Anda di halaman 1dari 12

Pendidikan Multikultural BAB I

Kajian Tokoh Indonesia (H.A.R Tilaar) PENDAHULUAN

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah


A. Latar Belakang Masalah
Akhlaq Tasawuf Indonesia dikenal dengan negara majemuk, hal ini dapat dilihat dengan
Dosen Pengampu: Dr. Mahmud Arif, M.Ag. adanya keragaman suku, budaya, ras, dan bahasa yang ada. Namun kemajemukan itu
tidak membatasi untuk menjadi negara kesatuan, dengan semboyan “Bhinneka Tunggal
Ika” menjadikan negara Indonesia sebagai negara yang mempunyai keterpaduan dalam
kehidupan dalam bertanah air.
Masyarakat indonesia yang plural, dilandasi dengan berbagai perbedaan,

LOGO baik horizontal meliputi kesatuan-kesatuan sosial yang berdasarkan suku bangsa,
bahasa, adat istiadat, dan agama. Sementara perbedaan yang vertikal yakni menyangkut
perbedaan-perbedaan lapisan atas dan bawah yang menyangkut bidang politik, sosial,
Disusun oleh: ekonomi, maupun budaya. Kesadaran bahwa pluralitas keagamaan dimanapun di dunia
ini, kecuali di tempat-tempat tertentu, adalah realitas yang tidak mungkin diingkari.
Sigit Tri Utomo (1220411159)
Kontak-kontak antara komunitas-komunitas yang berbeda budaya semakin meningkat.
KELAS PAI A Hampir tidak ada di belahan bumi sekarang ini kelompok masyarakat yang tidak pernah
mempunyai kontak dengan kelompok lain yang berbeda budayanya. Jaringan
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
komunikasi telah menembus tembok-tembok pemisah yang dahulunya mengisolasi
JURUSAN TARBIYAH kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat.1
Ulasan mengenai multikulturalisme mengharuskan juga ulasan berbagai
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA
permasalahan yang mendukung ideologi ini, yaitu demokrasi, globalisasi, penegakan
TEMANGGUNG hak asasi manusia, dan prinsip etika. Masyarakat yang teguh berpegang pada

2019
1
Mulyasa, Pendidikan Multikultural: Didaktika Nilai-Nilai Universalitas Kebangsaan
(Malang, UIN Maliki Press, 2012), hlm 1-2.

1
pandangan hidup demokratis tentu dengan sendirinya teguh memelihara dan pada dehumanisasi (tidak berprikemanusiaan), sehingga manusia seperti kehilangan
melindungi lingkup keragaman yang luas,sehingga budaya masing-masing kelompok arah dan tujuan hidup, serta semakin teralienasi dari hakikat kemanusiaannya, karena
yang tergolong minoritas. Sekalipun dapat mencapai pemberdayaan (empowerment). pendidikan hanya dimaknai tidak lebih hanya sebagai transmisi pengetahuan, maka
Terhadap konflik-konflik sosial yang muncul, sepatutnya dapat disikapi dengan arif, murid gagal menerapkan pengetahuannya di tingkat praksis kehidupan nyata.3
dan hal ini tentu menuntut moralitas yang tinggi.2
Sejalan dengan itu kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai
manifestasi dari hasil kemampuan berfikir dan nalar manusia berakibat pada perubahan B. Rumusan Masalah
sosial yang menyangkut bidang kehidupan yang luas, tidak saja perubahan dalam 1. Bagaimanakah Riwayat hidup H.A.R Tilaar?
tuntutan ekonomi, komunikasi, politik dan lain sebagainya yang selalu aktual bersama 2. Bagaimanakah konsep pendidikan multikultural?
dinamika kehidupan. Tapi sektor pendidikan juga ikut bersama-sama dirancang untuk 3. Bagaimanakah multikulturalisme membangun kesadaran etika Kebangsaan?
pembangunan sumber daya manusia seutuhnya, karena dunia pendidikan merupakan
sebuah usaha yang sengaja diadakan, baik secara langsung maupun tidak langsung,
untuk membantu anak didik sebagai bagian dari sumberdaya manusia bagi Negara
Indonesia masa depan yang memerlukan rancang bangunan secara jelas dan mampu
memberikan fasilitas menuju kedewasaan seorang anak didik untuk lebih berkembang
dan berkualitas.
Namun demikian, munculnya globalisasi juga telah menambah masalah baru
bagi dunia pendidikan. Bagaimana tidak, di satu sisi sistem pendidikan yang diterapkan
harus berimplikasi pada pemupukan nasionalisme peserta didik. Namun di sisi lain
hajat pemenuhan kebutuhan pendidikan global harus ditunaikan, agar para lulusannya
dapat berfungsi secara efektif dalam kehidupan masyarakat global. Bahkan dewasa ini,
dalam dunia pendidikan berkembang sebuah pemikiran tentang pentingnya merubah
paradigma pendidikan, karena pendidikan yang ada sekarang dipandang belum mampu
mengantarkan murid menjadi manusia yang sesungguhnya. Pendidikan yang
seharusnya diartikulasikan sebagai upaya memanusiakan manusia, justru mengarah
3
Imam Hanafi, Makalah Transformasi Kultur Pendidikan Islam

