PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
Angka kejadian Sectio caesarea di Indonesia menurut SDKI pada
tahun 2012 adalah 921.000 dari 4.039.000 persalinan atau sekitar 22,8%
dari seluruh persalinan. Penanganan persalinan dengan sectio dengan
proporsi tertinggi di DKI Jakarta (19,9%) dan terendah di Sulawesi
Tenggara (3,3%)1. Sedangkan berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) pada tahun 2013, menunjukkan kelahiran dengan metode
Sectio Caesarea sebesar 9,8% dari total 49.603 kelahiran sepanjang
tahun 2010 sampai dengan 2013, dengan proporsi tertinggi di DKI Jakarta
(19,9%) dan terendah di Sulawesi Tenggara (3,3%). Sedangkam angka
persalinan SC di Jawa Barat menurut RISKESDAS tahun 2013 adalah
sekitar 8,7%.
Menurut Data Rumah sakit RSUD AL ihsan Di Ruang Zaitun III
Kebidanan dari bulan agustus 2019- oktober 2019 angka persalinan SC
sebanyak 238 dari kunjungan pasien pasien 902 orang.
Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang
dari normal, yaitu kurang dari 500 cc. Dari hasil penelitian Lumentut A
dan H. M. M. Tendean (2015) dengan judul Resiko Maternal dan Luaran
Perinatal dengan oligohidramnion Di BLU RSU Prof. DR. R. D. Kandou
Manado Rata-rata umur maternal yang mengalami oligohidramnion
pada kehamilannya, yaitu 30 tahun. Angka tertinggi seksio sesarea
berada diantara umur 35-45 tahun dan angka terendah berada diantara
umur 15-24 tahun.
Insiden oligohidramnion terbanyak ditemukan pada primigravida
(55%). Dan morbiditas operatif juga kebanyakan ditemukan pada
primigravida (36 kasus) Penurunan volume cairan amnion atau
oligohidramnion berhubungan dengan kondisi ibu atau janin seperti
pada keadaan hipertensi, pertumbuhan janin terhambat atau kelaianan
bawaan, sindroma aspirasi mekonium, skor APGAR rendahLumentut A
dan H. M. M. Tendean (2015:129).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan SC indikasi Oligohidramnion, penyebab,
tanda gejala, patofisiologi dan penatalaksanaannya?
2
2. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Ibu postpartum dengan
gangguan sistem Reproduksi akibat SC indikasi Oligohidramnion?
C. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui Asuhan Keperawatan pada ibu
postpartum dengan SC indikasi Oligohidramnion di ruang Zaitun III
RSUD Al-Ihsan
b. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi, penyebab, manifestasi klinis,
patofisiologi, pathway, penatalaksanaan serta konsep asuhan
keperawatan pada ibu Postpartum dengan SC indikasi
Oligohidramnion
b. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada Klien yang
mengalami SC indikasi Oligohidramnion.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
4
Insisi membujur dibuat dengan skapel dan dilebarkan dengan
gunting tumpul untuk mencegah cedera pada kepala bayi
c. Sectio Caesarea Klasik
Insisi longitudinal di garis tengah dibuat dengan skapel
kedalam dinding anterior uterus dan dilebarkan ke atas serta ke
bawah dengan gunting berujung tumpul.
d. Sectio Caesarea Ekxtraperitoneal
Pembedahan ini dikerjakan untuk menghindari perlunya
histerektomi pada kasus-kasus yang mengalami infeksi luas dengan
mencegah peritonitis generalisata yang sering bersifat fatal
e. Histerektomy Caesarea
Pembedahan ini merupakan SC yang dilanjutkan dengan
opengeluaran uterus.
5
3) Letak Lintang
Kelainan letak ini dapat disebabkan karena adanya tumor
di jalan lahir, panggul sempit, kelainan dinding rahim, kelainan
bentuk rahim, plasenta previa, dan kehamilan kembar. Keadaan
tersebut menyebabkan keluarnya bayi terhenti dan macet dengan
presentasi tubuh janin di dalam Rahim. Kelahiran
secara sectio caesarea diindikasikan jika terdapat ketuban
pecah sebelum pembukaan lengkap dan disertai dengan tali
pusat menumbung.
4) Letak Sungsang
Resiko bayi lahir sungsang dengan presentasi bokong
pada persalinan alami diperkirakan empat kali lebih besar
dibandingkan keadaan normal. Pada bayi aterm, tahapan
moulage kepala sangat penting agar kepala berhasil lewat jalan
lahir. Pada keadaan ini persalinan pervaginam kurang
menguntungkan. Karena persalinan yang dipacu dapat
menyebabkan trauma karena penekanan (Dewi, 2007).
