Kecamatan Simpang Tiga, Kabupaten Pidie, Aceh, yang dipimpin oleh Syeh Tam. Tarian
ini kemudian mulai berkembang di daerah lain, salah satunya di Desa Didoh,
Kecamatan mutiara, Kabupaten Pidie, yang dipimpin oleh Syeh Ali Didoh. Seiring
dengan berjalannya waktu, tarian ini kemudian mulai menyebar ke daerah Aceh
lainnya, hingga kini Tari Seudati sudah menyebar ke semua daerah di Aceh.
Dulunya tarian ini juga digunakan oleh para tokoh agama sebagai media dakwah
dalam menyebarkan agama Islam. Namun pada masa penjajahan Belanda tarian ini
sempat dilarang. Karena syair yang dibawakan dalam Tari Seudati ini dianggap
dapat menumbuhkan semangat bagi para pemuda Aceh untuk bangkit dapat
menimbulkan pemberontakan kepada Belanda. Setelah kemerdekaan Indonesia,
tarian ini kembali diperbolehkan, bahkan tidak hanya sebagai media dakwah, tapi
juga sering ditampilkan sebagai tarian pertunjukan hingga sekarang.
Pencipta Tari Seudati pada mulanya tumbuh di desa Gigieng, Kecamatan Simpang Tiga, Kabupaten
Pidie, yang dipimpin oleh Syeh Tam
Tari Seudati ini awalnya sering difungsikan sebagai media dakwah. Namun sekarang tarian
ini juga difungsikan sebagai tarian pertunjukan
Tari saman
Mengapa tarian ini dinamakan tari Saman? Tarian ini di namakan Saman karena diciptakan
oleh seorang Ulama Gayo bernama Syekh Saman pada sekitar abad XIV Masehi, dari
dataran tinggi Gayo. Awalnya, tarian ini hanyalah berupa permainan rakyat yang dinamakan
Pok Ane. Namun, kemudian ditambahkan iringan syair-syair yang berisi puji-pujian kepada
Allah SWT, serta diiringi pula oleh kombinasi tepukan-tepukan para penari. Saat itu, tari
saman menjadi salah satu media dakwah.
Pada mulanya, tari saman hanya ditampilkan untuk even-even tertentu, khususnya pada
saat merayakan Hari Ulang Tahun Nabi Besar Muhammad SAW atau disebut peringatan
Maulid Nabi Muhammad SAW.
Biasanya, tari saman ditampilkan di bawah kolong Meunasah (sejenis surau panggung).
Namun seiring perkembangan zaman, tari Saman pun ikut berkembang hingga
penggunaannya menjadi semakin sering dilakukan. Kini, tari saman dapat digolongkan
sebagai tari hiburan/pertunjukan, karena penampilan tari tidak terikat dengan waktu,
peristiwa atau upacara tertentu.
Tari Saman dijadikan sebagai media dakwah. Sebelum Saman dimulai, tampil pemuka adat
untuk mewakili masyarakat setempat. Pemuka adat memberikan nasehat-nasehat yang
berguna kepada para pemain dan penonton. Syair-syair yang di antunkan dalam tari Saman
juga berisi petuah-petuah dan dakwah.
Namun dewasa ini, fungsi tarian saman menjadi bergeser. Tarian ini jadi lebih sering
berfungsi sebagai media hiburan pada pesta-pesta, hajatan, dan acara-acara lain.
Wayang
Pada periode selanjutnya, penggunaan bahan-bahan lain seperti kulit binatang buruan atau kulit kayu
mulai dikenal dalam pembuatan wayang. Adapun wayang kulit tertua yang pernah ditemukan
diperkirakan berasal dari abad ke 2 Masehi.
Advertisement
Perkembangan wayang terus terjadi. Cerita-cerita yang dimainkan pun kian berkembang. Adapun
masuknya agama Hindu di Indonesia pun telah menambah khasanah kisah-kisah yang dimainkan
dalam pertunjukan wayang. Kisah Mahabrata dan Ramayana merupakan 2 contoh kisah yang
menjadi favorit pada zaman Hindu Budha di masa itu. Kedua epik ini dinilai lebih menarik dan
memiliki kesinambungan cerita yang unik sehingga pada abad ke X hingga XV Masehi, kedua kisah
inilah justru yang menjadi cerita utama dalam setiap pertunjukan wayang.
Kesukaan masyarakat Jawa pada seni pertunjukan wayang pada masa tersebut juga berpengaruh
terhadap proses penyebaran agama Islam di tanah Jawa. Sunan Kalijaga misalnya, ketika beliau
berdakwah, beliau akan menggelar pertunjukan wayang dan memainkannya untuk mengundang
banyak orang datang. Dalam pertunjukan itu, beliau menyisipkan pesan moril dan dakwah islam
secara perlahan agar masyarakat yang mayoritas masih memeluk Hindu dan Budha itu tertarik untuk
mengetahui Islam lebih dalam.
Macam wayang
Wayang Golek
Wayang Purwa
Wayang Klitik
Wayang Madya
Wayang Beber
Wayang Gedog
Wayang Suluh
Wayang Orang
Kasidah adalah seni suara yang bernapaskan Islam, di mana lagu-lagunya
banyak mengandung unsur-unsur dakwah Islamiyah dan nasihat-nasihat baik
sesuai ajaran Islam. Biasanya lagu-lagu itu dinyanyikan dengan irama penuh
kegembiraan yang hampir menyerupai irama-irama Timur Tengah dengan
diiringi rebana, yaitu sejenis alat tradisional yang terbuat dari kayu, dibuat
dalam bentuk lingkaran yang dilobangi pada bagian tengahnya kemudian di
tempat yang dilobangi itu di tempel kulit binatang yang telah dibersihkan bulu-
bulunya.
Awalnya rebana berfungsi sebagai instrument dalam menyayikan lagu-lagu
keagamaan berupa pujian-pujian terhadap Allah swt dan rasul-rasul-Nya,
salawat, syair-syair Arab, dan lain lain. Oleh karena itulah ia
disebut rebana yang berasal dari kata rabbana, artinya wahai Tuhan kami
(suatu doa dan pujian terhadap Tuhan)
Marawis adalah salah satu jenis "band tepuk" dengan perkusi sebagai alat musik utamanya.
Musik ini merupakan kolaborasi antara kesenian Timur Tengah dan Betawi, dan memiliki
unsur keagamaan yang kental. Itu tercermin dari berbagai lirik lagu yang dibawakan yang
merupakan pujian dan kecintaan kepada Sang Pencipta.
Kesenian Hadrah dikenal sebagai salah satu bentuk kesenian dalam Islam
yang diiringi dengan rebana (alat perkusi) sambil melantunkan syair-syair
pujian (bahkan ada yang mengatakannya sebagai dzikir) terhadap Nabi
Muhammad SAW. Ada pula yang berpendapat bahwa kesenian ini adalah
sejenis puisi rakyat yang mempunyai unsur-unsur keagamaan, contohnya
ketika orang-orang Madinah menyambut kedatangan Nabi Muhammad SAW.
Selain itu, Hadrah dikenal juga sebagai media khotbah, wirid, dan
pembacaan Qur’an.
Gambus adalah alat musik petik seperti mandolinyang berasal dari Timur Tengah. Paling
sedikit gambus dipasangi 3 senar sampai paling banyak 12 senar. Gambus dimainkan
sambil diiringi gendang. Sebuah orkes memakai alat musik utama berupa gambus
dinamakan orkes gambusatau disebut gambus saja. Di TVRI dan RRI, orkes gambus
pernah membawakan acara irama padang pasir. Orkes gambus mengiringi tari Zapin yang
seluruhnya dibawakan pria untuk tari pergaulan. Lagu yang dibawakan berirama Timur
Tengah. Sedangkan tema liriknya adalah keagamaan. Alat musiknya terdiri
dari biola, gendang, tabla dan seruling. Kini, orkes gambus menjadi milik orang Betawi dan
banyak diundang di pesta sunatan dan perkawinan. Lirik lagunya berbahasa Arab, isinya
bisa doa atau shalawat. Perintis orkes gambus adalah Syech Albar seorang Arab-Indonesia,
bapaknya Ahmad Albar, dan yang terkenal orkes gambus El-Surayya dari kota Medan
pimpinan Ahmad Baqi.