Tugas Ke 3
Tugas Ke 3
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
OLEH :
1. Pre-Farm
Teknologi produksi benih / bibit unggul tumbuhan obat,
secara konvensional ataupun bioteknologis.
2. On-Farm
Teknologi budidaya tumbuhan obat yang mengacu pada
GAP
3. Off-Farm Teknologi panen yang memperhatikan kandungan
senyawa aktif berkhasiat obat maupun parameter kualitas
lainnya yang dipersyaratkan.
a. Teknologi pasca panen / pengolahan yang menghasilkan
simplisia yang memenuhi persyaratan.
b. Teknologi ekstrak standar untuk mendapatkan ekstrak yang
tervalidasi kandungan senyawa aktif.
c. Teknologi pengujian khasiat dan toksisitas pada tingkat pre
klinik yang memenuhi persyaratan validitas (Herbal
Terstandar).
d. Teknologi pengujian khasiat dan toksisitas pada tingkat
klinik yang memenuhi persyaratan validitas (Fitofarmaka).
C. Standarisasi Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan
mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani
menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir
semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang diperoleh
diperlukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah
ditetapkan. Standardisasi ekstrak tidak lain adalah serangkaian
parameter yang dibutuhkan sehingga ekstrak persyaratan produk
kefarmasian sesuai dengan persyaratan yang berlaku.
Ekstrak terstandar berarti konsistensi kandungan senyawa
aktif dari setiap batch yang diproduksi dapat dipertahankan, dan
juga dapat mempertahankan pemekatan kandungan senyawa aktif
pada ekstrak sehingga dapat mengurangi secara signifikan volume
permakaian per dosis, sementara dosis yang diinginkan terpenuhi,
serta ekstrak yang diketahui kadar senyawa aktifnya ini dapat
dipergunakan sebagai bahan pembuatan formula lain secara
mudah seperti sediaan cair , kapsul, tablet, dan lain-lain.
1. Parameter Non Spesifik
a. Susut Pengeringan
Susut pengeringan merupakan pengukuran sisa zat
setelah pengeringan pada temperatur 105oC selama 30
menit atau sampai konstan, yang dinyatakan dalam porsen.
Dalam hal khusus (jika bahan tidak mengandung minyak
menguap/atsiri dan sisa pelarut organik) identik dengan
kadar air, yaitu kandungan air karena berada di
atmosfer/lingkungan udara terbuka (Depkes RI, 2000).
Langkah – Langkah Pengukuran Susut Pengeringan:
1) Ekstrak diratakan dalam botol timbang hingga
setinggi ± 5-10 mm
2) Ekstrak ditimbang sebanyak 1-2 gram dalam botol
timbang yang sebelumnya dipanaskan pada suhu
105°C selama 30 menit dan telah ditara
3) Masukkan dalam desikator hingga suhu kamar,
kemudian masukkan kedalam ruang pengering,
keringkan pada suhu 105°C hingga bobot tetap
4) Hitung Susut Pengeringan.
b. Bobot Jenis
Parameter bobot jenis ekstrak merupakan parameter
yang mengindikasikan spesifikasi ekstrak uji. Parameter ini
penting, karena bobot jenis ekstrak tergantung pada jumlah
serta jenis komponen atau zat yang larut didalamnya
(Depkes RI, 2000).
Langkah – Langkah Pengukuran Bobot Jenis:
1) Hitung bobot piknometer dan bobot air yang baru
dididihkan pada suhu 25°C.
2) Atur suhu ekstrak ± 20°C, masukkan dalam
piknometer. Atur suhu piknometer hingga 25°C,
buang kelebihan ekstrak cair yang ditimbang.
3) Kurangkan bobot piknometer kosong dari berat
piknometer yang telah disini. Bobot jenis ekstrak
adalah hasil yang diperoleh dengan membagi
bobot ekstrak dengan bobot air dalam piknometer
suhu 25°C
c. Kadar air
Kadar air adalah banyaknya hidrat yang terkandung
zat atau banyaknya air yang diserap dengan tujuan untuk
memberikan batasan minimal atau rentang tentang
besarnya kandungan air dalam bahan (Depkes RI, 2000).
Menggunakan Metode Titrasi, Destilasi dan
Gravimetri.
1) Metode Titrasi
a) Masukkan ± 20 ml metanol P ke labu titrasi
b) Titrasi dengan pereaksi Karl Fischer hingga titik
akhir tercapai
c) Masukkan zat dengan cepat yang telah
ditimbang seksama yang diperkirakan
mengandung 10 – 50 mg air kedalam labu
titrasi, aduk selama 1 menit
d) Titrasi dengan pereaksi Karl Fischer yang telah
diketahui kesetaraan airnya
e) Hitung jumlah air dalam mg dengan rumus V ×
F, V adalah volume pereaksi Karl Fischer pada
titrasi kedua, F adalah Faktor Kesetaraan air.
2) Metode Destilasi
a) Masukkan ekstrak yang telah ditimbang
seksama yang mengandung 2-4 ml air kedalam
labu kering
b) Masukkan ± 200 ml toluen kedalam labu.
Hubungkan alat. Tuang toluen melalui alat
pendingin. Panaskan labu selama 15 menit
c) Setelah toluen mulai mendidih, suling dengan
kecepatan ± 2 tetes per detik, hingga sebagian
air tersuling, kemudian naikkan kecepatan
penyulingan hingga 4 tetes per detik.
d) Setelah semua air tersuling, cuci bagian dalam
pendingin dengan toluen. Lanjutkan
penyulingan selama 5 menit. Dinginkan tabung
hingga suhu kamar.
e) Setelah air dan toluen memisah sempurna,
baca volume air. Hitung kadar air dalam
persen. %Kadar air = (V/W) x 100%
3) Metode Gravimetri
1) Masukkan ± 10 gram ekstrak dan timbang
dalam wadah yang telah ditara. Keringkan
dalam suhu 105°C selama 5 jam dan ditimbang
2) Lanjutkan pengeringan dan timbang pada jarak
1 jam sampai perbedaan antara 2
penimbangan berturut – turut tidak lebih dari
0,25%
d. Kadar abu
Parameter kadar abu merupakan pernyataan dari
jumlah abu fisiologik bila simplisia dipijar hingga seluruh
unsur organik hilang. Abu fisiologik adalah abu yang
diperoleh dari sisa pemijaran (Depkes RI, 2000).
Langkah – Langkah pengukuran kadar abu:
1) Penetapan Kadar Abu
a) Pijarkan krus silikat
b) Gerus ekstrak, timbang seksama 2-3 gram
ekstrak
c) Masukkan ekstrak kedalam krus silikat, ratakan
d) Pijarkan perlahan hingga arang habis,
dinginkan lalu timbang
e) Jika arang tidak dapat dihilangkan, tambahkan
air panas
f) Saring melalui kertas saring bebas abu
g) Pijarkan sisa kertas dan kertas saring dalam
krus yang sama
h) Masukkan filtrat kedalam krus, uapkan
i) Pijarkan hingga bobot tetap, timbang
j) Hitung kadar abu terhadap bahan yang
dikeringkan di udara
e. Sisa Pelarut
Menentukan kandungan sisa pelarut tertentu yang mungkin
terdapat dalam ekstrak dengan kromatografi gas.
Langkah – Langkah:
1) Timbang 2 gram ekstrak etanol, larutkan dalam 25 mL air
2) Masukkan dalam labu destilasi
3) Atur suhu destilat 78,5°C
4) Lakukan destilasi hingga selesai
5) Tambahkan aquadest 25 ml, tetapkan bobot jenis cairan
pada suhu 25°C
6) Hitung bobot jenis dan cocokkan pada tabel
alkoholmetrik
f. Residu Pestisida
Prinsip dalam metode ini adalah untuk menentukan sisa
kandungan pestisida yang mungkin saja pernah
ditambahkan atau mengkontaminasi pada bahan simplisia
pembuatan ekstrak (Depkes RI, 2000). Tujuannya
memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak mengandung
pestisida melebihi nilai yang ditetapkan karena berbahaya
(toksik) bagi kesehatan (Depkes RI, 2000)
Metode : KLT dan kromatografi gas cair.
Jika kandungan kimia pengganggu analisis yang
besifat non polar relatif kecil seperti pada ekstrak
yang diperoleh dengan penyari air atau etanol
berkadar kurang dari 20%
menggunakan metode KLT secara langsung tanpa
melalui tahap pembersihan lebih dahulu atau
menggunakan kromatografi gas jika tidak terdapat
kandungan kimia dengan unsur N (klorofil, alkaloid
dan amina non polar lain)
Ekstrak yang diperoleh dengan pelarut etanol
berkadar tinggi dan tidak mengandung senyawa
nitrogen non polar bisa menggunakan metode KLT
atau kromatografi gas secara langsung tanpa
pembersihan
Jika tidak dapat dilakukan karena banyaknya
kandungan kimia pengganggu dapat dilakukan
pengujian sesuai metode baku.
Agar memudahkan penelusuran kembali jika ada
masalah analisis dapat dilakukan penomoran dan
perincian terhadap analisis disesuaikan dengan buku
aslinya.
g. Cemaran Mikroba
Prinsip dari metode ini adalah untuk menentukan
(identifikasi) adanya mikroba yang pathogen secara analisis
mikrobiologis ( Depkes RI, 2000). Tujuannya adalah
memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak mengandung
mikroba patogen dan tidak mengandung mikroba non
patogen melebihi batas yang ditetapkan karena
berpengaruh terhadap kestabilan ekstrak dan berbahaya
(toksik) bagi kesehatan (Depkes RI, 2000).
Metode ALT dan uji nilai duga terdekat (MPN) coliform.
ALT (Angka Lempeng Total) digunakan untuk
mengetahui jumlah mikroba yang ada pada suatu
sampel. Uji Angka Lempeng Total (ALT) dan lebih
tepatnya ALT aerob mesofil setelah cuplikan
diinokulasikan pada media lempeng agar dengan cara
tuang dan diinkubasi pada suhu yang sesuai.
o Media yang digunakan : PCA (Plate Count Agar)
o Pereaksi yang digunakan : PDF (Pepton Dilution
Fluid), FCDSLP (Fluid Casein Digest Soy Lecihitin
Polysorbate), Parafin cair (Minyak mineral),
Tween 80 dan 20.
o Peralatan khusus : Stomacher (blender) dan Alat
hitung koloni
Langkah-langkah :
1. Siapkan 5 tabung atau lebih yang telah diisi dengan 9
ml pengenceran PDF.
2. Hasil homogenisasi dipipet pengenceran 10-1
sebanyak 1 ml ke dalam tabung yang berisi
pengenceran PDF pertama hingga pengenceran 10 -2
, dikocok hingga homogen.
3. Buat pengenceran selanjutnya hingga 10-6 atau
sesuai dengan yang diperlukan.
4. Setiap pengenceran dipipet 1 ml ke dalam cawan
petri dan dibuat duplo.
5. Tiap cawan petri dituangkan 15-20 ml media PCA
(45±1o C), cawan petri digoyang dan diputar hinggan
suspense tersebar merata.
6. Untuk mengetahui sterilitas media dan pengencer
dibuat uji blangko (kontrol).
7. Satu cawan hanya diisi 1 ml pengenceran dan media
agar, dan cawan yang lain diisi pengencer dan
media.
8. Setelah media memadat, cawan petri diinkubasi pada
suhu 35-37o C selama 24-48 jam dengan posisi
terbalik.
9. Jumlah koloni yang tumbuh diamati dan dihitung.
Uji Nilai Duga Terdekat (MPN) Coliform
Adalah pertumbuhan bakteri coliform setelah cuplikan
diinokulasikan pada media cair yang sesuai, adanya
reaksi fermentasi dan pembentukan gas di dalam tabung
durham.
o Pereaksi yang digunakan : PDF (Pepton Dilution
Fluid), MCB (Mac Conkey Broth), BGLB (Brilliant
Green Lactose Bile Broth, EMBA (Eosin Methylene
Blue Agar), VRBA (Violet Red Billie Agar), Methyl
Red-Voges Proskauer (MR-VP) Medium, Trypton
Broth, Simmon’s Citrate Agar, Nutrient Agar
o Peralatan : Stomacher atau blender atau cawan
mortar, pipet ukur, tabung durham.
Langkah-langkah:
1. Siapkan 5 tabung reaksi berisi 9 ml PDF.
2. Hasil homogenisasi pada penyiapan dipipet 1 ml
pengenceran 10-1 ke dalam tabung PDF pertama
diperoleh suspense dengan pengenceran 10 -2,
dikocok sampai homogen.
3. Dibuat pengenceran selanjutnya hingga 10-6
Uji Prakiran
1) Siapkan 3 tabung berisi 9 ml MCB yang dilengkapi
tabung durham.
2) Tiap tabung dimasukkan 1 ml suspense
pengenceran, kemudian diinkubasi pada suhu 37 o C
selama 24-48 jam.
3) Setelah 24 jam dicatat dan diamati adanya gas yang
terbentuk didalam tiap tabung, kemudian inkubasi
dilanjutkan hinggan 48 jam dan dicatat tabung-tabung
yang menunjukkan gas positif.
Uji Konfirmasi
1) Tabung yang menunjukkan uji prakiraan positif
dipindahkan 1 sengkelit ke dalam tabung berisi 10 ml
BGLB yang telah dilengkapi tabung durham.
2) Seluruh tabung diinkubasi pada suhu 37 o C selama
24-48 jam, dilakukan pengamatan terhadap
pembentukan gas.
3) Jumlah tabung yang positif gas dicatat dan hasil
pengamatan tersebut dirujuk ke table Nilai Duga
Terdekat (NDT)/ Minimal Presumtif Number (MPN),
angka yang diperoleh pada table MPN menyatakan
jumlah bakteri coliform dalam tiap gram.
h. Cemaran Kapang, Khamir dan aflatoksin
Prinsip dari metode ini adalah menentukan adanya jamur
secara mikrobiologis dan adanya aflatoksin dengan KLT
(Depkes RI, 2000). Tujuannya untuk memberikan jaminan
bahwa ekstrak tidak mengandung cemaran jamur melebihi
batas yang ditetapkan karena berpengaruh pada stabilitas
ekstrak dan aflatoksin yang
berbahaya bagi kesehatan (Depkes RI, 2000)
a. Uji Angka Kapang dan Khamir
Adalah pertumbuhan kapang dan khamir setelah
diinokulasikan pada media yang sesuai dan
diinkubasikan pada suhu 20-25ºC.
o Pereaksi/Media Khusus: Potato Dextrose Agar
(PDA), Czapek Dox Agar (CDA) atau Malt Agar, Air
suling Agar 0,05% (ASA), Kloramfenikol 100 mg/liter
media.
o Peralatan : Lemari aseptic, Stomacher atau blender,
Pipet ukur mulut lebar.
Langkah-langkah:
1. Siapkan 3 buah tabung yang masing-masing telah
diisi 9 ml ASA.
2. Dipipet 1 ml pengenceran 10-1 ke dalam tabung ASA
pertama hinggan diperoleh pengenceran 10-2 , dan
dikocok sampai homogen, dibuat pengenceran
selanjutnya hingga 10-4.
3. Dari masing-masing pengenceran dipipet 0,5 ml,
dituangkan pada permukaan PDA, segera digoyang
sambil diputar agar suspense tersebar merata dan
dibuat duplo.
4. Untuk mengetahui sterilitas media dan pengenceran,
dilakukan uji blangko, ke dalam satu cawan petri
dituangkan media dan dibiarkan memadat.
5. Ke dalam cawan petri lainnya dituangkan media dan
pengencer, kemudian dibiarkan memadat. Seluruh
cawan petri diinkubasi pada suhu 20-25o C selama 5-
7 hari.
6. Sesudah 5 hari diinkubasi, dicatat jumlah koloni
jamur yang tumbuh, pengamatan terakhir pada
inkubasi 7 hari.
b. Uji Cemaran Aflatoksin
Pemisahan isolat aflatoksin secara kromatografi lapis
tipis
o Pereaksi : Media dan pengenceran Media Yeast
Extract Sucrose Broth (YES)
o Peralatan : Lemari aseptic, Lampu Ultra Violet,
Mikropipet 10 ml
Langkah-langkah:
1. Kultur aspergillus flavus hasil isolate dan identifikasi dari
ekstrak diinokulasikan pada permukaan media YES.
2. Tabung diinokulasikan pada suhu 25o C selama satu
minggu dalam posisi miring untuk mendapatkan
permukaan yang luas. Biakan diautoklaf pada suhu 121 o
C selama 15 menit, biakan dibiarkan sampai dingin.
3. Ambil media biakan menggunakan pipet Pasteur dan
dimasukkan ke dalam tabung reaksi kecil atau vial.
c. Kromatografi Lapis Tipis
o Lempeng : Silika gel (Lempeng pralapis), Kiesel gel
60, Merck
o Baku Aflatoksin : Merupakan campuran siap pakai
terdiri dari 0,5 ug, Aflatoksin B1 ; 1,5ug, Aflatoksin B2
; 5,0 ug, Aflatoksin G1 ; 1,5 ug, Aflatoksin G2 dalam
larutan campuran benzene : acetonitril (98:2) (Sigma
Chemical Company)
o Eluen : Campuran kloroform : aseton : n-heksan
(85:15:20)
o Jarak rambat : 10 cm
o Penampak bercak: Bercak berwarna biru atau hijau
kebiruan setelah lempeng diletakkan dibawah cahaya
ultraviolet (366 nm), menandakan aflatoksin positif.
4. Parameter Spesifik
a. Identitas
Identitas ekstrak dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
Deskripsi tata nama:
1) Nama Ekstrak (generik, dagang, paten)
2) Nama latin tumbuhan (sistematika botani)
3) Bagian tumbuhan yang digunakan (rimpang, daun,
buah,)
4) Nama Indonesia tumbuhan