5) Bayi Kembar
Kelahiran kembar mempunyai resiko terjadinya komplikasi
yang lebih tinggi misalnya terjadi pre-eklamsia pada ibu hamil
yang stress, cairan ketuban yang berlebihan. Saat kontrol,
sebaiknya ibu aktif bertanya perihal letak janin di dalam
kandungan. Begitu juga dengan umur kehamilan, perkiraan berat
janin, letak plasenta serta volume air ketuban.
b. Indikasi Ibu
1) Disproporsi Sefalopelvik
Pengukuran panggul merupakan cara pemeriksaan yang
penting untuk mendapatkan keterangan mengenai panggul.
Disproporsi sefalopelvik mencakup panggul sempit, fetus yang
tumbuh terlampau besar atau adanya ketidakseimbangan relative
antara ukuran kepala bayi dan pelvis (panggul) (Wiknojosastro,
2006).
6
2) Preeklampsia dan Eklampsia
Pre-eklampsia adalah penyakit dengan tanda hipertensi,
edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit
ini umumnya terjadi dalam trimester ke-3 dalam kehamilan
(Tanjung, 2004).
Eklampsia adalah memburuknya keadaan preeklampsia
dan terjadinya gejala-gejala seperti nyeri kepala di daerah frontal,
gangguan penglihatan, mual, nyeri di epigastrium, dan
hiperefleksia. Bila keadaan ini tidak dikenal dan tidak segera
diobati, akan timbul kejang (Tanjung, 2004).
3) Partus tak maju
Partus tak maju adalah suatu persalinan dengan his yang
adekuat yang tidak menunjukkan kemajuan pada pembukaan
serviks, turunnya kepala, dan putar paksi dalam selama 2 jam
terakhir. Partus tak maju dapat disebabkan oleh kelainan letak
janin, kelainan panggul, kelainan his, pimpinan partus yang
salah, janin besar, primitua, dan ketuban pecah dini. Persalinan
tak maju adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam
pada primipara, dan lebih dari 18 jam pada multipara.
4) Riwayat Sectio Caesaria sebelumnya
Selama bertahun-tahun, uterus yang mengalami jaringan
parut dianggap merupakan kontraindikasi untuk persalinan
karena ketakutan akan kemungkinan ruptur uterus (Cunningham,
et.al., 2005).
B. KONSEP OLIGOHIDRAMNION
1. Definisi Oligohidramnion
Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang
dari normal, yaitu kurang dari 500 cc.
Definisi lainnya menyebutkan sebagai AFI yang kurang dari 5 cm.
Karena VAK tergantung pada usia kehamilan maka definisi yang lebih
7
tepat adalah AFI yang kurang dari presentil 5 ( lebih kurang AFI yang
<6.8 cm saat hamil cukup bulan). Jika produksinya semakin berkurang,
disebabkan beberapa hal diantaranya: insufisiensi plasenta, kehamilan
post term, gangguan organ perkemihan-ginjal, janin terlalau banyak
minum sehingga dapat menimbulkan makin berkurangnya jumlah air
ketuban intrauteri “oligohidramnion” dengan kriteria :
a. Jumlah kurang dari 500 cc
b. Kental
c. Bercampur mekonium (Manuaba, dkk, 2007:500)
2. Etiologi Oligohidramnion
Penyebab pasti terjadinya oligohidramnion masih belum diketahui.
Beberapa keadaan berhubungan dengan oligohidramnion hampir selalu
berhubungan dengan obsrtuksi saluran traktus urinarius janin atau renal
agenesis (Khumaira, 2012:188).
Oligohidramnion harus dicurigai jika tinggi fundus uteri lebih
rendah secara bermakna dibandingan yang diharapkan pada usia
gestasi tersebut. Penyebab oligohidramnion adalah absorpsi atau
kehilangan cairan yang meningkat ketuban pecah dini menyebabkan 50
% kasus oligohidramnion, penurunan produksi cairan amnion yakni
kelainan ginjal kongenital akan menurunkan keluaran ginjal janin
obstruksi pintu keluar kandung kemih atau uretra akan menurunkan
keluaran urin dengan cara sama (Rukiyah dan Yulianti, 2010:232).
Sebab oligohidramnion secara primer karena pertumbuhan amnion yang
kurang baik, sedangkan secara sekunder yaitu ketuban pecah dini
(Marmi, ddk, 2011:111)
8
d. Bunyi jantung anak sudah terdengar mulai bulan kelima dan
terdengar lebih jelas.
e. Persalinan lebih lama dari biasanya.
f. Sewaktu his akan sakit sekali.
g. Bila ketuban pecah, air ketuban sedikit sekali bahkan tidak ada yang
keluar.
4. Patofisiologi
Pecahnya membran adalah penyebab paling umum dari
oligohidramnion. Namun, tidak adanya produksi urine janin atau
penyumbatan pada saluran kemih janin dapat juga menyebabkan
oligohidramnion. Janin yang menelan cairan amnion, yang terjadi secara
fisiologis, juga mengurangi jumlah cairan. Beberapa keadaan yang dapat
menyebabkan oligohidramnion adalah kelainan kongenital, Pertumbuhan
Janin Terhambat (PJT), ketuban pecah, kehamilan postterm, insufiensi
plasenta dan obat obatan (misalnya dari golongan antiprostaglandin).
Kelainan kongenital yang paling sering menimbulkan oligohidramnion
adalah kelainan sistem saluran kemih dan kelainan kromosom
(Prawirohardjo, 2010:155).
Pada insufisiensi plasenta oleh sebab apapun akan menyebabkan
hipoksia janin. Hipoksia janin yang berlangsung kronik akan memicu
mekanisme redistribusi darah. Salah satu dampaknya adalah terjadi
penurunan aliran darah ke ginjal, produksi urin berkurang dan terjadi
oligohidramnion (Prawirohardjo, 2010:269).
Mekanisme atau patofisiologi terjadinya oligohidramnion dapat
dikaitkan dengan adanya sindroma potter dan fenotip pottern, dimana,
Sindroma Potter dan Fenotip Potter adalah suatu keadaan kompleks yang
berhubungan dengan gagal ginjal bawaan dan berhubungan dengan
oligohidramnion (cairan ketuban yang sedikit).
Fenotip Potter digambarkan sebagai suatu keadaan khas pada
bayi baru lahir, dimana cairan ketubannya sangat sedikit atau tidak ada.
Oligohidramnion menyebabkan bayi tidak memiliki bantalan terhadap
dinding rahim. Tekanan dari dinding rahim menyebabkan gambaran
wajah yang khas (wajah Potter). Selain itu, karena ruang di dalam rahim
9
sempit, maka anggota gerak tubuh menjadi abnormal atau mengalami
kontraktur dan terpaku pada posisi abnormal.
Oligohidramnion juga menyebabkan terhentinya perkembangan
paru-paru (paru-paru hipoplastik), sehingga pada saat lahir, paru-paru
tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Pada sindroma Potter, kelainan
yang utama adalah gagal ginjal bawaan, baik karena kegagalan
pembentukan ginjal (agenesis ginjal bilateral) maupun karena penyakit
lain pada ginjal yang menyebabkan ginjal gagal berfungsi.
Dalam keadaan normal, ginjal membentuk cairan ketuban
(sebagai air kemih) dan tidak adanya cairan ketuban menyebabkan
gambaran yang khas dari sindroma Potter.
5. Pathway
Terlampir
7. Komplikasi oligohidramnion
Menurut Manuaba, dkk. (2007:500) Komplikasi oligohidramnion
dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Dari sudut maternal
Komplikasi oligohidramnion pada maternal tidak ada kecuali akibat
persalinannya oleh karena:
1) Sebagian persalinannya dilakukannya dengan induksi
2) Persalinan dilakukan dengan tindakan secsio sesaria
3) Dengan demikian komplikasi maternal adalah trias komplikasi
persalinan dengan tindakan perdarahan, infeksi, dan perlukaan
jalan lahir.
10
b. Komplikasi terhadap janinya
1) Oligohidramnionnya menyebabkan tekanan langsung terhadapat
janinnya:
a) Deformitas janin adalah:
(1) Leher terlalu menekuk-miring
(2) Bentuk tulang kepala janin tidak bulat
(3) Deformitas ekstermitas
(4) Talipes kaki terpelintir keluar
b) Kompresi tali pusat langsung sehingga dapat menimbulkan
fetal distress
c) Fetal distress menyebabkan makin terangsangnya nervus
vagus dengan dikeluarkannya mekonium semakin
mengentalkan air ketuban
(1) Oligohidramnion makin menekan dada sehingga saat lahir
terjadi kesulitan bernapas karena paru-paru mengalami
hipoplasia sampai atelektase paru
(2) Sirkulus yang sulit diatasinya ini akhirnya menyebabkan
kematian janin intrauterin.
2) Amniotic band
Karena sedikitnya air ketuban, dapat menyebabkan
terjadinya hubungan langsung antara membran dengan janin
sehingga dapat menimbulkan gangguan tumbuh kembang janin
intrauterin. Dapat dijumpai ektermitas terputus oleh karena
hubungan atau ikatan dengan membrannya.
8. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan dengan USG dapat mendiagnosa apakah cairan
ketuban terlalu sedikit atau terlalu banyak. Umumnya para doketer akan
mengukur ketinggian cairan dalam 4 kuadran di dalam rahim dan
menjumlahkannya. Metode ini dikenal dengan nama Amniotic Fluid Index
(AFI). Jika ketinggian amniotic fluid (cairan ketuban) yang di ukur kurang
dari 5 cm, calon ibu tersebut didiagnosa mengalami oligohydramnion.
Jika jumlah cairan tersebut lebih dari 25 cm, ia di diagnosa mengalami
poluhydramnion.
11
9. Penatalaksanaan
a. Tindakan Konservatif
1) Tirah baring
2) Hidrasi
3) Perbaikan nutrisi.
