalam diet,

perbanyak minum jus, air putih.

b. Istrahat yang cukup, dan melakukan latihan senan ibu

hamil (ringan).

4) Sakit kepala di karenakan ketegangan otot akibat dari pengaruh

hormone, tegangan mata, kongestihidung, dan dinamika cairan

saraf yang berubah.

a. Lakukan tehnik relaksasi dengan menghirup napas

dalam.

b. Masase leher dan otot bahu

c. Gunakan kompres panas atau es di leher.

d. Istrahat dan mandi hangat.

5) Perut kembung, di akibatkan karena penurunan kerja saluran

cerna yang menyebabkan perlambatan, pengosongan lambung,

penekanan dari uterus yang membesar terhadap usus besar,

karena factor diet.

a. Hindari makanan yang mengandung gas.

b. Kunyah makanan secara sempurna

c. Lakukan senam secara teratur.

d. Pertahankan kebiasaan buang air besar yang normal.

e. Hindari kelelahan.

f. Makan secara teratur, sedikit tapi sering

g. Konsultasi dengan dokter untuk pemberian obat


25

6) Diare akibat adanya infeksi bakteri dan virus dari makanan.

a) Perbanyak minum air putih atau oralit

b) Hindari dahulu makanan yang mengandung banyak

serat,.

c) Makan sedikit tetapi sering untuk memastikan

kecukupan gizi.

d) Hindari minum obat, kecuali dengan konsultasi ke

dokter.

7) Bengkak pada kaki di akibatkan dari peningkatan Kadar

natrium di sebabkan oleh pengaruh hormone, peningkatan

sirkulasi darah pada ekstremitas bawah (kaki), tekanan dari

pembesaran uterus pada vena pelvis ketika duduk atau vena

kava inferior ketika berbaring.

a. Hindari posisi berbaring terlentang, posisi berdiri untuk

waktu yang lama.

b. Istrahat dengan berbaring posisi miring kiri, sambil kaki

akibat di tinggikan (kaki di atas bantal).

c. Ketika duduk kaki di beri tahanan atau bangku (di

angkat) atau tidak menggantung.

d. Hindari menggunakan kaos kaki yang ketat atau tali/pita

yang ketat pada kaki, kenakan kaos kaki yang elastik.

e. Lakukan senam (latihan) hamil secara teratur.


26

8) Strie gravidarum di sebabkan akibat dari eratnya kaitan dengan

keturunan (elastisitas kulit), akibat dari perubahan hormone dan

peregangan kulit, pengaruh sekresi (pengeluaran) hormone

kortikosteroid bukan karena di garuk.

a) Gunakan krem emolien topical, krem khusus atau baby

oil, sesuai dengan petunjuk dokter, walaupun tidak dapat

menghilangkan garis-garis tersebut secara sempurna.


27

9) Gatal-gatal di seluruh tubuh, kemungkinan karena hipersensitif

terhadap antigen (zat) pada plasenta.

a. Gunakan kompres dingin atau mandi berendam, gunakan

Cara mandi dengan menggunakan krem khusus

pengganti sabun, biasanya berisi ramuan alami.

b. Konsultasi ke dokter dalam penggunaan obat kulit.

10) Hemoroid (wasir/ambeyen) di akibatkan konstipasi tinja yang

keras, defeksasi tidak teratur, tekanan Rahim terhadap

pembuluh darah vena hemorhodial (yang ada di rectum),

pembesaran vena hemoroid, perubahan aliran darah ke

pembuluh darah vena.

a. Hindari konstipasi

b. Konsumsi makanan yang berserat, makanan yang pedas.

c. Gunakan kompres es untuk mengurangi nyeri di anus.

11) Susah tidur (insomnia) akibat dari perubahan pola tidur,

bangun tengah malam akibat dari ketidak nyamanan

pembesaran Rahim, berkemih di malam hari, sesak napas, sesak

napas, rasa panas di perut, kongesti hidung, sakit otot, kram,

stress, dan cemas.

a. Sebelum tidur lakukan olah raga ringan, mandi air

hangat, minum air hangat (susu atau teh).

b. Menarik napas panajang dari hidung dan mengeluarkan

lewat mulut.
28

c. Tidur dengan posisi miring ke kiri

12) Napas sesak/hiperventilasi di akibatkan dari peningkatan kadar

progesterone menyebabkan pusat pernapasan menurunkan

kadar CO2 dan meningkatkan kadar O2, peningkatan aktivitas

metabolism tubuh menyebabkan jumlah zat bisa membakar

CO2 menjadi banyak, uterus membesar dan menekan dinding

dada (diafragma)

13) Jantung berdebar-debar (palpitasi jantung) di akibatkan oleh

peningkatan pompa jantung (curah jantung) dan gangguan saraf

simpati.

a. Hindari kelelahan.

b. Segera beristirahat duduk atau nberbaring miring.

14) Panas pada perut (heart bum) di karenakan akibat produksi

progesterone yang meningkat, kemampuan gerak dan tonus otot

pencernaan yang menurun, pergeseran lambung akibat

pembesaran uterus.

a. Hindari mengkonsumsi makanan berlemak terlalu

banyak,.

b. Hindari rokok, kopi, alcohol dan cokelat karena dapat

melukai lambung

c. Hindari berbaring setelah makan, minum selain air putih.

d. Duduk dengan posisi tegap.

e. Hindari kalsium yang berlebihan.


29

15) Sekresi air ludah akibat dari peningkatan produksi kelenjar air

ludah, akibat dari perubahan hormone, peredaran darah di

mukosa mulut meningkat.

a. Menjaga kebersihan mulut dengan menggosok gigi

secara teratur.

b. Kunyah permen karet atu permen yang keras untuk

mengurangi air ludah

c. Tidak membuang ludah sembarangan.

16) Pusing (sinkope) di akibatkan dari perubahan system

kardiovaskular ibu (jantung dan peredaran darah),

penggumpalan darah dari pembuluh darah kaki mengurangi

aliran darah balik ke vena serta menurunkan pompa jantung dan

tekanan darah.

a. Bangun secara perlahan Dan miring dulu dari posisi tidur

ke posisi duduk.

b. Hindari berdiri terlalu lama dalam lingkungan yang

hangat atau sesak

c. Hindari berbaring dalam posisi terlentang.

17) Sakit punggung atas dan bawah, di akibatkan karena bentuk

tulang punggung ke depan (lordosis) karena pembesaran

Rahim, kejang otot karena tekanan terhadap akar saraf di tulang

belakang, penambahan ukuran payudara, kadar hormone yang

meningkat menyebabkan kartilago di dalam sendi-sendi besar


30

menjadi lembek., mekanisme tubuh yang kurang baik.Gunakan

mekaniaka tubuh yang baik:

1) Agar kaki (paha) yang menahan beban, dan tegangan

(bukan punggung). Jangan membungkuk saat

mengganmbil barang, tetapi berjongkok

2) Lebarkan kaki dan letakan satu kaki sedikit di depan kai

yang lain saat membungkuk agar terdapat dasar yang

luasuntuk keseimbangan saat bangkit dari posisi

jongkok.

3) Gunakan bra yang menopang payudara yang tepat

4) Hindari menggunakan sepatu hak tinggi, mengangkat

benda yang berat, dan keletihan.

5) Gunakan kasur yang nyaman dan tidak terlalu lunak

(jangan yang mudah melengkung)

6) Alasi punggung dengan bantal tipis untuk meluruskan

punggung.

7) Masase punggung menjelang tidur untuk mengurangi

nyeri punggung.

18) Varises pada kaki dan vuva di sebabkan karena adanya tekanan

dari uterus yang membesar, menyebabkan aliran darah vena

menjadi lambat, kerapuhan jaringan elastik yang di akibatkan

oleh hormone progesteron kecenderungan factor keturunan.


31

a. Tinggikan kaki sewaktu duduk atau berbaring (900)

beberapa kali sehari.

b. Jaga agar kaki jangan bersilang.

c. Hindari berdiri atau duduk terlalu lama.

d. Istrahat dalam posisi berbaring miring ke kiri

e. Hindari konset

2.1.9 Deteksi Dini Komplikasi Pada Kehamilan Trimester III

Tanda bahaya kehamilan adalah tanda-tanda yang mengindikasikan

adanya bahaya yang dapat terjadi selama kehamilan, yang apabila

tidak dilaporkan bisa menyebabkan kematian ibu (Nugroho, 2014)

Macam-macam tanda bahaya kehamilan Trimester III

1) Perdarahan pervaginam

Perdarahan pervaginam yang sering terjadi pada trimester

III adalah :

a. Abrupsio plasenta, yang ditandai dengan perdarahan

pervaginam, disertai nyeri abdomen intermiten,

nyeri tekan pada uterus, pergerakan janin berkurang.

b. Plasenta previa, yang ditandai dengan perdarahan

pervaginam, uterus relaksasi (tidak disertai nyeri),

presentasi janin tidak teraba didalam

panggul/rongga uterus bawah teraba kosong.

c. Solusio Plasenta, yang ditandai dengan perdarahan

pervaginam, disertai nyeri intermiten atau menetap,


32

warna darah kehitaman, hilangnya gerak janin, dan

uterus tegang.

2) Sakit kepala yang hebat

Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah yang serius

adalah sakit kepala yang hebat, yang menetap dan tidak

hilang dengan beristirahat. Kadang-kadang dengan sakit

kepala hebat tersebut akan disertai penglihatannya menjadi

kabur. Hal ini merupakan gejala dari eklampsia

3) Masalah penglihatan

Karena pengaruh hormonal, ketajaman penglihatan ibu

dapat berubah dalam kehamilan. Perubahan ringan adalah

normal. Masalah visual yang mengindikasikan keadaan

yang mengancam jiwa adalah perubahan visual mendadak,

misalnya pandangan kabur atau terbayang. Perubahan ini

dapat mengacu pada tanda pre-eklampsia.

4) Bengkak pada muka atau tangan

Yang perlu diwaspadai adalah bila bengkak disertai dengan

nyeri tengkuk, nyeri ulu hati, dan pusing kepala bahkan

kejang-kejang mendadak. Hal ini mengacu pada pre-

eklampsia dan eklampsia.

5) Bayi kurang bergerak seperti biasanya.

Kesejahteraan janin dapat diketahui dari keaaktifan

gerakannya. Minimal adalah 10 kali dalam 24 jam. Jika


33

kurang maka ibu harus waspada akan adanya gangguan

janin dalam rahim, misalnya asfiksia janin hingga kematian

janin(Sari,2015).
34

2.1.10 Konsep ANC ( Antenatal Care )

2.1.10.1 Pengertian

1. Asuhan antenatal care adalah suatu program yang

terencana berupa observasi, edukasi, dan penanganan

medik pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses

kehamilan dan persiapan persalinan yang aman dan

memuaskan( Elisabeth, 2015).

2. Kehamilan adalah masa ketika seorang wanita membawa

embrio tau fetus didalam tubuhnya. Awal kehamlina

terjadi pada saat sel telur perempuan lepas dan dan masuk

kedalam saluran sel telur pada saat persetubuhan, berjuta-

juta cairan sel mani atau sperma dipancarkan oleh laki-laki

dan masuk kedalam rongga rahim( Astuti, 2012).

2.1.10.2 Tujuan Antenatal Care

1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan

kesehatan ibudan tumbuh kembang bayi.

2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik,

mental, dansosial ibu juga bayi.

3) Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau

komplikasiyang mungkin terjadi selama hamil,

termasuk riwayat penyakit secara umum,

kebidanan, dan pembedahan.


35

4) Mempersiapkan persalianan cukup bulan, melahirkan

denganselamat, ibu maupun bayinya dengan trauma

seminima mungkin.

5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal

danpemberian ASI ekslusif.

6) Mempersipakan peran ibu dan keluarga dalam

menerima kelahiranbayi agar dapat tumbuh kembang

secara normal(Elisabeth, 2015).

2.1.10.3 Jadwal Pemeriksaan Antenatal Care

Jadwal pemeriksaaan antenatal adalah sebagai berikut :

a. Pemeriksaan pertama

Pemeriksaaan pertama kali dilakukan segera setelah

diketahui terlambat haid.

b. Pemeriksaan ulang

1. Setiap bulan sampai umur kehamilan 6-7 bulan

2. Setiap 2 minggu sampai kehamilan berumur 8

bulan

3. Setiap 1 minggu sejak umur kehamilan 8 bulan

sampai terjadi persalinan

c. Frekuensi pelayanan antenatal oleh WHO ditetapkan 4

kali kunjungan ibu hamil dalam pelayanan antenatal,

selama kehamilan dengan ketentuan sebagai berikut :

1) 1 kali pada trimester pertama ( K1 )


36

2) 1 kali pada trimester dua dan dua kali pada trimester

ketiga ( K4 ) ( Elisabeth, 2015).

2.1.10.4 Standart Pelayanan Asuhan Antenatal Care

Pelayanan ANC minimal 5T, meningkat menjadi 7T,

dan sekarang menjadi 12T, sedangkan untuk daerah

gondok dan endemik malaria menjadi 14T, yaitu :

1. Timbang Berat Badan Tinggi Badan

Tinggi badan ibu dikategorikan adanya resiko apabila

hasil pengukuran <145 cm. Berat badan ditimbang

setiap ibu datang atau berkunjung untuk mengetahui

kenaikan BB dan penurunan BB. Kenaikan BB ibu

hamil normal rata-rata antara 6,5 kg sampai 16 kg (

Elisabeth, 2015).

2. Tekanan Darah

Diukur setiap kali datang atau berkunjung, deteksi

tekanan darah yang cenderung naik diwaspadai adanya

gejala hipertensi dan preeklamsia. Apabila turun di

bawah normal kita pikirkan kearah anemia. Tekanan

darah normal berkisar systole/diastole : 110/80-120/80

mmHg.
37

3. Pengukuran Tinggi Fundus Uteri

Menggunakan pita sentimeter, letakkan titik nol pada

tepi atas sympisis dan rentangkan sampai fundus uteri (

fundus uteri tidak boleh ditekan ).

Tebel 2.3 ukuran Tinggi Fundus Uteri Berasarkan Usia

Kehamilan

No Umur kehamilan Tinggi fundus

dalam minggu uteri (dalam cm)

1. 12 12 cm

2. 16 16 cm

3. 20 20 cm

4. 24 24 cm

5. 28 28 cm

6. 32 32 cm

7. 36 36 cm

8. 40 40 cm

4. Pemberian Tablet Tambah Darah (Tablet Fe)

Untuk memenuhi kebutuhan volume darah pada ibu

hamil dan nifas, karena masa kehamilan kebutuhan

meningkat seiring dengan pertumbuhan janin.


38

5. Pemberian Imunisasi TT

Untuk melindungi dari tetanus neonatorium. Efek

samping TT yaitu nyeri, kemerah-merahan dan

bengkak untuk 1-2 hari pada tempat penyuntikan

Tabel 2.5 Status Imunisasi TT

Imunisasi Interval Masa perlindungan

TT1 Wakktu SD atau saat Tidak ada

Caten

TT2 2 minggu setelah 3 bulan

TT1

TT3 6 bulan setelah TT2 5 tahun

TT4 1 tahun setelah TT3 10 tahun

TT5 1 tahun setelah TT4 25 tahun/ seumur

hidup

6. Pemeriksaan Hb

Pemeriksaan Hb dilakukan pada kunjungan ibu hamil

yang pertama kali, lalu diperiksa lagi menjelang

persalinan. Pemeriksaan Hb adalah salah satu upaya

untuk mendeteksi anemia pada ibu hamil.


39

7. Pemeriksaan protein urine

Untuk mengetahui adanya protein urine dalam urine ibu

hamil.Protein urine ini untuk mendeteksi ibu hamil

kearah preeklamsia.

8. Pengambilan darah untuk pemeriksaan VDRL

Pemeriksan Veneral Desease Research Laboratory

(VDRL ) untuk mengetahui adanya treponema

pallidum/ penyakit menular seksual, antara lain

syphilish.

9. Pemeriksaan urine reduksi

Dilakukan pemeriksaan urine hanya kepada ibu dengan

indikasi gula/DM atau riwayat penyakit gula pada

keluarga dan ibu dan suami.

10 Perawatan payudara

Meliputi senam payudara, perawatan payudara, pijat

tekan payudara yang ditunjukkan kepada ibu hamil.

Manfaat perawatan payudara adalah :

a. Menjaga kebersihan payudara, terutama

putting susu,

b. Mengencangkan serta memperbaiki bentuk

putting susu ( pada putting susu terbenam )

c. Merangsang kelenjar-kelenjar susu sehingga

produksi ASI lancar


40

d. Mempersiapkan ibu dalam laktasi.

e. Perawatan payudara dilakukan 2 kali sehari

sebelum mandi dan mulai pada kehamilan 6

bulan.

11 Senam ibu hamil

Bermanfaat membantu ibu dan persalinan

mempercepat pemulihan setelah melahirkan serta

mencegah sembelit.

12 Pemberian obat malaria

Pemberian obat malaria diberikan khusus untuk pada

ibu hamil didaerah endemik malaria atau kepada ibu

dengan gejala khas malaria yaitu panas tinggi disertai

menggigil.

13 Pemberian kapsul minyak beryodium

Kekurangan yodium dipengaruhi oleh fakto-faktor

lingkungan dimana tanah dan air tidak mengandung

unsur yodium. Akibat kekurangan yodium dapat

mengakibatkan gondok dan kretin yang ditandai

dengan :

(a) Gangguan fungsi mental

(b) Gangguan fungsi pendengaran

(c) Gangguan pertumbuhan

(d) Gangguan kadar hormon yang rendah


41

14 Temu wicara

a) Definisi konseling

Adalah suatu bentuk wawancara ( tatap muka )

untuk menolong orang lain memperoleh

pengertian yang lebih baik mengenal dirinya

dalam usahanya untuk memahami dan

mengatasi permasalahan yang sedang

dihadapinya.

b) Prinsip- prinsip konseling

Ada 5 prinsip pendekatan kemanusiaan, yaitu :

1) Keterbukaan

2) Empati

3) Dukungan

4) Sikap dan respon positif

5) Setingkat atau sama derajat

c) Tujuan konseling pada antenatal care

a. Membantu ibu hamil memahami

kehamilannya dan sebagai upaya

preventif terhadap hal-hal yang tidak

diinginkan.

b. Membantu ibu hamil menemukan

kebutuhan asuhan kehamilan, penolong

persalinan yang bersih dan aman atau


42

tindakan klinik yang mungkin diperlukan

( Eliasbeth, 2015).

2.1.10.5 Kebijakan Teknis

Setiap kehamilan dapat berkembang menjadi masalah

ataukomplikasi setiap saat, itu sebabnya mengapa ibu

memerlukan pemantauan selama kehamilannya.

Penatalaksanaan ibu hamil secara keseluruhan meliputi

komponwen-komponen sebagai berikut


43

1. Mengupayakan kehamilan sehat

2. Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan

penatalaksanaan awal rujukan jika diperlukan.

3. Persiapan persalinan yang bersih dan aman

4. Perencanaan antisipasif dan persiapan dini untuk

melakukan rujukan jika terjadi komplikasi. ( Elisabeth,

2015).

2.1.11 Konsep Manajemen Kebidanan Varney Pada Ibu Hamil

Proses manajemen kebidanan menurut varney dimulai dari

pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi, yaitu:

I. Pengkajian

Tanggal : dicantumkan untuk mengetahui kapan mulai dilakukan

pengkajian pada klien

Jam : dicantumkan untuk mengetahui kapan mulai dilakukan

pengkajian pada klien

A. Data subyektif

1) Biodata

a. Nama

Nama ibu dan suami untuk mengenal, memanggil dan

menghindari terjadinya kekeliruan

b. Umur

Dalam kurun waktu reproduksi sehat, dikenal bahwa

usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-35


44

tahun karena usia di bawah 20 tahun risiko terjadi

persalinan prematur dan CPD karena organ reproduksi

yang belum matang. Usia diatas 35 tahun risiko

terhadap perdarahan antepartum dan janin risiko down

syndrom.

c. Agama

Untuk mengetahui kemungkinan, pengaruhnya terhadap

kebiasaan kesehatan klien. Dengan diketahuinya agama

pasien, memudahkan bidan melakukan pendekatan di

dalam melaksanakan asuhan kebidanan. (Depkes RI,

1995 : 14)

d. Suku

Mengetahui suku ibu bisa memudahkan dalam

memberikan komunikasi antara petugas kesehatan

dengan ibu dan untuk mengetahui apakah ada kebiasaan

adat istiadat yang merugikan kesehatan ibu dan bayi.

(Sulistyawati, 2014).

e. Pendidikan

Sebagai dasar petugas kesehatan dalam menentukan

metode yang tepat dalam menyampaikan informasi.

Tingkat pendidikan ini akan sangat mempengaruhi daya

tangkap dan tanggap pasien terhadap intruksi yang

diberikan petugas saat melakukan asuhan.


45
46

f. Pekerjaan ibu

Untuk mengetahui bagaimana taraf hidup dan sosial

ekonomi klien dan apakah pekerjaan ibu atau suami

dapat mempengaruhi kesehatan klien atau tidak.Seorang

wanita hamil boleh mengerjakan pekerjaan sehari-hari

asal hal tersebut tidak memberikan gangguan rasa tidak

enak.

g. Penghasilan

Status ekonomi sangat berpengaruh terhadap kondisi

kesehatan fisik dan psikologi ibu, status ekonomi yang

baik otomatis akan mendapatkan kesejahteraan fisik dan

psikologi yang baik pula status gizipun akan meningkat

karena nutrisi didapat berkualitas, selain itu ibu tidak

akan terbebani secara psikologi mengenai biaya bersalin

dan pemenuhan kebutuhan bayi.

h. Alamat

Lingkungan tempat tinggal klien perlu diketahui untuk

menilai apakah lingkungan cukup aman bagi

kesehatannya serta mempermudah untuk melakukan

kunjungan ulang.

2) Alasan Datang

Ibu datang ingin memeriksakan kehamilan

3) Keluhan Utama
47

Pada ibu hamil trimester III keluhan normal yang dirasakan

adalah sering BAK, kram dan nyeri pada kaki, kelelahan,

gangguan pernapasan

4) Riwayat Kesehatan yang lalu

Ditanyakan untuk mengetahui penyakit yang pernah

diderita ibu sebelumnya seperti

a. Penyakit menular seperti TBC, Hepatitis, IMS, penyakit

menular ini dapat berpengaruh terhadap kehamilan,

persalinan dan nifas ibu, serta dapat menyebabkan

kerusakan pada janin akibat infeksi virus.

b.Penyakit keturunan seperti jantung, tekanan darah tinggi,

ginjal, kencing manis dll. Penyakit-penyakit tersebut

dapat menyebabkan pre-eklamsi sampai eklamsi pada

kehamilan ibu, pada saat proses persalinan dapat

menyebabkan bayi besar yang menyulitkan proses

persalinan, pada masa nifas dapat menyebabkan

perdarahan post partum serta pada BBL dapat

menyebabkan hipoglikemi.

c. Penyakit menahun seperti asma, malaria, dll penyakit

menahun tersebut harus diwaspadai karena bisa saja

terjadi pada saat ibu hamil, saat proses persalinan dan

nifas.
48

5) Riwayat Kesehatan Sekarang

a. Ditanyakan untuk mengetahui penyakit yang sedang

diderita ibu.

R/ Beberapa kondisi kesehatan mungkin saja

memburuk selama kehamilan contoh: pasien dengan

penyakit jantung yang mungkin saja bisa menjalar pada

penderita gagal jantung karena penyakit hipertensi yang

meningkat, dari perkembangan “Pre-eklamsia”

b. Pasien seharusnya bertanya lebih detail tentang

penyakit, seperti: diabetes, hipertensi, epilepsi, penyakit

gagal jantung serta TBC. Dan juga bertanya tentang

banyak penyakit lainnya yang mana kemungkinan

mereka memiliki riwayat penyakit tersebut. Bertanya

tentang alergi dan penanganan kesehatan yang sering

mengatasi masalah yang mana pasien para penderita

telah lupa atau tidak terpikirkan, selalu bertanya di

samping para pasien pernah memiliki ataupun pernah

sudah melakukan operasi di sebuah penyakit.

c. Penyakit menahun seperi asma, malaria, dll penyakit

menahun tersebut harus di waspadai karena bisa saja

terjadi pada saat ibu hamil, saat proses persalinan, nifas

dan pada saat ibu menggunakan KB.

6) Riwayat Kesehatan Keluarga


49

Kenapa riwayat kesehatan keluarga itu penting

R/ Anggota keluarga yang terdekat dengan kondisi seperti

penyakit diabetes, kelainan kehamilan, perdarahan atau

mental lemah yang beresiko menyebabkan pada kondisi

pasien dan bayinya yang belum lahir. Beberapa kelahiran

cacat adalah dari keturunan.

7) Riwayat Haid

Data ini memang tidak berhubungan langsung dengan

kehamilan, persalinan, dan nifas ibu, namun dari data yang

di peroleh membuat petugas memiliki gambaran tentang

keadaan dasar dari organ reproduksi ibu yang sangat

membantu saat menggunakan alat kontrasepsi.

a. HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir) merupakan hari

pertama keluarnya haid pada haid yang terakhir yang

merupakan salah satu indikator untuk menghitung usia

kehamilan dan tafsiran persalinan

b. TP (Tafsiran Persalinan) merupakan waktu yang

ditafsirkan telah atermnya janin 40 minggu di hitung

dari HPHT (Sulistyawati, 2014)

8) Riwayat Perkawinan

Ditanyakan tentang:Ibu menikah berapa kali, lamanya,

umur pertama kali menikah.


50

a. Jika ibu pernah menikah lebih dari satu kali ditakutkan

ibu mengalami penyakit menular akibat berganti-ganti

pasangan.

b. Jika lama menikah ≥ 5 tahun tetapi belum hamil bisa

menyebabkan masalah pada kehamilannya seperti

preeklampsia, persalinan macet.

c. Umur pertama kali menikah <18tahun dan tidak

menunda kehamilannyaatau langsung hamil pinggulnya

belum cukup pertumbuhannya serta organ reproduksi

yang belm matang dapat menyebabkan kehamilan yang

beresiko seperti abortus, serta kesulitan waktu

melahirkan seperti CPD.

d. Jika hamil umur > 35 tahun bahayanya bisa terjadi

hipertensi, per-eklamsia, KPD (Ketuban Pecah Dini),

persalinan tidak lancar/macet, perdarahan setelah bayi

lahir, BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah).

9) Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas yang lalu

Untuk mengetahui bagaimana kehamilan, persalinan dan

nifas yang terdahulu apakah pernah ada

komplikasi/penyulit sehingga dapat memperkirakan adanya

kelainan yang dapat mempengaruhi kehamilan, persalinan,

nifas selanjutnnya.
51

a. Kehamilan : Menentukan angka pada kehamilan,

angka pada kehamilan terakhir dan

angka pada keguguran jika mungkin para

pasien telah mengalaminya. Informasi

ini mungkin dinyatakan dengan beberapa

faktor penting yaitu grande multiparity

b. Persalinan : Siapa penolong persalinan, apakah

persalinan yang lalu secara normal, atau

dengan bantuan, dan apakah ada

komplikasi seperti partus macet dll.

c. Nifas : Apakah selama masa nifas berjalan

dengan normal, ibu rutin memeriksakan

diri dan bayinya, ibu dapat menyusui

dengan baik, atau ibu pernah mengalami

tanda bahaya masa nifas seperti infeksi

masa nifas.

10) Riwayat KB

Keluargaberencana (KB) Membutuhkan dan mengharapkan

pada kunjungan antenatal pertama dia seharusnya di dorong

untuk merencanakan angka dan jarak pada usia anak

mereka. Metode kontrasepsi di gunakan untuk menjaga

rencana KB.Harapan para pasien harusnya lebih di hargai


52

dan hasil dari diskusi ini harus di tulis pada catatan

antenatal.

11) Pola Kebiasaan sehari-hari

a. Pola nutrisi

Ini penting untuk di ketahui agar petugas mendapat

gambaran bagaimana pasien mencukupi asupan gizinya

selama hamil. Beberapa hal yang perlu ditanyakan pada

ibu hamil barkaitan dengan pola makan adalah sebagai

berikut:

a) Menu

Di tanyakan barkaitan dengan pola diet seimbang

bagi ibu hamil, jika pengaturan menu makan klien

kurang seimbang sehingga beberapa komponen gizi

kurang terpenuhi

b) Frekuensi

Data ini akan memberi petunjuk tentang seberapa

banyak asupan makanan yang di konsumsi ibu.

c) Jumlah per hari

Data ini memberikan seberapa banyak makanan

yang ibu makan dalam satu kali makan.

d) Pantangan
53

Data ini di kaji karena ada kemungkinan pasein

berpantangan makanan justru pada makanan yang

sangat mendukung pemulihan fisiknya.

e) Nutrisi ibu hamil

Makan pagi nasi ½ porsi (150 gr ), dengan ikan atau

daging 1 potong sedang (40 gr), tempe 2 potong

sedang (50 gr), sayur 1 mangkok dan buah 1 potong

sedang. Makan selingan susu 1 gelas dan buah 1

potong sedang. Makan siang nasi 3 porsi (300 gr)

dengan lauk dan sayur sama seperti menupagi,

selingan setelah makan siang susu 1 gelas dan buah

1potong. Makan malam nasi 2,5 porsi (250 gr)

dengan lauk sama dengan menu pagi atau siang,

makanan selingannya susu 1 gelas.

b. Pola istirahat

Istirahat sangat di perlukan oleh ibu hamil.Oleh karena

itu petugas kesahatan perlu menggali pola istirahat ibu

supaya mengetahui hambatan yang mungkin muncul.

Pola istirahat ibu hamil: Istirahat siang normalnya 1-2

jam dan istirahat malam normalnya 6-8 jam.

c. Pola aktifitas

Perlu dikaji karena data ini memberikan gambaran

tentang seberapa berat aktifitas yang sering di lakukan


54

ibu.Jika kegiatan ibu terlalu berat di khawatirkan dapat

menimbulkan penyulit pada masa kehamilan.

d. Personal hygiene

Data ini perlu di kaji karena sangat mempengaruhi

kesehatan pasien. Beberapa cara perawatan kebersihan

diri:

a) Mandi

Menanyakan kepada pasien berapa kali ia mandi

sehari (normalnya sehari mandi 2 kali)


55

b) Keramas

Minimal seminggu 3 kali

c) Mengganti baju dan celana dalam

Ganti baju minimal 1 kali sehari dan mengganti

celana dalam minimal 2 kali sehari dan bilasewaktu

– waktu celana dalam kotor harus di ganti tanpa

harus menunggu waktu untuk mengganti.

e. Riwayat Psikososial dan budaya

b) Riwayat psikologi untuk mengetahui keadaan

psikologis ibu terhadap kehamilan, persalinan, nifas

dan KB serta bagaimana tanggapan suami dan

keluarga tentang kesiapan menjadi orang tua.

c) Riwayat sosial untuk mengetahui dukungan

lingkungan sekitar terhadap kehamilan, persalinan,

bayi yang dilahirkan, masa nifas dan dukungan

dalam pemilihan alat kontrasepsi ibu.

d) Riwayat Budaya ditanyakan untuk mengetahui

adakah dari kebudayaan dan adat istiadat ibu yang

dapat berbahaya bagi kehamilan, persalinan, nifas,

perawatan bayi baru lahir dan pada saat ibu

menggunakan alat kontrasepsi.

