Anda di halaman 1dari 39

PENGEMBANGAN ASUHAN KEHAMILAN

“Kajian Fisiologi Kehamilan Trimester I”

Dosen Pengampu: Prof. Dr. Firman F. Wirakusumah, dr. SpOG(K)

Oleh: Kelompok 1

Nur Afifah Harahap (131020180501)


Shandy Kusumawardhani (131020180504)
Fauzah Cholashotul I’anah (131020180515)
Eka Andriany (131020180518)

PROGRAM STUDI MAGISTER KEBIDANAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat Taufik dan
Hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Kajian Fisiologi Kehamilan Trimester I”. dan semoga makalah ini bisa bermanfaat dan
bernilai untuk para pembaca yang membutuhkan referensi tentang Pengembangan Asuhan
Kehamilan Khususnya Kajian Fisiologi Kehamilan Trimester I serta guna memenuhi tugas
mata kuliah Pengembangan Asuhan Kehamilan, Dosen pengampuh: Prof. Dr. Firman F. W.,
dr., SpOG(K), pada program Studi Magister Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas
Padjadjaran Bandung.

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Pengembangan Asuhan Kehamilan. Makalah ini membahas segala aspek yang berkaitan
dengan Kajian Fisiologi Kehamilan Trimester I dalam Pengembangan Asuhan Kehamilan.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
penyusun mengharap kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini di
kemudian hari. Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi penyusun khususnya dan
pembaca pada umumnya.

Bandung, 2019

Kelompok I

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i


DAFTAR ISI ............................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1


A. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
B. Tujuan .......................................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................... 4


A. Definisi Kehamilan ..................................................................................................... 4
B. Diagnosis ..................................................................................................................... 4
C. Perubahan Fisiologi dan Adaptasi Pada Kehamilan TM 1 .......................................... 5
D. Keluhan Yang Muncul Pada Kehamilan TM 1 .......................................................... 15

BAB III KAJIAN JURNAL ................................................................................................ 23


A. Jurnal Perubahan Fisik 1 ........................................................................................... 23
B. Jurnal Perubahan Fisik 2 ........................................................................................... 25
C. Jurnal Perubahan Fisik 3 ........................................................................................... 29
D. Jurnal Perubahan Psikologis ..................................................................................... 30
E. Jurnal Tambahan ........................................................................................................ 31

BAB IV PENUTUP .............................................................................................................. 35


A. Kesimpulan ................................................................................................................ 35
B. Saran ........................................................................................................................... 35

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan didefinisikan sebagai
fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum, dilanjutkan dengan nidasi atau
implantasi. Pada proses kehamilan terjadi perkembangan janin mulai dari fase pembelahan
zigot hingga implantasi dan seterusnya janin berkembang sampai usia 40 minggu1
Pada proses kehamilan pun terjadi perubahan pada tubuh wanita, yaitu perubahan
anatomi dan adaptasi fisiologi yang meliputi sistem reproduksi, payudara, sistem endokrin,
sistem kekebalan dan sistem perkemihan. Perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi pada ibu
hamil sebagian besar sudah terjadi segera setelah fertilisasi dan terus berlanjut selama
kehamilan. Kebanyakan perubahan ini merupakan respon terhadap janin. Ibu hamil
mengalami perubahan anatomi dan adaptasi fisiologi pada tubuhnya sesuai dengan usia
kehamilannya. Mulai dari trimester I sampai dengan trimester III kehamilan. Perubahan yang
terjadi selama kehamilan tersebut akan kembali seperti ke keadaan sebelum hamil setelah
proses persalinan dan menyusui selesai2
Disamping perubahan fisik, terjadi perubahan psikologi yang berbeda-beda setiap
trimester kehamilan. Banyak ibu yang merasa kecewa, terjadi penolakan, kecemasan dan
kesedihan terjadi pada trimester pertama. Terdapat dua fase perubahan psikologis pada
trimester kedua yaitu prequickening dimana ibu mulai menerima kehamilannya dan fase
postquickening dimana ibu akan fokus pada kehamilannya dan mempersiapkan kelahiran
bayinya. Pada trimester ketiga, ibu mulai khawatir dengan proses kelahiran yang akan terjadi
dan kondisi bayi yang akan dilahirkannya3.
Setiap ibu hamil pada trimester pertama mengalami mual dan muntah. Keadaan ini
merupakan hal yang wajar dan sering terjadi pada kehamilan terutama pada trimester pertama
(Hutahaean, 2013). Hampir 45% wanita mengalami muntah pada awal kehamilan dan hingga
90% wanita mengalami mual (Salmah, 2006). Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi
dapat pula timbul setiap saat dan malam hari.
Dalam penelitian Herrell (2014) mengatakan bahwa sekitar 80% dari wanita
melaporkan bahwa gejala mereka berlangsung sepanjang hari, dimana hanya 1,8%
melaporkan gejala yang terjadi di pagi hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu
setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu.

1
Emesis gravidarum terjadi pada 60-80% primigravida dan 40-60% pada multigravida
(Wiknjosastro, 2002). Denise (2009) mengemukakan sekitar 51,4% wanita mengalami mual
dan 9,2% wanita mengalami muntah. Keadaaan hiperemesis gravidarum yang sangat
patologis jauh lebih jarang terjadi dibandingkan mual dan muntah secara logis, diperkirakan
hiperemesis gravidarum yang sangat patologis terjadi dalam 1 per 500 kehamilan. Agar tidak
sampai pada kondisi yang berat, diperlukan adaptasi yang baik terhadap keadaan tersebut.
Adaptasi dapat tercermin dari perilaku ibu mengatasi mual muntahnya. Ibu hamil harus
mampu beradaptasi terhadap mual dan muntahnya, jika tidak mampu beradaptasi maka bisa
menimbulkan akibat buruk baik pada ibu hamil maupun pada janin yang dikandungnya.Ibu
hamil yang mengalami mual muntah sangat membutuhkan asupan nutrisi yang adekuat yang
berguna untuk tubuh ibu maupun nutrisi untuk janin didalam kandungannya.
Dengan asupan nutrisi yang baik selama kehamilan, maka akan lahir bayi yang lebih
berkualitas. Namun, jika asupan nutrisi menurun maka wanita hamil tersebut akan mengalami
penurunan berat badan dan hal ini juga akan berdampak buruk pada janin yang dikandungnya.
Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Herrell (2014) melaporkan bahwa
bayi yang lahir dari perempuan yang mengalami kehilangan berat badan di awal kehamilan,
khususnya pada kasus hiperemesis gravidarum, berada pada peningkatan risiko pembatasan
pertumbuhan atau berat lahir rendah, serta wanita dengan mual dan muntah yang sulit untuk
disembuhkan atau dipersulit dengan penurunan berat badan telah meningkatkan risiko
hambatan pertumbuhan janin dan kematian janin.
Salah satu model adaptasi yang dikembangkan oleh Calista Roy pada tahun 1964,
menganut asumsi dasar bahwa individu adalah makhluk bio-psiko-sosial yang merupakan
kesatuan yang utuh. Seseorang dikatakan sehat jika ia mampu berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan biologis, psikologis, dan sosialnya. Kemampuan adaptasi seseorang dipengaruhi
tiga komponen, yaitu penyebab utama perubahan kondisi dan situasi, keyakinan, dan
pengalaman dalam beradaptasi. Setiap individu berespon terhadap kebutuhan fisiologis,
kebutuhan akan konsep diri yang positif, kemampuan untuk hidup mandiri atau 4
kemandirian, serta kemampuan melakukan peran dan fungsi secara optimal guna memelihara
integritas diri (Asmadi, 2005).
Kebutuhan fisiologis, menurut Roy, meliputi oksigenasi dan sirkulasi, keseimbangan
cairan dan elektrolit, makanan, tidur dan istirahat, pengaturan suhu dan hormon, dan fungsi
tambahan. Kebutuhan konsep diri yang positif berfokus pada persepsi diri yang meliputi
kepribadian, norma, etika, dan keyakinan seseorang. Kemandirian lebih difokuskan pada

2
kebutuhan dan kemampuan melakukan interaks i sosial, termasuk kebutuhan akan dukungan
orang lain. Peran dan fungsi optimal lebih difokuskan pada perilaku individu dalam
menjalankan peran dan fungsi yang diembannya (Asmadi, 2005).

B. Tujuan
Untuk mengetahui fisiologi kehamilan trimester I, diagnosis, patofisologi keluhan
fisik dan psikis.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Kehamilan
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan didefinisikan sebagai
fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum, dilanjutkan dengan nidasi atau
implantasi. Dihitung dari saat fertilisasi sampai kelahiran bayi, kehamilan normal biasanya
berlangsung dalam waktu 40 minggu. Usia kehamilan tersebut dibagi menjadi 3 trimester
yang masing-masing berlangsung dalam beberapa minggu. Trimester 1 selama 12 minggu,
trimester 2 selama 15 minggu (minggu ke- 13 sampai minggu ke-27), dan trimester 3 selama
13 minggu (minggu ke- 28 sampai minggu ke-40).1
Kehamilan adalah masa dimulainya konsepsi sampai lahirnya janin. Lama kehamilan
normal adalah 280 hari atau 40 minggu atau 9 bulan 7 hari, dihitung dari hari pertama haid
terakhir. Kehamilan matur (cukup bulan) berlangsung kira-kira 40 minggu (280 hari) dan
tidak lebih dari 43 minggu (300hari). Kehamilan berlangsung antara 28 dan 36 minggu
disebut kehamilan premature, sedangkan lebih dari 43 minggu disebut kehamilan post matur.
Kehamilan dibagi dalam tiga bagian ; masing masing kahamilan triwulan pertama
(antara 0 sampai 12 minggu); kehamilan triwulan kedua (antara 12 sampai 28 minggu); dan
kehamilan triwulan terakhir (antara 28 sampai 40 minggu)

B. Diagnosis
Diagnosis merupakan cara untuk mengidentifikasikan suatu keadaan atau kondisi
seseorang berdasarkan hasil oleh fikir atau analisis hasil pemeriksaan dan atau gejala untuk
mengetahui suatu keadaan atau penyebab. Sehingga diagnosis kehamilan dapat diartikan
sebagai cara-cara ynag dilakukan untuk dapat menegakkan kondisi seorang dalam keadaan
hamil meliputi keadaan kehamilan, keadaan janin dan masalah yang mungkin menyertai
kehamilannya. Adapun penegakkan diagnosis kehamilan yang dapat dilakukan bidan yaitu
dengan melakukan salah satu pemeriksaan, baik tanda awal kehamilan, pemeriksaan
hormonal sederhana dan atau pemeriksaan penunjang. Namun setiap pemeriksaan yang dapat
dilakukan bidan memiliki keterbatasan dalam penegakkan diagnosis pasti kehamilan
sehingga pemeriksaan penunjang menjadi standar utama penentu diagnosis kehamilan.5

4
Perubahan endokrinologis, fisiologis, dan anatomis yang menyertai kehamilan
menimbulkan gejala dan tanda yang memberikan bukti adanya kehamilan. Gejala dan tanda
tersebut dibagi menjadi tiga kelompok, antara lain:
1. Bukti Presumtif (tidak pasti) Gejalanya :
a. Mual dengan atau tanpa muntah.
b. Gangguan berkemih.
c. Fatigue atau rasa mudah lelah.
d. Persepsi adanya gerakan janin dengan anda terhentinya menstruasi, perubahan pada
payudara, perubahan warna mukosa vagina, meningkatnya pigmentasi kulit dan
timbulnya striae pada abdomen.
2. Bukti kemungkinan kehamilan
a. Pembesaran abdomen.
b. Perubahan bentuk, ukuran, dan konsistensi uterus.
c. Perubahan anatomis pada serviks.
d. Kontraksi Braxton Hicks
e. Ballotement
f. Kontur fisik janin
g. Adanya gonadotropin korionik di urin atau serum.
3. Tanda Positif Kehamilan
a. Identifikasi kerja jantung janin yang terpisah dan tersendiri dari
kerja jantung ibu.
b. Persepsi gerakan janin aktif oleh pemeriksa
c. Pengenalan mudigah dan janin setiap saat selama kehamilan dengan USG atau
pengenalan janin yang lebih tua secara radiografis pada paruh kedua kehamilan.1

C. Perubahan Fisiologi dan Adaptasi pada Kehamilan Trimester I


Menstruasi adalah siklus perubahan sistem reproduksi wanita yang terjadi secara
berkala. 90% perempuan mempunyai siklus haid 24-35 hari, dengan lama rata-rata 3-7 hari
dan jumlah perdarahan 10-80 mL. Menstruasi terbagi menjadi 2 fase yaitu fase folikel
(Preovulatory Ovarian Phase) dan luteal ( Postovulatory Ovarian Phase)5
Fase folikular terjadi mulai hari pertama menstruasi sampai terjadi ovulasi. Fase
folikular merupakan fase perkembangan folikel yang dimulai dari pemilihan folikel primodial
hingga terbentuk 1 folikel dominan yang akan berovulasi. Setiap bayi perempuan yang lahir

5
mempunyai 2 juta oosit dalam ovarium dan sekitar 400.000 folikel primodial saat awal
pubertas.
Folikel primodial akan berkembang menjadi folikel preantral yang kemudian
berkembang menjadi folikel antral. Folikel preantral dikelilingi oleh sel teka dan sel
granulosa. Dalam masa reproduksi normal, hanya sekitar 400 folikel yang akan dilepaskan
sedangkan sisanya megalami atresia. Dalam setiap siklus menstruasi hanya 1 folikel antral
yang dapat bertahan hingga menjadi folikel dominan atau folikel de graaf yang akan
berovulasi.4
Ovulasi merupakan suatu proses kompleks yang diinduksi oleh LH dalam melepaskan
oosit yang fertil. Selain itu, peran LH dalam menginduksi remodeling matrix ekstraseluler
ovarium juga membuat oosit dapat dilepaskan bersama sel kumulus yang mengelilinginya.
Setelah ovulasi terjadi proses luteinisasi (fase luteal) yaitu berkembangnya korpus luteum dari
sisa folikel de graaf. Lama fase luteal tergantung dari lama fase folikular yaitu sekitar 10-16
hari. Korpus luteum merupakan organ endokrin sementara yang terdiri dari kombinasi sel
granulosa yang telah terluteinisasi dan sel teka lutein yang baru terbentuk serta dikelilingi
oleh stroma pada ovarium. Korpus luteum berfungsi mensekresi progesteron dan menyiapkan
sekresi estrogen pada endometrium untuk implantasi ovum. Sekitar 8-9 hari setelah ovulasi
terjadi peningkatan vaskular dan puncak kadar progesteron dan estradiol. Fungsi korpus
luteum akan menurun pada akhir fase luteal jika terjadi kehamilan. Jika terjadi kehamilan,
korpus luteum akan terus memproduksi progesteron sebagai respon adanya human chorionic
gonadotropin (hCG). Jika tidak terjadi kehamilan, korpus luteum akan mengalami regresi
pada hari ke 9-11 pasca ovulasi (luteolisis). Luteolisis ini terjadi akibat penurunan estradiol,
menurunnya kadar LH dalam sirkulasi dan menurunnya sensitivitas sel luteal terhadap LH
pada akhir fase luteal, sehingga produksi progesteron juga akan menurun. Penurunan kadar
estradiol dan progesteron pada akhir fase luteal, memungkinkan perkembangan folikel pada
siklus selanjutnya.4
1. Fertilisasi
Fertilisasi merupakan proses pertemuan antara sel oosit dan sel sperma. Sel sperma
akan menembus zona pelusida dari sel oosit sehingga terjadi peleburan anatara sel inti sperma
dengan sel inti oosit. Tahap-tahap fertilisasi sangat kompleks. Mekanisme molekuler
membuat spermatozoa dapat melewati zona pelusida dan masuk ke sitoplasma oosit untuk
membentuk zigot. Fertilisasi berlangsung di tuba uterina.

6
Implantasi embrio ke dalam dinding rahim merupakan gambaran umum yang
ditemukan pada semua mamalia. Pada perempuan, implantasi terjadi 6 atau 7 hari
pascafertilisasi. Proses ini terdiri dari fase aposisi, fase adhesi dan fase invasi.
2. Adaptasi fisiologi dan anatomi maternal 2,4
a. Perubahan pada sistem endokrin
Perubahan besar pada system endokrin yang penting terjadi untuk
mempertahankan kehamilan, pertumbuhan normal janin, dan pemulihan pascapartum
(nifas). Tes HCG positif dan kadar HCG meningkat cepat menjadi 2 kali lipat setiap 48
jam sampai kehamilan 6 minggu. Perubahan-perubahan hormonal selama kehamilan
terutama akibat produksi estrogen dan progesterone plasenta dan juga hormone-hormon
yang dikeluarkan oleh janin. Berikut perubahan-perubahan hormonal selama kehamilan (
dan trimester I sampai trimester III).
1) Estrogen
Produksi estrogen plaseenta terus naik selama kehamilan dan pada akhir kehamilan
kadarnya kira-kira 100 kali sebelum hamil.
2) Progesteron
Produksi progesterone bahkan lebih banyak dibandingkan estrogen. Pada akhir
kehamilan produksinya kira-kira 250 mg/hari. Progesterone menyebabakan tonus
otot polos menurun dan juga diuresis. Progesterone menyebabkan lemak disimpan
dalam jaringan sub kutan di abdomen, punggung dan paha atas. Lemak berfungsi
sebagai cadangan enrgi baik pada masa hamil maupun menyusui.
3) Human chorionic gonadotropin (HCG)
Hormon ini dapat terdeteksi beberapa hari setelah perubahan dan merupakan dasar
tes khamilan. Puncak sekresinya terjadi kurang lebih 60 hari setelah konsepsi.fungsi
utamanya adalah mempertahankan korpus luteim.
4) Human placental lactogen (HPL).
Hormone ini diproduksinya terus naik dan pada saat aterm mencapai 2 gram/hari.
Efeknya mirip dengan hormone pertumbuhan. Ia juga bersifat diabetogenik,sehingga
kebutuhan insulin wanita hamil naik.
5) Pituitary Gonadotropin
FSH dan LH berada dalam keadaan sangat rendah selama kehamilan karena ditekan
oleh estrogen dan progesterone plasenta.

7
6) Prolaktin
Produksinya terus meningkat, sebagai akibat kenaikan sekresi estrogen.sekresi air
susu sendiri dihambat oleh estrogen ditingkat target organ.
7) Growth hormone (STH)
Produksinya sangat rendah karena mungkin ditekan HPL.
8) TSH,ACTH, dan MSH
Hormone-hormon ini tidak banyak dipengaruhi oleh kehamilan.
9) Titoksin
Kelenjar tiroid mengalami hipertropi dan produksi T4 meningkat. Tetapi T4 bebas
relative tetap, karena thyroid binding globulin meninggi, sebagai akibat tingginya
estrogen, dan juga merupakan akibat hyperplasia jaringan glandular dan prningkatan
vaskularisasi. Tiroksin mengatur metabolisme.
10) Aldosteron, Renin dan angiotensin
Hormone ini naik, yang menyebabkan naiknya volume intravaskuler.
11) Insulin
Produksi insulin meningkat sebagai akibat estrogen, progesterone dan HPL.
12) Parathormon
Hormone ini relative tidak dipengaruhi oleh kehamilan.
b. Perubahan pada sistem reproduksi2
1) Uterus
Pembesaran uterus meliputi peregangan dan penebalan sel-sel otot sementara
produksi meosit yang baru sangat terbatas. Bersamaan dengan hal itu terjadi
akumulasi jaringan ikat dan elastik, terutama pada lapisan otot luar. Kerja sama
tersebut akan meningkatkan kekuatan dinding uterus.2
Daerah korpus pada bulan-bulan pertama akan menebal, tetapi seiring dengan
bertambahanya usia kehamilan akan menipis pada akhir kehamilan ketebalanya
hanya sekitar 1,5 cm bahkan kurang.2
Pada awal kehamilan penebalan uterus distimulasi terutama oleh hormon esterogen
dan sedikit oleh progesteron.akan tetapi, setelah kehamilan 12 minggu lebih
penambahan ukuran uterus didominasi oleh desakan dari hasil konsepsi. Pada awal
kehamilan tuba fallopi, ovarium,dan ligamentum rotundum berada sedikit dibawah
apeks fundus, sementara pada akhir kehamilan akan berada sedikit di atas
pertengahan uterus. Posisi plasenta juga mempengaruhi penebalan sel-sel otot uterus,

8
dimana bagian uterus yang mengelilingi implantasi plasenta akan bertambah besar
lebih cepat dibandingkan bagian lainnya. Sehingga akan menyebabkan uterus tidak
rata. Fenomena ini dikenal dengan tanda piscaseck.2
Pada minggu-minggu pertama kehamilan uterus masih seperti bentuk aslinya seperti
buah alvokat. Seiring dengan perkembangan kehamilannya,daerah fundus dan korpus
akan membulat dan akan menjadi bentuk sferis pada usia kehamilan 12 minggu.2
Istimus uteri pada minggu pertama mengadakan hipertrofi seperti korpus uteri yang
mengakibatkan ithmus menjadi lebih panjang dan lunak yang dikenal dengan tanda
Hegar. Pada akhir kehamilan 12 minggu uterus akan menyentuh dinding abdominal
mendorong usus seiring perkembangannya, uterus akan menyentuh dinding
abdominal mendorong usus kesamping, dan keatas, terus tumbuh hingga hampir
menyentuh hati. Sejak trimester I kehamillan uterus akan mengalami kontraksi yang
tidak teratur dan umumnya tidak disertai nyeri.2
2) Serviks
Serviks menjadi lunak (soft) yang disebut dengan tanda Goodell, banyak jaringan
ikat yang mengandung kolagen, kelenjar servikal membesar dan mengeluarkan
banyak cairan mukus karna pertambahan dan pelebaran pembuluh darah, warnanya
menjadi livid yang disebut tanda Chadwick
3) Ovarium
Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematangan folikel baru juga
ditunda.hanya satu korpus luteum yang dapat ditemukan di ovarium. Folikel ini akan
berfungsi maksimal selama 6-7 minggu awal kehamilan. Dan setelah itu akan
berperan sebagai penghasil progeteron dlam jumlah yang relatif minimal.
4) Vagina dan Vulva
Minggu ke-8 terjadi hipervaskularisasi sehingga vagina tampak merah dan kebiruan
(tanda chatwick). pH vagina menjadi lebih asam. Dari 4 menjadi 6.5 menyebabkan
rentan terhadap infeksi vagina. Mengalami deskuamasi/pelepasan elemen epitel pada
sel-sel vagina akibat stimulasi estrogen membentuk rabas vagina disebut leukore
(keputihan). Hormon kehamilan mempersiapkan vagina supaya distensi selama
persalinan dengan produksi mukosa vagina yang tebal, jarinagn ikat longar,
hipertropi otot polos dan pemanjangan vagina.

9
5) Payudara
Payudara (mamae) akan membesar dan tegang akibat hormon somatomamotropin,
estrogen dan progesteron, akan tetapi belum mengeluarkan ASI. Estrogen
menimbulkan hipertropi sistem saluran, sedangkan progesterone menambah sel-sel
asinus pada mammae. Somatomamotropin mempengaruhi pertumbuhan sel-sel
asinus pula dan menimbulkan perubahan dalam sel-sel sehingga terjadi pembuatan
kasein, laktralbumun dan laktoglobulin. Dengan demikian mammae dipersiapkan
untuk laktasi. Disamping itu dibawah pengaruh progesteron dan somatomamotropin
terbentuk lemak sekitar alveolua-alveolus,sehingga mammae menjadi lebih besar.
Papilla mammae akan membesar, lebih tegang dan tambah lebih hitam, seperti
seluruh areola mammae karena hiperpigmentasi. Hipertropi kelenjar sebasea (lemak)
yang mungul diareola primer dan disebut tuberkel Montgomery. Glandula
Montgomery tampak lebih jelas menonjol dipermukaan areola mammae.
Rasa penuh, peningkatan sensitivitas, rasa geli, dan rasa berat di payudara mulai
timbul sejak minggu keenam gestasi. Perubahan payudara ini adalah tanda mungkin
hamil. Sensivitas payudara bervariasi dari rasa geli ringan sampai nyeri tajam.
Peningkatan suplai darah membuat pembuluh darah dibawah kulit berdilatasi.
Pembuluh darah yang sebelumnya tidak terlihat, sekarang terlihat, seringkali tampak
sebagai jalinan jaringan biru dibawah permukaan kulit. Kongsti vena di payudara
lebih jelas terlihat pada primigravida. Striae dapat terlihat dibagian luar payudara.
c. Perubahan pada sistem kardiovaskuler
Sirkulasi darah itu dalam kehamilan dipengaruhi oleh sirkulasi ke plasenta,
uterus yang membesar pula, uterus yang membesar dengan pembuluh darah yang
membesar pula, mammae dan alat lain yang memmang berfungsi berlebihan dalam
kehamilan. Volume plasenta maternal mulai meningkat pada saat 10 minggu usia
kehamilan dan terus menerus meningkat sampai 30-34 minggu, sampai ia mencapai titik
maksimum.
Perubahan rata-rata volume plasenta maternal berkisar antara 20-100%. RBC
meningkat 18% tanpa suplemen-suplemen zat besi dan terjadi peningkatan yang lebih
besar yaitu 30% jika ibu meminum suplemen zat besi. Karena volume plasma
meningkat rata-rata 50% sementara massa RBC meningkat hanya 18-30%, maka terjadi
penurunan hematokrit selama kehamilan normal sehingga disebut anemia fisiologis.

10
Tekanan darah akan turun selama 24 minggu pertama kehamilan akibat terjadi
penurunan dalam perifer vaskuler resistence yang disebabkan oleh peregangan otot
halus oleh progestrone. Tekanan sistolik akan turun sekitar 5-10 mmHg dan diastolic
pada 10-15 mmHg. Selama kehamilan normal cardiac output meningkatkan sekitar 30-
50% dn mencapai level maksimumnya selama trimester pertama atau kedua dan tetap
tinggi selama persalinan.
Hipertropi (pembesaran atau dilatasi ringan jantung mungkin disebabkan oleh
peningkatan volume darah dan curah jantung. Karena diafragma terdorong ke atas,
jantung terangkat ke atas dan berotasi ke depan dan ke kiri. Impuls pada apeks, titik
impuls maksimum (point of maksimum impuls/PMII) bergerak ke atas dan lateral
sekitar 1-1,5 cm. Derajat pergeseran tergantung pada lama kehamilan dan ukuran serta
posisi uterus. Pada akhir trimester I mulai terjadi palpitasi karena pembesaran ukuran
serta bertambahanya cardiac output. Hidung tersembat /berdasas karena pengaruh
hormone estrogen dan progesterone terjadi pembesaran kapiler, relaksai otot vaskuler
serta peningkatan sirkulasi darah.
d. Perubahan pada sistem pernafasan
Pernafasan masih diafragmatik selama kehamilan, tetapi karena pergerakan
diafragma terbatas setelah minggu ke-30, wanita hamil bernafas lebih dalam, dengan
meningkatkan volume tidal dan kecepatan ventilasi, sehingga memungkinkan
pencampuran gas meningkat dan konsumsi oksigen meningkat 20%. Diperkirakan efek
ini disebabkan oleh meningkatnya sekresi progesteron. Keadaan tersebut dapat
menyebabkan pernafasan berlebih dan PO2 arteri lebih rendah. Pada kehamilan lanjut,
kerangka iga bawah melebar keluar sedikit dan mungkin tidak kembali pada keadaan
sebelum hamil, sehingga menimbulkan kekhawatiran bagi wanita yang memperhatikan
penampilan badannya.
e. Perubahan pada sistem perkemihan
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kencing tertekan sehingga sering
timbul kencing. Dan keadaan ini hilang dengan tuanya kehamilan bila uterus gravidus
keluar dari rongga panggul. Pada kehamilan normal , fungsi ginjal cukup banyak
berubah, laju filtrasi glomelurus dan aliran plasma ginjal meningkat pada kehamilan.2
Bila satu organ membesar, maka organ lain akan mengalami tekanan, dan pada
kehamilan tidak jarang terjadi gangguan berkemih pada saat kehamilan. Ibu akan
merasa lebih sering ingin buang air kecil. Pada bulan pertama kehamilan kandung

11
kemih tertekan oleh uterus yang mulai membesar. Pada kehamilan normal fungsi ginjal
cukup banyak berubah. Laju filtrasi glomerulus dan aliran plasma ginjal meningkat
pada awal kehamilan.Ginjal wanita harus mengakomodasi tuntutan metabolisme dan
sirkulasi ibu yang meningkat dan juga mengekskresi produk sampah janin. Ginjal pada
saat kehamilan sedikit bertambah besar, panjangnya bertambah 1-1,5 cm. Ginjal
berfungsi paling efisien saat wanita berbaring pada posisi rekumbeng lateral dan paling
tidak efisien pada saat posisi telentang. Saat wanita hamil berbaring telentang, berat
uterus akan menekan vena ekava dan aorta, sehingga curah jantung menurun. Akibatnya
tekanan darah ibu dan frekuensi jantung janin menurun, begitu juga dengan volume
darah ginjal.
f. Perubahan pada sistem pencernaan
Pada bulan-bulan awal kehamilan 1/3 dari wanita hamil mengalami mual dam
muntah. Sebagaimana kehamilan berlanjut penurunan asam lambung melambatkan
pengosongan lambung dan menyebabkan kembung. Menurunnya gerakan peristaltik
tidak saja menyebabkan mual tetapi juga konstipasi karena lebih banyak feses terdapat
dalam usus. Lebih banyak air diserap dan semakin keras jadinya. Konstipasi juga
disebabkan oleh tekanan uterus pada usus bagian bawah pada awal masa kehamilan dan
kembali pada masa kehamilan.
Gigi berlubang terjadi lebih mudah pada saliva yang bersifat asam. Selama
kehamilan dan membutuhkan perawatan yang baik untuk mencegah karies gigi. Pada
bulan-bulan terakhir nyeri ulu hati dan regurgitasi (pencernaan asam) merupakan
ketidaknyamanan yang disebabkan tekanan keatas dari perbesaran uterus. Pelebaran
pembuluh darah rectum (hemoroid) dapat terjadi pada persalinan. Rektum dan otot-otot
yang memberikan sokongan yang sangat tegang.
g. Perubahan pada sistem integumen
Perubahan keseimbangan hormon dan peregagangan mekanis menyebabkan
timbulnya beberapa perubahan dalam sistem integumen selama masa kehamilan.
Perubahan yang umum terjadi adalah peningkatan penebalan kulit dan lemak
subdermal, hiperpigmentasi, pertumbuhan rambut dan kuku, percepatan aktifitas
kelenjar keringat dan kelenjar sebasea, peningkatan sirkulasi dan aktifitas vasomotor.
Jaringan elastis kulit mudah pecah, menyebabkan strie-gravidarum, atau tanda
regangan. Respon alegri kulit meningkat.

12
Pada kulit terdapat deposit pigmen dan hiperpigmentasi alat-alat tertentu,
pigmentasi ini disebabkan pengaruh melanophore stimulating hormone (MSH) yang
meningkat. MSH ini adalah salah satu hormon yang dikeluarkan oleh lobus anterior
hipofisis. Kadang-kadang terdapat deposit pigmen pada dahi, pipi, hidung, dikenal
sebagai diasmagravidarum. Didaerah leher sering terdapat hiperpigmentasi yang sama
juga di areola mammae.
Linea alba pada kehamila menjadi hitam dikenal sebagai linea grisea. Linea
nigra adalah garis pigmentasi dari simpisis pubisa sampai kebagian atas fundus di garis
tengah tubuh. Kulit perut juga tampak seolah-olah retak, warnanya berubah agak
hiperemik dan kebiru-biruan disebut striae livide. Setelah partus, striae livide ini
berubah menjadi putih disebut striae albicans. Pada seorang multigraviada sering tanpak
striae livide dan bersama dengan striae albicans.
Angioma atau telengiektasis umumnya disebut vascular spiders. Angioma
adalah ujung arteriola yang berdenyut dan sedikit menonjol, berbebtuk kecil seperti
bintang atau cabang. Spiders hasil peningkatan kadar estrogen dalam sirkulasi, biasanya
ditemukan di leher, daa, lengan. Spiders juga dideskripsikan berwarna kebiruan dan
tidak hilang bila ditekan. Vascular spiders terlihat pada bulan ke-2 – ke-5 kehamilan
pada 65% wanita kulit putih dan 10% wanita afrka-amerika. Biasanya hilang setelah
melahirkan.
Bercak berbatas tegas atau mottling difus yang berwarna kemerahan tanpak pada
permukaan telapak tangan 60% wanita hamil berkulit putih dan 35% wanita
afrika=amerika. Epulis ialah suatu noddul berwarna merah pada gusi yang mudah
berdarah lesi ini dapat imbul pada sekitar bulan ke-3 dan biasasanya terus memebesar
seiring kemajuan kehamilan. Pertumbuhan kuku mengalami percepatan selama masa
hamil. Kulit berminyak dan acne vulgaris dapat timbul selama kehamilan. Pada wanita
lain, kulit bersih dan kulit berseri. Dapat terjadi peningkatan pertumbuhan rambut halus,
tapi akan hilang setelah kehamilan berakhir.
h. Perubahan sistem muskuloskeletal
Adapun perubahan sistem muskuloskeletal pada masa kehamilan meliputi :
1) Dinding perut dan peritoneum
Peritoneum adalah membran berkilau yang melapisi semua organ perut. Dengan
mengeluarkan cairan peritoneal, membran ini memungkinkan isi perut bergerak dengan

13
lancar selama pengolahan makanan di usus. Luas permukaan peritoneum sama besar
dengan permukaan kulit, sekitar dua meter persegi.
Dinding perut akan longgar pasca persalinan. Keadaan ini akan pulih kembali
dalam 6 minggu. Pada saat wanita asthenis terjadi diastasis dari otot-otot rectus
abdonimis, sehingga sebagian dari dinding perut di garis tengah hanya terdiri dari
peritoneum, fasia tipis, dan kulit.
2) Kulit Abdomen
Abdomen adalah istilah yang digunakan untuk menyebut bagian dari tubuh
yang berada di antara thorax atau dada dan pelvis di hewan mamalia dan vertebrata
lainnya. Pada arthropoda, abdomen adalah bagian paling posterior tubuh, yang berada
di belakang thorax atau cephalothorax (sefalotoraks). Dalam bahasa Indonesia umum,
sering pula disebut dengan perut. Bagian yang ditutupi atau dilingkupi oleh abdomen
disebut cavitas abdominalis atau rongga perut. Selama masa kehamilan, kulit abdomen
akan melebar, melonggar dan mengendur hingga berbulan-bulan. Otot-otot dari
dinding abdomen dapat kembali normal kembali dalam beberapa minggu pasca
melahirkan dengan latihan post natal.
3) Striae
Striae adalah suatu perubahan warna seperti jaringan parut pada dinding
abdomen. Striae pada dinding abdomen tidak dapat menghilang sempurna melainkan
membentuk garis lurus yang samar. Tingkat diastasis muskulus trektus abdominis pada
ibu post partum dapat dikaji melalui keadaan umum, aktivitas, paritas, dan jarak
kehamilan, sehingga dapat membantu menentukan lama pengembalian tonis otot
menjadi normal.
4) Perubahan Ligamen
Ligamen (ligamentum) adalah jaringan berbentuk pita yang tersusun dari
serabut-serabut liat yang mengikat tulang satu dengan tulang lain pada sendi. Setelah
janin lahir, ligamen-ligamen, diafragma pelvis dan fasia yang meregang sewaktu
kehamilan dan partus berangsur-angsur menciut kembali seperti sediakala. Tidak
jarang ligametum rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan letak uterus menjadi
retrofleksi.
5) Simpisis pubis
Pemisahan simpisis pubis jarang terjadi. Namun demikian, hal ini dapat
menyebabkan mordibitas maternal. Gejala dari pemisahan simpisis pubis antara lain :

14
nyeri tekan pada pubis disertai peningkatan nyeri saat bergerak di tempat tidur ataupun
waktu berjalan. Pemisahan simpisis dapat dipalapasi. Gejala ini dapat menghilang
setelah beberapa minggu atau bulan pasca meahirkan, bahkan ada yang menetap.
i. Perubahan pada Sistem Kekebalan
Peningkatan PH vagina menyebabkan wanita hamil rentan terhadap infeksi
vagina. Sistem pertahanan tubuh ibu tetap utuh, kadar immunoglobin dalam kehamilan
tidak berubah.

D. Keluhan yang Muncul pada Kehamilan Trimester I


1. Keluhan Fisik
a. Mual muntah
Mual dan muntah atau dalam bahasa medis disebut emesis gravidarum atau
morning sickness merupakan suatu keadaan mual yang terkadang disertai muntah
(frekuensi kurang dari 5 kali). Selama kehamilan, sebanyak 70-85% wanita
mengalami mula muntah (Wegrzyniak, dkk, 2012). Dari hasil penelitian Lacasse
(2009) dari 367 wanita hamil, 78,47% mual muntah terjadi pada trimester pertama,
dengan derajat mual muntah yaitu 52,2% mengalami mual muntah ringan, 45,3%
mengalami mual muntah sedang, dan 2,5% mengalami mual muntah berat. Pada
trimestr dua, 40,1% wanita masih mengalami mual muntah dengan rincian 63,3%
mengalami mual muntah ringan, 35,9% mengalami mual muntah sedang dan 0,8%
mengalami mual muntah berat.
Penyebab pasti morning sickness belum diketahui dengan jelas, akan tetapi
mual dan muntah dianggap sebagai masalah multifaktorial. Teori yang berkaitan
adalah faktor hormonal, sistem vestibular, pencernaan, psikologis, hiperolfaction,
genetik, dan faktor evolusi. Berdasarkan suatu studi prospektif pada 9000 wanita
hamil yang mengalami mual muntah, didapatkan hasil resiko mual muntah meningkat
pada primigravida, wanita yang pendidikannya kurang, merokok, kelebihan berat
badan atau obesitas, memiliki riwayat mual dan muntah pada kehamilan sebelumnya.
Mual dan muntah merupakan interaksi yang kompleks dari pengaruh endokrin,
pencernaan, faktor festibular, penciuman, genetik, psikologi. Berdasarkan beberapa
studi dikemukakan bahwa mual muntah dalam kehamilan berhubungan dengan
plasenta. Hal tersebut mengindikasikan bahwa rangsangan mual muntah berasal dari
plasenta, bukan janin. Teori ini diperkuat dengan gejala mual muntah yang biasanya

15
terjadi setelah implantasi dan bersamaan saat produksi hCG mencapai puncaknya.
hCG dihasilkan karena plasenta yang berkembang. Diduga bahwa hormon inilah yang
memicu mual dan muntah dengan bekerja pada chemoreseptor trigger zone pada pusat
muntah melalui rangsangan terhadap otot poros lambung.
Emesis gravidarum (morning sicknes) berhubungan dengan level human
chorionic gonadotropin (hCG). hCG menstimulasi produksi estrogen pada ovarium.
Estrogen diketahui bahwa meningkatkan mual dan muntah. Pada kehamilan ganda,
yang memiliki kadar hCG lebih tinggi semakin meningkatkan resiko mual muntah.
Peningkatan hormon estrogen ini dapat memancing peningkatan keasaman lambung
yang membuat ibu merasa mual.
Teori lain mengatakan bahwa sel-sel plasenta (villi kariolis) yang menempel
pada dinding rahim awalnya ditolak oleh tubuh karena dianggap sebagai benda asing.
Reaksi imunologik inilah yang memicu terjadinya reaksi mual-mual. Perubahan
metabolik glikogen hati akibat kehamilan juga dianggap sebagai penyebab mual dan
muntah.akan tetapi setelah terjadi penyesuaian terhadap sel-sel plasenta dan terjadi
kompensasi metabolisme glikogen di dalam tubuh, maka rasa mual akan menghilang.
Ada beberapa peneliti yang menyebutkan bahwa morning sickness disebabkan
oleh faktor psikologis, seperti kehamilan yang tidak direncanakan, tidak nyaman atau
tidak diinginkan, beban pekerjaan yang menyebabkan penderitaan batin dan konflik.
Perasaan bersalah, marah, ketakutan, dan cemas dapat menambah tingkat keparahan
mual dan muntah. Akan tetapi, teori tersebut masih belum memiliki bukti yang kuat.
b. Hipersalivasi
Air liur berlebih atau dalam bahasa medis disebut hipersalivasi atau
sialorrehea atau ptyalism adalah peningkatan sekresi air liur yang berlebihan (1-2
L/hari). Sebesar 2,4% wanita hamil pada trimester pertama mengalami peningkatan air
liur (Freeman, 1994). Keadaan ini dihubungkan dengan munculnya mual dan muntah
pada trimester pertama.berdasarkan penelitian pada wanita hamil di Jepang, ptyalism
berhubungan dengan riwayat hiperemesis gravidarum (Suzuki, 2013). Hipersalivasi
disebabkan oleh peningkatan keasaman didalam mulut atau peningkatan asupan zat
pati yang menstimulasi kelenjar mengalami sekresi kelenjar berlebihan. Pada wanita
yang mengalami ptyalism biasanya juga mengalami mual. Kondisi ini terjadi terus
menerus dan menjadi suatu siklus. Hal ini disebabkan bukan hanya karena efek mual
dari peningkatan sekresi saliva yang berlebihan, tetapi juga ketidakmampuan menelan

16
yang berakibat semakin meningkatnya jumlah saliva didalam mulut. Sekresi air liur
yang banyak dan biasanya pahit dapat dapat memicu terjadinya mual dan muntah.
c. Pusing
Pusing biasanya terjadi pada awal kehamilan. Penyebab pasti belum
diketahui. Akan tetapi diduga karena pengaruh hormon progesteron yang memicu
dinding pembuluh darah melebar, sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan
tekanan darah dan membuat ibu merasa pusing. Dalam keadaan fisiologis, keluhan ini
akan menghilang dengan sendirinya. Penanganan yang tepat tentua harus ddengan
mengetahui lebih dulu penyebabnya.
d. Mudah lelah
Pada awal kehamilan, wanita sering mengeluhkan mudah lelah. Penyebab
pastinya belum diketahui. Teori yang muncul yaitu diakibatkan oleh penurunan drastis
laju metabolisme dasar pada awal kehamilan. Selain itu peningkatan progesteron
memiliki efek menyebabkan tidur. Keluhan ini akan hilang pada akhir trimester
pertama.
e. Heartburn
Sebesar 17-45% wanita hamil mengeluhkan rasa terbakar pada dada atau
dalam bahasa medis heartburn. Angka kejadian ini meningkat seiring dengan
peningkatan usia kehamilan. Pada beberapa penilitian ditemukan kejadian heartburn
meningkat dari 22% pada trimester I menjadi 39% pada trimester II dan meningkat
lagi menjadi 60-72% pada trimester III. Akan tetapi pada studi kohor lain
menyebutkan bahwa dari 47 wanita Singapura, 76,8% mulai merasakan gejala pada
trimester pertama yang kemudian menghilang selama trimester kedua (71,4%).
Heartburn disebabkan oleh peningkatan hormon progesteron, estrogen dan
relaxing yang mengakibatkan relaksasi otot-otot dan organ termasuk sistem
pencernaan. Hal tersebut menurunkan ritme dan motilitas lambung serta penurunan
tekanan sfingter esofagus bawah. Akibatnya makanan yang masuk cenderung lambat
dicerna sehingga makanan relatif menumpuk. Hal ini menyebabkan rasa penuh atau
kenyang dan kembang (bloated). Progesteron juga melepaskan katup (lower esofagus
spicter) antara kerongkongan dan lambung, sehingga makanan dan asam lambung naik
melewati esofagus dan menyebabkan inflamasi esofagus. Hal ini akan menimbulkan
sensasi burning atau terbakar. Berdasarkan studi prospektif didaptkan gejala heartburn

17
berhubungan dengan emesis. Sebanyak 78,6% wanita yang mengeluhkan heartburn,
juga mengeluhkan emesis.
f. Peningkatan frekuensi berkemih.
Lima puluh sembilan persen wanita mengalami peningkatan frekuensi
berkemih pada trimester I kehamilan (Chalicha, 2002). Lebih dari 40% wanita hamil
berkemih lebih dari 10 kali perhari pada siang hari, dan diikuti pada malam hari yaitu
sebesar 72,9% dengan frekuensi lebih dari 4x (Sharma,2009). Pada keadaan sebelum
hamil, frekuensi berkemih normal berkisar antara 4-6 kali pada siang hari dan kurang
lebih sekali pada malam hari.
Selama kehamilan terjadi perubahan yang besar baik secara anatomi maupun
fisiologi dalam sistem perkemihan yang mengakibatkan munculnya keluhan baik
fisiologis ataupun patologi. Mulai usia gestasi 7 minggu, ukuran ginjal bertambah
sekitar 1 cm akibat peningkatan volume vaskular dan jarak interstitial. Hal ini
berakibat pula pada peningkatan GFR sebesar 40-50%. Perubahan juga terjadi pada
saluran kemih bagian bawah. Peningkatan progesteron dan estrogen pada kehamilan
menyebabkan mukosa pada bladder (kandung kemih) menjadi hyperemic (peningkatan
jumlah aliran darah). Peningkatan level progesteron sendiri menyebabkan bladder
mengalami hipotonia. Selain itu, letak kandung kemih yang bersebelahan dengan
rahim membuat kapasitasnya berkurang.
g. Konstipasi
Konstipasi adalah penurunan frekuensi buang air besar yang disertai dengan
perubahan karakteristik feses yang menjadi keras sehingga sulit untuk dibuang atau
dikeluarkan dan dapat menyebabkan kesakitan yang hebat pada penderitanya. Pada
kehamilan, konstipasi terjadi pada 10-40% wanita. Pada TM I, konstipaso terjadi pada
24% wanita
Pada awal kehamilan, konstipasi terjadi akibat peningkatan produksi
progesteron yang menyebabkan tonus otot polos menurun, termasuk pada sistem
pencernaan, sehingga sistem pencernaan menjadi lambat. Motilitas otot yang polos
menurun dapat menyebabkan absorpsi air di usus besar meningkat sehingga fese
menjadi keras. Selainitu, konstipasi terjadi akibat aktivitas ibu yang kurang, penrunan
tingkat motilin, peningkatan natrium pada usus, dan penyerapan air dan suplemen zat
besi serta magnesium sulfat. Asupan cairan da serat yang rendah juga dapat menjadi
faktor yang berkontribusi terhadap terjadinya konstipasi.

18
2. Asuhan Kebidanan Terhadap Keluhan Fisik Trimester I
a. Mual muntah
b. Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi mual & muntah adalah:
1) Makan makanan dalam porsi yang kecil tetapi sering, sekitar 2 jam sekali.
2) Mengkonsumsi makanan yang kering tidak banyak campuran rempah-rempah
ataupun roti bakar setiap pagi.
3) Jangan menyikat gigi segera setelah makan untuk menghindari refleks muntah.
4) Mengkonsumsi permen ataupun minuman yang beraroma jahe
5) Hindari makanan yang berbau menyengat
6) Menghindari konsumsi kopi/kafein, tembakau, alkohol
7) Bidan dapat memberikan tablet B6 1.5 mg/hari untuk menngkatkan metabolisme.
c. Hipersalivasi
Hipersalivasi dapat dikurangi dengan menyikat gigi, berkumur atau memakan permen
mint.
d. Fatigue (kelelahan) dan pusing
1) Mengatur waktu untuk istirahat dan tidur
2) Hindari tidur berlebihan di siang hari (1-2 jam)
3) Menganjurkan ibu untuk tidur lebih awal di malam hari
4) Mengurangi beban aktivitas yang berlebihan
5) Jika pusing, langsung diistirahatkan
6) Hindari penggunaan obat obatan yang tidak aman untuk kehamilan
7) Melakukan pemeriksaan kadar Hb
8) Menganjurkan ibu untuk melakukan aktifitas fisik ringan
9) Jika rasa lelah dan pusing berkepanjangan dan tidak hilang setelah diistirahatkan,
maka lakukan pemeriksaan kadar hemoglobin darah dan sarankan untuk segera
berkonsultasi pada dokter.
e. Heartburn
1) Menghindari makan tengah malam
2) Menghindari makan dalam porsi besar
3) Memposisikan kepala lebih tinggi pada saat terlentang atau tidur
4) Menghindari makanan yang dapat merangsang terjadinya heartburn

19
f. Peningkatan frekuensi berkemih
1) Tidak menganjurkan ibu untuk mengurangi asuhan minum, karena tidak akan
megurangi frekueensi berkemih
2) Menyarankan ibu untuk buang air kecil dengan teraur
3) Menyarankan ibu untuk melakukan latihan kegel, untuk melath otot otot dasar
panggul, vagina dan perut sehingga ibu dapat mengontrol keinginan berkemih yang
mendesak
4) Menyarankan ibu untuk menghindari celana ketat, celana dalam yang tidak
menyerap keringat dan mengganti celana dalam jika basah untuk menghindari
infeksi
g. Konstipasi
1) Meningkatkan asuan cairan dengan minum sedikitnya 8 gelas sebanyak 240 ml/hari
2) Meningkatkan jumlah serat
3) Meningkatkan latihan fisik setiap hari untuk meningkatkan peristaltik usus.
3. Keluhan Psikologis
Selama kehamilan trimester I ibu dapat mengalami keluhan psikis yang posistif dan
negatif. Ibu yang merasa tidak sehat dan berharap untuk tidak hamil hampir 80% membenci
kehamilannya. Banyak ibu yang merasa kecewa, menolak, cemasan dan sedihan.
a. Sedih dan ambivalen.
1) Perasaan sedih dan ambivalen, biasanya dialami oleh ibu hamil pada trimester
pertama. Perasaan ini muncul akibat adanya perubahan tanggung jawab yang baru
sebagai ibu hamil yan akan ditanggungnya. Perasaan kecemasan ini dapat
diakibatkan kemampuanya untuk menjadi seorang ibu, selain itu masalah keuangan,
masalah rumah tangg dan juga penerimaan lingkungan dan keluarga terhadap
kehmailannya. Perasaan ambivalen ini biasanya berakhir dengan sendirinya seiring
ia menerima kehamilannya.
2) Depresi diakibatkan perubahan fisik ibu yang menimbulkan keluhan berupa mual
dan muntah serta perubahan nafsu makan dapat mencerminkan konflik dan depresi.
3) Perasaan senang pada beberapa wanita,terutama mereka yang telah merencanakan
kehamilan atau telah berusaha keras untuk hamil, merasa senang sekaligus tidak
percaya bahwa dirinya telah hamil dan mencari bukti kehamilan pada tiap jengkal
tubuhnya. Trimester pertama sering menjadi waktu yang sangat menyenangkan
untuk melihat apakah kehamilan dapat berkembang dengan baik. Hal ini biasanya

20
dialami oleh wanita yang mempunyai riwayat keguguran atau yang telah lama
menunggu kehamilannya.
b. Libido menurun
Hasrat libido sangat bervariasi pada wanita yang satu dengan wanita yang lain.
Meskipun pada beberapa wanita mengalami peningkatan libido, tetapi secara umum
wanita hamil pada trimester I mengalami penurunan. Berdasarka penelitian pada ibu
hamil di iraq, sebesar 69,7% wanita hamil mengalami penurunan frekuensi hubungan
seksual, sedangkan sebesar 18,2% mengalami penurunan frekuensi hubungan seksual,
sedangkan sebesar 18,2 mengalami peningkatan keinginan seksual (babazadeh,2013).
Libido secara umum sangat dipengaruhi oleh keletihan, nausea, depresi dan perubahan
fisik yang menggangu kenyamanan ibu. Sebesar 65,2% wanita hamil takut janinnya
akan cedera, sehingga mereka enggan berhubungan seksual
4. Asuhan Kebidanan Terhadap Keluhan Psikologis Trimester I
Perubahan psikologis merupakan hal terjadi secara normal pada kehamilan. Meskipun
demikian permasalahan psikologis yang tidak diatasi dapat menjadi keluhan yang bermakna.
Untuk mengatasi hal tersebut, bidan dapat membantu pasien mengurangi perasaan negatif
dan memberikan motivasi. Bidan harus membantu pasien untuk memahami dan menerima
ambivalensi dan perasaan negatif tersebut sebagai suatu hal yang normal dalam
kehamilan.11,12
Dalam Teori Reva Rubbin sendiri, perubahan psikologis selama kehamilan Trimester
Pertama yaitu12:
a. Proses penerimaan keluarga terutama orangtua terhadap kehamilannya
b. Perubahan kehidupan sehari-hari
c. Mencari tanda kehamilan
d. Merasa tidak sehat dan membenci kehamilannya
e. Merasakan kekecewaan, penolakan, kecemasan, kesedihan
f. Hasrat hubungan seks terbatas
g. Khawatir kehilangan bentuk tubuhnya
h. Ketidakstabilan yang menyerupai sindrom pra haid, mudah marah, keadaan bad mood,
irasionalisme, cengeng.
i. Perasaan was-was, takut dan gembira.

21
Asuhan yang dapat dilakukan oleh bidan terhadap Keluhan psikologi yang mungkin
terjadi selama kehamilan adalah sebagai berikut4,5,6
1. Ambivalen dan sedih
a. Memotivasi ibu hamil, keluarga dan suami dalam bentuk komunikasi sejak awal
kehamilan
b. Memberikan informasi yang sekiranya dapat membantu ibu memahami perubahan
yang terjadi, sehingga secara tidak langsung mengatasi kecemasan yang dirasakan
c. Memotivasi ibu untuk melakukan asuhan kehamilan secra teratur
d. Menganjurkan ibu untuk lebih memperhatikan penampilan, menjaga kebersihan dan
melakukan aktifitas fisik ringan
2. Penurunan Libido
a. Memberikan pemahaman kepada ibu bahwa hubungan seks aman dilakukan selama
kehamilan, kecuali jika ada indikasi
b. Menganjurkan ibu untuk memilih posisi saat berhubungan seksual sesuai dengan
kenyamanan ibu
c. Menganjurkan ibu dan memberikan penjelasan kepada keluarga untuk menghindari
strees pada ibu.
Selain asuhan yang dilakukan oleh bidan, dukungan orang-orang terdekat sangat
penting selama masa kehamilan. Dukungan suami memegang peranan pada saat ini. Dengan
perhatian dan kasih sayang suami, dapat membantu mengelola naik turunnya emosi dengan
baik. Bentuk dukungannya berupa kesetiaannya dalam mendampingi ibu selama kehamilan
dan pengertiannya akan perubahan-perubahan yang terjadi selama kehamilan.
Emosi ibu hamil dapat berubah-ubah karena fluktuasi hormon kehamilan. Sehingga
luangkan waktu untuk mendampingi ibu dalam melakukan pemeriksaan kehamilan. Sikap
terbuka perlu dilakukan terhadap pasangan, jika selama kehamilan ibu merasakan adanya
ketidaknyamanan fisiologis.
Hal-hal yang dapat dilakukan oleh seorang pendamping sebagai bentuk dukungan dan
dapat membantu menentramkan perasaan ibu hamil adalah :
1. Berikan pujian, aehingga dapat meningkatkan rasa percaya diri ibu hamil.
2. Membantu mengerjakan pekerjaan rumah.
3. Mendampingi ibu dalam melakukan pemeriksaan kehamilan
4. Membantu meredakan ketegangan otot dengan memberikan pijatan ringan sekaligus
dapat member efek menenangkan psikis.

22
BAB III
KAJIAN JURNAL
A. Jurnal Perubahan Fisik 1
1. Efektifitas Jahe Untuk Menurunkan Mual Muntah Pada Kehamilan Trimester I Di
Puskesmas Dolok Masihul Kec. Dolok Masihul Kab. Serdang Bedagai 7
2. Pengarang
Rahmi Fitria
3. Penerbit
Jurnal Maternity and Neonatal Vol 1 No 2
4. Variabel
Variabel independen dalam penelitian ini adalah efektifitas jahe
Variabel dependen adalah frekuensi mual muntah.
5. Metode
Penelitian ini terdiri dari 1 kelompok yang diidentifikasi berdasarkan frekuensi mual
muntah sebelum dan sesudah diberikan jahe. Dalam penelitian ini, menggunakan
desain penelitian pra - eksperimen yang bersifat one group pretest-postest untuk
mengidentifikasi efektifitas jahe dalam menurunkan mual muntah dalam kehamilan
trimester I sebelum dan sesudah diberikan jahe.
Tekhnik pengambilan sampel menggunakan pendekatan secara simple random
sampling.
Pengujian data dilakukan dengan menggunakan uji statistik uji t-dependent yakni
membandingkan data sebelum dan sesudah diberikan jahe, dan diperoleh mean
perbedaan pre-test dengan postest.
6. Hasil
Hasil penelitian diperoleh karakteristik responden sebagian besar berusia 26-30 tahun
sebanyak 13 orang (40,6%). Berdasarkan paritas mayoritas responden mempunyai 2
anak sebanyak 17 orang (53,1%). Berdasarkan pendidikan sebagian besar responden
berpendidikan dasar sebanyak 16 orang (50%). Berdasarkan pekerjaan mayoritas
adalah ibu rumah tangga sebanyak 23 orang (71,9%). Berdasarkan penghasilan
mayoritas tidak berpenghasilan sebanyak 24 orang (75%). Berdasarkan waktu mual
dan muntah mayoritas terjadi pada pagi hari sebanyak 19 orang (59,4%). Frekuensi
mual ibu hamil sebelum dilakukan intervensi sebagian besar adalah 4-6 kali per hari
sebanyak 25 orang (78,1%). Sedangkan frekuensi muntah ibu hamil sebelum

23
intervensi adalah 1-3 kali per hari sebanyak 16 orang (50%). Dari uji statistik dapat
disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan dari frekuensi mual dan muntah
sebelum dilakukan intervensi dan setelah dilakukan intervensi (p adalah 0,000).
Dari hasil penelitian ini diketahui jahe efektif dalam menurunkan mual dan muntah
pada ibu hamil trimester I.
7. Kesimpulan
Terdapat perbedaan yang signifikan antara frekuensi mual dan muntah sebelum
dilakukan intervensi dan setelah dilakukan intervensi.
8. Pembahasan
Keluhan mual muntah pada kehamilan terjadi dalam 12 minggu pertama, biasanya
menghilang pada akhir waktu tersebut, tapi kadang-kadang muncul kembali menjelang
akhir kehamilan. Penyebabnya hampir dapat dipastikan karena kepekaan terhadap
hormon kehamilan. Kebanyakan mual-mual terjadi pada pagi hari, sehingga
dinamakan pusing pagi, tetapi mungkin saja terjadi kapanpun. Mual-mual dipagi hari
lebih umum daripada di saat yang lain, karena perut mengandung kumpulan asam
lambung yang diendapkan pada malam hari .
Mual muntah umumnya terjadi pada awal kehamilan dan sering kali wanita hamil
yang berada diantara keluarga atau dalam rutinitas kerja. Penyebabnya masih belum
diketahui. Dan merupakan keluhan yang sering muncul dan dapat bervariasi dari
mual ringan saat bangun tidur hingga muntah terus-menerus sepanjang har
Penanganan pada gejala mual muntah pada ibu hamil dapat dengan beberapa cara,
diantaranya dengan mengkonsumsi jahe. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa jahe
bersifat antiemetik (anti muntah). Jahe mampu mengeluarkan gas dari dalam perut,
hal ini akan meredakan perut kembung. Jahe juga merupakan stimulan aromatik yang
kuat, disamping dapat mengendalikan muntah dengan meningkatkan gerakan
peristaltik usus. Sekitar 6 senyawa di dalam jahe telah terbukti memiliki aktivitas
antiemetik (anti muntah).
Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui efek pemberian jahe terhadap frekuensi
mual dan muntah sebelum dilakukan intervensi dan setelah dilakukan intervensi.
Dengan menggunakan 32 sampel ibu hamil trimester 1 yang mengalami emesis di
Puskesmas Dolok, Kecamatan Dolok Masihul Kabupaten Serdang Bedagai di
dapatkan bahwa pemberian jahe memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
perbedaan frekwensi mual muntah sebelum dan setelah intervensi.

24
Dosis, jenis dan teknik pengolahan jahe sebaiknya menjadi perhatian lebih dalam
penelitian selanjutnya, karena jahe yang berbeda akan memiliki kandungan yang
berbeda dan pengolahan serta dosis juga akan mempengaruhi kandungan dar jahe yang
diberikan.
Sehingga jika hal ini dapat diteliti dengan lebih spesifik, maka pemberian jahe pada
ibu hamil dengan emesis diharapkan dapat menjadi alternative asuhan yang diberikan
oleh bidan untuk menangani keluhan fisiologis berupa emesis selama trimester 1
kehamilan.

B. Jurnal Perubahan Fisik 2


1. Judul
Efektifitas Pemberian Permen Jahe Terhadap Mual Muntah Pada Ibu Hamil di Klinik
Khairunida Sunggal Tahun 2018
2. Pengarang
Ani Nurdiana
3. Penerbit
Poltekkes Kemenkes RI Medan
4. Metode
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas permen jahe dalam penurunan
frekuensi mual muntah pada ibu hamil trimester pertama di klinik khairunida dengan
rancangan penelitian Quasy Eksperimental dengan desain One Group Pretest Posttest.
Responden yang digunakan berjumlah 15 orang dengan teknik purposive sampling.
Data ini diambil menggunakan uji T-dependent.
5. Hasil
Hasil penelitian menunjukkan nilai frekuensi mual muntah sebelum diberikan intervensi
yaitu 10,93 dan setelah diberikan intervensi yaitu 3,33 dengan penurunan rata-rata 7,60.
Hasil uji statistik didapatkan nilai p<(0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa
pemberian permen jahe efektif dalam penurunan mual muntah pada ibu hamil trimester
pertama.
6. Kesimpulan
Pemberian permen jahe efektif dalam penurunan mual muntah pada ibu hamil trimester
pertama.

25
7. Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden berusia 20-35
tahun sebanyak 12 orang (80,0%). Beberapa penelitian menyebutkan bahwa semakin
tua usia seseorang maka, semakin jarang dia akan mengalami mual muntah. Hal ini
disebabkan karena yang berusia tua telah mempunyai pengalaman dalam mengatasi
mual muntah, sedangkan pada usia muda belum mampu mengatasi karena sebagian
besar merupakan kehamilan pertama
Berdasarkan karakteristik pendidikan sebagian besar responden berpendidikan
SMA sebanyak 14 orang (93,3%). Tingkat pendidikan berhubungan dengan
kemampuan menerima informasi kesehatan dari media massa dan petugas kesehatan.
Sebagian besar responden belum memiliki anak dan merupakan kehamilan yang
pertama yaitu sebanyak 8 orang (53,3%). Gravida juga dapat mempengaruhi kejadian
mual muntah. Sesuai dengan teori Tiran (2013) Peningkatan kejadian mual muntah
terjadi pada perempuan yang baru pertama kali mengalami kehamilan (Primigravida) di
banding perempuan yang telah mengalami beberapa kali kehamila (Multigravida). Hal
ini disebabkan karena pada sebagian besar primigravida belum mampu beradaptasi
dengan hormon estrogen dan koreonik gonadotropin sehingga lebih sering terjadi
emesis gravidarum. Sedangkan pada multigravida dan grandemultigravida sudah
mampu beradaptasi dengan hormon estrogen dan koreonik gonadotropin karena sudah
mempunyai pengalaman terhadap kehamilan dan melahirkan. Pada primigravida
menunjukkan kurangnya pengetahuan, informasi dan komunikasi yang buruk antara
wanita dan pemberi asuhannya turut mempengaruhi persepsi wanita tentang gejala
mual dan muntah. Sedangkan pada multigravida dan grandemultigravida sudah
mempunyai pengalaman, informasi dan pengetahuan tentang gejala emesis gravidarum
sehingga mampu mengatasi gejalanya.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa rata-rata mual muntah sebelum
diberikan intervensi yaitu 10,93 dan setelah dilakukan intervensi pemberian permen
jahe untuk dikonsumsi selama 4 hari dan dilakukan pengukuran kembali didapatkan
nilai mual muntah yaitu 3.33 dengan nilai mean 7.60 . Data tersebut menunjukan bahwa
pemberian permen jahe efektif dalam penurunan mual muntah pada ibu hamil trimester
pertama.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Nugrahani
(2015) tentang efektifitas pemberian seduhan jahe dengan jus buah jeruk bali terhadap

26
frekuensi mual muntah ibu hamil trimester I, menemukan bahwa hasil analisis seduhan
jahe dan jus buah jeruk bali pada ibu trimester I di wilayah kerja puskesmas Adan –
Adan Kabupaten Kediri dengan menggunakan uji statistik Independent T-Test, rata –
rata frekuensi mual dan muntah responden sesudah diberikan seduhan jahe sebesar 1,62.
Sedangkan rata –rata frekuensi mual muntah pada responden yang diberikan jus buah
jeruk bali sebesar 2,00. Sehingga dapat disimpulakan bahwa pemberian seduhan jahe
lebih efektif dibandingkan pemberian jus buah jeruk bali. Menurut penelitian yang juga
dilakukan oleh Ardani, Ayu (2014) tentang perbandingan efektifitas pemberian terapi
minuman jahe dengan minuman kapulaga terhadap morning sickness pada ibu hamil
trimester I, menemukan bahwa hasil uji statistik menunjukkan rata-rata tingkat morning
sickness ibu hamil sesudah diberikan terapi minuman jahe sebesar 7,5. Nilai ini lebih
rendah dibandingkan nilai rata-rata tingkat morning sickness sesudah diberikan terapi
minuman kapulaga sebesar 9,93. Dengan nilai p-valeu sebesar 0,005 < α (0,05), maka
dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan secara bermakna efektifitas terapi minuman
jahe dengan terapi minuman kapulaga terhadap morning sickness pada ibu hamil
trimester I. Dalam penelitian lainnya oleh Putri, Ayu (2016) tentang efektifitas
pemberian jahe hangat dalam mengurangi frekuensi mual muntah pada ibu hamil
trimester I, menemukan bahwa hasil penelitian menunjukkan rata-rata frekuensi mual
muntah sebelum diberikan minuman jahe hangat yaitu sebanyak 13 kalidan setelah
diberikan menurun menjadi 3,18 kali. Hasil uji menunjukkan bahwa minuman jahe
hangat efektif dalam mengurangi mual muntah pada ibu hamil (p=0,000).
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan teori Tiran (2013), mual muntah
merupakan salah satu gejala paling awal, paling umum dan paling menyebabkan stres
yang dikaitkan dengan kehamilan. Mual dan muntah sering kali diabaikan karena
dianggap sebagai sebuah konsekuensi normal diawal kehamilan tanpa mengakui
dampak hebat yang ditimbulkannya pada wanita dan keluarga mereka. Bagi beberapa
wanita, gejala dapat berlangsung sepanjang hari, atau mungkin tidak terjadi sama sekali
pada saat bangun tidur dipagi hari. Mual dan muntah selama kehamilan biasanya
disebabkan oleh perubahan dalam sistem endokrin yang terjadi selama kehamilan,
terutama disebabkan oleh tingginya fluktasi kadar HCG (human chorionic
gonadotrophin), khususnya karena periode mual atau muntah gestasional yang paling
umum adalah pada 12-16 minggu pertama, yang pada saat itu, HCG mencapai kadar
tingginya.

27
Menurut Rofi’ah, Handayani, Rahmawati (2017) Terapi awal pada emesis
sebaiknya konservatif disertai dengan perubahan diet, dukungan emosional, dan terapi
alternatif seperti herbal. Ramuan tradisional bisa digunakan dengan meminum secangkir
jahe hangat. Di India, jahe dibuat sebagai minuman untuk mengatasi rasa mual pada
wanita hamil. Jahe dapat dikonsumsi dalam berbagai bentuk seperti minuman, permen,
atau manisan.
Penelitian ini sesuai dengan pernyataan Vutyavanich (2001 dalam Tiran, 2008)
bahwa jahe merupakan pengobatan yang efektif untuk meredakan mual muntah dalam
kehamilan. Jenis penyakit yang dapat diatasi dengan jahe antara lain : sakit kepala,
pusing-pusing, penambah nafsu makan, dan muntah-muntah. Menurut Budhwaar (2006
dalam Fitri, Rahmi 2013), Salah satu fungsi farmakologis jahe adalah antiemetik (anti
muntah), merupakan bahan yang mampu mengeluarkan gas dari dalam perut, hal ini
akan meredakan perut kembung, juga merupakan stimulan aromatik yang kuat,
disamping dapat mengendalikan muntah dengan meningkatkan gerakan peristaltik usus.
Sekitar 6 senyawa di dalam jahe telah terbukti memiliki aktivitas antiemetik (anti
muntah) yang manjur. Kerja senyawa-senyawa tersebut lebih mengarah pada dinding
lambung dari pada system saraf pusat.
Menurut teori Sasmito, E (2017) Jahe biasanya aman sebagai obat herbal. Jahe
tidak memiliki ketoksisitas akut pada dosis yang biasa dikonsumsi untuk makanan
ataupun obat. Pada dosis yang besar yaitu 6 g atau lebih, rimpang jahe dapat
menyebabkan iritasi lambung dan hilangnya mukosa pelindung lambung. Pada dosis
normal (sampai 2 g sehari), jahe tidak mempengaruhi parameter pembekuan darah atau
koagulasi darah.
Menurut asumsi peneliti permen jahe efektif dalam penurunan mual muntah
pada ibu hamil trimester pertama. Dimana mual muntah disebabkan oleh perubahan
pada sistem endokrin yang terjadi selama kehamilan, terutama disebabkan oleh
tingginya fluktuasi kadar HCG (human chorionic gonadotrophin), khusunya pada
periode mual atau muntah gestasional yang paling umum adalah pada 12-16 minggu
pertama. Sementara pada permen jahe yang berbahan dasar jahe didalamnya terdapat
terdapat kandungan senyawa kimia yang mana rasa pedas yang terkandung pada jahe
disebabkan oleh zat zingerone, sedangkan aroma khas yang ada pada jahe disebabkan
oleh zat zingiberol. Dimana jahe dapat bekerja menghambat reseptor serotonin dan
menimbulkan efek anti emetik pada sistem gastrointestinal dan sistem susunan saraf

28
pusat. Jahe juga mempunyai kandungan minyak atsiri yang berfungsi sebagai anti
radang, sehingga jahe dapat menghambat proses peradangan yang disebabkan oleh
infeksi H.pylori. oleh karena itu, frekuensi mual muntah yang disebabkan oleh infeksi
H.pylori dapat dikurangi. Maka dapat disimpulkan bahwa permen jahe efektif dalam
penurunan mual muntah pada ibu hami trimester pertama, asumsi peneliti terbukti
dalam penelitian ini dengan hasil penelitian p<0,05.

C. Jurnal Perubahan Fisik 3


1. Judul
Efektifitas Hipnoterapi dan Pemberian Tablet B6 Terhadap Intensistas Mual Muntah
Pada Emesis Gravidarum di Wilayah Kerja Puskesmas Namu Ukur Tahun 2018
2. Pengarang
Trivena Anasthasia Br Kaban
3. Penerbit
Poltekkes Kemenkes Medan
4. Metode
Jenis penelitian quasy eksperimental pretest dan postestdilakukan di wilayah kerja
Puskesmas Namu Ukur pada bulan April-Junidenganpopulasi seluruh Ibu hamil
trimester I yang mengalami mual muntah.jumlah responden sebanyak 32
orangmenggunakan metode purposive sampling, 16respondenpada kelompok
perlakuan hipnoterapi dan 16 responden pada kelompok pemberian tablet B6.
Pengumpulan data dilakukan menggunakan Koesioner puqe. Uji analisa
menggunakan uji T-Test independent.
5. Hasil
Hasil yang diperoleh terdapat perbedaan rerata (mean difference) antara perlakuan
hipnoterapi dengan pemberian tablet B6 dimana nilai perbedaan rerata (mean
difference) pada kelompok perlakuan hipnoterapi lebih besar (1,77) dibandingkan
pada kelompok pemberian Tablet B6 (1,25) dengannilai p Value =0,000 < 0,05.
6. Kesimpulan
Kesimpulan bahwa hipnoterapi lebih efektif dibandingkan pemberian tablet B6
dalam menurunkan intensitas mual muntah pada emesis gravidarum.

29
7. Pembahasan
Hipnoterapi merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengatasi mual
dan muntah pada ibu hamil, hal ini dapat dilihat dari 16 ibu hamil yang mengalami
mual muntah sebelum diberi perlakuan hipnoterapi mayoritas berada pada kategori
sedang sebanyak 15 orang (93,7%) dan setelah diberi perlakuan hipnoterapi
intensitas mual muntah ibu berubah menjadi mayoritas kategori tidak muntah
sebanyak 14 orang (87,5%).Dari tabel 4.3 diatas dengan menggunakan uji T-Test
One Sample dapat dilihat bahwa nilai p-value 0,00< 0,05 yang berarti hipnoterapi
mempengaruhi intensitas mual muntah. Dilihat dari hasil mean terdapat perbedaan
rata-rata intensitas mual muntah pre dan post hipnoterapi dengan hasil mean pre-
hipnoterapi 2,9 menurun menjadi mean1,13 pada hasil post-hipnoterapi.
Pada kelompok yang diberi Tablet B6 dimana dari 16 orang ibu sebelum diberikan
tablet B6 dengan dosis 3 x 10 mg selama 1 minggu, intensitas mual muntah ibu
mayoritas pada kategori sedang yaitu sebanyak 14 orang (87,5%) namun setelah
diberikan mayoritas ibu berubah menjadi kategori ringan sebanyak 10 orang
(62,5%), kemudian setelah dilakukan uji menggunakan uji T-Test One Sampledapat
dilihat bahwa nilai p-value 0,00 < 0,05 yang berarti pemberian Tablet B6
mempengaruhi intensitas mual muntah. Dilihat dari hasil mean terdapat perbedaan
rata-rata intensitas mual muntah pre dan post pemberian Tablet B6 dengan hasil
mean pre-pemberian Tablet B6 adalah 2,88 menurun menjadi mean 1,63 pada hasil
post-pemberian Tablet B6.
Setelah diteliti lebih lanjut mengenai efektifitas hipnoterapi dan pemberian tablet
B6 terhadap intensitas mual muntah pada emesis gravidarum, maka ditemukan
hasil terdapat perbedaan rerata (mean difference) antara perlakuan hipnoterapi
dengan pemberian tablet B6 dimana nilai perbedaan rerata (mean difference)
sebelum dan sesudah pada kelompok perlakuan hipnoterapi lebih besar (1,77)
dibandingkan pada kelompok pemberian Tablet B6 (1,25) yang menunjukkan lebih
banyak penurunan intensitas mual muntah pada kelompok hipnoterapi.

D. Jurnal Perubahan Psikologis


1. Judul : DESCRIPTION OF UNDERSTANDING OF MOTHER AND HUSBAND
TOWARD PHYSICAL AND PSYCHOLOGICAL CHANGES DURING

30
PREGNANCY INWORKING AREA OF BERINGIN RAYA PUBLIC HEALTH
CENTER BENGKULU.8
2. Pengarang : LUCKY NELAZYANI, NAILUL HIKMI
3. Penerbit : Journal Of Midwifery
4. Metode penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian secara deskriptif, dengan jumlah 82 responden ibu hamildan 82 responden
suami diambil dengan teknik Purposive sampling.
5. Hasil dari penelitian ini adalah Lebih dari setengah ibu hamil (56,1%), mempunyai
pengetahuan kurang tentang perubahan fisiologis saat hamil, hampir sebagian ibu
hamil (46,3%), mempunyai pengetahuan baik tentang perubahan psikologi saat hamil.
lebih dari setengah suami hamil (56,1%), mempunyai pengetahuan kurang tentang
perubahan fisiologis ibu hamil dan setengah suami hamil (50,0%), mempunyai
pengetahuan kurang tentang perubahan psikologi ibu hamil.Pengetahuan ibu hamil
dan istri tentang perubahan fisik dan psikologis dalam kategori kurang. Diharapkan
kepada pihak Puskesmas Beringin Raya Kota Bengkulu dapat lebih meningkatkan
dalam memberikan penyuluhan kepada ibu hamil sehingga meningkatkan pengetahuan
ibu hamil.
6. Kesimpulan :
a. Lebih dari setengah ibu hamil mempunyai pengetahuan kurang tentang perubahan
fisiologis saat hamil.
b. Hampir sebagian ibu hamil mempunyai pengetahuan baik tentang perubahan
psikologi saat hamil.
c. Lebih dari setengah suami ibu hamil, mempunyai pengetahuan kurang tentang
perubahan fisiologis ibu hamil.
d. Setengah suami ibu hamil, mempunyai pengetahuan kurang tentang perubahan
psikologi ibu hamil

E. Jurnal tambahan
1. Judul
Antenatal care for healthy pregnant women: a mapping of
interventions from existing guidelines to inform the development of
new WHO guidance on antenatal care10

31
2. Pengarang

E Abalos, M Chamillard, V Diaz,a Ӧ Tuncalp, AM Gu€ lmezoglu


3. Penerbit
BJOG An International Journal of Obstetrics and Gynaecology published by John
Wiley & Sons Ltd on behalf of Royal College of Obstetricians and Gynaecologists.
2015 (Open access article)
4. Pembahasan
Saat ini WHO sedang dalam proses perbaikan pedoman antenatal (ANC),
sehingga diperlukan adanya pemetaan pedoman pedoman yang sudah ada sejak
januari tahun 200 hingga desamber 2014. Dari 1866 data yang berhasil
dikumpulkan,peneliti mengidentifikasi 85 pedoman yang berfokus pada ANC : 15
terkait ANC rutin dan 70 yang berkaitan dengan situasi tertentu.
Sebanyak 135 intervensi dari pedoman ANC rutin diekstraksi, dan
dikategorikan sebagai intervensi klinis (n = 80), skrining / prosedur diagnostik (n =
47) dan sistem kesehatan terkait (n = 8). intervensi screening, (sifilis, anemia) adalah
praktek yang paling umum. Dalam 70 pedoman situasi tertentu..
Pelayanan antenatal rutin (ANC) didefinisikan sebagai perawatan yang
dilakukan oleh petugas kesehatan padan semua wanita hamil untuk memastikan
kondisi kesehatan terbaik untuk wanita dan janin selama kehamilan. Komponen dasar
dari ANC meliputi identifikasi risiko, pencegahan dan manajemen penyakit
kehamilan tertentu. Pendidikan dan promosi kesehatan. Waktu kunjungan dan waktu
kunjungan yang sudah di rekomendasikan oleh WHO pada beberapa tahun terakhir,
saat ini sedang dievaluasi pelaksanaannya, karena rekomendasi dan evidance based
mengalami perubahan.
WHO memiliki tanggungjawab untuk mendukung kebijakan dan praktik
berdasarkan bukti, sehingga saat ini , WHO sedang dalam proses memperbarui
pedoman ANC yang diperlukan untuk memastikan keberlanjutan implementasi
intervensi yang efektif .
Pemetaan ini memiliki 3 tujuan, diantaranya :
a. Melakukan Pemetaaan pedoman praktek yang ada terkait dengan ANC rutin
untuk wanita sehat.
b. Merangkum semua prosedur dan intervensi yang dianjurkan selama rutin ANC
(Pada pedoman ANC dan pada pedoman kondisi khusus)

32
c. Menilai konsistensi dari rekomendasi di pedoman diidentifikasi.
Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2013, dengan cara melakukan
pencarian sistematis untuk pedoman berbasis bukti dalam database berikut:
PubMed, LILACS (Amerika Latin dan Karibia); TRIP ; GFMER (Yayasan
Pendidikan dan Penelitian Medis Geneva) Selain itu, peneliti memeriksa semua
referensi pencarian untuk semua pedoman prakteknya klinis yang diterbitkan
setelah Januari 2000.
Dengan kriteria ekslusi :
1) Tidak ditemukan pedoman
2) Terkait dengan intervensi/prosedur yang idak berlaku selama periode ANC
3) Diterbitkan sebelum tahun 2000
4) Terkait dengan intervensi/prosedur yang direkomendasikan untuk pengelolaan
penyakit yang diakui selama kehamilan seperti diabetes atau hipertensi.
Setiap pedoman di pilah berdasarkan :
1) Jenis praktek: (screening/tes diagnostik, intervensi klinis dan intervensi sistem
kesehatan),
2) Usia kehamilan
3) Apakah sumber rekomendasi dianjurkan atau tidak
Secara keseluruhan didapatkan 15 pedoman utuk ANC rutin . Tiga
diantaranya diterbitkan oleh WHO, dan sisanya oleh organisasi pemerintah atau non
pemerintah. Amerika Serikat, UK, Kanada, Australia, Hong Kong, India, Japan dan
Polandia. Semua diterbitkan antara tahun 2005 dan 2012. Selain itu peneliti juga
menemukan 70 pedoman spesifik situasi-situasi tertentu selama kehamilan yang
diterbitkan antara tahun 2002 dan 2014.
Secara keseluruhan, skrining dan intervensi merupakan praktek yang paling
umum diperhitungkan dalam panduan ini. termasuk skrining untuk sifilis, HIV,
anemia (kadar hemoglobin) dan pre-eklampsia (dengan mengukur tekanan darah dan
proteinuria) dan pemeriksaan ABO, RhD. Mengenai kegiatan pendidikan, saran
tentang nutrisi selama kehamilan, latihan dan / atau istirahat, merokok juga
diperhitungkan. Selain itu juga rekomendas terkait i menyusui , suplemen gizi dan
asam folat termasuk dalam pedoman ANC rutin.
Dalam pedoman yang diteliti ada kalanya dua pedoman menyatakan hal yang
berbeda, seperti pemberian vit c dan screaning toksoplasma. Sebagai contoh, skrining

33
rutin untuk toksoplasmosis disebutkan dalam sepuluh pedoman, tujuh ANC rutin dan
tiga situasi tertentu. Sedangkan pada 6 pedoman skrining rutin tidak dianjurkan (lima
ANC, satu situasi tertentu).
Selain itu hal yang juga muncul adalah bahwa promosi kesehatan (salah satu
isi inti ANC rutin untuk wanita sehat) tidak dibahas secara konsisten dalam pedoman
yang ada. Saran mengenai nutrisi selama kehamilan, latihan dan/atau beristirahat dan
penghentian atau pengurangan merokok hanya muncul pada 11 dokumen, saran
mengenai menyusui ada pada 9 dokumen , keluarga berencana empat dokumen , dan
pencegahan dan perlindungan dari HIV dan penyakit menular seksual lainnya hanya
dalam dua dokumen. Hanya suplementasi besi dan/atau asam folat dan manajemen
mual muntah intervensi klinis pada ANC rutin yang dibahas pada lebih dari 50%
pedoman.

34
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kehamilan bukan merupakan suatu keadaan penyakit atau kondisi ibu yang perlu kita
perlakukan seperti orang sakit. Membantunya beradaptasi terhadap perubahan fisiologis
saat kehamilan merupakan hal yang lebih dibutuhkan oleh seorang ibu hamil. Proses
penyesuaian tersebut dapat menimbulkan perubahan fisiologis baik secara fisik maupun
psikologis. Pengenalan dan pemahaman tentang perubahan fisiologi tersebut menjadi
dasar dalam mengenali kondisi patologis yang dapat mengganggu status kesehatan ibu
maupun bayi dikandungnya, dengan kemampuan tersebut, penolong atau petugas
kesehatan dapat mengambil tindakan yang tepat dan perlu untuk memperoleh luaran yang
optimal dari kehamilan dan persalinan.

B. Saran
1. Asuhan kebidanan yang diberikan pada ibu hamil hendaknya tidak hanya melibatkan
ibu hamil saja melainkan juga peran pendampingan suami dan keluarga, sebagai bukti
dukungan psikologis.
2. Perlu adanya persiapan fisik dan mental bagi setiap perempuan yang berencana untuk
hamil, dengan merencanakan kehamilan pada usia yang matang, memperbanyak
pengetahuan tentang kehamilan dan persalinan, serta memahami bahwa setiap
kehamilan merupakan hal yang unik.
3. Perlu adanya pelatihan ataupun pendidikan kesehatan guna mempersiapkan kehamilan
dengan berbagai keluhan serta cara mengatasinya, dengan melibatkan peran suami dan
keluarga.

35
DAFTAR PUSTAKA

1. Kusuma Ardiani, Anindita. Perbedaan Curah Saliva Pada Wanita Hamil Trimester 1,
Trimester2 Dan Trimester 3. Skripsi. Diponegoro University Institutional Repository.
2. Sumiati, Iis. Perubahan Anatomi Fisiologi Ibu Hamil Trimester I,Ii Dan Iii. Tersedia
dalam https://iissumiyati.wordpress.com/2016/03/12/perubahan-anatomi-fisiologi-ibu-
hamil-trimester-iii-dan-iii/. Diakses 9 September 2017.
3. Ade Benih Nirwana. Psikologi kesehatan wanita. Yogyakarta: Nuha Medika; 2011.
4. Husin F. Asuhan kehamilan berbasis bukti, paradigma baru dalam asuhan kebidanan.
Bandung: Sagung Seto; 2014
5. Varney, et all. Buku ajar asuhan kebidanan. Jakarta: EGC; 2008.
6. Biermann J. Start smart pregnancy guide. March of Dimes. 2009
7. Fitria Rahmi. Efektivitas jahe untuk menurunkan mual muntah pada kehamilan
trimester I di Puskesmas Dolok Masihul Kec. Dolok Masihul Kab. Serdang Bedagai.
Jurnal Maternity and neonatal. 2013;1(2):55-66.
8. Lucky Nelazyani, Nailul Hikmi. Description Of Understanding Of Mother And
Husband Toward Physical And Psychological Changes During Pregnancy Inworking
Area Of Beringin Raya Public Health Center Bengkulu. Journal Of Midwifery . 2018
Vol (6) No.1
9. Alyamaniyah UH dan Mahmudah. Efektivitas pemberian wedang jahe (Zingiber
Officinale Var. Rubrum) terhadap penurunan emesis gravidarum pada trimester
pertama. Jurnal Biometrika dan Kependudukan. 2014;3(1):81-7.
10. E Abalos, M Chamillard, V Diaz, Tuncalp, AM Geulmezoglu. Antenatal care for
healthy pregnant women: a mapping of interventions from existing guidelines to
inform the development of new WHO guidance on antenatal care. BJOG.
2016;123:519–528.

36

Anda mungkin juga menyukai