Anda di halaman 1dari 4

TAHUN 2012

Materi yang terkait dengan bab dalam Akreditasi RS dimulai dengan Bab Hak Pasien dan Keluarga
(HPK). Bab ini mensyaratkan administrasi yang bisa dipertanggungjawabkan dan pemberian
informasi yang akurat tentang hak pasien sebagai seorang manusia sesuai harkat dan martabatnya.
Paparan ini meliputi standar, contoh dokumen dan contoh implementasinya yang disampaikan oleh
dr. Sutoto secara runtut agar terlihat jelas apa yang harus dilakukan oleh RS-RS yang diwakili
peserta workshop kali ini, di akhir sesi terdapat beberapa pertanyaan yang muncul dan dijawab tuntas
oleh narasumber.
Materi ke-2 tentang Bab Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) yang terdiri dari 6 (enam) sub bab yang
harus dipenuhi oleh RS terdiri juga atas standar, contoh dokumen dan implementasinya. Perlindungan
pasien terhadap resiko apapun selam dirawat dan mendapatkan aktivitas layanan di RS menjadi inti
pada bab ini. Sesi tanya jawab tentang SKP mengaakhiri hari pertama workshop Akreditasi Program
Khusus ini.

Hari kedua, dr. Luwiharsih, M.Sc. sebagai pemateri ke-2 memberikan paparan menarik. Presentasi
harus disampaikan direktur RS untuk mengawali proses survei Akreditasi Program Khusus ini dan
“tidak boleh diwakilkan”. Dr. Luwi memaparkan bahan apa saja perlu disampaikan dalam presentasi
tersebut dan waktu yang dialokasikan. Materi tentang Bab Kuailifikasi dan Pendidikan Staf
(KPS)disampaikan dengan detail dan jelas yang terdiri dari 17 (tujuhbelas) sub bab penilaian. Inti dari
bab ini adalah perlindungan pasien berupa kepastian bahwa pelayanan hanya dilakukan oleh
professional yang kompeten. Sesi diskusi dan tanya jawab pada materi ini menjadi semakin hangat
ketika ada beberapa pertanyaan yang tidak terjawab oleh karena terbatasnya waktu sesi diperpanjang
agar rasa ingin tahu para peserta workshop terpenuhi.
Pemateri ketiga adalah dr. Djoni Darmadjaja, Sp.B, MARS. yang membawakan materi tentang
Bab Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI). Bab ini menjelaskan tentang kewajiban RS untuk
melindungi pasien dari kejadian infeksi yang diperoleh dari aktivitas layanan dan aktivitas lain di RS
sehingga bab ini dirasakan penting dalam Program Akreditasi Khusus. Sesi diskusi dan tanya jawab
mengakhiri paparan dr. Djoni.
Kriteria Rumah Sakit yang dapat
diakreditasi
Rumah Sakit bila memenuhi semua kriteria sebagai berikut:

1. Rumah sakit berlokasi di wilayah Indonesia


2. Rumah sakit umum maupun rumah sakit khusus untuk semua kelas rumah sakit
3. Izin operasional rumah sakit masih berlaku
4. Bila izin rumah sakit sudah habis masa berlakunya, pengajuan permohonan survei bisa dilakukan,
bila Dinas Kesehatan meminta syarat perpanjangan izin operasional harus sudah terakreditasi. Untuk
itu rumah sakit mengirimkan surat/ persyaratan dari Dinas Kesehatan tersebut ke Komisi Akreditasi
Rumah Sakit dan survei dapat dilaksanakan. Hasil survei yang diberikan berupa surat keterangan
hasil akreditasi yang dapat dipergunakan untuk mengurus izin operasional. Bila izin operasional
sudah terbit, rumah sakit mengirimkan dokumen izin tersebut ke survei@kars.or.id dan Komisi
Akreditasi Rumah Sakit akan memberikan sertifikat akreditasi kepada rumah sakit tersebut.
5. Direktur/Kepala rumah Sakit adalah tenaga medis (dokter atau dokter gigi)
6. Rumah sakit beroperasi penuh (full operation) dengan menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan, dan gawat darurat secara paripurna selama 24 jam sehari dan 7 hari seminggu.
7. Rumah sakit mempunyai izin Instalasi Pengelolaaan Limbah Cair (IPLC) yang masih berlaku.
8. Rumah sakit mempunyai izin pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun yang masih berlaku
atau kerjasama dengan pihak ketiga yang mempunyai izin sebagai pengolah limbah bahan beracun
dan berbahaya yang masih berlaku dan atau izin sebagai transporter yang masih berlaku.
9. Semua tenaga medis pemberi asuhan di rumah sakit telah mempunyai Surat Tanda Registrasi (STR)
dan Surat Izin Praktik (SIP)
10. Rumah sakit melaksanakan atau bersedia melaksanakan kewajiban dalam meningkatkan mutu asuhan
dan keselamatan pasien

Anda mungkin juga menyukai