PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
bayi di dunia dapat dilihat dari beberapa data penyakit seperti infeksi
saluran pernapasan akut (ISPA) 25%, diare 7%, asma 5%, bronkiolitis 5%
dan pneumonia 4,5%. Dari data tersebut ISPA merupakan penyakit yang
dan diperkirakan insiden ISPA dengan angka kematian pada anak diatas
40 per 1000 kelahiran hidup atau 15% - 25% pertahun pada golongan anak
usia dibawah 2 tahun (WHO, 2016). ISPA menjadi salah satu penyebab
angka kesakitan dan kematian dari penyakit infeksi yang ada di dunia
dengan angka kematian tertinggi menyerang pada anak usia 12-24 bulan,
penyebab utama kematian pada balita adalah penyakit infeksi seperti ISPA
(2019) dari bulan Januari sampai bulan Maret 2019 jumlah kunjungan
anak usia 12-24 bulan yang mengalami ISPA yaitu sebanyak 63 orang. Hal
mengakibatkan kematian.
tubuh sangat tergantung pada faktor ketahanan ibu yang ditransfer malalui
plasenta dan ASI (Palmer, 2011, dalam Febriani dan Hayati, 2014). ASI
faktor lain, diantaranya adalah usia anak kurang dari 2 tahun, hal ini
masih dalam tahap perkembangan. Anak yang gizinya kurang atau buruk
kematian. Salah satu bahaya yang paling ditakuti dari ISPA adalah
pengobatan sejak dini karena jika tidak akan mudah menjadi parah
38%. Sementara data di Indonesia tahun 2018 hanya 37.3% dari anak yang
Barat tercatat baru sebesar 35% dan merupakan salah satu provinsi di
Padang (2018) jumlah anak yang tercatat dalam pemberian ASI Eksklusif
demikian faktor riwayat pemberian ASI dengan kejadian ISPA pada balita
yang dilakukan oleh Rahman dan Nur (2015), berdasarkan hasil analisis
ASI tidak eksklusif dibandingkan pada anak yang diberi ASI secara
eksklusif.
mendapat imunisasi dasar lengkap pada usia 12-24 bulan yaitu sebesar
Padang.
ISPA. Dari hasil wawancara yang telah dilakukan dari 7 orang anak yang
secara eksklusif dan dengan status imunisasi tidak lengkap dan 1 orang
sedangkan 3 orang anak yang tidak pernah mengalami ISPA diberikan ASI
B. Rumusan Masalah
ISPA pada Anak Usia 12-24 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Padang
Padang
Buaya Padang
D. Manfaat Penelitian
usia 12-24 bulan dan juga salah satu syarat dalam menyelesaikan
2. Bagi PelayananKeperawatan
TINJAUAN PUSTAKA
1. Defenisi ISPA
penyakit yang berkisar dari penyakit tanpa gejala atau infeksi ringan
2012).
panas disertai salah satu atau lebih gelaja, seperti tenggorakan sakit
atau nyeri telan, pilek, batuk kering atau batuk berdahak (Endang,
Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan
Selain itu ISPA juga disebabkan oleh nutrisi yang kurang baik
ASI sangat memberikan dampak dan manfaat untuk bayi dimana bayi
(Nugroho, 2011). Bayi yang tidak diberi ASI eksklusif akan beresiko
terkena ISPA 5,33 kali lebih besar dibandingkan bayi yang mendapat
faktor ketahanan ibu yang ditransfer melalui plasenta dan ASI (Elly,
sebagai berikut :
berumur kurang dari satu tahun atau lebih dari 40 kali per
campak.
tampak gelisah.
e) Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba.
4. Pencegahan ISPA
bayi terhindar dari ISPA. ASI memiliki kandungan gizi yang ideal
b. Imunisasi
lengkap sebelum bayi berusi kurang dari 1 (satu) tahun. Bayi akan
e. Kejadian ISPA
25% tidak jauh berbeda dari tahun 2007 yaitu sebesar 25,5%, dengan
umur 1 - 4 tahun 25,8% dan dengan jenis kelamin tidak berbeda antara
B. Konsep ASI
1. Defenisi ASI
Agrina, 2018).
hingga berusia 6 bulan tanpa makanan dan minuman lain, kecuali sirup
sejak lahir sampai berumur 6 bulan, kecuali obat dan vitamin (WHO,
2011)
3. Kandungan ASI
b. Lemak
yaitu asam linoleat dan asam alda linolenat yang akan di olah
c. Protein
ingatan.
berumur 6 bulan.
metabolisme.
e. Vitamin
a. Faktor Bifidus
b. Laktobacilus Bifidus
c. Laktoferin
karena bayi yang baru lahir akan menyerap laktoferin dari ASI
spesies salmonela.
merugikan.
bulan.
e. Immunoglobulin (antibodi)
saluran pencernaan.
oleh bayi). Selain itu tidak mengandung sel-sel darah putih dan
a. Untuk Bayi
sangat dibutuhkan.
terdapat didalam ASI yaitu vitamin B1, B2, B6, B9, dan
vitamin C.
3) ASI memberikan perlindungan terhadap berbagai penyakit
dan manfaat untuk bayi dimana bayi yang diberi ASI eksklusif
penyakit diare. Jika bayi tidak diberi ASI eksklusif akn terkena
diare 3,94 kali lebih besar dari pada bayi yang diberikan ASI
mengurangi obesitas.
tumbuh-kembang otak.
ASI tetap paling baik sepanjang masa. Oleh karena itu bayi
b. Untuk Ibu
3) Mencegah kanker
c. Untuk Keluarga
1) Aspek ekonomi : ASI tidak perlu di beli dan karena ASI bayi
keluarga
3) Aspek kemudahan : menyusui sangat praktis sehingga dapat
orang lain.
d. Untuk Negara
menurun.
hanya untuk indikasi medis. Untuk kasus tertentu yang memang tidak
punya pilihan lain. Dengan catatan tidak untuk diberikan dalam jangka
bahwa begitu berbahaya susu formula yang terbuat dari susu sapi
dalam susu sapi dapat memicu adanya bakteri jahat yang akhirnya
gelisah terutama malam hari, sering buang air besar (>3 kali
(Raizah, 2008).
Tabel 2.1
Tabel 2.2
1. Defenisi Imunisasi
2. Tujuan Imunisasi
antara lain :
pada penderitanya.
3. Jenis-jenis Imunisasi
a. Imunisasi dasar
pada semua orang, terutama pada bayi dan anak-anak pada saat
1) Imunisasi BCG
a) Defenisi
b) Pemberian imunisasi
memerlukan pengulangan.
berat/menahun.
2) Imunisasi DPT
a) Defenisi
tetanus.
dan asma.
3) Imunisasi polio
a) Defenisi
b) Pemberian imunisasi
imunisasi.
bulan atau saat lahir (0 bulan), dan berikutnya pada usia bayi
4) Imunisasi campak
a) Defenisi
campak.
diimunisasi MMR.
protein telur.
5) Imunisasi hepatitis B
a) Defenisi
d) Kontra - indikasi
berat.
b. Imunisasi Booster
2) Imunisasi Typoid
4) Imunisasi hepatitis A
eksklusif, bayi yang diberi ASI eksklusif jarang mengalami infeksi saluran
kejadian ISPA pada bayi ini tentunya menjadi masalah yang perlu menjadi
perhatian. Kejadian ISPA pada bayi usia 12-24 bulan adalah suatu keadaan
dimana bayi usia 12-24 bulan pernah mengalami ISPA yang ditandai
(Maryunani, 2012).
Pemberian ASI secara eksklusif signifinakan mempengaruhi
terjadinya ISPA dan anak yang diberi susu formula mempunyai resiko
terkena ISPA 2,7 kali lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang diberi
ASI eksklusif, selain itu anak yang tidak diberi ASI eksklusif lebih banyak
pada bayi yang disebabkan berbagai penyakit yang umum menimpa anak-
bila sakit dan membantu menjarangkan kelahiran. Bayi usia dini sangat
higienis.
sebagian besar kematian ISPA berasal dari jenis ISPA yang berkembang
dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi seperti difteri, pertusis,
Cara yang paling efektif saat ini untuk mencegah kematian balita
1. Umur
pada semua tingkat usia, terutama pada usia kurang dari 2 tahun
karena daya tahan tubuh anak lebih rendah dari orang dewasa
pernapasan oleh virus melunjak pada bayi dan usia dini dan insiden
2. Status Gizi
aktivitas dari anak itu sendiri. Keadaan gizi yang buruk muncul
keadaan gizi kurang, balita lebih mudah terserang ISPA berat bahkan
3. Kelengkapan Imunisasi
kekebalan yang lebih lama. Imunisasi pasif hanya diberikan pada anak
dalam keadaan yang sangat mendesak, yaitu bila diduga tubuh anak
yang ganas.
terhadap kejadian ISPA. Selain itu, MP-ASI juga harus diberikan pada
anak yang berusia diatas 6 bulan dikarenakan oleh ketika usia 6 bulan
kebutuhan nutrisi anak sudah tidak bisa dipenuhi hanya oleh ASI
(Asmaini, 2013).
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Teori
Masa ini disebut juga windows of opportunity, yang berdampak buruk jika
gizi yang optimal agar kelak mencapai tahap perkembangan yang optimal.
Oleh karena itu pada semua anak dianjurkan untuk mendapat ASI secara
eksklusif.
susu formula lainnya adalah pertama, protein dalam ASI lebih mudah
dicerna dari pada protein yang tersedia dalam susu formula. Selain itu,
sekitar 42% kalori. Lemak dalam ASI mengandung sekitar 52% kalori.
ASI juga mengandung vitamin dan mineral yang ditransfer dari plasma
pada bayi karena semua unsur nutrisi yang dibutuhkan anak untuk
mempunyai nilai gizi yang sempurna, ASI juga mengandung zat kekebalan
Dibandingkan dengan anak yang diberi ASI eksklusif anak yang tidak
diberi ASI secara eksklusif akan lebih mudah terkena penyakit disebabkan
karena ASI non eksklusif yang dikonsumsi oleh anak tidak memenuhi
dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti
vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti
B, BCG, DPT, campak dan melalui mulut seperti vaksin polio (Hidayat,
2012).
anak yang kurang dari 2 tahun akan rentan terkena ISPA. Status gizi yang
bulan. Usia pemberian MP-ASI pada anak, pada anak yang kurang dari 6
(enam) bulan yang telah diberikan MP-ASI akan memudahkan anak
Peningkatan sistem
imunitas Kekebalan tubuh yang sangat
kuat
Bronkiolitis
Pneumonia
kejadian ISPA.
ASI eksklusif
Kejadian ISPA
Kelengakapan
imunisasi
Hipotesa Penelitian
Ha1 : Ada hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian ISPA pada
padang.
padang.
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
atau kasus kontrol. Metode case control study adalah penelitian analitik
Dengan kata lain, efek (penyakit) diidentifikasi saat ini yaitu kejadian
terjadinya pada waktu yang lampau yaitu pemberian ASI eksklusif dan
ASI eksklusif
ASI eksklusif
Tidak eksklusif
Retropsektif Kontrol
Padang yang dimulai pada tanggal 10 Mei 2019 sampai tanggal 24 Mei
2019.
1. Populasi
ISPA
mengalami ISPA
2. Sampel
berikut:
(P1 – P2)2
Keterangan :
kontrol
P1 = Proporsi standar
Q1 = 1 – P1
Q2 = 1 – P2
(P1 – P2)2
(0,24)2
= 2,2531
0,0576
= 39
a. Kriteria inklusi
b. Kriteria eksklusi
Buaya Padang dan mengalami ISPA dari bulan Januari sampai bulan
Maret 2019, yaitu sebanyak 63 orang. Pada sebuah kertas kecil dibuat
sebanyak 39 buah, nama yang tertera pada gulungan kertas yang telah
orang anak yang dijadikan sampel tersebut harus sudah sesuai dengan
1. Variabel
2. Definisi operasional
Tabel 4.1
Defenisi operasional
Variabel Defenisi Pengukuran Skala
penelitian operasional ukur
Alat ukur Cara ukur Hasil ukur
ASI Pemberian ASI Kuisioner Wawancara 0 = Tidak ASI Ordinal
eksklusif saja tanpa terpimpin eksklusif
dicampur dengan 1 = ASI
makanan atau eksklusif
minuman apapun
sampai anak
berumur 6 bulan
Kelengkap Tercukupinya Lembar Melihat 0 = tidak lengkap Ordinal
an pemberian observasi buku KIA 1 = Lengkap
imunisasi imunisasi pada
anak berupa :
a. BCG 1 kali
b. DPT 3 kali
c. Polio 4 kali
d. Campak 1 kali
e. Hepatitis B 3
kali
ISPA Anak yang Kuisioner Wawancara 0 = ISPA Ordinal
mengalami 1 = tidak ISPA
infeksi saluran
pernafasan yang
berlangsung
kurang lebih 14
hari, yang
terdapat satu atau
lebih gejala
seperti : panas
tenggorokan,
sakit atau nyeri
telan, batuk
kering, batuk
berdahak, serak,
demam, pilek.
yang pernah
terjadi dalam
kurun waktu ±3
bulan terakhir.
E. Instrumen Penelitian
berupa kuisioner dari Damanik (2014) yang telah teruji validitas dan
1. Kuisioner A
keluarga, nama (inisial) anak, umur anak, dan jenis kelamin anak.
2. Kuisioner B
terdiri dari 4 pertanyaan dan diberi nilai 1 jika diberi ASI eksklusif dan
3. Kuisioner C
ISPA.
F. Etika Penelitian
1. Lembar persetujuan
peneliti.
inisial.
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
4. Justice (keadilan)
sebelum, selama, dan sesudah ikut serta dalam penelitian pada setiap
responden lainnya.
1. Jenis data
data primer dan data sekunder. Data sekunder yang diperoleh oleh
a. Persiapan
Padang.
b. Pelaksanaan
sebanyak 5 responden .
3) Hari ke-3 dilakukan tanggal 12 Mei 2019 yang dimulai pada
10) Hari ke-10 dilakukan tanggal 19 Mei 2019 yang dimulai pada
11) Hari ke-11 dilakukan tanggal 20 Mei 2019 yang dimulai pada
12) Hari ke-12 dilakukan tanggal 21 Mei 2019 yang dimulai pada
13) Hari ke-13 dilakukan tanggal 22 Mei 2019 yang dimulai pada
14) Hari ke-14 dilakukan tanggal 23 Mei 2019 yang dimulai pada
dahulu guna mendapatkan data yang valid sehingga saat menganalisa data
Dalam penelitian yang telah dilakukan, semua data sudah terisi dengan
ISPA pada anak “ISPA = 0, tidak ISPA = 1”. Variabel pemberian ASI
= 1”.
Memasukkan data dari hasil penelitian yang sudah diberi kode sesuai
bahwa tidak terdapat kesalahan pada saat entry data, sehingga data
I. Analisa Data
Data yang telah diperoleh kemudian akan diedit dan dianalisa secara
1. Analisa univariat
menggunakan rumus :
𝑓
p= x 100%
𝑛
Keterangan :
sebagai berikut :
yang bermakna.
bermakna.
Interpretasi hasil OR :
HASIL PENELITIAN
Usia 12-24 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya Padang Tahun
A. Analisa Univariat
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Kelomok Kasus Responden Berdasarkan
Pemberian ASI Eksklusif pada Anak Usia 12-24 Bulan
di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya
Padang Tahun 2019
2. Kelengkapan Imunisasi
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Kelompok Kasus Responden Berdasarkan
Kelengkapan Imunisasi pada Anak Usia 12-24 Bulan
di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya
Padang Tahun 2019
Tabel 5.5
Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian ISPA pada
Anak Usia 12-24 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk
Buaya Padang Tahun 2019
lebih tinggi terjadi pada anak yang tidak ASI eksklusif 27 (69.2%)
eksklusif.
Tabel 5.6
Hubungan Kelengkapan Imunisasi dengan Kejadian ISPA pada
Anak Usia 12-24 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk
Buaya Padang Tahun 2019
imunisasi lengkap 11 (28.2%). Hasil uji didapatkan nilai X2h > X2t
imunisasi dengan kejadian ISPA ISPA pada anak usia 12-24 bulan
imunisasi lengkap.
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Analisa Univariat
terserang ISPA), karena dalam ASI terdapat zat anti terhadap kuman
kandungan gizi yang terdapat pada ASI dan adanya sistem kekebalan
sebagai sumber zat anti kuman yang kuat, karena adanya beberapa
Dengan adanya zat anti infeksi dari ASI, maka anak yang dengan ASI
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur atau parasit dan ASI juga
pada anak usia 6-23 bulan, dimana ISPA 1,8 kali lebih tinggi terjadi
pada anak yang tidak ASI eksklusif dibandingkan dengan anak yang
memenuhi kebutuhan dasar anak sebagai hak anak tetapi juga sangat
pada anak usia 19 bulan, dengan jenis kelamin lebih banyak terjadi
pada anak laki-laki. Pada anak yang mengalami ISPA pemberian ASI
tidak eksklusif lebih banyak terjadi pada anak dengan jenis kelamin
laki-laki.
Analisa peneliti banyaknya responden yang tidak mendapat ASI
olehnya dari ASI saja tidak mencukupi gizi untuk anaknya, ibu-ibu
tukut gemuk, dan juga karena ibu-ibu yang tidak mau memberikan
2. Kelengkapan Imunisasi
kelak jika terpapar pada antigen yang serupa, tidak terjadi penyakit.
Sebagian besar imunisasi dasar yang diperoleh anak tidak tepat waktu
atau tempat pelayanan kesehatan yang lain. Hal tersebut terlihat dari
lengkap, selain itu juga karena anggapan dari masyarakat yang tabu,
mencegah penyakit pada diri sendiri dan orang lain sehingga kejadian
2011).
Menurut analisa peneliti hal ini karena adanya inisiatif dari ibu
salah satunya adalah penyakit ISPA. Selain itu juga disebabkan oleh
B. Analisa Bivariat
Setelah dilakukan uji didapatkan X2h > X2t yaitu 8.68 > 3.841,
dengan kejadian ISPA pada anak usia 12-24 bulan di Wilayah Kerja
Ratio (OR) artinya anak yang tidak mendapatkan ASI eksklusif 4.018
kali beresiko mengalami kejadian ISPA dibandingkan dengan anak
mendapatkan gizi yang cukup hanya dari ASI saja sehingga ibu
tersebut pada anak yang usia kurang dari 6 (enam) bulan sudah
juga kaya akan antibodi yang dapat melindungi bayi dari berbagai
juga terdapat dalam ASI, oleh sebab itu ASI harus diberikan sedini
lengkap.
Setelah dilakukan uji didapatkan nilai X2h > X2t yaitu 11.566 >
Desember tahun 2014. Sedangkan, nilai odd ratio (OR) sebesar 2,161
lengkap memiliki risiko untuk sering terkena ISPA 2,161 kali lebih
ini karena kurangnya daya tahan tubuh anak terhadap penyakit yang
datang dari luar tubuh sehingga tubuh tidak mampu menahan virus
kematian pada anak adalah infeksi dan gangguan gizi. Hal ini dapat
gizi yang didapatkan anak dari ibunya seperti pemberian ASI, asupan
makanan dan pemberian ASI eksklusif. Anak dengan gizi yang cukup
gizi kurang.
A. Kesimpulan
ISPA pada anak usia 12-24 bulan di wilayah kerja Puskesmas Lubuk
Padang tahun 2019 (X2h > X2t yaitu 8.68 > 3.841) dan OR = 4.018.
Padang tahun 2019 (X2h > X2t yaitu 11.566 > 3.841) dan OR = 5.091.
B. Saran
1. Bagi Puskesmas
2. Bagi Ibu
ISPA dengan variabel yang berbeda seperti status gizi, lingkungan dan
umur.