4) Pemantauan kesejahteraan janin (hitung pergerakan janin, NST,
Bpp)
5) Pemeriksaan USG yang umum dari volume cairan amnion.
6) Amnion infusion
7) Induksi dan kelahiran
12
Keluarga ada yang mengalami riwayat SC dengan indikasi letak
sungsang, panggul sempit, dan sudah riwayat SC sebelumnya atau
penyakit yang lain.
d. Riwayat menstruasi
Kaji menarche, siklus haid, lama haid, ganti duk, masalah dalam
menstruasi.
e. Riwayat kehamilan dan persalinan sekarang
Pada saat dikaji klien melahirkan pada kehamilan ke berapa, lama
masa kehamilan, dan kelainan selama hamil, kaji tanggal
persalinan, jenis persalinan, penyulit persalinan, keadaan anak,
apgar score dan lain-lain.
f. Riwayat nifas
1) Dikaji tinggi fundus uteri
2) Lochea
a) Lochea rubra terdiri dari sebagian besar darah, dan robekan
tropoblastik.
b) Lochea serosa terdiri dari darah yang sudah tua ( coklat ),
banyak serum. Jaringan sampai kuning cair 3 sampai 10 hari.
c) Lochea alba terus ada hingga kira-kira 2-6 minggu setelah
persalinan. Kekuningan berisi selaput lendir leucocye dan
kuman yang telah mati. Jumlah lochea digambarkan seperti
sangat sedikit, moderat dan berat.( jacobson, 1985 ).
3. Pemeriksaan Fisik Keadaan umum, tingkat kesadaran, tanda-tanda
vital.
a. Kepala
1) Rambut : rambut dapat bersih atau kotor, warna bervariasi
sesuia dengan ras, rambut rontok atau tidak.
2) Mata : penglihatan baik/ tidak, kongjungtiva anemis/tidak, sklera
ikterik/tidak. Hidung : hidung simetris / tidak, bersih/tidak, secret
ada/tidak, ada pembengkakan/tidak.
3) Telinga : ganggua pendengaran/tidak, adanya serumen / tidak,
simetris atau tidak.
4) Mulut : kebersihan mulut, mukosa bibir dan kebersihan gigi.
b. Leher
13
Adanya pembengkakan kelenjer tyroid/tidak, warna kulit leher.
c. Thorax
1) Payudara : ASI ada/tidak, puting susu menonjol/tidak.
2) Paru- paru :
I : simetris kiri kanan/ tidak.
P: teraba massa / tidak.
P: perkusi diatas lapang paru biasanya normal.
A : suara nafas biasanya normal ( vesikuler ).
3) Jantung
I : ictus cordis terlihat/tidak
P: ictus cordis terba/tidak
P: suara ketuk jantung
A: reguler, adakah bunyi tambahan tidak
d. Abdomen
I : abdomen mungkin masih besar atau menonjol, terdapat luka
operasi tertutup perban
A : bising usus +/-
P : nyeri pada luka operasi, TFU di umbilicus setelah janin lahir
P : difan muskuler pertahanan otot.
e. Genetalia
Lihat keadaaan perineum bersih/tidak, jumlah dan warna lochea
post sc hari ke3 biasanya warna lochea rubra, dan berapa kali
ganti duk.
f. Ekstremitas Post sc dapat terjadi kelemahan sebagai dampak
anestesi yang mendefresikan sistem saraf pada muskulosskletal
sehingga menurunkan yonus otot.
4. Data Sosial Ekonomi Sectio caeserae dapat terjadi pada semua
golongan masyarakat dengan berbagai indikasi.
5. Data Spiritual Pasien dengan post SC sulit melaksanaakan ibadah
karena kondisi kelemahan setelah SC.
6. Data Psikologis
Pasien biasanya dalam keadaan labil, cemas akan keadaan
seksualitasnya dan harga diri pasien terganggu. (Mitayani,2011).
14
a. Bounding (Ikatan emosional seseornag dengan orang lain) : dinilai
dengan menggunakan score (3-12).
b. Taking in
1) Berorientasi pada diri sendiri.
2) Takut ketergantungan yang meningkat
c. Taking Hold
Apakah ada rasa tertarik pada bayi.
d. Letting Go
Apakah bias melakukan perawatan mandiri.
e. Post partum blues.
f. After pain.
g. Pengetahuan ibu tentang kebutuhan seksual.
h. Pengetahuan ibu tentang tanda-tanda komplikasi (perdarahan
setelah melahirkan).
7. Pemeriksaan Penunjang Data laboratorium : pemeriksaan Hb dan
leukosit, biasanya pasien dengan post sc akan mengalami
kekurangan darah dan peningkatn leukosit.
2. ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
DO:
Cukup bulan atau lebih 37
minggu
1. Klien tampak meringis
2. Gelisah
3. Frekuensi nadi Jumlah air ketuban
meningkat
berkurang
Inkontinuitas
Ketuban PecahJaringan
sebelum
waktunya
15
Tindakan SC
Merangsang Trigel Zone
Nyeri dipersepsikan
Nyeri Akut
Sectio caesaria
Postpartum nifas
perdarahan
Hb menurun
Kurang O2 ke jaringan
16
Kelemahan
Postpartum nifas
Bengkak
Menyusui Tidak
Efektif
17
5. DS: Fase Antenatal Defisit pengetahuan
Klien menanyakan masalah
yang di hadapi Cukup bulan / lebih 37 minggu
Sectio caesaria
Postpartum nifas
Bengkak
Defisit pengetahuan
18
Luka post operasi
DO:
- jaringan terbuka
proteksi kurang
Invasi bakteri
Resiko Infeksi
2. DIANGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri Akut b.d agen pencedera fisik (prosedur operasi) d.d adanya DS
dan DO.
b. Menyusui tidak efektif b.d ketidakadekuatan asi / kurang terpaparnya
informasi tentang pentingnya informasi dini ditandai dengan adanya
DS dan DO.
c. Defisit perawatan diri b.d kelelahan d.d adanya DS dan DO.
d. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar indormasi d.d adanya DS
dan DO.
e. Resiko infeksi d.d adanya luka bekas operasi.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
19
jam nyeri berkurang mengetahui keaadaan
dengan kriteria hasil : klien.
1. Tidak mengeluh nyeri
2. Skala nyeri 1 (0-10). 3. Identifikasi nyeri 3. Melihat beratnya nyeri.
3. Klien tampak rileks. nonverbal. 4. Membantu dalam
4. TTV dalam rentang 4. Identifikasi faktor menentukan intervensi
normal. yang memperberat selanjutnya.
dan memperingan
nyeri.
5. Dapat menurunkan
Terapeutik
nyeri yang dirasakan.
5. Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri (mis.
Nafas dalam, terapi
musik, dan
6. Dapat mengurangi
aromaterapi.
rasa nyeri.
6. Fasilitasi istirahat dan
tidur.
7. Menjadi dasar
Edukasi
pengetahuan kloien
7. Jelaskan penyebab, tentang nyeri yang
periode, dan pemicu dirasakan.
nyeri.
8. Memandirikan klien
dalam mengatasi
8. Ajarkan teknik
nyeri.
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri. 9. Analgetik dapat
Kolaborasi menurunkan rasa
nyeri.
9. Kolabolasi pemberian
analgetik.
Tupan : Edukasi Menyusui
2. b.
Setelah dilakukan tindakan Observasi
20
keperawatan selama 1x24 1. Identifikasi tujuan 1. Mengetahui koping
jam klien dapat menyusui atau keinginan klien terhadap
secara efektif. menyusui. menyusui.
Tupen : Terapeutik
Setekah dilakukan 2. Sediakan materi dan 2. Mempermudah data
tindakan keperawatan media pendidikan dilakukannya
selama 3x24 jam kesehatan. pendidikan kesehatan.
menyusui tidak efektif 3. Jadwalkan 3. Kontrak waktu
dapat teratasi dengan pendidikan kesediaan klien dalam
kriteria hasil : kesehatan sesuai melakukan pendidikan
1. Klien tidak kelelahan kesepakatan. kesehatan.
material. 4. Agar klien lebih
2. Klien mengeluh 4. Berikan kesempatan memahami isi materi
kecemasan. untuk bertanya. yang telah
3. Bayi mampu melekat 5. Dukung ibu disampaikan.
pada payudara ibu. meningkatkan 5. Meningkatkan koping
4. ASI kepercayaan diri klien sebagai ibu.
menetes/memancar. dalam menyusui. 6. Membantu
5. Tidak ada nyeri dan 6. Libatkan sistem memberikan
lecet terus menerus. pendukung : suami, dukungan kepada
keluarga, dan tenaga klien dalam menyusui.
kesehatan.
7. meningkatkan
Edukasi pengetahuan klien
7. Berikan konseling dalam hal menytusui.
menyusui. 8. Sebagai dasar
pengetahuan bagi
klien sebagai seorang
8. Jelaskan manfaat ibu.
menyusui bagi ibu 9. Menghindari terjadinya
dan bayi. resiko infeksi.
9. Ajarkan perawatan
payudara antepartum
dengan
mengkompres 10. Menghindari terjadinya
dengan kapas yang infeksi.
21
telah diberikan
minyak kelapa.
10. Ajarkan perawatan
payudara
postpartum.
Tupan : Dukungan Perawatan
3. c.
Setelah dilakukan tindakan Diri
keperawatan selama 1x 24 Observasi
jam klien dapat melakukan 1. Identifikasi kebiasaan 1. Mengetahai kebiasaan
perawatan diri secara aktivitas perawatan aktivitas perawatan
optimal. diri sesuai usia. diri sebelum klien di
rawat di rumah sakit.
Tupen : 2. Monitor tingkat 2. Mengetahui tingkat
Setelah dilakukan tindakan kemandirian. kemandirian klien
keperawatan selama 3x24 secara bertahap.
jam defisit keperawatan 3. Identifikasi kebutuhan 3. Memaksimalkan
diri teratasi dengan kriteria alat bantu kebersihan perawatan diri.
hasil : diri, berpakaian,
1. Klien tidak berhias dan makan.
menolak Terapeutik
melakukan
4. Sediakan lingkungan
perawatan diri.
yang terapeutik (mis. 4. Menjaga privasi klien.
2. Klien mampu
Suasana hangat,
mandi/
rileks, dan privasi).
mengenakan
5. Siapkan keperluan
pakaian/ ketoilet/
pribadi ( mis. Parfum,
berhias secara 5. Memaksimalkan
sikat gigi, dan sabun
mandiri. perawatan diri.
mandi).
6. Damping dalam
melakukan 6. Membantu klien dalam
perawatan diri meningkatkan koping
sampai mandiri. dalam perawatan diri.
22
Edukasi
8. Meningkatkan
8. Anjurkan melakukan
kesehatan dan
perawatan diri secara
kebersihan diri klien.
konsisten sesuai
kemampuan.
Tupan : Edukasi kesehatan
4. d.
Selama dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama 1x24 1. Identifikasi kesiapan 1. Agar klien dapat
defisit pengetahuan dan kemampuan menerima materi
teratasi. menerima informasi. dengan baik.
Tupen : Terapeutik
Selama dilakukan tindakan 2. Sediakan materi dan
keperawatan selama 3x24 media pendikakan
defisit pengetahuan kesehatan. 2. Mempermudah data
teratasi dengan kriteria 3. Jadwalkan dilakukannya
hasil : pendidikan pendidikan kesehatan.
1. Klien paham kesehatan sesuai 3. Kontrak waktu
terkait dengan kesepakatan. kesediaan klien dalam
masalah melakukan pendidikan
kesehatan yang 4. Berikan kesempatan kesehatan.
dialami. untuk bertanya. 4. Agar klien lebih
2. Menunnjukkan Edukasi memahami isi materi.
prilaku sesuai 5. Jelaskan faktor resiko
dengan anjuran. yang dapat 5. Sebagai dasar
mempengaruhi pengetahuan klien
kesehatan. dalam mengurangi
resiko yang dapat
terjadi.
Tupan : Pencegan infeksi
Setelah dilakukan tindakan Observasi 1. Meminimalisir
5. e.
keperawatan selama 1x24 1. Batasi jumlah terjadinya infeksi
jam resiko infeksi tidak pengunjung. nasokomial.
terjadi. 2. Cusi tangan 2. Mengindari infeksi
sebeelum dan silang.
setelah kontak
Tupen : langsung dengan
23
Setelah dilakukan tindakan klien dan lingkungan
keperawatan selama 3x24 klien.
jam diharapkan resiko 3. Pertahankan teknik 3. Menghindari infeksi
infeksi tidak terjadi dengan aseptic pada pasien silang.
kiteria hasil: beresiko tinggi.
1. Tidak ada tanda – Edukasi
tanda infeksi 4. Jelaskan tanda dan
gejala infeksi. 4. Memberikan dasar
informasi terkait
5. Ajarkan cara mencuci dengan infeksi.
tangan dengan 5. Upaya pencegahan
benar. terjadinya infeksi.
24
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. DATA DASAR
1. Identitas Pasien
a. Nama ( Inisial Klien ) : Ny. E
b. Usia : 27 tahun
c. Pekerjaan : IRT
d. Agama : Islam
e. Pendidikan : D3
f. Suku : Sunda
g. Bahasa Yang Digunakan : Sunda
h. Alamat Rumah : Cikalong - Cimaung
i. Sumber Biaya : BPJS Non PBI kls 2
j. Tanggal Masuk RS : 25 November 2019 jam 11.10 WIB
k. Diagnosa Medis : P1A0 Partus Maturus 4 jam SC ai
SC 4 tahun yl dan Oligohidramnion
l. Tanggal Pengkajian : 26 November 2019 jam 09.30 WIB
m. No RM : 00-602023
2. Sumber informasi ( penanggung jawab ) :
a. Nama : Tn.R
b. Umur : 26 Tahun
c. Hubungan dengan klien : Suami
d. Pendidikan : SMA
e. Pekerjaan : Wiraswasta
