15. Kepustakaan
RUMAH SAKIT
UNIVERSITAS PANDUAN PRAKTEK KLINIS (PPK)
SUMATERA UTARA
KEHAMILAN DENGAN ANEMIA (ICD 10 - )
1. Pengertian ( Definisi) Anemia adalah suatu kondisi dimana terdapat
kekurangan sel darah merah atau hemoglobin.
2. Anamnesis Lemas, lesu
3. Pemeriksaan Fisik Pucat
4. Kriteria Diagnosis
5. Diagnosis Kerja
6. Diagnosis Banding
7. Pemeriksaan Penunjang
1. Kadar Hb< 11 g/dl (pada trimester I dan III)
atau< 10,5 g/dl (pada trimester II)
15. Kepustakaan
RUMAH SAKIT
UNIVERSITAS PANDUAN PRAKTEK KLINIS (PPK)
SUMATERA UTARA
PERDARAHAN ANTEPARTUM (ICD 10 - )
1. Pengertian ( Definisi) Perdarahan antepartum adalah perdarahan dari
jalan lahir pada wanita hamil dengan usia
kehamilan 20 minggu atau lebih, dapat berupa
plasenta previa atau solusio plasenta.
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya
tidak normal sehingga menutupi sebagian atau
seluruh ostium uteri internum.
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta
sebagian atau seluruhnya, pada plasenta yang
implantasinya normal sebelum janin lahir.
2. Anamnesis 1. Perdarahan dari jalan lahir pertama kali atau
berulang tanpa disertai rasa nyeri, dapat
sedikit-sedikit ataupun banyak.
2. Dapat disertai atau tanpa adanya kontraksi
rahim.
3. Faktor predisposisi: grande multipara, riwayat
kuretase berulang
4. Pemeriksaan spekulum darah berasal dari
ostium uteri eksternum.
4. Kriteria Diagnosis
5. Diagnosis Kerja
2. Penatalaksanaan spesifik:
- Ekspektatif:
• Syarat:
- Keadaan umum ibu dan anak baik.
- Perdarahan sedikit.
- Usia kehamilan kurang dari 37 minggu
atau taksiran berat badan janin kurang
dari2500 gr.
- Tidak ada his persalinan.
• Penatalaksanaan ekspektatif :
- Pasang infus, tirah baring
- Bila ada kontraksi prematur bisa diberi
tokolitik.
- Pemantauan kesejahteraan janin dengan
USG dan CTG setiap minggu.
- Aktif:
• Persalinan pervaginam:
- Dilakukan pada plasenta letak rendah,
plasenta marginalis atau plasenta previa
lateralis di anterior (dengan anak letak
kepala). Diagnosis ditegakkan dengan
melakukan pemeriksaan USG, perabaan
fornises atau pemeriksaan dalam di
kamar operasi tergantung indikasi.
- Dilakukan oksitosin drip disertai
pemecahan ketuban.
15. Kepustakaan
RUMAH SAKIT
UNIVERSITAS PANDUAN PRAKTEK KLINIS (PPK)
SUMATERA UTARA
PLASENTA PREVIA (ICD 10 - )
1. Pengertian (Definisi) Plasenta yang letaknya tidak normal sehingga
menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri
internum.
2. Anamnesis 1. Perdarahan dari jalan lahir berulang tanpa
disertai rasa nyeri
2. Dapat disertai atau tanpa adanya kontraksi.
3. Pemeriksaan Fisik 1. Pada pemeriksaan luar biasanya bagian
terendah janin belum masuk pintu atas
panggul atau ada kelainan letak.
2. Pemeriksaan spekulum darah berasal dari
ostium uteri eksternum.
4. Kriteria Diagnosis 1. Anamnesa
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan penunjang
5. Diagnosis Kerja
Persalinan perabdominam
1. Dilakukan pada keadaan :
2. Plasenta previa dengan perdarahan banyak.
3. Plasenta previa totalis.
4. Plasenta previa lateralis di posterior.
5. Plasenta letak rendah dengan anak letak
sungsang.
15. Kepustakaan
RUMAH SAKIT
UNIVERSITAS PANDUAN PRAKTEK KLINIS (PPK)
SUMATERA UTARA
SOLUSIO PLASENTA (ICD 10 - )
1. Pengertian ( Definisi) Terlepasnya plasenta sebagian atau seluruhnya,
pada plasenta yang implantasinya normal
sebelum janin lahir.
2. Anamnesis
3. Pemeriksaan Fisik 1. Perdarahan dari jalan lahir dengan atau tanpa
disertai rasa nyeri (tergantung derajat solusio
plasenta).
2. Perabaan uterus pada umumnya tegang,
palpasi bagianbagian janin biasanya sulit.
3. Janin dapat dalam keadaan baik, gawat janin
atau mati (tergantung derajat solusio
plasenta).
4. Pada pemeriksaan dalam bila ada pembukaan
teraba ketuban yang tegang dan menonjol.
4. Kriteria Diagnosis 1. Ringan:
- perdarahan yang keluar kurang dari 100-
200cc
- uterus tidak tegang
- belum ada tanda renjatan
- janin hidup
- kadar fibrinogen plasma lebih dari 250 mg
%
2. Sedang :
- perdarahan lebih dari 200 cc
- uterus tegang
- terdapat tanda renjatan
- gawat janin atau janin mati
- kadar fibrinogen plasma 120 - 150 mg%
3. Berat :
- uterus tegang dan kontraksi tetanik
- terdapat renjatan
- janin biasanya sudah mati
5. Diagnosis Kerja
Pemeriksaan laboratorium :
1. Bed side clotting test (untuk menilai fungsi
pembekuan darah/penilaian tidak langsung
kadar fibrinogen)
Cara :
- Ambil darah vena 2 ml masukkan ke
dalam tabung kemudian diobservasi
- Genggam bagian tabung yang berisi darah
- Setelah 4 menit, miringkan tabung untuk
melihat lapisan koagulasi di permukaan
- Lakukan hal yang sama setiap menit
Interpretasi :
• Bila bagian permukaan tidak membeku
dalam waktu 7 menit, maka diperkirakan
titer fibrinogen di bawah nilai normal
(kritis)
• Bila terjadi pembekuan tipis yang mudah
robek saat tabung dimiringkan, keadaan
ini juga menunjukkan kadar fibrinogen di
bawah ambang normal
• Penatalaksanaan :
- Tirah baring.
- Berikan Deksametason 20mg/48
jam(dibagi 4 dosis)/ Betametason 24
mg/48 jam (dibagi 2 dosis)
- USG untuk mengetahui implantasi
plasenta, usia kehamilan, profil biofisik,
letak dan presentasi janin.
- KTG serial setiap 3 hari
• Aktif bila :
- Usia kehamilan cukup bulan, janin hidup
dilakukan persalinan perabdominam
- Usia kehamilan kurang bulan, janin viable
(pematangan paru sebelumnya bila
memungkinkan), dengan persalinan
perabdominam
- Bila keadaan memburuk (perdarahan dan
kontraksi uterus berlangsung terus)
dikelola sebagai derajat sedang/berat.
Derajat sedang/berat:
1. Perbaikan keadaan umum
a. Resusitasi cairan/transfusi darah
- Berikan darah lengkap segar
- Jika tidak tersedia pilih salah satu
dari plasma beku segar, sel darah
merah packed (PRC), kriopresipitat,
konsentrasi trombosit.
b. Atasi kemungkinan gangguan
perdarahan
2. Melahirkan janin
a. Dengan mengupayakan partus
pervaginam (amniotomi dan tetes
oksitosin) bila skor pelvik > 6 atau bila
diperkirakan persalinan bisa
berlangsung < 6 jam.
b. Dengan persalinan perabdominam bila
skor pelvik < 6 atau bila diperkirakan
persalinan akan berlangsung > 6 jam,
atau bila sesudah 6 jam dikelola janin
belum lahir pervaginam.
