Anda di halaman 1dari 6

ERGONOMI

1. Definisi
Ergonomi berasal dari bahasa yunani, ergon artinya kerja dan nomos artinya peraturan atau
hukum. Secara harviah ergonomi adalah hukum atau peraturan yang mengatur tentang
bagaiamana melakukan pekerjaan termasuk dalam menggunakan peralatan kerja.

Ergonomi adalah ilmu yang mengatur tentang penyesuaian antara peralatan atau perlengkapan
dalam bekerja dengan kondisi atau kemampaun manusia, sehingga mencapai kesehatan tenaga
kerja dan produktivitas yang optimal.

2. Prinsip2 dan penerapannya


 Sikap tubuh dalam melakukan pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk, susunan,
ukuran, dan penempatan mesin-mesin, penempatan alat-alat petunjuk, cara-cara harus
melayani mesin (macam gerak,arah,kekuataan,dsb).
 Untuk normalisasi ukuran mesin atau peralatan kerja harus diambil ukuran tersebar
sebagai dasar serta diatur dengan suatu cara, shg ukuran tersebut dapat dikecilkan dan
dapat dilayani oleh tenaga kerja yang lebih kecil, misalnya : tempat duduk yang dapat
dinaik turunkan dan dimajukan atau dimundurkan.
 Ukuran-ukuran antropometri yang dapat dijadikan dasar untuk penempatan alat-alat
kerja adalah sebagai berikut :
 Berdiri : tinggi badan,bahu,siku,pinggul,dll
 Duduk : tinggi duduk,panjang lengan atas,panjang lengan bawah dan tangan,jarak
lekuk lutut
 Pada pekerjaan tangan yang dilakukan berdiri,tinggi kerja sebaiknya 5-10 cm di bawah
tinggi siku.
 Dari segi otot,sikap duduk yang paling baik adalah sedikit membungkuk sedang dari
sudut tulang, dianjurkan duduk tegak agar punggung tidak bungkuk dan otot perut tidak
lemas.
 Tempat duduk yang baik adalah :
 Tinggi dataran duduk dapat diatur dengan papan kaki yang sesuai dengan tinggi lutut
sedangkan paha dalam keadaan datar
 Lebar papan duduk tidak kurang dari 35 cm
 Papan tolak punggung tingginya dapat diatur dan menekan pada punggung
 Arah penglihatan untuk pekerjaan berdiri adalah 23-37 derajat ke bawah sedangkan
untuk pekerjaan duduk arah penglihaan ini sesuai dengan sikap kepala yang istirahat.
 Kemampuan beban fisik maksimal oleh ILO ditentukan sebesar 50 Kg. Kemampuan
seseorang bekerja adalah 8-10 jam per hari.lebih dari itu efisiensi dan kualitas kerja
menurun.
(Prof.dr.Soekidjo Notoatmodjo.2007.Ilmu Kesehatan Masyarakat.Jakarta:Rineka Cipta)

3. Tujuan
 Memaksimalkan efisiensi karyawan.
 Memperbaiki kesehatan dan keselamatan kerja.
 Menganjurkan agar bekerja aman, nyaman, dan bersemangat.
 Memaksimalkan bentuk (performance) kerja yang meyakinkan.
(dr.Gempur Santoso, Drs., M.Kes.Ergonomi Manusia, Peralatan, dan Lingkungan)

Bagaimana mengatur kerja agar tenaga kerja dapat melakukan pekerjaannya dengan rasa
aman, selamat, efisien, efektif, dan produktif, disamping juga rasa ”nyaman” serta terhindar
dari bahaya yang mungkin timbul ditempat kerja.
(A.M.Sugeng Budioro.2005.Bunga Rampai, Hiperkes & KK, Edisi Kedua
(Revisi).Semarang : Undip)

4. Manfaat
 Mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan mencegah ketidakefisiensi kerja (
meningkatkan produksi kerja )
 Mengurangi beban kerja karena apabila peralatan kerja tidak sesuai dengan kondisi dan
ukuran tubuh pekerja akan menjadi beban tambahan kerja
(Prof.dr.Soekidjo Notoatmodjo.2007.Ilmu Kesehatan Masyarakat.Jakarta:Rineka Cipta)

5. Aspek2
1. Faktor manusia
Dibagi 2:

Faktor dari dalam, adalah faktor yang berasal dari dalam diri manusia seperti umur,
jenis kelamin, kekuatan otot, bentuk dan ukuran tubuh, dll.

