Anda di halaman 1dari 9

1.

Data Teknis Bangunan


Data teknis dari bangunan yang akan direncanakan adalah sebagai berikut:
a. Bangunan gedung lantai tiga berbentuk U
b. Tinggi bangunan 12 m
c. Panjang bangunan 42.0 m dan lebar 27.0 m
d. Jarak portal 3 m, dan 6 m
e. Tinggi masing-masing lantai 4 m
f. Setiap lantai memiliki luivel 1,0 m
g. Fungsi bangunan untuk perkantoran
h. Letak bangunan jauh dengan pantai dengan zona gempa 5
i. Mutu bahan:
- Mutu baja fy = 400 MPa
- Mutu beton f’c = 30 MPa

2. Filosofi Perencanaan
Filosofi perencanaan bangunan sipil pada umumnya adalah meyalurkan
beban struktur ke pondasi dengan baik.
Mekanisme penyaluran beban tadi bisa langsung berupa gaya aksial maupun
tidak langsung berupa momen, torsi dan geser. Semua mekanisme tadi menyalurkan
gaya-gaya ke pondasi dan pondasi harus sanggup memikulnya.
Pondasi akan sanggup menerima beban sebesar apapun yang diberikan
kepadanya, akan tetapi ia sendiri akan tenggelam kedalam tanah, sehingga dicarilah
suatu kompromi antara daya pikul dan settlement yang dianggap layak.
2.1 Konsep Perencanaan Struktur Beton
Suatu struktur atau elemen struktur harus memenuhi dua kriteria yaitu :
 Kuat ( Strength ) 

 Layak ( seviceability )
Kuat mempunyai arti kemampuan struktur / elemen struktur lebih besar daripada
beban yang bekerja.
ϕRn > α S ϕRn : Kuat
rencana
α S : Kuat perlu
Layak mempunyai arti lendutan, simpangan dan retak sruktur/ elemen
struktur masih dalam toleransi yang ada.
Kedua kriteria tersebut harus memenuhi syarat perancangan.
2.2 Struktur Open Frame
Struktur open frame dirancang menggunakan konsep Strong Column Weak
Beam, yang merancang kolom sedemikian rupa agar sendi plastis terjadi pada balok
– balok kecuali pada kolom paling bawah boleh terjadi sendi plastis dasar kolom.
∑ Me ≥ 6/5 -2847∑ Mg-2002, Bab(SNI23.4) 03

3. Perancangan Awal (Preliminary Design )


3.1 Pengaturan Denah
Dalam pengaturan denah yang perlu diperhatikan adalah :
 Fungsi Bangunan 

 Peruntukan Ruang 

3.2 Penentuan Dimensi Elemen Struktur
3.2.1 Pelat :
Tebal pelat di perkirakan h = keliling plat /360 mm.
Bila ledutan pelat tidak dihitung, maka tebal pelat minimum harus
memenuhi SNI Ps 8, lendutan harus dihitung bila tebal pelat kurang dari syarat
tersebut.
3.2.2 Balok :
Tinggi balok di perkirakan h = L/12, atau menurut SNI Tabel 8.
Lebar balok di perkirakan b = 2/3 h
3.2.3 Kolom :
Ukuran kolom di perkirakan b x h = P / 0,3 x f ‘c.
Dengan kata lain 30 % kapasitas penampang disiapkan untuk aksial dan 70
% untuk momen. Kecuali yang disebut SNI ps 23.4

