Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH MID AKHLAK

Disusun oleh:

Nurul Qalby

09220190077

JURUSAN TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2019
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas segala
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini.

Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan
tuntunan Allah SWT dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu dalam
kesempatan ini penulis mengahnturkan rasa hormat dan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah
ini.

Penulis menyadari bahwa proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis
telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, penulis dengan rendah
hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan, saran, dan usul guna
penyempurnaan makalah ini.

Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca

Makassar, November 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 3
1.3 Tujuan penulisan ....................................................................................... 3
BAB 2 PEMBAHASAN ...................................................................................... 4
2.1 Sosok Nabi Muhammad SAW di Kalangan Manusia Kini ...................... 4
2.2 Akhlak Nabi Muhammad SAW sebagai Seorang Suami ......................... 5
2.3 Akhlak Nabi Muhammad SAW sebagai Seorang Ayah ........................... 8
2.4 Akhlak Nabi Muhammad SAW sebagai Seorang Sahabat ..................... 10
2.5 Akhlak Nabi Muhammad SAW sebagai Seorang Hakim....................... 10
2.6 Akhlak Nabi Muhammad SAW sebagai Seorang Panglima-
Perang dan Kepala Negara...................................................................... 12
BAB 3 PENUTUP ............................................................................................. 17
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

“Diriwayatkan dari Hafsh bin ‘Umar, dari Syu’bah, dari Sulaiman, aku
mendengar Abu Wa’il, juga aku telah mendengar dari Masruq berkata, ‘Abdullah
bin ‘Umar berkata, dan dari Qutaibah, dari Jarir, dari Al-‘A’masy, dari Syaqiq
bin Salamah, dari Masruq berkata: kami telah bertemu dengan ‘Abdillah bin
‘Amr dan ketika berangkat dengan Mu’awiyah ke Kufah, kemudian dia menyebut
Rasulullah s.a.w. dan berkata: “Rasulullah s.a.w.sama sekali bukanlah orang
yang keji dan bukan pula orang yang jahat; dan dia berkata, Rasulullah s.a.w.
bersabda: “sesungguhnya orang paling baik di antara kamu sekalian adalah
yang paling baik budi pekertinya.”

Nabi Muhammad (Rasulullah) SAW adalah sosok manusia yang patut kita
teladani. Kepribadiannya amatlah luhur. Beliaulah figur ummat, pembawa
syafa’at hingga akhir kiamat. Tak bisa dipungkiri, dengan memakan waktu yang
cukup singkat beliau bisa membawa agama Islam jaya. Itu semua tidak lain hanya
dikarenakan beliau mempunyai kegigihan serta semangat yang tinggi dalam
menjalankan tugas dari Allah, juga beliau mempunyai akhlak yang terpuji.
Beliaulah sosok manusia sempurna dan dicintai Allah. Dia juga berkehendak agar
setiap mukmin menjalani kehidupannya dengan meneladani beliau.

Allah SWT berfirman :

“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suru tauladan yang baik
bagimu yaitu bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak mengingat Allah.
(QS. Al-Ahzab : 21)

1
Ketika Ummul Mukminin ‘Aisyah ditanya tentang akhlak Rasulullah SAW, ia
menjawab : “Akhlak Beliau adalah Al-Qur’an.“(H.R. Ahmad).

Masa kanak-kanak Muhammad SAW dihabiskannya di alam pedesaan


yang berudara bersih, yaitu di desa Bani Sa’idah. Alam dan pendidikan desa telah
memberikan kesan mendalam dalam watak dan kepribadiannya. Tubuhnya
menjadi sehat dan kuat, akhlaknya baik dan lidahnya fasih. Tidak itu saja,
kehidupan desa telah membuat beliau menjadi orang yang bertanggung jawab,
dan tabah dalam mengahadapi segala penderitaan. Ia semakin terkenal sebagai
seorang pemuda hasyimi yang luhur, seorang bangsa Quraisy yang mempunyai
kedudukan tinggi, keturunan orang yang terhormat dan disegani di kota Makkah,
namun tidak sombong dan tidak pula membanggakan diri.

Beliau sangat baik terhadap keluarganya, akhlaknya begitu mulia. Ali


karramallahu wajhahu berkata : ”Beliau selalu mendengarkan dengan baik orang
yang berbicara kepadanya. Kata-katanya lembut dan menyenagkan. Kadang-
kadang beliau tertawa lebar, sehingga gigi taringnya terlihat jelas. Kalau sedang
marah, tak pernah kehilangan kontrol, hamya alis matanya bertaut jika sedang
marah.
Dia adalah manusia yang paling luhur hatinya, paling murah, berani, jujur,
budi pekertinya begitu mulia dan lembut, bergaul dengannya sungguh
menyenangkan. Siapa yang melihatnya tiba-tiba timbul rasa hormatnya, dan siapa
yang bergaul akrab otomatis akan mencintainya.

Beruntung sekali pada isteri-isteri beliau yang mempunyai suami seperti


Nabi Muhammad SAW mereka orang yang sangat mujur mendapatkan suami
yang luhur sifatnya serta akhlaknya. Siapa yang tidak akan berbahagia hidup
serumah dan seatap dengan seorang suami yang berperangai lembut dan penuh
semangat seperti yang dimiliki Nabi Muhammad SAW.

2
Di kalangan para sahabatnya, Rasulullah SAW adalah teladan tertinggi
tentang budi pekerti yang diserukan oleh beliau. Budi pekerti itulah yang
ditanamkan oleh beliau dalam jiwa para sahabatnya. Beliau mendahulukan contoh
perilaku yang terpuji, sebelum menanamkannya dengan ucapan, kebijaksanaan
dan peringatan.
‘Abdullah bin ‘Amr mengatakan : Rasulullah bukan seorang yang buruk dan
berperilaku tidak senonoh. Rasulullah bersabda :

“Orang-orang yang terbaik diantara kalian adalah mereka yang terbaik budi
pekertinya.”

“Anas bin Malik mengatakan :”Aku melayani Rasulullah selama sepuluh tahun.
Demi Allah, Beliau sama sekali tidak pernah membentak dengan ucapan “husy”,
dan tidak pernah pula Beliau menegur “Mengapa engkau berbuat begitu?”, atau
kenapa engakau tidak berbuat begitu?”
(H.R. Muslim).

1.2. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas dapat ditarik beberapa rumusan masalah,
yaitu: Perilaku dan akhlak apa saja yang patut dicontohi dari Nabi Muhammad
SAW, baik sebagai seorang suami, ayah, sahabat, masyarakat, seorang hakim,
panglima perang, maupun sebagai seorang kepala negara?

1.1 Tujuan Penyusunan

Dapat mengetahui sekaligus menerapkan perilaku dan akhlak Nabi


Muhammad SAW yang patut dicontohi, baik sebagai seorang suami, ayah,
sahabat, masyarakat, seorang hakim, panglima perang, maupun sebagai seorang
kepala Negara.

3
BAB II

ISI DAN PEMBAHASAN

2.1 Sosok Nabi Muhammad SAW di Kalangan Manusia Kini

Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wassallam (SAW), merupakan


sesosok manusia yang ummi, pembawa, dan pencerah terhadap peradaban
manusia, figur yang pantas dipuji oleh siapa pun. Sebab, beliau memiliki
kesempurnaan, baik itu sifat, perilaku maupun tutur kata. Banjiran pujian terhadap
beliau tak akan pernah lekang dimakan oleh zaman, bahkan sejak zaman para
sahabat sekalipun pujian itu tetap mengalir sehingga sekarang.

Perbincangan mengenai sosok ini tidak pernah membosankan dan tak akan
pernah habis-habisnya. Walaupun selalu diperingati mengenai diri beliau setiap
tahun, bahkan masih ada pembicaraan-pembicaraan yang belum terungkap dan
belum terlukiskan dari kehidupan beliau.

Kemuliaan dan kekaguman terhadap kepribadian Nabi Muhammad SAW


tidak hanya diapresiasi oleh orang Muslim saja. Sebaliknya, orang non-Muslim
sekalipun tidak terlepas dari kekaguman mereka di saat mereka mempelajari
kehidupan Rasulullah. Pengetahuan dan kajian mengenai beliau pasti benar,
selama seseorang itu berpegang teguh kepada prinsip yang objektif.

Michael H. Hart misalnya, beliau menobatkan Nabi Muhammad


Shallallahu ‘alaihi Wassallam sebagai sosok di urutan yang pertama dari 100
tokoh manusia yang paling berpengaruh di dunia;

Di samping itu, George Bernard Shaw pula menyatakan bahwa


Muhammad merupakan sosok pribadi yang agung, sang penyelamat kemanusiaan.
Lebih daripada itu, ia sangat meyakini bahwa apabila Muhammad memegang
kekuasaan tunggal di dunia modern ini, maka Muhammad akan berhasil

4
mengatasi segala permasalahan dan ia mampu membawa kedamaian serta
kebahagiaan yang dibutuhkan oleh dunia;N Lamar Tine (seorang sejarahwan
terkemuka) menyatakan, jika kita lihat dari tolok ukur kejeniusan seorang
manusia, maka siapa lagi kalau bukan Muhammad.

Dan tidak ketinggalan pula Thomas Carlyle menyatakan kekagumannya


terhadap Muhammad, karena Muhammad dengan sendirinya mampu mengubah
suku-suku yang saling berperang dan kaum nomaden menjadi sebuah bangsa yang
paling maju dan paling berperadaban hanya dalam waktu kurang daripada dua
dekade. Dia diciptakan untuk menerangi dunia, begitulah perintah sang pencipta
dunia.

Begitu juga dengan W. Montgmery Watt yang menyatakan, tidak ada figur
yang hebat sebagaimana digambarkan “sangat buruk” di Barat selain Muhammad.
Orang yang menganggap Muhammad sebagai seorang penipu adalah orang yang
hanya memberikan masalah dan bukan jawaban.

Kalau di atas terdapat sebagian daripada kekaguman-kekaguman yang


bersumber dari orang non-Muslim, yaitu bersumber daripada manusia, dan tidak
dipungkiri pula bahwa pujian-pujian terhadap beliau telah ditegaskan dan
dibuktikan oleh sang Pencipta sendiri.

2.2 Akhlak Nabi Muhammad SAW sebagai Seorang Suami

Nabi Muhammad saw. menjadi teladan paripurna dalam menjalani


kehidupan di dunia ini bagi seluruh umat Islam. Tidak hanya dalam urusan ibadah
saja, tapi juga dalam hal muamalah atau berinteraksi sosial, termasuk
berhubungan dengan istri. Nabi Muhammad saw. telah memberikan contoh
bagaimana seharusnya mengarungi biduk rumah tangga dengan baik. Sehingga
‘tujuan’ menikah atau berumah tangga yaitu sakinah (ketentraman) bisa diraih.
Karena bagaimanapun kehidupan rumah tangga Nabi Muhammad saw.

5
merupakan aplikasi dari nilai-nilai qur’ani. Lantas bagaimana sesungguhnya Nabi
Muhammad saw. bersikap dan berhubungan dengan istrinya? Setidaknya ada
lima sikap teladan Nabi Muhammad saw. kepada istrinya. Pertama, menghibur
istri yang sedih. Nabi Muhammad saw. adalah suami yang tahu apa yang harus
dilakukan ketika istrinya sedang bersedih. Beliau selalu mendengarkan curhatan
istrinya, menghibur jika istrinya tersakiti, menghapus air mata istri dan
menggantinya dengan senyuman. Terkait hal ini, ada cerita menarik. Suatu ketika
Hafshah binti Umar bin Khattab, seorang istri Nabi Muhammad saw.,
melontarkan kata-kata yang menyakiti hati Shafiyyah, seorang istri Nabi
Muhammad saw. yang lainnya. Hafshah ‘mengejek’ Shafiyyah dengan sebutan
'anak perempuan Yahudi'. Memang, Shafiyyah adalah anak perempuan dari
Huyay, seorang pimpinan Yahudi terpandang dari Bani Nadhir. Namun kata-kata
Hafshah itu membuatnya menangis. Kemudian Shafiyyah mengadu kepada Nabi
Muhammad saw. terkait hal itu. “Sesungguhnya engkau (Shafiyyah) adalah putri
seorang nabi, pamanmu adalah seorang nabi, dan engkau pun berada di bawah
naungan nabi. Maka apakah yang ia banggakan atas dirimu?” kata Nabi
Muhammad saw. melipur lara istrinya yang tersakiti, Shafiyyah, merujuk buku
Rasulullah Teladan untuk Semesta Alam (Raghib as-Sirjani, 2011). Kedua,
romantis. Sikap romantis merupakan upaya untuk menjaga agar cinta terus
bersemi di hati. Menjadi seorang nabi dan rasul tidak menghalangi Nabi
Muhammad saw. untuk berlaku romantis kepada istrinya. Sebagaimana riwayat
Sayyidah Aisyah, suatu ketika Nabi Muhammad saw. pernah menggigit daging di
bekas gigitannya Sayyidah Aisyah dan minum di bekas mulutnya istrinya itu. Jika
malam tiba, Nabi Muhammad saw. juga mengajak Sayyidah Aisyah jalan-jalan
sambil berbincang-bincang. Itu sikap romantis yang ditunjukkan Nabi
Muhammad saw. kepada istrinya, makan dan minum dalam satu wadah yang
sama. Ketiga, tidak membebani istri. Nabi Muhammad saw. senantiasa
mengerjakan pekerjaannya sendiri. Tidak pernah Nabi Muhammad saw.
membebani istrinya dengan pekerjaan-pekerjaan yang bisa dikerjakannya sendiri.
Nabi menyulam pakaiannya yang robek sendiri. Menjahit sandalnya yang putus
sendiri. Tidak hanya itu, Nabi Muhammad saw. juga membantu istrinya untuk

6
menyelesaikan pekerjaan rumah. “Rasulullah senantiasa melakukan pekerjaan
rumah tangga (membantu urusan rumah tangga). Apabila waktu shalat tiba, maka
beliau pun keluar untuk shalat,” kata Sayyidah Aisyah dalam sebuah riwayat.
Keempat, melibatkan istri dalam kejadian penting. Nabi Muhammad saw.
kerapkali curhat kepada istrinya terkait dengan persoalan yang tengah dihadapi.
Dengan bercerita kepada istrinya, Nabi Muhammad saw. berharap ada solusi yang
didapatkannya. Salah satu istri Nabi Muhammad saw. yang sering menjadi teman
curhat adalah Sayyidah Ummu Salamah, yang memang terkenal kecerdasannya.
Terbukti, Sayyidah Ummu Salamah pernah beberapa kali memberikan solusi atas
persoalan yang menimpa Nabi Muhammad saw. Diantaranya adalah kejadian
setelah ditandatanganinya Perjanjian Hudaibiyah pada tahun ke-6 Hijriyah.
Perjanjian Hudaibiyah dinilai para sahabat merugikan umat Islam. Alasannya,
sesuai dengan isi perjanjian, umat Islam yang saat itu hendak menjalankan ibadah
umrah. Mereka baru diperbolehkan umrah tahun depan. Setalah menandatangai
perjanjian, Nabi Muhammad saw. mengajak kepada para sahabatnya untuk
mencukur rambut mereka masing-masing dalam rangka bertahalul sebelum
kembali ke Madinah. Namun, para sahabat enggan menuruti ajakan Nabi
Muhammad saw. tersebut. Hal itu membuat Rasulullah ‘kesal’. Nabi Muhammad
saw. lalu menceritakan kejadian itu kepada Sayyidah Ummu Salamah yang saat
itu ikut dalam rombongan. Kata Sayyidah Ummu Salamah: “Wahai Rasulullah,
keluarlah sehingga mereka melihatmu, namun jangan berbicara dengan seorang
pun. Lalu sembelihlah untamu dan panggil tukang cukur untuk memotong
rambutmu.” Rasulullah menuruti saran Sayyidah Ummu Salamah. Beliau keluar
dari tendanya, tidak bicara dengan siapapun, kemudian menyembelih untanya dan
mencukur rambut. Dan benar. Setelah Rasulullah melaksanakan usulan Sayyidah
Ummu Salamah, para sahabat berbondong-bondong mengikuti apa yang
dilakukan Rasulullah. Kelima, tidak pernah memukul dan menyakiti istri. Suatu
ketika Sayyidah Aisyah berbicara dengan nada tinggi kepada Nabi Muhammad
saw. Sayyidina Abu Bakar yang saat itu berada di kediaman Nabi Muhammad
saw. mendengar dan tidak rela kalau Nabi Muhammad saw. diperlakukan seperti
itu, meski oleh anaknya sendiri. Bahkan, Sayyidian Abu Bakar berusaha untuk

7
memukul Sayyidah Aisyah. Tapi, Nabi Muhammad saw. buru-buru mencegahnya.
Nabi Muhammad saw. tidak ingin istrinya tersakiti, meski oleh orang tuanya
sendiri ataupun Nabi sendiri. Sikap Nabi Muhammad saw. yang tidak pernah
memukul atau menyakiti istrinya diperkuat dengan pernyataan Sayyidah Aisyah
dalam sebuah riwayat. Kata Sayyidah Aisyah, Rasulullah tidak pernah memukul
istrinya sekalipun. Malah beliau melipur lara istrinya yang menangis karena suatu
hal.

2.3 Akhlak Nabi Muhammad SAW sebagai Seorang Ayah

Suatu hari, Rasulullah saw tengah shalat. Tiba-tiba datanglah Hasan dan
Husen, cucu beliau dari pasangan Ali bin Abi Thalib dan Fatimah. Mereka
memanjat ke punggungnya ketika beliau sedang melakukan ruku'. Beliau terus
saja dalam keadaan ruku' dan tidak mau mengusir mereka hingga kedua anak itu
turun sendiri.

Pada kesempatan lain, Rasulullah saw shalat sambil mengangkat


(menggendong) Umamah, cucu beliau dari Zainab. Saat beliau ruku', sang cucu
diletakkan, dan apabila bangun, diangkat kembali. Nabi Muhammad saw juga
sering keluar rumah sambil menggendong Hasan dan Husen. Yang satu di sebelah
kanan dan yang satu lagi di sebelah kiri. Di rumah, kerap Rasulullah merangkak
sementara Hasan dan Husen, bertengger di atas punggungnya. Dengan suka cita,
Rasulullah pun berucap, ''Unta yang paling baik adalah onta kalian berdua, dan
kalian adalah pengendara yang paling bahagia.''

Kasih sayang Nabi saw juga ditunjukkannya di tempat umum. Suatu hari
beliau melihat Husen tengah bermain-main dengan kawan-kawan sebayanya.
Langsung saja beliau membentangkan kedua tangannya, seraya mengejar hendak
menangkap Husen. Sang cucu berlari ke sana ke mari. Rasulullah terus mengejar
sambil tertawa senang. Kemudian Husen ditangkap, dipeluk dan dikecup.

8
Nukilan kisah-kisah di atas merupakan salah satu sisi paling menarik
dalam pribadi Muhammad sebagai seorang ayah/kakek. Pancaran kelembutan dan
kasih sayang beliau memukau sarjana Barat Rev John Davenport. ''Sebagai
seorang ayah dan seorang sahabat, Muhammad memperlihatkan perasaan-
perasaan yang paling halus dari sifat insani,'' kata Davenport.

Sikap, perkataan dan perbuatan Rasulullah terhadap anak-cucunya


merupakan sumber ilham bagi setiap pria muslim untuk menjadi ayah impian bagi
anak-anaknya. Rasulullah telah meletakkan dasar-dasar untuk mendidik dan
mengasihi anak. Dari Ibnu Abbas, Rasulullah saw bersabda, ''Akrabilah anak-anak
kamu dan didiklah akhlak mereka dengan baik.''

Dalam sabdanya yang lain, ''Bermain-mainlah dengan anakmu hingga ia


berusia tujuh tahun; kemudian latihlah ia untuk berdisiplin pada tujuh tahun
berikutnya; kemudian anggaplah ia temanmu pada tujuh tahun berikutnya; setelah
itu biarkanlah ia tidak bergantung lagi kepadamu (mandiri).''

Ayah teladan, berdasarkan contoh Rasul, senantiasa bersikap sabar dan


lemah lembut kepada anak. Dia pun selalu berlaku adil terhadap anak, terutama
dalam memberi hadiah. Sikap lemah lembut terhadap anak dapat diwujudkan
dalam berbagai cara: menciumnya, memandikannya, membantu memakaikan
bajunya, mengusap kepalanya, memijatnya, menggendong atau mendukugnya,
membantu mengatur permainannya, serta menemaninya bermain, atau menonton
televisi.

Ayah mestinya juga menumbuhkembangkan kreativitas dan imajinasi


anak. Misalnya melalui berbagai buku bacaan/ilmu pengetahuan, dongeng
pengantar tidur, dan nasihat yang diberikan saat makan malam. Di tengah
kesibukan sehari-hari kita, harusnya selalu ada waktu untuk bercengkrama,
mendengarkan keluhan, dan harapan mereka. Serta memberinya dorongan
semangat untuk selalu maju dan memiliki harapan besar dalam hidup.

9
2.4 Akhlak Nabi Muhammad SAW sebagai Seorang Sahabat

Semakin tinggi derajat seseorang, semakin pula ia dihormati. Tapi


Rasulullah punya nilai lebih. Sebagai manusia yang maksum dan pembawa risalah
suci, sudah sepantasnya Baginda Nabi Muhamad shallallâhu ‘alaihi wasallam
mendapat pemuliaan yang tinggi dari sahabat-sahabatnya. Namun nyatanya, justru
Rasulullah-lah yang terdepan meneladankan sikap itu kepada mereka. Beliau yang
enggan dihormati tampil sebagai sosok sangat menghormati orang lain. Tentang
hal ini ada sebuah kisah yang diriwayatkan Imam ath-Thabrani. Suatu kali
Rasulullah menggelar sebuah pertemuan dengan para sahabatnya. Yang hadir
cukup ramai, sehingga majelis itu terlihat sesak. Di tengah padatnya peserta
forum, Jarir bin Abdullah datang terlambat. Tentu ia tak mendapat jatah tempat
duduk. Rasulullah yang mengetahui kondisi Jarir segera menggelar jubahnya lalu
menyuruh Jabir duduk di atasnya. Hati Jarir terenyuh menyaksikan akhlak luar
biasa Rasulullah. Alih-laih mau duduk di atas pakaian Nabi, ia malah mengambil
pakaian tersebut, mengangkatnya, lalu menciumnya sambil menangis tersedu-
sedu. Batin Jarir, bisa-bisanya Rasulullah begitu menghormati dirinya di depan
para sahabat yang lain padahal dia telat? “Saya tak akan duduk di atas pakaianmu
(ya Rasulullah). Semoga Allah memuliakanmu sebagaimana engkau memuliakan
diriku,” kata Jarir yang haru campur kagum dengan sifat Rasulullah. Rasulullah
adalah sosok yang tak gandrung dengan penghormatan. Beliau lebih sering
melayani ketimbang dilayani. Nabi menjahit pakaiannya sendiri yang bolong.
Menyelesaikan keperluannya tanpa merepotkan orang lain. Pribadinya yang
tawaduk juga enggan bila tangannya dicium, meski bukan berarti
mengharamkannya. Demikianlah Rasulullah, puncak kemuliaannya tampil
sempurna justru dalam kerendahhatiannya.

2.5 Akhlak Nabi Muhammad SAW sebagai Seorang Hakim

Nabi Muhammad SAW sangat tegas dalam masalah penegakan hukum.


Tidak pernah menetapkan suatu hukum dengan rasa belas kasihan, pilih kasih,
atau tebang pilih. Tidak memihak kepada siapa pun, baik pada pejabat

10
pemerintahan, sahabat, masyarakat kecil maupun anggota keluarganya sendiri,
termasuk anaknya.

Hal itu ditunjukkan dengan sikap tegasnya, “Demi Allah, andai Fatimah
Putri Muhammad mencuri, niscaya aku potong tangannya.” (HR Bukhari dan
Muslim).

Selain dikenal figur yang tegas, juga dikenal sebagai sosok yang bijak
dalam mengambil keputusan. Sebelum memutuskan suatu perkara, Nabi selalu
memikirkannya secara matang, dan mengacu kepada kaidah yang ditetapkan
dalam Alquran. Misalnya, pada saat beliau memutuskan sanksi rajam terhadap
pelaku perzinahan.

Dalam Shahih Muslim diceritakan, suatu waktu ada seorang wanita dari
suku Ghamidiyyah menghadap Nabi SAW. Dia berkata, ”Ya Rasululah, sungguh
aku telah berbuat lacur. Maka, aku mohon bersihkanlah aku.” Nabi dengan arif
menolak pengaduan tulus wanita tersebut.

Karena penasaran pertemuannya dengan Nabi tidak membawa hasil,


perempuan Ghamidiyyah kembali mendatangi Nabi keesokan harinya seraya
berkata, ”Ya Rasulullah mengapa engkau tidak menjawab pengaduanku? Apa
barangkali engkau meragukanku sebagaimana engkau meragukan pengaduan
Ma’iz? Demi Allah, aku sekarang sedang hamil.” Kali ini Nabi menjawab,
”Datanglah sesudah kamu melahirkan.”

Beberapa bulan kemudian, perempuan Ghamidiyyah itu melahirkan anak


yang dikandungnya, lalu dia menghadap Nabi. Sambil membawa serta si jabang
bayi dalam gendongannya dia berkata, ”Rasulullah, aku telah melahirkan.” Nabi
menjawab dengan ramah, ”Pergilah kamu menyusui anakmu hingga kamu
menyapihnya.”

11
Setelah masa menyusui anaknya berakhir, ia kembali menghadap Nabi.
”Wahai Nabi Allah, ini aku. Sekarang anakku telah kusapih dan dia sudah bisa
makan.” Berikutnya si anak yang masih kecil tersebut diserahkan kepada
seseorang dari kaum Muslimin dan akhirnya Nabi memutuskan agar wanita
tersebut dirajam, sebagai hukuman atas perbuatan zina yang dilakukannya.

Demikian sebagian kunci sukses dalam kepemimpinan Nabi SAW. Masih


banyak lagi kunci sukses kepemimpinan Nabi lainnya yang tidak akan pernah
habis untuk dikaji, yang seharusnya terus digali, diperkenalkan, dan
implementasikan di tengah bangsa yang sedang dilanda krisis dalam
kepemimpinan.

Semoga Allah menganugerahkan negeri ini pemimpin yang mau


mempelajari dan meneladani kepemimpinan Nabi SAW agar dapat mengantarkan
kepada kehidupan yang lebih baik. Amin.

2.6 Akhlak Nabi Muhammad SAW sebagai Seorang Panglima Perang dan
Kepala Negara

Sejarah Islam dan juga Alquran mencatat sejumlah peperangan yang


terjadi pada masa awal Islam. Dalam bahasa Arab, peperangan itu
disebut ghazwah dan sariyya. Keduanya sama-sama melibatkan kaum Muslimin,
namun ghazwah diikuti langsung oleh Rasulullah, sementara sariyya tanpa beliau.

Lebih dari 25 ghazwah pernah terjadi sepanjang sejarah Islam. Namun,


dari jumlah tersebut, hanya sembilan peperangan yang berakhir dengan
pertempuran. Selebihnya diakhiri oleh menyerahnya pihak musuh atau
tercapainya perdamaian. Pertempuran-pertempuran tersebut, di antaranya, Perang
Badar, Perang Uhud, Perang Khandaq (Parit), Perang Khaibar, Fathu Makkah,
Perang Hunain, dan Perang Tabuk.

12
Perang Badar merupakan salah satu pertempuran terbesar yang terjadi
pada 17 Ramadhan tahun kedua Hijriyah atau 17 Maret 624 M. Pada peperangan
yang melibatkan lebih dari 300 Muslim itu, kaum Muslimin menang dengan
gemilang. Sebanyak 70 orang dari kelompok kafir tewas dan 70 lainnya tertawan
dalam pertempuran. Sedangkan, 14 orang dari kelompok Muslim wafat sebagai
syuhada.

Pertempuran besar selanjutnya, Uhud, tak segemilang Badar. Kaum


Muslimin tercerai-berai dan kalah dalam pertempuran yang terjadi pada 7 Syawal
tahun tiga Hijriyah (22 Maret 625 M) tersebut. Beberapa peperangan lainnya,
seperti Khandaq dan Fathu Makkah, berakhir dengan kondisi yang ber beda pula.
Meski memunculkan ketegangan yang luar biasa, keduanya berakhir tanpa
pertumpahan darah.

Allah memerintahkan umat Islam untuk memerangi kelompok yang


memerangi Islam, namun dengan sejumlah catatan yang membatasinya. Seperti
disebutkan dalam surah al-Baqarah ayat 190, “Dan perangilah di jalan Allah
orang-orang yang meme rangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas
karena sesungguhnya Allah tidak menyu kai orang-orang yang melampaui batas.”

Sebagai panglima yang menggerakkan perang untuk membela Islam,


Rasulullah SAW tidak berpegang, tetapi pada ketentuan Allah. Semua itu
tercermin dalam peperangan-peperangan yang dipimpinnya, termasuk strategi
perang dan caranya memperlaku kan para tawanan perang.

Di luar itu, Rasulullah dikenal sebagai panglima yang mampu


menimbulkan perasaan takut dalam diri para musuhnya, tahu cara terbaik
memperoleh informasi tentang kekuatan musuh, serta memotivasi pasukannya
untuk tidak gentar melawan para musuh Allah.

Alquran menegaskan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah teladan dalam


seluruh aspek kehidupan, termasuk dalam hal kepemimpinan. “Sesungguhnya

13
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia
banyak menyebut Allah.” (QS al-Ahzab [33]: 21).

Nabi Muhammad SAW merupakan sosok pemimpin yang paling


berpengaruh sepanjang sejarah kehidupan umat manusia. Hal ini diakui oleh
Michael Hart seorang penulis Barat dalam bukunya “The 100, a Rangking of The
Most Influential Persons in History”. Dengan sangat obyektif ia menempatkan
Nabi SAW sebagai orang paling berpengaruh dalam sejarah.

Hal itu menunjukkan bahwa Nabi SAW memiliki kecerdasan manajerial


yang tinggi dalam mengelola, mengatur, dan menempatkan anggota
masyarakatnya dalam berbagai posisi sesuai kemampuannya, sehingga dapat
mencapai tujuan utama, yaitu membangun masyarakat madani yang berlandaskan
nilai-nilai Ilahi.

Dalam menjalankan kepemimpinannya, Nabi SAW selalu mengedepankan


akhlak mulia. Hal ini diakui oleh Husain bin Ali sebagai cucu Nabi SAW. Bahwa
Nabi adalah pribadi yang menyenangkan, santai dan terbuka, mudah
berkomunikasi dengan siapa pun, lemah lembut dan sopan, tidak keras dan tidak
terlalu lunak, tidak pernah mencela, tidak pernah menuntut dan menggerutu, tidak
mengulur waktu dan tidak tergesa-gesa.

Orang-orang yang bersikap obyektif dari kalangan non-muslim pun


mengakuinya. Washington Irfing, seorang orientalis dan salah seorang penulis
besar Amerika yang menjadi kebanggaan Amerika Serikat dan negara lain di abad
sembilan belas Masehi, lahir tahun 1832 M di kota Washington dan meninggal
tahun 1892 M. Dia berkata, ”Muhammad adalah penutup para nabi, rasul paling
agung yang diutus oleh Allah SWT untuk menyeru manusia kepada penyembahan
kepada Allah.”

14
George Bernard Shaw, seorang Filosof Inggris dan penulis alur cerita film
di Inggris yang terkenal, lahir di Irlandia, meraih Nobel di bidang sastra tahun
1920 M. Dia berkata, ”Aku telah membaca kehidupan Rasul Islam dengan baik,
berkali-kali dan berkali-kali, dan aku tidak menemukan kecuali akhlak-akhlak
luhur yang semestinya, dan aku sangat berharap Islam menjadi jalan bagi dunia.”
Dan masih banyak pengakuan non-Muslim terkait keluhuran akhlak Nabi SAW
(lihat dalam Pesona Akhlak dan Kekuatan Pribadi Manusia Teragung Sepanjang
Masa, karya Hisyam Muhammad Sa’id Barghisy, alih bahasa Izzudin Karimi).

Nabi SAW memiliki rasa empati dalam memimpin. Nabi tidak pernah
mencaci seseorang dan menegur karena kesalahannya, tidak mencari kesalahan
orang lain, tidak berbicara kecuali yang bermanfaat. Kalau Nabi berbicara, yang
lain diam menunduk seperti ada burung di atas kepalanya, tidak pernah disela atau
dipotong pembicaraannya, membiarkan orang menyelesaikan pembicaraannya,
tertawa bersama mereka yang tertawa, heran bersama orang yang heran, rajin dan
sabar menghadapi orang asing yang tidak sopan, segera memberi apa yang
diperlukan orang yang tertimpa kesusahan, tidak menerima pujian kecuali dari
yang pernah dipuji olehnya (HR Tirmidzi).

Nabi SAW mengedepankan keteladanan (uswah hasanah) dalam


memimpin. Dikisahkan dari Al Barra’ bin Adzib, ia berkata: “Kulihat beliau
mengangkuti tanah galian parit, hingga banyak debu yang menempel di kulit
perutnya. Sempat pula kudengar beliau bersabda, “Ya Allah, andaikan bukan
karena Engkau, tentu kami tidak akan mendapat petunjuk, tidak bershadaqah dan
tidak shalat. Turunkanlah ketenteraman kepada kami dan kokohkanlah pendirian
kami jika kami berperang. Sesungguhnya para kerabat banyak yang sewenang-
wenang kepada kami. Jika mereka menghendaki cobaan, kami tidak
menginginkannya.”

Nabi SAW adalah sosok pemimpin yang mengedepankan kebersamaan.


Nabi mengusulkan sebuah ide win-win solution dalam penyelesaian masalah
peletakkan hajar aswad. Direntangkannya sebuah kain besar, kemudian hajar

15
aswad diletakkan di bagian tengahnya, lalu beliau meminta kepada setiap
pemimpin kabilah untuk memegang ujung kain tersebut. Setelah itu, hajar aswad
disimpan ke tempat semula di Ka’bah. Dengan cara seperti itu, tidak ada satupun
kabilah yang merasa dirugikan, bahkan mereka sepakat untuk menggelari beliau
sebagai al-Amin (orang yang terpercaya).

Jadi, kekuatan akhlak inilah yang menjadi pondasi dalam kepemimpinan


Nabi SAW. Dan, Akhlak Nabi adalah Alquran. Allah SWT menegaskan, ”Dan
sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS al-Qalam
[68]: 4). Ketika Aisyah RA ditanya tentang akhlak Nabi SAW, ia menjawab
bahwa akhlak Nabi adalah Alquran (HR Muslim).

16
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Al-Qur’an merupakan gambaran nyata akan perilaku Rasulullah sebagai


manusia terbaik dari sisi akhlak maupun penampilan fisik. Beliau memberi
kepada orang yang memboikotnya, memaafkan orang yang menganiayanya,
menjalin ikatan dengan orang yang memutuskannya, dan berbuat baik kepada
orang yang berbuat jahat kepadanya.

Semua itu merupakan dasar-dasar akhlak, kita harus mengikuti beliau


dalam setiap tingkah lakunya, kecuali apa yang telah Allah khususkan baginya.
Karena keistimewaan tersebut tidak dapat diberikan kepada selain beliau, seperti
kenabian, wahyu, nikah lebih dari empat istri, diharamkan menikahi isteri-isteri
beliau setelah beliau wafat, dan lain sebagainya.

Allah s.w.t.berfirman :
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu bersikap lemah membut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam
urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nya.”(QS. Ali Imran :159).

Contoh sikap nabi yang berposisi sebagai hakim adalah seperti kebijakan
beliau dalam memutuskan perkara dari dua/lebih orang yang sedang bermusuhan,
baik dalam persoalan hukum perdata ataupun pidana dengan mempertimbangkan
beberapa bukti dan keterangan dari saksi-saksi yang ada. Maka dengan melihat

17
contoh tersebut, maka hampir dapat dipastikan bahwa posisi nabi pada saat itu
adalah sebagai seorang hakim, tidak mufti dan tidak pula kepala negara.

Contoh sikap nabi yang berposisi sebagai kepala negara adalah seperti
mengutus tentara, mengatur pendistribusian harta baitul mal dan proses
pengambilannya, mengangkat dan melantik wakil-wakil kepala daerah, dan
mengatur sistem pembagian harta rampasan perang. Ketika nabi memutuskan hal-
hal tersebut, maka harus dipahami bahwa posisi beliau pada saat itu adalah
sebagai kepala negara, tidak yang lain.

Kehadiran Rasulullah Saww ditengah puing-puing moral dan sosial adalah


berusaha untuk mengintegrasikan upacara menyembah Tuhan dan mengingatkan
manusia pada kewajibannya yang dapat membawa manusia pada pertumbuhan
spiritual. Dan dengan berhasilnya mengangkat bangsa-bangsa yang rendah
derajatnya ketingkat moral masyarakat yang lebih tinggi. beliau membuktikan
pada dunia betapa pentingnya suatu sistem yang positif. Beliau mengajarkan kita
hidup sederhana, menahan nafsu, dermawan, hidup adil dan persamaan sebagai
perintah-perintah Allah SWT. Dan yang mana bahwa manusia itu sama dan
memiliki sifat sosialis.

Maka bisa ditarik kesimpulan bahwa islam mempunyai dasar-dasar


landasan pokok diantaranya: 1). Kepercayaan bahwa Tuhan itu Esa, tidak
berwujud benda, kuasa, Maha Penyayang dan Maha Maha Pengasih. 2).
Kedermawanan dan rasa bersaudara diantara manusia. 3). Menaklukan hawa
nafsu. 4). Mencurahkan rasa syukur kepada pemberi segala kebaikan. 5). Manusia
bertanggung jawab atas amal perbuatannya dalam kehidupan sesudah ini. Lima
prinsip dasar ini merupakan konsepsi besar dan mulia yang dinyatakan dalam Al-
Quran.

18
DAFTAR PUSTAKA

https://www.hidayatullah.com/kajian/oase-
iman/read/2015/01/12/36581/rasulullah-sebagai-suri-tauladan-yang-luar-
biasa.html

https://www.tongkronganislami.net/akhlak-rasulullah-saw-dalam-kehidupan-
sehari-hari/

https://bincangsyariah.com/kalam/dua-belas-posisi-nabi-muhammad-dalam-islam/

https://republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-digest/17/02/09/ol1zho313-
rasulullah-panglima-perang-yang-bersahaja

https://republika.co.id/berita/retizen/teh-anget/pn5m60349/meneladani-
kepemimpinan-nabi-saw

https://islam.nu.or.id/post/read/74326/cara-rasulullah-hormati-sahabatnya

https://www.republika.co.id/berita/retizen/surat-pembaca/pv5s5l349/dunia-
islam/hikmah/19/07/11/pugi0t458-rasulullah-keteladanan-seorang-ayah-yang-
lembut

https://islam.nu.or.id/post/read/104956/lima-sikap-teladan-nabi-muhammad-
kepada-istrinya

http://www.darut-taqrib.org/berita/2010/05/27/muhammad-suri-tauladan-umat/

19

Anda mungkin juga menyukai