(Sulistyawati, 2014)

e. Data Obyektif
56

1.Pemeriksaan Umum

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

Tanda-tanda vital :

Tekanan darah : 100/70-130/90 mmHg

Nadi : 60 – 100 kali/menit

Suhu : 36,5 – 37,2oC

Pernafasan : 16 – 24 kali / menit

BB sebelum hamil :

i.BMI Kurang dari 18,5 kg (termasuk

kurus), kenaikan berat badan yang

ideal saat hamil sekitar 12,5-18 kg

ii.BMI antara 18,5-24,9 kg (termasuk

normal), kenaikan berat badan yang

ideal saat hamil sekitar 11,5-16 kg.

iii.BMI antara 25-29,9 kg (termasuk

gemuk), kenaikan berat badan saat

hamil hanya boleh sekitar 7-11,5 kg

iv.BMI antara 30 kg atau lebih (termasuk

obesitas), kenaikan berat badan saat

hamil hanya boleh sekitar 5-9 kg.


57

BB sekarang : Selama kehamilan TM II dan III

pertumbuhan BB  0,5 kg

perminggu.

(Sulistyawati, 2014)

2. Pemeriksaan fisik

1. Inspeksi

Wajah : Pada ibu hamil wajah tidak oedema,

tidakpucat, terdapat cloasma gravidarum

tetapi akan hilang pada masa nifas

R/ Oedema pada wajah juga dapat di

gunakan sebagai indikator ibu di curigai

preeklamsia, tetapi untuk memastikan

diagnosa tersebut dilakukan pemeriksaan

penunjang sepertipemeriksaan laboratorium

sesuai dengan ANC terpadupada trimester

III

Mata : Pada ibu hamil sclera putih, konjungtiva

merah muda, karena kalau pucat

dicurigakan ibunya anemia.

R/ Conjungtiva yang pucat dapat di

identifikasikan bahwa ibu menderita

anemia.
58

Mulut : Merah muda, lidah tampak bersih, tidak ada

caries pada gigi.

R/ Kebersihan dan kesehatan pada bagian

mulut juga dapat digunakan sebagai

indikator, kebutuhan vitamin C yang

berfungsi untuk menjaga daya tahan

tubuh.Jika terdapat caries pada ibu hamil,

ibu hamil tidak dapat mengunyah dengan

baik akibatnya gizi janin kurang sehingga

janin mengalami gangguan pertumbuhan.

Dada : Normalnya tampak hipergmentasi areola

mamae, puting susu tampak menonjol.

R/ Payudara yang tegang dan membesar

guna untuk menyiapkan produksi ASI

untuk menyusui.

Abdomen: Abdomen tampak striae livida,tampak linea

nigra.

R/ Disebabkan pembesaran rahim yang

menimbulkanperegangan dan menyebabkan

robeknya serabut elastis dibawah kulit.


59

Genetalia : Genetalia tampak bersih, tidak tampak

varises, tidak tampak oedema, dan tidak ada

condilomata (kehamilan ibu normal sehingga

bisa persalinan normal)

R/ Pemeriksaan kebersihan dan penyakit pada

genetalia dapat di tentukan untuk mengetahui

terjadi infeksi pada bayi dan penyakit menular

seksual yang telah di derita ibu. Karena jika

adanya varises di vulva menyebabkan

pecahnya pembuluh darah saat proses kala

pengeluaran.

Anus : Anus tidak tampak hemoroid (hindari

konstipasi, makan makanan yang berserat).

R/Peningkatan hormon progesteron yang

menyebabkan relaksasi otot sehingga usus

kurang efisien, konstipasi juga di pengaruhi

karena perubahan uterus yang semakin

membesar, sehingga uterus menekan daerah

perut dan penyebab lain konstipasi atau

sembelit.

Ekstremitas

Atas : Tampak simetris, pergerakan bebas, tidak

oedema, kuku jari tidak pucat.


60

Bawah : Tampak simetris, pergerakan bebas, tidak

oedema.

R/ Edema pada kaki timbul akibat sirkulasi

vena dan peningkatan tekanan vena pada

ekstermitas bagian bawah.

2. Palpasi

Leher : Tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid,

kelenjar limfe dan vena jugularis.

tiroid dan kelenjar limfe juga berfungsi

sebagai ketahanan tubuh ibu hamil, untuk

mencegah hipertiroid, agar ibu tidak

mengalami lemas, cemas, dan badan

hangat.

Dada : Payudara sudah mengeluarkan colostrum.

R/ Colostrum diproduksi untuk persiapan

menyusui bayi yang akan di lahirkan


61

Abdomen :

Leopold I :

Usia TFU Cm

kehamilan

28 minggu 1/3 di atas simfisis atau 3 jari 26

di atas pusat cm

32 minggu ½ pusat procesus xipoideus 30

cm

36 minggu Setinggi procesus xipoideus 33

cm

40 minggu Dua jari di bawah pasien 38

cm

Leopold II : menentukan batas samping rahim kanan

dan kiri,dan menentukan letak punggung

janin.

Leopold III : menentukan bagian terbawah janin,

apakah bagian terbawah janin sudah

masuk PAP atau masih goyang.

Leopold IV : menentukan bagian terbawah janin apa

dan seberapa jauh sudah masuk PAP.


62

TBJ : menentukan tafsiran berat janin

caramenghitung TBJ (Taksiran Berat

Janin):Kepala merapat PAP

TBJ = (TFU – 12) x 15

(Hutahaean, 2013)

3. Auskultasi

Abdomen : terdengar bunyi Denyut Jantung Janin

dan normal frekuensinya120–160

kali/menit, serta terdengar jelas.

R/ Detak jantung janin dapat di ketahui,

guna mengidentifikasi kesejahteraan

janin.

4. Perkusi

Ekstrimitas

Bawah : Respon reflek patella harus ada (++) Jika

reflek patella negatif kemungkinan ibu

mengalami kekurangan vitamin B1 dan juga

menunjukkan ada masalah di saraf tulang

belakang pasien atau tulang perifer, reflek

patella(+) menunjukkan sistem saraf di

daerah ekstermitas bawah itu mengalami

hipoaktif,reflek patella (+++/+++)

menunjukkan sistem saraf di daerah


63

ekstermitas bawah mengalami hiperaktif, jika

ditemukan keadaan seperti itu maka harus

segera dikonsulkan kepada dokter.

R/ Reflek patela dapat mengidentifikasi

bahwa ibu mengalami defisiensi vitamin B1,

serata penurunan vitamin B1, memungkinkan

ibu mengalami westpaal yaitu menunjukkan

bahwa ada masalah di saraf tulang belakang

ibu/saraf perifer.

3. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium:

1. Hb trimester III (11gr-14gr/dl), pemeriksaan Hb

dilakukan minimal 1 kali pada trimester 1 dan 1 kali

pada trimester III, karena pada trimester 1 terjadi

peningkatan kebutuhan zat besi terutama untuk proses

tumbuh kembang janin, sedangkan pada trimester III

untuk persiapan proses persalinan.

2. protein urine trimester III normalnya ibu hamil urine

tidak keruh atau negatife (-)

3. glukosa urine Trimester III normalnya ibu hamil

negatife (-) atau jika di periksa warnanya tetap biru

jernih dan dan sedikit kehijau-hijauan dan sedikit agak

keruh.
64

II. Identifikasi Diagnosa/Masalah

Mengidentifikasi data dasar yang diperoleh melalui data subyektif

dan obyektif sehingga diperoleh diagnosa/masalah.

Dx :G P Ab Usia Kehamilan minggu Janin T/H/I dengan

Kehamilan

DS : Diambil dari alasan datang ibu ke petugas kesehatan,

keluhan yang ibu rasakan.

DO : Keadaan Umum : Normal (baik)

Kesadaran : Normal (composmentis)

Tanda-tanda vital

Tekanan darah : Normal (100/70-130/90 mmHg)

Nadi : Normal (60 – 100 kali/menit)

Suhu : Normal (36,5 – 37,2oC)

Pernafasan : Normal (16 – 24 kali/menit)


65

Palpasi Abdomen

Leopold I :

Usia TFU Cm

kehamilan

28 minggu 1/3 di atas simfisis atau 3 jari di 26 cm

atas pusat

32 minggu ½ pusat procesus xipoideus 30 cm

36 minggu Setinggi procesus xipoideus 33 cm

40 minggu Dua jari di bawah pasien 38 cm

Leopold II : menentukan batas samping rahim kanan dan

kiri, dan menentukan letak punggung janin.

Leopold III : menentukan bagian terbawah janin, apakah

bagian terbawah janin sudah masuk PAP atau

masih goyang.

Leopold IV : menentukan bagian terbawah janin apa dan

seberapa jauh sudah masuk PAP.

TBJ : menentukan tafsiran berat janin

caramenghitung TBJ (Taksiran Berat Janin)

Berat janin : (tinggi fundus uteri - 12)x 155

gram (jika kepala belum masuk

PAP )
66

Berat janin : (tinggi fundus uteri – 11)x 155

gram (jika kepala sudah masuk

PAP)

(Hutahaean, 2013)

III. Identifikasi Masalah Potensial

Mengetahui masalah yang bisa terjadi sesuai dengan data yang

telah ada baik dari data subjektif maupun data objektif.

Seperti perdarahan antepartum, preeklamsi, ketuban pecah dini

IV. Identifikasi Kebutuhan Segera

Menentukan tindakan apa yang harus segera di ambil yang di

dugung oleh data subyektif dalam keadaan emergency (Hani,

2012)

V. Intervensi

DX :G P Ab usia Kehamilan Minggu Janin T/H/I

dengan Kehamilan

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan

kehamilan berjalan normal tanpa disertai komplikasi.

Kriteria hasil :

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

Tanda-tanda vital :

Tekanan darah : Normal (100/70-130/90 mmHg)

Nadi : Normal (60 – 100 kali/menit)


67

Suhu : Normal (36,5 – 37,2oC)

Pernafasan : Normal (16 – 24 kali/menit)

Abdomen : TFU sesuai dengan usia kehamilan

DJJ : 120-160 x/menit

Gerakan janin : Lebih dari 3 kali dalam 1 jam

Intervensi :

1. Jelaskan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan.

R/ Mengurangi kecemasan ibu memberikan keyakinan

bahwa kondisi ibu dan bayi saat ini dalam keadaan baik.

2. Pemberian tablet zat besi (minimal 30 tablet selama

kehamilan trimester III).

R/ Untuk mencegah anemia seorang wanita sebaiknya

mengkonsumsi sedikitnya 60 mg zat besi dan 1 mg asam

folat setiap harinya.

3. Ajari ibu tentang dan cara perawatan payudara.

R/ Perawatan payudara pada ibu hamil selain untuk

mencegah terjadinya infeksi tetapi bertujuan untuk

mempersiapkan proses laktasi.

4. Anjurkan dan ajari ibu untuk senam hamil.

R/ Senam hamil dapat menyehatkan ibu hamil serta

memperlancar proses persalinan dengan memberikan

latihan pada otot-otot dan bagian tubuh yang nantinya

berperan dalam proses persalinan.


68

5. Jelaskan kepada keluarga untuk memberikan support ke

pada ibu.

R/ Seorang wanita akan merasa aman dan nyaman apabila

mendapat dukungan dari orang terdekat seperti: Suami,

keluarga dan lingkungan.

6. Beritahu ibu tentang tanda bahaya pada kehamilan

Trimester III

a. Perdarahan Antepartum

Perdarahan pada kehamilan harus selalu dianggap

sebagai suatu kelainan yang berbahaya. Yang dimaksud

dengan perdarahan antepartum adalah perdarahan pada

triwulan terakhir dari kehamilan. Batas teoritis antara

kehamilan muda dan kehamilan tua adalah kehamilan

22 minggu, mengingat kemungkinan hidup janin diluar

uterus. Perdarahan setelah kehamilan 22 minggu

biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya daripada

sebelum kehamilan 22 minggu, oleh karena itu

memerlukan penanganan yang berbeda.


69

b. Preeklamsia

Pada umumnya ibu hamil dengan usia kehamilan di

atas 20 minggu disertai dengan peningkatan tekanan

darah di atas normal sering diasosiasikan dengan

preeklampsia. Gejala dan tanda lain dari preeklampsia

adalah sebagai berikut: terdapat kandungan protein

dalam urine, tekanan darah tinggi, oedema, dll.

c. Nyeri Hebat di DaerahAbdominopelvikum

Nyeri abdomen yang tidak berhubungan dengan

persalinan normal adalah tidak normal. Nyeri abdomen

yang mungkin menunjukan masalah yang mengancam

keselamatan jiwa adalah yang hebat menetap, dan tidak

hilang setelah istrahat. Hal ini bisa berarti appendiktis,

kehamilan ektopik, aborsi penyakit kantong empedu,

iritasi uterus, abrupsi plasenta, infeksi saluran kemih

atau infeksi lainnya, jika terjadi segera periksa ke

petugas kesehatan atau ke bidan (Desi Warnaliza,2014).

d. Ketuban Pecah Dini

Pecahnya selaput janin memberikan pertanda

bahaya dan membuka peluang terjadinya infeksi

langsung pada janin selain itu, gerak janin makin

terbatas, sehingga pada kehamilan kecil kemungkinan

terjadi deformitas. Oleh karena itu bila berhadapan


70

dengan kehamilan dengan ketuban pecah apa lagi

belum cukup bulan harus segera datang ke rumah sakit

dengan fasilitas yang memadai.

R/ Agar ibu dapat mendeteksi dini adanya resiko

kehamilan.

7. Berikan KIE tentang personal hygiene, pola nutrisi dan pola

istirahat.

R/ Personal hygiene yang baik dapat menghindari ibu dari

bahaya infeksi, pola nutrisi yang bagus dapat membantu

dalam pertumbuhan janin, istirahat yang cukup dapat

meningkatkan laju metabolisme.

8. Buat rencana kunjungan ulang.

R/ Kunjungan yang rutin dapat membantu petugas

kesehatan dalam memantau keadaan klien.

VI. Implementasi

Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah

diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan

aman. (Sulistyawati, 2012)

VII. Evaluasi

Melakukan evaluasi hasil dari asuhan yang telah di berikan

meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar

terpenuhi sesuai dengan diagnosa/masalah (Sulistyawati, 2012)


71
72

2.2 Konsep Persalinan

2.2.1 Definisi persalinan

Persalinan adalah proses pengeluaran (kelahiran) hasil

konsepsi yang dapat hidup di luar uterus melalui vagina ke dunia

luar. Proses tersebut dapat dikatakan normal atau spontan jika bayi

yang dilahirkan berada pada posisi letak beakang kepala dan

berlangsung tanpa bantuan alat alat atau pertolongan, serta tidak

melukai ibu dan bayi. Pada umumnya proses ini berlangsung dalam

waktu kurang dari 24 jam (Jenny J.S Sondakh, 2013).

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput

ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika

prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37

minggu) tanpa disertai dengan penyulit (APN, 2014).

Persalinan adalah serangkaina kejadian yang berakhir dengan

pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan

dengan pengeluaran placenta dan selaput janin dari tubuh ibu (Ina,

2014).

2.2.2 Macam-Macam Persalinan

1. Persalinan spontan

Yaitu persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri

dan melalui jalan lahir.

2. Persalinan buatan
73

Yaitu persalinan yang dibantu dari luar misalnya vaccum

ekstraksi , forceps, SC.

3. Persalinan anjuran

Yaitu bila bayi sudah cukup besar untuk hidup diluar, tetapi

tidak sedemikian besarnya sihingga menimbulkan kesulitan

dalam persalinan, misal dengan induksi persalinan

(Ina, 2014).

2.2.3 Tanda Tanda Persalinan

2.2.3.1 Sebelum terjadi persalinan sebenarnya dalam beberapa minggu

ibu hamil akan mengalami tanda tanda sebagai berikut:

1. Lightening atau setting yaitu kepala turun memasuki pintu

atas panggul terutama pada primigravida. Pada multipara

tidak begitu kentara.

2. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.

3. Perasaan sering atau susah kencing (polakisuria) karena

kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.

4. Perasaan sakit di perut dan pinggang oleh karena adanya

kontraksi-kontraksi lemah dari uterus, kadang kadang

disebut dengan labor pains.

5. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya

bertambah, bisa bercampur darah (blody show)

2.2.3.2 Tanda-tanda Inpartu


74

1. Rasa sakit oleh adanya His yang datang lebih kuat, sering

dan teratur.

2. Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak

karena robekan-robekan kecil pada serviks.

3. Kadang kadang ketuban pecah dengan sendirinya

4. Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan pembukaan

tela ada. (Ina, 2014).

2.2.4 Mekanisme Persalinan Normal

Mekanisme persalinan normal merupakan gerakan janin

dalam menyesuaikan dengan ukuran dirinyadengan ukuran

panggul. Mekanisme ini diperlukan mengingat diameter janin yang

lebih besar harus berada pada satu garis lurus dengan diameter

paling besar dari panggul.

Gerakan-gerakan janin dalam persalinan atau gerakan

kardinal sebagai berikut:

2.2.4.1 Engagement

Adalah peristiwa ketika diameter biparietal melewati pintu atas

panggul dengan sutura sagitalis melintang/ oblik di dalam jaln

lahir dan sedikit fleksi. Pada primi gravida terjadi pada bulan

terakhir kehamilan, sedangkan pada multi gravida dapat terjadi

pada awal persalinan.

2.2.4.2 Penurunan
75

a. Dimulai sebelum inpartu. Penurunan kepala terjadi

bersamaan dengan mekanisme lainnya.

b. Kekuatan yang mendukung menurut cuningham dalam

buku obstetri wiliam (1995) dan ilmu kebidanan varney

(2002) yaitu:

- Tekanan airan amnion

- Tekanan langsung fundus pada bokong janin

- Kontraksi otot abdomen

- Ekstensi dan pelurusa badan janin atau tulang

belakang

2.2.4.3 Fleksi

Gerakan fleksi disebabkan karena janin terus didorong maju,

tetapi kepala janin terhambat oleh serviks, dinding panggul

atau dasar panggul. Pada kepala janin, dengan adanya fleksi

maka diameter occipitofrontalis 12cm berubah menjadi

suboccipitobregmatika 9cm, posisi dagu bergeser kearah dada

janin. Pada pemeriksaan dalam ubun-ubun kecil lebih jelas

teraba daripada ubun-ubun besar.

2.2.4.4 Rotasi dalam

Rotasi dalam atau putar paksi dalam adalah pemutaran bagian

terendah janin dari posisi sebelumnya kearah depan sampai

dibawah simpisis.

Sebab-sebab adanya putar paksi dalam:


76

a. Bagian terendah kepala adalah bagian belakang kepala pada

letak fleksi.

b. Bagian belakang kepala mencari tahanan yang paling

sedikit yang disebelah depan atas yaitu hiatus genetalis

antara muskulus levator ani kiri dan kanan.


77

2.2.4.5 Ekstensi

Gerakan ekstensi merupakan gerakan dimana oksiput berhimpit

langsung pada margo inferior simpisis pubis. Penyebabnya

dikarenakan sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul

mengarah ke depan danatas, sehingga kepala menyesuaikan

dengan cara ekstensi agar dapat melaluinya.

2.2.4.6 Rotasi luar

Terjadiya rotasi luar dipengaruhi oleh faktor-faktor panggul,

sama seperti pada rotasi dalam. Rotasi luar merupakan gerakan

memutar ubun-ubun kecil kearah punggung janin searah

dengan diameter anteriorposterior pintu bawah panggul,

dimana satu bahu di anterior dibelakang simhisis dan bahu

yang satunya dibagian posterior di belakang perineum. Sutura

sagitalis kembali melintang.

2.2.4.7 Ekspulsi

Setelah terjadi rotasi luar, bahu depan berfungsi sebagai

hypomochlion untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian

setelah bahu lahir disusul lahirlah trochanter depan dan

belakang sampai lahir janin seluruhnya. Gerakan kelahiran

bahu depan , bahu belakang dan badan seluruhnya.

(ina, 2014, hal 84-90)

2.2.5 Kebutuhan Dasar Ibu Bersalin

a. Asuhan fisik dan Psikologis


78

Asuhan fisik dan psikologis bertujuan memberikan

rasa aman dan nyaman serta menghindarkan ibu dari

infeksi, yang meliputi:

a. Personal Hygiene

Menjaga vagina dalam kondisi tetap bersih sangat

penting karena pengeluaran air ketuban, lendir darah,

akan menimbulkan rasa tidak nyaman untuk ibu.

b. Berendam

Berendam dapat menimbulkan rasa rileks dan

mengurangi nyeri selama persalinan

c. Memberikan informasi dan penjelasan sebanyak-

banyaknya yang ibu inginkan

d. Memberi dukungan empati selama persalinan dan

kelahiran

e. Kebutuhan nutrisi

Kebutuhan nutirsi selama persalinan yaitu tidak

diperkenankan memberikan makanan padat oleh

karena akan lama tinggal dilambung yang

menyebabkan mual muntah. Makanan sebaiknya

diberikan dalam bentuk cairan untuk mencegah

terjadinya dehidrasi.
79

f. Eliminasi

Kebutuhan eliminasi dapat dipenuhi melalui

pengosongan kandung kemih setiap 2 jam. Untuk

kebutuhan buang air besar kalau diperlukan boleh

dilakukan pemberian huknah atau pencahar yang

aman.

b. Kehadiran seorang pendamping secara terus-menerus.

Dukungan dapat diberikan oleh orang terdekat

pasien (suami, keluarga, teman, perawat, bidan, maupun

dokter). Pendamping persalinan hendaknya orang yang

sudah terlibat sejak dalam kelas antenatal. Bidan adalah

orang yang diharapkan ibu sebagai pendamping

persalinan yang dapat diandalkan serta mampu

memberikan dukungan, bimbingan, dan pertolongan

persalinan

c. Pengurangan rasa sakit

d. Menjelaskan cara untuk mengurangi rasa sakit akibat

persalinan

(Nurasiah, 2014)

2.2.6 Proses Persalinan

Tahap persalinan dibagi menjadi empat kala yaitu kala I, II, III, IV.

Berikut dibawah ini untuk masing-masing tahapan persalinan :


80

2.2.6.1 Kala I yaitu kala pembukaan yang dimulai dari pembukaan 1

sampai dengan pembukaan 10. Dimana dalam kala I dibagi lagi

menjadi dua fase yaitu fase laten dan fase aktif :

a. Fase laten : Pembukaan yang dimulai dari

pembukaan 0-3 cm.

b. Fase aktif : Pembukaan yang dimulai dari

pembukaan 4 sampai dengan lengkap.

Fase aktif ini dibagi lagi menjadi 3 fase yaitu :

1. Fase akselerasi :mulai pembukaan 4-5

cm.

2. Fase dilatasi maksimal :mulai pembukaan 5-9

cm.

3. Fase deselerasi :mulai pembukaan 9

sampai lengkap.

Untuk kala I bagi primigravida berlangsung 12 jam,

sedangkan untuk multigravida berlangsung 8 jam.

2.2.6.2 Kala II yaitu kala pengeluaran, dimana mulai dari pembukaan

lengkap sampai dengan lahirnya janin. Untuk ibu primigravida

lamanya kala II berlangsung 120 menit atau 2 jam, sedangkan

untuk multigravida lamanya kala II berlangsung 60 menit atau

1 jam.

2.2.6.3 Kala III yaitu dimulai dari lahirnya bayi sampai dengan

lahirnya plasenta lengkap. Dalam kala ini diperlukan tindakan


81

manajemen aktif kala III untuk menghasilkan kontraksi

sehingga mencegah timbulnya perdarahan. Dalam pengeluaran

plasenta juga terdapat ciri-ciri untuk menunjukkan plasenta

tersebut sudah lepas atau belum. Ciri ciri plasenta lepas yaitu :

a. Uterus globuler

b. Tali pusat memanjang

c. Semburan darah tiba-tiba.

2.2.6.4 Kala IV yaitu dimulai dari keluarnya plasenta sampai dengan

dua jam pasca melahirkan. Dalam masa ini ibu melahirkan

tidak boleh lepas dari pengawasan bidan atau tenaga kesehatan

yang lain, karena dalam masa ini perlu observasi tingkat

kesadaran, tanda-tanda vital, kontraksi uterus, perdarahan, dll.

Sehingga mencegah terjadinya komplikasi pada ibu pasca

melahirkan.

2.2.7 Perubahan Psikologis Ibu Bersalin

1) Perasaan takut ketika hendak melahirkan

2) Perasaan cemas pra melahirkan, padahal rasa cemas

3) Rasa sakit

4) Depresi

5) Perasaan sedih jika persalinan tidak berjalan sesuai harapan ibu

dan keluarga.

6) Ragu ragu dalam menghadapi persalinan


82

7) Perasaan tidak enak, sering berpikir apakah persalinan akan

berjalan normal

8) Menganggap persalinan sebagai cobaan

9) Sering berpikir apakah penolong persalinan dapat sabar dan

bijaksana dalam menolongnya.

10) Sering berpikir apakah bayinya akan normal atau tidak

11) Keraguan akan kemampuannya dalam merawat bayinya kelak

2.2.8 58 Langkah Asuhan Persalinan

1) Mengenali tanda gejala kala 2

2) Memastikan kelengkapan peralatan

3) Menyiapkan diri

4) Melepaskan segala aksesoris yang ada di tangan, cuci tangan 6

langkah kemudian keringkan.

5) Menggunakan 1 sarung tangan DTT/steril pada tangan yang

dominan

6) Membuka partus set masukkan oksitosin dalam spuit

7) Melakukan vulva hygine

8) Memastikan pembukaan lengkap

9) Mencuci tangan dengan larutan klorin 0,5%, lepas sarung

tangan secara terbalik dalam larutan korin 0,5% selama 10

menit dan cuci tangan

10) Melakukan pemeriksaan DJJ pada janin


83

11) Memberitahukan pada ibu dan suami bahwa pembukaan sudah

lengkap dan keadaan ibu dan janin saat ini sehat.

12) Meminta suami dan keluarga membantu ibu untuk memilih

posisi yang baik untuk meneran.

13) Membimbing ibu meneran saat ada kontraksi, dan istirahat di

saat tidak ada kontraksi atau makan minum, serta melakukan

pemeriksaan DJJ

14) Menganjurkan ibu untuk mencari posisi yang nyaman

15) Meletakkan handuk bersih dan kering diatas perut ibu, kepala

sudah Nampak 5 sampai 6 cm

16) Meletakkan underpeat dibawah bokong ibu

17) Membuka partus set dan memastikan kelengkapan alat

18) Menggunakan sarung tangan steril pada kedua tangan

19) Mengeluarkan kepala bayi: saat kepala bayi sudah Nampak 5

sampai 6cm di vilva, melindungi perineum dengan satu tangan,

tangan yang satu menahan kepala bayi agar tetap defleksi dan

membantu lahirnya kepala.

20) Kepala lahir, ibu dianjurkan napas pendek pendek, mengecek

lilitan tali pusat, tidak ada lilitan tali pusat

21) Menuggu kepala bayi putar paksi luar. Kepala bayi sudah putar

paksi luar
84

22) Melakukan biparietal untuk mengeluarkan bahu bayi, tarik kea

rah bawah untuk melahirkan bahu depan, kemudian keatas

untuk melahirkan bahu belakang.

23) Setelah bahu lahir, geser tangan kebawah untuk kepala dan

bahu gunakan tangan atas menelusuri dan memegang lengan

dan siku sebelah atas.

24) Setelah tubuh dan lengan lahir, penelurusan lengan atas

berlanjut ke punggung, bokong, tungkai, dan kaki.

25) Melakukan penilaian bayi baru lahir, bayi menangis kuat, kulit

kemerahan , gerak aktif

26) Mengeringkan tubuh bayi dari muka, mulut, kepala dan bagian

tubuh lainnya kecuali telapak tangan.

27) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan kembali tidak

ada bayi dalam uterus.

28) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin di paha

kanan secara intra muscular

a. Ibu mengerti dan ibu bersedia akan disuntik.

b. Dalam waktu 1 menit stelah bayi lahir, menyuntikkan

oksitosin 10 unit intramuscular1/3 atas paha luar sebelah

kanan.

29) Setelah 2 menit bayi lahir, melakukan pemotongan tali pusat

dengan klem +-3 cm dari pusat.


85

30) Melakukan pemotongan tali pusat 3 cm dari pusat bayi, ikat tali

pusat dengan benang DTT pada satu sisi kemudian

melingkarkan kembali benang dan mengikatnya dengan simpul

kunci melepasan klem dan memasukkan dalam wadah yang

telah disediakan.

31) Meletakkan bayi di dada ibu, kepala bayi diletakkan diantara

dada ibu, membiarkan kulit bayi menemel pada kulit ibu,

mengganti handuk bayi dengan handuk kering, menyimpan

handuk basuh pada tempat kain kotor.

32) Menyelimuti bayi dengan kain yang bersih dan kering,

kemudian memasangkan topi pada kepala bayi.

33) Penatalaksanaan kala III, memindahkan klem pada tali pusat

hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.

34) Meletakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, ditepi atas

shimpisis untuk mendeteksi kontraksi. Tangan lain

meregangkan tali pusat yang di klem.

35) Saat uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat kearah bawah

sambil tangan kiri melakukan dorso kranial secara hati hati.

36) Meregangkan tali pusat kebawah sejajar lantai dan keatas

sambil melakukan dorso kranial secara bersamaan. Tali pusat

bertambah panjang kemudian mendekatkan klem didepan

vulva, saat ada kontraksi melakukan PTT kembali.


86

37) Plasenta tamak di introitus vagina, menangkap plasenta hingga

selaput ketuban terpilin dan keluar semua.

38) Melakukan masase pada perut ibu 15x lamanya 15 detik.

39) Mengecek robekan pada vulva, vagina dan perineum dengan

kasa steril.

40) Memeriksa kelengkapan plasenta dengan kasa.

41) Mengevaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.

42) Mengecek kontraksi kedua.

43) Melakukan inisiasi menyusui dini sampai bayi menemukan

putting susu ibu.

44) Memberitahukan kepada ibu dalam 1 jam bayi akan diberi

Vit.K dan salep mata.

45) Memberikan imunisasi HB 0

46) Mengecek kontraksi yang ketiga.

47) Mengajarkan ibu cara massase dengan meminjam tangan ibu

engikuti gerakan yang diajarkan. Memberi tahu ibu bahwa

Rahim yang keras berarti kontraksinya baik.

48) Mengevaluasi estimasi perdarahan.

