oleh
Annisa Nur Ghosyiyatul Aliyah, S.Kep.
NIM 192311101022
Jember, 2019
TIM PEMBIMBING
Gelembung alveoli yang terdiri dari sel-sel epitel dan endotel merupakan
bagian alat tubuh yang dinamakan paru-paru. Luas permukaannya lebih kurang 9-
m2. Lapisan ini terjadi pertukaran udara, O2 masuk ke dalam darah dan CO2
dikeluarkan dari darah. Paru-paru terletak di dalam rongga dada (meiastinum),
dilindungi oleh struktur tulang selangka. Rongga dada dan perut dibatasi oleh
suatu sekat disebut diafragma. Semakin baik fungsi paru maka jumlah oksigen
yang dapat diambil oleh paru-paru selama satu kali inspirasi lebih banyak, tubuh
pun menggunakan energi lebih sedikit dan mengurangi beban kerja organ tubuh
lain terutama jantung (Laksomo, 2019). Berat paru-paru kanan sekitar 620 gram,
sedangkan paru-paru kiri sekitar 560 gram. Masing-masing paru-paru dipisahkan
satu sama lain oleh jantung dan pembuluh-pembuluh besar serta struktur-struktur
lain di dalam rongga dada. Paru-paru dibungkus oleh selaput bernama pleura
(Utama, 2018). Pleura merupakan struktur double-membran dibentuk oleh
membran halus yang disebut membran serosa. Membran sektor ini disebut pleura
parietal dan melekat pada dinding dada, sedangkan membran dalam disebut pleura
visceral, dan meliputi paru-paru serta struktur terkait. Ruang antara dua membran
disebut rongga paru (Budi, 2018).
C. Epidemiologi
Tuberkulosis merupakah penyakit infeksi yang sejarahnya dapat dilacak
sampai sebelum masehi. Sejak zaman purba, penyakit ini dikenal sebagai
penyebab kematian yang menakutkan. Jumlah penderita TB dunia tahun 2015
sebanyak9,6 juta kasus baru TB. 1⁄3 dari populasi dunia sudah tertular dengan TB
dimana sebagian besar penderita TB adalah usia produktif (15-55 tahun).
Indonesia masih termasuk 2 besar dari 5 negara dengan beban permasalahan TB
terbesar. Sementara total estimasi incidence (kasus Baru) TB di Indonesia yang
dilaporkan oleh WHO dalam Global report 2015 adalah 1 juta kasus baru per
tahun.Pada tahun 2013 jumlah seluruh kasus TB sebanyak 37.226 kasus dan
23.223 diantaranya adalah TB paru BTA postif (Widiastuti, 2019)
Menurut World Health Organization (WHO) 2018, pada tahun 2017
diperkirakan ada 10 juta kasus insiden TB baru di seluruh dunia, dimana 5,8 juta
adalah laki-laki, 3,2 juta adalah perempuan dan 1 juta adalah anak-anak. Orang
yang hidup dengan HIV menyumbang 9% yang terkena penyakit TB. Delapan
negara menyumbang 66% dari kasus baru yakni India, Cina, Indonesia, Filipina,
Pakistan, Nigeria, Bangladesh, dan Afrika Selatan. Pada 2017 sebanyak 1,6 juta
orang meninggal karena TB, termasuk 0,3 juta diantara orang dengan HIV. Secara
global, angka kematian TB turun 42% antara tahun 2000 dan 2017. Tingkat
keparahan epidemi nasional sangat bervariasi di antara negara-negara, kurang
lebih dari 10 kasus baru per 100.000 penduduk di sebagian besar negara
berpenghasilan tinggi, 150-400 di sebagian besar dari 30 negara dengan beban TB
yang tinggi, dan diatas 500 di beberapa negara termasuk Mozambik, Filipina, dan
Afrika Selatan (WHO, 2018).
Menurut Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2018 bahwa Indonesia sendiri
menempati peringkat kedua sebagai negara dengan kasus penyakit tuberkulosis
terbanyak di dunia setelah India. Tuberkulosis bahkan menjadi infeksi penyebab
kematian nomor satu di Indonesia. Jumlah kasus baru TB di Indonesia sebanyak
420.994 kasus pada tahun 2017 (data per 17 Mei 2018). Berdasarkan jenis
kelamin, jumlah kasus baru TBC tahun 2017 pada laki-laki 1,4 kali lebih besar
dibandingkan pada perempuan. Bahkan berdasarkan Survei Prevalensi
Tuberkulosis prevalensi pada laki-laki 3 kali lebih tinggi dibandingkan pada
perempuan. Begitu juga yang terjadi di negara-negara lain. Hal ini terjadi
kemungkinan karena laki-laki lebih terpapar pada fakto risiko TBC misalnya
merokok dan kurangnya ketidakpatuhan minum obat. Survei ini menemukan
bahwa dari seluruh partisipan laki-laki yang merokok sebanyak 68,5% dan hanya
3,7% partisipan perempuan yang merokok (Kemenkes RI, 2018). Jumlah
penduduk di Kabupaten Jember sebanyak 2.430.185 jiwa dengan angka insiden
TB sebanyak 316/100.000 jiwa. Penduduk yang terdiagnosis TB sebanyak 3.497
(46%) dengan estimasi pasien 7.679, suspek sebanyak 32.065 dengan estimasi
suspek 76.794 (41,75%) (Dinkes Jember, 2018).
D. Etiologi
Penyebab dari penyakit ini adalah bakteri Mycobacterium Tuberculosis.
Ukuran dari bakteri ini cukup kecil yaitu 0,5-4 mikron x 0,3-0,6 mikron dan
bentuk dari bakteri ini yaitu batang, tipis, lurus atau agak bengkok, bergranul,
tidak mempunyai selubung tetapi bakteri ini mempunyai lapisan luar yang tebal
yang terdiri dari lipoid (terutama asam mikolat). Sifat dari bakteri ini dapat
bertahan terhadap pencucian warna dengan asam dan alkohol sehingga sering
disebut dengan BTA. Selain itu bakteri ini juga tahan terhadap suasana kering dan
dingin. Bakteri ini dapat bertahan pada kondisi rumah atau lingkungan yang
lembab dan gelap bisa sampai berbulan-bulan namun bakteri ini tidak tahan atau
dapat mati apabila terkena sinar, panas, dan matahari.
Penyakit TBC paru yang disebabkan terjadi ketika daya tahan tubuh
menurun. Dalam perspektif epidemiologi yang melihat kejadian penyakit sebagai
hasil interaksi antar tiga komponen pejamu (host), penyebab (agent), dan
lingkungan (environment) dapat ditelaah faktor risiko dari simpul-simpul tersebut.
Pada sisi pejamu, kerentanan terhadap infeksi Mycobacterium tuberculosis sangat
dipengaruhi oleh daya tahan tubuh seseorang pada saat itu. Pengidap HIV AIDS
atau orang dengan status gizi yang buruk lebih mudah untuk terinfeksi dan
terjangkit TBC (Kemenkes RI, 2017). Terjadinya penularan biasanya terjadi di
dalam satu ruangan dimana percikan berada dalam waktu yang lama. Ventilasi
yang mengalirkan udara dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar
matahari langsung yang masuk ke dalam ruangan dapat membunuh bakteri.
Bakteri yang terkandung di dalam percikan dahak dapat bertahan selama beberapa
jam dalam keadaan gelap dan lembab. Oleh karena itu, lingkungan rumah yang
sehat bila mendapat cukup sinar matahari dan terdapat ventilasi yang memenuhi
syarat, akan mengurangi kemungkinan penyakit TB berkembang dan menular
(Kenedyanti dan Sulistyorini, 2017). TB ditularkan melalui udara dan dari satu
orang ke orang lain. Kadang-kadang, bakteri menyebar ke organ lain dan bisa
menyebabkan meningitis. HIV melemahkan sistem kekebalan tubuh sehingga
sistem kekebalan tubuh seseorang tak bisa melawan kuman TB. Seseorang yang
menderita TBC biasanya memiliki gejala batuk dan bersin. Oleh karena itu
penyakit ini mampu menular melalui butiran ludah di udara (Perhimpunan Dokter
Paru Indonesia, 2018).