2
Henry Hazlitt, Dasar-Dasar Moralitas (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), hl. 13-14.

2
BAB II Tomohon dan tamat dengan pujian pada tahun 1952. Pada tahun 1957-1959, Tilaar
meneruskan pendidikannya di Sekolah Pendidikan Guru B-I dan B-II Ilmu Mendidik di
PEMBAHASAN Bandung dan lulus dengan pujian. Kemudian berkuliah di Universitas Indonesia dan
meraih gelar sarjana pendidikannya dengan yudisium cumlaude pada tahun 1961
1. Riwayat Hidup Pengalaman pendidikan Tilaar sendiri lebih terkonsentrasi pada jurusan pendidikan.5

Henry Alexis Rudolf (HAR) Tilaar adalah sosok yang sudah sangat familiar Kemudian pada tahun 1964, Tilaar mendapatkan kesempatan belajar ke luar
dalam dunia pendidikan nasional di Indonesia. Ia merupakan salah seorang pendidik, negeri di Amerika Serikat. Selama berada di negeri Paman Sam tersebut (1964-1965),
pemikir, praktisi pendidikan yang kini menjadi aset nasional bangsa ini, karena dia belajar di University of Chicago melalui jalur beasiswa dari USAID. Tilaar berhasil
pemikiran kritisnya dalam menyikapi kinerja pendidikan nasional. Tilaar dilahirkan memperoleh gelar Master of Science of Education dari Indiana University,
pada 16 Juni 1932 di desa yang relatif terpencil di tepi Danau Tondano, Sulawesi Utara. Bloomington, Amerika Serikat, pada tahun 1967. Gelar Doctor of Education, Tilaar
Profesi mengajar sudah dijalaninya sejak tahun 1952 hingga sekarang. Kini suami peroleh dari universitas yang sama pada tahun 1969. Di samping itu juga, Tilaar banyak
Martha Tilaar ini sebagai guru besar Emeritus pada Program Pascasarjana dan Direktur mengikuti berbagai program Post-Graduate di beberapa universitas terkemuka di dunia,
Utama Lembaga Manajemen Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Semangat belajar dan seperti University of Wiscousin at Milwaukee pada tahun 1965, University of Missouri
mengajarnya tak pernah padam dari keluarganya, ia adalah anak ketiga yang berasal pada tahun 1966, Michigan State University pada tahun 1969, University of Sussex,
dari keturunan atau keluarga guru. Pada 12 Januari 1963, dia menikah dengan Martha Institute of Development Studies pada tahun 1972, Selain sering mengikuti pelatihan di
Tilaar, dan dianugerahi empat anak; Bryan David Emil, Pingkan Engelien, Wulan kampus-kampus, Tilaar juga banyak mengikuti pelatihan di lembaga-lembaga dunia;
Maharani, dan Kilala Esran.4 Word Bank, Asian Development Bank (ADB), United Nations (UN), dan IBRD. Selain
itu juga, biografi Tilaar tercantum dalam Who’s Who in The World yang terbit di
Jenjang pengalaman akademis Tilaar dimulai di tanah kelahirannya sendiri, Amerika Serikat pada tahun 2000.6
yaitu di Louwerier School (Sekolah Rakyat) pada masa kolonial Belanda pada tahun
1946. Seusai menamatkan Sekolah Rakyat Tilaar melanjutkan pendidikannya ke Chr. H.A.R. Tilaar meniti karirnya sebagai seorang pendidik, sudah dijalaninya
Normaal School, Tomohon dan tamat dengan pujian pada tahun 1950. Setelah lulus, sejak tahun 1952, tepatnya saat masih duduk di Sekolah Rakyat. Tilaar mengabdikan
lalu ia meneruskan studinya ke pendidikan tingkat menengah atas di Kweek school, dirinya sebagai pendidik selama 45 tahun tepatnya hingga tahun 1997 saat Tilaar

5
H.A.R. Tilaar, Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan.., hlm. 329.
4 6
H.A.R. Tilaar, Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional dalam Persfektif Abad H.A.R. Tilaar Perubahan Sosial dan Pendidikan Pengantar Pedagogik Transformatif
21, (Magelang: Tera Indonesia, 1998), hlm. 298. untuk Indonesia, (Jakarta: Grasindo, 2002), hlm 9-10.

3
menjadi guru besar pada Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Selain itu, Tilaar juga Dewan Penyantun Universitas Katolik Atmajaya Jakarta, dan juga tercatat sebagai
pernah menjadi Dekan Fakultas Pasca Sarjana IKIP sekarang (Universitas Negeri anggota Badan Pertimbangan Buku Nasional sejak tahun 1978 hingga sekarang. Sejak
Jakarta) pada tahun 1976-1980. Tilaar juga sebagai guru besar di Universitas Indonesia tahun 1984 hingga sekarang, Tilaar juga tercatat sebagai anggota Pengurus Harian
dan Universitas Kristen Indonesia Jakarta. Selama bergelut dalam dunia pendidikan, Yayasan Buku Utama, Depdikbud (sekarang Kementerian Pendidikan Nasional), 8
Tilaar dikenal aktif dengan bergabung di beberapa organisasi profesi di antaranya
Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) sebagai anggota dewan penasihat, Anggota Setelah pensiun sebagai seorang guru, Tilaar menjadi turis berkeliling dunia
Ikatan Sarjana dan Pengembangan Sosial Indonesia (ISPPSI). Selain itu, Tilaar juga dan melakukan riset tentang pendidikan. Dalam masa pensiunnya, Tilaar menjadi turis
tercatat sebagai anggota Himpunan Indonesia untuk Pengembangan Ilmu-ilmu Sosial yang melancong ke berbagai negara, mengembangkan kemampuannya dan menulis
(HIPIIS) dan anggota Asosiasi Dosen Indonesia (ADI). 7 berbagai buku tentang pendidikan. Tilaar masuk ke universitas-universitas besar di
dunia dan berteman dengan guru-guru besar di negara maju. Selama puluhan tahun
Selain bergelut di dunia pendidikan, Tilaar juga pernah terlibat aktif di gagasan pemikiran Tilaar dalam mengembangkan dunia pendidikan Indonesia yang
lingkungan birokrasi pemerintahan. Di jajaran birokrasi pemerintah, Tilaar pernah dituangkan dalam ratusan artikel dan puluhan buku, mengantarkan dirinya
menjabat sebagai staf ahli Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) mendapatkan penghargaan bergengsi dari salah satu universitas terkemuka di Amerika
tahun 1970-1974. Pada tahun 1984-1991, Tilaar diangkat menjadi Kepala Biro Serikat. Pada 11 September 2009, Tilaar mendapatkan penghargaan Distinguished
Pendidikan dan Kebudayaan, BAPPENAS. Kemudian pada tahun 1986-1993, Tilaar Alumni Award dari Indiana University School of Education. Distinguished Alumni
dipercaya sebagai staf inti BAPPENAS sebagai Asisten Menteri Negara Bidang Award merupakan penghargaan tertinggi yang diberikan setiap tahunnya oleh Indiana
Pengembangan Sumber Daya Manusia. Pada tahun 1988, atas jasa-jasanya kepada University School of Education. Pada tahun itu penghargaan tersebut diberikan kepada
Negara itulah, Tilaar dianugerahi Bintang Jasa Utama Republik Indonesia. tiga alumnus yang dinilai telah memberikan kontribusi besar bagi pengembangan dunia
pendidikan di negara mereka masing-masing. Penghargaan Distinguished Alumni
H.A.R. Tilaar juga pernah menjadi konsultan beberapa organisasi dunia Award sudah diberikan sejak tahun 1977. HAR. Tilaar adalah warga Indonesia pertama
seperti UNDP (Indonesia Country Program pada tahun 1994). Sebagai konsultan Bank yang menerima penghargaan tersebut dalam sebuah acara Gala Dinner di kota
Dunia pada tahun 1996. Kemudian sebagai konsultan Asian Development Bank (ADB) Bloomington, Indiana. Gala Dinner tersebut di-host oleh Presiden School of Education
pada tahun 1995/1997. Tilaar juga tercatat sebagai anggota Dewan Penyantun ASMI Mr. Jack Humphrey dan dipandu oleh Dean Indiana University Mr. Gerardo M.
Jakarta (1995-2000). Kemudian pada tahun 1996-1999, Tilaar dipercaya sebagai Ketua Gonzales. Selain Tilaar, dua alumnus lain yang mendapatkan penghargaan sejenis yaitu

7 8
Multikulturalisme;Tantangan-tantangan Global Masa Depan dalam Tranformasi Ikhwanuddin dan Murtadlo (ed), Pendidikan untuk Masyarakat Indonesia Baru 70
Pendidikan Nasional, (Jakarta: PT Grasindo, 2004), hlm. 400. Tahun Prof. Dr. H.A.R. Tilaar, M.Sc. Ed, Jakarta: Grasindo, 2002), hlm. 354.

4
Dr. Young Hwan Kim dari Korea Selatan yang dinilai telah membantu pengembangan Dua tahun kemudian pada tahun 1992, Tilaar kembali menerbitkan bukunya
e-learning di Korea Selatan dan juga di Asia melalui APEC, serta Dr. Joseph J. Russell berjudul Manajemen Pendidikan Nasional: Kajian Pendidikan Masa Depan yang
yang telah memainkan peran penting dalam pengembangan pendidikan masyarakat diterbitkan Rosdakarya. Buku kedua mengkaji tentang manajemen pendidikan nasional
African-American di Amerika Serikat. HAR. Tilaar bersama Prof. Peg Sutton dari yang sistematis dan terpadu. Gagasan-gagasan yang dikemukakan bersifat filosofis dan
Indiana University telah menulis buku terbarunya tentang pendidikan Indonesia yang menyangkut masalah yang bersifat praktis, mengingat perlunya manajer-manajer
sudah diterbitkan Pada 5 Juli 2010 kemarin, Tilaar kembali mendapatkan penghargaan pendidikan yang terampil agar mampu menghadapi masalah yang serius yang timbul di
bergengsi atas karya dan pemikirannya di dunia pendidikan. Tilaar dinobatkan sebagai tengah-tengah masyarakat dan mampu menanggulanginya dalam Rencana
seratus tokoh pendidikan dunia atau Top 100 Educator 2010 dari Cambridge England Pembangunan Jangka Panjang. Melalui buku ini Tilaar berkeinginan pengelolaan dunia
dalam bidang Philosophy and Management of Education.9 pendidikan nasional dilakukan secara efisien dan profesional supaya menghasilkan
manusia yang berkualitas dan bermutu tinggi. Tahun berikutnya, Tilaar meluncurkan
Sebagai seorang akademisi, pengamat sekaligus praktisi pendidikan, Tilaar buku ketiganya berjudul Analisis Kebijakan Pendidikan (karya bersama) yang di
tentu memiliki banyak gagasan, kritik dan kegelisahan terhadap dunia pendidikan terbitkan Rosdakarya (1993). Kemudian pada tahun 1995, Tilaar menulis buku Lima
nasional. Gagasan, kritik dan kegelisahannya kemudian ditorehkan melalui goresan Puluh Tahun Pembangunan Pendidikan Nasional: 1945-1995, Suatu Analisis
pena berupa artikel yang diterbitkan di sejumlah media massa dan disampaikan dalam Kebijakan yang diterbitkan Grasindo. Buku yang mengurai tentang perkembangan
forum-forum ilmiah baik tingkat nasional maupun internasional. Kini pemikiran Tilaar kebijakan pendidikan nasional dalam kurun waktu 1945-1995. Penulisan buku ini
sudah tersebar di mana-mana dan diadopsi pemerintah dan berbagai lembaga berdasarkan analitik tematis dengan acuan historis, yakni melihat masalah-masalah
pendidikan. Artikel yang pernah di tulis Tilaar jumlahnya lebih dari 200 buah. Selain prioritas pendidikan yang timbul dalam perkembangan sejarah kehidupan bangsa
rajin menulis artikel, Tilaar juga sudah menulis sejumlah buku tentang pendidikan. Indonesia.
Hingga saat ini Tilaar telah menulis buku pendidikan sebanyak belasan buku yang
sudah dipublikasikan. Buku pertama yang ditulis H.A.R. Tilaar berjudul Pendidikan Buku kelima Tilaar berjudul Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam
dalam Pembangunan Nasional Menyongsong Abad XXI, diterbitkan Balai Pustaka pada Era Globalisasi: Visi, Misi, dan Program Aksi Pendidikan dan Pelatihan Menuju 2020,
tahun 1990. terbit pada tahun 1997 oleh penerbit Gramedia. Setahun kemudian Tilaar menulis buku
keenamnya berjudul Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional yang
diterbitkan Indonesia Tera pada tahun 1998. Buku ini mengulas tentang suatu konsep
pemikiran yang tajam mengenai sistem pendidikan nasional yang dihadapkan pada
9 berbagai tantangan fenomena pergerakan abad ini. Buku ini dimaksudkan untuk
http://hamdillahversache.blogspot.com. biografi-prof-dr-har-tilaar diakses pada tanggal
26/10/2013 pukul 14.00 WIB

5
menjadi stimulan bagi para cendekiawan agar terus menggelindingkan reformasi di Memasuki tahun 2003, Tilaar menulis buku kedua belasnya dengan judul
abad terkini. Kekuasaan dan Pendidikan: Suatu Tinjauan dari Perspektif Studi Kultural, diterbitkan
Indonesia Tera. Di tahun berikutnya, Tilaar meluncurkan buku Multikulturalisme:
Pada tahun 1999, Tilaar menerbitkan buku Pendidikan, Kebudayaan, dan Tantangan-tantangan Global Masa Depan dalam Transformasi Pendidikan Nasional,
Masyarakat Madani Indonesia yang diterbitkan Rosdakarya. Melalui buku ketujuh yang diterbitkan Grasindo (2004). Buku ini membahas tentang wacana
Tilaar ingin melihat proses pendidikan sebagai proses pembudayaan yang terjadi dalam multikulturalisme dan pendidikan multikultural dalam menghadapi tantangan global.
interaksi antar manusia dalam masyarakat Indonesia yang majemuk. Selain itu, dalam
buku ini, diuraikan juga bagaimana pendidikan dapat membentuk masyarakat madani Buku Tilaar berjudul Manifesto Pendidikan Nasional: Tinjauan dari
Indonesia dan bagaimana pendidikan nasional dapat menghadapi tantangan-tantangan Perspektif Postmodernisme dan Studi Kultural, merupakan karya keempat belasnya
kehidupan global. yang diterbitkan Penerbit Buku Kompas pada tahun 2005. Buku ini mengulas tentang
seputar manifesto pendidikan nasional dalam menghadapi globalisasi. Selain itu, buku
Buku kedelapan Tilaar berjudul Paradigma Baru Pendidikan Nasional terbit ini juga membahas mengenai perihal agenda pendidikan tinggi nasional, konfusianisme
pada tahun 2000 yang diterbitkan Rineka Cipta. Lalu Tilaar menulis buku dengan sebagai etika global, pendidikan agama dalam perspektif studi kultural, hingga
berjudul Ide-ide Besar Oom Sam Ratulangi, diterbitkan Lembaga Manajemen wawasan kebangsaan.
Universitas Negeri Jakarta pada tahun 2001. Kemudian pada tahun 2002, Tilaar
menulis buku kesepuluhnya dengan judul Membenahi Pendidikan Nasional yang Selanjutnya pada bulan Oktober 2006, Tilaar kembali menerbitkan buku
diterbitkan Rineka Cipta. dengan judul Standarisasi Pendidikan Nasional: Suatu Tinjauan Kritis yang diterbitkan
oleh PT Rineka Cipta, Jakarta. Buku yang disajikan dalam mengkritisi kebijakan
Buku ini memaparkan tentang beberapa agenda pembenahan pendidikan pemerintah mengenai standarisasi pendidikan nasional, kompetensi yang dihasilkan,
nasional yang tidak dapat ditangguhkan lagi oleh sebab itu perlu mendapat perhatian peran dan implikasi ujian nasional serta memuat pendapat-pendapat yang pro dan
masyarakat untuk menggunakan peluang yang terbuka dalam meningkatkan kualitas, kontra dari para pemerhati pendidikan nasional kita terhadap gerakan standarisasi
sumber daya manusia. Pada tahun ini juga, Tilaar menulis buku tantang Perubahan tersebut.
Sosial dan Pendidikan: Pengantar Pedagogik Transformatif untuk Indonesia,
diterbitkan Gramedia (2002). Sebagai seorang pakar pendidikan, Tilaar merupakan figur yang memiliki
ide-ide cemerlang mengenai bagaimana caranya mengembangkan sebuah sistem
pendidikan yang tidak meninggalkan nilai-nilai budaya lokal keindonesiaan. Tilaar juga

6
melihat proses pendidikan sebagai sebagai proses pembudayaan yang terjadi dalam 2003(H.A.R. Tilaar, 401. 2004). Who’s Who in American Education 2006-2007,
interaksi antar manusia dalam masyarakat Indonesia yang majemuk, yang diarahkan (http://blog-indonesia.com/b). Sebelumnya telah dikemukakan bahwa Tilaar juga
menuju terciptanya suatu masyarakat madani global yang berbasis masyarakat madani adalah orang pertama dari Indonesia yang pernah diberikan penghargaan bergengsi
Indonesia dengan ciri khas kebudayaan nasional Indonesia yang berbhinneka. Distinguished Alumni Award dari salah satu universitas terkemuka di Amerika
Pendidikan merupakan kunci dari semua aspek pembangunan manusia. Seluruh aspek Serikat.11
kehidupan baik sosial, ekonomi, politik, dan budaya, memiliki keterkaitan dengan
pendidikan. Perubahaan sosial dan peningkatan kapasitas manusia hanya bisa terjadi 2. Pengertian Multikulturalisme
melalui proses pendidikan, tidak bisa dilakukan melalui kekuasaan. Hal inilah yang
diyakini oleh Tilaar dengan terus memperkenalkan pendidikan kritis dalam upaya untuk Secara sederhana multikulturalisme berarti “keberagaman budaya”.12
mengembangkan pendidikan nasional di Indonesia. Karena tulisan-tulisan dan karya- Sebenarnya, ada tiga istilah yang kerap digunakan secara bergantian untuk
karyanya itulah, HAR. Tilaar diminta untuk memberikan seminar di Harvard University menggambarkan masyarakat yang terdiri keberagaman tersebut –baik keberagaman
pada tahun 2003. Seminar yang diselenggarakan sebagai sebuah kritik, saat agama, ras, bahasa, dan budaya yang berbeda-yaitu pluralitas (plurality), keragaman
dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan (diversity), dan multikultural (multicultural). Ketiga ekspresi itu sesungguhnya tidak
Nasional, mengupas tentang bagaimana membangun suatu sistem pendidikan nasional, merepresentasikan hal yang sama, walaupun semuanya mengacu kepada adanya
namun hal ini tidak diperhatikan oleh bangsa Indonesia. Padahal hanya orang-orang ’ketidaktunggalan’. Konsep pluralitas mengandaikan adanya ’hal-hal yang lebih dari
terbaik dan kompeten di bidangnya dapat mengadakan seminar di salah satu universitas satu’ (many); keragaman menunjukkan bahwa keberadaan yang ’lebih dari satu’ itu
terbaik dunia tersebut.10 berbeda-beda, heterogen, dan bahkan tak dapat disamakan. Dibandingkan dua konsep
terdahulu, multikulturalisme sebenarnya relatif baru. Secara konseptual terdapat
Tilaar merasa tidak diakui oleh bangsanya sendiri, namun keahliannya perbedaan signifikan antara pluralitas, keragaman, dan multikultural. Inti dari
dalam bidang pendidikan telah mendapat pengakuan dari dunia internasional. Penulis multikulturalisme adalah kesediaan menerima kelompok lain secara sama sebagai
lebih dari 200 artikel itu, mendapatkan Ceritificate of Ceremony, World Record for kesatuan, tanpa memperdulikan perbedaan budaya, etnik, jender, bahasa, ataupun
Achievement in Pedagogy pada tahun 2007. Biografinya tercantum dalam ensiklopedia agama. Apabila pluralitas sekadar merepresentasikan adanya kemajemukan (yang lebih
pendidikan (2001); Who’s Who in The World, Millenium Edition 2000, American dari satu), multikulturalisme memberikan penegasan bahwa dengan segala
Bioghrapical Institute, 1000 Great Asean, International Bioghraphical Center, England, perbedaannya itu mereka adalah sama di dalam ruang publik. Multikulturalisme

11
Standarisasi Pendidikan Nasional, Suatu Tinjauan Kritis.., hlm 12.
10 12
Standarisasi Pendidikan Nasional, Suatu Tinjauan Kritis, (Jakarta: Rineka Cipta, Scott Lash dan Mike Featherstone (ed.), Recognition And Difference: Politics, Identity,
2006), hlm 11. Multiculture (London: Sage Publication, 2002), hlm. 2-6.

7
menjadi semacam respons kebijakan baru terhadap keragaman. Dengan kata lain, Hal ini tidak berarti menegasikan koherensi dan identitas budaya, akan tetapi budaya
adanya komunitas-komunitas yang berbeda saja tidak cukup; sebab yang terpenting pada dasarnya adalah sesuatu yang majemuk, terus berproses dan terbuka.15
adalah bahwa komunitas-komunitas itu diperlakukan sama oleh negara. Oleh karena itu,
multikulturalisme sebagai sebuah gerakan menuntut pengakuan (politics of recognition) 3. Multikulturalisme dalam Pendidikan
terhadap semua perbedaan sebagai entitas dalam masyarakat yang harus diterima,
dihargai, dilindungi serta dijamin eksisitensinya.13 Sebagai sebuah cara pandang sekaligus gaya hidup, multikulturalisme
menjadi gagasan yang cukup kontekstual dengan realitas masyarakat kontemporer saat
Sebagai sebuah gerakan, menurut Bhikhu Parekh, baru sekitar 1970-an ini. Prinsip mendasar tentang kesetaraan, keadilan, keterbukaan, pengakuan terhadap
multikulturalisme muncul pertama kali di Kanada dan Australia, kemudian di Amerika perbedaan adalah prinsip nilai yang dibutuhkan manusia di tengah himpitan budaya
Serikat, Inggris, Jerman, dan lainnya. Bikhu Parekh menggarisbawahi tiga asumsi global. Oleh karena itu, sebagai sebuah gerakan budaya, multikulturalisme adalah
mendasar yang harus diperhatikan dalam kajian tentang multikulturalisme, yaitu: bagian integral dalam pelbagai sistem budaya dalam masyarakat yang salah satunya
Pertama, pada dasarnya manusia akan terikat dengan struktur dan sistem budayanya dalam pendidikan, yaitu melalui pendidikan yang berwawasan multikultural.
sendiri dimana dia hidup dan berinteraksi. Keterikatan ini tidak berarti bahwa manusia
tidak bisa bersikap kritis terhadap sistem budaya tersebut, akan tetapi mereka dibentuk Pendidikan dengan wawasan mutlikultural dalam rumusan James A. Bank
oleh budayanya dan akan selalu melihat segala sesuatu berdasarkan budayanya tersebut. adalah konsep, ide atau falsafah sebagai suatu rangkaian kepercayaan (set of believe)
Kedua, perbedaan budaya merupakan representasi dari sistem nilai dan cara pandang dan penjelasan yang mengakui dan menilai pentingnya keragaman budaya dan etnis di
tentang kebaikan yang berbeda pula. Oleh karena itu, suatu budaya merupakan satu dalam membentuk membentuk gaya hidup, pengalaman sosial, identitas pribadi,
entitas yang relatif sekaligus partial dan memerlukan budaya lain untuk memahaminya. kesempatan-kesempatan pendidikan dari individu, kelompok maupun negara.16
Sehingga, tidak satu budaya-pun yang berhak memaksakan budayanya kepada sistem Sementara menurut Sonia Nieto, pendidikan multikultural adalah proses pendidikan
budaya lain.14 Ketiga, pada dasarnya, budaya secara internal merupakan entitas yang yang komperhensif dan mendasar bagi semua peserta didik. Jenis pendidikan ini
plural yang merefleksikan interaksi antar perbedaan tradisi dan untaian cara pandang. menentang bentuk rasisme dan segala bentuk diskriminasi di sekolah, masyarakat
dengan menerima serta mengafirmasi pluralitas (etnik, ras, bahasa, agama, ekonomi,

15
Bikhu Parekh. “What is Multiculturalism?” dalam Jurnal India Seminar, Desember 1999.
Raz J.. Ethics in Public Domain: Essays in the Morality of Law and Politics (Oxford: Clarendon
Press, 1996), hlm. 177.
16
James A.Bank dan Cherry A. McGee (ed). Handbook of Research on Multicultural
14
Raz J.. The Morality of Freedom (Oxford: Oxford University Press, 1986), hlm. 375. Education (San Francisco: Jossey-Bass, 2001), hlm. 28.

8
gender dan lain sebagainya) yang terefleksikan di antara peserta didik, komunitas Dengan demikian dalam pendidikan multikultur, identitas-identitas tersebut
mereka, dan guru-guru. Menurutnya, pendidikan multikultur ini haruslah melekat dalam diasah melalui interaksi, baik internal budaya (self critic) maupun eksternal budaya.
kurikulum dan strategi pengajaran, termasuk juga dalam setiap interaksi yang dilakukan Oleh karena itu, identitas lokal atau budaya lokal merupakan muatan yang harus ada
di antara para guru, murid dan keluarga serta keseluruhan suasana belajarmengajar. dalam pendidikan multikultur.

Karena jenis pendidikan ini merupakan pedagogi kritis, refleksi dan menjadi Dalam masyarakat ditemukan berbagai individu atau kelompok yang berasal
basis aksi perubahan dalam masyarakat, pendidikan multikultural mengembangkan dari budaya berbeda, demikian pula dalam pendidikan, diversitas tersebut tidak bisa
prisip-prinsip demokrasi dalam berkeadilan sosial.17 Sementara itu, Bikhu Parekh dielakkan. Diversitas budaya itu bisa ditemukan di kalangan peserta didik maupun para
mendefinisikan pendidikan multikultur sebagai “an education in freedom, both in the guru yang terlibat -secara langsung atau tidak- dalam satu proses pendidikan. Diversitas
sense of freedom from ethnocentric prejudices and biases, and freedom to explore and itu juga bisa ditemukan melalui pengayaan budaya-budaya lain yang ada dan
learn from other cultures and perpectives”.18 berkembang dalam konstelasi budaya, lokal, nasional dan global. Oleh karena itu,
pendidikan multikultur bukan merupakan satu bentuk pendidikan monokultur, akan
Dari beberapa dua definisi di atas, hal yang harus digarisbawahi dari tetapi model pendidikan yang berjalan di atas rel keragaman. Diversitas budaya ini akan
diskursus multikulturalisme dalam pendidikan adalah identitas, keterbukaan, diversitas mungkin tercapai dalam pendidikan jika pendidikan itu sendiri mengakui keragaman
budaya dan transformasi sosial. Identitas sebagai salah satu elemen dalam pendidikan yang ada, bersikap terbuka (openess) dan memberi ruang kepada setiap perbedaan yang
mengandaikan bahwa peserta didik dan guru merupakan satu individu atau kelompok ada untuk terlibat dalam satu proses pendidikan.
yang merepresentasikan satu kultur tertentu dalam masyarakat. Identitas pada
dasarnya inheren dengan sikap pribadi ataupun kelompok masyarakat, karena dengan Dalam pelaksanaannya, Banks menjelaskan lima dimensi yang harus ada
identitas tersebutlah, mereka berinteraksi dan saling mempengaruhi satu sama lain, yaitu, pertama, adanya integrasi pendidikan dalam kurikulum (content integration)
termasuk pula dalam interaksi antar budaya yang berbeda. yang di dalamnya melibatkan keragaman dalam satu kultur pendidikan yang tujuan
utamanya adalah menghapus prasangka. Kedua, konstruksi ilmu pengetahuan
(knowledge construction) yang diwujudkan dengan mengetahui dan memahami secara
komperhensif keragaman yang ada. Ketiga, pengurangan prasangka (prejudice
17
Sonia Nieto. Language, Culture and Teaching (Mahwah, NJ: Lawrence Earlbaum, reduction) yang lahir dari interaksi antarkeragaman dalam kultur pendidikan. Keempat,
2002), hlm. 29. pedagogik kesetaraan manusia (equity pedagogy) yang memberi ruang dan kesempatan
18 yang sama kepada setiap elemen yang beragam. Kelima, pemberdayaan kebudayaan
Bikhu Parekh. Rethingking Multiculturalism: Cultural Diversity and Political Theory
(Cambridge: Harvard University Press, 2000), hlm. 230. sekolah (empowering school culture). Hal yang kelima ini adalah tujuan dari

9
pendidikan multikultur yaitu agar sekolah menjadi elemen pengentas sosial diri dengan cara merasa, menilai, dan berperilaku dalam sistem budaya yang berbeda
(transformasi sosial) dari struktur masyarakat yang timpang kepada struktur yang dengan budaya mereka.22
berkeadilan.19
Ahli pendidikan seperti Gollnick menyebutkan adanya unsur yang
Ketika pendidikan berperan sebagi proses individualisasi, yaitu suatu mendasasri prinsip-prinsip multikultural yaitu, kelas sosial, etnik, gender, agama
perpaduan yang menteluruh dari dinamika individu dan partisipasinya di dalam bahasa, umur dan pendidikan. Gallnick juga menjelaskan bahwa konsep multicultural
kehidupan masyarakat dan kebudayaannya, seperti pemikiran Berger dan Luckman, education berdasarkan budaya mempunyai keyakinan dan asumsi sebagai berikut:
bahwa dalam memahami kehidupan (life world) selalu proses dialektik antara the self 1. Perbedaan budaya mempunyai kekuatan nilai.
(individu) dan dunia sosio kultural.20 Bagaimanapun untuk menganalisis internalisasi 2. Sekolah harus dibentuk untuk mengekspresikan makna dan hak asasi manusia dan
21
nilai budaya, perlu dipertimbangkan mekanisme sosial itu berlangsung. Sehingga menghormati hak asasi manusia.
keberagaman dipandang suatu keunikan yang menimbulkan persatuan dalam 3. Keadilan sosial dan persamaan hak bagi seluruh masyarakat harus menjadi
berinteraksi sosial. puncak kepentingan dalam mendesain dan melaksanakan kurikulum.
4. Sikap dan nilai-nilai penting yang dapat membentuk masyarakat, demkorasi perlu
Memaknai multikultural dalam konteks pendidikan memilki implikasi untuk dipromosikan di sekolah.
bahwa, secara operasional pendidikan multikultural dasarnya adalah program 5. Para pendidik seharusnya bekerja sama dengan keluarga dan masyarakat untuk
pendidikan yang menyediakan sumber belajar yang beragam bagi peserta didik menciptakan lingkungan yang mendukung multikulturalisme.23
(multiple learning environment). Penerapannya disesuaikan dengan kebutuhan
akademik peserta didik. Beberapa ahli pendidikan semisal Hilda Hernandez yang 4. Multikulturalisme Membangun Kesadaran Etika Kebangsaan
dikutip dari karyanya yang berjudul: “Multicultural Education, A Teacher Guide to
linking context, proses and content”, menjelaskan bahwa multicultural education Wacana multikulturalisme yang menghangat akhir-akhir ini kurang
adalah suatu proses pendidikan yang memungkinkan individu untuk mengembangkan terwadahi dalam ruang diskusi di masyarakat. Hal ini menyebabkan masyarakat kurang
begitu yakin dam sering kali memunculkan berbagai kontroversi dalam merumuskan

19
James A. Banks. “Multicultural Education: Historical Development.., hlm. 3-24.
20
Berger dan Luckman, Tafsir Sosial Atas Kenyataan: Risalah tentang Sosiologi 22
Amin Abdullah, “Pengembangan Kajian Keislaman: Metode dan Pendekatannya,
Pengetahuan (Jakarta: LP3ES, 1990). (Makalah disampaikan pada Annual Conference pada Program Pascasarjana UIN/ IAIN/ STAIN/
21
A. Khozin dkk., Buku Penunjang Berpikir Teoritis Merancang Proposal, (Surabaya, se-Indonesia di padang pada tanggal 26-29 desember 2002), hlm 1-2.
Program Pascasarjana IAIN Sunan Ampel, 2006), hlm 136. 23
Donna M.Gollnick dan Philip C.Chin dalam “ Multicultural Education in a Pluralistic
Society” (New Jersey: Pearson Education Inc, 2002).

10
seputar paham multikulturalisme. Apalagi, masih saja terus berlangsung penolakan dari Daftar Pustaka
sebagian rapuhnya tata nilai kehidupan dalam tataran praktis.24 Posisi Islam dalam
membangun dialog dengan masyarakat sedemikian strategis. Ini yang menjadikan Islam Mulyasa, Pendidikan Multikultural: Didaktika Nilai-Nilai Universalitas Kebangsaan (Malang,
memiliki peran besar dalam rangka membangun kerjasama yang saling menguntungkan UIN Maliki Press, 2012).
dan menghargai antar elemen masyarakat dari berbagai karakter dan latar belakangnya
melalui lembaga pendidikan keagamaan. Hazlitt, Henry. Dasar-Dasar Moralitas (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003).

Hanafi, Imam. Makalah Transformasi Kultur Pendidikan Islam.


Tilaar, H.A.R. Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional dalam Persfektif Abad 21,
BAB III (Magelang: Tera Indonesia, 1998).

Penutup , Perubahan Sosial dan Pendidikan Pengantar Pedagogik Transformatif untuk


Indonesia, (Jakarta: Grasindo, 2002).
, Multikulturalisme;Tantangan-tantangan Global Masa Depan dalam Tranformasi
A. Kesimpulan
Pendidikan Nasional, (Jakarta: PT Grasindo, 2004).
H.A.R Tilaar menyatakan bahwa pendidikan multikultural tidak bertujuan
Ikhwanuddin, dkk.), Pendidikan untuk Masyarakat Indonesia Baru 70 Tahun Prof. Dr. H.A.R.
menghilangkan perbedaan akan tetapi menghilangkan prasangka, menimbulkan dialog,
Tilaar, M.Sc. Ed, Jakarta: Grasindo, 2002).
mengenal perbedaan sehingga timbul rasa saling menghargai dan mengapresiasi. Dari
http://hamdillahversache.blogspot.com. biografi-prof-dr-har-tilaar diakses pada tanggal
sinilah akan muncul modal kultural akan sangat rawan pepecahan. Modal kultural ini
26/10/2013 pukul 14.00 WIB.
lahir dari kekayaan kearifan lokal bangsa yang jika diangkat bisa menjadi Pendidikan
Tilaar, H.A.R Standarisasi Pendidikan Nasional, Suatu Tinjauan Kritis, (Jakarta: Rineka Cipta,
multikultural sebaiknya memberikan kontribusi dalam kemajuan bangsa. Karena
2006).
dengan bangsa yang kehilangan modal kultural akan sangat rawan pepecahan. Modal
Scott Lash dan Mike Featherstone (ed.), Recognition And Difference: Politics, Identity,
kultural ini lahir dari kekayaan kearifan lokal bangsa yang dikenal majemuk,
Multiculture (London: Sage Publication, 2002).
pendidikan multikultural ini sangat strategis dapat mengelola kemajemukan secara
Raz J.. The Morality of Freedom (Oxford: Oxford University Press, 1986).
kreatif.
Bikhu Parekh. “What is Multiculturalism?” dalam Jurnal India Seminar, Desember 1999. Raz J..
Ethics in Public Domain: Essays in the Morality of Law and Politics (Oxford: Clarendon Press,
24
J.P Kontter dan J.L. Heskett, Dampak Budaya Perusakan Terhadap Kinerja (Jakarta:
Prenhalindo, 1992) 1996).

11
James A.Bank dan Cherry A. McGee (ed). Handbook of Research on Multicultural Education (San
Francisco: Jossey-Bass, 2001).
Nieto, Sonia. Language, Culture and Teaching (Mahwah, NJ: Lawrence Earlbaum, 2002).
Parekh, Bikhu. Rethingking Multiculturalism: Cultural Diversity and Political Theory (Cambridge:
Harvard University Press, 2000).
Berger dan Luckman, Tafsir Sosial Atas Kenyataan: Risalah tentang Sosiologi Pengetahuan
(Jakarta: LP3ES, 1990).
A. Khozin dkk., Buku Penunjang Berpikir Teoritis Merancang Proposal, (Surabaya, Program
Pascasarjana IAIN Sunan Ampel, 2006).
Abdullah, Amin. “Pengembangan Kajian Keislaman: Metode dan Pendekatannya, (Makalah
disampaikan pada Annual Conference pada Program Pascasarjana UIN/ IAIN/ STAIN/
se-Indonesia di padang pada tanggal 26-29 desember 2002).
Donna M.Gollnick dan Philip C.Chin dalam “ Multicultural Education in a Pluralistic Society”
(New Jersey: Pearson Education Inc, 2002).
J.P Kontter dan J.L. Heskett, Dampak Budaya Perusakan Terhadap Kinerja (Jakarta: Prenhalindo,
1992).

12

Anda mungkin juga menyukai