49) Memeriksa tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan, kandung

kemih, TFU, kontraksi, kandung kemih dan perdarahan setiap

30 menit dalam jam kedua pasca persalinan.

50) Memeriksa kembali bayi.


87

51) Meletakkan semua peralatan yang sudah dipakai dalam larutan

klorin 0,5% selama 10 menit.

52) Membuang bahan bahan yang sudah terkontaminasi kedalam

sampah medis.

53) Membersihkan ibu menggunakan waslap dengan air DTT,

memakaikan pakaian dalam ibu yang sudah diberi pembalut

kemudian memakai jarik.

54) Membantu ibu memberikan Air Susu Ibu (ASI)

55) Mendekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin

0,5%, tempat tidur dibilas kembali dengan air DTT.

56) Mencelupkan sarung tangan, melepaskan sarung tangan secara

terbalik dalam larutan klorin 0,5%

57) Mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun lalu keringkan

58) Melengkapi partograf.

(APN, 2014

2.2.9 Manajemen Kebidanan Varney Pada Asuhan Ibu Bersalin

Pada Kala I

I. Pengkajian

A. Data Subyektif

1. Alasan datang

Ibu datang dengan perut kencang-kencang

2. Keluhan Utama

Kencang-kencang pada perut


88

3. Riwayat persalinan sekarang

Data yang perlu ditanyakan menenai riwayat persalinan

sekarang adalah:

a. Gerakan janin dalam 24 jam terakhir

b. Apa pengeluaran dari jalan lahir

c. Rasa mules mulai sejak kapan

d. BAB/BAK terakhir

4. Pola Kebiasaan Sehari-hari

a. Pola nutrisi

Data fokus mengenai asupan makanan pasien adalah :

1) Kapan atau jam berapa terakhir kali makan

2) Makanan apa yg dimakan

3) Jumlah makanan yg dimakan

4) Seandainya saat ini ingin makan, apa yang ia inginkan

untuk makan sebelum masuk dalam fase persalinan

dimana ia tidak akan mungkin atau tidak ingin lagi

makan.

b. Pola minum

Pada masa persalinan, data mengenai intake cairan sangat

penting karena akan menentukan kecendrungan

terjadinya dehidrasi. Data yang perlu ditanyakan :

1) Kapan terkhir kali minum

2) Berapa banyak yang diminum


89

3) Apa yang di minum

Pada pertengahan sampai akhir kala I biasanya pasien

akan sangat membutuhkan cairan, bukan makanan.

Disamping pasien sudah tidak berselera lagi untuk

makan karena rasa sakit akibat his, juga karena

pengeluaran keringat yang banyak sehingga

membutuhkan pemasukan cairanlebih banyak.

c. Pola istirahat

Istirahat sangat diperlukan oleh pasien untuk

mempersiapkan energi untuk persalinan. Data yang perlu

ditanyakan adalah :

1) Kapan terakhir kali tidur dan berapa lama

(Sulistyawati, 2013)

B. Data Obyektif

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

Tanda-tanda vital :

TD : 100/70 - 130/90 mmHg tekanan darah

pada ibu inpartu kala I akan

meningkat selama kontraksi, disertai

peningkatan sistol rata-rata 15-20

mmHg diastol rata-rata 5-10 mmHg,


90

nyeri, rasa takut, dankekhawatiran

dapat semakin meningkatkan tekanan

darah (Sulistyawati dan Nugraheny,

2013)

Nadi : 60 – 100 kali/menit frekuensidenyut

nadi diantara kontraksi sedikit lebih

tinggi dibanding selama priode

menjelang persalinan.Halini

mencerminkanpeningkatan

metabolisme yang terjadi selama

persalinan (Sulistyawati dan

Nugraheny, 2013)

Suhu : 36,5 – 37,2oC Peningkatan suhutidak

lebihdari 0,5-1oC dianggap

normal,nilai tersebut mencerminkan

peningkatan metabolisme selama

persalinan (Sulistyawati dan

Nugraheny, 2013)

Pernafasan : 16 – 24 kali / menit Sedikit

peningkatan frekuensi pernafasan

dianggap normal selama persalinan

karena meningkatnya

metabolisme,hiperventilasiyang
91

memanjang adalah hal yang abnormal

yang dapat menyebabkan alkolisis.

(Sulistyawati dan Nugraheny, 2013)

BB bulan lalu : Ditanyakan untuk mengetahui

perbedaan dengan BB sekarang.

BB sekarang : Selama kehamilanTM I dan III

pertumbuhan BB  0,5 kg

perminggu. Pertambahan > 0,5 kg

perminggu hingga akhir kehamilan

pertambahan BB yang normal sekitar

9-13,5 Kg.

2. Pemeriksaan fisik

a. Inspeksi

Wajah : Pada ibu hamil yang inpartu tidak

ada odema, tidak pucat dan

terdapat cloasma, tetapi akan

hilang pada masa nifas

R/ Odema pada wajah juga dapat

di curigai preeklamsi, tetapi untuk

memastikan diagnosa tersebut di

lakukan pemeriksaan penunjang

seperti pemeriksaan laboratorium


92

sesuai dengan ANC terpadu pada

trimester III.

Genetalia : Tampak bersih tidak tampak

varices tidak odema dan tidak ada

condilomata (Kehamilan ibu

normal sehingga persalinan dapat

berjalan normal)

R/ Karena jika adanya varices di

vulva menyebabkan pecahnya

pembuluh darah saat proses kala

pengeluaran menyebabkan

terjadinya perdarahan atau emboli

darah.

Anus : Anus tidak tampak

hemoroid(Hindari konstipasi,

makan makanan yang berserat)

R/ Peningkatan hormon

progesteron yang menyebabkan

relaksasi otot sehingga usus kurang

efisien, konstipasi juga di

pengaruhi karena perubahan uterus

yang semakin membesar, sehingga

uterus menekan daerah perut, dan


93

penyebab lain konstipasi atau

sembelit

Ekstremitas

Atas : Tampak simetris, pergerakan

bebas, tidak oedema, kuku jari

tidak pucat.

Bawah : Tampak simetris,pergerakan bebas,

tidak oedema.

R/ Edema pada kaki timbul akibat

sirkulasi vena dan peningkatan

tekanan vena pada ekstermitas

bagian bawah.

5. Palpasi

Leher : Tidak teraba pembesaran kelenjar

tiroid, kelenjar limfe dan vena

jugularis.

R/ Kelenjar tyroid dan kelenjar limfe

juga berfungsi sebagai ketahanan

tubuh ibu hamil, untuk mencegah

hipertyroid, agar ibu tidak mengalami

lemas, cemas, dan badan hangat.

Dada : Payudara sudah mengeluarkan

colostrum.
94

R/ Colostrum diproduksi untuk

persiapan menyusui bayi yang akan di

lahirkan.

Abdomen :

His/kontraksi : His teratur, interval makin pendek, dan

kekuatan makin besar yaitu 2 sampai 3

kali atau lebih selama 30 sampai 40 detik

atau lebih dalam 10 menit.

6. Auskultasi

Abdomen : Terdengar bunyi Denyut Jantung

Janin dan normal frekuensinya120 –

160 kali/menit, serta terdengar jelas.

R/ Detak jantung janin dapat di

ketahui, guna mengidentifikasi

kesejahteraan janin.

7. Perkusi

Ekstremitas

Bawah : Respon reflek patela harus ada (++)

Jika reflek patela negatif

kemungkinan ibu mengalami

kekurangan vitamin B1 dan juga

menunjukkan ada masalah di saraf

tulang belakang pasien atau tulang


95

perifer, reflek patella (+)

menunjukkan sistem saraf di daerah

ekstermitas bawah itu mengalami

hipoaktif, reflek patella (+++/+++)

menunjukkan sistem saraf di daerah

ekstermitas bawah mengalami

hiperaktif, jika ditemukan keadaan

seperti itu maka harus segera

dikonsulkan kepada dokter.

R/Reflek patela dapat

mengidentifikasi bahwa ibu

mengalami defisiensi vitamin B1,

serta penurunan vitamin B1,

memungkinkan ibu mengalami

westpaal yaitu menunjukkan bahwa

ada masalah di saraf tulang belakang

ibu / saraf perifer.

3. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan dalam (tgl...jam...oleh...)

Vulva/vagina : Pengeluaran lendir darah.

Pembukaan : Berapa cm dilatasi serviks

Fase Laten 1 - ≤ 4 cm

Fase Aktif 4-10 cm


96

Effacement : 25, 50,75 sampai dengan 100 %

Ketuban : Utuh akan tetapi Ketuban akan

pecah sendiri ketika pembukaan

hampir lengkap atau sudah

lengkap. (Hidayat dan Sujiyatini,

2010)

Bagian terdahulu : Kepala

Bagian terendah: Ubun-ubun kecil (UUK)

Moulage : Moulage atau

penyusupanadalah indikator

penting tentang sejauh mana

kepala bayi dapat menyesuaikan

diriterhadap bagian keras

(tulang) panggul ibu. Setiap kali

melakukan pemeriksaan dalam,

nilai penyusupan antar tulang

(molase) kepala janin antara

lain:

1) 0 : tulang-tulang kepala janin

terpisah, sutura dengan

mudah dapat dipalpasi


97

2) 1 : tulang-tulang kepala janin

hanya dapat saling

bersentuhan

3) 2 : tulang-tulang kepala janin

saling tumpah tindih

tetapi masih dapat

dipisahkan

4) 3 : tuang-tulang kepala janin

tumpang tindih dan tidak

dapat dipisahkan

Normalnya tidak ada

penyusupan atau nilainya

0.

Bagian kecil yang menumbung :Tidak ada

Hodge : Bidang hodge untukmenentukan sampai

dimanabagian terendah janin

turunkepanggul pada prosespersalinan

pada kala I bidang hodge yang dilalui

janin adalah I-III.

II. Identifikasi Diagnosa/Masalah

Mengidentifikasi data dasar yang diperoleh melalui data

subyektif dan obyektif sehingga diperoleh diagnosa atau

masalah kebidanan.
98

Dx : G P Ab Usia Kehamilan Minggu janin

T/H/Idengan inpartu kala I fase

DS : Diambil dari alasan datang ibu ke

petugaskesehatan,keluhan yang ibu rasakan

DO :

1. Pemeriksaan umum

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

Tanda-tanda vital

Tekanan darah :100/70-130/90mmHg

Nadi : 60 – 100 kali/menit

Suhu : 36,5 – 37,2oC

Pernafasan : 16 – 24 kali / menit

2. Pemeriksaan fisik

a. Inspeksi

Genetalia : Genetalia pada ibu yang inpartu

tampakpengeluaran lendir

bercampur darah

b. Palpasi

Abdomen

His/kontraksi : His teratur, interval makin pendek,

dan kekuatan makin besar yaitu 2

sampai 3 kali atau lebih selama 30


99

sampai 40 detik atau lebih dalam

10 menit.

c. Auskultasi

DJJ : Frekuensinya120–

160kali/menit,terdengar jelas

dan teratur.

3. Pemeriksaan penunjang

b. Pemeriksaan dalam (tgl...jam...oleh...)

Vulva/vagina : Pengeluaran lendir darah.

Pembukaan : Berapa cm dilatasi serviks

Fase Laten 1-4 cm

Fase Aktif 4-6 cm

Effacement : 25, 50,75 sampai dengan 100 %

Ketuban : utuh atau tidak

Bagian terdahulu :Kepala

Bagian terendah : ubun-ubun kecil (UUK)

Moulage : Moulage (0)

Bagian kecil yang menumbung : tidak ada

Hodge : I – III

III. Identifikasi Masalah Potensial

Merupakan bentuk identifikasi masalah atau diagnosis

lain berdasarkan rangkaian masalah yang ada. Langkah

ini membutuhkan antisipasi, bila mungkin dilakukan


100

pencegahan, masalah potensial yang mungkin terjadi

pada kala I adalah

(Sulistyawati dan Nugraheny, 2013).

IV. Identifikasi Kebutuhan Segera

Merupakan tindakan penanganan yang bersifat segera,

biasanya hanya dicantumkan pada ibu yang mengalami

kegawatdaruratan dalam proses persalinannya. Tindakan

yang dapat dilakukan adalah : melakukan konsultasi

dengan dokter spesialis kandungan atau kolaborasi

dengan tenaga kesehatan lain sesuai keadaan ibu

(Sulistyawati dan Nugraheny, 2013).

V. Intervensi

DX : G P Ab Usia Kehamilan Minggu Janin

T/H/I denganinpartu kala I fase

Tujuan : kala I berlangsung normal tanpa adanya

komplikasi

Kriteria hasil :

Keadaan Umum : Baik

TTV dalam batas normal

Tekanan darah : Normal 90/60 – 130/90 mmHg

Pernafasan : Normal 16 – 24 x/ menit

Nadi : Normal 60 – 100 x / menit

Suhu : Normal 36,5 – 37,5 ºC


101

His : His adekuat yaitu terjadi tiga kaliatau

lebih dalam waktu 10 menit selamam

40 detik atau lebih

DJJ : 120 – 160 x/menit

Pembukaan : 1 cm per jam pada primigravida dan1-

2 cm per jam pada multipara.

Hodge : meningkat dari Hodge I ke Hodge

IIIII

Intervensi

a. Memberi motivasi pada ibu

R/ agar ibu tidak cemas dengan proses persalinan

b. Anjurkan ibu untuk relaksasi

R/ agar ibu merasa lebih rileks

c. Beritahu ibu untuk sesering mungkin untuk BAK

R/ Untuk mempercepat proses penurunan kepala

d. Memberikan ibu asupan nutrisi di sela-sela HIS

R/ Supaya ibu mempunyai tenaga pada saat

meneran

e. Observasi TTV, HIS, DJJ, setiap 30 menit dan

pembukaan

serviks setiap 4 jam

R/ untuk mengetahui keadaan dan kemajuan

persalinan ibu
102

dan janin

f. Persiapan alat untuk menolong persalinan

R/ untuk mempermudah proses persalinan

g. Mengajari ibu cara mengedan yang baik

R/ untuk mempermudah proses persalinan

h. Beritahu ibu untuk tidak berbaring telentang

lebih dari 10 Menit

R/ agar tidak menyebabkan hipoksia pada janin

VI. Implementasi

Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang

telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan

dilaksanakan secara efisien dan aman. Realisasi dari

perencanaan sebagian dilakukan oleh bidan, pasien, atau

anggota keluarga yang lain. Jika bidan melakukannya

sendiri. Ia tetapi memikul tanggung jawab atas

terlaksananya seluruh perencanaan. Pada situasi dimana ia

harus berkolaborasi dengan dokter, misalkan karena

pasien mengalami komlpikasi, bidan masih tetap

bertanggung jawab terhadap terlaksananyarencana asuhan

bersama tersebut. Manajemen yang efisien akan

menyingkat waktu, biaya, dan meningkatkan mutu asuhan

(Sulistyawati, 2012).

VII. Evaluasi
103

Melakukan evaluasi hasil dari asuhan yang telah di

berikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan

apakah benar-benar terpenuhi sesuai dengan

diagnosa/masalah (Sulistyawati, 2012)

CATATAN PERKEMBANGAN

B. Pada Kala II

Jam :

Tanggal :

S : Ibu mengatakan perutnya kenceng-kenceng dan

ingin

meneran seperti mau BAB

O : Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

Tinggi badan : Normal > 145 cm, ibu hamil

dengan tinggi badan kurang dari 145 cm

kemungkinan panggul sempit .

(Sulistyawati, 2012)

Berat badan : untuk memperoleh kenaikan

BB total

selama kehamilan

Pernapasan : 16-24 x/menit

Nadi : 60-80 x/ menit

Temperatur : 36,5 0 C- 37,50 C


104

A : Ny “..” Usia .. tahun GPAb UK 38-39 minggu

janin T/H/I

dengan inpartu kala II

P : a. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan

b. Mengatur posisi persalinan senyaman

mungkin

c. Memberikan dehidrasi di sela-sela HIS

d. Melibatkan suami dalam pendampingan

persalinan

e. Pimpin ibu untuk meneran

f. Melakukan pertolongan persalinan kala III

Pada akhir kala II, bidan melakukan evaluasi

meliputi keadaan umum bayi, keadaan umum

pasien, dan kepastian adanya janin kedua.

Hasil evaluasi ini merupakan data dasar untuk

kala III

(Sulistyawati, 2012)

C. Pada Kala III

Jam :

Tanggal :

S : Ibu mengatakan legah karena bayinya sudah lahir

dan perutnya masih tersa mules


105

O : Bayi lahir spontan langsung menangis warna kulit

kemerahan

jenis kelamin… PB...BB…LK… LD… LILA…

palpasi uterus tidak teraba bayi kedua, kontraksi baik

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

Tinggi badan : Normal > 145 cm, ibu hamil

dengan tinggi badan kurang dari 145 cm

kemungkinan panggul sempit.

(Sulistyawati, 2012)

Berat badan : untuk memperoleh kenaikan

BB total selama kehamilan

Pernapasan : 16-24 x/menit

Nadi : 60-80 x/ menit

Temperatur : 36,5 0 C- 37,50 C

A : P..Ab.. Usia .. dengan kala III

P :

a) Berikan pujian kepada pasien dan suami atau

keluarga

b) Berikan hidrasi pada pasien lakukan

pemotongan tali pusat

c) Melakukan menegement aktif kala III

d) Melakukan penyuntikan oxsytosin


106

e) Mengajari ibu untuk massase

f) Melakukan pengecekan kelengkapan plasenta

g) Bersihkan bagian bawah bokong pasien

h) Atur posisi pasien senyaman mungkin

(Sulistyawati, 2012)
107

C. Pada Kala IV

Jam :

Tanggal :

S : Ibu mengatakan merasa senang dan bersyukur

karena bayinya lahir dengan selamat, senang dengan

kelahiran bayinya

O:

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

Pernapasan : 16-24 x/menit

Nadi : 60-80 x/ menit

Temperatur : 36,5 0 C- 37,50 C

Kontraksi : Baik

TFU : 2 jari di bawah pusat

Perdarahan : Kurang dari 50 cc

A : Ny “..” Usia... P..Ab.. dengan kala IV

P :

a) Bimbing pasien dan pantau untuk melakukan

IMD

b) Observasi TTV setiap 15 menit jam pertama

30 menit pada jam kedua

c) Observasi luka jahitan apabila ada jahitan

d) Observasi perdarahan
108

e) Observasi TFU setiap 30 menit sekali

f) Observasi kandung kemih

g) Lakukan pengukuran antroporti pada bayi

h) Berikan salep mata Vit K dan Hb0

Hasil akhir dari asuhan persalinan kala IV

normal adalah pasien dan bayi dalam keadaan

baik, yang ditunjukan dengan stabilitas fisik

dan psikologis pasien.(Sulistyawati, 2012)

2.3 Konsep Nifas

2.3.1 Definisi Masa Nifas

Masa nifas atau puerperium merupakan masa dimana tubuh

wanita melakukan adaptasi pascapersalinan, diantaranya perubahan

kondisi tubuh ibu hamil kembali ke kondisi sebelum hamill. Masa

ini dimulai setelah plasenta lahir, dan sebagai penanda berakhirnya

masa nifas adalah ketika alat-alat kandungan sudah kembali seperti

keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama 6 minggu

atau 42 hari (Astuti, 2015).

Masa nifas merupakan masa penting bagi ibu maupun bayi

baru lahir dan perubahan besar dapat terjadi, misalnya perubahan

fisik, emosi, dan kondisi psikologis ibu. Sangat penting untuk

dipahami perubahan apa yang secara umum dapat diakatakan

normal, sehingga setiap penyimpangan dari kondisi normal ini


109

dapat segera dikenali sebagai kondisi abnormal atau patologis

(Astuti, 2015).

Berdasarkan buku pedoman KIA pelayanan nifas (PNC),

ditujukan kepada ibu dan bayi baru lahir yang meliputi pelayanan

ibu nifas, pelayanan bayi baru lahir, an pelayanan KB pasca salin

(Suhaerni, 2011).

2.3.2 Tahapan Masa Nifas

Masa nifas merupakan masa pemulihan organ reproduksi hingga

sebelum terjadinya hamil. Masa ini sangat dipengaruhi oleh

fisiologis dan psikologis ibu. Nifas berlangsung selama 42 hari

atau 6 minggu, dimana waktu tersebut banyak organ reproduksi

yang berperan dalam pemulihan organ reproduksi (Maretalia,

2014).

Menurut penelitian Ngurah, bahwa pada masa nifas ini banyak

perubahan yang terjadi terutama pada psikologisnya ibu nifas

tersebut. Kalau ibu nifas tersebut kurang mendapat dukungan dari

keluarga maupun dari istrinya, ibu tersebut akan mengalami gejala

post partum blues yang apabila tidak di tangani sejak awal akan

menyebabkan depresi post partum yang sangat membahayakan

untuk ibu dan bayinya. Oleh karena itu, dukungan dari orang-orang

terdekat sangat membantu dalam proses masa nifas ini.


110

Berdasarkan buku asuhan kebidanan pada masa nifas oleh Marni,

tahapan masa nifas yang berlangsung 42 hari dibagi menjadi 3

yaitu :

1. Puerperium dini (immediate puerperium), yaitu pemulihan

dimana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan (waktu 0-24 jam

postpartum), serta menjalankan aktivitas layaknya wanita

normal lainnya. Dalam agama islam dianggaptelah bersih dan

boleh bekerja setelah 40 hari

2. Puerperium intermediate ( early puerperium)

Yaitu suatu kepulihan menyeluruh alat alat genetalia yang

lamanya sekitar 6-8 minggu.

3. Puerperium remote (later puerperium)

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna

terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai

komplikasi, waktu untuk sehat bisa berminggu-minggu , bulan

bahkan tahun.

(vivian, 2014).

2.3.3 Perubahan Fisiologi Masa Nifas

Menurut Astuti (2015) beberapa perubahan yang terjadi pada organ

tubuh vital dan plasenta perlu dipahami dengan baik agar kondisi

patologis dapat segera dikenali dan mendapatkan penanganan yang

tepat. Perubahan fisik masa nifas dibagi dalam 2 fase, yaitu:

2.3.3.1 Masa Nifas Dini


111

Perubahan paling dominan pada tubuh ibu bersalin yaitu

dimulai segera setelah terjadinya evakuasi janin dari dalam

rahim, terutama pada sistem jantung dan pembuluh darah,

pernapasan, dan perubahan pada uterus, yaitu:


112

1. Sistem jantung dan pembuluh darah

Peningkatan volume cairan darah intravaskuler

selama hamil bersifat protektif yaitu untuk mencukupi

kebutuhan sirkulasi rahim dan janin, serta

mengantisipasi hilangnya volume darah dalam jumlah

tertentu pada saat persalinan dan masa nifas dini.

Peningkatan volume cairan intravaskuler dapat mencapai

40% volume darah sebelum hamil, meliputi penambahan

komponen sel darah dan plasenta. Proporsi penambahan

komponen sel darah merah lebih rendah dibandingkan

komponen plasma darah, sehingga dapat menjelaskan

mengapa terjadi anemia fisiologis pada ibu hamil.

Perubahan volume darah total ini juga dibutuhkan

karena penambahan ruang sirkulasi (yaitu rahim dan

janin) serta terjadinya vasodilatasi pembuluh darah

secara umum sebagai dampak hormone kehamilan.

Karena volume darah bertambah, maka curah jantung

(total pembuluh darah yang dapat berputar dalam

sirkulasi darah tubuh setiap harinya) juga akan

meningkat. Pada ibu hamil cukup bulan, curah jantung

dapat mencapai 5.800 cc per menit, sedangkan pada

wanita dewasa tidak hamil, curah jantungnya sebanyak

kurang lebih 5.000 cc per menit. Peningkatan sirkulasi


113

ini merupakan efek kumulatif dari peningkatan curah

jantung kekuncup (volume darah yang keluar jantung

pada satu kali pemompaan) dikalikan dengan frekuensi

denyut jantung dalam semenit. Tentunya ada pula retensi

cairan di jaringan ekstravaskular yang menyebabkan ibu

hamil tampak edema. Cairan ekstravaskular ini pun akan

mengalami redistribusi kembali ke dalam intravaskuler

di masa nifas lambat.

Pada usia kehamilan cukup bulan, sirkulasi darah

yang masuk dan keluar rahim mencapai 800-900 cc per

menit. Volume darah ini dibutuhkan untuk membawa

oksigen dan nutrisi untuk janin melalui plasenta maupun

kebutuhan metabolisme jaringan rahim. Sesaat setelah

bayi lahir, dalam keadaan normal, uterus akan

berkontraksi kuat secara kontinu (spastik) yang

menyebabkan terjepitnya percabangan arteri arkuata

hingga arteri basalis sehingga sirkulasi darah ke rahim

berkurang drastis.

Dampak pengurangan aliran darah menuju rahim

yaitu terjadinya percepatan peningkatan volume darah

balik (venous return) ke serambi jantung kanan melalui

vena cava inferior. Sesuai teori fisiologi jantung, maka

peningkatan volume darah balik ini akan memaksa


114

jantung bekerja keras, dengan meningkatkan kekuatan

kontraksi jantung (inotropik) maupun frekuensi denyut

jantung (kronotropik) agar volume darah balik seimbang

dengan curah jantung.

Oleh karena itu dalam keadaan norrmal, segera

setelah jalan lahir, maka jantung akan berdenyut lebih

cepat dan kuat, yang dapat diketahui dengan perabaan

frekuensi denyut nadi. Tekanan darah sedikit meningkat

walaupun tetap dalam kisaran angka tekanan darah yang

normal.

Menurunnya volume darah dalam sirkulasi ibu

dimulai saat terjadinya pelepasan dari tempat insersiya.

Mekanisme pelepasan plasenta yang terjadi secara

sentral pada bagian tengah plasenta menyebabkan

penolong mengalami kesulitan dalam mengestimasi

perdarahan yang terjadi saat itu. Pelepasan plasenta

sentral biasanya berlangsung lebih cepat dibandingkan

dengan pelepasan plasenta di bagian tepi. Jika pelepasan

plasenta yang terjadi dimulai dari tepi plasenta, maka

volume darah yang hilang dapat langsung diamati.

Proses pelepasan dapat dipercepat dengan melakukan

stimulasi kontraksi rahim, agar plasenta segera terlepas


115

seluruhnya. Hal ini yang menjadi dasar dilakukan nya

manajemen aktif kala III dalam persalinan.

Pelepasan plasenta dari tempat insersinya

menyebabkan ujung-ujung arteri spiralis robek, terbuka

seperti mulut selang karena arteri spiralis tidak

mempunyai lapisan otot yang dapat menghentikan aliran

darah. Satu-satunya mekanisme fisiologis untuk

menghentikan perdarahan pada saat itu adalah kontraksi

rahim yang bersifat spastik. Kegagalan kontraksi (atonia)

atau kontraksi uterus yang kurang kuat (hipotonial)

menyebabkan terjadinya penyulit perdarahan pascasalin.

Pelepasan plasenta yang tidak sempurna dapat

menyebabkan perdarahan karena pada bagian tersebut

darah ibu akan terus mengalir keluar dari arteri spiralis,

masuk ke rongga vili korialis yang robek dan mengalir

langsung ke rongga rahim. Adanya darah dalam rongga

rahim dapat mengganggu kontraksi rahim sehingga

perdarahan pascasalin dapat berlanjut.

Adaptasi tubuh terhadap perdarahan biasanya

dimulai dengan vasokonstriksi pembuluh darah secara

sistemik, yang ditandai dengan naiknya tekanan darah

beberapa saat. Jika perdarahan berlanjut, perubahan

tambahan lain yang dapat dideteksi segera adalah denyut


116

jantung yang bertambah cepat, yang ditandai dengan

perabaan nadi dia atas 100 kali per menit. Pada

perdarahan fa se selanjutnya, hilang nya volume darah

yang cukup signifikan dari sirkulasi darah ibu akan

menyebabkan nadi gteraba lemah.

2. Sistem pernapasan

Pada saat kehamilan sudah mencapai usia cukup

bulan,volume rahim yang besar mendesak diafragma dan

memperkecil volume rongga dada. Ekspansi dada saat

inspirasi tidak bisa mencapai kapasitas maksimal sehingga

ibu hamil sering mengeluh sesak dan cepat lelah. Respirasi

ibu hamil normal biasanya berkisar 18-20 kali per menit.

Saat bersalin, respirasi dapat meningkat karena

ketegangan atau stres akibat nyeri kontraksi. Pada kala II,

ibu perlu meningkatkan frekuensi pernapasannya untuk

mengimbangi peningkatan konsumsi oksigen oleh

miometrium yang berkontraksi dan menjaga cadangan

oksigen dalam darah tersimpannya di rongga vili korialis

untuk kebutuhan pertukaran oksigen dari darah janin.

Keterbatasan ekspansi rongga dada, dapat menyebabkan

pernapasan yang cepat dan dangkal. Dalam keadaan ini, ibu

bersalin perlu didorong agar dapat bernapas lebih cepat

namun efisien, yaitu dengan cara menarik napas sedalam


117

mungkin dam menghembuskan napas sebanyak mungkin

agar pertukaran udara di paru lebih baik. Kondisi ini sering

disebut sebagai hiperventilasi.

Pernapasan yang cepat dan dangkal dapat berlangsung

hingga awal kala empat, namun frekuensinya biasanya

sudah mulai menurun dibandingkan pada kala II. Frekuensi

pernapasan yang tetap cepat atau bertambah cepat di kala

III dan IV perlu diwaspadai, apakah terkait dengan

kegagalan jantung ataukah adanya emboli, yaitu masuknya

komponen padat pada cairan ketuban ke dalam sirkulasi

darah sistemik dan menyebabkan sumbatan di pembuluh

darah arterial di paru. Sumbatan ini dapat berlangsung

secara masif hingga ibu mengalami henti napas mendadak

bahkan henti jantug. Peristiwa emboli terbilang sangat

jarang, namun pada kasus emboli, hampir selalu berakhir

dengan kematian, meskipun resusitasi dilakukan.

3. Peruabahan pada uterus

Perubahan pada uterus perlu diobservasi dengan

seksama. Pengosongan rahim secara tiba-tiba akan mebuat

rahim kehilangan tonusnya dan menjadi lemas (flaksid,

atinial) selama beberapa saat, yang menyebabkan fundus

uteri sulit diraba. Secara alami, kondisi atonia ini sangat

singkat dan terjadi inisiasi kontraksi segera yang timbul


118

kembali sebagai akibat masih adanya oksitosin yang

diproduksi secara alami dari hipofisis selama kala dua dan

awal tiga. Namun, stimulasi eksternal diperlukan agar

kontraksi uterus lebih kuat, dapat dilakukan dengan cara

mengelus-elus bagian fundus uteri. Stimulasi eksternal

lainnya dapat dicapai dengan melakukan inisiasi menyusui

dini, karena biasanya kedua kaki dari bayi yang telungkup

di perut ibu akan menendang rahim ibunya dan merangsang

kontraksi.

Kontraksi uterus di kala III semestinya masih bersifat

ritmik, yaitu kontraksi yang diselingi relaksasi sebelum

muncul kontraksi berikutnya. Hal ini akan membantu

plasenta lepas dari tempat insersinya. Setelah seluruh

plasenta lepas (pada kala IV) maka kontraksi yang

diharapkan bersifat kuat dan terus-menerus tanpa fase

relaksasi, sehingga kontraksi ini disebut kontraksi spastik.

Dalam keadaan normal, bentuk rahim di kala empat

biasanya membulat, dibagian perut bawah teraba sangat

keras , dengan fundus rahim teraba setinggi 2 hari di bawah

pusat.

Pada bagian sistem jantung dan pembuluh darah,

perubahan-peruabahan kontraksi rahim akan berdampak

langsung pada terjadinya peradarahan. Kegagalan


119

mekanisme kontraksi yang tidak dikelola dengan baik akan

mengancam jiwa ibu karena perdarahan bersifat sangat

masif hingga mencapai 800-900 cc per menit.

2.3.3.2 Masa Nifas Lambat

Pada masa nifas lambat, terdapat beberapa kondisi

patologis yang perlu di waspadai dengan memperhatikan

perubahan dalam sistem organ ibu nifas, seperti perdarahan

karena sisa plasenta, infeksi, dan pre-eklampsia pascasalin.

1. Sistem jantung dan pembuluh darah

Dalam keadaan nifas normal, kehilangan volume darah

di bawah 500 cc akibat persalinan tidak akan menyebabkan

perubahan yang signifikan. Redistribusi cairan

ekstravaskular, yaitu dari bagian tubuh yang mengalami

edema selama hamil, juga berlangsung perlahan sehingga

tidak berdampak buruk. Kelebihan cairan yang masuk ke

intravaskular akan dikeluarkan melalui ginjal, yang

menyebabkan ibu nifas lebih sering miksi dalam minggu

pertama masa nifas. Dakam 4 minggu pasca persalinan

volume darah intravaskular biasanya mencapai kondisi

normal ke sebelum hamil.

Perhatian khusus perlu dibetikan kepada ibu dengan

riwayat pre-eklampsia akibat dari redistribusi yang masif

dari ekstravaskular ke intravaskular yang beresiko


120

mengalami edema paru, selain itu kebocoran endotel di

ginjal dapat menyebabkan gangguan produksi urin.

2. Sistem hematologi

Perubahan pada indikator-indikator sistem hematologi

masa nifas juga dipengaruhi kondisi saat hamil dan apa

yang terjadi selama persalinan. Agar dapat mendeteksi

adakah kelainan yang terjadi pada ibu nifas perlu

mengetahui perubahan pada nilai hematokrit dan

hemoglobin, hitung sel darah putih, serta proses koagulasi

darah fibrionolisis.

3. Sistem pernapasan

Sistem pernapasan biasanya sudah kembali normal pada

masa nifas dini. Jika ditemukan kondisi yang tidak normal

seperti keluhan sesak, napas cepat di atas 20 kali per menit,

maka perlu dilakukan kolaborasi dengan dokter untuk

memastikan penyebabnya.

4. Perubahan pada uterus, vagina, dan struktur penyokong

rahim

Perubahan pada besar uterus akan terus terjadi secara

bertahap selama masa nifas dengan mengikuti pola tertentu.

Penambahan berat rahim selama hamil terjadi karena

adanya proses hipertrofi selular akibat hormon kehamilan,

selain itu ada juga penambahan jaringan kolagen dan


121

sedikit lemak. Setelah bayi dan plasenta lahir, dengan

kontraksi yang baik, maka uterus akan mengecil dan diikuti

dengan adanya involusi (proses kembalinya ukuran uterus

pada kondisi sebelum hamil karena masing-masing sel

mengecil kembali).

Hormon oksitosin akan terus di produksi oleh hipofisis

sepanjang stimulasi masih berlangsung. Pada masa nifas

lambat, pelepasan oksitosin terjadi dengan adanya let down

reflex, yaitu saat bayi mengisap puting ibu. Kontraksi

uterus akibat refleks ini dapat dirasakan sangat kuat

menyerupai kontraksi saat bersalin, sehingga ada yang

menyebut kontraksi ini sebagai his royan dan rasa nyeri

akibat his royan ini sering disebut dengan afterpain.

Kontraksi dan retraksi otot di uterus ini akan

mengurangi suplai darah ke uterus lebih jauh dan mencegah

terjadinya perdarahan pascasalin lambat. Kontraksi ini

mengakibatkan kondisi iskemia terhadap sel miometrium.

Lepasnya plasenta menyebabkan kadar hormon estrogen

menurun dengan cepat sehingga proses sintesis protein baru

di intraseluler. Dalam kondisi ini, enzim proteolitik

intraseluler akan memulai proses autolisis yang memicu

degradasi sitoplasma sel miometrium. Cairan sitoplasma

akan kembali masuk ke sirkulasi, sedangkan sel


122

miometrium mengalami atrofi, yaitu menyusul dalam

volume. Proses iskemia dan nekrosis (kematian jaringn)

pada jaringan pembuluh darah yang mengalami trombosis

memicu pula proses fagositosis untuk menyingkirkan

kelebihan jaringan kolagen dan sel lemak di antara sel-sel

miometrium.
123

Lochia dibedakan berdasarkan warna dan waktu

keluarnya ,yaitu:

a. Lochia rubra atau merah, keluar pada hari ke-1

sampai hari ke-4 masa postpartum. Cairan yang

keluar berwarna merah karena terisi darah yang

segar, dan mekonium. Jika lochia tidak berubah, hal

ini menunjukkan adanya tanda-tanda perdarahan

sekunder yang mungkin disebabkan oleh

tertinggalnya sisa atau selaput plasenta.

b. Lochia sanguinolenta, berwana merah kecokelatan

dan juga berlendir. Lochia ini berlangsung dari hari

ke-4 sampai hari ke-7 postpartum.

c. Lochia serosa, berwarna kuning kecokelatan karena

mengandung serum, leukosit, dan robekan atau

laserasi plasenta. Lochia keluar pada hari ke-7

sampai hari ke-14.

d. Lochia alba atau putih, mengandung leokosit, sel

desidua, sel epitel, selaput lendir serviks, dan

serabut jaringan yang mati. Lochia alba ini dapat

berlangsung selama 2-6 minggu postpasrtum.

5. Perubahan pada dinding abdomen dan kontur tulang

belakang
124

Selama hamil, dinding perut diregang begitu lama,

sedangkan kontur tulang belakang berubah karena

pengaruh gravitasi dari perut yang membesar. Kadang-

kadang ibu hamil mengalami diastasis otot-otot rektus

abdominis sehingga sebagian dari dinding perut di garis

tengah hanya terdiri dari peritonium, fascia tipis dan

kulit. Perubahan ini dapat menyebabkan nyeri kronis di

bagian bokong, pinggang, dan menjalar ke kedua kaki.

Salah satu cara koreksi yang mudah adalah dengan

menggunakan penyangga yang mampu menyokong

bagian punggung hingga simfisis sekaligus.

6. Sistem perkemihan

Sesuai dengan adanya peningkatan sirkulasi darah

selama hamil, maka laju filtrasi glumerolus pada ginjal

juga meningkat, sehingga produksi urin meningkat.

Kondisi hiperfiltrasi dibutuhka hingga beberapa hari

pascasalin untuk mengeluarkan kelebihan cairan

intravaskuler akibat redistribusi cairan dari

ekstravaskuler ke intravaskuler dalam tubuh ibu.

Volume dan frekuensi berkemih diharapkan kembali

dalam keadaan sebelum hamil dalam 2 minggu saja.


125

2.3.4 Perubahan Emosi dan Adaptasi Psikologis

Perubahan emosi dan psikologis ibu pada masa nifas terjadi karena

perubahan peran, tugas, dan tanggung jawab menjadi orangtua. Suami istri

mengalami perubahan peran menjadi orangtua sejak masih kehamilan.

Dalam periode masa nifas, muncul tugas orangtua dan tanggung jawab

baru yang disertai dengan perubahan-perubahan perilaku (Astuti, 2015).

Menurut Astuti (2015) tahapan Rubin dalam adaptasi psikologis ibu,

yaitu:

2.3.3.1 Fase Taking In (Fase ketergantungan)

Berlangsung selama 3 hari pertama setelah melahirkan. Ibu

fokus pada diri sendiri, tidak pada bayinya dan ibu

membutuhkan waktu untuk tidur dan istirahat. Pasif, ibu

mempunyai ketergantungan dan tidak bisa membuat keputusan.

Ibu memerlukan bimbingan dalam merawat bayi dan

mempunyai perasaan takjub ketika melihat bayinya yang baru

lahir.

2.3.3.2 Fase Taking Hold (Fase Independen)

Dimulai dari hari ke-3 sampai hari ke-10. Ibu mulai aktif,

mandiri, dan bisa membuat keputusan, memulai aktivitas

perawatan diri, fokus pada perut, dan kandung kemih. Fokus

pada bayi dan menyusui. Merespons instruksi tentang

perawatan bayi dan perawatan diri, dapat meningkatkan

kurangnya kepercayaan diri dalam merawat bayi.


126

2.3.3.3 Letting Go (Fase Interdependen)

Dimulai dari hari ke-10 sampai 6 minggu postpartum. Ibu

sudah mengubah peran barunya. Menyadari bayi merupakan

bagian dari dirinya dan ibu sudah dapat menjalankan perannya.

2.3.4 Kebutuhan Masa Nifas

Menurut Maritalia (2014) bahwa kebutuhan ibu nifas meliputi sebagai

berikut :

2.3.6.1 Kebutuhan gizi ibu menyusui

Selama menyusui ibu nifas sangat membutuhkan gizi

baik untuk dirinya maupun untuk anaknya. Beberapa

pemenuhan gizi untuk ibu menyusui antara lain

mengkonsumsi tambahan kalori 500 kalori, makanan diet

seimbang cukup protein mineral dan vitamin. Minum

sedikitnya 3 liter/hari, mengkonsumsi vitamin A 200.000

Unit. Terpenuhinya karbohidrat, zat besi untuk mengatasi

anemia. Ibu juga dianjurkan untuk minum setiap kali

menyusui dan menjaga kebutuhan hidrasi sebanyak 3 liter

perhari. Tablet zat besi tetap diminum sampai 40 hari masa

nifas.

2.3.6.2 Ambulasi dini

Ambulasi dini tidak menyebabkan pengaruh yang

buruk akan tetapi dapat meningkatkan frekuensi dan


127

intensitas aktifitasnya sampai pasien dapat melakukan sendiri

tanpa bantuan, sehingga pasien mandiri dalam malakukan

aktifitas sehari-hari. Mengenai ambulasi maka ibu nifas harus

memperhatikan hal-hal dibawah ini, adalah :

a. Mobilisasi jangan dilakukan terlalu cepat karena bisa

menyebabkan ibu terjatuh.

b. Pastikan bahwa ibu melakukan aktifitas secara bertahap,

jangan tergesa-gesa.

c. Apabila ibu nifas melakukan mobilisasi dengan tepat dan

benar maka pemulihan untuk masa nifas akan berjalan

dengan cepat. Terutama untuk sistem peredaran darah,

pernafasan, dan otot rangka.

d. Jangan melakukan mobilisasi secara berlebihan karena

bisa menyebabkan meningkatnya beban kerja jantung.

2.3.6.3 Eliminasi

Petugas kesehatan harus meyakinkan pada pasien agar

sesgera BAK setelah melahirkan yang akan mengurangi

komplikasi post partum. Oleh karena itu, bidan memberikan

dukungan mental pada pasien untuk melancarkan buang air

kecilnya. Memasuki masa nifas, ibu diharapkan buang air

kencing dalam 6-8 jam pertama. Sedangkan kebutuhan

defekasi biasanya timbul pada hari pertama sampai hari ketiga

post partum. Kebutuhan ini akan terpenuhi apabila ibu


128

mengalami makanan yang mengandung serta tinggi dan cukup

cairan.

2.3.6.4 Kebersihan diri/ perineum

Bidan harus memberikan motivasi kepada ibu tentang

personal hygiene secara mandiri karena ibu post partum masih

belum cukup kooperatif untuk membersihkan dirinya. Pada

masa nifas yang berlangsung 40 hari, kebersihan vagina perlu

mendapatkan perhatian lebih. Vagina merupakan tempat jalan

lahir janin saat proses persalinan. Kebersihan vagina yang

tidak baik pada masa nifas akan menyebabkan infeksi yang

dapat meluas sampai dengan rahim.

2.3.6.5 Istirahat

Keluarga disarankan untuk memberikan kesempatan

kepada ibu untuk beristrahat yang cukup sebagai persiapan

untuk menyusui bayinya. Kebutuhan istirahat sangat

diperlukan untuk beberapa jam setelah melahirkan akibat

proses persalinan yang panjang dan melelahkan. Kebutuhan

istirahat rata-rata orang dewasa 7-8 jam per 24 jam. Pada masa

nifas, apabila kurang istirahat akan mengakibatkan :

a. Berkurangnya produksi ASI.

b. Memperlambat proses involusi uterus dan meningkatkan

perdarahan.
129

c. Menyebabkan depresi dan ketidaknyamanan dalam merawat

bayi dan dirinya.


130

2.3.6.6 Seksual

Ibu post partum boleh melakukan hubungan seksual

ketika sudah tidak keluar darah dan tidak nyeri apabila

dimasukkan 1 jari kedalam lubang vagina. Batasan waktu

untuk boleh melakukan hubungan seksual yaitu setelah 6

minggu pascapersalinan. Ini didasarkan bahwa selama 6

minggu pascapersalinan luka episiotomi, bekas SC telah

sembuh dengan baik. Dan biasanya wanita setelah melahirkan

kurang bergairah karena hormon pada wanita tersebut di

program ulang untuk menyusui dan mengasuh bayi.

2.3.6.7 Senam nifas

Untuk memulihkan otot-otot setelah bersalin, maka

diperlukan seawal mungkin untuk senam nifas dengan kriteria

ibu dalam keadaan normal. Dan senam nifas yang dilakukan

secara bertahap akan membuahkan hasil yang maksimal.

Senam nifas pada ibu bersalin normal dan SC tentu berbeda.

Pada ibu bersalin normal dapat langsung dilakukan pada

keadaan yang cukup baik, sedangkan untuk ibu dengan SC

latihan pertama yaitu pernapasan, yang dilakukan untuk

penyembuhan luka operasi. Dibawah ini manfaat senam nifas

adalah :

a. Memperbaiki sirkulasi darah sehingga mencegah terjadinya

embekuan darah pada tungkai.


131

b. Menguatkan otot-otot punggung dengan memperbaiki sikap

tubuh.

c. Memperbaiki tonus otot pelvis.

d. Memperbaiki regangan otot tungkai bawah.

e. Memperbaiki otot abdomen setelah hamil dan bersalin.

f. Meningkatkan kesadaran untuk melakukan relaksasi otot-

otot dasar panggul.

g. Mempercepat proses involusi organ reproduksi.

2.3.7 Kunjungan Nifas

Menerut (Permenkes 97, 2014) kunjungan pada ibu nifas yaitu :

a) 1 (satu) kali pada enam jam sampai tiga hari pascapersalinan

b) 1 (satu) kali pada empat hari sampai dengan dua puluh delapan

hari pascapersalinan

c) 1 (satu) kali pada dua puluh sembilan hari sampai dengan empat

puluh dua hari pascapersalinan


132

3.5.7 Managemen Kebidanan Varney Pada Masa Nifas

I. Pengkajian

A. Data Subyektif

1. Keluhan Utama

Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan

masa nifas, misalnya pasien merasa mules-mules atau meriang

disebabkan oleh kontraksi rahim, nyeri pada luka jahitan perineum

dan nyeri saat BAK, payudara terasa penuh (Nurul Jannah, 2011).

2. Riwayat KB

Untuk mengetahui apakah ibu pernah mengikuti KB, jenis KB

yang digunakan, berapa lama, apakah ada keluhan dan rencana

KB yang akan datang (Sulistyawati, 2010).

3. Pola Kebiasaan sehari-hari

Sangat penting ditanyakan untuk mengetahui pola nutrisi

eliminasi, istirahat, aktivitas, personal hygiene, rekreasi, dan

kebiasaan yang dilakukan oleh ibu selama dirumah.

a. Pola nutrisi : pola menu makanan yang

dikonsumsi, jumlah, jenis

makanan, frekuensi

b. Pola istirahat dan tidur : lamanya, rasa tidak yang yang

mengganggu istirahat.

c. Pola eliminasi : apakah terjadi dieresis, apakah

perlu bantuan saat BAK. Pola


133

BAB, frekuensi, konsistensi, rasa

takut BAB karena luka perineum.

d. Personal hygiene : pola mandi, penggunaan

pembalut dan kebersihan

genetalia.

e. Aktifitas : kemampuan mobilisasi beberapa

saat setelah

melahirkan,kemampuan merawat

diri dan melaksanakaneliminasi,

kemampuan untuk

menyusui.(Taufan, 2014)

4. Riwayat Psikososial dan budaya

a. Psikologi

Keadaan psikologis ibu dapatberpengaruh terhadap kehamilan

terutama kondisi janin ibu

b. Sosial

Kondisi sosial disekitar ibu perlu dikaji untuk mengetahui

ibu tinggal bersama siapa. Bagaimana hubungan ibu

dengan keluarga serta hubungan ibu dengan masyarakat

sekitar.

c. Budaya

Budaya, kebiasaan dan tradisi yang dilakukan oleh ibu dan

keluarga berhubungan dengan kepercayaan, kebiasaan berobat


134

dan semua yang berhubungan dengan kondisi kesehatan ibu.(

Tufan Nugroho, 2014).

B. Data Obyektif

a. Pemeriksaan fisik

a. Inspeksi

Wajah : pada ibu nifas wajah tidak oedema, tidak

pucat.

R/ Odema pada wajah juga dapat di curigai

preeklamsi, tetapi untuk memastikan diagnosa

tersebut di lakukan pemeriksaan penunjang

seperti pemeriksaan laboratorium

Mata : pada ibu nifas sklera putih, konjungtiva merah

muda.

R/ Conjungtiva yang pucat dapat di

identifikasikan bahwa ibu menderita anemia.

Dada : payudara simetris hiperpigmentasi areola

mamae, puting susu menonjol, pengeluaran

colostrum

R/ jika putting susu tenggelam bisa

mempengaruhi pengeluaran ASI

Abdomen : tampak strie livida, tampak linea nigra


135

R/ Disebabkan pembesaran rahim yang

menimbulkan peregangan dan menyebabkan

robeknya serabut elastis dibawah kulit.

Genetalia : genetalia tampak bersih, nifas hari 1-3 (lochea

rubra) nifas minggu pertama-minggu kedua

(lochea sanguilenta), nifas setelah minggu

kedua-minggu keempat (lochea serosa), nifas

setelah minggu-sampai minggu keenam

(lochea alba)

R/ bila lochea menetap pada awal periode

postpartum sekunder yang mungkin

disebabkan oleh tertinggalnya sisa/selaput

plasenta.

Anus : normalnya anus tidak tampak

hemoroid.(hindari konstipasi, makan makanan

yang berserat).

Ekstremitas

Atas : tampak simetris, pergerakan bebas, tidak

oedema.

Bawah : tampak simetris, pergerakan bebas, tidak

oedema.
136

R/ Edema pada kaki timbul akibat sirkulasi

vena danpeningkatan tekanan vena pada

ekstermitas bagian bawah.

b. Palpasi

Dada : payudara mengeluarkan ASI yang lancar

Abdomen :TFU setelah 2 jam post partum 2 jari di bawah

pusat, 12jam kemudian kembali 1cm di atas

pusat dan menurun kira-kira 1cm setiap hari.

Pada hari kedua setelah persalinan tinggi

fundus uteri pada hari 3-4 tinggi fundus uteri 2

cm di bawah pusat. Pada hari ke 5-7 tinggi

fundus uteri setengah pusat simpisis. Pada hari

ke 10 fundus uteri tidak teraba

R/ Bila uterus tidak mengalami atau terjadi

kegagalan dalam proses involusi di sebut

dengan sub involusi.

c. Perkusi : reflek patella ada (+/+)

Ekstrimitas bawah : Respon reflek patela harus

ada (++) Jika reflek patela negatif

kemungkinan ibu mengalami kekurangan

vitamin B1 dan juga menunjukkan ada

masalah di saraf tulang belakang pasien atau

tulang perifer, reflek patella (+) menunjukkan


137

sistem saraf di daerah ekstermitas bawah itu

mengalami hipoaktif, reflek patella (+++/+++)

menunjukkan sistem saraf di daerah

ekstermitas bawah mengalami hiperaktif, jika

ditemukan keadaan seperti itu maka harus

segera dikonsulkan kepada dokter.

R/ Reflek patela dapat mengidentifikasi bahwa

ibu mengalami defisiensi vitamin B1, serata

penurunan vitamin B1, memungkinkan ibu

mengalami westpaal yaitu menunjukkan

bahwa ada masalah di saraf tulang belakang

ibu / saraf perifer.

II. Identifikasi diagnosa masalah

Dx : P….. Ab…. dengan Post Partum fisiologis

Ds : Data yang diperoleh melalui anamnesa

Do :

Tekanan darah : normal (110/70-130-90 mmHg)

Nadi : normal (60-90 kali/ menit)

Suhu : normal (36,5-37,2 oC)

Pernafasan : normal (16-24 kali/menit )

Abdomen : Ada nyeri tekan atau tidak,ada

benjolan abnormal atau tidak, involusi uterus baik atau

tidak (keras atau lunak).


138

TFU : normalnya 2 jari bawah Pusat.

Genetalia : pengeluaran lochea rubra.

III. Merumuskan diagnosa dan masalah potensial

Langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosa yang sudah

diidentifikasi, oleh karena itu membutuhkan antisipasi

pencegahan serta pengawasan pada ibu nifas.

IV. Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan segera

Dalam pelaksanaan bidan kadang dihadapkan pada beberapa

situasi yang darurat dimana harus segera melakukan tindakan

untuk menyelamatkan pasien, kadang juga berada pada situasi

dimana pasien memerlukan tindakan segera sementara harus

menunggu instruksi dokter atau bahkan mungkin situasi yang

memerlukan konsultasi dengan tim kesehatan lain. Oleh karena

itu, bidan sangat dituntut kemampuannya untuk selalu

melakukan evaluasi keadaan pasien agar asuhan yang diberikan

aman dan tepat (Sulistyawati, 2012).

V. Intervensi

- Anjurkan ibu menjaga personal hygiene dengan cara

membersihkan daerah genetalia sebelum dan sesudah BAK/BAB

dengan menggunakan sabun dan dibilas dengan air bersih serta

mengganti pembalut.

R/ memberi rasa nyaman dan dapat mencegah infeksi


139

- Ajarkan mobilisasi secara bertahap seperti miring kiri-miring

kanan

R/ mencegah terjadinya trombosis dan emboli, serta dapat

membantu proses involusi uterus

- Anjurkan ibu banyak istirahat

R/ dengan istirahat otot akan relaksasi dan dapat memperlancar

peredaran darah

- Anjurkan ibu makan makanan yang bergizi

R/ meningkatkan daya tahan tubuh dan membantu proses

penyembuhan

- Ajarkan klien cara perawatan payudara.

R/ memperlancar pengeluaran ASI

VI. Implementasi

Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti pada

intervensi yang dilaksanakan secara aman dan efisien. Realisasi

dari perencanaan sebagian dilakukan oleh bidan, pasien, dan

anggota keluarga yang lain. Jika bidan melakukan sendiri,

berarti bidan memikul tanggung jawab sendiri atas pelaksanaan

yang dilakukan. Disaat situasi membutuhkan kolaborasi dengan

dokter kepada psien yang mengalami komplikasi (Sulistyawati,

2012).

VII. Evaluasi
140

Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan yang kita

berikan kepada pasien (Sulistyawati, 2012).

2.4 Konsep Bayi Baru Lahir

2.4.1 Definisi Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia

kehamilan 37- 42 minggu dan berat badannya 2500-4000 gram (Vivian,

2011) .

Bayi baru lahir normal adalah bayi dengan berat lahir antara2500

– 4000gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada

kelainan kongenital(cacat bawaan) yang berat(Dr. Lyndon Saputra,

2014).

2.4.2 Ciri-ciri Bayi Baru Lahir

1. Lahir aterm antara 37 –42 minggu.

2. Berat badan 2.500 – 4.000 gram

3. Panjang badan 48 – 52 cm.

4. Lingkar dada 30 – 38 cm.

5. Lingkar kepala 33 – 35 cm

6. Lingkar lengan 11 – 12 cm.

7. Frekuensi denyut jantung 120 – 160 x/menit.

8. Pernafasan ± 40 – 60 x/menit.

9. Kulit kemerah – merahan dan licin karena jaringan subcutan yang

cukup.
141

10. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah

sempurna.

11. Kuku agak panjang dan lemas.

12. Nilai APGAR > 7

13. Gerak aktif.

14. Bayi lahir langsung menangis kuat.

15. Releks rooting (mencari putting susu dengan rangsangan taktil pada

pipi dan daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik.

16. Refleks sucking (isap dan menelan ) sudah terbentuk dengan baik.

17. Reflex morro (gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah terbentuk

dengan baik.

18. Reflex grasping (menggenggam) sudah baik.

19. Genetalia :

a. Pada laki – laki kematangan ditandai dengan testis yang berada

pada skrotum dan penis yang berlubang.

b. Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uretra

yang berlubang, serta adanya labio minora dan mayora.

20. Eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya mekonium dalam

24 jam pertama dan berwarna hitam kecoklatan (Vivian, 2011).

2.4.3 Perubahan-perubahan yang terjadi setelah kelahiran

1. Perubahan Metabolisme Karbohidrat

Dalam waktu 2 jam setelah lahir kadar gula darah tali pusat akan

menurun, energi tambahan yang di perlukan neonatus pada jam-jam


142

pertama sesudah lahir di ambil dari hasil metabolisme asam lemak

sehingga kadar gula dapat mencapai 120 mg/100. Bila ada gangguan

metabolisme akan lemah.

2. Perubahan Suhu Tubuh

Ketika bayi lahir, bayi berasa pada suhu lingkungan yang lebih

rendah dari suhu di dalam rahim. Apabila bayi di biarkan dalam

suhu kamar maka akan kehilangan panas mil konveksi. Evaporasi

sebanyak 200 kal/kg/BB/menit. Sedangkan produksi yang di

hasilkan tubuh bayi hanya 1/100 nya.

3. Perubahan Pernafasan

Pernafasan pertama pada bayi normal dalam waktu 30 detik, sesudah

kelahiran. Tekanan rongga dada bayi pada waktu melalui jalan lahir

pervaginam mengakibatkan bahwa paru-paru yang ada pada janin

normal cukup bulan mengandung 80 - 100 menit/cairan. Kehilangan

1/3 cairan ini sesudah bayi lahir cairan yang hilang diganti dengan

udara paru-paru berkembang sehingga rongga dada kembali pada

bentuk semula.

4. Perubahan Sirkulasi

Dengan berkembangnya paru-paru oksigen didalam alveoli

meningkat, sebaliknya tekanan karbondioksida menurun. Hal ini

mengakibatkan menurunnya resistensi pembuluh-pembuluh darah

paru sehingga aliran darah ke alat tersebut meningkat. Ini

menyebabkan darah dari arteri pulmonalis mengalir ke paru-paru dan


143

ductus arteriorvus menutup. Dengan menciutnya arteri dan vena

umbilakalis dan kemudian dipotongnya tali pusat, aliran darah dari

plasenta melalui vena kofa inferior dan foramen ovale ke atrium kiri

berhenti. Sirkulasi janin sekarang berubah menjadi sirkulasi bayi

yang hidup di luar badan Ibu.

2.4.4 Adaptasi Fisiologi Pada Bayi Baru Lahir

1. Perubahan system pernafasan

Dua faktor yang berperan dalam rangsangan nafas pertama bayi

adalah

a. Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan

luar rahim yang merangsang pusat pernafasan di otak

b. Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi

paru-paru secara mekanis.

Interaksi antara system pernafasan, kardiovaskuler dan suusnan

saraf

pusat menimbulkan pernafasan yang teratur dan

berkesinambungan.

Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk :

a. Megeluarkan cairan dalam paru-paru

b. Mengembalikan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali.

Bayi cukup bulan, mempunyai cairan didalam paru-parunya. Pada

saat bayi melewati jalan lahir selama persalinan, sekitar sepertiga

cairan ini dikeluarkan dari paru-paru. Seorang bayi yang dilahirkan


144

melalui Secsio Sesaria kehilangan keuntungan dari kompresi

rongga dada ini dan dapat menderita paru-paru basah dalam jangka

waktu yang lama. Dengan beberapa kali tarikan nafas pertama,

udara memenuhi ruangan trakea dan bronkus bayi baru lahir.

Dengan sisa cairan didalam paru-paru dikeluarkan dari paru dan

diserap oleh pembuluh limfe dan darah. Semua alveolus paru-paru

akan berkembang terisi udara dengan perjalanan waktu(Johariyah,

2012)

2. Perubahan system sirkulasi

Setelah lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru untuk

mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna

mnegantarkan oksigen ke jaringan (Johariyah, 2012).

3. Perubahan sistem termoregulasi

Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh mereka, sehingga

akan mengalami stres dengan adanya perubahan lingkungan. Pada

saat bayi meninggalkan ruangan rahim ibu yang hangat, bayi

tersebut kemudian masuk ke dalam lingkungan di luar rahim yang

jauh lebih dingin. Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban

menguap lewat kulit. Jika seorang bayi kedinginan, akan mulai

mengalami hipotermi, hipoksia, dan asidosis. Oleh karena itu,

upaya pencegahan kehilangan panas merupakan prioritas utama

dan bidan berkewajiban untuk meminimalkan kehilangan panas

pada bayi baru lahir. Disebut hipotermi bila suhu bayi


145

turundibawah 36 derajat Co. Berikut ini adalah mekanisme

kehilangan panas :

a. Radiasi : yaitu panas tubuh bayi memancar ke lingkungan

sekitar bayi yang lebih dingan.

b. Evaporasi : yaitu cairan atau air ketuban yang membasahi

kulit bayi menguap

c. Konduksi : yaitu pindahnya panas tubuh bayi karena kulit

bayi langsung kontak dengan permukaan yang

lebih dingin

d. Konveksi : yaitu hilangnya panas tubuh bayi karena aliran

udara sekeliling bayi

(Johariyah, 2012)
146

4. Perubahan system metabolisme

Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah

tertentu. Dengan tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada

saat bayi baru lahir, seorang bayi harus mulai

mempertahankankadar glukosa darahnya sendiri. Pada setiap bayi

baru lahir, glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1 sampai 2

jam).(Johariyah, 2012)

5. Perubahan system gastrointestinal

Sebelum lahir, bayi akan menghisap dan menelan. Reflek gumoh

dan reflek batuk yang matang sudah terbentuk dengan baik pada

saat lahir. Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan

dan mencerna makanan (selain susu) masih terbatas. Hubungan

antara esophagus bawah dan lambung masih belum smepurna

sehingga mengakibatkan gumoh pada bayi baru lahir dan neonatus.

Kapasitas lambung sangat terbatas, kurang dari 30 cc untuk seorang

bayi baru lahir cukup bulan. Kapasitas lambung ini akan bertambah

secara lambat sejalan dengan tumbuhnya bayi baru lahir.

(Johariyah, 2012)

6. Perubahan system kekebalan tubuh

System imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga

menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi.

Sistem imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami

maupun yang didapat.


147

Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang

mencegah atau meminimalkan infeksi. Reaksi bayi baru lahir

terhadap infeksi masih lemah dan tidak memadai. Oleh karena

itu,pencegahan terhadap mikroba (seperti pada praktek persalinan

yang aman dan bersih serta menyusu ASI dini terutama kolostrum)

sangat penting .(Johariyah, 2012)

2.4.5 Penatalaksanaan Awal Bayi Baru Lahir

1. Menjaga agar suhu bayi tetap hangat

Bayi baru lahir tidak dapat mengatur temperaturnya sendiri secara

memadai, dan dapat dengan cepat kedinginan jika kehilangan panas

tidak segera dicegah. Bayi yang mengalami kehilangan panas

(hipotermi) berisiko tinggi untuk jatuh sakit dan meninggal. Bayi

prematur dan berat badan rendah sangat rentan terhadap terjadinya

hipotermia. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah kehilangan

panas adalah sebagai berikut:

a. Mengeringkan tubuh bayi secara seksama

b. Letakkan bayi agar terjadi kontak kulit ibu dan ke kulit bayi

c. Selimuti bayi serta pakaikan topi pada kepala bayi

d. Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya.

e. Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat

2. Pemberian ASI

Rangsangan isapan bayi pada putting susu ibu akan diteruskan oleh

serabut saraf ke hipofise anterior untuk mengeluarkan hormon


148

prolaktin. Hormon ini akan memicu payudara untuk menghasilkan

ASI. Semakin sering bayi menghisap puting susu akan semakin

banyak prolaktin dan ASI yang dikeluarkan. Posisi ibu saat

menyusui sangatlah menentukan keberhasilan pemberian ASI dan

mencegah lecet putting susu. Tanda posisi bayi menyusu dengan

baik :

a. Dagu menyentuh payudara ibu

b. Mulut terbuka lebar

c. Hidung bayi mendekati dan kadang-kadang menyentuh payudara

ibu

d. Mulut bayi mencangkup sebanyak mungkin areola (tidak hanya

putting saja).

e. Lidah bayi menopang putting dan areola bagian bawah

f. Bibir bawah bayi melengkung keluar

g. Bayi menghisap kuat dalam secara perlahan dan kadang-kadang

disertai dengan berhenti sesaat.

3. Pencegahan infeksi

Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi. Saat melakukan

penanganan bayi baru lahir, pastikan untuk melakukan tindakan

pencegahan infeksi sebagai berikut.

a. Cuci tangan terlebih dahulu sebelum maupun sesudah kontak

dengan bayi
149

b. Pakai sarung tangan bersih saat menangani bayi yang belum

dimandikan

c. Pastikan bahwa semua peralatan, termasuk klem, gunting dan

benang tali pusat telah didesinfeksi tingkat tinggi atau steril.

d. Pastikan bahwa semua pakaian, handuk, selimut serta kain yang

digunakan bayi telah dalam keadaan bersih.

4. Pencegahan infeksi mata

Tetes mata atau salep mata harus diberikan dalam waktu satu jam

pertama setelah kelahiran. Upaya profilaksis untuk gangguan pada

mata tidak akan efektif jika tidak diberikan pada satu jam pertama.

5. Pemberian vitamin K1

Semua bayi baru lahir harus mendapatkan vitamin K1 injeksi setelah

1 jam kontak kulit ibu dengan bayi dan bayi selesai menyusu.

Pemberian vitamin K1 injeksi ini bertujuan untuk mencegah

perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin K yang dapat dialami oleh

sebagian BBL.

6. Pemberian imunisasi

Imunisasi hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi hepatitis B

terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi. Imunisasi hepatitis

B pertama diberikan 1 jam setelah pemberian vitamin K1, atau pada

saat bayi berumur 2 jam(Ai Nurasiah, 2012)


150

Tabel 2.5 Jadwal Imunisasi

Umur Jenis Vaksin

0-7 hari Hepatitis B

1 bulan BCG dan Polio 1

2 bulan DPT 1 dan Polio 2

3 bulan DPT 2 dan Polio 3

4 bulan DPT 3 dan Polio 4

9 bulan Campak

(Kemenkes RI, 2013)

2.4.6 Kunjungan Neonatus ( KN)

1. Kunjungan neonatus pertama (KN 1)

Kunjungan neonatus pertama dilakukan pada hari ke - 1 sampai hari

ke – 7 setelah kelahiran. Kunjungan dimulai dengan wawancara

singkat dengan ibu atau ayah, tentang :

a. Riwayat maternal, riwayat kelahiran, dan perawatan neonatus

segera setelah lahir.

b. Observasi orang tua dan lakukan wawancara tentang

penyesuaian keluarga

c. Kaji riwayat interval bayi baru lahir, yaitu pemberian makan,

kewaspadaan, menangis, dan juga masalah pada usus, kantong

kemih, serta masalah lainnya.

d. Berikan penyuluhan dan pedoman antisipasi


151

e. Jadwalkan kunjungan dalam 6-8 minggu untuk imunisasi dan

check-up lebih lanjut.

Kemudian lakukan pemeriksaan fisik dan refleks bayi, yaitu sebagai

berikut :

a. Pemeriksaan fisik meliputi berat badan dan panjang badan, serta

ligkar kepala.

b. Rata-rata peningkatan berat badan bayi dalam tiga bulan

pertama adalah satu ons per hari.

c. Bayi yang disusui, peningkatan berat badannya kurang lebih

satu ons per hari. Selama 3-5 hari pertama, berat badan bayi akan

hilang 5-10 %. Penurunan berat badan tersebut harus dicapai

kembali pada hari ke – 10.

d. Tingkat kesadaran, bunyi pernafasan, dan irama jantung

e. Pemeriksaan refleks, bayi baru lahir mempunyai dua kategori

refleks yaitu sebagai berikut.

1) Proprioseptif adalah stimulus yang berasal dari dalam

organisme. Refleks ini dapat diperiksa setiap waktu, yang

termasuk dalam refleks ini adalah motorik kasar (refleks

moro).

2) Eksteroseptif adalah stimulus yang berasal dari luar

organisme. Refleks ini paling baik diuji ketika bayi tenang

dan tersadar karena stimulasi oleh sentuhan ringan. Refleks


152

ini meliputi refleks rooting, menggenggam, plantar, dan

abdomen superfisial.

2. Kunjungan Neonatus Kedua (KN 2)

Kunjungan kedua dilakukan pada hari ke – 8 sampai ke – 28 setelah

kelahiran. Dalam kunjungan kedua, yang dilakukan adalah menjelaskan

rangkaian imunisasi dan mengukur kembali berat badan dan panjang

badan. Selain pengkajian diatas, lakukan juga pengamatan apakah bayi

tergolong sehat atau tidak. (Yulifah,2014)

2.4.7 Asuhan Manajemen Varney pada Bayi Baru Lahir

I. Pengkajian

A. Data Subyektif

1. Biodata

a. Biodata Bayi

Nama bayi : Identitas bayi bahwa bayi tersebut adalah

benar-benar anak dari orang tuanya.

Jenis kelamin : Anak laki-laki cenderung lebih berat

dibandingkan anak perempuan, karena

jumlah tulang dan ototnya lebih banyak.

Akan tetapi jenis kelamin bagi anak 0-1

tahun belum menunjukan perbedaan

yang nyata karena system hormonalnya

belum tumbuh dengan baik


153

Tanggal lahir : Menentukan usia untuk dapat

mengetahui adanya penyimpangan atau

terlambat perkembangan dan

pertumbuhan

2. Keluhan Utama

Pada bayi baru lahir normal, tidak ada keluhan

3. Pola Kebiasaan Sehari-Hari

a. Nutrisi

Untuk mengetahui bagaimana pola nutrisi (normalnya

diberi ASI setiap 2 jam sekali

R/ Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam

jumlah tertentu. Dengan tindakan penjepitan tali pusat

dengan klem pada saat lahir seorang bayi harus mulai

mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada

setiap baru lahir, glukosa darah akan turun dalam waktu

cepat (1 sampai 2 jam).

b. Eliminasi

R/Pada masa neonatus, traktus digetivus mengandung zat-

zat yang berwarna hitam kehijauan yang disebut meconium.

Pada masa neonatus saluran pencernaan mengeluarkan tinja

pertama biasanya dalam 24 jam pertama berupa meconium.

c. Istirahat

Sebagian besar waktunya digunakan untuk tidur)


154

R/ Dalam 2 minggu pertama setelah lahir, bayi normalnya

sering tidur, bayi baru lahir sampai usia 3 bulan rata-rata

tidur selama 16 jam sehari. Pola tidur bayi masih belum

teratur karena jam biologis yang belum matang

d. Aktivitas

normal bayi gerakannya aktif dan menangis kuat

R/ Tekanan terhadap rongga dada yang terjadi karena

kompresi paru-paru selama persalinan yang merangsang

masuknya udara ke dalam paru-paru secara mekanis. Upaya

pernapasan pertama seorang bayi berfungsi untuk:

mengeluarkan cairan dalam paru-paru dan mengembangkan

jaringan alveolus dalam paru-paru untuk pertama kali.

e. Personal hygiene

Mandi, ganti popok setiap kali basah dan kotor, perawatan

tali pusat dengan kasa kering dan bersih

R/ Terjadi proses kehilangan panas yaitu Konduksi,

Konduksi adalah pindahnya panas tubuh bayi karena kulit

bayi langsung kontak dengan permukaan yang lebih dingin,

misal : popok/celana basah tidak langsung diganti

4. Riwayat PreNatal, Intranatal, dan Postnatal

a. Prenatal

a) Pada trimester II dan III kebutuhan janin terhadap zat-

zat gizi semakin meningkat. Jika tidak terpenuhi,


155

plasenta akan kekurangan zat makanan sehingga akan

mengurangi kemampuannya dalam mensintesis zat-zat

yang dibutuhkan oleh janin. Akibatnya bayi risiko

BBLR yang bisa menyebabkan bayi risiko mengalami

gangguan tumbuh kembang, hipotermi, asfiksia, dan

kematian.

b) Ibu dengan penyakit jantung, hipertensi, preeklamsi,

diabetes, carcinoma risiko bayi mengalami reterdasi

pertumbuhan intrauterine (IUGR) janin, yang

menyebabkan bayi menjadi jauh lebih kecil dan lemah.

c) Kebiasaan ibu sebelum atau selama hamil yang buruk

seperti merokok, minum-minuman beralkohol, pecandu

obat dan pemenuhan nutrisi yang salah dapat

menyebabkan anomaly plasenta karena plasenta tidak

mendapat nutrisi yang cukup dari arteri plasenta.

b. Intranatal

Kompresi umbilicus dan lilitan tali pusat saat

persalinan akan mengakibatkan terganggunya aliran

darah dalam pembuluh darah umbilicus dan

menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin

sehingga risiko terjadi asfiksia neonatorum.

c. Postnatal
156

Bayi setelah lahir harus menangis kuat dan bergerak

aktif. Tekanan terhadap rongga dada yang terjadi

karena kompresi paru-paru selama persalinan yang

merangsang masuknya udara ke dalam paru-paru secara

mekanis. Upaya pernapasan pertama seorang bayi

berfungsi untuk: mengeluarkan cairan dalam paru-paru

dan mengembangkan jaringan alveolus dalam paru-

paru untuk pertama kali.

5. Riwayat Psikologi dan Budaya

a. Psikologi

Emosi akan menyebabkan produksi hormone adrenalin

meningkat. Akibatnya produksi hormone pertumbuhan

yang dihasilkan oleh kelenjar pituitary akan terhambat.

Pertumbuhan anak yang cenderung serius dengan emosi

yang labil akan terlambat dibandingkan dengan anak-anak

yang penuh keceriaan.

b. Sosial

Tubuh anak yang dibesarkan dalam kondisi sosial

ekonomi yang kurang, cenderung akan lebih kecil

dibandingkan dengan anak-anak yang kondisi sosial

ekonominya cukup terjamin

c. Budaya
157

Keyakinan dan pengetahuan ibu tentang budaya terutama

yang merugikan kesehatan seperti membubuhkan atau

mengoleskan ramuan, abu dapur dan sebagainya pada luka

tali pusat, risiko terjadi infeksi dan tetanus neonatorum.

B. Data Obyektif

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum : baik

Kesadaran : composmentis

Tanda-tanda vital:

Pernafasan : 40 – 60 x / menit

Suhu : 36,5 – 37,5oC

Nadi : 120 – 160 x/menit

2. Pemeriksaan Antropometri

PB ( panjang badan) : 48 – 52 cm

BB ( Berat Badan) : 2500 – 4000 gram

LIKA ( Lingkar kepala) : 33-38 cm

LILA (lingkar lengan atas): 10-11 cm

3. Pemeriksaan Fisik

a. Inspeksi

Kepala : tidak tampak benjolan abnormal, ubun- ubun

besar rata atau tidak menonjol

R/ bentuk kepala biasanya asimetris karena

penyesuaian pada saat proses persalinan.


158

Ensefalokel ditandai dengan adanya

penonjolan selaput otak yang berbentuk seperti

kantung yang disebabkan oleh kegagalan

penutupan tabung saraf selama perkembangan

janin. Hidrosefalus memiliki kelainan di

selaput otak yang dapat menyebabkan

meningkatnya tekanan intracranial dalam

tengkorak serta menyebabkan kepala menjadi

besar dan cacat mental bahkan dapat

menyebaban kematian

Wajah : Wajah simetris dan tidak tampak kelainan

wajah yang khas seperti sindrom down.

R/ Wajah asimetris bisa disebabkan karena

posisi bayi di intrauteri.

Mata : tidak ada sekret dan tidak ada strabismus

R/ Konjungtivitis yang disebabkan oleh

gonokokus ditandai dengan adanya sekret

pada mata. Strabismus yaitu koordinasi mata

yang belum sempurna

Hidung : tidak ada pernapasan cuping hidung

R/ cuping hidung mengembang menandai

adanya gangguan pernapasan


159

Mulut : bibir lembab, tidak ada labioskizis atau

labiopalatoskiziz.

R/ cacat terbentuk pada trimester pertama

kehamilan, prosesnya karena tidak

terbentuknya mesoderm pada daerah tersebut

sehingga bagian yang telah menyatu pecah

kembali

Leher : tidak tampak pembesaran kelenjar tyroid,

tidak tampak vena jugularis, dan tidak tampak

kelenjar limfe.

R/ Hipertiroidisme terjadi karena kelenjar

tiroid yang terlalu aktif. Pada bayi baru lahir,

penyebab dari hipertiroidisme yang paling

sering ditemukan adalah penyakit graves

neonatorum. Penyakit graves adalah suatu

penyakit autoimun di mana tubuh

menghasilkan antibodi yang merangsang

kelenjar tyroid

Dada : simetris, tidak tampak retraksi dada.

R/ Pernapasan yang normal dinding dada dan

abdomen bergerak secara bersamaan.

Abdomen : tidak tampak benjolan abnormal, tali pusat

masih basah, dan masih terbungkus kasa steril.


160

R/ Pernapasan yang normal dinding dada dan

abdomen bergerak secara bersamaan.

Omfalokel adalah penonjolan dari usus atau isi

perut lainnya melalui akar pusar yang hanya

dilapisi oleh peritoneum (selaput perut) dan

tidak dilapisi oleh kulit.

Genetalia :

perempuan : labia mayora sudah menutupi labia minora.

R/ Pembentukan organ yang belum

sempurna

laki-laki : testis sudah turun di skrotumFimosis adalah

suatu keadaan dimana kulit penis melekat

pada bagian glans peniss dan

mengakibatkan tersumbatnya lubang

saluran air seni sehingga bayi kesulitan dan

kesakitan saat berkemih

Ekstremitas :

atas : pergerakan aktif, tidak ada sindaktil atau

polidaktil, kuku tidak pucat.

Bawah : pergerakan aktif, tidak ada sindaktil atau

polidaktil, kuku tidak pucat

R/ polidaktili atau jumlah jari lebih dari

normal dan sindaktili atau jumlah jari kurang


161

dari normal yang disebabkan karena kelainan

genetik.
162

b. Palpasi

Kepala : tidak teraba benjolan abnormal.

R/ Sefal hematoma adalah pembengkakan pada

kepala karena penumpukan darah yang

disebabkan oleh tekanan jalan lahir yang terlalu

lama pada kepala, hilang dalam beberapa

minggu. Caput suksedaneum adalah edema kulit

kepala yang ditemukan pada bagian presentasi

kepala bayi dan sering melebar melebihi garis

sutura, edema terasa lembut dan lunak, berisi

serum dan kadang bercampur dengan darah,

menghilang dalam waktu 2-3 hari

Leher : tidak teraba pembesaran kelenjar tyroid, vena

jugularis, dan kelenjar limfe.

R/ Hipertiroidisme terjadi karena kelenjar tiroid

yang terlalu aktif. Pada bayi baru lahir,

penyebab dari hipertiroidisme yang paling

sering ditemukan adalah penyakit graves

neonatorum. Penyakit graves adalah suatu

penyakit autoimun di mana tubuh menghasilkan

antibodi yang merangsang kelenjar tiroid

Abdomen : tidak teraba benjolan anormal, tidak ada

pembesaran hepar.
163

c. Reflek Moro :+

R/ reflek moro (-) disebabkan karena trauma pada

fleksus brakhialis yang terjadi karena peregangan

berlebihan fleksus brakhialis salah satunya akibat

tarikan kuat di daerah leher pada saat melahirkan

bahu bayi.

Rooting :+

Reflek menelan :+

Reflek menggenggam : +

Reflek menghisap :+

Babynsky :+

R/ Reflek atau gerakan naluriah yang menunjukan hasil

negatif menandakan adanya ketidaknormalan system syaraf

pusat atau pada bayi lahir premature dimana belum

sempurnanya pembentukan dan pematangan organ tubuh.

II. Identifikasi Diagnosa/Masalah

Dx : By. Ny. “... “ Umur … hari dengan Bayi Baru Lahir

Normal

Ds : bayi lahir tanggal. . . jam . . . dengan . .

Do :

Keadaan umum : baik

Kesadaran : composmentis

PB : 48 – 52 x/menit
164

BBL : 2500 – 4000 gram


165

Tanda-tanda vital :

Pernafasan : 40 – 60 x / menit

Suhu : 36,5 – 37,5oC

Nadi : 120 – 160 x/menit

III. Antisipasi Masalah Potensial

Masalah / diagnosa potensial apa saja yang mungkin terjadi.

Identifikasi diagnosa yang diambil yang didukung oleh data

subyektif dan obyektif.

IV. Identifikasi Kebutuhan Segera

Menentukan tindakan apa yang harus segera diambil yang

didukung oleh data subyektif dan obyektif dalam keadaan

emergency.

V. Intervensi

Dx : By. Ny. “…“ Umur ...hari dengan Bayi Baru Lahir

Normal

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada bayi baru

lahir diharapkan tidak terjadi komplikasi.

Kriteria hasil :

Keadaan umum : baik

Pernafasan : 40 – 60 x / menit

Suhu : 36,5 – 37,5oC

Nadi : 120 – 160 x/menit

Intervensi :
166

1. Beri identitas bayi

R/ Cara yang tepat untuk menghindari kekeliruan.

2. Bungkus bayi dengan kain yang bersih dan kering

R/ Hipotermia pada bayi baru lahir timbul karena penurunan

suhu tubuh yang dapat terjadi melalui :

a) Radiasi

b) Evaporasi

c) Konduksi

d) Konveksi

3. Rawat tali pusat dengan cara membungkus dengan kassa.

R/ Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang,

sehingga menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai

infeksi dan alergi.

4. Berikan suntikan injeksi vit. K1 secara IM

R/ Perdarahan di bawah aponeorosis yang disebabkan oleh

pecahnya vena emissaria yang menghubungkan vena pada

kulit kepala dengan sinus-sinus dalam tengkorak. Perdarahan

ini muncul pada saat lahir dan bertambah jelas dalam 24 jam

yang disebabkan karena defisiensi vit. K1.

5. Berikan bayi salep mata tetrasiklin 1%.

R/ Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang,

sehingga menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai

infeksi dan alergi


167

6. Berikan suntikan imunisasi HB 0 1 jam setelah pemberian vit.

K1.

R/ Bila sejak lahir talah terinfeksi virus hepatitis B, dapat

menyebabkan kelainan yang di bawa hingga dewasa yaitu

dapat menyebabkan kerusaknan sel hati yang berat bahkan bisa

mengakibatkan kanker hati

7. Anjurkan ibu untuk mengganti popok bayi setiap setelah

BAB/BAK.

R/ Hipotermia pada bayi baru lahir timbul karena penurunan

suhu tubuh yang dapat terjadi melalui :

a) Radiasi

b) Evaporasi

c) Konduksi

d) Konveksi

8. Anjurkan ibu untuk memberi ASI setiap 2 jam sekali

R/ Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam

jumlah tertentu. Dengan tindakan penjepitan tali pusat dengan

klem pada saat lahir seorang bayi harus mulai

mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada setiap

baru lahir, glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1

sampai 2 jam).

VI. Implementasi
168

Dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah di buat. Rencana

menyeluruh seperti yang diuraikan diatas secara efisien dan aman

VII. Evaluasi

Dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keefektifan dan

keberhasilan dari asuhan kebidanan yang telah diberikan dengan

mengacu pada kriteria hasil

(Sondakh, 2013)

2.5 Konsep Keluarga Berencana

2.5.1 Definisi Keluarga Berencana

Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan

dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan

sel sperma yang mengakibatkan kehamilan.Tujuan dari

kontrasepsiadalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai

akibat pertemuan sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut

(Vivian, 2011).

2.5.2 Tujuan Program KB

2.5.2.1. Tujuan Umum : Membentuk keluarga kecil sesuai dengan

kekuatan social ekonomi suatu keluarga, dengan cara

pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga

bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan

hidupnya.

2.5.2.2. Tujuan lain : Meliputi pengaturan kelahiran, pendewasaan usia

perkawinan, peningkatan ketahanan dan kesejahtraan keluarga.


169

2.5.3 Macam macam alat kontrasepsi

2.5.3.1 Kontrasepsi pascasalin

1. KB Pasca Persalinan yaitu penggunaan metode kontrasepsi

pada masa nifas sampai dengan 42 hari setelah melahirkan.

2. Tujuan pelayanan KB Pasca Persalinan adalah untuk

mengatur jarak kelahiran, jarak kehamilan, dan menghindari

kehamilan yang tidak diinginkan, sehingga setiap keluarga

dapat merencanakan kehamilan yang aman dan sehat. Hal

ini didukung juga oleh Hasil Kajian Health Technology

Assesment (HTA) Indonesia, tahun 2009.

3. KB pada periode menyusui dengan rekomendasi sebagai

berikut :

a. Metode kontrasepsi progestin tidak mengganggu volume

dan kandungan nutrisi Air Susu Ibu.

b. Kontrasepsi pil progestin (progestin-only minipills) dapat

mulai diberikan dalam 6 minggu pertama pasca

persalinan. Namun, bagi wanita yang mengalami

keterbatasan akses terhadap pelayanan kesehatan, minipil

dapat segera digunakan dalam beberapa hari (setelah 3

hari) pasca persalinan.

c. Kontrasepsi suntikan progestin/ Depo Medroxy

Progesteron Acetat (DMPA) pada minggu pertama (7

hari) atau minggu keenam (42 hari) pasca persalinan.


170

Penggunaan DMPA jangka panjang ( >2 tahun) terbukti

menurunkan densitas mineral tulang sebesar 5-10%

pertahun. Namun, WHO merekomendasikan tidak

adanya pembatasan lama penggunaan DMPA bagi

wanita usia 18- 45 tahun.

d. Kontrasepsi implan merupakan pilihan bagi wanita

menyusui dan aman digunakan selama masa laktasi,

minimal 4 minggu pasca persalinan.

e. AKDR pasca plasenta aman dan efektif, tetapi tingkat

ekspulsinya lebih tinggi dibandingkan ekspulsi ≥ 4

minggu pasca persalinan. Ekspulsi dapat diturunkan

dengan cara melakukan insersi AKDR dalam 10 menit

setelah ekspulsi plasenta, memastikan insersi mencapai

fundus uterus, dan dikerjakan oleh tenaga medis dan

paramedis yang terlatih dan berpengalaman. Jika 48 jam

pasca persalinan telah lewat, insersi AKDR ditunda

sampai 4 minggu atau lebih pasca persalinan.

f. AKDR 4 minggu pasca persalinan aman dengan

menggunakan AKDR copper T, sedangkan jenis non

copper memerlukan penundaan sampai 6 minggu pasca

persalinan.

g. Metode Amenorea Laktasi (MAL) efektif mencegah

kehamilan pada wanita menyusui pasca persalinan yang


171

memenuhi kriteria sebagai berikut: amenorea, pemberian

ASI ekslusif, proteksi terbatas pada 6 bulan pertama.

MAL dapat dipertimbangkan penggunaannya pada

daerah dengan keterbatasan akses terhadap kontrasepsi

(PERMENKES, 2014)

2.5.3.2 Kontrasepsi pasca keguguran

Pelayanan kontrasepsi pasca keguguran mencakup hal-hal

berikut ini:

1) konseling tentang konrasepsi

2) Jaminan tersedianya paskukan

3) Akses terhadap asuhan lanjutan

4) Infromasi tentang perlindungan IMS

Kontrasepsi pasca keguguran perlu dimulai segera karena

ovulasi dapat terjadi 11 hari sesudah terapi keguguran, saat

konseling disampaikan hal berikut:

1) klien dapat hamil lagi sebelum haid berikutnya datang

2) ada metode kontrasepsi yang aman: kontrasepsi bagi

sesudahkeguguran pada trisemester I sama dengan

kontraspesi pada masa interval; kontraspesi yang sesudah

keguguran trisemester II sama dengan yang dianjurkan

pada masa pasca persalinan

3) dimana dan bagaimana data memperoleh pelayanan

(PERMENKES, 2014)
172

2.5.3.3 Kontrasepsi darurat

Kontrasepsi darurat adalah kontrasepsi yang dapat

mencegah kehamilan bila digunakan segera setelah hubungan

seksual (sering disebut Kontrasepsi pasca senggama atau “

morning after pill” atau “morning after treatment”.

1. Indikasi :

a. Kesalahan dalam pemakaian kontrasepsi, seperti:

a) Kondom bocor

b) Diafragma pecah, robek atau diangkat terlalu cepat

c) Kegagalan senggama terputus

d) Salah hitung masa subur

e) AKDR ekspulsi

f) Lupa minum pil KB lebih dari 2 tablet atau 2 hari

g) Terlambat lebih dari 1 minggu untuk suntik KB

h) Terlambat lebih dari 1 minggu untuk suntik KB tiga

bulanan

i) Terlambat lebih dari 2 minggu untuk suntik KB tiga

bulanan

b. Perkosaan

c. Tidak mengggunakan kontrasepsi

2. Kontra Indikasi : Hamil

3. Efek samping : Mual, muntah, perdarahan/ bercak

4. Jenis, cara dan pemberian kontrasepsi darurat


173

2.5.4 Kategori Metode Kontrasepsi

1. Metode Amenorea Laktasi (MAL)

a. Profil:

1. MAL adalah kontrasepsi yang mengandalkan

pemberian ASI secara eksklusif, artinya hanya

diberikan ASI tanpa tambahan makanan ataupun

minuman apa pun lainnya.

2. MAL dapat dipakai sebagai kontrasepsi bila:

3. menyusui secara penuh (full breast feeding),

pemberiannya lebih dari 8 kali sehari, belum haid,

umur bayi kurang dari 6 bulan.

4. Efektif sampai 6 bulan

5. Harus dilanjutkan dengan pemakaian metode

kontrasepsi lainnya

b. Cara kerja: penundaan/penekanan ovulasi

c. Keuntungan/Manfaat:

Efektivitasnya tinggi, segera efektif, tidak mengganggu

senggama

d. Keterbatasan:

Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan, sulit

dilaksanakan karena kondisi sosial, efektivitas hanya

sampai kembalinya haid atau sampai dengan 6 bulan

2. Keluarga Berencana Alamiah (KBA)


174

a. Profil:

Efektif bila dipakai dengan tertib, Ibu harus belajar

mengetahui kapan masa suburnya barlangsung, pasangan

secara sukarela menghindari sanggama pada masa subur

Ibu

b. Keuntungan/Manfaat:

Tidak ada efek samping sistemik dan tanpa biaya

c. Keterbatasan:

Keefektifan tergantung dari kemauan dan disiplin

pasangan, perlu ada pelatihan (butuh pelatih/guru KBA,

bukan tenaga medis), perlu pencatatan setiap hari

Sanggama terputus

3. Sanggama terputus

a. Profil:

Metode KB tradisional, dimana pria mengeluarkan alat

kelamin (penis) nya dari vagina sebelum mencapai

ejakulasi
175

b. Cara kerja:

Alat kelamin (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi

sehingga sperma tidak masuk kedalam vagina sehingga

tidak ada pertemuan antara sperma dan ovum dan

kehamilan dapat dicegah

c. Keuntungan/Manfaat:

Efektif bila dilaksanakan dengan benar, dapat digunakan

sebagai pendukung metode KB lainnya dan dapat

digunakan setiap waktu

d. Keterbatasan:

Efektivitas sangat bergantung pada kesediaan pasangan

untuk melakukan sanggama terputus setiap

melaksanakannya, memutus kenikmatan dalam

berhubungan seksual

1. Metode barier

Kondom

a. Profil:

Merupakan selubung/sarung karet yang dapat terbuat

dari berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik

(vinil) atau bahan alami (produksi hewani) yang

dipasang pada penis saat hubungan seksual; terbuat dari

karet sintetis yang tipis, berbentuk silinder, dengan

muaranya berpinggir tebal, yang bila digulung berbentuk


176

rata atau atau mempunyai bentuk seperti putting susu.

Berbagai bahan telah ditambahkan pada kondom baik

untuk meningkatkan efektivitasnya (misalnya

penambahan spermisida) maupun sebagai aksesoris

aktivitas seksual.

1. Tipe kondom terdiri dari:

a. Kondom biasa

b.Kondom berkontur (bergerigi)

c. Kondom beraroma

d.Kondom tidak beraroma

2. Kondom untuk pria sudah cukup dikenal namun

kondom untuk wanita walaupun sudah ada, belum

populer dengan alasan ketidak nyamanan (berisik)

b. Cara kerja:

1. Menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel

telur dengan cara mengemas sperma di ujung

selubung karet yang dipasang pada penis sehingga

sperma tersebut tidak tercurah ke dalam saluran

reproduksi perempuan

2. Khusus untuk kondom yang terbuat dari lateks dan

vinil dapat mencegah penularan mikroorganisme

(IMS termasuk HBV dan HIV/AIDS) dari satu

pasangan kepada pasangan yang lain.


177
178

c. Keuntungan/Manfaat:

Murah dan dapat dibeli secara umum, tidak perlu

pemeriksaan kesehatan khusus, double protection (selain

mencegah kehamilan tetapi juga mencegah IMS

termasuk HIV-AIDS)

d. Keterbatasan:

Cara penggunaan sangat mempengaruhi keberhasilan

kontrasepsi, agak mengganggu hubungan seksual

(mengurangi sentuhan langsung), bisa menyebabkan

kesulitan untuk mempertahankan ereksi, malu

membelinya di tempat umum (Permenkes, 2014)

2. Suntikan Kombinasi

a. Profil:

1. 25 mg depo medroksiprogesteron asetat dam estradiol

sipionat (Cyclofem) disuntikkan IM dalam, sebulan

sekali

2. 50 mg noretindron anantat dan 5 mg estradiol

disuntikkan IM dalam, sebulan sekali

b. Cara kerja:

Menekan ovulasi; membuat lendir serviks menjadi kental

sehingga penetrasi sperma terganggu; atrofi

endometrium sehingga implantasi terganggu;

menghambat transportasi gamet oleh tuba


179

c. Waktu memulai:

1. Suntikan pertama diberikan dalam waktu 7 hari siklus

haid.

2. Pada ibu yang tidak haid, suntikan pertama dapat

diberikan setiap saat asal dipastikan ibu tidak hamil,

namun selama 7 hari setelah suntukan tidak boleh

melakukan hubungan seksual.

3. Pada ibu pasca persalinan 6 bulan, menyusui dan

belum haid, suntikan pertama dapat diberikan setiap

saat asal dipastikan tidak hamil

4. Pada ibu pascapersalinan > 6 bulan, menyusui dan

sudah mendapat haid, suntikan pertama dapat

diberikan pada siklus haid hari 1 sampai hari ke 7.

5. Pada ibu pasca persalinan 3 minggu dan tidak

menyusui, suntikan pertama dapat segera diberikan.

6. Pada ibu pascakeguguran suntikan dapat segera

diberikan atau dalam waktu 7 hari.

d. Keuntungan:

Tidak diperlukan pemeriksaan dalam dan tidak perlu

menyimpan obat suntik

e. Keterbatasan:
180

Harus kembali setiap 30 hari ke tenaga kesehatan,

kemungkinan keterlambatan pemulihan kesuburan

setelah penghentian pemakaian


181

3. Suntik Progestin

a. Profil

1. Metode kontrasepsi dengan menggunakan progestin,

yaitu bahan tiruan dari progesteron:

2. Tersedia dalam 2 jenis kemasan, yakni: 1) Depo

medroksiprogesteron asetat mengandung 150 mg

DMPA, diberikan setiap 3 bulan dengan suntikan

intramuskular di bokong; 2) Depo noretisteron

enantat mengandung 200 mg noretindron enantat,

diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik

intramuskular.

b. Waktu memulai:

1. Suntikan pertama diberikan dalam waktu 7 hari siklus

haid

2. Pada ibu yang tidak haid, suntikan pertama dapat

diberikan setiap saat asal dipastikan ibu tidak hamil,

namun selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh

melakukan hubungan seksual

3. Pada ibu menyusui: setelah 6 minggu pasca

persalinan, sementara pada ibu tidak menyusui dapat

menggunakan segera setelah persalinan.

c. Cara kerja
182

Mencegah ovulasi, mengentalkan lendir serviks sehingga

menurunkan kemampuan penetrasi sperma, menjadikan

selaput lendir rahim tipis dan atrofi dan menghambat

transportasi gamet oleh tuba.

d. Keuntungan

Tidak menekan produksi ASI, dapat digunakan oleh

perempuan usia > 35 tahun sampai perimenopause.

e. Keterbatasan:

Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan

kesehatan untuk suntikan ulang, tidak dapat dihentikan

sewaktu-waktu, lambat kembalinya kesuburan setelah

penghentian pemakaian, rata-rata 4 bulan

(PERMENKES, 2014)

4. Alat Kontrasepsi DalamRahim (AKDR)

Alat Kontrasepsi DalamRahim (AKDR)merupakan alat

kontrasepsi yang ditempatkan di dalam uterus. AKDR

dibuat dari plastik khusus yang di beri benang pada

ujungnya. Benang ini gunanya untuk pemeriksaan (kontrol).

Ada beberapa macam AKDR, antara lain lippes load

(bentuk seperti spiral), Cooper-T (bentuk seperti huruf Y

dan dililit tembaga), dan multi load (bentuk seperti pohon

kelapa atau kipas terbuka dan dililit tembaga) (dr. Lucky

Taufika, 2014)
183

1. Keuntungan AKDR

a. Praktis

b. Ekonomis

c. Aman

d. Mudah diperiksa (kontrol)

e. Efektif untuk proteksi jangka panjang.

f. Tidak mengganggu hubungan suami istri.

g. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.

h. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau

sesudah abortus.

i. Tidak ada interaksi dengan obat – obatan

2. Kerugian IUD

a. Perubahan siklus menstruasi (umumnya pada 3 bulan

pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan),

menstruasi lebih banyak, spotting, dan saat menstruasi

akan tersa lebih sakit.

b. Rasa nyeri atau mulas beberapa saat setelah

pemasangan.

c. Tidak mencegah IMS, HBV, dan HIV/AIDS.

d. Tidak baik digunakan pada wanita IMS atau wanita

yang sering berganti pasangan, karena penyakit

radang panggul sering terjadi setelah wanita IMS

memakai AKDR.
184

e. Prosedur medis termasuk pemeriksaan panggul

diperlukan dalam pemasangan AKDR, seringkali

wanita takut setelah pemasangan.

f. Klien tidak dapat melepas AKDR sendiri, karena

hanya petugas kesehatan terlatih yang dapat melepas

AKDR.

g. Wanita harus memeriksa posisi benang AKDR dari

waktu ke waktu. Untuk melakukannya, wanita harus

memasukkan jari kedalam vagina, sebagian besar

wanita tidak ingin melakukan hal ini.

3. Indikasi pengguna AKDR

1. Wanita usia reproduksi

2. Wanita nulipara atau yang sudah mempunyai anak

atau yang belum

3. Wanita yang menghendaki kontrasepsi jangka

panjang dan yang memiliki efektifitas tinggi

4. Wanita pascakeguguran dan pascamelahirkan

5. Wanita dengan resiko rendah terkena IMS

6. Wanita yang tidak suka mengiingat kapan waktu

meminum pil KB

7. Wanita yang gemuk maupun kurus

8. Wanita hipertensi
185

9. Penderita penyakit jantung, diabetes militus, dan

penyakit hati dan empedu

4. Kontraindikasi pengguna AKDR:

a. Wanita yang hamil atau di curugai hamil

b. Wanita yang mengalami perdarahan pervaginam yang

belum jelas penyebabnya

c. Wanita yang sedang menderita infeksi alat genetalia

(vaginitis, servisitis) dan wanita dengan kanker organ

genital

d. wanita dengan kelainan bawaan uterus yang abnormal

atau tumor jinak uterus yang dapat memengaruhi

kavum uteri

5. AKDR post-plasenta

adalah IUD yang dipasang dalam waktu 10 menit setelah

lepasnya plasenta pada persalinan pervaginam.

Pemasangan IUD post plasenta juga memiliki kerugian

yaitu angka ekspulsi masih tinggi. Hal ini disebabkan

karena pemasangan dilakukan pada saat kondisi rahin

masih besar, IUD dapat terdorong keluar sejalan dengan

proses pemulihan ukuran rahim ke bentuk semula.

5. Implant

Implant atau susuk KB adalah alat kontrasepsi yang terdiri

dari enam kapsul kecil berisi hormon lovonogestrel yang di


186

pasang di bawah kulit lengan atas bagian dalam. Implant di

pakai selama 6 tahun.

1. Keuntungan:

a. Daya guna tinggi

b. Perlindungan jangka panjang

c. Pengembalian tingkat kesuburan yang setelah

pencabutan

d. Tidak perlu dilakukan periksa dalam

e. Tidak mengganggu kegiatan senggama

f. Klien hanya perlu kembali ke pelayanan kesehatan

hanya jika merasa ada keluhan

g. Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan

2. Kerugian:

a. Sering di temukan gangguan menstruasi seperti

perdarahan yang banyak atau sedikit, perdarahan yang

tidak teratur, perdarahan bercak (spotting), atau tidak

terjadi menstruasi sama sekali

b. Nyeri kepala

c. Penurunan atau peningkatan berat badan

d. Nyeri payudara

e. Perasaan mual

f. Pening atau pusing kepala

g. Perubahan perasaan (mood) atau kegelisahan


187

h. Klien harus ke klinik pelayanan kesehatan jika

menginginkan pencabutan

i. Tidak menjamin pencegahan penularan penyakit

menular seksual, HBV, atau HIV/AIDS

3. Indikasi pengguna kontrasepsi implan

a. Wanita usia reproduksi

b. Wanita multipara atau yang sudah mempunyai anak

atau yang belummempunyai anak

c. Wanita yang menghendaki kontrasepsi jangka

panjang dan yang memiliki efektifitas tinggi

d. Wanita setelah keguguran dan setelah melahirkan,

yang menyusui atau yang tidak menyusui

e. Wanita yang tidak menginginkan anak lagi tetapi

menolak untuk sterilisasi

f. Wanita dengan tekanan darah kurang dari 180/110

mmHg

g. Wanita yang sering lupa meminum pil kontrasepsi

4. Kontraindikasi pengguna kontrasepsi implan

a. Wanita yang hamil atau di curugai hamil

b. Wanita yang mengalami perdarahan per vagina yang

belum jelas penyebabnya

c. Wanita yang tidak dapat menerima terjadinya

gangguan menstruasi atau amenorea


188

d. Wanita yang sedang menderita kanker payudara atau

mempunyai riwayat kanker payudara

e. Wanita hipertensi

f. Penderita penyakit jantung, diabetes millitus

6. Sterilisasi pada wanita

Sterilisasi pada wanita atau tubektomi merupakan metode

pengikatan dan pemotongan tuba faloppi agar ovum tidak

dapat dibuahi oleh sperma

1. Cara kerja tubektomi

Perjalanan ovum terhambat karena tuba faloppi tertutup

2. Keuntungan

a. permanen dan efektif

b. tidak mempengaruhi proses menyusui

c. pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan

anestesi lokal

d. dapat mencegah kehamilan lebih dari 99%

e. tidak ada efek samping jangka panjang dan tidak

mengganggu hubungan seksual

3. Kerugian

a. Ada kemungkinan mengalami risiko pembedahan

b. Rasa sakit/ketidaknyamanan jangka pendek setelah

tindakan

4. Indikasi
189

a. Wanita yang berusia lebih dari 26 tahun

b. Wanita dengan paritas lebih dari 2

c. Wanita yang yakin telah mempunyai besar keluarga

yang sesuai dengan kehendanya

d. Wanita yang akan memiliki resiko kesehatan yang

serius apabila ia harus hamil lagi

e. Wanita pasca persalinan dan pasca keguguran


190

2. Kontraindikasi

a. Wanita yang hamil atau di curugai hamil

b. Wanita penderita hipertensi

c. Wanita penderita diabetes

d. Wanita penderita penyakit jantung

e. Wanita penderita penyakit paru

f. Wanita yang mengalami perdarahan pervagina yang

belum terjelaskan (hingga harus dievaluasi)

g. Wanita yang memiliki infeksi sistemik atau infeksi

panggul yang akut (hingga masalah itu disembuhkan

atau dikontrol)

h. Wanita yang tidak boleh menjalani pembedahan

i. Wanita belummemberikan persetujuan tertulis

7. Sterilisasi pada pria

Sterilisasi pada pria atau vasektomi merupakan tindakan

pengikatan dan peomotongan vas deferens agar sperma

tidak keluar dari penis

1. Cara kerja vasektomi

Vas deferens tertutup sehingga tidak dapat menyalurkan

spermatozoa

2. Keuntungan

a. permanen dan efektif


191

b. tidak ada efek samping jangka panjang dan tidak

mengganggu hubungan seksual

c. dapat mencegah kehamilan lebih dari 99%

d. indakan bedah yang aman dan sederhana

e. tidak mengganggu hubungan seksual

2.5.5 Kebutuhan KB

Menurut buku panduan praktis pelayanan kontrasepsi (2012),

kebutuhan pada ibu yang ber-KB sangat mempengaruhi dalam

penggunaan kontrasepsi yang akan digunakan. Berikut kebutuhan yang

akan dibutuhkan klien :

1. Konseling, dalam melakukan konseling ada beberapa hal yang harus

dilakukan agar konseling dapat berjalan dengan lancar, yaitu :

a. Sapa dan salam kepada pasien secara terbuka dan sopan.

b. Tanyakan kepada klien informasi tentang dirinya.

c. Uraikan kepada klien mengenai pilihannya, dan beritahu pilihan

yangmungkin pilihan reproduksinya.

d. Bantu klien menemukan pilihannya.

e. Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi

pilihannya.

f. Menganjurkan untuk datang kembali kunjungan ulang setelah

penggunaan kontrasepsi.

2. Informed choice, hal ini lebih baik dalam menggunakan KB karena

merupaka suatu keadaan peserta/calon KB yang memilih kontrasepsi


192

didasari oleh pengetahuan yang cukup setelah mendapatkan

informasi yang lengkap.

3. Informed consent,calon akseptor harus mempunyai bukti persetujuan

dalam penggunaan kontrasepsi. Dengan demikian tenaga kesehatan

dan klien sudah sepakat dalam pemasangan alat kontrasepsi.

2.5.6 Asuhan Manajemen Varney pada Keluarga Berencana

I. Pengkajian

Tanggal : Dilakukan untuk mengetahui mulai pengkajian ke klien.

No Reg : Sebagai data pelengkap untuk membedakan klien satu

dengan yang lain

A. Data subyektif

2. Keluhan Utama

Alasan-alasan tertentu yang menyebabkan ibu ingin

menggunakan KB. Normalnya alasannya adalah ingin

menjarangkan kehamilan, mengatur jarak kelahiran, dan tidak

ingin hamil lagi.

3. Riwayat Kesehatan sekarang

Ditanyakan untuk mengetahui apakah selama masa nifas ibu

pernah mengalami penyakit-penyakit tertentu yang menjadi

kontraindikasi penggunaan KB tertentu, seperti:

4. penyakit hipertensi, diabetes militus, pandangan kabur, nyeri

kepala hebat, TBC, perdarahan yang belum jelas penyebabnya

merupakan kontraindikasi penggunaan kontrasepsi hormonal.


193

5. Penyakit menular seksual, radang panggul, endometritis dan

anemia yang merupakan kontraindikasi penggunaan KB IUD

dan tubektomi.

6. Pernah mengalami kecelakan yang menyebabkan lengan luka

yang menyebabkan lengan atas luka yang menyebabkan

kontraindikasi penggunaan KB implant.

7. Riwayat Haid

untuk mengetahui apakah ibu telah mendapatkan haid setelah

masa nifas, apabila ibu telah mendapatka haid maka harus

dipastikan apakah ibu tidak dalam kondisi hamil, karena

apabila ibu hamil maka hal tersebut merupakan kontraindikasi

penggunaan KB apapun. Dan juga untuk mengetahui siklus

menstruasi yang banyak, lamanya haid, teratur atau tidak dan

sakit pada saat menstruasi.

B. Data Objektif

a. Pemeriksaan Umum

Kesadaran umum : Baik

Kesadaran : Composmentis / somnolen / apatis

Tanda-tanda vital

Tekanan Darah : normal (100/70 – 130/ 90 mmHg )

Nadi : normal (60 – 90 x/menit)

Respirasi : normal (16 – 24 x/menit)

Suhu : normal (36,5 – 37,50C)


194

b. Pemeriksaan Fisik

1) Pil Progestin

1. Inspeksi

Mata : sklera tampak kuning / tidak, konjungtiva

tampak pucat / tidak.

R/ Bila ibu mengalami ikterus dapat

dicurigai mengalami TBC karena

merupakan kontraindikasi penggunaan KB

hormonal karena penggunaan obat TBC

dapat mengurangi efektifitas penggunaan

kb hormonal.

Payudara : payudara tampak tegang / tidak.

hipepigmentasi areola memae / tidak,

putting susu tampak menonjol / datar /

masuk.

R/ Adanya benjolan atau kanker payudara

merupakan kontraindikasi dari pil

kombinasi. Jika dicurigai adanya kanker

payudara maka KB Hormonal dapat

memicu pertumbuhan kanker.

Ekstremitas
195

Atas : tampak simetris / tidak, pergerakan bebas/

tidak, tampak oedema / tidak,

varises/tidak.

R/ adanya varises merupakan

kontraindikasi dari KB hormonal karena

diperkirakan dapat mengurang kecepatan

aliran darah dan menambah

koagulabilitas, sehingga meningkatkan

resiko terjadi tromboplebitis pada varises.

Bawah : tampak simetris / tidak, pergerakan bebas

tidak, oedema / tidak, varises/tidak.

R/ Adanya varises merupakan

kontraindikasi dari KB hormonal karena

diperkirakan dapat mengurang kecepatan

aliran darah dan menambah

koagulabilitas, sehingga meningkatkan

resiko terjadi tromboplebitis pada varises.

2. Palpasi

Leher : teraba pembesaran kelenjar tiroid dan

vena jugularis atau tidak.

R/ adanya benjolan atau pembesaran

kelenjar merupakan kontraindikasi KB

hormonal, apabila terdapat benjolan atau


196

pembesaran kelanjar tiroid dan kelenjar

limfe bisa memperbesarkemungkinan

terjadinya hipertiroid. Apabila terjadi

pembesaran vena jugularis bisa

meningkatkan fungsi kerja jantung.

Payudara : teraba benjolan abnormal atau tidak,

teraba nyeri tekan atau tidak.

R/ adanya benjolan atau kanker payudara

merupakan kontraindikasi dari pil

kombinasi. Jika dicurigai adanya kanker

payudara maka KBhormonal dapat

memicu pertumbuhan kanker.

2) Suntik progesterone

1. Inspeksi

Mata : sklera tampak kuning / tidak, konjungtiva

tampak pucat / tidak.

R/ Bila ibu mengalami ikterus dapat

dicurigai mengalami TBC karena

merupakan kontraindikasi penggunaan

KB hormonal karena penggunaan obat

TBC dapat mengurangi efektifitas

penggunaan KB hormonal.
197

Payudara : payudara tampak tegang / tidak.

hiperpigmentasi areola memae / tidak,

putting susu tampak menonjol / datar /

masuk.

R/ Adanya benjolan atau kanker payudara

merupakan kontraindikasi dari pil

kombinasi. Jika dicurigai adanya kanker

payudara maka KB Hormonal dapat

memicu pertumbuhan kanker.

Ekstremitas

Atas : tampak simetris / tidak, pergerakan bebas/

tidak, tampak oedema / tidak,

varises/tidak.

R/ adanya varises merupakan

kontraindikasi dari KB hormonal karena

diperkirakan dapat mengurang kecepatan

aliran darah dan menambah

koagulabilitas, sehingga meningkatkan

resiko terjadi tromboplebitis pada varises.

Bawah : tampak simetris / tidak, pergerakan bebas

tidak, oedema / tidak, varises/tidak.


198

R/ Adanya varises merupakan

kontraindikasi dari KB hormonal karena

diperkirakan dapat mengurang kecepatan

aliran darah dan menambah

koagulabilitas, sehingga meningkatkan

resiko terjadi tromboplebitis pada varises.

2. Palpasi

Leher : teraba pembesaran kelenjar tyroid dan

vena jugularis atau tidak.

R/ adanya benjolan atau pembesaran

kelenjar merupakan kontraindikasi KB

hormonal, apabila terdapat benjolan atau

pembesaran kelanjar tyroid dan kelenjar

limfe bisa memperbesar kemungkinan

terjadinya hipertiroid. Apabila terjadi

pembesaran vena jugularis bisa

meningkatkan fungsi kerja jantung.

Payudara : teraba benjolan abnormal atau tidak,

teraba nyeri tekan atau tidak.

R/ adanya benjolan atau kanker payudara

merupakan kontraindikasi dari pil

kombinasi. Jika dicurigai adanya kanker


199

payudara maka KB Hormonal dapat

memicu pertumbuhan kanker.

(Marmi, 2015)

3) Implant

1. Inspeksi

Mata : sklera tampak kuning / tidak, konjungtiva

tampak pucat / tidak.

R/ Bila ibu mengalami ikterus dapat

dicurigai mengalami TBC karena

merupakan kontraindikasi penggunaan

KB hormonal karena penggunaan obat

TBC dapat mengurangi efektifitas

penggunaan KB hormonal.

Payudara : payudara tampak tegang / tidak.

hipepigmentasi areola memae / tidak,

putting susu tampak menonjol / datar /

masuk.

R/ Adanya benjolan atau kanker payudara

merupakan kontraindikasi dari pil

kombinasi. Jika dicurigai adanya kanker

payudara maka KB Hormonal dapat

memicu pertumbuhan kanker.

Ekstremitas
200

Atas : tampak simetris / tidak, pergerakan bebas/

tidak, tampak oedema / tidak,

varises/tidak.

R/ adanya varises merupakan

kontraindikasi dari KB hormonal karena

diperkirakan dapat mengurang kecepatan

aliran darah dan menambah

koagulabilitas, sehingga meningkatkan

resiko terjadi tromboplebitis pada varises.

Bawah : tampak simetris / tidak, pergerakan bebas

tidak, oedema / tidak, varises/tidak.

R/ Adanya varises merupakan

kontraindikasi dari KB hormonal karena

diperkirakan dapat mengurang kecepatan

aliran darah dan menambah

koagulabilitas, sehingga meningkatkan

resiko terjadi tromboplebitis pada varises.

2. Palpasi

Leher : teraba pembesaran kelenjar tyroid dan

vena jugularis atau tidak.

R/ adanya benjolan atau pembesaran

kelenjar merupakan kontraindikasi KB

hormonal, apabila terdapat benjolan atau


201

pembesaran kelanjar tiroid dan kelenjar

limfe bisa memperbesar kemungkinan

terjadinya hipertiroid. Apabila terjadi

pembesaran vena jugularis bisa

meningkatkan fungsi kerja jantung.

Payudara : teraba benjolan abnormal atau tidak,

teraba nyeri tekan atau tidak.

R/ adanya benjolan atau kanker payudara

merupakan kontraindikasi dari pil

kombinasi. Jika dicurigai adanya kanker

payudara maka KB Hormonal dapat

memicu pertumbuhan kanker.

Abdomen : teraba nyeri tekan atau tidak, teraba

benjolan abnormal atau tidak,

R/ apabila terdapat benjolan pada rahim

dan nyeri tekan dapat dicurigai adanya

mioma,dan merupakan kontraindikasi dari

alat kontrasepsi implant, karena

kandungan progesteron dapat memicu

pertumbuhan miom.

(Marmi, 2015)

4) AKDR

1. Inspeksi
202

Mata : sklera tampak kuning / tidak, konjungtiva

tampak pucat / tidak.

R/ apabila konjungtiva pucat merupakan

kontraindikasi KB IUD karena KB IUD

dapat menyebabkan perdarahan karena

kerja enzim yang terkonsentrasi jaringan

selaput lendir rahim (endometrium).

Enzim ini bersifat fibrionolitik

(menghancurkan fibrin;zat yang berguna

untuk pembekuan darah).

Genetalia : terdapat nyeri, tampak bersih atau tidak,

tampak varises atau tidak, flouralbus atau

tidak, perdarahan abnormal atau tidak

R/ adanya keputihan yang berlebihan,

nyeri, merupakan kontraindikasi KB IUD

, karena keputihan yang berlebih dapat

dicurigai adanya IMS atau infeksi radang

panggul

Adanya perdarahan yang abnormal

merupakan gejala dari masalah kesehatan

yang serius seperti servisitis, polip

serviks, ataupun kanker.

2. Palpasi
203

Abdomen : adanya nyeri perut bagian bawah atau

tidak,adanya benjolan atau tidak,

R/ apabila adanya nyeri perut bagian

bawah dan benjolan merupakan

kontraindikasi KB IUD karena nyeri perut

bagian bawah merupakan kemungkinan

adanya penyakit radang panggul.

Genetalia : kelenjar skene normalnya tidak ada

pembengkakan

R/ kelenjar skene berfungsi sebagai

pelindung dari pada organ lainnya yang

berada dalam endrometrium.

3. Pemeriksaan inspekulo :

Serviks normalnya terdapat cairan, tidak terdapat

pengeluaran darah, tidak terdapat lesi.

R/Darah yang keluar dari vagina di mungkinkan terdapat

luka yang dapat menyebabkan infeksi apabila ibu tidak

dapat menanganinya lebih lanjut.

Dinding vagina normalnya tidak mengeluarkan

cairan maupun darah, tidak terdapat luka.

R/ Darah yang keluar dari vagina dimungkinkan terdapat

luka yang dapat menyebabkan infeksi apabila ibu tidak

dapat menanganinyalebih lanjut.


204

Pemeriksaan Bimanual

Normalnya serviks berbentuk antefleksi maupun

retrofleksi, tidak terdapat nyeri tekan, pergerakan bebas.

R/Nyeri tekan dapat memungkinkan bahwa ibu sedang

mengalami peradangan yang berlanjut dapat

menyebabkan infeksi.

Pemeriksaan rektovaginal

Normalnya tidak terdapat tumor pada kavum

douglasi

R/Tumor pada kavum douglasi dapat disebabkan karena

suatu penyakitkarsinoma dan dapat terjadi pengendapan

darah serta mudah sekali menyebabkan infeksi.

(Marmi, 2015)

5) MOW, MOP

1. Inspeksi

Genetalia : terdapat nyeri, tampak bersih atau tidak,

tampak varises atau tidak, flouralbus atau

tidak, perdarahan abnormal atau tidak

R/ adanya keputihan yang berlebihan,

nyeri, merupakan kontraindikasi KB IUD

, karena keputihan yang berlebih dapat

dicurigai adanya IMS atau infeksi radang

panggul
205

Adanya perdarahan yang abnormal

merupakan gejala dari masalah kesehatan

yang serius seperti servisitis, polip

serviks, ataupun kanker.

2. Palpasi

Abdomen : adanya nyeri perut bagian bawah atau

tidak, adanya benjolan atau tidak,

R/ apabila adanya nyeri perut bagian

bawah dan benjolan merupakan

kontraindikasi KB IUD karena nyeri perut

bagian bawah merupakan kemungkinan

adanya penyakit radang panggul.

Genetalia : kelejar skene normalnya tidak ada

pembengkakan

R/ kelenjar skene berfungsi sebagai

pelindung dari pada organ lainnya yang

berada dalam endrometrium.

II. Identifikasi Diagnosa Masalah

Melakukan identifikasi yang benar terhadap masalah atau diagnosa

berdasarkan interprestasi yang benar atas data-data yang telah

dikumpulkan. Data yang dikumpulkan di interpretasikan menjadi

diagnosis kebidanan.

Dx : Ny…. Usia…P…Ab…Dengan Akseptor Baru KB....


206

Ds : didapatkan dari data alasan datang dan keluhan utama.

Do:

a. Pemeriksaan Umum

Kesadaran umum : Baik

Kesadaran : Composmentis / somnolen / apatis

Tanda-tanda vital

Tekanan Darah : normal (100/70 – 130/ 90 mmHg )

Nadi : normal (60 – 90 x/menit)

Respirasi : normal (16 – 24 x/menit)

Suhu : normal (36,5 – 37,50C)

b. Pemeriksaan Fisik

1. Inspeksi

Mata : sklera tampak kuning / tidak, konjungtiva

tampak pucat / tidak.

R/ Bila ibu mengalami ikterus dapat

dicurigai mengalami TBC karena

merupakan kontraindikasi penggunaan

KB hormonal karena penggunaan obat

TBC dapat mengurangi efektifitas

penggunaan KB hormonaldan konjungtiva

pucat merupakan kontraindikasi KB IUD

karena KB IUD dapat menyebabkan

perdarahan karena kerja enzim yang


207

terkonsentrasi jaringan selaput lendir

rahim (endometrium). Enzim ini bersifat

fibrionolitik (menghancurkan fibrin;zat

yang berguna untuk pembenkuan darah).

Payudara : payudara tampak tegang / tidak.

hipepigmentasi areola memae / tidak,

putting susu tampak menonjol / datar /

masuk.

R/ Adanya benjolan atau kanker payudara

merupakan kontraindikasi dari pil

kombinasi. Jika dicurigai adanya kanker

payudara maka KB Hormonal dapat

memicu pertumbuhan kanker.

Ekstremitas

Atas : tampak simetris / tidak, pergerakan bebas/

tidak, tampak oedema / tidak,

varises/tidak.

R/ adanya varises merupakan

kontraindikasi dari KB hormonal karena

diperkirakan dapat mengurang kecepatan

aliran darah dan menambah

koagulabilitas, sehingga meningkatkan

resiko terjadi tromboplebitis pada varises.


208

Bawah : tampak simetris / tidak, pergerakan bebas

tidak, oedema / tidak, varises/tidak.

R/ Adanya varises merupakan

kontraindikasi dari KB hormonal karena

diperkirakan dapat mengurang kecepatan

aliran darah dan menambah

koagulabilitas, sehingga meningkatkan

resiko terjadi tromboplebitis pada varises.

Genetalia : terdapat nyeri, tampak bersih atau tidak,

tampak varises atau tidak, flouralbus atau

tidak, perdarahan abnormal atau tidak

R/ adanya keputihan yang berlebihan,

nyeri, merupakan kontraindikasi KB IUD,

karena keputihan yang berlebih dapat

dicurigai adanya IMS atau infeksi radang

panggul

Adanya perdarahan yang abnormal

merupakan gejala dari masalah kesehatan

yang serius seperti servisitis, polip

serviks, ataupun kanker.

2. Palpasi

Leher : teraba pembesaran kelenjar tiroid dan

vena jugularis atau tidak.


209

R/ adanya benjolan atau pembesaran

kelenjar merupakan kontraindikasi KB

hormonal, apabila terdapat benjolan atau

pembesaran kelanjar tiroid dan kelenjar

limfe bisa memperbesar kemungkinan

terjadinya hipertiroid. Apabila terjadi

pembesaran vena jugularis bisa

meningkatkan fungsi kerja jantung.

Payudara : teraba benjolan abnormal atau tidak,

teraba nyeri tekan atau tidak.

R/ adanya benjolan atau kanker payudara

merupakan kontraindikasi dari pil

kombinasi. Jika dicurigai adanya kanker

payudara maka KB Hormonal dapat

memicu pertumbuhan kanker.

Genetalia : kelejar skene normalnya tidak ada

pembengkakan

R/ kelenjar skene berfungsi sebagai

pelindung dari pada organ lainnya yang

berada dalam endrometrium.

(Maternity, 2016)

III. Antisipasi Masalah Potensial

Masalah potensial yang mungkin terjadi.


210

IV. Identifikasi Kebutuhan Segera

Menetukan tindakan yang akan segera dilakukan berdasarkan pada

masalah potensial yang terjadi (kolaborasi dengan dokter atau tenaga

kesehatan lainnya)

V. Intervensi

Rencana tindakan yang akan dilakukan.

DX : Ny…. Usia…P…Ab…Dengan Akseptor Baru KB ...

Tujuan :Ibu mendapatkan KB yang diinginkannya dan ibumenjadi

aseptor KB yang aktif.

Kriteria Hasil :

Tanda-tanda vital ibu dalam batas normal

Tekanan darah: 100/70 – 130/80 mmHg

Suhu : 36,5 – 37,5 °

Nadi : 60 – 90 x/mnt

RR : 16 – 24 x/mnt

Intervensi :

1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan

R/ Rasa nyaman dan aman timbul dari rasa percaya ibu kepada

petugas kesehatan dengan memberitahukan tetang hasil pemeriksaan.

2. Siapkan ruangan tertutup, atur pencahayaan dan persiapan klien


211

R/ Ruangan yang aman dan nyaman dengan pencahayaan yang

cukup akan mempermudah prosedur kerja dan privasi klien yang

terjaga.

3. Jelaskan macam-macam KB

R/ pemberian konseling tentang macam-macam KB dapat

memberikan pilihan kepada ibu tentang pilihan kontrasepsi dan

memberikan pilihan kontrasepsi yang sesuai dengan kondisi ibu

4. Bantu klien memilih metode yang tepat

R/ membantu klien memilih metode yang tepat dan sesuai dengan

kondisi dan keadaan klien.

5. Lakukan konseling pratindakan terhadap metode KB yang di pilih

R/ menjelaskan kepada klien tentang metode KB yang di pilih.

6. Lakukan tindakan pemasangan metode KB yang di pilih.

R/ Dengan penggunaan KB yang di pilih maka dapat membantu

untuk menunda kehamilan.

7. Beritahu klien untuk segera datang ketenaga kesehatan apabila ada

keluhan.

R/ Penanganan yang cepat dan tepat akan menghindari timbulnya

komplikasi yang berlanjut.

8. Ingatkan klien untuk masa berlaku KB yang di pilih.

R/ Masa aktif dari KB yang digunakan ibu dapat mempermudah

melakukan kunjungan ulang dan dapat memperoleh informasi yang


212

tepat tentang masa aktif KB sehingga menghindari kesalahan atau

kelaian yang mungkin terjadi.

9. Berikan kartu akseptor KB dan minta klien untuk membawanya lagi

saat kembali.

R/ Sebagai tanda bukti dan acuan dalam menggunakan alat

kontrasepsi

(Marmi, 2016)

VI. Implementasi

Dilakukan sesuai dengan intervensi.

VII. Evaluasi

Dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keefektifan dan keberhasilan

dari asuhan yang telah diberikan dengan mengacu pada kriteria hasil

(Sondakh, 2013)
213

BAB III

PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN

3.1 Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Pada Kunjungan Antenatal Care ke-I

1. PENGKAJIAN
Hari/ tanggal : Rabu / 9 Agustus 2017

Jam : 16.00 WIB

2. Data Subyektif
1. Biodata
Nama klien : Ny. “E” Nama suami : Tn “D”

Umur : 34 tahun Umur : 44 tahun

Suku : Jawa Suku : Jawa

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMK Pendidikan : SMK

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh Pabrik

Penghasilan : - Penghasilan :-

Alamat : Jl. Ikan Hiu 4 Alamat : Jl.Ikan Hiu 4

No. 11 No. 11

S : Ibu saat ini mengatakan mengeluh sering BAK dan


keputihan. Ibu mengatakan ini kehamialan yang ke tiga
dengan riwayat anak pertama usia 11 tahun jenis kelamin
laki-laki lahir secara spontan di tolong bidan dan anak
kedua dengan jenis kelamin Laki-laki lahir secara spontan
di tolong bidan, tidak pernah keguguran, hamil anggur
214

atau hamil diluar kandungan. Ibu tidak pernah, tidak


sedang dan dalam keluarga tidak ada yang menderita
penyakit menurun, penyakit menahun maupun penyakit
menular. Hari pertama haid terakhir ibu 22-11-2016.
Taksiran persalinan ibu pada tanggal 29-08-2017.
O : Keadaan umum baik, composmentis. TB 155 cm,BB saat
ini 69 kg, LiLa 27 cm. Tekanan darah 120/90 mmHg, Nadi
79 x/menit, Pernapasan 19 x/menit, Suhu 37 °C. Wajah
tidak pucat dan tidak oedem,tidak ada cloasma gravidarum,
konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterus. Leher tidak
tampak dan tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar
limfe, dan vena jugularis. Payudara hiperpigmentasi areola
mammae, putting susu menonjol, ASI belum keluar.
Leopold I : TFU 28 cm, difundus teraba bulat, lunak,
kurang melenting (bokong), leopold II : puka, leopold III :
bagaian bawah perut ibu teraba keras, bulat, melenting
(kepala) dan kepala belum masuk PAP, janin tunggal. DJJ
130 x/menit. TBJ 2.480 gram. Genetalia (tidak dilakukan
pemeriksaan karena klien tidak bersedia). Ekstremitas atas
dan bawah tidak tampak oedem, tidak ada varises, reflek
patella (+/+). SPR: 2.

A : GIII P2002 Ab000 usia kehamilan 37-38 minggu dengan


kehamilan resiko rendah janin tunggal hidup intrauterine.
P :
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada pasien
bahwa ibu dan janin dalam keadaan baik.
2. Menjelaskan tentang asupan makanan bagi ibu hamil
dengan pola gizi seimbang. Ibu mengerti
3. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup. Ibu
mengerti
215

4. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan dirinya


agat tidak terjdi infeksi. Ibu mengerti
5. Menjelaskan tanda-tanda bahaya kehamilan trimester
III. Ibu mengerti
6. Menjelaskan kepada ibu ketidak nyamanan yang
dialami ibu pada trimester III, misalnya sering buang
air kecil, keputihan yang disebabkan oleh menebalnya
selaput lendir, konstipasi,sakit kepala dikarenakan
ketegangan otot, perut kembung, diare, bengkak pada
kaki, strie gravidarum, hemoroid, susah tidur,
hiperventilasi, panas pada perut, sekresi air ludah.
Pusing, sakit punggung atas dan bawah, serta varises
pada kaki. Ibu mengerti
7. Menjelaskan seringnya BAK yang dialami ibu
disebabkan oleh tekanan uterus pada kandung kemih,
cara mengatasinya dengan sering berkemih jika terasa
ingin kencing, kurangi minum kopi, kafein, teh, dan
perbanyak minum pada siang hari. Ibu mengerti
8.Mengingatkan ibu untuk kunjungan ulang 1 minggu
lagi atau sewaktu-waktu ada keluhan. Ibu menyetujui

3.2 Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Pada Kunjungan Antenatal


Care ke-II

Hari/ tanggal : Kamis/ 17-08-2017

Jam : 10.00 WIB

S : Ibu mengatakan mengeluh keluar sedikit flek dan


kenceng-kenceng.

O : K/U baik, kesadaran composmentis, BB : 69 kg, Lila 27.


TTV : tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit,
216

suhu 36,5 C, pernapasan 20x/menit. Wajah tidak pucat,


tidak oedema, konjungtiva tidak pucat, sklera tidak
ikterus, payudara belum keluar colostrum, dan tidak ada
nyeri tekan. Abdomen leopold I : TFU 30 cm, teraba
bulat, lunak, kurang melenting (bokong), leopold II :
teraba datar, keras, dan memanjang (punggung) dibagian
kiri perut ibu, teraba bagian kecil janin (ekstremitas)
dibagian kanan perut ibu. Leopold III : dibagian bawah
perut ibu teraba bulat, keras, melenting (kepala), sudah
masuk PAP. TBJ : 2945 gram. DJJ : 135 x/menit.
Leopold IV : Devergen, 1/5. Genetalia : tidak dilakukan
(pasien tidak mengizinkan). Ekstremitas bagian atas dan
bawah tidak odema, tidak ada varises. Pemeriksaan
laboratorium tanggal 14 Agustus 2017, hasil : Hb 11,8
gr%, golongan darah O.

A : Ny “E” Usia 34 Tahun GIII P2002 Ab000 Usia Kehamilan


38-39 Minggu Janin Tunggal Hidup Intrauterine dengan
Kehamilan Resiko Rendah.

P : 1. Mengiformasikan kepada ibu tentang hasil


pemeriksaan bahwa pemeriksaan dalam batas
normal. Ibu mengerti dengan penjelasan mengenai
hasil pemeriksaan.

2. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga asupann


gizi seimbang bagi ibuu hamil. Ibu mengerti

3. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup. Ibu


mengerti

4. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan


dirinya, misalnya cuci tangan dengan air mengalir
dan sabun sebelum sesudah makan, setelah BAK
217

dan BAB, menyikat gigi minimal setelah sarapan


dan sebelum tidur, mandi 2 kali sehari, bersihkan
daerah payudara dan kemaluan, ganti pakaian dan
celana dalam setiap hari. Ibu mengerti.

5. Menjelaskan kepada ibu tanda-tanda persalinan.


Ibu mengerti.

6. Memberitahu ibu tentang persiapan persalinan. Ibu


mengerti.

7. Menjelaskan kepada ibu ketidaknyamanan ibu


pada trimester III, misalnya sering buang air kecil,
keputihan yang disebabkan oleh menebalnya
selaput lendir, konstipasi,sakit kepala dikarenakan
ketegangan otot, perut kembung, diare, bengkak
pada kaki, strie gravidarum, hemoroid, susah tidur,
hiperventilasi, panas pada perut, sekresi air ludah.
Pusing, sakit punggung atas dan bawah, serta
varises pada kaki. Ibu mengerti.

8. Mengajarkan ibu cara perwatan payudara. Ibu


mengerti

3.3 Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Pada Intranatal Care

Kala I

Hari/ tanggal : Selasa/ 22-08-2017

Jam : 03.30 WIB

S : Ibu mengeluh perutnya kenceng-kenceng mulai jam 22.00


WIB tanggal 21-08-2017, keluar lendir darah dari kemaluan
mulai jam 24.00 WIB. Gerakan janin aktif.
218

O : Keadaan umum baik. Kesadaran composmentis. Tekanan


darah 120/70 mmHg, nadi 82 x per menit, pernafasan 21 x
per menit, suhu 36,8 C. Konjungtiva merah, sklera putih.
Payudara hiperpigmentasi areola mammae, putingsusu
menonjol, kolostrum sudah keluar. TFU = 30 cm (3 jari di
bawah px), punggung kanan, bagian terdahulu kepala
(sudah masuk PAP), bagian terendah UUK jam 11, teraba
3/5 bagian. DJJ 145 x per menit, teratur. TBJ 2945 gram.
Kandung kemih (-). His 3x10’40 detik, VT pada jam 03.30
: v/v lendir darah, ɵ 7 cm, eff 75 %, selaput ketuban (+),
bagian terdahulu kepala, bagian terendah UUK , molase 0,
tidak ada bagian kecil janin disekitar bagian terdahulu.

A : Ny. “E” usia 34 tahun GIII P2002 Ab000 usia kehamilan 38-
39 minggu Janin Tunggal Hidup Intrauterine dengan
inpartu kala I fase aktif.

P : 1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa


pemeriksaan dalam batas normal. Dengan hasil tanda-
tanda vital normal, kondisi ibu dan janin baik.

2. Melakukan observasi kemajuan persalinan dan keadaan


janin. Hasil terlampir.

3. Mengajarkan ibu teknik relaksasi yaitu menghirup nafas


dari mulut dan keluarkan lewat mulut, ibu dapat
melakukan dengan baik.

4. Menganjurkan ibu untuk nafas panjang pada saat terjadi


kontraksi. Ibu mengerti.

5. Menganjurkan ibu untuk miring kiri. Ibu memahani.

6. Menganjurkan ibu pemenuhan nutrisi disela his yaitu


teh manis. Ibu mengerti.
219

7. Mengajarkan ibu cara meneran yang benar. Ibu


memahami.

8. Memfasilitasi persalinan dengan pendampingan. Ibu di


dampingi suami.

9. Mengajarkan suami untuk menggosok punggung disaat


kontraksi untuk mengurangi rasa sakit ibu. Suami dapat
melakukan.

Kala II

Hari/ tanggal : Selasa, 22-08-2017

Jam : 04.30 WIB

S : Ibu mengeluh ingin meneran.

O : Keadaan umum baik. Kesadaran composmentis. Tekanan


darah 120/90 mmHg, nadi 84 x per menit, pernafasan 21 x
per menit, suhu 36,8 C. Konjungtiva merah, sklera putih.
His 5x10’45”, VT : v/v lendir darah, ɵ 10 cm, eff 100%,
selaput ketuban (-), bagian terdahulu kepala, bagian
terendah UUK jam 12.00, molase 0, H III +, tidak ada
bagian kecil janin disekitar bagian terdahulu.

A : Ny. “E” usia 34 tahun GIII P2002 Ab000 usia kehamilan 38-
39 minggu Janin Tunggal Hidup Intrauterine dengan
inpartu kala II.

P : 1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu


bahwa ibu sudah pembukaan lengkap. Ibu mengerti.

2. Memfasilitasi pemenuhan nutrisi dengan minum disela-


sela kontraksi. Ibu bersedia
220

3. Menganjurkan posisi ibu senyaman mungkin. Ibu


mengerti

4. Memfasilitasi suami untuk mendampingi selama proses


persalinan. Ibu mengerti

5. Menganjurkan ibu untuk meneran disaat ada kontraksi.


Ibu memahami.

6. Memimpin persalinan tanggal 22-08-2017 dengan


menggunakan langkah APN, bayi lahir spontan pukul
04.45 WIB.

Kala III

Hari/ tanggal : Selasa, 22-08-2017

Jam : 04.47 WIB

S : Ibu senang dengan kelahiran anaknya dan mengeluh


perutnya mules.

O : Keadaan umum baik, TFU setinggi pusat, kontraksi keras,


tidak terdapat janin kedua, kandung kemih kosong,
terdapat semburan darah tiba-tiba, tali pusat bertambah
panjang, uterus globuler.

A : Ny. “E” usia 34 tahun P3003 Ab000 dengan inpartu kala III.

P : 1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu


bahwa saat ini dalam masa pengeluaran plasenta. Ibu
mengerti.

2. Menyuntikkan oksitosin 10 IU secara IM di paha


bagian luar sebelah kiri. Oksitosin sudah disuntikkan.
221

3. Melakukan penjepitan dan pemotongan tali pusat. Tali


pusat sudah terpotong. Sudah dilakukan

4. Melakukan PTT. Tali pusat tambah memanjang dan


plasenta lahir lengkap jam 04.55 WIB, mengecek
plasenta dan laserasi pada perineum

5. Melakukan masasse setelah plasenta lahir 15 kali dalam


15 detik. Uterus berkontraksi dengan baik, perdarahan
± 150 cc.

6. melakukan penjahitan pada perineum derajat 1. Sudah


dilakukan

Kala IV

Hari/ tanggal : Selasa, 22-08-2017

Jam : 05.05 WIB

S : Ibu mengatakan masih sedikit terasa mules, ari-arinya


sudah keluar. Ibu merasa lelah tapi senang karena bayinya
sudah lahir.

O : Keadaan umum baik, TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi


uterus baik, kandung kemih kosong, perdarahan ±75 cc.
Lochea rubra warna merah kehitaman, terdapat jahitan
pada perineum dan masih basah.

A : Ny. “E” usia 34 tahun P3003 Ab000 dengan inpartu kala IV.

P : 1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu


bahwa keadaan ibu baik dan dalam masa observasi 2
jam setelah bersalin. Ibu mengerti.

2. Melakukan massase uterus untuk memastikan kontraksi


baik. Uterus berkontraksi dengan baik.
222

3. Membersihkan ibu dengan menyeka menggunakan


waslap, memakaikan softex serta mengganti baju dan
jarik. Ibu sudah bersih, sudah memakai softex, baju ibu
sudah tergantikan.

4. Mengajari ibu untuk posisi menyusui dengan baik dan


benar dengan posisi tidur miring, bayi dan ibu saling
berhadapan, mulut bayi membuka lebar dengan puting
dan areola masuk ke mulut bayi, dagu bayi menempel
di payudara, serta ibu merasakan hisapan bayi. Bayi
mulai menyusu dan menghisap puting.

5. Menganjurkan ibu untuk pemenuhan nutrisi setelah


bersalin. Ibu makan roti dan teh manis.

6. Melakukan observasi 2 jam post partum. Hasil


observasi dalam batas normal dan tidak terjadi
komplikasi. Terlampir di lembar observasi partograf.

3.4 Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Pada Post Partum

3.4.1 Post Partum I

Hari/ tanggal : Selasa, 22-08-2017

Jam : 11.00 WIB

S : Ibu mengeluh nyeri pada luka jahitan dan perut masih


terasa mules

O : Keadaan umum baik. Kesadaran composmentis. Tekanan


darah 120/90 mmHg, N: 80 x/menit, RR: 22 x/menit, S:
36,8 0C. Konjungtiva merah, sklera putih. Payudara puting
susu menonjol, keluar kolostrum. Abdomen TFU 2 jari
dibawah pusat, kontraksi baik. Genetalia tampak keluar
lochea rubra merah kehitaman, terdapat jahitan perinium,
223

perdarahan ±75 cc. Ekstremitas tidak odema, tidak tampak


varises.

A : Ny. “E” usia 34 tahun P3003 Ab000 dengan 6 jam post


partum normal.

P : 1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu


bahwa ibu dalam batas normal. Ibu mengerti.

2. Menganjurkan untuk tidak menahan kencing dan


memfasilitasi keluarga untuk mendampinginya. Ibu
didampingi suami BAK ke kamar mandi.

3. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi miring kanan dan


kiri, duduk, kemudian berjalan. Ibu melakukannya
dengan baik.

4. KIE untuk personal hygiene terutama daerah genetalia


dengan membasuh kemaluan dari depan ke belakang
dengan air mengalir dan mengeringkan dengan
handuk khusus bersih dan kering. Ibu mengerti.

5. Memberikan KIE untuk istirahat cukup, makan


makanan yang bergizi seimbang sebagai nutrisi
selama menyusui bayinya. Ibu mengerti

6. Memberikan KIE tentang kebutuhan nutrisi ibu nifas


dan menganjurkan ibu untuk tidak tarak. Ibu
mengerti.

7. Menganjurkan kepada ibu untuk menyusui bayinya


secara on demand / setiap bayi mau menyusui. Ibu
bersedia dan berusaha untuk melakukannya.

8. Memastikan kembali uterus berkontraksi dengan baik.


Uterus berkontraksi keras.
224

9. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga tanda bahaya


masa nifas seperti perdarahan pervaginam, demam.
ibu memahami.

3.4.2 Postpartum II

Hari/ tanggal : Minggu, 3-09-2017

Jam : 07.30 WIB

S : Ibu mengatakan tidak ada keluhan.

O : Keadaan umum baik. Kesadaran composmentis. Tekanan


darah 120/80 mmHg, N: 80 x/menit, RR: 20 x/menit, S:
36,50 C. Konjungtiva merah, sklera putih. Payudara puting
susu menonjol, keluar ASI lancar. Abdomen TFU tidak
teraba. Genetalia tampak keluar lochea serosa warna
kecoklatan, jahitan pada perinium sudah kering.
Ekstremitas bagian atas dan bawah tidak ada odema, tidak
tampak varises.

A : Ny. “E” usia 34 tahun P3003 Ab000 dengan 12 hari post


partum normal.

P : 1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu


bahwa ibu dalam batas normal. Ibu mengerti.

2. Menganjurkan kepada ibu untuk personal hygiene


terutama daerah genetalia dengan mengganti
pembalut setiap kali selesai BAK/BAB. Ibu sudah
melakukannya.

3. Menganjurkan ibu untuk istrahat saat bayinya tidur.


Ibu mengerti dan bersedia melakukannya
225

4. Memberikan KIE tentang kebutuhan nutrisi ibu nifas.


Ibu mengerti.

5. Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI


eksklusif pada bayinya sampai usia 6 bulan tanpa ada
makanan tambahan. Ibu mengerti dan bersedia untuk
memberikan ASI saja pada bayinya sampai usia 6
bulan.

6. Mengajari ibu cara menyusui yang benar, agar putting


ibu tidak lecet dan tidak memberikan salep atau jenis
apapun pada putting yang lecet. Ibu mengerti dan
berusaha menetekki dengan benar

7. Menganjurkan kepada ibu untuk menyusui bayinya


secara on demand / setiap bayi mau nenyusui. Ibu
bersedia dan berusaha untuk melakukannya.

8. Mengajari ibu cara perawatan payudara ibu nifas. Ibu


memahami

3.4.3 Postpartum III

Hari/ tanggal : Sabtu, 23-09-2017

Jam : 16.30 WIB

S : Ibu mengatakan tidak ada keluhan

O : Keadaan umum baik. Kesadaran composmentis. Tekanan


darah 120/90 mmHg, N: 82 x/menit, RR: 22 x/menit, S:
36,7̊ C. Konjungtiva merah, sklera putih. Payudara
simetris, puting susu menonjol, keluar ASI lancar.
Abdomen TFU tidak teraba, Genetalia tampak keluar putih
lochea alba, Bekas jahitan perinium kering dan bagus.
Ekstremitas tidak edema, tidak tampak varises.
226

A : Ny. “E” usia 34 tahun P3003 Ab000 dengan 32 hari post


partum normal.

P : 1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu


bahwa ibu dalam batas normal. Ibu mengerti.

2. Menganjurkan kepada ibu untuk personal hygiene


terutama daerah genetalia dengan mengganti
pembalut setiap kali selesai BAK/BAB. Ibu sudah
melakukannya.

3. Menganjurkan ibu untuk istrahat saat bayinya tidur.


Ibu mengerti dan bersedia melakukannya

4. Memberikan KIE tentang kebutuhan nutrisi ibu nifas.


Ibu mengerti.

5. Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI


eksklusif pada bayinya sampai usia 6 bulan tanpa ada
makanan tambahan. Ibu mengerti dan bersedia untuk
memberikan Asi saja pada bayinya sampai usia 6
bulan.

6. Memberikan konseling KB pada ibu. Ibu mengerti


dan memutuskan bersama suami untuk menggunakan
KB suntik 3 bulan.

3.5 Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir

Hari/ tanggal : Selasa, 22-08-2017

Jam : 04.45 WIB

S : Bayi lahir, menangis kuat, gerakan aktif, kulit kemerahan,


jenis kelamin Perempuan.
227

O : Keadaan umum baik, BB : 2900 gram, PB : 48 cm, Lika :


34 cm, lida : 33 cm, lila : 10 cm. N: 130 x/menit, RR: 40
x/menit, S: 37,4C. Konjungtiva merah, sklera putih, tidak
ada pembesaran palpebrae. Hidung simetris, tidak ada
pernafasan cuping hidung. Telinga simetris, konsistensi
lunak, tidak ada serumen. Bibir normal, lembab, tidak ada
labioskis dan palatoskisis. Dada tidak tampak retraksi
dinding dada, payudara simetris, tampak menonjol.
Abdomen tampak talipusat terbungkus dengan kassa
masih basah, tidak tampak benjolan abnormal pada perut.
Genetalia labia mayora menutupi labia minora, anus
berlubang. Ekstremitas gerakan aktif, jari tangan dan kaki
lengkap. Reflek moro +, reflek rooting +, reflek sucking +,
reflek swallowing +.

A : By. Ny. “E” Usia 1 jam dengan bayi baru lahir normal

P : 1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu


mengenai pemeriksaan bayinya dalam batas normal.
Ibu mengerti.

2. Memberikan injeksi vit. K 0,5 ml di paha kiri bagian


anterolateral. Bayi sudah disuntikkan.

3. Memberikan salep mata tetrasiklin pada mata bayi.


Salep mata sudah diberikan dan tampak salep di mata
bayi.

4. Menghangatkan bayi dengan membungkus bayi


dengan kain bersih dan kering serta menunda
memandikan bayi selama 6 jam. Bayi sudah di
pakaikan baju dan sudah dikenakan gedong.
228

5. Menganjurkan kepada ibu untuk menyusui bayinya


sampai dengan 6 bulan tanpa memberikan makanan
pendamping. Bayi sudah disusui dan ibu berusaha
untuk menyusui bayinya sampai 6 bulan.

3.6 Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Kunjungan Neonatus

3.6.1 Neonatus I

Hari/ tanggal : Selasa, 22-08-2017

Jam : 11.00 WIB

S : Ibu mengatakan bayinya lahir 6 jam yang lalu dan tidak


ada keluhan.

O : Keadaan umum baik, N: 131 x/menit, RR: 47 x/menit, S:


36,9C. Konjungtiva merah, sklera putih, tidak ada
pernafasan cuping hidung, tidak tampak retraksi dinding
dada, Abdomen tidak tampak benjolan abnormal, tali
pusat masih terbungkus dengan kassa. Genetalia bayi
sudah BAK dan sudah BAB warna hijau kehitaman,
gerakan aktif.

A : By. Ny. “E” Usia 6 jam dengan bayi baru lahir normal

P : 1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu


bahwa keadaan bayi dalam batas normal dan
memberikan asuhan. Ibu mengerti.

2. Memandikan bayi serta merawat tali pusat dengan


mengganti menggunakan kassa steril. Tali pusat sudah
terbungkus dan bayi sudah dimandikan.

3. Menganjurkan kepada ibu untuk selalu menjaga


kehangatan bayi dengan membungkus bayi dengan
229

kain bersih dan kering untuk mencegah hipotermi. Ibu


mengerti dan berusaha melakukannya.

4. Memberikan KIE kepada ibu untuk menyusui bayinya


secara on demand / setiap bayi mau menyusui. Ibu
bersedia melakukannya.

5. Menjelaskan kepada ibu untuk tanda bahaya pada


bayi baru lahir diantaranya yaitu demam, perdarahan
tali pusat, dll. Ibu memahami.

3.6.2 Neonatus II

Hari/ tanggal : Selasa, 29-08-2017

Jam : 16.00 WIB

S : Ibu mengatakan bayinya tidak ada keluhan.

O : Keadaan umum baik, N: 128x/menit, RR: 51 x/menit, S:


36,7C. Konjungtiva merah, sklera putih, tidak ada
pernafasan cuping hidung, tidak tampak retraksi dinding
dada, Abdomen tidak tampak benjolan abnormal, tali
pusat sudah terlepas, gerakan aktif.

A : By. K Usia 6 hari dengan bayi baru lahir normal

P : 1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu


bahwa keadaan bayi dalam batas normal. Ibu
mengerti.

2. Mengingatkan kepada ibu untuk menjaga kebersihan


bayinya dengan segera mengganti popok bayi ketika
basah atau BAK/BAB. Ibu sudah melakukannya.

3. Mengingatkan kembali kepada ibu untuk tetap


menjaga kehangatan bayi untuk mencegah hipotermi
230

dengan memberi selimut atau digedong. Ibu mengerti


dan melakukannya.

4. Mengingatkan kembali untuk memberikan ASI


Eksklusif kepada bayinya tanpa memberikan makanan
pendamping. Ibu bersedia memberikan ASI Eksklusif.

5. Menganjurkan kepada ibu dan keluarga untuk tetap


mendampingi bayinya. Ibu memahami.

6. Memberikan KIE kepada ibu untuk menyusui bayinya


secara on demand / setiap bayi mau menyusui. Ibu
bersedia melakukannya.

7. Memberikan KIE kepada ibu tanda bahaya pada bayi,


misalnya pernapasannnya sulit, warna bayi kuning,
biru atau pucat, tidak berkemih dalam 24 jam, fases
lembek, sering kejang, menangis terus-menerus. Ibu
mengerti

3.6.3 Neonatus III

Hari/ tanggal : Minggu, 03-09-2017

Jam : 07.30 WIB

S : Ibu mengatakan mengeluh bayinya mengalami gumoh.


O : Keadaan umum baik, N: 128x/menit, RR: 46 x/menit, S:
37,2C. BB: 3600 gram, Konjungtiva merah, sklera putih,
tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak tampak retraksi
dinding dada, Abdomen tidak tampak benjolan abnormal,
tali
pusat sudah terlepas dan sudah kering. Genetalia bayi
sudah BAK dan sudah BAB warna kuning kecoklatan,
gerakan aktif.
231

A : By. K Usia 12 hari dengan berat badan lahir normal

P : 1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu


bahwa keadaan bayi dalam batas normal. Ibu
mengerti.

2. Mengingatkan kembali kepada ibu untuk tetap


menjaga kehangatan bayi dengan memberi selimut
atau digedong. Ibu mengerti dan melakukannya.

3. Mengingatkan kepada ibu untuk menjaga kebersihan


bayinya dengan segera mengganti popok bayi ketika
basah atau BAK/BAB. Ibu sudah melakukannya.

4. Mengingatkan kembali untuk memberikan ASI


Eksklusif kepada bayinya tanpa memberikan makanan
pendamping. Ibu bersedia memberikan ASI Eksklusif.

5. Mengingatkan kembali kepada ibu dan keluarga untuk


tetap mendampingi bayinya. Ibu memahami.

6. KIE cara mengatasi gumoh bayi dan bagaimana agar


bayi tidak gumoh lagi. Gumoh pada bayi dapat
teratasi dan ibu mengerti bagaimana caranya agar bayi
tidak gumoh lagi.

3.7 Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Pada KB

Hari/ tanggal : Senin, 25 Juli 2017

Jam : 10.30 WIB

S : Ibu ingin menggunakan KB Suntik 3 bulan. Ibu masih


memberika ASI pada bayinya.

O : Keadaan umum baik. Kesadaran composmentis. Tekanan


darah 120/90 mmHg, N: 83 x/menit, RR: 21 x/menit, S:
232

36,9 C. Konjungtiva merah, sklera putih. Payudara puting


susu menonjol, keluar ASI lancar. Abdomen TFU tidak
teraba. Genetalia tampak bersih, pengeluaran tampak
lochea alba. Ekstremitas tidak odema, tidak tampak
varises.

A : Ny. “E” usia 34 tahun P3003 Ab000 dengan Akseptor Baru


KB Suntik 3 Bulan

1. P : Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa


ibu dapat menggunakan KB suntik 3 bulan, ibu mengerti.
2. Melakukan informed consent bahwa akan dilakukan
penyuntikkan KB Suntik 3 Bulan; ibu setuju untuk dilakukan
penyuntikkan KB Suntik 3 Bulan.
3. Mendampingi bidan melakukan penyuntikan obat suntikan 3
bulan yaitu Medroxiprogesteron Acetate 150 mg/3 ml secara
IM pada daerah bokong, obat telah disuntikan
4. Menyepakati kunjungan ulang pada tanggal 14 Oktober 2017

atau apabila ibu ada keluhan; ibu mengerti.


233

BAB IV

PEMBAHASAN

Asuhan kebidanan komprehensif dilakukan pada Ny. “E” usia 34 tahun,

ibu tinggal dengan suami, dan kedua anaknya. Ibu melakukan pekerjaan ibu

rumah tangga dan suami bekerja sebagai buruh pabrik. Ibu tinggal di jalan

Ikan Hiu IV No.11, kecamatan Lowokwaru ,kota Malang. Keadaan rumah

ibu sederhana, ventilasi rumah baik, lantai rumah ibu keramik. Pada asuhan

kebidanan ini dilakukan mulai tanggal 09 Agustus 2017 sampai dengan

tanggal 25 September 2017.

4.1 Antenatal care

Kunjungan awal antenatal care pada Ny.”E” dilakukan pada tanggal 09

Agustus 2017 jam 16.00 WIB di rumah Ny.”S” untuk dilakukan pemeriksaan

fisik.Selama hamil Ny. “S” telah melaksanakan pemeriksaan kehamilan

secara rutin dan teratur yaitu 1x pada trimester I, 2x pada trimester II dan 3

kali pada trimester III. Menurut Sulistyawati (2013) menyatakan bahwa

standar untuk pemeriksaan ANC (Ante Natal Care) minimal 4 kali dan harus

ditenaga kesehatan., yaitu 1 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester II, 2

kali pada trimester III. Sehingga penulis menyimpulkan tidak ada

kesenjangan antara teori dan praktek di lahan.

Pemeriksaan yang dilakukan pada saat kunjungan antenatal care yang

pertama dengan UK 37-38 minggu didapatkan ibu mengeluh sering BAK dan

keputihan. Data obyektif yang didapatkan K/U baik, kesadaran


234

composmentis, BB : 69 kg, TB 155 cm, Lila 23,7 cm. TTV : tekanan darah

120/90 mmHg, nadi 79 x/menit, suhu 370 C, pernapasan 19 x/menit. Wajah

tidak pucat, tidak odema, tidak ada cloasma gravidarum. Konjungtiva tidak

pucat, sklera putih. Payudara tampak hiperpigmentasi areola mammae, puting

susu menonjol, tidak ada benjolan abnormal, tidak ada nyeri tekan, dan ASI

belum keluar.

Abdomen leopold I : TFU 28 cm, teraba bulat, lunak, kurang melenting

(bokong), leopold II : teraba datar, keras, dan memanjang (punggung)

dibagian kanan perut ibu, teraba bagian kecil janin (ekstremitas) dibagian kiri

perut ibu. Leopold III : dibagian bawah perut ibu teraba bulat, keras,

melenting (kepala), belum masuk PAP. TBJ : 2480 gram. DJJ : 130 x/menit.

Genetalia : tidak dilakukan karena pasien tidak mengizinkan dengan alasan

malu, namun pada genetalia ibu tidak ada masalah. Ekstremitas tidak odema,

tidak ada varises, reflek patella positif.

Pada kasus Ny.”E” kenaikan berat badan yaitu 9 kg, berdasarkan teori

kenaikkan berat badan pada ibu hamil yaitu rata-rata 6,5 kg sampai 16,5 kg

(Romauli, 2011). Pada pemeriksaan leopold III Ny.”E dengan UK 37-38

minggu didapatkan hasil kepala belum masuk PAP, berdasarkan teori pada

penurunan multigravida terjadi pada saat mulainya persalinan. Menurut

penulis tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek.

Pelayanan atau asuhan standart minimal termasuk 10 T menurut

Permenkes No. 97 tahun 2014 tentang pelayanan antenatal terpadu adalah

sebagai berikut; timbang berat badan dan ukur tinggi badan, ukur tekanan
235

darah, ukur lingkar lengan atas (LILA), ukur TFU, tentukan persentasi janin

dan denyut jantung janin (DJJ), skrining status Imunisasi Tetanus dan berikan

imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan, beri tablet penambah darah

(tablet Fe), periksa laboratorium (golongan darah, HB, protein urine, gula

darah, malaria, tes sifilis, pemeriksaan HIV dan BTA), tatalaksana atau

penanganan kasus, dan temu wicara (konseling).

Pemeriksaan ANC dilakukan sesuai standart 10T menurut Permenkes

(2014) yaitu timbang berat badan dan ukur tinggi badan, ukur tekanan darah,

ukur tinggi fundus uteri, pemberian imunisasi TT lengkap, pemberian tablet

besi (fe), Periksa Laboratorium (rutin dan khusus), nilai status gizi (LILA),

tatalaksana/penanganan kasus, temu wicara. Pada Ny “E” hanya dilakukan

7T dikarenakan Ny”E” sudah mendapatkan imunisasi TT lengkap, telah

dapat pemberian fe 90 tablet pada kunjungan pertama, serta tidak dilakukan

tatalaksana/penanganan kasus karena dari hasil pemeriksaan tidak

didapatkan kelainan yang memerlukan penanganan khusu sampai pada

rujukan. Oleh karena itu menurut penulis, ibu sudah mendapatkan pelayanan

antenatal sesuai standart.

Pemeriksaan Laboratorium ( kadar hemoglobin ) yang dilakukan pada

Ny ”E” hanya dilakukan 1 kali pada trimester III dikarenakan keterbatasan

waktu saat berkunjung. Sehingga terjadi kesenjangan antara teori dan

prtakek. Menurut Permenkes (2014) menyatakan pemeriksaan kadar

Hemoglobin darah ibu hamil dilakukan minimal sekali pada trimester I dan

sekalli pada trimester III.


236

Asuhan yang diberikan pada Ny ”E” terdapat kesenjangan akibat dari

terbatasnya waktu saat berkunjung.

Pada kasus Ny. “E”, tidak ditemukan tanda-tanda bahaya kehamilan. Menurut

teori tanda-tanda bahaya kehamilan adalah pendarahan yang keluar dari jalan

lahir seperti abortus, plasenta previa, dan solusio plasenta, sakit kepala yang

hebat, pandangan kabur, nyeri abdomen yang hebat, janin kurang atau tidak

bergerak, serta bengkak pada muka dan tangan.

Pemeriksaan kehamilan pada Ny. “E” secara head to too hasil yang

didapatkan yaitu hasil pemeriksaan dalam batas normal, akan tetapi pada

pemeriksaan genetalia tidak dilakukan karena pasien tidak mengijinkan

dengan alasan malu dan tidak ada masalah pada genetalia.

Pada kasus Ny.”E” ditemukan ketidaknyamanan yang disebabkan

perubahan fisiologis pada TM III yang dirasakan oleh Ny.”E”, data tersebut

didapatkan dengan keluhan Ny.”E” yang mengatakan bahwa ibu mengeluh

sering BAK dan Keputihan. Hal yang dirasakan pada Ny.”E” adalah hal yang

fisiologis karena Keputihan menurut Pantikawati, (2012) disebabkan

meningkatnya hormon estrogen untuk penanganannya keringkan kemaluan

dengan tissue, ganti celana dalam setiap terasa lembab atau basah dan

kenakan celana dalam yang terbuat dari katun. Penanganan yang dapat

diberikan untuk mengatasi sering BAK yaitu ibu kurangi minum kopi, kafein,

teh, perbanyak minum pada siang hari.

Pada tanggal 17 Agustus 2017 dilakukan kunjungan ulang antenatal care

di BPS Miyastoeti, Amd. Keb, dengan keluhan keluar sedikit flek dan
237

Kenceng-kenceng. Pemeriksaan yang dilakukan pada kasus ini adalah secara

head to toe yang terfokus dan hasilnya sebagai berikut : keadaan umum baik,

kesadaran composmentis, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit,

pernapasan 20 x/menit, suhu 36,5oC, konjungtiva tidak pucat, sklera putih,

payudara tidak teraba benjolan yang abnormal, putting susu menonjol dan

ASI belum keluar, palpasi abdomen didapatkan hasil leopold 1 TFU 30 cm,

bagian fundus teraba bulat, lunak, kurang melenting (bokong),leopold 2

teraba punggung pada perut ibu sebelah kanan, leopold 3 letak kepala sudah

masuk PAP, leopold 4 Devergen 1/5 bagian. TBJ 2945 gram, DJJ 135

x/menit, ekstremitas ibu tidak oedem dan tidak varises, SPR : 2.

Setelah melakukan pemeriksaan, penulis memberikan konseling sesuai

dengan keluhan yang dirasakan oleh ibu yaitu kenceng-kenceng dan

memberikan penanganannya. Kemudian penulis juga memberikan konseling

seperti menganjurkan untuk menjaga asupan gizi seimbang, beristirahat

cukup, mengajarkan ibu cara perawatan payudara, dan memberitahu ibu

tentang persiapan persalinan yaitu menyiapkan peralatan bayi dan ibu serta

pakaian ibu dan bayi dalam satu tas.

Hasil pemeriksaan yang didapatkan penulis pada kasus Ny. “E” semua

dalam batas normal dan baik tidak ditemukan masalah. Maka dapat

disimpulkan bahwa pada kehamilan Ny.”E” merupakan kehamilan yang

fisiologis.
238

Berdasarkan data subyektif dan obyektif tersebut maka dapat diambil

diagnosa yaitu Ny “E” usia 34 tahun GIII P2002 Ab000 usia kehamilan 37-38

minggu janin tunggal hidup intrauterine dengan kehamilan resiko rendah.

4.2 Intranatal Care

1. Kala I

Kala I pada kasus ini didasari dengan adanya kenceng-kenceng yang

sering dan teratur yang dirasakan Ny. “E” sejak jam 22.00 WIB. Pada saat

pemeriksaan jam 03.30 WIB. DJJ 145x/m. Saat dilakukan pemeriksaan

dalam didapatkan hasil bahwa vulva vagina tampak lendir bercampur

darah, pembukaan serviks 7 cm, efficement 75%, ketuban utuh, molase 0,

H: II, bagian terdahulu UUK, bagian terendah kepala, tidak teraba bagian

kecil janin disekitar bagian terdahulu. Dalam teori kala ini termasuk kala I

fase aktif. Lamanya kala 1 untuk multigravida kira-kira 8 jam. Yang terjadi

pada pada Ny. “E” adalah selama 1 jam dan masih dalam batas normal,

dapat disimpulkan bahwa antara teori dan lahan praktek tidak ditemukan

kesenjagan.

Pada kala I, pemeriksaan dalam dilakukan sebanyak 1 kali yaitu

pada pukul 03.30 WIB dengan hasil yang telah tercantum diatas.

Kemudian pada pukul 04.30 ibu mengeluh mules seperti ingin BAB dan

kenceng-kenceng makin sering.ingin meneran dan hasil dari pemeriksaan

didapatkan perineum menonjol, vulva vagina dan sfingter ani membuka

dan meningkatnya pengeluaran lendir darah, VT: v/v lendir bercampur

darah, Ø 10 cm, eff 100%, ket (-) jernih, letak kepala, UUK kanan depan,
239

moulage (0) Hogde IV, tidak ada yang menumbung.Menurut teori

pemeriksaan dalam dilakukan 4 jam sekali atau apabila ada indikasi, telah

dilakukan sesuai teori. Penulis menyimpulkan tidak ada kesenjangan teori

dan praktek.

Asuhan yang diberikan pada Ny “E” yaitu kebutuhan nutrisi dan

hidrasi : Ny. “E” dianjurkan untuk makan dan minum di sela kontraksi.

Menurut teori, Hal ini diberikan untuk memenuhi kebutuhan energi dan

mencegah dehidrasi sebagai persiapan untuk persalinan. Sehingga, ibu

memiliki tenaga pada saat meneran dan dukungan emosional yang

diberikan kepada ibu dapat berupa kehadiran suami dan keluarga untuk

mendampingi ibu selama persalinan dan kelahiran bayinya

Pada kasus Ny. “E”, penulis memberikan asuhan sayang ibu

dengan tujuan untuk memberi rasa nyaman sehingga dapat mengurangi

kecemasan dan juga rasa sakit yang dialami oleh ibu.

2. Kala II

Pada kasus, Ny. “E” mengalami kontraksi yang semakin lama

semakin sering kemudian pembukaan lengkap pada pukul 04.30 WIB. Ada

dorongan untuk meneran, tekanan pada anus, vulva membuka dan

perineum menonjol. Persiapan proses persalinan kala II ini yaitu mengatur

posisi ibu. Posisi yang dianjurkan adalah posisi setengah duduk. Yang

diambil oleh Ny. “E” adalah posisi litotomi dimana menurut teori posisi

tersebut dapat membantu turunnya kepala dan posisi tersebut adalah posisi

yang nyaman untuk proses persalinan.


240

Pada Ny. “E” kala II berlangsung 15 menit dan menurut teori pada

multigravida kala II berlangsung rata – rata 1 jam, bayi lahir dengan

spontan pada pukul 04.45 WIB. Dapat disimpulkan Ny.”S” proses pada

kala II dalam batas normal.

3. Kala III

Kala III dimulai dari setelah bayi lahir hingga plasenta lahir lengkap.

Kala III berlangsung sekitar 5-15 menit. Tanda-tanda adanya pelepasan

plasenta adalah uterus globuller, tali pusat memanjang, adanya semburan

darah yang tiba-tiba. Penulis kemudian melakukan manajemen aktif kala III

yaitu menyuntikkan oxytosin 10 IU secara IM di paha bagian luar sebelah

kiri segera setelah bayi lahir, kemudian apabila ada kontraksi lakukan PTT

(penegangan tali pusat terkendali), dilanjutkan dengan pengeluaran plasenta,

kemudian lakukan massase 15 detik setelah plasenta lahir.

Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi jumlah kehilangan

darah pada ibu dan mengurangi terjadinya resiko retensio plasenta yang

dapat menyebabkan perdarahan hebat pada ibu setelah melahirkan. Cek

plasenta, kemudian cek adanya laserasi atau robekan pada perineum, tidak

ditemukan robekan perineum derajat pada Ny.”E” kemudian lakukan

massase kembali. Pada Ny.”E” kala III berlangsung selama 8 menit dan

plasenta lahir lengkap pada pukul 04.55 WIB. Dalam kasus Ny. “E” pada

kala III tidak ada kesenjangan antara teori dengan pelaksanaan, perdarahan

pada kala III sebanyak ±150 cc dan lama kala III pada Ny. “E” 8 menit.
241

4. Kala IV

Kala IV dimulai setelah 2 jam bayi lahir, dilakukan observasi tanda-

tanda vital, Tinggi Fundus Uteri, Kontraksi Uterus, Kandung Kemih dan

perdarahan pervaginam. Asuhan yang diberikan pada Ny. “E” antara lain :

cek plasenta, melakukan massase setelah plasenta lahir, memberikan

kenyamanan pada ibu, mengawasi perdarahan post partum, tinggi fundus

uteri, kontraksi uterus, tekanan darah, kandung kemih dan keadaan umum

ibu. Pada kala IV ini Ny. “E” dianjurkan masase fundus uteri dengan

diajarkan terlebih dahulu untuk memantau kontraksi.

Hal ini dilakukan untk mencegah perdarahan post partum. Oleh karena

itu, penulis melakukan observasi tersebut setiap 15 menit pada jam pertama

setelah melahirkan dan setiap 30 menit pada jam kedua setelah melahirkan.

Pada kala IV Ny.”E” didapatkan hasil pemeriksaan tanda-tanda vital dalam

batas normal, TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi uterus keras, kandung

kemih kosong, perdarahan pervaginam±75 cc , lochea rubra. Dari hasil

pemeriksaan yang dilakukan padakala IV Ny. ”E” ini tidak ditemukan

adanya masalah,dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kala IV Ny.

“E” dalam batas normal dan tidak ada permasalahan serius yang

membutuhkan tindakan segera.

4.3 Post Partum

Kunjungan nifas yang pertama dilakukan pada 6 jam- 3 hari post

partum, pada kunjungan nifas yang pertama ini dilakukan pada 6 jam

postpartum. Dalam kunjungan yang pertama ini didapatkan hasil bahwa Ny.
242

”E” dalam batas normal dan tidak terjadi komplikasi, Ny. “E” melakukan

mobilisasi dengan miring ke kiri dan ke kanan segera setelah melahirkan

dan turun sendiri dari tempat tidur ke kamar mandi setelah 2 jam melahirkan

dan didampingi oleh suami. Data obyektif yang didapatkan keadaan umum

baik, kesadaran composmentis, TD 120/90 mmHg, N 80x/m, S 36,8 ̊C, P 22

x/m, ASI sudah keluar, TFU 2 jari bawah pusat, kontraksi baik, kandung

kemih kosong, perdarahan pervaginam ±75 cc, ekstremitas tidak odema dan

tidak varises.

Dalam masa ini, Ny. “E” telah mendapatkan 3 kali kunjungan nifas

yaitu 6 jam post partum, 12 hari setelah persalinan, dan 32 hari setelah

persalinan. Hal ini sesuai dengan kebijakan tekhnis dalam asuhan masa nifas

menurut Permenkes, (2014) yaitu kunjungan I (6 jam– 3 hari setelah

persalinan), kunjungan II (4 hari-28 hari setelah persalinan), dan kunjungan

III ( 29 hari-42 hari setelah persalinan).

Kunjungan masa nifas I dilakukan pada 6 jam post partum sampai hari

ke-3. Ny.”E” (6 jam) ibu diberikan asuhan yaitu mencegah terjadinya

perdarahan pada masa nifas, mendeteksi dan merawat penyebab lain

perdarahan dan memberi rujukan bila perdarahan berlanjut, memberikan

konseling kepada ibu atau salah satu anggota keluarga mengenai untuk tidak

menahan kencing, mobilisasi dini, personal hygine, istirahat cukup,

kebutuhan nutrisi, menyusui bayinya secara on demamnd, memastikan

kembali uterus berkontraksi. Hal ini sesuai dengan kebijakan tekhnis dalam

asuhan masa nifas.


243

Kunjungan nifas II pada Ny. “E” dilakukan pada hari ke-12 post

partum. Menurut permenkes (2014) kunjungan masa nifas II dilakukan pada

hari ke-4 sampai 28 hari)pemeriksaan pada uterus untuk memastikan

involusi uterus berjalan normal, pada Ny. “S” tinggi fundus uteri tidak

teraba, luka jahitan pada perineum sudah kering, menilai adanya tanda-tanda

demam, infeksi atau perdarahan abnormal pada ibu, memastikan ibu

menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit serta

memberikan konseling kepada ibu tentang menyusui secara on demand dan

eksklusif, cara perawatan payudara, bagaimana cara menjaga bayi agar tetap

hangat. Hal ini sesuai dengan kebijakan tekhnis dalam asuhan masa nifas.

Pada kunjungan ke III dilakukan pada 32 hari post partum, menurut

permenkes (2014) kunjungan masa nifas III dilakukan pada hari ke-29

sampai dengan 42 hari post partum. Ny.”S” sudah tidak mengeluarkan

darah sedikitpun. Pada kunjungan ini ibu merencanakan penggunaan KB.

Ibu menginginkan KB suntik 3 bulan. Ibu belum berhubungan seksual mulai

setelah melahirkan hingga saat ini. Menurut kebijakan pemerintah, asuhan

yang diberikan pada ibu pada kunjungan nifas yang ketiga salah satunya

perencanaan penggunaan KB.Ibu bersedia akan menggunakan KB tersebut

setelah merayakan selamatan 42 hari. Sehingga penulis menyimpulkan tidak

ada kesenjangan.

Dalam waktu 3 kunjungan masa nifas tersebut didapatkan semua hasil

pemeriksaan pada ibu dalam batas normal tidak ada masalah ataupun tanda
244

bahaya pada ibu. Hal ini menunjukkan tidak adanya kesenjangan antara

teori dan praktek dilahan yang dilakukan oleh penulis.

4.4 Bayi Baru Lahir

Pada tanggal 22 Agustus 2017, bayi Ny.”E” lahir spontan dengan UK

38-39 minggu, jenis kelamin perempuan, menangis segera setelah lahir,

gerakan aktif, kulit kemerah-merahan, denganBB 2900 gram, PB 48 cm,

LK 34 cm, LD 33 cm,Lila 10, tidak ditemukan cacat bawaaan, anus (+).

Menurut teori Marni, (2015) Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir

pada usia kehamilan 37-42 minggu dengan BB lahir 2500-4000 gram, PB

sekitar 48-52 cm, LD sekitar 30-38 cm, LK sekitar 33-35 cm. Bila dilihat

dari teori yang ada dan kasus bayi Ny.”E”, maka bayi tersebut tergolong

bayi baru lahir normal. Karena tidak ditemukan kesenjangan antara kasus

nyata dengan teori yang ada.

Segera setelah bayi Ny.”E” lahir, dilakukan IMD selama 1 jam.

Saat IMD bayi berusaha mencari puting susu ibunya, sampai 15 menit bayi

belum bisa menemukan putting susu ibu dan akhirnya bayi dibantu dengan

posisinya yang didekatkan dengan putting susu ibu. Sekitar 10-15 menit

setelah bayi dibantu reposisinya, bayi dapat menemukan putting susu ibu.

Bayi mulai menyusui pada ibunya. Setelah persalinan selesai penulis

melakukan penilaian pada bayi dan melakukan perawatan pada bayi baru

lahir yaitu menjaga kehangatan pada bayi, menganjurkan ibu untuk

menyusui bayinya secara on demand dengan cara memberitahu ibu cara

menyusui yang benar, tidak memandikan bayi segera setelah bayi lahir dan
245

menempatkan bayi di lingkungan yang hangat dan bayi

digedong/diselimuti.

Setelah bayi IMD selama 1 jam, By. Ny.”E” diberikan injeksi

vitamin K secara IM di 1/3 paha luar sebelah kiri dengan dosis 0,5 cc dan

pemberian salep mata pada kedua mata bayi menggunakan salep tetrasiklin

1%. Pada 1 jam setelah pemberian vitamin K, bayi diimunisasi HB 0 di 1/3

paha luar sebelah kanan

Proses persalinan berlangsung dengan normal dan bayi Ny. “E” lahir

dalam keadaan sehat serta tanpa ada kelainan. Bayi tidak mengalami

kegawatan atau pun tanda- tanda sakit berat. Reflek pada bayi semua dalam

batas normal. Kunjungan neonatus telah dilakukan sesuai dengan

Kepmenkes RI, (2012) yaitu kunjungan pada neonatus dilakukan sebanyak

3 kali. Pada kunjungan I-III ditemukan hasil, bayi dalam keadaan sehat, tali

pusat sudah terlepas pada usia 4 hari.

KIE yang diberikan oleh penulis pada setiap kunjunganadalah untuk tetap

memberikan ASI ekslusif sampai dengan usia 6 bulan tanpa makanan

pendamping atau susu formula. Penulis juga mengingatkan kembali untuk

memberikan ASI secara on demand atau setiap 2 jam sekali dan meminta

klien untuk membangunkan bayinya apabila masih tidur ketika waktunya

untuk menyusui.

Dari semua asuhan yang telah diberikan pada bayi Ny. “E” mulai dari

lahir sampai dengan kunjungan neonatus yang ketiga, penulis tidak

menemukan adanya kesenjangan antara teori dengan praktek dilapangan.


246

4.5 Keluarga Berencana

Berdasarkan anamnese didapatkan bahwa Ny “E” saat ini mempunyai 3

orang anak. Dan saat ini ibu ingin menggunakan KB suntik 3 bulan dengan

alasan karena ibu masih menyusi. Pada tanggal 25 September 2017 sebelum

melakukan pemeriksaan, penulis melakukan pengkajian mengenai riwayat

haid dan riwayat penyakit Ny. “S” yang meliputi penyakit kuning, tekanan

darah tinggi, varises, nyeri kepala yang hebat. Sesuai dengan teori menurt

BKKBN (2012), bahwa calon akseptor KB suntik perlu ditanyakan mengenai

hal-hal yang terdapat pada penapisan KB.

Setelah melakukan pengkajian, penulis melakukan pemeriksaan dan

didapatkan hasil pemeriksaan keadaan umum baik, tanda-tanda vital dalam

batas normal. Apabila calon akseptor KB suntik mempunyai riwayat atau

penyakit hipertensi (tekanan darah tinggi) maka tidak diperbolehkan

menggunakan KB hormonal. KB hormonal tersebut yaitu KB suntik, pil, dan

implant. Berdasarkan teori, di dalam KB hormonal mengandung hormone

estrogen dan hormone tersebut dapat mempengaruhi pembuluh darah,

sehingga terjadi hipertropi arteri (peningkatan ukuran sel pembuluh darah)

dan vasokonstriksi (penyempitan pembuluh darah) sehingga dinding

pembuluh darah lebih kaku, sebagai akibatnya adalah meningkatnya tekanan

darah (Ari, 2011).

Pada pemeriksaan payudara tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan

abnormal. Jika terdapat benjolan abnormal dan nyeri tekan sebaiknya

diperiksakan terlebih dahulu ke dokter untuk memastikan penyebabnya,


247

karena ditakutkan adanya kanker payudara. Pada calon akseptor KB suntik

sebaiknya tidak pernah dan tidak sedang menderita penyakit kanker payudara

karena kandungan hormone entrogen dapat meningkatkan risiko kanker

payudara (Ari, 2011).

Pada pemeriksaan ekstremitas tidak ditemukan adanya varises. Jika

calon akseptor KB suntik menderita varises, efek dari hormone estrogen dapat

menyebabkan terjadinya perubahan tunika intima (lapisan terdalam dari

pembuluh darah) (Ari, 2011). Hal ini membuktikan bahwa tidak ada

kesenjangan antara teori dan praktik di lapangan, karena jika ditinjau dari

pemeriksaan tidak ada kontraindikasi penggunaan KB suntik 3 bulan. Selain

itu Ny. “E” masih menyusui bayinya, maka KB suntik 3 bulan bisa diberikan

pada Ny. “E” sesuai dengan keuntungan KB tersebut yang tidak mengganggu

produksi ASI, sehingga cocok digunakan untuk ibu menyusui (BKKBN,

2012).

Setelah melakukan pengkajian dan pemeriksaan pada Ny. “E”, penulis

memberikan asuhan berupa konseling mengenai indikasi, kontraindikasi, serta

efek samping dari penggunaan KB suntik 3 bulan, setelah itu melakukan

informed consent. Berdasarkan teori BKKBN (2012), kebutuhan ibu saat KB

meliputi konseling, informed choice (pemilihan kontrasepsi), dan informed

consent (bukti persetujuan penggunaan kontrasepsi). Pada kasus ini penulis

menyimpulkan tidak adanya kesenjangan.


248

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Asuhan kebidanan Countinity of Care pada Ny “E” yang dilakukan

pada masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan neonatus, serta

KB. Total kunjungan yang dilakukan sebanyak 5 kali dengan pemeriksaan

kunjungan 2 kali trimester III dan 3 kali kunjungan nifas dan neonatus.

5.1.1 Mahasiswa telah mampu melakukan Asuhan kehamilan mulai dari

pengkajian, identifikasi diagnosa, dan masalah kebidanan, antisipasi

masalah potensial, identifikasi kebutuhan segara, merencanakan dan

melakukan evaluasi asuhan kebidanan mulai tanggal 09-08-2017

sampai 25-09-2017 kepada Ny “E”.

5.1.2 Mahasiswa telah mampu melakukan Asuhan Persalinan normal

mulai dari pengkajian. Identifikasi diagnosa dan maslah kebidanan,

antisipasi masalah potensial, identifikasi kebutuhan segara,

merencanakan asuhan kebidanan, melakukan asuhan sesuai rencana

asuhan kebidanan pada tanggal 22-08-2017 kepada Ny “E”.

5.1.3 Mahasiswa telah mampu melakukan asuhan masa nifas mulai dari

pengkajian, identifikasi diagnosa dan masalah kebidanan, antisipasi

masalah potensial, identifikasi kebutuhan segara, merencanakan

asuhanan kebidanan, melakukan asuhan sesuai rencana dan


249

melakukan evaluasi asuhan kebidanan sebanyak 3 kali tanggal 22-

08-2017 sampai 23-09-2017 kepada Ny “E”.

5.1.4 Mahasiswa telah mampu melakukan asuhan kebidanan pada Bayi

Baru Lahir mulai pengkajian, identifikasi diagnosa dan masalah

kebidanan, antisipasi masalah potensial, identifikasi kebutuhan

segara, merencanakan asuhan kebidanan, melakukan asuhan sesuai

rencana dan melakukan evaluasi asuhan kebidanan sebanyak 3 kali

pada tanggal 22-08-2017 sampai 03-09-2017 kepada By Ny “I”.

5.1.5 Mahasiswa telah mampu melakukan asuhan keluarga Berencana

mulai pengkajian, identifikasi diagnosa dan masalah kebidanan,

antisipasi masalah potensial, identifikasi kebutuhan segara,

merencanakan asuhan kebidanan, melakukan asuahna sesuai

rencana dan melakukan evaluasi asuhan kebidanan sebanyak 1 kali

pada tanggal 25-09-2017. Ibu sudah dijelaskan tentang macam-

macam alat kontrasepsi dan Ny “E” memilih Kontrasepsi Suntik 3

bulanan.

5.2 Saran

1. Bagi Penulis

Keterampilan dan ilmu yang dimiliki ditingkatkan lagi agar lebih

kompeten dalam memberikan konseling maupun penatalaksanan asuhan

kebidanan tentang kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas dan KB.
250

2. Bagi Klien

Klien diharapkan tetap memeriksakan bayinya setiap bulan ke

posyandu, tetap mengikuti jadwal imunisasi sesuai dengan yang

tercantum di buku KIA, tetap memeberikan ASI secara esklusif selama

6 bulan tanpa tambahan apapun, untuk klien sendiri diharapkan untuk

tetap mengkonsumsi gizi seimbang yang sangat di perlukan untuk

proses menyusui, dan mengikuti tata aturan penggunakan KB sesuai

dengan KB.

3. Bagi Lahan Praktek

Lahan praktek sebaiknya dapat memfasilitasi kebutuhan dalam asuhan

seperti alat-alat untuk melakukan pemeriksaan, sehingga

penatalaksanaan asuhan dapat berjalan lancar.

Meningkatkan pengetahuan kepada pasien maupun masyarakat dengan

upaya melaksanakan penyuluhan, agar masyarakat memahami dan rutin

memeriksakan kehamilannya pada tenaga kesehatan kesehatan agar

apabila terdapat komplikasi pada kehamilan dapat segera diatasi

Anda mungkin juga menyukai