1. Latar Belakang
Saat ini di Indonesia masih ada anak-anak yang belum mendapatkan imunisasi
secara lengkap bahkan tidak pernah mendapatkan imunisasi sedari lahir. Hal itu
menyebabkan mereka mudah tertular penyakit berbahaya karena tidak adanya kekebalan
terhadap penyakit tersebut.
Data dari Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian
Kesehatan (Kemenkes) RI menunjukkan sejak 2014-2016, terhitung sekitar 1,7 juta anak
belum mendapatkan imunisasi atau belum lengkap status imunisasinya.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengubah konsep imunisasi dasar lengkap
menjadi imunisasi rutin lengkap. Imunisasi rutin lengkap itu terdiri dari imunisasi dasar
dan lanjutan. Imunisasi dasar saja tidak cukup, diperlukan imunisasi lanjutan untuk
mempertahankan tingkat kekebalan yang optimal.
Terkait capaian imunisasi, cakupan imunisasi dasar lengkap pada 2017 mencapai
92,04%, melebihi target yang telah ditetapkan yakni 92% dan imunisasi DPTHB-Hib
Baduta mencapai 63,7%, juga melebihi target 45%. Sementara tahun ini terhitung Januari
hingga Maret imunisasi dasar lengkap mencapai 13,9%, dan imunisasi DPT-HB-Hib
Baduta mencapai 10,8%. Target cakupan imunisasi dasar lengkap 2018 sebesar 92,5%
dan imunisasi DPT-HB-Hib Baduta 70%.
Agar terbentuk kekebalan masyarakat yang tinggi, dibutuhkan cakupan imunisasi
dasar dan lanjutan yang tinggi dan merata di seluruh wilayah, bahkan sampai tingkat
desa. Bila tingkat kekebalan masyarakat tinggi, maka yang akan terlindungi bukan hanya
anak-anak yang mendapatkan imunisasi tetapi juga seluruh masyarakat.
2. Permasalahan
Apakah kegiatan pelaksanaan imunisasi dasar di Puskesmas Kampus dapat menurunkan
angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian balita (AKABA) di wilayah kerja
Puskesmas Kampus?
4. Pelaksanaan
Pada tanggal 30 Oktober 2019 pukul 08.00 – 12.00 dilakukan kegiatan imunisasi
dasar pada 15 bayi di Poli Imunisasi Puskesmas Kampus Palembang. Pemberian
Imunisasi oleh dr. Dhanti dan petugas imunisasi lain. Prosedur kerja pelayanan imunisasi
meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1. Penyiapan Pelayanan Imunisasi
2. Persiapan Tempat Pelayanan Imunisasi
3. Pelaksanaan Pelayanan Imunisasi
Penyiapan Pelayanan Imunisasi, meliputi peralatan logistik imunisasi. Logistik yang
dimaksud antara lain meliputi vaksin, Auto Disable Syringe, safety box, emergency kit,
dan dokumen pencatatan status imunisasi. Peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan
pelayanan imunisasi tergantung pada perkiraan jumlah sasaran yang akan diimunisasi.
Jenis peralatan yang diperlukan untuk pelayanan imunisasi secara lengkap antara lain:
a. Termos/vaccine carrier
b. Cool pack/kotak dingin cair
d. Alat suntik
g. Formulir
m. Tempat sampah
1. Sebelum membuka lemari es, tentukan seberapa banyak vial vaksin yang dibutuhkan
untuk pelayanan.
2. Catat suhu di dalam lemari es.
3. Pilih dan keluarkan vaksin sesuai ketentuan yang telah ditetapkan untuk VVM dan
tanggal kedaluarsa (EEFO, FIFO).
1. Periksa label vaksin dan pelarut. Jika label tidak ada, jangan gunakan vaksin atau
pelarut tersebut.
2. Periksa alat pemantau botol vaksin (VVM). Jika vaksin sudah masuk kriteria C dan
D jangan dipergunakan.
3. Periksa tanggal kadaluarsa, jangan gunakan vaksin dan pelarut jika tanggal
kadaluarsa telah lewat.
4. Periksa alat pemantau suhu beku dalam lemari es.
Penting diperhatikan, bahwa selama proses pelayanan imunisasi harus diperhatikan
pemeliharaan cold chain, dengan beberapa poin penting berikut:
1. Selama pelayanan imunisasi, vaksin dan pelarut harus disimpan dalam vaccine
carrier dengan menggunakan cool pack, agar suhu tetap terjaga pada temperature 20-
80°C dan vaksin yang sensitif terhadap pembekuan tidak beku.
2. Hindari vaccine carrier yang berisi vaksin dari cahaya matahari langsung.
3. Sebelum sasaran datang vaksin dan pelarut harus tersimpan dalam vaccine carrier
yang tertutup rapat.
4. Jangan membuka vaksin atau melarutkan vaksin bila belum ada sasaran datang.
5. Pada saat pelarutan suhu pelarut dan vaksin harus sama.
6. Petugas imunisasi tidak diperbolehkan membuka vial baru sebelum vial lama habis.
7. Bila sasaran belum datang, vaksin yang sudah dilarutkan harus dilindungi dari
cahaya matahari dan suhu luar, seharusnya dengan cara diletakkan di lubang busa
yang terdapat di atas vaccine carrier.
8. Dalam setiap vaccine carrier sebaiknya terdapat empat cool pack.
9. Bila vaksin yang sudah dilarutkan sudah habis, pelarutan selanjutnya dilakukan bila
telah ada anak yang hendak diimunisasi.
Indikator output yang dipantau dan dievaluasi dari kegiatan imunisasi dasar adalah
timbulnya kesadaran ibu untuk membawa anaknya ke Puskesmas untuk imunisasi dasar
tepat waktu dan lengkap hingga mencapai imunisasi lanjutan, sehingga diharapkan
terjadi penurunan morbiditas bayi dan balita yang berdampak pada penurunan angka
kematian bayi (AKB) dan angka kematian balita (AKABA) di wilayah kerja Puskesmas
Kampus.