Faktor dari luar, berasal dari luar manusia seperti penyakit, gizi, lingkungan kerja,
sosial ekonomi,adat istiadat, dsb.

2. Anthropometri
Suatu pengukuran yang sistematis terhadap tubuh manusia, terutama seluk beluk
dimensional ukuran dan bentuk tubuh manusia. Antropometri yang merupakan ukuran
tubuh digunakan untuk merancang atau menciptakan suatu saran kerja yang sesuai
dengan ukuran tubuh pengguna sarana kerja tersebut. Dalam pelaksanaan pengukuran
antropometri dikenal dua macam pengukuran yaitu antropometri statis dan dinamis.

3. Sikap tubuh dalam bekerja


Hubungan tenaga kerja dalam sikap dan interaksinya terhadap sarana kerja akan
menentukan efisiensi, efektivitas, dan produktivitas kerja, selain SOP yang terdapat
pada setiapa jenis pekerjaan. Semua sikap tubuh yang tidak alamiah dalam bekerja,
misalnya sikap menjangkau barang yang melebihi jangkauan tangannya harus
dihindarkan. Apabila hal ini tidak memungkinkan maka harus diupayakan agar beban
statiknya diperkecil. Pada waktu bekerja diusahakan agar bersikapsecara alamiah dan
bergerak optimal. Sikap tubuh dalam bekerja yang dikatakan secara ergonomik adalah
yang memberikan rasa nyaman, aman, sehat, dan selamat dalam bekerja yang dilakukan
antara lain dengan cara:

 Menghindarkan sikapa yang tidak alamiah dalam bekerja


 Diusahakan beban statik menjadi sekecil-kecilnya
 Perlu dibuat dan ditentukan kriteria dan ukuran baku tentang peralatan
kerjayanga sesuai dengan ukuran antropometri tenaga kerja penggunanya.
 Agar diupayakan bekerja dengan sikap duduk dan berdiri secara bergantian.
4. Manusia- mesin
Fungsi manusia dalam hubungan manusia-mesin dalam rangkaian produksi ini adalah
sebagai pengarah atau pengendali jalannya mesin tersebut. Manusia menerima
informasi dari mesin melalui indera mata untuk membuat keputusan untuk
menyesuaikan atau merubah kerja mesin melalui alat kendali yang ada pada mesin.
Pada umumnya setiap mesin mempunyai SOP. Kemudian mesin menerima perintah
tersebut untuk kemudian untuk menjalankan tugasnya. Jelas disini bahwa bekerjanya
mesin sangat tergantung pada manusia sebagai pengendalinya.

5. Pengorganisasian kerja
Pengorganisasian kerja terutama menyangkut waktu kerja, waktu istirahat,kerja lembur
dan lainnya yang dapat menentukan tingkat kesehatan dan efisiensi tenaga kerja.

Jam kerja selama 8 jam perhari diusahakan sedapat mungkin tidak terlampaui, apabial
tidak dapat dihindarkan perlu diusahakan grup kerja baru atau perbanyakan kerja ship.

6. Pengendalian lingkungan kerja


Lingkungan kerja yang buruk atau melampaui nilai ambang batas yang ditetapkan, yang
melebihi toleransi manusia untuk menghadapinya, akan menurunkan produktivitas
kerja, menyebabkan penyakit akibat kerja, kecelakaan kerja, pencemaran lingkungan
sehingga tenaga kerja dalam melaksanakan pekerjaannya tidak mendapat rasa aman,
nyaman, sehat, dan selamat. Terdapat berbagai faktor lingkungan kerja yang
berpengaruh terhadap kesehatan, keselamatan, dan efisiensi serta produktivitas kerja
yaitu faktor fisik; seperti pengaruh kebisingan, penerangan, iklim kerja, getaran; faktor
kimia seperti pengaruh bahan kimia, gas, uap, debu; faktor fisiologis seperti;sikap dan
cara kerja, penentuan jam kerja dan istirahat, kerja gilir, kerja lembur; faktor
psikologis;seperti suasana tempat kerja, hubungan antar pekerja dan faktor biologis
seperti infeksi karena bakteri, jamur, virus, cacing.

Untuk pengendalian lingkungan kerja dapat dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu
pengendalian secara teknik, pengendalian secara administratif, dan pengendalian
dengan pemberian alat pelindung diri (APD).

7. Kelelahan kerja
Penyebab kelelahan kerja adalah akibat tidak ergonomisnya kondisi sarana, prasarana,
dan lingkungan kerja merupaan faktor dominan bagimenurunnya atau rendahnya
produktivitas kerja seorang tenaga kerja. Kelelahan merupakan suatu kondisi
melemahnya tenaga untuk melakukan suatu kegiatan walaupun bukan merupakan satu-
satunya gejala. Kelelahan dapat dibagi dua macam:

 Kelelahan otot
 Kelelahan umum
Kelelahan otot ditunjukkan melalui gejala sakit nyeri, seperti ketegangan otot dan sakit
sekitar sendi, sedangkan kelelahan umum dapat terlihat pada munculnya sejumlah
keluhan yang berupa perasaan lamban dan keenggan beraktivitas.

8. Kerusakan trauma kumulatif (CTD)


Penyakit ini timbul karena terkumpulnya kerusakan –kerusakan kecil akibat trauma
berulang yang membentuk kerusakan yang cukup besar dan menimbulkan rasa sakit.
Gejala CTD muncul pada jenis pekerjaan yang monoton sikap kerja yang tidak alamiah,
penggunaan atau pengerahan otot yang melebihi kemampuannya. Penyebab timbulnya
trauma pada jaringan tubuh antara lain karena:

 Over exertion
 Over stretching
 Over compressor
Ada beberapa faktor resiko untuk terjadinya CTD, yaitu;

 Terdapat posture atau sikap tubuh yang janggal


 Gaya yang melebihi kemampuan jaringan
 Lamanya waktu pada saat melakukan posisi janggal
 Frekuensi siklus gerakan dengan posture janggal per menit
9. Kesegaran jasmani dan musik
Pekerja yang sehat, segar, dan bugar dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas
perusahaan.

Pengadaan musik di tempat kerja sebaiknya dilakukan untuk jenis pekerjaan yang
monoton dan pekerjaan tangan yang berulang serta pekerjaan lain yang memerlukan
aktivitas mental. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kebosanan dan kejenuhan
dalam kerja.

 Pencegahan terhadap gangguan-gangguan kesehatan kerja:


a. Subtitusi
Yaitu mengganti bahan yang lebih bahaya dengan bahan yang kurag bahaya
atau tidak berbahaya sama sekali, misalnya carbon tetraclorida diganti dengan
trichlor etilen. Atau ironshot dipergunakan sebagai pengganti pasir pada
kegiatan sandbalsting.

b. Ventilasi umum
Yaitu mengalirkan udara sebanyak menurut perhitungan keadaan ruang kerja,
agar kadar dari bahan-bahan yang berbahaya oleh pemasukan udara ini lebih
rendah daripada kadar yang membahayakan yaitu kadar Nilai Ambang Batas
(NAB). NAB adalah kadar yang padanya atau di bawah dari padanya, apabila
pekerja-pekerja meghirupnya 8 jam sehari, 5 hari seminggu, tidak akan
menimbulkan kelainan atau penyakit.

c. Ventilasi keluar setempat (local exhausters)


Ialah alat yang biasanya menghisap udara di suatu tempat kerja tertentu, agar
bahan-bahan dari tempat tertentu itu yang membahayakan dihisap dan dialirkan
keluar.

d. Isolasi
Yaitu mengisolasi operasi atau proses dalam perusahaan yang membahayakan,
misalnya isolasi mesin yang sangat hiruk, agar kegaduhan yang disebabkannya
turun dan tidak menjadi gangguan lagi. Atau contoh lain ialah isolasi
percampuran bensin dengan tetra etil timah hitam

e. Pakaian pelindung
Misalnya, masker, kaca mata, sarung tangan, sepatu, topi, pakaian, dll

f. Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja


Yaitu pemeriksaan kesehatan kepada calon pekerja untuk mengetahui, apakah
calon tersebut serasi dengan pekerjaan yang akan diberikan kepadanya, baik
fisik, maupun mentalnya.

g. Pemeriksaan kesehatan berkala/ulangan


Untuk evaluasi, apakah faktor-faktor penyebab itu telah menimbulkan
gangguan-gangguan/kelainan-kelainan kepada tubuh pekerja atau tidak.

h. Penerangan sebelum kerja


Agar bekerja mengetahui dan mentaati peraturan-peraturan, dan agar mereka
lebih berahati-hati.

i. Pendidikan tentang kesehatan dan keselamatan kepada pekerja secara kontinu


Agar pekerja-pekerja tetap waspada dalam menjalankan pekerjaannya.

Dr. Suma’mur P.K., M.Sc, Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, Jakarta : Gunung
Agung

6. Program
Program ergonomic meliputi :

 Penentuan problematic
 Percobaan untuk pemecahan
 Pengeterapan hasil percobaan dan pembuktian effektivitas
Suma’mur. 1986. “Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja”. Gunung Agung Jakarta

7. Ruang Lingkup
Ruang lingkup :

- teknik
- pengalaman psikis
- fisik
- anatomi, berhub dg gerakan dan kekuatan otot dan sendi
- antropometri
- sosiologi
- fisiologis
- bio mekanika(gerakan dan sikap badan)
Suma’mur. 1986. “Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja”. Gunung Agung Jakarta

8. Penerapan

i. posisi kerja terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri


ii. proses kerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dg posisi waktu bekerja
sesuai dg ukuran antropometrinya
iii. tataletak tempat kerja (display terlihat pd wkt melakukan aktifitas kerja, simbol
yg berlaku internasional lebih banyak digunakan drpd kata2)
iv. mengangkat beban (ada bermacam2 cara dalam mengangkat beban, yaitu dg
kepala, bahu, punggung)
Notoatmodjo, Soekidjo, “Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip- Prinsip Dasar”, 2003

9. Metode
 memberikan pengarahan dan pelatihan ttg tugas kpd pekerja, sebelum melaksanakan
tgs barunya
 memberikan uraian tgs tertulis yg jelas kpd pekerja atau karyawan
 melangkapi karyawan atau pekerja dg peralatan yg sesuai / cocok dg ukurannya
 menciptakan lingkungan kerja yg nyaman dan aman
(IKM prinsip – prinsip dasar, Prof. Dr. Soekidjo Notoatmojo, Rineka Cipta)

 Diagnosis, dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi tempat kerja
penilaian fisik pekerja, uji pencahayaan, ergonomik checklist dan pengukuran
lingkungan kerja lainnya. Variasinya akan sangat luas mulai dari yang sederhana sampai
kompleks.
 Treatment, pcmecahan masalah ergonomi akan tergantung data dasar pada. saat
diagnosis. Kadang sangat sederhana seperti merubah posisi meubel, letak pencahayaan
atau jendela yang sesuai, membeli furniture sesuai dengan dimensi fisik pekerja.
 Follow up, dengan evaluasi yang subyektif atau obyektif, subyektif misalnya dengan
menanyakan kenyamanan bagian badan yang sakit, nyeri bahu dan siku, keletihan , sakit
kepala dan lain-lain. Secara obyektif misalnya dengan parameter produk yang ditolak,
absensi sakit, angka kecelakaan dan lain-lain.
(www.digilib.go.id)

Anda mungkin juga menyukai