1. Definisi
Ergonomi berasal dari bahasa yunani, ergon artinya kerja dan nomos artinya peraturan atau
hukum. Secara harviah ergonomi adalah hukum atau peraturan yang mengatur tentang
bagaiamana melakukan pekerjaan termasuk dalam menggunakan peralatan kerja.
Ergonomi adalah ilmu yang mengatur tentang penyesuaian antara peralatan atau perlengkapan
dalam bekerja dengan kondisi atau kemampaun manusia, sehingga mencapai kesehatan tenaga
kerja dan produktivitas yang optimal.
3. Tujuan
Memaksimalkan efisiensi karyawan.
Memperbaiki kesehatan dan keselamatan kerja.
Menganjurkan agar bekerja aman, nyaman, dan bersemangat.
Memaksimalkan bentuk (performance) kerja yang meyakinkan.
(dr.Gempur Santoso, Drs., M.Kes.Ergonomi Manusia, Peralatan, dan Lingkungan)
Bagaimana mengatur kerja agar tenaga kerja dapat melakukan pekerjaannya dengan rasa
aman, selamat, efisien, efektif, dan produktif, disamping juga rasa ”nyaman” serta terhindar
dari bahaya yang mungkin timbul ditempat kerja.
(A.M.Sugeng Budioro.2005.Bunga Rampai, Hiperkes & KK, Edisi Kedua
(Revisi).Semarang : Undip)
4. Manfaat
Mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan mencegah ketidakefisiensi kerja (
meningkatkan produksi kerja )
Mengurangi beban kerja karena apabila peralatan kerja tidak sesuai dengan kondisi dan
ukuran tubuh pekerja akan menjadi beban tambahan kerja
(Prof.dr.Soekidjo Notoatmodjo.2007.Ilmu Kesehatan Masyarakat.Jakarta:Rineka Cipta)
5. Aspek2
1. Faktor manusia
Dibagi 2:
Faktor dari dalam, adalah faktor yang berasal dari dalam diri manusia seperti umur,
jenis kelamin, kekuatan otot, bentuk dan ukuran tubuh, dll.
Faktor dari luar, berasal dari luar manusia seperti penyakit, gizi, lingkungan kerja,
sosial ekonomi,adat istiadat, dsb.
2. Anthropometri
Suatu pengukuran yang sistematis terhadap tubuh manusia, terutama seluk beluk
dimensional ukuran dan bentuk tubuh manusia. Antropometri yang merupakan ukuran
tubuh digunakan untuk merancang atau menciptakan suatu saran kerja yang sesuai
dengan ukuran tubuh pengguna sarana kerja tersebut. Dalam pelaksanaan pengukuran
antropometri dikenal dua macam pengukuran yaitu antropometri statis dan dinamis.
5. Pengorganisasian kerja
Pengorganisasian kerja terutama menyangkut waktu kerja, waktu istirahat,kerja lembur
dan lainnya yang dapat menentukan tingkat kesehatan dan efisiensi tenaga kerja.
Jam kerja selama 8 jam perhari diusahakan sedapat mungkin tidak terlampaui, apabial
tidak dapat dihindarkan perlu diusahakan grup kerja baru atau perbanyakan kerja ship.
Untuk pengendalian lingkungan kerja dapat dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu
pengendalian secara teknik, pengendalian secara administratif, dan pengendalian
dengan pemberian alat pelindung diri (APD).
7. Kelelahan kerja
Penyebab kelelahan kerja adalah akibat tidak ergonomisnya kondisi sarana, prasarana,
dan lingkungan kerja merupaan faktor dominan bagimenurunnya atau rendahnya
produktivitas kerja seorang tenaga kerja. Kelelahan merupakan suatu kondisi
melemahnya tenaga untuk melakukan suatu kegiatan walaupun bukan merupakan satu-
satunya gejala. Kelelahan dapat dibagi dua macam:
Kelelahan otot
Kelelahan umum
Kelelahan otot ditunjukkan melalui gejala sakit nyeri, seperti ketegangan otot dan sakit
sekitar sendi, sedangkan kelelahan umum dapat terlihat pada munculnya sejumlah
keluhan yang berupa perasaan lamban dan keenggan beraktivitas.
Over exertion
Over stretching
Over compressor
Ada beberapa faktor resiko untuk terjadinya CTD, yaitu;
Pengadaan musik di tempat kerja sebaiknya dilakukan untuk jenis pekerjaan yang
monoton dan pekerjaan tangan yang berulang serta pekerjaan lain yang memerlukan
aktivitas mental. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kebosanan dan kejenuhan
dalam kerja.
b. Ventilasi umum
Yaitu mengalirkan udara sebanyak menurut perhitungan keadaan ruang kerja,
agar kadar dari bahan-bahan yang berbahaya oleh pemasukan udara ini lebih
rendah daripada kadar yang membahayakan yaitu kadar Nilai Ambang Batas
(NAB). NAB adalah kadar yang padanya atau di bawah dari padanya, apabila
pekerja-pekerja meghirupnya 8 jam sehari, 5 hari seminggu, tidak akan
menimbulkan kelainan atau penyakit.
d. Isolasi
Yaitu mengisolasi operasi atau proses dalam perusahaan yang membahayakan,
misalnya isolasi mesin yang sangat hiruk, agar kegaduhan yang disebabkannya
turun dan tidak menjadi gangguan lagi. Atau contoh lain ialah isolasi
percampuran bensin dengan tetra etil timah hitam
e. Pakaian pelindung
Misalnya, masker, kaca mata, sarung tangan, sepatu, topi, pakaian, dll
Dr. Suma’mur P.K., M.Sc, Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, Jakarta : Gunung
Agung
6. Program
Program ergonomic meliputi :
Penentuan problematic
Percobaan untuk pemecahan
Pengeterapan hasil percobaan dan pembuktian effektivitas
Suma’mur. 1986. “Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja”. Gunung Agung Jakarta
7. Ruang Lingkup
Ruang lingkup :
- teknik
- pengalaman psikis
- fisik
- anatomi, berhub dg gerakan dan kekuatan otot dan sendi
- antropometri
- sosiologi
- fisiologis
- bio mekanika(gerakan dan sikap badan)
Suma’mur. 1986. “Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja”. Gunung Agung Jakarta
8. Penerapan
9. Metode
memberikan pengarahan dan pelatihan ttg tugas kpd pekerja, sebelum melaksanakan
tgs barunya
memberikan uraian tgs tertulis yg jelas kpd pekerja atau karyawan
melangkapi karyawan atau pekerja dg peralatan yg sesuai / cocok dg ukurannya
menciptakan lingkungan kerja yg nyaman dan aman
(IKM prinsip – prinsip dasar, Prof. Dr. Soekidjo Notoatmojo, Rineka Cipta)
Diagnosis, dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi tempat kerja
penilaian fisik pekerja, uji pencahayaan, ergonomik checklist dan pengukuran
lingkungan kerja lainnya. Variasinya akan sangat luas mulai dari yang sederhana sampai
kompleks.
Treatment, pcmecahan masalah ergonomi akan tergantung data dasar pada. saat
diagnosis. Kadang sangat sederhana seperti merubah posisi meubel, letak pencahayaan
atau jendela yang sesuai, membeli furniture sesuai dengan dimensi fisik pekerja.
Follow up, dengan evaluasi yang subyektif atau obyektif, subyektif misalnya dengan
menanyakan kenyamanan bagian badan yang sakit, nyeri bahu dan siku, keletihan , sakit
kepala dan lain-lain. Secara obyektif misalnya dengan parameter produk yang ditolak,
absensi sakit, angka kecelakaan dan lain-lain.
(www.digilib.go.id)