Catatan :
Bila janin masih hidup dan kemungkinan viable
(> 28 minggu dan atau BBJ > 1000 gram),
dilakukan tindakan persalinan dengan seksio
sesarea
9. Edukasi
(Hospital Health Promotion)
10. Prognosis
Dubia
15. Kepustakaan
RUMAH SAKIT
UNIVERSITAS PANDUAN PRAKTEK KLINIS (PPK)
SUMATERA UTARA
KETUBAN PECAH DINI (ICD 10 - )
1. Pengertian ( Definisi) KPD Preterm : Pecahketuban yang terbukti
dengan
padausia< 37 minggu sebelum
onset persalinan
KPD Aterm :Pecah ketuban saat kehamilan>
37
minggu
2. Anamnesis Keluar Air, nyeri ( - ), lendir darah (-)
3. Pemeriksaan Fisik Dengan spekulum lebih dipilih dari pada periksa
dalam vaginal pooling , tesnitrazin , danatautes
fern (+)
4. Kriteria Diagnosis Penilaian awal harus meliputi tiga hal, yaitu
konfirmasi diagnosis, konfirmasi usia gestasi dan
presentasi janin, dan penilaian kesejahteraan
maternal dan fetal. Tidak semua pemeriksaan
penunjang terbukti signifikan sebagai penanda
yang baik dan dapat memperbaiki luaran.
5. Diagnosis Kerja
KPD Memanjang
Antibiotik disarankan pada kejadian KPD
Preterm.Pemberian eritromycin atau penicillin
adalah pilihan terbaik. Pemberian antibiotic dapat
dipertimbangkan bila KPD memanjang.
Medikamentosa untuk KPD memanjang adalah
benzilpenisilin 1,2 gram secara IV setiap 4 jam,
dan dapat dibeli klindamisin (jika alergi penisilin)
600 mg IV setiap 8 jam.
Manajement aktif
Pada kehamilan>37 minggu disarankan untuk
dilakukan induksi . Meskipun demikian ,jika
pasien memilih ekspektatif, harus dihargai.
Pemberian Oksitocin lebih dipilih dibandingkan
dengan prostaglandin. Pemberian kortikosteroid
antenatal pada wanita dengan KPD Preterm dapat
menurunkan resiko RDS dan kematian neonatus.
Tokolisis tidak dianjurkan pada kasus KPD
Preterm.
5. Diagnosis Kerja
Kemoterapi Neoadjuvan
Kemoterapi neoadjuvan adalah pemberian
kemoterapi sebelum pembedahan primer.Indikasi
kemoterapi neoadjuvan antara lain
1. Tumor ovarium suspek ganas stadium
lanjut,unresectable dengan sitologi
(ascites/pleura positif) atau resectabilitas
yang dinilai dg laparotomy atau
laparoscopy diagnostic
2. Operasi primer diperkirakan sukar
mencapai pembedahan debulking yang
optimal.Atau kondisi pasien diprediksi
berisiko tinggi untuk tindak pembedahan,
misalnya malnutrisi berat, memiliki
comorbiditas tindakan seperti, kelainan
fungsi paru maka dapat dipertimbangkan
untuk pemberian kemoterapi neoadjuvan.
3. Kondisi nonmedis
9. Edukasi
(Hospital Health Promotion)
10. Prognosis
5. Diagnosis Kerja
9. Edukasi
(Hospital Health Promotion)
10. Prognosis
7. Pemeriksaan Penunjang
RUMAH SAKIT
UNIVERSITAS PANDUAN PRAKTEK KLINIS (PPK)
SUMATERA UTARA
KANKER VULVA (ICD 10 - )
1. Pengertian ( Definisi) Kanker Vulva merujuk pada pertumbuhan
abnormal dan bersifat kanker di organ kelamin
wanita luar. Vulva merujuk pada organ kelamin
wanita luar, yang meliputi bibir kemaluan,
introitus vagina, clitoris, dan perineum.
2. Anamnesis
3. Pemeriksaan Fisik Dengan spekulum tidak didapatkan kelainan di
serviks. Lesi invasif yang masih terlokalisasi
terlihat di vulva. Pemeriksaan rektal dapat
mengetahui besarnya uterus, perluasan ke
parametrium, rektum. Kalau penyakit sudah
meluas maka dapat ditemukan pembesaran
kelenjar getah bening, pembesaran hati, masa di
abdomen , atau tanda penyebaran ke tulang dll.
5. Diagnosis Kerja
B. Non operabel
1. Radiasi / Kemoradiasi
9. Edukasi
(Hospital Health Promotion)
10. Prognosis
RUMAH SAKIT
UNIVERSITAS PANDUAN PRAKTEK KLINIS (PPK)
SUMATERA UTARA
TUMOR TROFOBLAS GESTASIONAL (ICD 10 - )
1. Pengertian ( Definisi) PTG (Penyakit Trofoblas Gestasional) yang
bersifat ganas TTG/PTM meliputi Mola
Persistent, Mola invasive, Koriokarsinoma,
Placental Site Trophoblastic Tumor
HBES (History of Pregnancy Bleeding
2. Anamnesis Enlargment of Uterus, Softening Cervix)
3. Pemeriksaan Fisik
10. Prognosis
3. Pemeriksaan Fisik
5. Diagnosis Kerja
1. Servisitis
6. Diagnosis Banding 2. Eritoplakia
3. Makulo-papula
Pemeriksaan tambahan dapat berupa kolposkopi,
7. Pemeriksaan Penunjang
biopsi terarah, dan kuretase endoservikal.
a. Krioterapi
b. Elektrokauter
d. CO2 Laser
II.Konisasi.(18,19)
C. Konisasi laser.
9. Edukasi
(Hospital Health Promotion)
10. Prognosis
RUMAH SAKIT
UNIVERSITAS PANDUAN PRAKTEK KLINIS (PPK)
SUMATERA UTARA
PROLAPSUS ORGAN PANGGUL(ICD 10 – N81)
1. Pengertian ( Definisi) Turunnya/descend/desencus atau penonjolan
(protusio/bulging)/ herniasi isi organ panggul ke
dalam vagina atau ke luar vagina akibat
kelemahan struktur penyokong dasar panggul
• Perasaan berat pada perut bagian bawah
• Penonjolan atau protusio jaringan pada vagina
atau melewati vagina
• Low back pressure/pain (merasa ada tekanan
atau rasa berat atau nyeri daerah panggul)
• Perubahan fungsi seksual
• Keluhan berkemih meliputi:
2. Anamnesis • Inkontinensia stres (tekanan)
• Urgensi dan inkontinensia urge
• Inkontinensia campuran
• Disfungsi berkemih (hesitansi atau
gangguan pengosongan kandung kemih)
• Perlu memasukan organ prolapsus saat
berkemih
• Sulit defekasi pada rektokel
• Tes stres/Tes valsalva
3. Pemeriksaan Fisik • Tes Bonney
• Perhatikan adanya ulkus pada porsio
• Anamnesis
• pemeriksaan Fisik
4. Kriteria Diagnosis • Pemeriksaan Ginekologi
• Pemeriksaan penunjang (USG)
• Pemeriksaan sistem POP-Q
5. Diagnosis Kerja
5. Diagnosis Kerja
1. Recurrent cystitis
2. Urethritis
6. Diagnosis Banding
3. Pielonefritis
4. Bacterial asymptomatic
1.Urine mikroskopik berupa peningkatan >103
bakteri /Lpb
7. Pemeriksaan Penunjang 2.Kultur urin (hanya diindikasikan untuk pasien
yang memiliki riwayat kekambuhan infeksi
salurah kemih atau infeksi dengan komplikasi).
1. Minum air putih minimal 2 liter/hari bila fungsi
ginjal normal.
2. Menjaga higienitas genitalia eksterna
3. Pada kasus nonkomplikata, pemberian
antibiotik selama 3 hari dengan pilihan antibiotik
8. Tata Laksana
sebagai berikut:
a. Trimetoprim sulfametoxazole
b. Fluorikuinolon
c. Amoxicillin-clavulanate
d. Cefpodoxime
9. Edukasi Gagal ginjal, Sepsis , ISK berulang atau kronik
(Hospital Health Promotion) kekambuhan
10. Prognosis
11. Tingkat Evidens I untuk Tindakan no 1 & no 2
RUMAH SAKIT
UNIVERSITAS PANDUAN PRAKTEK KLINIS (PPK)
SUMATERA UTARA
FISTULA UROGENITAL (ICD 10 - )
1. Pengertian ( Definisi) Suatu hubungan abnormal antara dua atau bahkan
lebih organ internal urogenital atau terbentuknya
hubungan antara saluran kemih (uretra, kandung
kemih, ureter) dan saluran genitalia (vagina,
uterus, perineum)
2. Anamnesis Kebocoran urin melalui vagina tanpa nyeri
dan terjadi setelah proses persalinan atau
operasi dan radiasi
Urin dapat merembes atau mungkin terjadi
sekali – sekali
Bab keluar dari kemaluan
3. Pemeriksaan Fisik Iritasi daerah vulva, paha dan infeksi saluran
kemih
Vulva dan perineum biasanya basah dan
disertai bau urin atau feses
4. Kriteria Diagnosis Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Ginekologi
Pemeriksaan Penunjang
5. Diagnosis Kerja
6. Diagnosis Banding
9. Edukasi
(Hospital Health Promotion)
10. Prognosis
RUMAH SAKIT
UNIVERSITAS PANDUAN PRAKTEK KLINIS (PPK)
SUMATERA UTARA
AGENESIS VAGINA DAN HIPOPLASIA VAGINA (ICD 10 - )
1. Pengertian ( Definisi) Kelainan kongenital yang terjadi pada wanita,
dimana tidak terbentuknya atau terbentuk
sebagian vagina sedangkan tanda - tanda seks
sekundernya berkembang normal.
2. Anamnesis Gangguan dalam bersenggama
Nyeri perut bawah siklik
Amenorea primer
3. Pemeriksaan Fisik Terdapat cekungan yang dangkal atau yang
agak dalam
Ditemukan jaringan yang tebal pada labia
4. Kriteria Diagnosis Diperlukan karena seringkali agenesis vagina
disertai dengan tidak terdapatnya ginjal
5. Diagnosis Kerja
9. Edukasi
(Hospital Health Promotion)
10. Prognosis
RUMAH SAKIT
UNIVERSITAS PANDUAN PRAKTEK KLINIS (PPK)
SUMATERA UTARA
SEPTUM VAGINA (ICD 10 - )
1. Pengertian ( Definisi) Sekat sagital di vagina dapat ditemukan di bagian
atas vagina
2. Anamnesis Biasanya penderita tidak akan mengeluhkan suatu
gejala, namun apabila pasien dalam keadaan
inpartu, septum vertikal dapat menghalangi
penurunan dan kesulitan menilai pembukaan.
Tampak selaput pada liang vagina, dapat parsial
3. Pemeriksaan Fisik
ataupun komplit
Anamnesis
4. Kriteria Diagnosis Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
5. Diagnosis Kerja
6. Diagnosis Banding Himen Imperforata
Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Intravenus pielogram (IVP)
7. Pemeriksaan Penunjang Laboratorium
Karena seringkali agenesis vagina disertai dengan
tidak terdapatnya cerviks, uterus bahkan ginjal
Apabila pasien dalam keadaan bersalin,
septum vertikal dapat digunting dan diikat.
8. Tata Laksana
Dapat dilakukan tindakan pembedahan untuk
melihat luas septum vagina
Setelah operasi, 3 hari pertama pasien
dianjurakan diet cair, dan diet normal pada
hari ke 6. Mobilisasi dilakukan pada hari ke
10.
9. Edukasi Kateter dipertahankan selama satu minggu
(Hospital Health Promotion) hingga stent dibuka, tujuannya untuk
mencegah kontaminasi urin terhadap luka
operasi
Enam bulan pertama pasien disuruh kontrol
setiap bulan
5. Diagnosis Kerja
6. Diagnosis Banding
5. Diagnosis Kerja
RUMAH SAKIT
UNIVERSITAS PANDUAN PRAKTEK KLINIS (PPK)
SUMATERA UTARA
MIOMA UTERI (ICD 10 – D25 )
1. Pengertian ( Definisi) Tumor jinak rahim yang berasal dari miometrium
yang tumbuh berkembang ke sub mukosa, intra
mural, subserosa maupun pedunkulated
2. Anamnesis - Keluhan tergantung kepada ukuran,
jumlah, dan lokasi dari pada mioma
- keluhan terbanyak perdarahan uterus yang
banyak dan panjang
- Perut terasa membesar, nyeri (rasa tidak
nyaman) pelvik ataupun perut
- Didapatkan gejala atau gangguan akibat
penekanan tumor, seperti : gangguan
urineren dan konstipasi
- Didapatkan riwayat subfertilitas, atau
riwayat keguguran dan riwayat gangguan
pertumbuhan janin
- Dispareunia
- Pada pemeriksaan di daerah perut
didapatkan adanya benjolan
uni/multinodular yang bersifat kenyal
(padat)
- Pemeriksaan fisik stabilitas keadaan
hemodinamik apabila dijumpai
manifestasi perdarahan akut dan banyak
- Pada pemeriksaan inspekulo bisa
didapatkan adanya benjolan yang keluar
3. Pemeriksaan Fisik
dari uterus dan pada perabaan kesan
keluar dari kanal servikalis terkesan
berasal dari uterus
- Pada pemeriksaan dalam (bimanual) :
teraba massa di rongga pelvik
kenyal/padat bisa digerakkan didapatkan
uterus lebih besar dari ukuran normal. Jika
massa pada daerah perut digerakkan,
serviks juga akan ikut bergerak.
- Anamnesis
- pemeriksaan Fisik
- Pemeriksaan Ginekologi
- Pemeriksaan penunjang (USG)
- Mioma submukous
o tipe 0. massa mioma 100%
4. Kriteria Diagnosis
intrakavum uterus
o tipe 1. massa mioma > 50%
intrakavum uterus
o tipe 2. massa mioma < 50%
intrakavum uterus
5. Diagnosis Kerja
- Adenomiosis
- Kehamilan
- Neoplasma Ovarium
- Tumor jinak pelvis (tumor ovarium jinak,
6. Diagnosis Banding
kista ovarium hemoragik,
- Kista dermoid, endometrioma
- Tumor ganas pelvik (kanker ovarium,
kanker endometrium leiomiosarkoma)
a. Ultrasonografi TAS /TVS (gold standar)
(3D/4D)
b. Saline infusión sonography
7. Pemeriksaan Penunjang c. CT-Scan / MRI
d. Laboratorium Rutin
e. Papsmear / Kuretase Diagnostik
f. Foto Thoraks / EKG / BNO-IVP
g. Pemeriksaan Histopatologi Jaringan
8. Tata Laksana Asymptomatik hanya observasi
Symptomatik
• Medikal (penanganan jangka
pendek )
• Pemberian NSAIDS
• Kontrasepsi
• LNG-IUS
• Progesteron reseptor
(mefiproston)
• Aromatase inhibitor
( lantrozol)
• GnRHa
• Surgikal
• mioma submukous < 3cm
endometrial ablation histeroskopik
• bila ukuran uterus lebih dari
gravida 12 minggu dan a tau
disertai penyulit seperti
perdarahan, torsi, infeksi,
degenerasi, gejala penekanan
akibat tumor, atau infertilitas. dan
gejala menetap pada medikal
therapi
• Bisa dilakukan miomektomi
(abdominal. laparaskopik,
histereskopik untuk tipe 0 dan 1),
histerektomi (abdominal dan
transvaginal) ataupun ekstirpasi.
• Minimal invasive (miolisis) :
Embolisasi
Indikasi Pemberian GnRHa preoperatif
• koreksi anemi peroperatif
• estika, tindakan histeroskopik,
laparaskopik dan pendekatan
transvaginal operatif
Dilakukan miomektomi bila fungsi
reproduksi masih diinginkan, atau
histerektomi bila pertumbuhannya cepat
atau tidak diperlukan lagi fungsi
reproduksi
Pada pasien yang menolak pembedahan
dapat dilakukan medikal ataupun minimal
invasive
Histerektomi merupakan penanganan
definitif mioma
Pencegahan kanker ovarium, nyeri kronik
post operasi dapat dilakukan BSO ataupun
salphingektomi pada kasus beresiko
9. Edukasi Dilakukan edukasi mengenai diagnosis dan
(Hospital Health Promotion) rencana terapi serta prognosis dari penyakit
10. Prognosis - Miomektomi abdominal (rekurensi
single): 27%. rekurensi Multiple: 59%)
- Miomektomi laparaskopik (rekurensi 1
thn: 12% , 8 thn : 84%)
- Komplikasi miomektomi abdominal
(11%)
- Komplikasi miomektomi
laparaskopi (8-11%)
- Komplikasi miomektomi
histeroskopik (1-5%)
- Efektivenes histeroskopik
miomektomi (1thn: 95%, 5th: 76%)
- Serius komplikasi (3%). mortality
(0.038%)
- Jenis komplikasi
- Perdarahan dengan kebutuhan
transfusi (2.3%)
- Trauma ureter dan kandung
kemih (0.7%)
- Reoperatif (0.7%)
- Abses pelvik (0.2%)
- VTE (0.4%)
- Trauma usus (0.04%)
- Komplikasi histerektomi abdominal
- Sangat Sering (> 10%)
- Sering (1-10%)
- Tidak Sering (0,1-1%)
- Jarang (0,01-0,1%)
- Sangat Jarang (<0.01%)
5. Diagnosis Kerja
15. Kepustakaan
RUMAH SAKIT
UNIVERSITAS PANDUAN PRAKTEK KLINIS (PPK)
SUMATERA UTARA
PARTUS TERLANTAR (ICD 10 - )
1. Pengertian ( Definisi) Partus terlantar (neglected labor) adalah suatu
keadaan fase akhir dari suatu persalinan yang
macet dan berlangsung lama, sehingga
menimbulkan komplikasi terhadap ibu (kelelahan,
dehidrasi, infeksi) dan anak (asfiksia, kematian
janin dalam persalinan) karena penatalaksanaan
yang tidak baik atau kelalaian penolong
persalinan.
2. Anamnesis 1. bayi tidak lahir selama persalinan
2. Pemantauan kemajuan persalinan yang
terbengkalai
3. Pemeriksaan Fisik 1. Kontraksi uterus berlebihan
2. Oedem vulva
3. Gawat janin
4. Tanda-tanda dehidrasi
5. Dijumpai caput pada kepala janin
7. Pemeriksaan Penunjang
1. Ultrasonografi TAS /TVS (gold standar)
(3D/4D)