E. Klasifikasi
F. Patofisiologi/Patologi
H. Pemeriksaan Penunjang
Droplet mengandung
M. tuberculosis
Terhirup lewat saluran
Masuk ke paru-paru Alveoli Produksi sekret berlebih
Udara tercemar M. pernafasan
tuberculosis
Pelepasan
Menggeser set point Proses peradangan Sekret terlalu kental
prostaglandin
thermostat
Bakterimia
Pencairan Gangguan
pertukaran gas
Aneurisma arteri
Pleura Peritonium
pulmonalis
Pleuritis Peningkatan
permeabilitas dan Batuk darah
Peningkatan
permeabilitas kapiler Peningkatan tekanan
intra abdominal
pleura terhadap protein
Peningkatan kadar
Mendesak lambung
protein dalam cairan
pleura
Peningkatan stimulus
Peningkatan
pada Sel pariental
pembentukan cairan
pleura
HCl meningkat
Cairan menjadi lengket
dan selaput pleura Ketidakseimbangan nutrisi
menjadi kasar Merangsang pusat kurang dari kebutuhan tubuh
muntah di hipotalamus
Nyeri saat bernafas Nyeri akut
K. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
I. Identitas Klien
a) Data pasien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, suku bangsa, agama, Status
perekonomian (perumahan yang padat dan buruk atau lingkungan yang
jelek mempermudah infeksi TB), Ras (pada orang eskimo dan indian
amerika memiliki pertahanan tubuh yang lebih rentan), perkawinan, No.
registrasi, pendidikan, pekerjaan, tinggi badan, berat badan, tanggal dan
jam masuk Rumah Sakit. Identitas penanggung jawab.
b) Riwayat kesehatan
1. Diagnosa Medik
Diagnosa medik jelas yaitu TBC atau KP lama dan apabila ada penyakit
lain yang menyertai.
2. Keluhan utama
Pasien mengeluh batuk terus-menerus sudah lebih dari 1 bulan dan
keringat di malam hari.
3. Riwayat penyakit sekarang
Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit
yang di rasakan saat ini. Adanya sesak napas, batuk, nyeri dada,
keringat malam, nafsu makan menurun dan suhu badan meningkat.
4. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit TB, adanya riwayat kontak dengan penderita
TB, adanya infeksi HIV atau AIDS yang pernah diderita klien, adanya
riwayat mallnutrisi, penyakit campak pada anak, serta mengkonsumsi
alkohol yang dapat menyebabkan daya tahan tubuh menurun
5. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat penyakit yang mungkin diderita keluarga
II. Pengkajian Keperawatan
a) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Perawat harus melakukan anamnesis kepada pasien tentang persepsi sehat-
sakit, pengetahuan status kesehatan pasien saat ini, perilaku untuk
mengatasi kesehatan dan pola pemeliharaan kesehatan.
b) Pola nutrisi dan metabolisme
Perawat mengkaji mengenai Kebiasaan jumlah makanan dan kudapan,
Jenis dan jumlah (makanan dan minuman), Pola makan 3 hari terakhir atau
24 jam terakhir, porsi yang dihabiskan, nafsu makan, Faktor pencernaan:
nafsu makan, ketidaknyamanan, mukosa mulut, mual atau muntah,
pembatasan makanan, alergi makanan. Pada klien dengan TB paru
biasanya mengeluh anoreksia, nafsu makan menurun.
c) Pola eliminasi
Pada pola eliminasi perlu dikaji adanya perubahan ataupun gangguan pada
kebiasaan BAB dan BAK. Klien TB paru tidak mengalami perubahan atau
kesulitan dalam miksi maupun defekasi.
d) Pola aktivitas dan latihan
Adanya batuk, sesak napas dan nyeri dada akan menganggu aktivitas serta
latihan dalam kehidupan sehari-hari.
e) Pola tidur dan istirahat
Gangguan yang terjadi pada pasien dengan Bronkhitis salah satunya
adalah gangguan pola tidur, pasien diharuskan tidur dalam posisi semi
fowler.
f) Pola Kognitif dan konseptual
Tingkat kesadaran, orientasi, daya penciuman, daya rasa, daya raba, daya
pendengaran, daya penglihatan, nyeri (PQRST), faktor budaya yang
mempengaruhi nyeri, cara-cara yang dilakukan pasien untuk mengurangi
nyeri, kemampuan komunkasi, tingkat pendidikan, luka.
g) Pola persepsi diri
Perawat harus mengkaji pasien mengenai Keadaan sosial: pekerjaan,
situasi keluarga, kelompok sosial, Identitas personal: penjelasan tentang
diri sendiri, kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, keadaan fisik, segala
sesuatu yang berkaiyan dengan tubuh (yg disukai dan tidak), Harga diri:
perasaan mengenai diri sendiri, Ancaman terhadap konsep diri (sakit,
perubahan fungsi dan peran).
h) Pola peran dan hubungan
Perawat mengkaji Peran pasien dalam keluarga, pekerjaan dan sosial,
kepuasan peran pasien, pengaruh status kesehatan terhadap peran,
pentingnya keluarga, pengambil keputusan dalam keluarga, orang-orang
terdekat pasien, pola hubungan orang tua dan anak.
i) Pola seksualitas dan reproduksi
Masalah seksual, dekripsi prilaku seksual, pengetahuan terkait seksualitas
dan reproduksi, dan efek status kesehatan terhadap seksualitas. Masalah
riwayat gangguan fisik dan psikologis terkait seksualitas.
j) Pola toleransi coping- stress
Perawat perlu mengkaji adalah sifat pencetus stress yang dirasakan baru-
baru ini, tingkat stress yang dirasakan, gambaran respons umum dan
khusus terhadap stress, Strategi mengatasi stress yang biasa digunakan dan
keefektifannya, strategi koping yang biasa digunakan, pengetahuan dan
penggunaan teknik manajemen stress.
k) Pola tata nilai dan kepercayaan
Latar belakang etnik dan budaya pasien, status ekonomi, perilaku
kesehatan terkait nilai atau kepercayaan, tujuan hidup pasien, pentingnya
agama bagi pasien, akibat penyakit terhadap aktivitas keagamaan.
III. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Kedaan umum pasien biasanya lemah.
Kesadaran : Compos Mentis GCS 456
Tekanan Darah : Normal: 100-120/60-80mmHg
Pernafasan (RR) : Rentang normal: 16-24x/menit)
Denyut nadi (HR): Normal: 60-100x/menit
Suhu tubuh : Normal 36-37,35 ˚C
2. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan benda asing
dalam jalan nafas, peningkatan produksi sputum, batuk tidak efektif,
kelelahan/berkurangnya tenaga dan infeksi bronkopulmonal
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolar kapiler, ketidakseimbangan tekanan O2 dan CO2, proses
pertukaran gas yang terganggu
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh brerhubungan
dengan anoreksi
4. Nyeri akut berhubungan dengan pasca trauma (infeksi), proses peradangan
5. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh tidak adekuat,
peningkatan WBC
3. Intervensi Keperawatan
L. Discharge Planning
Discharge planning yang dapat dilakukan yaitu:
1. Memberikan penyuluhan tentang tuberkulosis
2. Edukasi terkait aktivitas keseharian yang bisa dilakukan
3. Mengedukasi pola hidup yang sehat
4. Mengajarkan batuk efektif, relaksasi napas dalam, dan posisi yang sesuai
dengan kondisi pasien
5. Edukasi terkait penggunaan alat pelindung diri seperti masker.
6. Mengajarkan cara mencuci tangan yang baik dan benar serta kapan harus
dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA