Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Di era globalisasi akan terjadi berbagai masalah pada masyarakat baik fisik maupun
kejiwaan. Salah satu jenis gangguan jiwa berat yang banyak diderita oleh masyarakat
adalah skizofrenia. Gejala skizofrenia sendiri adalah gangguan fungsi sosial atau isolasi
sosial, menarik diri. Kerusakan interaksi sosial merupakan suatu gagasan interpersonal
yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku
maladaptif dapat mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (Depkes RI,
2014).
Isolasi sosial adalah kondisi kesepian yang diekspresikan oleh individu dan dirasakan
sebagai hal yang ditimbulkan oleh orang lain dan sebagai suatu keadaan negatif yang
mengancam. Dengan karakteristik: tinggal sendiri dalam ruangan, ketidakmampuan untuk
berkomunikasi, menarik diri, kurangnya kontak mata. Ketidak sesuaian atau
ketidakmatangan minat dan aktivitas dengan perkembangan atau terhadap usia.
Preokupasi dengan pikirannya sendiri, pengulangan, tindakan yang tidak bermakna.
Mengekspresikan perasaan penolakan atau kesepian yang ditimbulkan oleh orang lain.
Mengalami perasaan yang berbeda dengan orang lain, merasa tidak aman ditengah orang
banyak (Mary C. Townsend, 2014).
Isolasi sosial: menarik diri dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain yang
terdiri dari faktor predisposisi dan faktor presipitasi. Faktor predisposisi yang dapat
menyebabkan seseorang mengalami isolasi sosial: menarik diri adalah adanya tahap
pertumbuhan dan perkembangan yang belum dapat dilalui dengan baik, adanya gangguan
komunikasi didalam keluarga, selain itu juga adanya norma-norma yang salah yang
dianut dalam keluarga serta faktor biologis berupa gen yang diturunkan dari keluarga
yang menyebabkan klien menderita gangguan jiwa. Selain faktor predisposisi ada juga
faktor presipitasi yang menjadi penyebab antara lain adanya stressor sosial budaya serta
stressor psikologis yang dapat menyebabkan klien mengalami kecemasan (Ahmadi,
2008).
Masalah kejiwaan pada pasien dengan isolasi sosial: jika tidak dapat diatasi dengan
baik oleh perawat yang ditunjang dengan ketidakadekuatan dukungan dan peran serta
keluarga maka tidak menutup kemungkinan akan dapat menyebabkan terjadinya masalah-
masalah yang diantaranya seperti defisit perawatan diri, resiko halusinasi dan dapat juga
menyebabkan perilaku pengungkapan masalah yang tidak asertif yang dapat menuju
kearah perilaku kekerasan. Jika ini sudah terjadi maka akan dapat berdampak pada
lingkungan keluarga dan lingkungan sekitar (Iskandar, 2014).

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud isolasi sosial?
2. Apa saja penyebab dari isolasi sosial?
3.

1.3. Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui definisi isolasi sosial
2.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Isolasi Sosial
Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan dengan orang lain. Isolasi sosial adalah keadaan seorang individu
yang mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan
orang lain sekitarnya.
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Isolasi
sosial juga merupakan kesepian yang dialami oleh individu dan dirasakan saat didorong
oleh keberadaan orang lain dan sebagai pernyataan negatif atau mengancam.
Isolasi sosial adalah keadaan seorang individu yang mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Pasien
mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan
yang berarti dengan orang lain.

2.2. Penyebab Isolasi Sosial


Penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah, yaitu perasaan negatif
terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan yang
ditandai dengan adanya perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri
sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat, percaya diri kurang dan
juga dapat mencederai diri.
1. Faktor predisposisi
Ada berbagai faktor yang menjadi pendukung terjadinya perilaku menarik diri,
yaitu:
a. Faktor perkembangan
Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan dari masa bayi sampai
dewasa tua akan menjadi pencetus seseoarang sehingga mempunyai masalah
respon sosial menarik diri. Sistem keluarga yang terganggu juga dapat
mempengaruhi terjadinya menarik diri. Organisasi anggota keluarga bekerja
sama dengan tenaga profisional untuk mengembangkan gambaran yang lebih
tepat tentang hubungan antara kelainan jiwa dan stress keluarga. Pendekatan
kolaburatif sewajarnya dapat mengurangi masalah respon sosial menarik diri.
b. Faktor Biologik
Faktor genetik dapat menunjang terhadap respon sosial maladaptive. Genetik
merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Kelainan struktur otak,
seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta
perubahan limbik diduga dapat menyebabkan skizofrenia.
c. Faktor Sosiokultural
Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini merupakan
akibat dari norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain, atau
tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif, seperti lansia, orang
cacat dan berpenyakit kronik. Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi norma,
perilaku, dan sistem nilai yang berbeda dari yang dimiliki budaya mayoritas.
Harapan yang tidak realitis terhadap hubungan merupakan faktor lain yang
berkaitan dengan gangguan ini.
2. Faktor persipitasi
Ada beberapa faktor persipitasi yang dapat menyebabkan seseorang menarik
diri. Faktor- faktor tersebut dapat berasal dari berbagai stressor antara lain:
a. Stressor sosiokultural
Stressor sosial budaya dapat menyebabkan terjadinya gangguan dalam membina
hubungan dengan orang lain, misalnya menurunya stabilitas unit keluarga,
berpisah dari orang yang berarti dalam kehidupanya, misalnya karena dirawat di
rumah sakit.
b. Stressor psikologik
Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan keterbatasan kemampuan
untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau
kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhanya hal ini dapat menimbulkan
ansietas tinggi bahkan dapat menimbulkan seseorang mengalami gangguan
hubungan (menarik diri).
c. Stressor intelektual
1. Kurangnya pemahaman diri dalam ketidak mampuan untuk berbagai pikiran
dan perasaan yang mengganggu pengembangan hubungan dengan orang lain.
2. Klien dengan “kegagalan” adalah orang yang kesepian dan kesulitan dalam
menghadapi hidup. Mereka juga akan sulit berkomunikasi dengan orang lain.
3. Ketidakmampuan seseorang membangun kepercayaan dengan orang lain akan
persepsi yang menyimpang dan akan berakibat pada gangguan berhubungan
dengan orang lain.
d. Stressor fisik
1. Kehidupan bayi atau keguguran dapat menyebabkan seseorang menarik diri
dari orang lain.
2. Penyakit kronik dapat menyebabkan seseorang minder atau malu sehingga
mengakibatkan menarik diri dari orang lain.

2.3. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala klien dengan isolasi sosial, yaitu:
1. Kurang spontan.
2. Apatis (kurang acuh terhadap lingkungan).
3. Ekspresi wajah kurang berseri (ekspresi sedih).
4. Afek tumpul.
5. Tidak merawat dan memperhatikan kebersihan diri.
6. Komunikasi verbal menurun atau tidak ada.Klien tidak bercakap- cakap dengan
klien atau perawat.
7. Mengisolasi (menyendiri).
8. Klien tampak memisahkan diri dari orang lain.
9. Tidak atau kurang sadar teehadap lingkungan sekitar.
10. Pemasukan makanan dan minuman terganggu.
11. Retensi urine dan feses.
12. Harga diri rendah.
13. Menolak hubungan dengan orang lain. Klien memutuskan percakapan atau pergi jika
diajak bercakap-cakap.

2.4. Pengertian Terapi Musik


Terapi musik adalah usaha meningkatkan kualitas fisik dan mental dengan rangsangan
suara yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni, timbre bentuk dan gaya yang diorganisir
sedemikian rupa sehingga menciptakan musik yang bermanfaat untuk kesehatan fisik dan
mental. Hal ini disebabkan musik memiliki beberapa kelebihan yaitu, karena musik
bersifat nyaman, menenangkan, membuat rileks, berstruktur dan universal. Terapi musik
adalah terapi unuversal dan bisa diterima semua orang karena kita tidak membutuhkan
kerja otak yang berat untuk menginterpretasi alunan musik.
Pada umumnya terapi diberikan pada pasien depresi dan isolasi sosial dengan
pemberian obat anti depresan dimana efek samping dari obat – obatan ini dapat
menimbulkan kenyamanan
Penggunaan musik sebagai terapi mempunyai tujuan untuk membantu
mengekspresikan perasaan, membantu rehabilitasi fisik, mempengaruhi hal positif
terhadap kondisi suasana hati, meningkatkan memori, serta menyediakan kesempatan
yang unik untuk berinteraksi dan membangun kedekatan emosional.

2.5. Pelaksanaan Terapi Musik Pada Pasien Isolasi Sosial


1. Pengertian
proses belajar dalam meningkatkan kemampuan seseorang untuk meningkatkan
kemampuan berinteraksi dengan orang lain dalam konteks sosial yang dapat diterima
dan dihargai secara sosial.
2. Tujuan Terapi
Klien mampu :
a. Kemampuan yang dimiliki dalam melatih komunikasi memberi pertolongan
kepada orang lain
b. Kemampuan yang dimiliki dalam komunikasi saat meminta pertolongan dari
orang lain
c. Kemampuan yang dimiliki dalam komunikasi saat memberikan pujian kepada
orang lain
d. Kemampuan yang dimiliki dalam komunikasi saat menerima pujian dari orang
lain
3. Setting
a. Klien dan terapis duduk bersama dan berhadapan
b. Ruangan nyaman dan tenang
4. Alat
a. Bola
b. Kursi
c. Alat tulis
d. Hp
5. Metode
1. Diskusi dan tanya jawab
2. Modeling
3. Demonstrasi dari terapis
4. Role play (redemonstrasi dari klien)
5. Feed back dari terapis
6. Transfer training yang dilakukan oleh klien dengan klien
6. Langkah – Langkah Kegiatan
1. Persiapan
a. Mengingatkan kontrak dengan klien
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Pelaksanaan
a. Orientasi
b. Salam terapeutik
c. Salam dari terapis
d. Memperkenalkan nama dan panggilan terapis
e. Mempersilahkan klien menyebutkan nama lengkap dan nama paggilan secara
bergiliran (masing-masing klien memakai papan nama)
f. Evaluasi/validasi
g. Menanyakan perasaan klien saat ini
3. Kontrak
a. Menyepakati terapi yaitu latihan komunikasi untuk menjalin persahabatan
b. Menjelaskan tujuan pertemuan yaitu :
1. Klien mampu berkomunikasi untuk memberikan pertolongan kepada
orang lain
2. Klien mampu berkomunikasi saat menerima pertolongan dari orang lain
3. Klien mampu berkomunikasi untuk memberikan pujian kepada orang lain
4. Klien mampu berkomunikasi saat menerima pujian dari orang lain
5. Terapis menjelaskan tata tertib sebagai berikut :
a. Lama kegiatan 30 menit
b. klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
4. Tahap kerja
a. Terapis mendiskusikan dengan seluruh klien tentang kemampuan yang telah
dilakukan/dimiliki klien dalam menjalin persahabatan meliputi: menerima
dan memberikan pujian, meminta dan memberikan pertolongan kepada orang
lain
b. Memberikan pujian atas ketrampilan yang telah dilakukan klien
c. Terapis melatih berkomunikasi dalam memberikan pertolongan kepada orang
lain dengan menggunakan metode:
d. Terapis memodelkan/mendemonstrasikan komunikasi dalam memberikan
pertolongan
1. Klien melakukan kembali/redemonstrasi cara komunikasi dalam
memberikan pertolongan
2. Terapis memberikan umpan balik terhadap kemampuan yang telah
dilakukan klien
3. Terapis meminta tanggapan klien 1 tentang latihan yang dilakukan
4. Terapis meminta tanggapan klien lain dalam kelompok
5. Seluruh klien secara berpasangan mempraktekan kembali cara komunikasi
untuk memberikan pujian kepada orang lain
6. Terapis memberikan umpan balik terhadap latihan yang dilakukan seluruh
klien
7. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan, komitmen dan semangat
klien
e. Terapis melatih berkomunikasi saat menerima pujian dari orang lain dengan
metode :
1. Terapis memodelkan/mendemonstrasikan cara komunikasi saat menerima
pujian.
2. Klien melakukan kembali/redemonstrasi cara komunikasi saa tmenerima
pujian
3. Terapis memberikan umpan balik terhadap kemampuan yang telah
dilakukan klien
4. Terapis meminta tanggapan klien tentang latihan yang dilakukan
5. Terapis meminta tanggapan klien
5. Evaluasi dan Dokumentasi
a. Evaluasi proses
Evaluasi proses dilakukan saat proses Social Skills Training berlangsung,
khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien
berkomunikasi dalam menjalin persahabatan, meliputi: berkomunikasi untuk
memberikan pertolongan, berkomunikasi untuk meminta pertolongan,
berkomunikasi untuk memberikan pujian, dan berkomunikasi saat menerima
pujian.
b. Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien pada akhir terapi pada catatan
keperawatan.

BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp/teofilusalfa8759/apakah-
pengertian-dan-manfaat-terapi-musik
Kusumawati,Farida.2010.Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika
Videbeck,Sheila L.2008.Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai