D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
NAMA : MAYA MUSTIKA LUBIS
NIM : 161102002
PRODI : ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
DOSEN PEMBIMBING : BERNIDO R. PURBA S.KM,M.Kes.
FAKULTAS KESEHATAN
JURUSAN S1 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS EFARINA
2017/2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat tuhan yang maha Esa karena dengan
rahma,karunia,serta taufik dan hidayah-Nya,saya dapat menyelesaikan Makalah tentang
Keterampilan Kepemimpinan dengan baik meskipun banyak kekurangan di dalamnya.Dan
kami juga berterima kasih pada Bapak BERNIDO R.PURBA selaku Dosen Mata Kuliah
“KEPEMIMPINAN”yang telah memberikan tugas pada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan,Kami juga Menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna,Oleh sebab itu berharap adanya kritik,saran dan
usulan demi perbaikan makalah yang telah saya buat di masa yang akan datang.
Semoga makalah sederhana ini dapat bermanfaat dan di pahami bagi siapapu yang
membacanya,sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapt kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa
depan.
A. Latar Belakang
Tingkat perubahan yang makin meningkat dalam lingkungan eksternal organisasi dan
banyaknya tantangan baru yang menghadapi para pemimpin menyatakan bahwa keberhasilan
seseorang pemimpin dalam abad ke-21 akan membutuhkan tingkat keterampilan yang lebih
tinggi dan beberapa kompetensi baru juga. Saat kebutuhan kompetensi itu meningkat, teknik-
teknik baru untuk mengembangkannya mulai ditemukan dan teknik lama diperbaiki.
Perkembangan kepemimpinan kini merupakan bisnis multimiliiar dolar di Amerika Serikat
(Fulmer & Vicere, 1996).
Kepemimpinan merupakan tema yang populer, yang tidak saja dibicarakan dan diteliti oleh
para sarjana ilmu-ilmu sosial, ilmu perilaku, tapi yang dibicarakan pula oleh masyarakat pada
umumnya. Meskipun telah banyak teori kepemimpinan yang dikembangkan, belum ada satu
teori pun yang dirasakan paling sempurna.
C. Tujuan
4) Memahami apa yang dapat dilakukan pemimpin untuk memudahkan dan mendorong
dan
memudahkan perkembangan kepemimpinan dari bawahan mereka.
Berdasarkan pengalaman kajian empirik dan analisa para ahlia ada tiga teori tentang
timbulnya kepemimpinan yaitu:
2) Teori Sosial, yaitu seseorang bisa menjadi pemimpin apabila ia dididik dan diberi
pengalaman tentang kepemimpinan.
3) Teori Ekologis, teori ini lahir sebagai respon terhadap kedua teori diatas dimana
seseorang akan menjadipemimpin yang baik, apabila sejak lahirnya dikaruniai bakat
kepemimpinan yang dikembangkan secara teratur dan pengalaman-pengalaman kerja
sehingga bakatnya berkembang menjadi kepribadiannya.
Sebenarnya untuk lahirnya seorang pemimpin yang jitu, dapat memenuhi seluruh
persyaratan yang diharapkan sukar sekali. Juga untuk memperoleh seorang pemimpin itu
tidak mudah, begitu saja dicetak atau diproduksi dibangku sekoloah/pendidikan tetapi
kematangan seorang pemimpin itu akan dipengaruhi oleh :
2) Pengetahuannya.
3) Kecerdasannya.
4) Komunisakasi dan ekologi yang memperhatikan adanya interaksi antara lingkungan dan
manusia itu baik lingkungan biologis, sosial maupun fisik.
Ukuran sejati seorang pemimpin ialah kesangguapannya dalam mendapatkan orang-orang
lain bertindak, untuk membantu hasil-hasil yang akan dituju.
1. Seseorang bisa mendapatkan salah satu sumber kepuasan yang tak terhingga misalnya
didalam pekerjaannya yang dilakukannya
.
2. Dapat menciptakan syarat-syarat yang akan membantu bawahannya mendapatkan
kepuasa dalam pekerjaan.
1. Pandangan yang terarah pada persoalan yang dihadapi dengan kesiapan untuk
menyelesaikannya.
2. Kepercayaan akan kemampuan untuk dihadapi dengan antusias untuk dirinya.
3. Rasa tanggung jawab atas perbuatannya.
4. Dasar pertimbangan yang objektif dan tidak meragukan.
5. Mau melakukannya dengan melakukan pengorbanan yang terjadi pada dirinya.
6. Serta kewibawaan yang memancar pada dirinya dimana orang-orang merasa hormat dan
segan kemampuan.
Arti kepemimpinan yang efektif adalah sikap atas sikap dan perilaku bawahan. Sehingga
ia dalam sikap serta perbuatannya tidak ada yang tercela serta percaya akan kemampuan yang
ada pada dirinya. Dalam hubungan kemanusaiaan, serta pemimpin dan bawahannya atau
dengan para pemimpin yang lainnya hal itu terjadi sebagai pelajaran manusia sosial. Dimana
harus disadari bahwa manusia tidak bisa hidup menyendiri terlepas dari yang lainnya. Yang
jelas ia pasti akan membutuhkannya.
