Anda di halaman 1dari 6

TUGAS 7

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

“TEORI BELAJAR HUMANISTIK”

DOSEN PEMBIMBING :

Prof. Dr. HermanNirwana, M.Pd,Kons

Rizki Ananda Syapitri, S.Pd

OLEH :

NIKE PUTRI RAHAYU

19006102

BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2019
TEORI BELAJAR HUMANISTIK

A. Pengertian Belajar Humanistik

Dalam teori humanisme lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian


manusia. Pendekatan ini melihat kejadian yaitu bagaimana dirinya untuk melakukan
hal-hal yang positif. Kemampuan positif ini yang disebut sebagai potensi manusia dan
para pendidik yang beraliran humanisme biasanya menfokuskan pengajarannya pada
pembangunan kemampuan yang positif. Kemampuan positif tersebut erat kaitannya
dengan pengembangan emosi positif yang terdapat dalam domain afektif. Emosi
merupakan karateristik yang sangat kuat yang nampak dari para pendidik beraliran
humanisme. Dalam teori pembelajaran humanistik, belajar merupakan proses yang
dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia. Dimana
memanusiakan manusia di sini berarti mempunyai tujuan untuk mencapai aktualisasi
diri, pemahaman diri, serta realisasi diri orang yang belajar secara optimal.

B. Konsep Belajar Humanistik


Konsep teori belajar Humanistik yaitu proses memanusiakan manusia, dimana
seorang individu diharapkan dapat mengaktualisasikan diri artinya manusia dapat
menggali kemampuannya sendiri untuk diterapkan dalam lingkungan. Proses belajar
Humanistik memusatkan perhatian kepada diri peserta didik sehingga menitikberatkan
kepada kebebasan individu. Teori Humanistik menekankan kognitif dan afektif
memengaruhi proses. Kognitif adalah aspek penguasaan ilmu pengetahuan sedangkan
afektif adalah aspek sikap yang keduanya perlu dikembangkan dalam membangun
individu. Belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan
dirinya sendiri. Hal yang penting lagi pada proses pembelajaran Humanisme harus
adanya motivasi yang diberikan agar peserta didik dapat terus menjalani pembelajaran
dengan baik. Motivasi dapat berasal dari dalam yaitu berasal dari diri sendiri, maupun
dari guru sebagai fasilitator.
Ada beberapa pendapat para ahli mengenai teori belajar humanisme yaitu
diantaranya :
1. Abraham Maslow
Abraham Maslow dikenal sebagai pelopor aliran psikologi humanistik.
Maslow percaya bahwa manusia tergerak untuk memahami dan menerima dirinya
sebisa mungkin. Teori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri
individu ada dua hal : suatu usaha yang positif untuk berkembang; kekuatan untuk
melawan atau menolak perkembangan itu.
Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk
memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis. Pada diri masing-masing orang
mempunyai berbagai perasaan takut seperti rasa takut untuk berusaha atau
berkembang, takut untuk mengambil kesempatan, takut membahayakan apa yang
sudah ia miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain seseorang juga memiliki
dorongan untuk lebih maju ke arah keutuhan, keunikan diri, ke arah berfungsinya
semua kemampuan, ke arah kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat
itu juga ia dapat menerima diri sendiri.
Teorinya yang sangat terkenal sampai dengan hari ini adalah teori tentang
Hierarchy of Needs (Hirarki Kebutuhan). Manusia memiliki 5 macam kebutuhan
yaitu :
a. Physiological needs (kebutuhan fisiologis),
b. Safety and security needs (kebutuhan akan rasa aman),
c. Love and belonging needs (kebutuhan akan rasa kasih sayang dan rasa
memiliki),
d. Esteem needs (kebutuhan akan harga diri),
e. Self-actualization (kebutuhan akan aktualisasi diri).

Sehingga pendidikan humanistik haruslah pendidikan yang mencakup


lima kebutuhan tersebut (Arbayah, 2013).

2. Carl Rogers
Carl R. Rogers dalam Hadis (2006: 71) kurang menaruh perhatian kepada
mekanisme proses belajar. Belajar dipandang sebagai fungsi keseluruhan pribadi.
Mereka berpendapat bahwa belajar yang sebenarnya tidak dapat berlangsung bila
tidak ada keterlibatan intelektual maupun emosional peserta didik. Oleh karena
itu, menurut teori belajar humanisme bahwa motifasi belajar harus bersumber
pada diri peserta didik.
Roger membedakan dua ciri belajar, yaitu:
a. Belajar yang bermakna, terjadi jika dalam proses pembelajaran melibatkan
aspek pikiran dan perasaan peserta didik
b. Belajar yang tidak bermakna, terjadi jika dalam proses pembelajaran
melibatkan aspek pikiran akan tetapi tidak melibatkan aspek perasaan
peserta didik.

Baginya, pengalaman individu merupakan fenomena logika yang dialami


oleh individu itu sendiri. Rogers juga berpendapat bahwa setiap manusia memiliki
kecenderungan untuk mencapai kesempurnaan hidup, membentuk konsep hidup
yang unik, dan tingkah lakunya selaras dengan konsep kehidupan yang
dimilikinya. Menurut Rogers, pembelajaran terjadi melalui fenomena hidup atau
pengalaman yang dialami setiap orang.

Menurut Roger, peranan guru dalam kegiatan belajar peserta didik


menurut pandangan teori humanisme adalah sebagai fasilitator yang berperan aktif
dalam :

a. Membantu menciptakan iklim kelas yang kondusif agar peserta didik bersikap
positif terhadap belajar
b. Membantu peserta didik untuk memperjelas tujuan belajarnya dan
memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk belajar
c. Membantu peserta didik untuk memanfaatkan dorongan dan cita-cita mereka
sebagai kekuatan pendorong belajar
d. Menyediakan berbagai sumber belajar kepada peserta didik,
e. Menerima pertanyaan dan pendapat, serta perasaan dari berbagai peserta didik
sebagaimana adanya. (Hadis, 2006: 72)

3. Arthur Combs
Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa
memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan
mereka. Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan karena bodoh tetapi
karena mereka enggan dan terpaksa dan merasa sebenarnya tidak ada alasan
penting mereka harus mempelajarinya. Perilaku buruk itu sebenarnya tak lain
hanyalah dari ketidakmampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak
akan memberikan kepuasan baginya. Untuk itu guru harus memahami perilaku
peserta didik dengan mencoba memahami dunia persepsi peserta didik tersebut
sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha merubah
keyakinan atau pandangan peserta didik yang ada.
Perilaku internal membedakan seseorang dari yang lain. Combs berpendapat
bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa peserta didik
mau belajar apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana
mestinya. Padahal arti tidaklah menyatu pada materi pelajaran itu. Sehingga yang
penting ialah bagaimana membawa si peserta didik untuk memperoleh arti bagi
pribadinya dari materi pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan
kehidupannya.
Combs memberikan lukisan persepsi diri dalam dunia seseorang seperti dua
lingkaran (besar dan kecil) yang bertitik pusat pada satu.. Lingkaran kecil adalah
gambaran dari persepsi diri dan lingkungan besar adalah persepsi dunia. Makin
jauh peristiwa-peristiwa itu dari persepsi diri makin berkurang pengaruhnya
terhadap perilakunya. Jadi, hal-hal yang mempunyai sedikit hubungan dengan diri,
makin mudah hal itu terlupakan.

C. Implikasi Dalam Belajar


Implikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses
pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam
pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para peserta didik sedangkan
guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan
peserta didik. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada peserta didik dan
mendampingi peserta didik untuk memperoleh tujuan pembelajaran. (Sumanto, 1998:
235).
Peserta didik berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai
proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan peserta didik memahami potensi
diri, mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri
yang bersifat negatif.
Dalam teori Humanistik Guru bertindak sebagai Fasilitator, sehingga disini
guru mempunyai banyak tugas diantaranya :
1. Memberi perhatian dan motivasi
2. Membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan
di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum
3. Memahami karakteristik siswa
4. Mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar
5. Dapat menyesuaikan dirinya bersama siswanya
6. Berbaur dengan siswanya, berkomunikasi dengan sangat baik bersama
siswanya
7. Dapat memahami dirinya dan tentunya agar dapat memahami siswanya
8. Dalam penerapan teori belajar humanistik proses lebih diutamakan
daripada hasil, dimana proses dari penerapan teori belajar humanistic
9. Merumuskan tujuan belajar yang jelas
10. Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat
jelas , jujur dan positif.
11. Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk
belajar atas inisiatif sendiri
12. Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses
pembelajaran secara mandiri.

DAFTAR PUSTAKA

Hadis, Abdul. 2006. Psikologi Dalam Pendidikan. Bandung : Alfabeta

Mulyati. 2005. Psikologi Belajar. Yogyakarta : CV. Andi Offset

Uno, Hamzah B.2006.Orientasi Baru dalam Psikologi Perkembangan. Jakarta: Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai