2018
Tondang, Depinia
Universitas Sumatera Utara
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/6730
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
PENENTUAN KADAR ION SULFIDA DALAM AIR
SUMUR BOR DAN FILTER MEDAN PERMAI DENGAN
ALAT SPEKTROFOTOMETER DR/2010
DEPINIA TONDANG
152401004
2018
DEPINIA TONDANG
152401004
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pemurah dan Maha
Penyayang, dengan limpah karunia-Nyapenulis dapat menyelesaikan penyusunan
laporan tugas akhir ini dengan judul “ Penentuan Kadar Ion Sulfida Dalam Air Sumur
Bor dan Air Filter Medan Permai Dengan Alat Spektrofotometer Dr 2010 “penulis
dapat menyelesaikan penyusunan laporan tugas akhir ini dengan judul yang
merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan perkuliahan di jurusan Kimia
Program Studi Diploma-3 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas SumateraUtara.
Medan,juli 2018
Depinia Tondang
ABSTRAK
Telah dilakukan penentuan kadar ion sulfida pada air sumur bor dan air filter secara
spektrofotometer dengan panjang gelombang 655nm. Dari hasil analisa yang
diperoleh kadar sulfida pada sampel air sumur bor 0,005 mg/L dan air filter 0,003
mg/L memenuhi standart persyaratan kualitas air minum dengan
PERMENKES416/MEN.KES/PER/IX/1990. Dimana standart kualitas air minum
dan kadar Maksimum yang diperbolehkan adalah 0,05 mg/L .
Kata kunci : Sulfida, Air Sumur Bor, Air Filter, Spektrofotometer DR /2010
ABSTRACT
The identification of sulfide ion content in drilled well water and filtered water by
using spectrophotometer with wavelenght 655 nm. From the result of the analysis,
the content of sulfide ion in the well-drilled water sample reaches 0,005 mg/L and in
the filtered water reaches 0,003 mg/L. The result of the analysis thus, has met the
standard requirements of drinking water quality in accordance to
PERMENKES416/MEN.KES /PER/IX/1990. Which stated that the content of sulfide
ion in the drinking water can reach maxium of 0,05 mg/L, and thus the quality of
drinking water acceptable.
Halaman
PERNYATAAN ...................................................................................................................ii
ABSTRAK ......................................................................................................................... iv
ABSTRACT ........................................................................................................................ v
BAB 1 PENDAHULUAN
4.2 Pembahasan............................................................................................................. 29
5.2 Saran........................................................................................................................ 31
DAFTAR PUSTAKA
lamp
PENDAHULUAN
Saat ini masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi kuantitas
air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas
air untuk keperluan domestik yang semakin turun. Kegiatan industri, domestik, dan
kegiatan yang lain berdampak negatif terhadap sumber daya air, menyebabkan
penurunan kualitas air. Oleh karena itu, pengolahan sumber daya air sangat penting
agar dimanfaatkan secara berkelanjutan dengan tingkat mutu yang diinginkan.
Berdasarkan analisa unsur dan uraian diatas maka penulis tertarik untuk
membahas masalah dengan memilih judul yaitu: “ Penentuan Kadar Ion Sulfida
Dalam Air Sumur Bor Dan Filter Medan Permai Dengan Alat Spektrofotometemer
Dr/2010 “.
1.2 Permasalahan
Apakah sampel air sumur bor dan filter dari salah satu perusahaan daerah air minum
kota medan permai memenuhi persyaratan PERMENKES416 /MEN.KES /PER/ IX/
1990
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui kadar sulfida yang terkandung di air sumur bor dan filter dan
apakah kadar sulfida tersebut sudah memenuhi standart mutu yang telah ditetapkan
PERMENKES416/MEN.KES/PER/IX/1990
1.4 Manfaat
Adapun maanfaat dari penentuan kadar ion sulfida dari air sumur bor dan filter
medan permai adalah umtuk memberikan informasi kepada masyarakat bahwa ion
sulfida yang terkandung pada air tersebut sudah memenuhi standart mutu
PERMENKES416/MEN.KES/PER/IX/1990 dan layak dikomsumi masyarakat
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air
Air merupakan zat kimia yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia dan
makhluk hidup lainnya dan fungsinya bagi kesehatan dan fungsinya bagi kehidupan
tersebut tidak dapat digantikan oleh senyawa lainnya. Hampir semua kegiatan yang
dilakukan manusia membutuhkan air.
Air merupakan zat yang penting dalam kehidupan setelah udara. Sekitar tiga
per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun dapat bertahan
hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Selain itu air juga dipergunakan untuk
memasak, mencuci, mandi dan juga untuk keperluan industri, pertanian,transportasi
dan lain-lain(Chandara,2005).
Dalam jaringan hidup, air merupakan medium untuk berbagai reaksi dan
prose ekskresi. Air merupakan komponen utama baik dalam tanaman maupun hewan
termasuk manusia. Tubuh manusia terdiri dari 60-70%. Transportasi zat-zat makanan
dalam tubuh semuanya dalam bentuk larutan dengan pelarut air. Juga hara- hara
dalam tanah hanya dapat diserap oleh akar dalam bentuk larutannya. Oleh karena itu
kehidupan ini tidak dapat dipertahankan tanpa air ( Achmad. 2004).
Dewasa ini air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang seksama
dan cermat, untuk mendapatkan air yang baik, sesuai dengan standar tertentu, sat ini
menjadi barang yang mahal karena air sudah banyak tercemar oleh bermacam-
macam limbah dari hasil kegiatan manusia. Air yang ada di bumi ini tidak pernah
Sifat air yang penting dapat digolongkan kedalam sifat fisis sifat kimiawi dan
sifat biologis.
Sifat Fisik.
a) Titik beku 0 0 C
b) Titik didih 1000 C
c) Wujud padat sebagai es, wujud cair sebagai air dan mujud gas sebagai uap air
d) Masa jenis es (0o C) 0,92 g/cm3
e) Masa jenis air (00 C) 1,00 gr/cm3
f) Specific heat 1/gram/ 0 C
g) Panas penguapan 540 kal/ gram
h) Temperatur kritis 347 0 C
i) Tekanan kritis 217 Atm
j) Konduktivitas listrik spesifik 250 C 1x 10-17/ohm- cm
k) Konstanta dielektrikum (250 C) ( Slamet, 1994)
Sifat Kimia
Air memiliki pH= 7 dan oksigen terlarut (DO) jenuh pada 9 mg/I. Air
merupakan pelarut yang universal hampir semua jenis zat dapat larut di dalam air.
Air juga merupakan cairan biologis, yakni didapat dalam tubuh semua organisme
(Slamet, 1994).
Kesedahan air merupakan hal sangat penting dalam penyedian air bersih. Air
dengan kesadahan tinggi memerlukan sabun lebih banyak sebelum terbentuk busa
(Suripin, 2004).
H2O H+ + OH-
Air merupakan pelarut yang baik. Air dapat bereaksi dengan basa kuat dan asam
kuat. Air bereaksi dengan berbagai subtansi membentuk senyawa padat dimana air
terikat dengannya, misalnya senyawa hidrate (Gabriel, 2001).
Sifat Biologis
Didalam suatu lingkungan air, terdapat berbagai benda hidup yang khas bagi
lingkungan tersebut. Benda hidup di perairan karenanya dibagi kedalam organisme
yang native dan yang tidak native bagi lingkungan tersebut. Organisme native dalam
badan air biasanya merupakan organisme yang tidal patogen terhadap manusia
sedangkan organisme tidak native dapat berasalkan air limbah, air hujan, debu dan
lain- lain (Slamet, 1994).
Air yang berada dipermukaan bumi ini dapat berasal dari berbagai sumber.
Berdasarkan letak sumbernya, air dapat dibagi menjadi:
a) Air Angkasa(hujan)
b) Air Permukaan
c) Air Tanah
A. Air angkasa (hujan)
B. Air Permukaan
Air permukaan yang meliputi badan- badan air semacam sungai, danau,telaga,
waduk, rawa, terjun dan sumur permukaan, sebagian besar berasal dari air hujan
yang jatuh ke permukaan bum. Air tersebut kemudian akan mengalami pencemaran
baik oleh tanah, sampah maupun lainnya.
C. Air Tanah
Air tanah berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi yang kemudian
mengalami perkolasi atau penyerapan kedalam tanah dan mengalami proses filtrasi
secara alamiah. Proses-proses yan dialami air hujan tersebut di dalam perjalanannya
ke bawah tanah, membuat air tanah menjadi lebih baik dan lebih murni dibandingkan
air permukaan (Chandra, 2005).
Terjadi karena daya proses peresapan air dari permukaan tanah lumpur akan tertahan
demikian pula dengan sebagian bakteri, sehingga air tanah akan jernih tetapi lebih
banyak mengandung zat kimia (garam-garam yang terlarut) karena mempunyai
lapisan tanah yang mempunyai unsur-unsur kimia tertentu untuk lapisan tanah. Lapis
tanah disini berfungsi sebagai saringan. Disimaping penyaringan, pengotoran juga
masih terus berlangsung, terutama pada muka air yang dekat dengan muka tanah,
setelah menemui lapisan rapat air, air akan terkumpul merupakan air tanah dangkal
dimana air tanah ini dimanfaatkan untuk sumber air minum melalui sumur-sumur
dangkal. Air tanah dangkal ini dapat pada kedalaman 15,00 m. Sebagai sumur air
Terdapat setelah lapisan air yang pertama, pengambilan air tanah dala tak semudah
pada air tanah dangkal.
Kualitas dari air tanah dalam pada umumnya lebih baik dari air dangkal, karena
penyaringannya lebih sempurna dan bebas dari bakteri. Susunan unsur-unsur kimia
tergantung pada lapis-lapis tanah yang dilalui. Jika memalui tanah kapur, maka air
itu akan menjadi sadah, karena mengandung Ca(HCO 3 ) 2 dan Mg (HCO 3 ) 2 . Jika
melalui batuan granit, maka air itu lunak dan agresif karena mengandung gas CO 2
dan Mn (HCO 3 ) 2 .
c. Mata air
Adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah mata air yang
berasal dari tanah dalam, hapir tidak terpengaruh oleh musim dn
kualitas/kuantitasnya sama dengan keadaan air dalam.
Badan air dicirikan oleh tiga komponen utama, yaitu komponen hidrologi, komponen
fisika kimia, dan komponen biologi. Penilaian kualitas suatu badan air harus
mencakup ketiga komponen tersebut.
A. Air Permukaan
Air permukaan adalah air yang berada air yang berada di sungai, danau, waduk,
rawa, dan badan air lain, yang mengalami infiltrasi ke bawah tanah.
a. Perairan Tergenang(Lentik)
Perairan tergenang meliputi danau, kolam, waduk (reservoir), rawa
(wetland) dan sebagainya. Perairan tergenang(lentik), khususnya danau,
biasanya mengalami stratifikasi secara vertikal akibat perbedaan
intensitas cahaya dan perbedaan suhu pada kolom air yang terjadi secara
vertikal.
b. Perairan mengalir (Lotik)
Salah satu contoh perairan mengalir adalah sungai. Sungai dicirikan oleh
arus yang searah dan relatif kencang, dengan kecepatan berkisar antara
0,1-1,0 m/detik,serta sangat dipengaruhi oleh waktu, dan iklim.
B. Air Tanah
Air tanah merupakan air yang berada di bawah permukaan tanah. (Effendi,2003)
Air yang bercampur dengan satu atau berbagai campuran hasil buangan disebut air
tercemar/air kotor.
Menurut lokasi pencemaran maka air tercemar ini digolongkan dalam 2 lokasi yaitu:
Air bersih adalah air yang sudah terpenuhi syarat fisik, kimia, namun bakteriologi
belum terpenuhi. Air bersih ini diperoleh dari sumur gali, sumur bor, air hujan, air
dari sumber mata air. Pemanfaatan air bersih secara umum dapat dikatakan
penggunan air bersih sebagai berikut:
Air siap minum/air minum ialah air yang sudah terpenuhi syarat fisik, kimia,
bakteriologi serta level kontaminasi maksimum (LKM) (Maximum Contaminant
level).
Level kontaminasi maksimum meliputi sejumlah zat kimia, kekeruhan dan bakteri
koliform yang diperkenankan dalam batas-batas aman. Lebih jelas lagi, bahwa air
siap minum/ air minum yang berkualitas harus terpenuhi syarat sebagai berikut:
a) Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara
langsung, tanpa pengolahan terlebih dahulu.
b) Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum.
c) Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha
diperkotaan, industri, dan pembangkit listrik dengan air (Effendi, 2002).
Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat
langsung diminum. Sedangkan air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan
sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila
telah dimasak (Rahayu, 2007).
Air minum merupakan salah satu kebutuhan manusia yang paling penting. Seperti
diketahui, kadar air tubuh manusia mencapai 68 persen dan untuk tetap hidup air
dalam tubuh tersebut harus dipertahankan. Kebutuhan air minum setiap orang
bervariasi dari 2,1 liter hingga 2,8 liter per hari, tergantung pada berat badan dan
Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak
berbau. Air minum pun seharusnya tidak mengandung kuman pathogen dan segala
makhluk yang membahayakan kesehatan manusia. Tidak mengandung zat kimia
yang dapat mengubah fungsi tubuh, tidak dapat diterima secara estetis, dan dapat
merugikan secara ekonomis. Air itu seharusnya tidak korosif, tidak meninggalakan
endapan pada seluruh jaringan distribusinya. Pada hakekatnya, tujuan ini dibuat
untuk mencegah terjadinya serta meluasnya penyakit bawaan air. Air minum yang
memenuhi persyaratan harus memenuhi syarat fisik, kimia, bakteriologis, serta level
kontaminasi maksimum (LKM). Level kontaminasi maksimum meliputi sejumlah zat
kimia, kekeruhan dan bakteri Coliform yang diizinkan dalam batas-batas maksimum
(Slamet, 1994).
A.Syarat fisik
Air yang sebaiknya digunakan untuk minuman ialah air yang tidak berwarna, tidak
berasa dan tidak berbau, jernih denga suhu sebaiknya suhu dibawah udara
sedemikian rupa sehingga menimbukan rasa nyaman. Syarat fisik ini adalah syarat
yang sederhana sekali, karena dalam praktek sehari-hari, sering ditemui air yang
memenuhi semua syarat diatas, tetapi jika ditinjau dari segi kesehatannya tidak
memenuhi syarat karena mengandung bibit penyakit. (Sutrisno, 1991).
(Permenkes NO.907/MENKES/SL/VII/2002)
B.Syarat Kimia
Air minum yang baik ialah air yang tidak teremar secara berlebihan oleh zat-zat
kimia ataupun mineral, terutama oleh zat-zat ataupun mineral yang berbahaya bagi
kesehatan. Selanjutnya diharapkan padat zat ataupun bahan kimia yang terdapat
dalam air minum, tidak sampai menibulkan kerusakan pada tempat penyimpanan air,
sebaliknya zat atupun bahan kimia atau mineral yang dibutuhkan oleh tubuh,
hendaknya harus terdapat dalam kadar yang senwajarnya dalam air minum tersebut
(Sutrisno, 1991).
a) Ph netral (pH=7)
b) Tidak mengandung bahan kimia beracun
c) Tidak mengandung garam atau ion-ion logam
d) Kesadahan rendah
e) Tidak mengandung bahan organik (Kusnaedi, 2010)
Secara teoritis semua air minum hendaknya dapat terhindar dari kemungkinan
kontaminasi denga bakteri, terutama yang bersifat pathogen. Namun dalam
kehidupan sehari-hari, amat sukar untuk menentukan apakah air tersebut benar-benar
dari bakteri atau tidak. Untuk mengkur apakah air minum bebas bakteri atau tidak,
pegangan yang diapakai adalah E.coli (Sutrisno, 1991)
Adalah kandungan bakteri dalam air. E.coli dan koliform lainnya, koliform yang
mampu meragikan asam penghasil glukosa dan laktosa. Organisme lain yang
dijadikan parameter mikrobiologi adalah Streptococcus faecalis dan Clostridium
welchii (Rahayu, 2007).
Air merupakan kebutuhan bagi proses kehidupan dibumi ini, baik untuk keperluan
hidup sehari-hari untuk keperluan industri, untuk kebersihan sanitasi kota, maupun
keperluan pertanian dan lain sabagainya. Di dalam kegiatan industri dan teknologi,
air yang telah digunakan (air limbah industri ) tidak boleh langsung dibuang ke
lingkungan karena dapat menyebabkan pencemaran. Air tersebut harus dioalah
terlebih dahulu agar mempunyai kualitas yang sama denagan kualitas lingkungan.
Jadi air limbah industri harus mengalami proses daur ulang sehingga dapat
digunakan lagi atau dibuang kembali ke lingkungan tanpa menyebabkan pencemaran
air lingkungan.
Tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya perubahan atau
tanda yang dapat diamati melalui:
e. adanya mikroorganisme.
Pencemaran air adalah suatu peristiwa masuknya zat kedalam air yang
mengakibatkan kualitas (mutu) air tersebut menurun sehingga dapat mengganggu
atau membahayakan kesehatan masyarakat.
Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkanya mahluk hidup, zat energi dan
atau komponen lain kedalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun
sampai ke tingkat tertentu yang membahayakan yang mengakibatkan air tidak
berfungsi lagi sesuai dengan peruntuknya (Mukono,2006).
a) Suhu
b) Pengeruhan
c) Warna
d) Bau
e) Nitrogen
f) Nitrit
g) Klorida
h) Amonia
i) Kebutuhan oksigen biokimia (BOD)
j) Oksigen yang dipakai (COD)
k) Nilai Permanagan (Mahadi,1993)
Yaitu berasal dari pembuangan air kotor dari kamar mandi, kakus dan dapur
B. Industri
a.Fisik
Bahan pencemar yang berbahaya : Merkuri (Hg), Cadmium (Cd), Timah hitam (Pb),
pestisida dan jenis logam berat lainnya.
c. Mikrobiologi
d. Radioaktif
Beberapa bahan radioaktif yang dihasilkan oleh pembangkit listrik tenaga air.
a. Zat kimia
b. Mikrobiologi
Misalnya virus, bakteri, parasit yang berasal dari kotoran ternak dan cacing tambang
di lokasi perkebunan.
c. Zat Radioaktif
Berasal dari penggunaan zat radioaktif yang dipakai dalam proses pematangan buah,
mendapatkan bibit unggul, dan mempercepat pertumbuhan tanaman. Nuklir (PLTN)
dapat pula menimbulkan pencemaran air ( Mukono,2006).
Air merupakan salah satu sumber kehidupan bagi umat manusia. Apabila air telah
tercemar maka kehidupan manusia akan terganggu ini merupakan bencana besar.
Ketiga macam pengamatan tersebut tidak dipisahkan satu dengan lainnya. Masing-
masing saling mengisi agar diperoleh hasil pengamatan yang lengkap dan cermat.
Air yang tercemar dapat mengakibatkan kerugian yang besar bagi manusia. Kerugian
yang disebabkan oleh pencemaran air dapat berupa:
Air yang tidak dapat dimanfaatkan lagi akibat pencemaran air merupakan kerugian
yang terasa secara langsung oleh manusia. Kerugian langsung ini pada umumnya
disebabkan oleh terjadinya oleh berbagai macam komponen pencemar air. Bentuk
kerugian langsung ini antara lain berupa:
Air lingkungan yang kotor karena tercemar oleh berbagai komponen pencemar
menyebabkan lingkungan hidup menjadi tidak nyaman untuk dihuni. Pencemaran air
dapat menimbulkan kerugian yang lebih jauh lagi, yaitu kematian. Kematian dapat
A. Mikroorganisme
Salah satu indikator bahwa air tercemar adalah adanya mikroorganisme patogen dan
non patogen didalamnya. Danau atau sungai yang terkonaminasi / tercemar
mempunyai spesies mikroorganisme yang berlainan dari air yang bersih. Air yang
tercemar umumnya mempunyai kadar bahan organik yang tinggi sehingga pada
umumnya banyak mengandung mikroorganisme heterotropik. Mikroorganisme
heterotropik akan menggunakan bahan organik tersebut untuk metabolism, misalnya
bakteri kaliform.
B.Curah hujan
Curah hujan di suatu daerah akan menentukan volume dari badan air dalam rangka
mempertahankan efek pencemaran terhadap setiap bahan buangan di dalamnya (
deluting effects). Curah hujan yang cukup tinggi sepanjang musim dapat lebih
mengencerkan(mendispersikan) air yang tercemar.
Bila badan air memiliki aliran yang cepat, maka keadaan itu dapat memperkecil
kemungkinan timbulnya pencemaran air karena bahan polutan dalam air akan lebih
cepat terdispersi.
4. Kualitas Tanah
Kualitas tanah (Pasir atau Lempung) juga mempengaruhi pencemaran air ini
berkaitan dengan pencemaran tanah yang terjadi didekat sumber air. Beberapa
sumber pencemaran tanah dapat berupa bahan beracun seperti pesitsida, herbisida,
logm berat dan sejenisnya serta penimbunan sampah secara besar-besaran (misalnya
open dumping) (mukono, 2006
a. Sebagai sarana angkutan dari pencernaan makanan dalam bentuk gula tunggal
(dextrose/glukosa) asam amino, zat mineral dan vitamin ke jaringan-jaringan untuk
kemudian disimpan di dalamnya.
c. Sarana pengangkutan kelebihan panas dari bagian badan yang bekerja keras, ke
permukaan kulit yang keluar sebagai air keringat, dengan demikian suhu badan dapat
dipertahankan 37°Ϲ (Rismunandar, 1980).
a. Mudah terbakar
b. Memiliki titik beku dan titik didih rendah
c. Biasanya lebih sukar larut dalam air
d. Bersifat isomerisme, beberapa jenis bahan organik memiliki rumus
molekul yang sama
e. Reaksi dengan senyawa lain berlangsung lambat karena terjadi bukan
dalam bentuk ion, melainkan dalam bentuk molekul
f. Berat molekul biasanya sangat tinggi, dapat lebih dari 1000
g. Sebagian besar dapat berperan sebagai sumber makanan bagi bakteri
(Effendi,2002).
a. Tanah berpasir : kedalaman sumur bor antara 20-40 meter sudah memperoleh air.
Biasanya airnya naik 5-7 meter dari permukaan tanah.
b. Tanah liat/padas : kedalaman sumur bor antara 40-60 meter akan diperoleh air
yang baik dan air akan naik mencapai 7 meter dari permukaan tanah.
d. Jumlah algae didalam sumur bor jauh lebih banyak dibandingkan dengan air
sumur gali (Gabriel, 2001).
2.7 Filtrasi
Filtrasi adalah salah satu operasi yang penting dalam proses pemurnian air.
Meskipun penyaringan dan sendimentasi menghapus sebagian besar materi
tersuspensi, tetapi tidak efektif menghilangkan partikel halus, warna, mineral terlarut
dan mikroorganisme. Dalam penyaringan, air yang dilewatkan melalui media filter
untuk menghapus partikulat yang sebelumnya tidak dihapus oleh sedimentasi.
Selama filtrasi, masalah kekeruhan dan jenis koloid dihapus atau tertahan di media
filter, presipitat warna, dan karakteristik kimia air berubah. Kandungan bakteri air
dari unit proses sebelumnya jauh berkurang karena adanya lapisan zoologis aktif
pada bagian atas material penyaringan (Punmia, 1979).
A. Mekanisme penyaringan
Merupakan proses penyaringan zat padat berukuran besar agar dapat lolos melewati
media berpori yang biasanya terjadi dipermukaan media filter.
c. Terjadinya endapan
C. Adsorpsi
Adsorpsi adalah proses penghilangan zat pengotor organik dan anorganik yang tidak
teradsorpsi dalam air karena adanya gaya tarik-menarik antar partikel pengotor
dengan butiran media.
D. Aktifitas kimia
Didalam filter ada aktifitas kimia, dikarenakan bereaksinya beberapa senyawa kimia
dengan oksigen maupun dengan biokarbonat.
E. Aktifitas biologis
Aktivitas ini disebabkan oleh mikroorganisme yang hidup di dalam filter. Secara
alamiah mikroorganisme terdapat di dalam air baku dan apabila melalui filter dapat
tertahan pada butiran filter (Punmia, 1979).
2.8 Sulfida
Sulfida merupakan hasil-hasil dari pada pembusukan zat-zat organik dan juga
akibat dari penurunan kadar belerang. Pembusukan anaerobik dari berbagai zat yang
mengandung belerang dan penurunan kadar campuran-campuran belerang menjadi
sulfida mengasilkan bau-bauan yang tidak menyenangkan. Sulfida hidrogen juga
bertanggungjawab untuk kerusakan semen dan berkatnya logam-logam. Sulfat adalah
Hidrogen sulfida (H 2 S) adalah gas yang sangat beracun yang sangat beracun yang
dihasilkan dari proses penguraian sampah yang mengandung protein (hewani/nabati)
oleh mikroorganisme seperti bakteri dan jamur tanpa bantuan oksigen disekitarnya.
Oleh karena itu hidrogen sulfida (H 2 S) sering ditemui ditempat-tempat seperti
saluran pembuanguan, pengolahan limbah tanaman (H 2 S sering disebut gas saluran
pembuangan), stok pupuk. Industri sumber hidrogen sulfida termasuk ekstraksi
minyak dan gas bumi, produksi rayon teksil, penyamkan kulit, industri kimia dan
pembuangan limbah. Juga sebagai hasil reduksi dengan kondisi anaerob terhadap
sulfat oleh mikroorganisme dan sebagai hasil reduksi dengan kondisi anaerob
terhadap sulfat oleh mikroorganisme dan sebagai salah satu bahan pencemar dari
industri, pabrik kertas, asam lemak dengan harga pKa (1)=6,99 dan pKa (2)=12,92.
Ion S2- tidak pernah ditemukan dalam perairan alami yang bersifat normal. Ion
sulfida mempunyai afanitas yang tinggi dengan banyak logam-logam berat, dan
pengendapan dari logam-logam sulfida sering kali terbentuknya (H 2 S) (Acmad,
2004).
Pada tingkat paparan yang ringan H 2 S dapat menyebabkan gejala-gejala antara lain
sakit kepala atau pusing, lesu, hilang nafsu makan, korosifnya menyebabkan rasa
kering pada hidung, tenggrokan,dan dada, batuk-batuk, dan kulit terasa perih. Proses
terjadinya keracunan pada tubuh manusia ketika kondisi normal, seseorang bernafas
2.9. Spektrofometri
a) Sumber
Sumber yang biasa digunakan pada spektroskopi absorpsi adalah lampu
wolfram.
b) Monokromator
Digunakan untuk memperoleh sumber, sinar yang monokromatis.
c) Sel absorpsi
Pada pengukuran di daerah tampak kuvet kaca atau kuvet kaca corex dapat
digunakan, tetapi untuk pengukuran pada daerah UV kita harus menggunakan
sel kuarsa karena gelas tidak tembus cahaya pada daerah ini.
d) Detektor
Peranan detektor penerima adalah memberikan respons terhadap cahaya pada
berbagai panjang gelombang (Kopkar. 2008).
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1.1 Alat
a. Spektrofotometer DR 2010
b. Kuvet
c. Botol Aquadest
d. Tissue
3.1.2 Bahan
4.1 Hasil
Dari hasil pemeriksaan analisa sulfida pada sempel Air sumur bor dan Air filter
dengan menggunakan spektrofotometer di dapatkan hasil pengukuran sebagai
berikut:
Tabel 4.1. Hasil Pengukuran Sampel Air Sumur Bor dan air Filter Dari PDAM
Tirtanadi Medan Permai
4.2 Pembahasan
Dari hasil analisis yang telah dilakukan pada analisa kadar sulfida pada air
sumur bor dan air filter dengan secara spektrofotometri dimana kadar sulfida yang
didapatkan pada sampel air sumur bor 0,005 mg/L dan air filter 0,003 mg/L
memenuhi standart persyaratan kualitas air minum dengan PERMENKES416
/MEN.KES/PER/IX/1990. Dimana standart kualitas air minum dan kadar Maksimum
yang diperbolehkan adalah 0,05 mg/L.
Sulfida menimbulkan bau tidak sedap, bersifat korosif dan iritan Dimana
dalam dosis tinggi dapat merusak susunan saraf pusat. Sulfida jika terdapat dalam air
kotor akan mengalami oksidasi dengan udara dan membentuk hidrogen sulfida yang
menimbulkan bau tidak sedap. Pada kondisi asam, air yang mengandung ion sulfida
dapat menghasilkan hidrogen sulfida yang sangat beracun meskipun berada dalam
konsentrasi yang rendah (0,02 ppm). Apabila suatu air terkontaminasi dengan adanya
sulfida H 2 S, maka air tersebut jika ditambahkan dengan larutan sulfida, maka akan
terbentuk warna merah muda yang kemudian akan berubah menjadi biru. Selain itu
ciri-ciri yang telah terkontaminasi dengan H 2 S adalah air tersebut berbau busuk yang
pekat dan warna air tersebut akan berubah menjadi kuning.
5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisa yang dilakukan terhadap sampel, maka diperoleh kadar
sulfida sebagai berikut:
Kadar ion sufida dalam air sumur bor yaitu 0,005 mg/L dan air filter 0,003 mg/L
dilakukan dengan alat spektrofotometer memenuhi standart persyaratan kualitas air
minum dengan PERMENKES416 /MEN.KES/PER/IX/1990. Dimana standart
kualitas air minum dan kadar maksimum yang diperbolehkan adalah 0,05 mg/L.
5.2 Saran
Warna merupakan salah satu gangguan dalam analisisa kadar sulfida (S2)
oleh karena itu sampel air yang pekat dan berwarna sebaiknya diencerkan terlebih
dahulu sebelum penambahan reagent. Hal ini dimaksudkan agar absorbansi sampel
air tersebut dapat dibaca oleh alat spektrofotometer.
Kusnaedi. 2010. Mengolah Air Kotor Untuk Air Minum. Jakarta: Penebar Swadaya
Rahayu, I. 2007. Cara Menangani Air Kotor Menjadi Air Bersih. Bandung: Citra
praya.
Suripin. 2004. Pelestarian Sumber Daya Tanah Dan Air. Yogyakarta: Andi
Yogyakarta.