Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

DOSEN BAHASA INDONESIA


Bu Hera Septriana M,pd

DISUSUN OLEH :

SAVIRA YAHYA AZZAHRA (1911020141)


ENDAH PANCAWATI (1911020144)
GHEA IVANIA SULAEMAN (1911020159)

1
HANUM IZZATI (1911020165)
WIWIN WIDIYANTI (1911020179)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKIERTO


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN S1
2019/2020

2
KATA PENGANTAR

Assalamualikumwr.wb

Syukur alhamdulillah senantiasa kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT.


Yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas kelompk mata kuliah Bahasa
Indoesia dngan baik dan tepat waktu. Shalawat serta salam semoga tercurahkan
kepada baginda tercinta yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan
syafa’atnya di akhirat nanti.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik
dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Purwokerto, September 2019

Penyusun

3
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ………………………………………………….……. 1

KATA PENGANTAR ……………………………………………………… 2

DAFTAR ISI …………………………………………………………….…. 3

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………….. 4

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………..….5

A. Pengertian Bahasa ………………………………………………….…….5

B. Fungsi Bahasa……r …………………………………….. …………….…7

C. Komponen Ruang Lingkup………………………………. …..………….9

BAB III PENUTUP ……………………………………………..……..… 16

A. Simpulan ………………………………………………………..…….…16

B. Saran ……………………………………………………………….……16

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….….17

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penelitian Ruang lingkup pembelajaran bahasa Indonesia mencakup
komponen-komponen kemampuan berbahasa Indonesia yang meliputi aspek
berbicara, menyimak, menulis, dan membaca. Menulis adalah keterampilan
berbahasa yang dianggap paling sukar untuk dikuasai dibandingkan dengan
keterampilan yang lainnya. Penuangan ide dan gagasan yang berupa tulisan harus
memperhatikan kaidah tata bahasa yang sesuai dengan ejaan yang benar. Ini
ditujukan agar pembaca dapat memahami dan menyerap isi tulisan yang ada.
Akan tetapi, jika pengorganisasian penuangan ide dan gagasan tidak teratur dan
banyak kesalahan tata bahasanya, pembaca akan berpikir lebih keras dalam
memahami isi tulisannya. Akibatnya, pembaca mempunyai penafsiran yang salah
atau berbeda dengan penulisan mengenai isi tulisan itu. Setiap siswa mempunyai
kemampuan untuk mengekspresikan pikiran, perasaan, dan sikapnya. Kemampuan
mengekspresikan tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk tulisan seperti artikel,
sketsa, puisi, maupun bentuk karangan. Ekspresi yang dimunculkan pada tulisan
dapat berupa kesenangan, kebahagiaan, kesedihan, keterkejutan, kecintaan, dan
kebanggaan. Melalui menulis, penulis akan memberikan masukan berbagai
informasi maupun pengetahuan kepada pembaca dari hasil tulisannya. Isi yang
terdapat dalam satu atau dua tulisan menceritakan hubungan yang menyangkut
manusia dengan alam semesta, dengan pencipta-Nya, dan hubungan
antarmanusia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian bahasa?
2. Apa fungsi dari bahasa?
3. Apa saja komponen dalam ruang lingkup bahasa?

C. Tujuan Penulisaan
1. Menjelaskan definisi bahasa.
2. Mengetahui kegunaan bahasa.
3. Mengetahui komponen dalam ruang lingkup bahasa.

D. Manfaat penulisaan

5
1. Menambah wawasan tentang ruang lingkup bahasa;
2. Melatih mengembangkan keterampilan menulis dan membaca;
3. Mengenalkan dengan kegiatan kepustakaan.

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN BAHASA
Teknik informasi pada era globalisasi menjadi prioritas utama pembangunan
di semua negara-negara maju. Dengan kata lain, semua negara yang ingin maju
harus menguasai teknologi informasi. Apabila tidak maka negara tersebut akan
tertinggal jauh dari negara lain dalam segala bidang. Teknologi informasi telah
menjadi barometer maju mundurnya suatu negara pada masa ini.
Apa kaitannya teknologi informasi dengan bahasa?
Menyebarluaskan informasi apa pun tentu memerlukan sarana untuk
menyampaikannya. Tanpa sarana untuk menyampaikan, informasi tidak akan
dapat disebarluaskan. Manusia memerlukan alat untuk mengungkapkan informasi
yang ada di dalam pemikirannya, baik berupa ide, aspirasi, inspirasi, pendapat,
gagasan, hasil kreasi seni, budaya, religi, dan teknologi, hipotesis hasil penemuan
atau penelitian, baik bersifat ilmiah maupun nonilmiah.
Dalam hal penyampaian informasi inilah, bahasa memegang peranan penting.
Dapatkah Anda bayangkan apabila segala jenis informasi tersebut hanya dibantu
isyarat atau simbol-simbol saja dalam menyebarluaskannya? Kalau hal itu terjadi
maka peradaban manusia tidak akan sepesat ini perkembangannya.
Apakah maknadari bahasa?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut marilah kita lihat dulu penggunaan
istilah bahasa. Hal ini penting dilakukan agar mahasiswa mengetahui dalam
konteks mana konsep bahasa ini akan dibahas. Istilah bahasa kerap digunakan
dalam berbagai wacana.
Istilah ini dikenal oleh masyarakat pemakai bahasa dalam berbagai konteks.
Perhatikan penggunaan istilah bahasa dalam kalimat berikut ini.
1. Tunjukkanlah budi bahasa yang baik di mana pun Anda berada.
2. Di sini negeri beradat jangan sampai kita dinilai tak tahu bahasa.
3. Jangan menyelesaikan masalah dengan bahasa militer.
4. Hati-hatilah berbicara sebab bahasa menunjukkan bangsa.
5. Penggunaan ejaan dapat terlihat dalam bahasa tertulis.
6. Unsur intonasi berperan sangat penting dalam bahasa lisan.
7. Gunakan bahasa baku dalam menyusun karya ilmiah.
Makna bahasa pada kalimat di atas adalah:

7
1. budi bahasa tingkah laku dan tutur kata;
2. tak tahu bahasa: tak tahu adat atau etika;
3. bahasa militer: cara militer;
4. bahasa menunjukkan bangsa: tutur kata yang teratur dan sopan
menunjukkan asal usul yang tinggi;
5. bahasa tertulis: ujaran tertulis;
6. bahasa lisan: ujaran lisan;
7. bahasa baku: ragam bahasa yang ejaan, tata bahasa dan kosakatanya dijadikan
norma pemakaian yang benar.

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa pada kalimat 1, 2,


dan 3 merupakan ungkapan.
1. Tunjukkanlah budi bahasa yang baik di mana pun Anda berada budi bahasa
tingkah laku dan tutur kata.
2. Di sini negeri beradat jangan sampai kita dinilai tak tahu bahasa. tak tahu
bahasa: tak tahu adat atau etika.
3. Jangan menyelesaikan masalah dengan bahasa militer bahasa militer: cara
militer.
Jadi, apakah yang dimaksud dengan bahasa itu?
Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan
oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi dan
mengidentifikasikan diri (Harimukti Kridalaksana (1997)).
1. Bahasa sebagai Sebuah Sistem
Bahasa adalah sebuah sistem. Artinya, bahasa itu bukanlah sejumlah unsur
yang terkumpul secara tak beraturan melainkan sebaliknya. Bahasa adalah
sejumlah unsur yang beraturan. Unsur-unsur bahasa itu diatur. Bahasa terbentuk
oleh suatu aturan atau kaidah atau pola yang teratur dan berulang, baik dalam tata
bunyi, tata bentuk kata maupun tata kalimat. Apabila aturan atau kaidah ini
dilanggar maka komunikasi dapat terhambat. Contoh:
a. Abdu memotong kambing.
b. Abdu dipotong kambing.
c. Aisah mencuci piring.
d. Aisah dicuci piring.
Cobalah Anda tentukan kalimat mana yang sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia? Benar jawaban Anda. Kalimat yang sesuai dengan kaidah adalah:

8
a. Abdu memotong kambing.
b. Aisah mencuci piring.
Apa alasannya? Demikianlah kaidahnya. Kalimat aktif menggunakan predikat
dengan kata kerja berimbuhan me-. Dalam kalimat aktif, subjek (Abdu dan Aisah)
menjadi pelaku, sedangkan objek (kambing dan piring) menjadi sasaran perbuatan
subjek.
Apabila kaidah ini dilanggar, misalnya dengan menggunakan awalan dipada
kata kerja sehingga hasilnya, “Abdu dipotong kambing dan Aisah dicuci piring”.
Masyarakat tidak akan menerima komunikasi terhambat. Itulah yang dimaksud
bahasa sebagai sebuah sistem.
2. Bahasa sebagai Lambang
Lambang atau simbol kerap digunakan oleh masyarakat untuk
menginformasikan sesuatu. Manusia memang makhluk bersimbol. Dalam
kehidupannya tidak terlepas dari lambang atau simbol. Lambang menandai
sesuatu secara konvensional (dipelajari dan disepakati oleh para pemakainya),
tidak secara alamiah dan langsung. Sebagai contoh, bendera kuning digunakan
lambang adanya kematian. Apa sebabnya? Sebab secara konvensional bendera
kuning dijadikan tanda adanya kematian. Gambar rantai pada burung garuda
Pancasila melambangkan persatuan. Mengapa? Rantai secara konvensional
dijadikan lambang persatuan.
Warna merah melambangkan keberanian dan putih kesucian. Berbeda dengan
warna merah pada lampu lalu lintas adalah lambang bahaya bagi pengemudi.
Kartu merah pada permainan sepak bola melambangkan pelanggaran berat bagi
pemainnya. Sama-sama merah, namun melambangkan hal yang berbeda. Apa
sebabnya? Lambang bersifat arbitrer. Artinya, arbitrer adalah tidak adanya
hubungan langsung antara lambang dengan yang dilambangkannya.
Untuk memahami lambang tidak ada cara lain selain harus mempelajarinya.
Seseorang yang belum pernah mengenal lambang tertentu tidak akan tahu apa-apa
mengenai lambang tersebut. Kemungkinan menggunakan lambang yang sama
untuk peristiwa yang berbeda dapat saja terjadi. Seperti bendera kuning sebagai
lambang kematian digunakan juga sebagai lambang kepresidenan. Mengapa?
Lambang bersifat arbitrer. Kesimpulannya: Lambang merupakan tanda yang
dipergunakan oleh suatu kelompok sosial berdasarkan perjanjian dan untuk
memahaminya harus dipelajari. Hampir semua kegiatan manusia menggunakan
simbol. Satuan-satuan bahasa, misalnya kata adalah lambang atau simbol.
Lambang bahasa diwujudkan dalam bentuk bunyi, yang berupa satuan-satuan
bahasa, seperti kata atau gabungan kata. Sebagai sebuah lambang, untuk
memahaminya bahasa perlu dipelajari. Apabila tidak kita tidak akan tahu apa-apa
mengenai. Demikian pula bahasa. Bahasa merupakan lambang bunyi yang bersifat
arbitrer.

9
B. FUNGSI BAHASA INDONESIA
1. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara
Bahasa Indonesia memiliki fungsi khusus sesuai dengan kedudukannya
sebagai bahasa negara (Undang-Undang Dasar 1945 Bab XV Pasal 36), yaitu:
a. Bahasa resmi kenegaraan;
b. Bahasa pengantar dalam dunia pendidikan;
c. Alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan nasional serta kepentingan pemerintahan;
d. Alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi.
Fungsi bahasa Indonesia sesuai dengan kedudukannya sebagai bahasa negara
adalah penggunaannya sebagai bahasa resmi kenegaraan. Sebab itulah bahasa
Indonesia digunakan untuk menjalankan administrasi negara. Segala kegiatan
kenegaraan baik lisan maupun tulisan, contohnya pidato-pidato kenegaraan,
administrasi kenegaraan, seperti merumuskan undang-undang, surat keputusan
menggunakan bahasa Indonesia.
Fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam dunia pendidikan
masih berperan penting walaupun sekolah-sekolah tertentu sudah menggunakan
bahasa pengantar bahasa asing, seperti bahasa Inggris. Penggunaan bahasa
Indonesia sebagai bahasa pengantar akan memudahkan persamaan persepsi
mengenai ilmu pengetahuan yang dipelajari. Namun, seiring dengan abad
globalisasi bahasa Indonesia nyaris terpinggirkan oleh penggunaan bahasa Inggris.
Untuk menjadi bahasa pengantar dalam pendidikan sebuah bahasa harus
berkembang pesat sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Fungsi bahasa Indonesia sebagai alat perhubungan pada tingkat nasional
untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan nasional serta
kepentingan pemerintahan sejalan dengan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa
pengantar dalam dunia pendidikan. Indonesia terdiri atas beberapa provinsi.
Setiap provinsi terdiri atas suku-suku bangsa yang berbeda-beda latar belakang
budaya dan bahasanya. Bahasa Indonesia merupakan media menyatukan
komunikasi antarberbagai suku.
Fungsi bahasa Indonesia sebagai alat pengembangan kebudayaan, ilmu
pengetahuan dan teknologi. Bahasa Indonesia memfasilitasi penyebarluasan ilmu
pengetahuan dan teknologi modern di tanah air kita ini. Penerjemahan buku-buku
teks serta penyajian pelajaran di lembaga-lembaga pendidikan dilaksanakan
dengan menggunakan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia merupakan media alih
teknologi dari negara-negara maju ke negara Indonesia. Dengan bahasa Indonesia
masyarakat berbagai daerah yang tersebar sampai di pelosok tanah air dapat
mempelajari dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan.
Kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi dengan bahasa Indonesia akan
memudahkan masyarakat di sini mempelajarinya.

10
2. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional
Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan sebagai bahasa nasional sejak
dicetuskannya Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Sesuai dengan
kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai:
a. lambang kebanggaan kebangsaan;
b. lambang identitas nasional;
c. alat yang memungkinkan penyatuan berbagai-bagai suku bangsa dengan latar
belakang sosial budaya dan bahasa masing-masing ke dalam kesatuan kebangsaan
Indonesia;
d. alat perhubungan antardaerah dan antarbudaya.
Sebagai lambang kebanggaan kebangsaan, bahasa Indonesia
mengekspresikan nilai-nilai sosial budaya Indonesia. Bahasa Indonesia
mencerminkan keluhuran budaya bangsa yang telah lahir sejak bangsa Indonesia
ini ada. Dengan bahasa nasionalnya, bangsa Indonesia mengungkapkan
keberadaannya dan nilai-nilai budaya yang dimilikinya. Meskipun keberadaan
bahasa asing telah menggeser pengaruh kebanggaan pemakainya, namun
kedudukan bahasa Indonesia sebagai lambang kebangsaan tidak boleh
tergoyahkan. Itu sebabnya perlu ada rasa percaya diri dalam menggunakan bahasa
Indonesia. Untuk itu pemakai bahasa harus turut memelihara dan
mengembangkan bahasa Indonesia.
Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia sejajar dengan bendera
merah putih negara Indonesia. Untuk menjadi lambang, bahasa Indonesia tentu
harus memiliki identitas. Walaupun dalam perkembangannya bahasa kita tidak
lepas dari pengaruh bahasa asing, namun keindonesiaannya masih terpelihara.
Pelafalan dan kesesuaian ejaan bahasa Indonesia tetap harus sesuai dengan lafal
dan ejaan bahasa Indonesia. Untuk itulah sebabnya kemurnian bahasa Indonesia
minimal kaidah kebahasaannya perlu dicermati pemakai bahasa, khususnya
bangsa Indonesia sendiri.
Keragaman budaya dan bahasa tidak menjadi faktor penghambat persatuan
bangsa Indonesia. Dengan adanya bahasa nasional, berbagai suku bangsa yang
terpisahkan secara administratif, kultural, dan geografis dapat berhubungan satu
dengan yang lain. Suku-suku bangsa ini dapat membaur menjadi satu dengan
bahasa Indonesia. Bahkan perbedaan ini dapat memperkaya khasanah budaya dan
pengetahuan bangsa Indonesia.
Di tengah arus globalisasi yang semakin menggilas bangsa Indonesia, bahasa
Indonesia masih menjadi alat perhubungan antardaerah dan antarbudaya yang
handal. Bahasa asing, seperti Inggris dan Mandarin sementara ini belum dapat
berperan sebagai bahasa pengantar antardaerah dan antarbudaya. menggantikan
bahasa Indonesia. Hal ini disebabkan bahasa Indonesia lebih tajam dalam
mengungkapkan nuansa budaya yang dimiliki masing-masing daerah
dibandingkan dengan bahasa asing. Di samping itu, masyarakat yang pandai

11
dalam berbahasa Asing pun masih terbatas jumlahnya dibandingkan dengan yang
sudah fasih berbahasa Indonesia.

C. KOMPONEN RUANG LINGKUP BAHASA


Ruang lingkup bahsa mencakup komponen kemampuan berbahasa dan
kemampuan bersatra yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut :
1. Membaca
2. Berbicara
3. Mendengarkan
4. Menulis.

Aspek yang pertama :


I. MEMBACA
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca
untuk memperoleh pesan,yang hendak disampaikan oleh penulis. Dalam membaca
terdapat dua aspek penting dalam membaca :
1. Ketrampilan mekanisme (urutan lebih rendah) yang dapat dianggap berada
pada urutan yang lebih rendah.
2. Ketrampilan pemahaman (urutan lebih tinggi) yang dapat dianggap berada
pada urutan yang lebih tinggi.
Tujuan membaca :
- Mencapai tujuan pengajaran yang kita harapkan
- Kata yang tidak mengerti atau ungkapan-ungkapan mencari artinya didalam
daftar kata atau kamus
- Menggaris bawahi bagian kalimat yang sulit baginya yang ingin ditanyakan
- Murid membuat ringkasan-ringkasan dari bacaan itu
- Mengetahui cara membaca dari kiri ke kanan
- Untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang telah dilakukan
oleh tokoh
- Untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik dan menarik
- Membaca untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada setiap
bagian cerita

12
- Membaca untuk menemukan apakah tokoh berhasil atau hidup dengan
ukuran-ukuran tertentu. Ini disebut membaca menilai, membaca mengevaluasi.

Secara garis besarnya, terdapat dua aspek penting dalam membaca, yaitu :
1) Keterampilan yang bersifat mekanis(mechanical skills) yang dapat dianggap
berada pada urutan yang lebih rendah (lower order). Aspek ini mencakup :
a) Pengenalan bentuk huruf
b) Pengenalan unsur-unsur linnguistik
c) Pengenalan hubungan pola ejaan dan bunyi
d) Kecepatan membaca
2) Keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehension skills) yang dapat
dianggap pada urutan yang lebih tinggi (higher order). Aspek ini mencakup :
a) Memahami pengertian sederhana
b) Memahami signifikasi atau makna
c) Evaluasi atau penilaian
d) Kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan.

II. BERBICARA
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau
kata-kata untuk mengaspresikan,menyatakan atau menyampaikan gagasan,pikiran
atau perasaan.
Dalam berbicara ada faktor yang perlu diperhatikan, yaitu pembicara dan
pendengar. Kedua faktor tersebut akan menetukan berhasil atau tidaknya kegiatan
berbicara.
Berbicara kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi atikulasi atau kata kata
untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran gagasan dan
perasaan
Berbicara merupakan instrumen yang mengugkapkan kepada penyimak
berbicara suatu perilaku manusia yang memanfaatkan faktor fisik psikologi
neurologis, sematik dan linguistik
Tujuan umum berbicara untuk berkomunikasi menyampaikan fikiran secara
efektif.
Prinsip umum yang mendasari kegiatan berbicara, antara lain :

13
a. Membutuhkan paling sedikit dua orang
b. Mempergunakan suatu sandi linguistik
c. Menerima atau mengakui suatu daerah referensi umum
d. Merupakan suatu pertukaran antara partisipan
e. Menghubungkan setiap pembicara dengan yang lainnya dan kepada
lingkungannya
f. Berhubungan atau berkaitan dengan masa kini
g. Berhubungan dengan suara atau bunyi bahasa dan pendengaran
h. Tidak pandang bulu menghadapi serta memperlakukan apa yang nyata dan apa
yang diterima.

Jenis Berbicara Formal


Kita dalam aktivitas berbahasa, sudah mengenal empat aspek keterampilan
berbahasa, yang lazim juga disebut dengan caturtunggal keterampilan berbahasa
Dinamakan caturtunggal, karena keempat aspek-menyimak
berbicara-membaca-menulis itu satu sama lain tak dapat dipisahkan, bahkan
dalam praktiknya keempat keterampilan itu berkelindan-berkait erat satu sama
lain, Ketika Anda berbicara, pada saat yang sama Anda pun menyimak.
Demikian pula, kalau Anda akan membicarakan sesuatu pastilah Anda
terlebih dahulu harus menyimak dan membaca materi yang ada hubungannya
dengan pokok pembicaraan Anda. Bila tidak, maka pembicaraan Anda akan
dangkal dan hambar, tidak kaya informasi-kehilangan substansi. Pada bagian ini
akan dibahas serba lengkap jenis-jenis kegiatan berbicara sebagai bagian
integral-penting dari keterampilan berbahasa. Untuk mendapatkan gambaran
tentang jenis-jenis kegiatan berbicara formal dan untuk
memudahkan-mengarahkan pembahasan, mari kita beranjak dari dan dengan
memperhatikan susunan acara Pembukaan Seminar Manajemen Patiseri 2009
berikut ini. Perhatikan baik-baik susunan acara itu! Niscaya Anda akan mendapat
gambaran bertapa berbicara itu bervariasi.

Metode Berbicara
a) Tiada hari tanpa berbicara. Kenyataan ini berlaku umum, bagi setiap orang, di
mana pun, kapan pun, dan apa pun profesinya. Menurut taksiran pakar
komunikasi, kita mampu menghasilkan kata sebanyak 1.000-8.000 kata setiap
harinnya. Ini satu aset dan potensi yang sangat besar, tetapi kenyataan untuk
berbicara di depan umum, misalnya berpidato, memberikan sambutan, memandu

14
acara berdoa, termyata tidak semua orang siap menerima peran itu. Sementara
memilih sedikit, dengan berbagai dalih, bahkan rela disebut kuper, dari pada
menerima menerima tawaran berbicara di depan umum.
Lima metode berbicara :
1. Metode spontanitas,
2. Metode garis besar,
3. Metode naskah, dan
4. Metode hafalan,
5. Metode campuran.

III. MENDENGARKAN
Mendengarkan adalah merespon atau menerima bunyi secara disengaja.
Memperhatikan dengan baik apa yang dikatakan oleh orang lain yang sudah mulai
melibatkan unsur kejiwaan yang berarti aktivitas mental sudah muncul, hanya
belum setinggi aktivitas menyimak.
Tujuan mendengarkan
1. Mendengarkan untuk kesenangan
2. Mendengarkan untuk mendapat informasi
3. Mendengarkan untuk mendengar keluh kesah teman atau kerabat.
Menurut tarigan (2008:38-490) mendengarkan dibagi menjadi dua jenis
yaitu :
1) Mendengarkan ekstensif adalah sejenis kegiatan mendengarkan mengenai
hal-hal lebih umum dan lebih bebas terhadap suatu ujaran, tidak perlu dibawah
bimbingan langsung oleh guru. Dalam mendengarkan ekstensif dibagi menjadi
empat, yaitu : mendengarkan sosial, mendengarkan sekunder, mendengarkan
estetik dan mendengarkan pasif.
2) Mendengarkan intensif lebih diarahkan pada kegiatan mendengarkan
secara lebih bebas dan lebih umum serta perlu dibawah bimbingan langsung pada
guru. Jenis-jenis yang termasuk kedalam kelopok mendengarkan intensif yaitu :
mendengarkan kritis, mendengarkan konsntratif, mendengarkan kreatif,
mendengarkan eksploratif, mendengarkan interogratif, dan mendengarkan selektif.

IV. MENULIS

15
Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk
berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain.
Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan
menulis harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa dan kosakata.
Sebagai sebuah kegiatan berbahasa, menulis memiliki fungsi dan tujuan
berikut.
1. Fungsi personal, yaitu mengekspresikan pikiran, sikap, perasaan pelakunya,
yang diungkapkan melalui misalnya surat atau buku harian.
2. Fungsi instrumental, yaitu mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain.
3. Fungsi interaksional, yaitu menjalin hubungan sosial.
4. Fungsi informatif, yaitu menyampaikan informasi termasuk ilmu
pengetahuan.
5. Fungsi estetik, yaitu untuk mengungkapkan atau memenuhi rasa
keindahan.
Graves (1978) menyampaikan manfaat menulis sebagai berikut
1. Menulis mengembangkan kecerdasan
Menurut para ahli psikolinguistik, menulis adalah suatu aktivitas
kompleks. Kompleksitas menulis terletak pada tuntutan kemampuan
mengharmonikan berbagai aspek, seperti pengetahuan tentang topik yang
dituliskan, kebiasaan menata isi tulisan secara runtut dan mudah dicerna,
wawasan dan keterampilan mengolah unsur-unsur bahasa sehingga tulisan
menjadi enak dibaca, serta kesanggupan menyajikan tulisan yang sesuai
dengan konvensi atau kaidah penulisan. Untuk dapat menulis seperti itu,
maka seorang calon penulis di antaranya memerlukan kemauan dan
kemampuan:
a. mendengar, melihat, dan membaca yang baik;
b. memilah dan memilih, mengolah, mengorganisasikan, dan menyampaikan
informasi yang diperolehnya secara kritis dan sistematis;
c. menganalisis sebuah persoalan dari berbagai perspektif;
d. memprediksi karakter dan kemampuan pembaca; serta
e. menata tulisan secara logis, runtut, dan mudah dipahami.

