1
Bahkan Ja'bari pun pernah mengatakan bahwa; "untuk mengetahui Makki
dan Madani, ada dua cara; sima'i (pendengaran) dan qiyasi (analogi)."
Sudah tentu sima'i pegangannya berita pendengaran, sedang qiyasi
berpegang pada pernalaran. Baik berita pendengaran maupun pernalaran,
keduanya merupakan metode pengetahuan yang valid dan metode penelitian
ilmiah.
2
C. Cara Mengetahui Ayat Makkiyah dan Madaniyah
Para ahli tafsir dalam membedakan antara ayat-ayat yang termasuk Madaniyah
dan Makkiyah dengan cara bersandarkan atas riwayat-riwayat dan bukti-bukti
yang berisikan sejarah tentang surah atau menunjukkan kapan diturunkannya
ayat tersebut, apakah sebelum Rasulullah saw melakukan hijrah ataukah
sesudah hijrah. Setelah menguasai tahapan pengetahuan diatas, maka para ahli
tafsir dapat mengetahui lebih jauh tentang berbagai surah dan ayat yang
termasuk kedalam Makkiyah dan Madaniyah serta mampu membedakan antara
keduanya. 3
Dengan demikian, maka cara yang ditempuh oleh para ulama dalam studi ‘ulum
al-Qur'an untuk mengetahui surat/ayat Makiyah dan Madaniyah dilakukan
dengan menggunakan dua metode dasar;4
1. Merujuk kepada riwayat-riwayat yang sah datangnya dari sahabat yang
hidup sezaman dengan turunnya wahyu dan menyaksikan langsung turunnya
wahyu tersebut. Atau riwayat dari para tabi'in yang bertemu dan mendengar dari
sahabat perihal latar belakang turunnya, tempatnya, dan kejadian yang melatari
turunnya suatu surat ataupun ayat.
2. Berpegang pada ciri-ciri surat-surat atau ayat-ayat Makiyah dan Madaniyah,
lalu dikiaskan berdasarkan ijtihad untuk menentukan apakah suatu surat atau
ayat termasuk Madaniyah atau Makiyah. Misalnya di dalam surat Makiyah
terdapat satu ayat yang mengandung ciri-ciri Madaniyah, maka mereka
simpulkan itu ayat Madaniyah. Begitu pula sebaliknya, kalau di dalam surat
Madaniyah terdapat ayat yang mencerminkan ciri-ciri ayat yang turun di
Makah, maka itu dikatakan ayat Makiyah. Juga, bila di dalam satu surat tersebut
terdapat ciri-ciri surat makiyah, maka itu mereka katakan surat Madaniyah. Para
ulama itu mengatakan bahwa semua surat yang mengandung kisah-kisah para
nabi dan umat-umat terdahulu, bisa dipastikan itu surat diturunkan di Makah
(Makiyah). Sedangkan semua surat yang mengandung perintah-perintah wajib,
seperti shalat, zakat, puasa, atau hukum-hukum had/kriminal, seperti potong
tangan, cambuk, dera, itu pasti surat diturunkan di Madinah (Madaniyah).
3 Ibid. h. 103
4 Manna’ al-Qatthan, Mabahits fi Ulum al-Qur’an, Riyadl, Mansyurat al-Ashr al-
Hadits, tth, hlm. 61.
3
4