4. Perhitungan Pelat
4.1 Pembebanan
Beban yang bekerja pada pelat di sesuaikan dengan fungsi ruangan dimana
pelat tersebut berada, lihat PPIUG 1983, perhatikan kemungkinan pelat menopang
tembok atau beban khusus lainnya.
4.2 Perhitungan Momen Lentur
Momen – momen yang bekerja pada pelat dapat dihitung dengan
menggunakan analisa pelat seperti finite element, finite different, atau dengan cara
berupa tabel-tabel yang ada seperti : tabel moody, tabel ACI, tabel PBI’71, tabel
bares.
Untuk penyelesaian tugas ini disarankan menggunakan table – tabel yang
ada, kecuali untuk pelat – pelat berbentuk khusus.
Pelat dengan beban khusus perlu juga di perhatikan misalnya beban garis,
beban titik, beban segitiga dan sebagainya.
4.3 Perhitungan Tulangan Pelat
Setelah momen-momen pelat didapat dari perhitungan diatas, perhitungan
kebutuhan tulangan dapat menggunakan table – tabel penulangan yang berlaku,
seperti tabel gedeon.
4.4 Persyaratan Tulangan Pelat
Persyaratan tulangan maksimum pelat seperti yang ditunjukan dalam SNI
12.3.3, persyaratan tulangan minimum pelat seperti dalam SNI 12.5 atau 9.12
4.5 Kontrol Lendutan Pelat
Ledutan pelat dapat dihitung dengan mengunakan tabel lendutan pelat,
persyratan lendutan pelat dapat dilihat pada SNI tabel 9.
4.6 Kontrol Retak Pelat
Kontrol retak pada pelat dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sederhana dalam SNI ps 12.6.4 atau rumus empiris lainya.
5. Perhitungan BalokAnak
5.1 Pembebanan
Beban yang bekerja pada balok anak disesuaikan dengan fungsi ruangan
dimana balok anak tersebut berada, lihat PPIUG 1983, perhatikan kemungkinan
balok anak mendukung tembok atau beban balok lainnya (tegak lurus arah balok
yang ditinjau).
5.2 Perhitungan Momen Lentur
Momen – momen yang bekerja pada balok anak dapat dihitung dengan
menggunakan koefisien momen seperti koefisien momen pada SNI ps 10.3 atau
dengan cara analitis lainnya
5.3 Perhitungan Tulangan Balok Anak
Setelah momen – momen balok anak didapat dari perhitungan di atas,
perhitungan kebutuhan tulangan dapat menggunakan tabel – tabel penulangan yang
berlaku, seperti tabel gedeon.
5.4 Persyaratan Tulangan Balok
Persyaratan tulangan maksimum balok seperti yang ditunjukkan dalam SNI
ps 12, persyaratan tulangan minimum balok seperti dalam SNI ps 12.5.
5.5 Kontrol Lendutan Balok
Lendutan balok dapat dihitung seperti pada SNI ps 11.5, dengan
menggunakan tabel lendutan balok dapat dilihat pada SNI tabel 8
5.6 Kontrol Retak Balok
Kontrol retak pada balok dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sederhana dalam SNI ps 12.6 atau rumus empiris lainnya.

6. Perhitungan Tangga
6.1 Pembebanan
Beban yang bekerja pada tangga sesuai dengan PPIUG 1983, perhatikan
kemungkinan tangga mendukung tembok reiling.
6.2 Perhitungan Momen Lentur
Momen – momen yang bekerja pada tangga dihitung sesuai dengan sifat
struktur tangga, bila tangga dibuat melayang, lebih baik dihitung dengan software
komputer untuk analisa tiga dimensi atau dengan pendekatan lain agar perhitungan
menjadi dua dimensi. Bila tangga terletak pada dua tumpuan, dapat menggunakan
statika biasa.
6.3 Perhitungan Tulangan Tangga
Setelah momen – momen tangga didapat dari perhitungan di atas,
perhitungan kebutuhan tulangan dapat menggunakan table – tabel penulangan yang
berlaku, seperti tabel gedeon.
6.4 Persyaratan Tulangan Tangga
Persyaratan tulangan maksimum tangga seperti yang ditunjukan dalam
SKSNI ps 3.3.3.3, persyaratan tulangan minimum tangga seperti dalam SKSNI ps
3.3.5.2.
6.5 Kontrol Lendutan Tangga
Lendutan tangga dapat dihitung seperti pada SKSNI ps 3.2.5, dengan
menggunakan tabel lendutan tangga, persyaratan lendutan tangga dapat dilihat pada
SKSNI tabel 3.2.5. (b)
6.6 Kontrol Retak Tangga
Kontrol retak pada tangga dapat dihitung dengan menggunakan rumus
sederhana SKSNI ps 3.3.6.4 atau rumus empiris lainnya. SNI’02 : 12.6

7. Analisa Struktur
Analisa struktur dapat dilakukan dengan menggunakan bantuan software
komputer seperti SAP’2000 atau analisa struktur lainnya. Apabila menggunakan
software computer, analisa secara tiga dimensi akan lebih memudahkan untuk
mengetahui gaya – gaya dalam semua elemen struktur dan gaya torsi yang muncul.
7.1 Permodelan Struktur
Struktur beton dimodelkan sebagai struktur rangka terbuka (open frame)
yang mungkin disertai dengan satu atau beberapa dinding geser (shear wall), dan
lantai dimodelkan sebagai diafragma kaku (rigid diaphragma).
Kolom – kolom bawah dianggap terjepit penuh pada level poer bila
menggunakan pondasi tiang pancang yang lebih dari 3 buah. Bila menggunakan
tiang pancang berjumlah dua buah atau satu buah, kolom harus dianggap terjepit
elastic. Bila pondasi yang dipakai adalah pondasi setempat, maka kolom harus
dianggap terletak pada sendi, dan sloof harus disertakan di dalam model struktur.
Apabila struktutr dimodelkan sebagai portal dua dimensi, maka harus
ditinjau portal arah tegak lurusnya, agar suatu kolom yang diperhitungkan akan
terwakili oleh dua arah portal yang saling tegak lurus (efek kolom biaksial).
7.2 Pembebanan Struktur
Beban yang di terima struktur akibat dari :
 Berat sendiri struktur dan elemen-elemen yang di topangnya seperti
pelat, balok anak, tangga, maupun dinding - dinding didalam gedug. 
 Beban hidup sesuai dengan fungsinya seperti pada PPIUG 1983. 

 Beban gempa sesuai dengan PPTGIUG 1983. 

 Kombinasi pembebanan seperti pada SNI’02 : ps 11.2. 

7.3 Pengecekan Kebenaran Analisa Struktur
Hasil analisa struktur harus diyakini kebenaranya dengan cara :
 Jumlah reaksi vertikal yang di dapat dari analisa struktur harus
mendekati dengan berat seluruh gedung (termasuk dinding –
dindingnya). 

 Jumlah reaksi horisontal akibat gempa, paling tidak 90 % dari gaya geser
dasar seperti pada PPTGIUG 1983 ps 3.5.2.2. 


8. Penulangan Struktur Utama
8.1 Balok
8.1.1 Tulangan Memanjang
Momen-momen hasil analisa struktur di gunakan untuk menghitung
kebutuhan tulangan memanjang balok, baik tumpuan maupun lapangan.
Perhitungan keperluan tulangan ini dapat menggunakan tabel yang ada. Yang perlu
di perhatikan dalam menghitung tulangan balok adalah kebutuhan tulangan tekan
pada tumpuan dan lapangan balok harus sedemikian sehingga daktilitas penampang
mencukupi. Syarat SNI ps 23.3 harus dipenuhi.
Rasio tulangan : ρminimum 1,4 / fy
ρ aksimum = pada SNI ps 23.3.2
8.1.2 Sengkang
Karena konsep desain kapasitas struktur beton tahan gempa adalah strong
coloumn weak beam concept. Untuk menjamin bahwa pada pembentukan sendi
plastis pada balok tidak terjadi keruntuhan akibat gesernya, maka desain geser
penampang balok tidak berdasarkan gaya geser hasil analisa struktur, tetapi gaya
geser yang ditimbulkan bila balok tersebut terjadi sendi plastis pada kedua
ujungnya. Besarnya gaya geser akibat terjadinya sendi plastis pada kedua ujung
balok dapat dilihat pada SNI ps 23.3. Selanjutnya penulangan dapat dihitung
menggunakan tabel atau cara analitis seperti pada SNI ps 23.3.4, tetapi untuk daerah
potensi terjadi sendi plastis, konstribusi geser oleh beton Vc sama dengan nol (tidak
boleh dimanfaatkan), daerah yang dimaksud adalah 2 kali tinggi balok. Diluar
daerah sendi plastis, Konstribusi beton boleh dimanfaatkan.
8.1.3 Pemutusan tulangan
Pemutusan tulangan harus direncanakan dari momen envelope yang terjadi
pada semua kombinasi beban (kecuali kombimnasi 4 x beban gempa). Dengan
panjang penyaluran seperti pada SNI ps 23.5.4.

9. Kolom
9.1.1 Penulangan memanjang
Karena strong coloumn weak beam concept yang dipakai pada desain
struktur beton tahan gempa maka besarnya momen yang dipakai dalam menghitung
tulangan kolom tidak diambil dari analisa struktur, hal ini untuk menjamin bahwa
pada saat balok leleh (terjadi sendi plastis pada kedua ujungnya) kekuatan kolom
tidak sama dengan kapasitas balok tersebut, sehingga besarnya momen yang dipakai
pada desain kolom adalah seperti SNI ps 23.4, sedangkan gaya aksialnya seperti
pada SNI ps 23.4.2. Dengan demikian desain kolom tidak menggunakan gaya-gaya
yang dihasilkan oleh analisa struktur sama sekali.
9.2.2 Sengkang
Dengan alasan yang sama, sengkang kolom juga tidak didesain
menggunakan gaya-gaya yang ada dari analisa struktur, tetapi menggunakan yang
ada pada SNI ps 23.4.4. Selanjutnya penulangan dapat dihitung menggunakan tabel
atau cara analisa seperti pada SNI ps 23.4.3 tetapi untuk daerah potensi terjadi sendi
plastis maka konstribusi geser oleh beton Vc sama dengan nol (tidak boleh
dimanfaatkan), daerah yang dimaksud adalah 2 kali tinggi kolom (arah yang
ditinjau). Diluar daerah sendi plastis, konstribusi boleh dimanfaatkan.
9.2.3 Detailing
 Pemasangan tulangan memanjang harus memenuhi SNI ps 23.4.3 

 Sengkang harus memenuhi SNI ps 23.4.4.2 


10. Hubungan Balok Kolom
Agar kolom utuh selama terjadi gempa, maka terbentuknya sendi plastis
pada balok harus terjadi dimuka kolom (tidak boleh merusak kolom), untuk
menyakinkan hal ini, maka hubungan balok kolom harus didesain sedemikian agar
paling tidak sama dengan kapasitas balok.
Prosedur yang diikuti adalah seperti pada SNI’02 : 23.5

11. Sloof dan Pondasi


Pondasi direncanakan dengan menggunakan tiang pancang dan poor.
BAB II

PERENCANAAN AWAL

A. Balok

 Balok induk arah melintang

 Balok dengan bentang 6 m


L= 600cm
Hmin = (1/16 x L) + 20
= (1/16 x 600) + 20
= 57.5 cm ~ 60 cm
Bmin = 2/3 x hmin
= 2/3 x 60
= 40 cm
Diambil dimensi balok = 40/60 cm

 Balok dengan bentang 3 m


L = 300 cm
Hmin = (1/16 x L) + 20
= (1/16 x 300) + 20
= 38.75 cm ~ 40 cm
Bmin = 2/3 x hmin
= 2/3 x 35
= 26.67 cm ~ 30 cm
Di ambil dimensi balok = 40/30 cm

 Balok induk arah memanjang

 Balok dengan bentang 6 m


L= 600cm
Hmin = (1/16 x L) + 20
= (1/16 x 600) + 20
= 57.5 cm ~ 60 cm
Bmin = 2/3 x hmin
= 2/3 x 60
= 40 cm
Diambil dimensi balok = 40/60 cm

B. Pelat Beton

Anda mungkin juga menyukai