Anda di halaman 1dari 11

PENGEMBANGAN ALUR CERITA CERPEN

Makalah

Disusun Untuk Memenuhi Tugas

Matakuliah Teori Prosa Fiksi

Dosen Pengampu Dr. Moh. Badrih SP.d MP.d

Kelas : PBSI 2E

Disusun Oleh :

Vira Dwi Aprilia Zain (21801071159)

Rismawati (21801071159)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS ISLAM MALANG

2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti. Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas
limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas akhir dari mata kuliah Teori
Prosa Fiksi dengan judul “PENGEMBANGAN ALUR CERITA CERPEN”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak khususnya kepada guru Bahasa Indonesia kami yang telah membimbing dalam
menulis makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

25 Juni 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................................

DAFTAR ISI...................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................................

1.1 Latar Belakang ..........................................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................................................

1.3 Tujuan .......................................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................

2.1 Memahami Struktur Cerita Cerpen ...........................................................................................

2.2 Penggarapan Konflik Cerita ......................................................................................................

2.3 Menyusun Ending Cerita ..........................................................................................................

BAB PENUTUP .............................................................................................................................

3.1 Kesimpulan ...............................................................................................................................

3.2 Saran .........................................................................................................................................

DAFTAR RUJUKAN .....................................................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan karya sastra di Indonesia saat ini cukup pesat. Hal itu terbukti dari banyak
karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan drama. Pengarang dalam
menghasilkan sebuah karya sastra merupakan salah satu wujud kemajuan perkembangan dunia
sastra di Indonesia. Kemajuan ini merupakan bukti bahwa di Indonesia saat ini banyak sekali
para pecinta karya sastra. Karya sastra merupakan salah satu hasl seni. Ada lagi yang menyebut
sebagai suatu karya fiksi. Fiksi sering pula disebut cerita rekaan ialah cerita dalam prosa,
merupakan hasil olahan pengarang berdasarkan pandangan, tafsiran, dan penilaiannya tentang
peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi atau pun pengolahan tentang peristiwa-peristiwa yang
hanya berlangsung dalam khayalannya.
Cerita pendek cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya
fiksi yang lebih panjang, seperti novella (dalam pengertian modern) dan novel. Karena
singkatnya, cerita-cerita pendek yang sukses mengandalkan teknik-teknik sastra seperti tokoh,
plot, tema, bahasa dan insight secara lebih luas dibandingkan dengan fiksi yang lebih panjang.
Ceritanya bisa dalam berbagai jenis.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan struktur cerita cerpen?
2. Apa saja proses penggarapan konflik cerita?
3. Bagaimana menyusun ending cerita?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui struktur cerita cerpen
2. Mengetahui penggarapan konflik cerita
3. Mengetahui menyusun ending cerita
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Memahami Struktur Cerita Cerpen
Dalam cerpen juga terdapat struktur khusus meliputi unsur-unsur cerpen yang ada di dalam
cerita. Struktur cerpen secara umum ada 6, termasuk orientasi tentang latar waktu, tempat dan
suasana serta resolusi yang menjadi penyelesaian konflik atau masalah dalam cerita. Ada 6
elemen yang membangun teks cerpen sehingga menjadi utuh, 6 struktur cerita pendek berikut ini:
1. Abstrak merupakan ringkasan atau inti cerita. Abstrak pada sebuah teks cerita pendek
bersifat opsional. Artinya sebuah teks cerpen bisa saja tidak melalui tahapan ini.
2. Orientasi merupakan struktur yang berisi pengenalan tokoh dan latar cerita. Pengenalan
tokoh berkaitan dengan pengenalan pelaku (termasuk pelaku utama) yang meliputi apa
yang dialami. Pengenalan latar berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya
peristiwa dalam cerpen. Latar digunakan pengarang untuk menghidupkan cerita dan
menyakinkan pembaca. Dengan kata lain, latar merupakan sarana pengekspresian watak,
baik secara fisik maupun psikis.
3. Komplikasi merupakan berisi urutan kejadian-kejadian yang dihubungkan secara sebab
dan akibat. Pada komplikasi, biasanya mendapatkan karakter ataupun watak dari berbagai
tokoh cerita pendek tersebut, hal ini karena pada bagian komplikasi kerumitan mulai
bermunculan.
4. Evaluasi merupakan struktur konflik yang terjadi dan mengarah pada klimaks serta sudah
mulai mendapatkan penyelesaiannya dari konflik yang terjadi tersebut. Setelah konflik
mencapai puncaknya tokoh (penulis) akan mengupayakan solusi bagi pemecahan konflik
sehingga mulai tampak penyelesaiannya.
5. Resolusi adalah suatu keadaan dimana konflik terpecahkan dan menemukan
penyelesainnya. Pada tahapan ini ditandai dengan upaya pengarang yang mengungkapkan
solusi dari berbagai konflik yang dialami tokoh.
6. Koda adalah bagian akhir dari suatu cerita pendek yang diberikan oleh pengarang yang
menyuarakan pesan moral sebagai tanggapan terhadap konflik yang terjadi. Ada juga
yang menyebut koda dengan istilah reorientasi. Koda merupakan nilai-nilai atau pelajaran
yang dapat dipetik oleh pembaca dari suatu teks.
2.2 Penggarapan Konflik Cerita

Wellek dan Warren (1995: 285) konflik adalah sesuatu yang dramatik, mengacu pada
pertarungan antara dua kekuatan yang seimbang, menyiratkan adanya aksi dan balasan aksi.
Konflik akan terjadi apabila tidak adanya kesepakatan atau pengaturan secara teratur antara
sebuah keinginan satu dan keinginan yang lain. Konflik juga dapat terjadi jika tidak adanya
kesepakatan antara ego satu dan ego yang lain.
Sayuti (2000: 42-43) membagi konflik menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Konflik dalam diri seorang (tokoh). Konflik ini sering disebut juga dengan psychological
conflict atau konflik kejiwaan. Konflik jenis ini biasanya terjadi berupa perjuangan
seorang tokoh dalam melawan dirinya sendiri, sehingga dapat mengatasi dan menentukan
apa yang akan dilakukannya.
2. Konflik antara orang-orang atau seseorang dan masyarakat. Konflik jenis ini sering
disebut dengan istilah social conflict atau konflik sosial. Konflik seperti ini biasanya
terjadi antara tokoh dengan lingkungan sekitarnya. Konflik ini timbul dari sikap individu
terhadap lingkungan sosial mengenai berbagai masalah yang terjadi pada masyarakat.
3. Konflik antara manusia dan alam. Konflik seperti ini sering disebut sebagai physical or
element conflict atau konflik alamiah. Konflik jenis ini biasanya terjadi ketika tokoh
tidak dapat menguasai dan atau memanfaatkan serta membudayakan alam sekitar
sebagaimana mestinya. Apabila hubungan manusia dengan alamnya tidak serasi maka
akan terjadi disharmoni yang dapat menyebabkan terjadinya konflik itu.
Ketiga jenis konflik di atas dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok jenis konflik yaitu
konflik ekternal dan konflik internal.
1. Konflik eksternal (external conflict) adalah konflik yang terjadi antara seorang tokoh
dengan sesuatu yang di luar dirinya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa konflik
eksternal mencakup dua kategori konflik yaitu konflik antar manusia sosial (social
conflict) dan konflik antar manusia dan alam (physical or element conflict).
2. Konflik internal (internal conflict) adalah konflik yang terjadi dalam hati atau jiwa
seorang tokoh cerita. Konflik seperti ini biasanya dialami oleh manusia dengan dirinya
sendiri. Jenis konflik yang masuk dalam konflik internal yaitu konflik dalam diri seorang
tokoh (psychological conflict). Konflik seperti di atas dapat terjadi secara bersamaan
karena erat hubungannya dengan manusia yang disebut tokoh dalam karya sastra
(Nurgiyantoro, 2007: 124).
Bagaimana menyajikan konflik ke dalam sebuah cerita antara lain :
1. Bangun konflik semenjak awal, tetapi perlahan-lahan. Ini dinamakan slow rising conflict.
Tampilkan konflik dari yang ringan-ringan bertahap sampai klimaks. Membangun
konflik secara bertahap membuat penulis berkesempatan untuk membangun karakter.
Konflik harus semakin meningkat dan semakin sulit bagi karakter. Berikan dosisnya
secara bertahap dan berlipat ganda menuju klimaks.
2. Setiap konflik yang diberikan kepada karakter harus mengubah karakter secara
emosional. Keutamaan adanya konflik adalah untuk mengaduk-aduk perasaan
pembacanya.

2.3 Menyusun Ending Cerita


Mengeksekusi sebuah ending cerita menjadi hal yang mutlak dikuasai oleh seorang
penulis. Ini menjadi bentuk tanggung jawab penulis terhadap pembaca. Meskipun hanya sebatas
satu atau dua paragraf, sebuah ending akan menunjukkan keutuhan cerita. Lebih jauh, akan
menentukan nasib buku tersebut atau bahkan si penulis sendiri saat menelurkan karyanya lagi,
masih diminati atau tidak. Ending yang baik itu yang seperti apa? Sebuah cerita
memiliki ending yang baik jika menyuguhkan akhir cerita yang memikat dan bisa diterima
khalayak pembaca. Artinya, meskipun ending itu tidak menyenangkan, pembaca tetap terkesan
dan bisa menikmati dan menerimanya, tidak lantas menilai bahwa ceritanya tidak seru atau tidak
asyik.

Ending cerita yang umum kita ketahui yakni akhir bahagia (happy ending), akhir tidak
bahagia (sad ending), dan akhir tragis. Ketiganya termasuk ke dalam kategori close
ending (ending tertutup), artinya sebuah ending yang memberikan akhir sebuah cerita tanpa
menyisakan pertanyaan lagi. Jenis ending yang lain adalah cliffhanger (menggantung), yakni
sebuah akhir cerita yang tidak tuntas atau menggantung dan mempersilakan pembaca untuk
menafsirkan sendiri kelanjutannya. Jenis ini masuk dalam kategori open ending,
artinya ending yang memberi kesempatan kepada pembaca untuk memikirkan kelanjutan cerita.
Karena ending memiliki magnet daya tarik yang kuat bagi pembaca dalam menikmati sebuah
karya maka perlu kiat untuk menciptakan ending yang memikat, selalu diingat, dan tidak klise.
Berikut beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menentukan sebuah ending cerita
yang baik.
1. Memperjelas tujuan tokoh utama.
Hal ini dilakukan untuk menjaga relevansi cerita dari awal hingga akhir. Misalnya, jika
si tokoh dikisahkan ingin membongkar sebuah kasus kejahatan maka cerita harus
menggambarkan apa saja upayanya untuk melakukan itu, sejauh apa ia berperan dalam
menyelesaikan tugasnya. Tentu, menjadi kurang greget ketika si tokoh tidak menyentuh
atau tidak terlibat maksimal dengan hal yang digelutinya.
2. Berkaitan erat dengan konflik cerita.
Akan menjadi tidak masuk akal atau kurang realistis ketika konflik yang muncul dalam
cerita justru tidak mendapatkan akhir atau jawaban, dan justru membuat ending yang
melenceng atau keluar dari konflik. Ciptakan ending serealistis mungkin dengan konflik
yang dimunculkan sehingga tidak membuka celah pertanyaan bagi pembaca.
3. Memenuhi prinsip kausalitas (sebab-akibat).
Memunculkan adegan dalam cerita tentu berdasarkan atau dilatarbelakangi hal yang
logis, begitupula dalam mengakhirinya. Hindari menciptakan kejutan cerita yang
irasional. Misalnya, jika tokoh utama terlibat narkoba maka akibatnya atau konsekuensi
logis yang harus dia alami atau terima seperti apa.
4. Pastikan konflik utama tuntas (selesai) dan hindari menambah plot.
Bahkan, untuk sebuah open ending sekalipun, pastikan bahwa konflik utama yang
dibangun sudah mendapatkan jalan keluar (solusi) meskipun konflik sampingan masih
tersamar untuk diselesaikan. Untuk bagian penyelesaian ini, tak perlu lagi memperumit
cerita dengan menambah plot, atau bahkan tokoh baru yang makin membuat pembaca
bingung.
5. Sesuaikan dengan bangunan cerita.
Jika cerita yang dibuat lebih bernuansa drama nan melankolis, sangat memungkinkan
untuk menciptakan sad ending. Akan tetapi, jika cerita lebih bernuansa komedi atau
humor akan sangat fatal jika menggunakan sad ending. Jadi, tetap sesuaikan
antara ending dan bangunan cerita.
6. Menawarkan kejutan (suspense) dan twist
Kejutan dan twist (perubahan mendadak dan tajam di luar dugaan pembaca) di akhir
cerita bertujuan menciptakan akhir yang tidak klise, tidak mainstream, dan tidak mudah
ditebak. Tapi, jangan lupa tetap mengedepankan logika. Menyiapkan ending dengan
kejutan dan twist akan meninggalkan kesan tertentu pada pembaca. Pembaca akan dibuat
takjub, terpukau, terharu, heran, bahkan geli. Jika sudah demikian, pembaca bukan hanya
terhibur tapi juga terkesan, lebih jauh bisa mengambil nilai positifnya.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Struktur cerpen secara umum ada 6 yaitu abstrak, orientasi, koda, komplikasi,
evaluasi dan resolusi. Setelah secara umum cerpen ada pula konflik yang merupakan pertikaian
atau pertentangan antara dua karakter tokoh yang berbeda. Kemudian terdapat sebuah
Ending cerita yang secara umum kita ketahui yakni akhir bahagia (happy ending), akhir tidak
bahagia (sad ending), dan akhir tragis. Ketiganya termasuk ke dalam kategori close
ending (ending tertutup), artinya sebuah ending yang memberikan akhir sebuah cerita tanpa
menyisakan pertanyaan lagi.

3.2 Saran

Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada banyak
sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas.
DAFTAR RUJUKAN

Wellek, Rene dan Austin Warren. 1995. Teori Kesusastraan (terjemahan oleh Budianta). Jakarta:
Gramedia.

A. Suminto Sayuti. 2000. Berkenalan dengan Prosa Fiksi. Yogyakarta: Gama Media.

Nurgiyantoro, Burhan.2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Raha, Septian. 2012. MAKALAH CERPEN.


https://www.academia.edu/5160511/MAKALAH_CERPEN diunduh tanggal 24 juni 2019.

Anda mungkin juga menyukai