Sebab hakikat manusia itu adalah merupakan jalinan individualitas dan makhluk sosial.
Kalau pekerja merasa atau mendapat kesan bahwa dirinya diperhatikan oleh dirinya, maka ia
merasa lebih rela bekerja dengan sungguh-sungguh bahkan memberikan lebih daripada yang
diwajibkan, akhirnya bisa menimbulkan kesediaan mengarungi samudera dan lautan apapun
untuk pimpinannya itu. Inilah pertanda adanya human relation yang ideal, pertanda-pertanda
lain dengan adanya relation yang baik suasana psikologi yang subur bagi perusahaan dan
menyenangkan pesertanya, adanya keikhlasan yang baik antar pemimpin dan bawahannya
serta adanya usaha untuk merundingkan secara damai dalam kerukunan kerja.
B. Teori Kepemimpinan
1. Teori Sifat
Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditentukan
oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang dimiliki pemimpin itu. Atas dasar pemikiran
tersebut timbul anggapan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil, sangat
ditentukan oleh kemampuan pribadi pemimpin. Kemampuan pribadi yang dimaksud adalah
kualitas seseorang dengan berbagai sifat. Ciri-ciri ideal yang perlu dimiliki pemimpin
menurut Sondang P Siagian (1994:75-76) adalah:
a. pengetahuan umum yang luas, daya ingat yang kuat, rasionalitas, obyektivitas,
pragmatisme, fleksibilitas, adaptabilitas, orientasi masa depan.
b. sifat inkuisitif, rasa tepat waktu, rasa kohesi yang tinggi, naluri relevansi, keteladanan,
ketegasan, keberanian, sikap yang antisipatif, kesediaan menjadi pendengar yang baik,
kapasitas integratif.
Walaupun teori sifat memiliki berbagai kelemahan (antara lain : terlalu bersifat deskriptif,
tidak selalu ada relevansi antara sifat yang dianggap unggul dengan efektivitas
kepemimpinan) dan dianggap sebagai teori yang sudah kuno, namun apabila kita renungkan
nilai-nilai moral dan akhlak yang terkandung didalamnya mengenai berbagai rumusan sifat,
ciri atau perangai pemimpin; justru sangat diperlukan oleh kepemimpinan yang menerapkan
prinsip keteladanan.
2. Teori Perilaku
Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan perilaku seorang individu
ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok ke arah pencapaian tujuan.
Dalam hal ini pemimpin mempunyai deskripsi perilaku:
d. perilaku pemimpin yang berorientasi kepada bawahan ditandai oleh penekanan pada
hubungan atasan-bawahan, perhatian pribadi pemimpin pada pemuasan kebutuhan bawahan
serta menerima perbedaan kepribadian, kemampuan dan perilaku bawahan. Sedangkan
perilaku pemimpin yang berorientasi pada produksi memiliki kecenderungan penekanan pada
segi teknis pekerjaan, pengutamaan penyelenggaraan dan penyelesaian tugas serta pencapaian
tujuan.
3. Teori Situasional
Keberhasilan seorang pemimpin menurut teori situasional ditentukan oleh ciri
kepemimpinan dengan perilaku tertentu yang disesuaikan dengan tuntutan situasi
kepemimpinan dan situasi organisasional yang dihadapi dengan memperhitungkan faktor
waktu dan ruang. Faktor situasional yang berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan tertentu
menurut Sondang P. Siagian (1994:129) adalah:
a. Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas
b. Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan
c. Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan
d. Norma yang dianut kelompok
e. Rentang kendali
f. Ancaman dari luar organisasi
g. Tingkat stress
h. Iklim yang terdapat dalam organisasi
Ketrampilan utama yang pertama adalah Technical skill, merupakan ketrampilan teknis
yang dimiliki oleh seseorang, biasanya merupakan ketrampilan yang didapatkan dari jalur
pendidikan resmi. Berupa kemampuan/keahlian di bidang spesialisasi tertentu. Keahlian
menggambar seorang Arsitek, keahlian mengoperasi pasien seorang dokter adalah contoh
technical skills. Lebih banyak ke keahlian dalam bentuk fisik. Bisa dirasakan dan dilihat
langsung oleh orang lain.
Ketrampilan utama ketiga yang harus dimiliki adalah Soft skill. Ini mungkin satu-
satunya kemampuan yang tidak bisa dipelajari di jalur pendidikan formal. Walaupun banyak
pelatihan-pelatihan dewasa ini yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan soft skill dari
seseorang, tetapi akan lebih efektif jika didapatkan dari jalur pengalaman [non formal]. Yang
termasuk soft skill diantaranya, kemampuan untuk mengendalikan diri sendiri, kemampuan
untuk mempengaruhi orang lain termasuk kemampuan untuk,Mengola konflik dalam sebuah
organisasi dan masih banyak lainnya.
D. Cara mengembangkan keterampilan kepemimpinan
a) Diperlukan Patokan
Dikatakan bahwa seorang pemimpin belajar menjadi pemimpin. Artinya, seseorang harus
diberi waktu agar ia bisa menjadi pemimpin. Sebelumnya, sebuah divisi harus memiliki
rencana untuk menemukan prospek yang terbaik. Pemilihan acak jarang memberi hasil yang
terbaik karena jika seseorang memang tidak berpotensi, tentu akan sia-sia. Prospek itu harus
menunjukkan perilaku positif terhadap organisasi dan memberikan bukti yang kuat bahwa ia
akan mampu untuk belajar hal baru yang memerlukan keterampilan yang lebih. Pengenalan
kemampuan kepemimpinan itu penting.
Hal lain yang harus dilihat adalah karakter. Etika yang diperlihatkan seseorang adalah
ukuran yang baik untuk menilai karakter seseorang. Karakter meliputi kemampuan untuk
membuat keputusan yang tepat, untuk mengetahui apakah sebuah tindakan itu benar secara
moral atau tidak. Kepribadian juga penting. Seseorang yang dicari untuk memimpin harus
sanggup untuk bergaul dengan orang lain dan bersedia bekerja sama.
b) Diperlukan Ujian
Pengalaman adalah hal yang penting. Banyak situasi yang dapat dijadikan alat untuk
memberi seseorang pengalaman dalam memimpin; saat kepala departemen sedang cuti
misalnya, seorang asisten harus melakukan tanggung jawabnya sementara. Pelatihan seperti
ini tiada duanya.
Kerja magang adalah metode yang dapat meningkatkan jiwa kepemimpinan dengan
mudah. Metode ini sering digunakan di toko besar, bank, dan organisasi industri; gereja
menganggap metode ini sebagai metode yang baik sekali untuk mendapatkan seorang
pemimpin. Metode ini memerlukan pengetahuan akan sejarah dan misi organisasi. Setelah
itu, ada percobaan selama beberapa waktu. Jika ia menjalaninya dengan baik, ia akan naik
tingkat saat ada peluang
e) Mengukur Perkembangan
Perkembangan itu penting dan perkembangan itu harus diukur. Jika pemimpin potensial
tidak belajar menggunakan materi yang diajarkan pada mereka dengan efektif, program
pelatihan harus direvisi. Beberapa kriteria dapat mengukur faktor ini, meski memang tidak
mudah.Dalam analisa akhir, perkembangan keterampilan memimpin dinilai dari performa.
Bukan hanya pada hal yang telah dilakukan pemimpin, tapi juga dalam hal kepuasan kerja,
semangat dan usaha gigih yang ditunjukkan para bawahan, dan tingkat kesetiaan dan sikap
yang diperlihatkan bawahan.
1) Keterampilan Presentasi.
Negosiasi adalah bagian dari komunikasi yang terfokus untuk mencari kesepakatan.
Jadi, peran seorang pemimpin sebagai seorang negosiator ulung tidaklah boleh diabaikan.
Pemimpin harus bijak dan cerdas melihat semua tantangan yang ada, dan cerdas
menggunakan keterampilan negosiasi tersebut untuk mentransformasikan semua tantangan
menjadi peluang yang menguntungkan organisasi yang di pimpin. Pemimpin adalah seorang
negosiator untuk mendapatkan kesepakatan terbaik, bukan seorang negosiator yang ngotot
dan tak mau kompromi terhadap tantanga.
5) Keterampilan Memotivasi.
Seorang pemimpin adalah seorang motivator yang harus mampu membangkitkan energi
positif dari pengikut dan bawahannya, untuk secara proaktif bergairah dan bersemangat tinggi
dalam meraih prestasi yang hebat. Oleh karena itu, pemimpin wajib memiliki keterampilan
untuk memotivasi pengikutnya, dan menggerakan para pengikut untuk melakukan hal-hal
terpenting buat kesuksesan organisasi. Motivasi bukan berarti sekedar berteriak-teriak dengan
semangat tinggi, tapi lebih kepada cara untuk merangkul hati dan pikiran positif para
pengikut. Lalu, membangun harapan dan rasa percaya diri mereka untuk menjadi lebih hebat.
6) Keterampilan Mengorganisasi.
1. Teori genetic
2. Teori social
3. Teori ekologis
4. Teori kepemimpinan
a) Keterampilan Presentasi
b) Keterampilan Membangun Tim Yang Kuat.
c) Keterampilan Negosiasi.
d) Keterampilan Bersikap Baik.
e) Keterampilan Memotivasi.
f) Keterampilan Mengorganisasi.
Jadi keterampilan kepemimpinan adalah Technical skill, Conceptual skill, Soft skill ketiga
nya harus saling melengkapi dan di jadikan sebagai salah satu factor utama keberhasilan
seorang kepemimpinan bagi organisasi
B. Saran