Tumbuh-kembangnya kemampuan tersebut sekaligus mengasah daya


pikir dan kecerdasan seseorang yang terus-menerus belajar menulis atau
mengarang. Oleh karena itu pula, tak heran jika Cunningham, dkk. (1995)
secara tegas menyatakan bahwa menulis adalah berpikir. Terdapat sembilan
proses berpikir dalam menulis.
a. Mengingat apa yang telah dipelajari, dialami, dan diketahui sebelumnya,
yang tersimpan dalam rekaman ingatan seorang penulis berkenaan
dengan apa yang ditulisnya.
b. Menghubungkan apa yang telah dipelajari, dialami, dan diketahui

16
sebelumnya, yang berhubungan dengan sesuatu yang ditulis seseorang,
sehingga berbagai informasi itu satu sama lain saling terkait dan
membentuk satu keutuhan. Mengingat dan menghubungkan merupakan
aktivitas berpikir yang tampaknya terjadi secara bersamaan. Memang
betul. Otak kita terlebih dahulu mengingat pengetahuan dan pengalaman
yang dimiliki, baru menghubungkan pengetahuan dan pengalaman baru
yang diperoleh dengan yang sudah ada.
c. Mengorganisasikan informasi/pengetahuan yang dimiliki sehingga
mempermudah penulis untuk mengingat dan menatanya dalam menulis.
d. Membayangkan ciri atau karakter dari apa yang telah diketahui dan
dialami sehingga tulisan menjadi lebih hidup.
e. Memprediksi atau meramalkan bagian tulisan selanjutnya, ketika
menyusun bagian tulisan sebelumnya. Perilaku berpikir ini akan
menjadikan tulisan yang dihasilkan mengalir dengan lancar, runtut, dan
logis.
f. Memonitor atau memantau ketepatan tataan dan kaitan antarsatu bagian
tulisan dengan bagian tulisan lainnya.
g. Menggeneralisasikan bagian demi bagian informasi yang ditulis ke
dalam sebuah kesimpulan.
h. Menerapkan informasi atau sebuah kesimpulan yang telah disusun ke
dalam konteks yang baru.
i. Mengevaluasi apakah seluruh informasi yang diperlukan dalam tulisan
telah cukup memadai, memiliki hubungan yang erat satu sama lain
sehingga membentuk satu kesatuan tulisan yang sistematis dan logis,
serta dikemas dalam penataan dan pembahasaan yang mudah dipahami
dan menarik.

2. Menulis mengembangkan daya inisiatif dan kreativitas


Dalam kegiatan membaca, seorang pembaca dapat menemukan segala
hal yang diperlukan, yang tersedia dalam bacaan. Sebaliknya, dalam menulis
seseorang mesti menyiapkan dan menyuplai sendiri segala sesuatunya: isi
tulisan, pertanyaan dan jawaban, ilustrasi, pembahasaan, dan penyajian
tulisan. Supaya hasil tulisannya menarik dan enak dibaca, maka apa yang
dituliskan harus ditata sedemikian rupa sehingga logis, sistematis, dan tidak
membosankan.
Untuk dapat menghasilkan tulisan seperti itu, maka seorang penulis
harus memiliki daya inisiatif dan kreativitas yang tinggi. Ia harus mencari,
menemukan, dan menata sendiri bahan atau informasi dari berbagai sumber,
yang terkait dengan topik yang akan ditulisnya. Ia harus mempelajari,
membaca, dan memilih sumber-sumber itu, serta menyistematiskan hasil
bacanya. Ia harus membuat atau menemukan contoh dan ilustrasi yang
membuat tulisannya jelas dan menarik. Ia harus memilih struktur dan
kosakata yang paling tepat, sesuai dengan maksud yang ingin
disampaikannya. Ia berulang kali harus mencoba dan menemukan cara untuk
memulai dan mengakhiri tulisannya dengan enak. Pelbagai aktivitas itu jika
terus-menerus dilatih dengan sendirinya dipastikan akan dapat memicu

17
tumbuh-kembang daya inisiatif dan kreativitas seorang penulis.

3. Menulis menumbuhkan kepercayaan diri dan keberanian


Menulis membutuhkan keberanian. Betulkah? Menulis ibarat
mengemudi kendaraan. Orang yang telah mengetahui seluk beluk
mengemudi mobil, bahkan sudah memiliki SIM, tidak serta-merta ia dapat
mengemudikan mobil. Ia perlu keberanian dan menepis berbagai
kekhawatiran, seperti khawatir salah menginjak gas, menyerempet atau
menabrak orang, menyerempet kendaraan lain, atau mati mesin mendadak di
tengah jalan. Hal yang sama terjadi dalam menulis. Begitu banyak
kekhawatiran dan bayangan buruk menghinggapi kepala orang dalam
menulis. Misalnya, malu jika hasilnya jelek; khawatir salah menyampaikan,
sehingga dapat menyinggung orang lain; takut tulisannya ditertawakan
orang”, dan berbagai macam alasan lainnya.
Saudara, menulis memerlukan keberanian. Penulis harus berani
menampilkan pemikirannya, termasuk perasaan, cara pikir, dan gaya tulis,
serta menawarkannya kepada orang lain. Konsekuensinya, dia harus memiliki
kesiapan dan kesanggupan untuk melihat dengan jernih segenap penilaian dan
tanggapan apa pun dari pembacanya, baik yang bersifat positif maupun
negatif. Penilaian atau tanggapan dari orang lain justru merupakan masukan
atau pupuk bagi penulis untuk dapat memperbaiki kemampuannya dalam
menulis.

4. Menulis mendorong kebiasaan serta memupuk kemampuan dalam


menemukan, mengumpulkan, dan mengorganisasikan informasi
Hasil pengamatan dan pengalaman selama ini menunjukkan bahwa
penyebab orang gagal dalam menulis ialah karena ia sendiri tidak tahu apa
yang akan ditulisnya. Ia tidak memiliki informasi yang cukup tentang topik
yang akan ditulis, serta malas mencari informasi yang diperlukannya. Pada
awalnya, seseorang menulis karena ia memiliki ide, gagasan, pendapat, atau
sesuatu yang menurut pertimbangannya perlu disampaikan dan penting untuk
diketahui oleh orang lain. Tetapi, kerap informasi yang dimiliki tentang yang
akan ditulisnya tidak tersedia secara memadai. Kondisi ini akan mendorong
seseorang untuk mencari, mengumpulkan, menyerap, dan mempelajari
informasi yang diperlukan dari berbagai sumber. Yang dimaksud sumber di
sini dapat berupa: (1) bacaan (buku, artikel, jurnal, laporan penelitian, data
statistik dari media cetak atau internet) yang informasinya diperoleh melalui
kegiatan membaca, (2) rekaman atau siaran yang informasinya digali melalui
kegiatan melihat dan/atau menyimak, (3) orang atau nara sumber yang
informasinya dijaring melalui diskusi, tanya jawab, atau wawancara, serta
(4) alam atau lingkungan yang ditangkap melalui pengamatan.
Berdasarkan sumber-sumber itu seseorang akan memperoleh informasi
yang diperlukannya dalam menulis. Lalu, bagaimana menyerap pelbagai
informasi yang begitu banyak jumlah dan ragamnya? Bagaimanapun
menyerap informasi dengan tujuan sekedar tahu bagi dirinya sendiri pasti
cenderung berbeda dengan menyerap informasi yang bertujuan untuk diolah

18
dan disampaikan kembali kepada orang lain. Di mana letak perbedaannya?
Bagi penulis (juga pembicara), informasi yang diperoleh tidak sekedar
untuk dipahami, tetapi juga supaya dapat diingat dan digunakannya kembali
bila diperlukan dalam menulis atau mengarang. Implikasinya, dia akan
menerapkan pelbagai strategi agar informasi yang diperoleh terjaga dan
tertata sedemikian rupa agar ketika diperlukan mudah dicari tanpa harus
membaca ulang semua bacaan yang pernah dipelajari sebelumnya

19
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari paparan atau penjelasan diatas, penyusun dapat menyimpulkan bahwa
bahwa sesuai dengan makalah “Ruang Lingkup Bahasa” penyusun menyimpulkan
bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh
para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi dan
mengidentifikasikan diri. (Harimukti Kridalaksana (1997)). Yang didalamnya
terdapat komponen-komponen berbicara, mendengarkan, membaca dan menulis.

B. SARAN
Menyadari bahwa penyusun masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penyusun akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah diatas
dengan sumber-sumber yang lebih banyak, yang tentunya dapat
dipertanggungjawabkan.

I
DAFTAR PUSTAKA

Suhendar, M.E.1992. Materi Kuliah Dasar Umum Bahasa Indonesia.


Bandung: Pionir Jaya.
Tarigan, Henry Guntur.2008. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa. Bandung: Angkasa Bandung.
Tarigan, Henry Guntur.2008. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa. Bandung: Angkasa Bandung.
Tarigan, Henry Guntur.1986. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa. Bandung: Angkasa Bandung.
Kridalaksana, Harimurti.1997. Dasar-dasar Linguistik Umum. Jakarta:
Fakultas Sastra Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai