Disusun oleh:
Nurul Qalby
09220190077
2019
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas segala
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan
tuntunan Allah SWT dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu dalam
kesempatan ini penulis mengahnturkan rasa hormat dan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah
ini.
Penulis menyadari bahwa proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis
telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, penulis dengan rendah
hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan, saran, dan usul guna
penyempurnaan makalah ini.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
“Diriwayatkan dari Hafsh bin ‘Umar, dari Syu’bah, dari Sulaiman, aku
mendengar Abu Wa’il, juga aku telah mendengar dari Masruq berkata, ‘Abdullah
bin ‘Umar berkata, dan dari Qutaibah, dari Jarir, dari Al-‘A’masy, dari Syaqiq
bin Salamah, dari Masruq berkata: kami telah bertemu dengan ‘Abdillah bin
‘Amr dan ketika berangkat dengan Mu’awiyah ke Kufah, kemudian dia menyebut
Rasulullah s.a.w. dan berkata: “Rasulullah s.a.w.sama sekali bukanlah orang
yang keji dan bukan pula orang yang jahat; dan dia berkata, Rasulullah s.a.w.
bersabda: “sesungguhnya orang paling baik di antara kamu sekalian adalah
yang paling baik budi pekertinya.”
Nabi Muhammad (Rasulullah) SAW adalah sosok manusia yang patut kita
teladani. Kepribadiannya amatlah luhur. Beliaulah figur ummat, pembawa
syafa’at hingga akhir kiamat. Tak bisa dipungkiri, dengan memakan waktu yang
cukup singkat beliau bisa membawa agama Islam jaya. Itu semua tidak lain hanya
dikarenakan beliau mempunyai kegigihan serta semangat yang tinggi dalam
menjalankan tugas dari Allah, juga beliau mempunyai akhlak yang terpuji.
Beliaulah sosok manusia sempurna dan dicintai Allah. Dia juga berkehendak agar
setiap mukmin menjalani kehidupannya dengan meneladani beliau.
“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suru tauladan yang baik
bagimu yaitu bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak mengingat Allah.
(QS. Al-Ahzab : 21)
1
Ketika Ummul Mukminin ‘Aisyah ditanya tentang akhlak Rasulullah SAW, ia
menjawab : “Akhlak Beliau adalah Al-Qur’an.“(H.R. Ahmad).
2
Di kalangan para sahabatnya, Rasulullah SAW adalah teladan tertinggi
tentang budi pekerti yang diserukan oleh beliau. Budi pekerti itulah yang
ditanamkan oleh beliau dalam jiwa para sahabatnya. Beliau mendahulukan contoh
perilaku yang terpuji, sebelum menanamkannya dengan ucapan, kebijaksanaan
dan peringatan.
‘Abdullah bin ‘Amr mengatakan : Rasulullah bukan seorang yang buruk dan
berperilaku tidak senonoh. Rasulullah bersabda :
“Orang-orang yang terbaik diantara kalian adalah mereka yang terbaik budi
pekertinya.”
“Anas bin Malik mengatakan :”Aku melayani Rasulullah selama sepuluh tahun.
Demi Allah, Beliau sama sekali tidak pernah membentak dengan ucapan “husy”,
dan tidak pernah pula Beliau menegur “Mengapa engkau berbuat begitu?”, atau
kenapa engakau tidak berbuat begitu?”
(H.R. Muslim).
Dari uraian latar belakang di atas dapat ditarik beberapa rumusan masalah,
yaitu: Perilaku dan akhlak apa saja yang patut dicontohi dari Nabi Muhammad
SAW, baik sebagai seorang suami, ayah, sahabat, masyarakat, seorang hakim,
panglima perang, maupun sebagai seorang kepala negara?
3
BAB II
Perbincangan mengenai sosok ini tidak pernah membosankan dan tak akan
pernah habis-habisnya. Walaupun selalu diperingati mengenai diri beliau setiap
tahun, bahkan masih ada pembicaraan-pembicaraan yang belum terungkap dan
belum terlukiskan dari kehidupan beliau.
4
mengatasi segala permasalahan dan ia mampu membawa kedamaian serta
kebahagiaan yang dibutuhkan oleh dunia;N Lamar Tine (seorang sejarahwan
terkemuka) menyatakan, jika kita lihat dari tolok ukur kejeniusan seorang
manusia, maka siapa lagi kalau bukan Muhammad.
Begitu juga dengan W. Montgmery Watt yang menyatakan, tidak ada figur
yang hebat sebagaimana digambarkan “sangat buruk” di Barat selain Muhammad.
Orang yang menganggap Muhammad sebagai seorang penipu adalah orang yang
hanya memberikan masalah dan bukan jawaban.
5
merupakan aplikasi dari nilai-nilai qur’ani. Lantas bagaimana sesungguhnya Nabi
Muhammad saw. bersikap dan berhubungan dengan istrinya? Setidaknya ada
lima sikap teladan Nabi Muhammad saw. kepada istrinya. Pertama, menghibur
istri yang sedih. Nabi Muhammad saw. adalah suami yang tahu apa yang harus
dilakukan ketika istrinya sedang bersedih. Beliau selalu mendengarkan curhatan
istrinya, menghibur jika istrinya tersakiti, menghapus air mata istri dan
menggantinya dengan senyuman. Terkait hal ini, ada cerita menarik. Suatu ketika
Hafshah binti Umar bin Khattab, seorang istri Nabi Muhammad saw.,
melontarkan kata-kata yang menyakiti hati Shafiyyah, seorang istri Nabi
Muhammad saw. yang lainnya. Hafshah ‘mengejek’ Shafiyyah dengan sebutan
'anak perempuan Yahudi'. Memang, Shafiyyah adalah anak perempuan dari
Huyay, seorang pimpinan Yahudi terpandang dari Bani Nadhir. Namun kata-kata
Hafshah itu membuatnya menangis. Kemudian Shafiyyah mengadu kepada Nabi
Muhammad saw. terkait hal itu. “Sesungguhnya engkau (Shafiyyah) adalah putri
seorang nabi, pamanmu adalah seorang nabi, dan engkau pun berada di bawah
naungan nabi. Maka apakah yang ia banggakan atas dirimu?” kata Nabi
Muhammad saw. melipur lara istrinya yang tersakiti, Shafiyyah, merujuk buku
Rasulullah Teladan untuk Semesta Alam (Raghib as-Sirjani, 2011). Kedua,
romantis. Sikap romantis merupakan upaya untuk menjaga agar cinta terus
bersemi di hati. Menjadi seorang nabi dan rasul tidak menghalangi Nabi
Muhammad saw. untuk berlaku romantis kepada istrinya. Sebagaimana riwayat
Sayyidah Aisyah, suatu ketika Nabi Muhammad saw. pernah menggigit daging di
bekas gigitannya Sayyidah Aisyah dan minum di bekas mulutnya istrinya itu. Jika
malam tiba, Nabi Muhammad saw. juga mengajak Sayyidah Aisyah jalan-jalan
sambil berbincang-bincang. Itu sikap romantis yang ditunjukkan Nabi
Muhammad saw. kepada istrinya, makan dan minum dalam satu wadah yang
sama. Ketiga, tidak membebani istri. Nabi Muhammad saw. senantiasa
mengerjakan pekerjaannya sendiri. Tidak pernah Nabi Muhammad saw.
membebani istrinya dengan pekerjaan-pekerjaan yang bisa dikerjakannya sendiri.
Nabi menyulam pakaiannya yang robek sendiri. Menjahit sandalnya yang putus
sendiri. Tidak hanya itu, Nabi Muhammad saw. juga membantu istrinya untuk
6
menyelesaikan pekerjaan rumah. “Rasulullah senantiasa melakukan pekerjaan
rumah tangga (membantu urusan rumah tangga). Apabila waktu shalat tiba, maka
beliau pun keluar untuk shalat,” kata Sayyidah Aisyah dalam sebuah riwayat.
Keempat, melibatkan istri dalam kejadian penting. Nabi Muhammad saw.
kerapkali curhat kepada istrinya terkait dengan persoalan yang tengah dihadapi.
Dengan bercerita kepada istrinya, Nabi Muhammad saw. berharap ada solusi yang
didapatkannya. Salah satu istri Nabi Muhammad saw. yang sering menjadi teman
curhat adalah Sayyidah Ummu Salamah, yang memang terkenal kecerdasannya.
Terbukti, Sayyidah Ummu Salamah pernah beberapa kali memberikan solusi atas
persoalan yang menimpa Nabi Muhammad saw. Diantaranya adalah kejadian
setelah ditandatanganinya Perjanjian Hudaibiyah pada tahun ke-6 Hijriyah.
Perjanjian Hudaibiyah dinilai para sahabat merugikan umat Islam. Alasannya,
sesuai dengan isi perjanjian, umat Islam yang saat itu hendak menjalankan ibadah
umrah. Mereka baru diperbolehkan umrah tahun depan. Setalah menandatangai
perjanjian, Nabi Muhammad saw. mengajak kepada para sahabatnya untuk
mencukur rambut mereka masing-masing dalam rangka bertahalul sebelum
kembali ke Madinah. Namun, para sahabat enggan menuruti ajakan Nabi
Muhammad saw. tersebut. Hal itu membuat Rasulullah ‘kesal’. Nabi Muhammad
saw. lalu menceritakan kejadian itu kepada Sayyidah Ummu Salamah yang saat
itu ikut dalam rombongan. Kata Sayyidah Ummu Salamah: “Wahai Rasulullah,
keluarlah sehingga mereka melihatmu, namun jangan berbicara dengan seorang
pun. Lalu sembelihlah untamu dan panggil tukang cukur untuk memotong
rambutmu.” Rasulullah menuruti saran Sayyidah Ummu Salamah. Beliau keluar
dari tendanya, tidak bicara dengan siapapun, kemudian menyembelih untanya dan
mencukur rambut. Dan benar. Setelah Rasulullah melaksanakan usulan Sayyidah
Ummu Salamah, para sahabat berbondong-bondong mengikuti apa yang
dilakukan Rasulullah. Kelima, tidak pernah memukul dan menyakiti istri. Suatu
ketika Sayyidah Aisyah berbicara dengan nada tinggi kepada Nabi Muhammad
saw. Sayyidina Abu Bakar yang saat itu berada di kediaman Nabi Muhammad
saw. mendengar dan tidak rela kalau Nabi Muhammad saw. diperlakukan seperti
itu, meski oleh anaknya sendiri. Bahkan, Sayyidian Abu Bakar berusaha untuk
7
memukul Sayyidah Aisyah. Tapi, Nabi Muhammad saw. buru-buru mencegahnya.
Nabi Muhammad saw. tidak ingin istrinya tersakiti, meski oleh orang tuanya
sendiri ataupun Nabi sendiri. Sikap Nabi Muhammad saw. yang tidak pernah
memukul atau menyakiti istrinya diperkuat dengan pernyataan Sayyidah Aisyah
dalam sebuah riwayat. Kata Sayyidah Aisyah, Rasulullah tidak pernah memukul
istrinya sekalipun. Malah beliau melipur lara istrinya yang menangis karena suatu
hal.
Suatu hari, Rasulullah saw tengah shalat. Tiba-tiba datanglah Hasan dan
Husen, cucu beliau dari pasangan Ali bin Abi Thalib dan Fatimah. Mereka
memanjat ke punggungnya ketika beliau sedang melakukan ruku'. Beliau terus
saja dalam keadaan ruku' dan tidak mau mengusir mereka hingga kedua anak itu
turun sendiri.
Kasih sayang Nabi saw juga ditunjukkannya di tempat umum. Suatu hari
beliau melihat Husen tengah bermain-main dengan kawan-kawan sebayanya.
Langsung saja beliau membentangkan kedua tangannya, seraya mengejar hendak
menangkap Husen. Sang cucu berlari ke sana ke mari. Rasulullah terus mengejar
sambil tertawa senang. Kemudian Husen ditangkap, dipeluk dan dikecup.
8
Nukilan kisah-kisah di atas merupakan salah satu sisi paling menarik
dalam pribadi Muhammad sebagai seorang ayah/kakek. Pancaran kelembutan dan
kasih sayang beliau memukau sarjana Barat Rev John Davenport. ''Sebagai
seorang ayah dan seorang sahabat, Muhammad memperlihatkan perasaan-
perasaan yang paling halus dari sifat insani,'' kata Davenport.
9
2.4 Akhlak Nabi Muhammad SAW sebagai Seorang Sahabat
10
pemerintahan, sahabat, masyarakat kecil maupun anggota keluarganya sendiri,
termasuk anaknya.
Hal itu ditunjukkan dengan sikap tegasnya, “Demi Allah, andai Fatimah
Putri Muhammad mencuri, niscaya aku potong tangannya.” (HR Bukhari dan
Muslim).
Selain dikenal figur yang tegas, juga dikenal sebagai sosok yang bijak
dalam mengambil keputusan. Sebelum memutuskan suatu perkara, Nabi selalu
memikirkannya secara matang, dan mengacu kepada kaidah yang ditetapkan
dalam Alquran. Misalnya, pada saat beliau memutuskan sanksi rajam terhadap
pelaku perzinahan.
Dalam Shahih Muslim diceritakan, suatu waktu ada seorang wanita dari
suku Ghamidiyyah menghadap Nabi SAW. Dia berkata, ”Ya Rasululah, sungguh
aku telah berbuat lacur. Maka, aku mohon bersihkanlah aku.” Nabi dengan arif
menolak pengaduan tulus wanita tersebut.
11
Setelah masa menyusui anaknya berakhir, ia kembali menghadap Nabi.
”Wahai Nabi Allah, ini aku. Sekarang anakku telah kusapih dan dia sudah bisa
makan.” Berikutnya si anak yang masih kecil tersebut diserahkan kepada
seseorang dari kaum Muslimin dan akhirnya Nabi memutuskan agar wanita
tersebut dirajam, sebagai hukuman atas perbuatan zina yang dilakukannya.
2.6 Akhlak Nabi Muhammad SAW sebagai Seorang Panglima Perang dan
Kepala Negara
12
Perang Badar merupakan salah satu pertempuran terbesar yang terjadi
pada 17 Ramadhan tahun kedua Hijriyah atau 17 Maret 624 M. Pada peperangan
yang melibatkan lebih dari 300 Muslim itu, kaum Muslimin menang dengan
gemilang. Sebanyak 70 orang dari kelompok kafir tewas dan 70 lainnya tertawan
dalam pertempuran. Sedangkan, 14 orang dari kelompok Muslim wafat sebagai
syuhada.
13
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia
banyak menyebut Allah.” (QS al-Ahzab [33]: 21).
14
George Bernard Shaw, seorang Filosof Inggris dan penulis alur cerita film
di Inggris yang terkenal, lahir di Irlandia, meraih Nobel di bidang sastra tahun
1920 M. Dia berkata, ”Aku telah membaca kehidupan Rasul Islam dengan baik,
berkali-kali dan berkali-kali, dan aku tidak menemukan kecuali akhlak-akhlak
luhur yang semestinya, dan aku sangat berharap Islam menjadi jalan bagi dunia.”
Dan masih banyak pengakuan non-Muslim terkait keluhuran akhlak Nabi SAW
(lihat dalam Pesona Akhlak dan Kekuatan Pribadi Manusia Teragung Sepanjang
Masa, karya Hisyam Muhammad Sa’id Barghisy, alih bahasa Izzudin Karimi).
Nabi SAW memiliki rasa empati dalam memimpin. Nabi tidak pernah
mencaci seseorang dan menegur karena kesalahannya, tidak mencari kesalahan
orang lain, tidak berbicara kecuali yang bermanfaat. Kalau Nabi berbicara, yang
lain diam menunduk seperti ada burung di atas kepalanya, tidak pernah disela atau
dipotong pembicaraannya, membiarkan orang menyelesaikan pembicaraannya,
tertawa bersama mereka yang tertawa, heran bersama orang yang heran, rajin dan
sabar menghadapi orang asing yang tidak sopan, segera memberi apa yang
diperlukan orang yang tertimpa kesusahan, tidak menerima pujian kecuali dari
yang pernah dipuji olehnya (HR Tirmidzi).
15
aswad diletakkan di bagian tengahnya, lalu beliau meminta kepada setiap
pemimpin kabilah untuk memegang ujung kain tersebut. Setelah itu, hajar aswad
disimpan ke tempat semula di Ka’bah. Dengan cara seperti itu, tidak ada satupun
kabilah yang merasa dirugikan, bahkan mereka sepakat untuk menggelari beliau
sebagai al-Amin (orang yang terpercaya).
16
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Allah s.w.t.berfirman :
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu bersikap lemah membut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka,
mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam
urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nya.”(QS. Ali Imran :159).
Contoh sikap nabi yang berposisi sebagai hakim adalah seperti kebijakan
beliau dalam memutuskan perkara dari dua/lebih orang yang sedang bermusuhan,
baik dalam persoalan hukum perdata ataupun pidana dengan mempertimbangkan
beberapa bukti dan keterangan dari saksi-saksi yang ada. Maka dengan melihat
17
contoh tersebut, maka hampir dapat dipastikan bahwa posisi nabi pada saat itu
adalah sebagai seorang hakim, tidak mufti dan tidak pula kepala negara.
Contoh sikap nabi yang berposisi sebagai kepala negara adalah seperti
mengutus tentara, mengatur pendistribusian harta baitul mal dan proses
pengambilannya, mengangkat dan melantik wakil-wakil kepala daerah, dan
mengatur sistem pembagian harta rampasan perang. Ketika nabi memutuskan hal-
hal tersebut, maka harus dipahami bahwa posisi beliau pada saat itu adalah
sebagai kepala negara, tidak yang lain.
18
DAFTAR PUSTAKA
https://www.hidayatullah.com/kajian/oase-
iman/read/2015/01/12/36581/rasulullah-sebagai-suri-tauladan-yang-luar-
biasa.html
https://www.tongkronganislami.net/akhlak-rasulullah-saw-dalam-kehidupan-
sehari-hari/
https://bincangsyariah.com/kalam/dua-belas-posisi-nabi-muhammad-dalam-islam/
https://republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-digest/17/02/09/ol1zho313-
rasulullah-panglima-perang-yang-bersahaja
https://republika.co.id/berita/retizen/teh-anget/pn5m60349/meneladani-
kepemimpinan-nabi-saw
https://islam.nu.or.id/post/read/74326/cara-rasulullah-hormati-sahabatnya
https://www.republika.co.id/berita/retizen/surat-pembaca/pv5s5l349/dunia-
islam/hikmah/19/07/11/pugi0t458-rasulullah-keteladanan-seorang-ayah-yang-
lembut
https://islam.nu.or.id/post/read/104956/lima-sikap-teladan-nabi-muhammad-
kepada-istrinya
http://www.darut-taqrib.org/berita/2010/05/27/muhammad-suri-tauladan-umat/
19