f. Alamat : Cikalong Cimaung
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat Menstruasi
a. Amenorhoe umur : 16 tahun
b. Siklus : teratur
c. Lamanya : 7 hari
25
d. Keluhan dismenorhoe : Ada
e. Keluhan keputihan : Tidak ada
2. Riwayat Kehamilan Yang Lalu
No tahun Kelahiran Penolong Tindakan Komplikasi Keadaan Umur anak &
Kehamilan anak jenis kelamin
sekarang
1. 2015 Partus Dr SpOG Sectio Pecah sehat Anak
maturus Cesaria ketuban perempuan,
sebelum usia 5 tahun
waktunya
26
j. Pergerakan Anak : usia kehamilan 5 bulan
4. Riwayat Persalinan Sekarang
a. Tempat melahirkan : Ruang OK RSUD Al-Ihsan
b. Jenis Persalinan : SC atas indikasi post SC 4
tahun yang lalu dan oligohidramnion, mulai operasi jam 18.15 – 18.45
c. Ditolong Oleh : dr Ferry SpOG
d. Komplikasi/kelainan dalam persalinan : Oligohidramnion
e. Partus lama : tidak ada
f. Plasenta : Utuh, berat 461 gram,
ukuran 15cm x 5 cm x 3 cm, lahir lengkap
g. Perineum :Tidak ada robekan
h. Ketuban : Dipecahkan, warna jernih
5. Riwayat Perdarahan
Klien mengatakan perdarahan post partum SC sedikit, ganti 2 pembalut /
hari, dengan warna darah masih merah
6. Keluhan Utama
Nyeri luka operasi
7. Riwayat Keluhan Sekarang (PQRST)
Pada saat dikaji klien mengeluh nyeri di bagian perut daerah luka
operasi SC, nyeri dirasakan sangat perih seperti di sayat-sayat. Nyeri
dirasakan bertambah jika bergerak dan berkurang jika klien tidur
terlentang. Nyeri di rasakan sepanjang waktu dengan skala nyeri 6 (0-10).
3. Kepala
a. Rambut : rambut bersih, berwarna hitam merata, tidak ada lesi atau
pun nyeri tekan, distribusi rambut merata
27
b. Muka : tidak terdapat edema didaerah muka
c. Mata : mata simetris, konjungtiva merah muda, penglihatan baik
dan tidak menggunakan alat bantu penglihatan (kaca mata)
d. Hidung : hidung simetris, tidak ada lesi, bersih, tidak ada serumen,
penciuman baik dan tidak ada nyeri tekan
e. Bibir : bibir simetris, lembab, kiki putih kekuningan, tidak ada
karies, warna bibir merah muda
f. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan getah bening,
dan tidak ada nyeri pada saat menelan
g. Cloasma Gravidarum : ada
4. Payudara
a. keadaan putting susu : menonjol
b. Areola : Coklat kehitaman
c. Luka : Tidak ada
d. Pembengkakan : Tidak ada
e. Colostrum : (+)
f. Striae : tidak ada
g. Kebersihan : Bersih
h. Kelainan : Tidak ada
5. Abdomen
a. Striae : terdapat striae gravidarum
b. Linea : Ada
c. Tinggi Fundus uteri : 1 jari bawah pusat
d. konsitensi uterus : Keras
e. kontraksi uterus : Hilang timbul
f. Adanya luka post operasi SC : Ada letak vertikal, ± 15 cm
g. keadaan luka : tertutup kassa steril,tidak ada rembesan
6. Vagina
a. Jumlah lochea : rubra, ¼ pembalut
b. Bau : Khas
c. Warna : Merah segar
d. Adanya rasa gatal : Tidak ada
e. Adanya Bekuan : Tidak ada
7. Vulva
28
a. Keadaan Vulva : Utuh
b. Kebersihan : Bersih
c. Perineum : Tidak ada luka
d. Episiotomi ya/ tidak : Tidak
e. Tanda- tanda infeksi (REEDA)
a. Rectum : utuh
b. Haemoroid : Tidak ada
8. Ekstremitas atas
a. Oedema : tidak ada
b. CRT : < 2 detik
9. Ekstremitas Bawah
a. Kaji tromboflebitis/ tanda houman : Tidak
b. Oedema : tidak ada
c. Varises : Tidak
d. Reflex hammer : Ada, reflek patella dan
bisep trisep
e. CRT : < 2 detik
10. Status emosional: interaksi klien dengan perawat dan keluarga baik,
tidak ada tanda-tanda depresi ataupun yang lainnya.
11. Pola kebutuhan sehari- hari (ADL)
No Pola Aktivitas Sebelum Hamil Saat Hamil Setelah
Melahirkan
1 Pola Nutrisi
a. Frekuensi 3x/hari 3-4x/hari 3x/hari
b. Nafsu makan Baik Baik Baik
c. Jenis Makanan Nasi lauk Nasi lauk Nasi, lauk
pauk, sayur, pauk.sayur,buah pauk,sayur,
d. Pantangan buah Buah
Tidak ada Tidak ada Tidak ada
e. Keluhan
Tidak ada Pada saat hamil Tidak ada
trismester pertama
klien mengatakan
nafsu makan
menurun karena
adanya mual
Pola Cairan:
a. Asupan cairan
b. Jenis Air putih,
c. Frekuensi Air putih susu ibu hamil
± 6-8 gelas Air putih,
29
d. Keluhan ± 6-7 gelas Tidak ada susu kotak
Tidak ada ± 6-8 gelas
Tidak ada
2 Pola Eliminasi
a. BAK
1) Frekuensi 4-5 x/ hari 7-8 x/ hari Terpasang DC
2) Warna Kuning jernih Kuning jernih
3) Keluhan Tidak ada Tidak Ada Kuning jernih
3 Pola Personal
Hygiene
a. Mandi 3x/hari 2x/hari Belum mandi
b. Oral Hygiene 3x/hari 3x/hari Belum gosok gigi
c. Cuci Rambut 3x/minggu 3x/minggu Belum keramas
d. Perawatan Tidak pernah Tidak pernah Tidak pernah
Payudara
e. Perawatan Tidak pernah Tidak pernah Tidak pernah
Vulva
f. Keluhan Tidak ada Tidak ada Tidak ada
4 Pola Istirahat dan
Tidur
a. Siang 1-2 jam 2-3 jam 1 jam
b. Malam 6-7 jam
7-8 jam 6-7 jam
c. Keluhan Tidak ada
Tidak ada gerah
5 Pola Aktivitas :
a. Mandiri Mandiri Mandiri Dibantu perawat
b. Di bantu Mandiri Mandiri dan keluarga
sebagian
c. Tergantung Mandiri Mandiri
Penuh
d. Keluhan Tidak ada Tidak ada
6 Pola Seksual 2x seminggu 1x seminggu Fase nifas
a. Frekuensi
b. Keluhan Tidak ada Suka mulas perut
30
9. DATA PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
Tanggal 25 November 2019
Nama Test Hasil Unit Nilai Rujukan
DARAH RUTIN
Hemoglobin 11.6 g/dL 15.1
Lekosit 16290 sel/uL 3800 ~ 10600
Eritrosit 4,02 Juta/uL 4.5 ~ 6.5
Hematokrit 36,1 % 40 ~ 52
Trombosit 272000 Sel/uL 150000 ~ 440000
GDS 100 Mg/dL 70-150
KIMIA KLINIK
Ureum 15 Mg/dL 10 ~ 50
Kreatinin 0.5 Mg/dL 0.7 – 1.13
HATI
SGOT 15 u/L 10 ~ 31
SGPT 20 u/L 9 ~ 36
2. Tindakan Pengobatan
Nama Obat Dosis Rute Waktu Golongan
Anbacim 1 gram 2x1 IV 08.00 dan 20.00 Antibiotik
06.00, Analgetik dan
Keren 30 mg 3x1 IV drip
14.00,22.00
08.00 dan 20.00 Analgetik dan
Pronalges suppositoria 2x1 supp
antipiretik
RL polos 20 gtt Drip 1500cc/24 jam
D. ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
31
Luka post operasi
DO:
1. Klien tampak jaringan terputus
meringis
2. N : 97x/menit merangsang reseptor nyeri
3. TD : 108/73 mmHg
Nyeri Akut
2. DS: Defisit
- Tindakan pembedahan Perawatan Diri
32
susui Bayi menangis, intake bayi kurang
adekuat
Klien bertanya
Resiko Infeksi
33
34
F. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama Klien : Ny.E
Ruang : Zaitun III Kebidanan RSUD Al-Ihsan
Dx. Medis : P2A0 Partus maturus SC a/i SC 4 tahun yl dan Oligohidramnion POD 1
No. MR : 00-602023
Diagnosa
No Tanggal Keperawatan dan Tujuan ( SMART) Rencana Tindakan Rasional
Data Penunjang
35
6. Ajarkan teknik mengatasi nyeri.
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi 7. Analgetik dapat menurunkan rasa
7. Kolabolasi pemberian nyeri.
analgetik.
36
payudara ibu. dalam hal menytusui.
4. ASI 8. Jelaskan manfaat menyusui 8. Sebagai dasar pengetahuan bagi
menetes/memancar bagi ibu dan bayi. klien sebagai seorang ibu.
.
5. Tidak ada nyeri dan
lecet terus
menerus.
37
mengenakan perawatan diri secara kebersihan diri klien.
pakaian/ ketoilet/ konsisten sesuai
berhias secara kemampuan.
mandiri.
38
F. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
NO HARI/TANGGAL DX KEP IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF
P: Lanjutkan intervensi
3
1) Mengkaji ulang kesiapan dan kemampuan
Selasa 3 klien dalam menerima informasi tentang S: Klien mengatakan sudah Kelompok
39
26 – 11- 2019 Menyusui menyusui mengerti dan paham tentang 2
tidak efktif E; Klien siap untuk menerima informasi teknik menyusui yang benar
2) Menyediakan materi dan leaflet untuk
penkes yang dibutuhkan klien O: Klien tampak bersemangat,
E:Melakukan penkes teknik menyusui bayi klien mampu menjawab
yang benar pertanyaan yang disampaikan
3) Menjadwalkan penkes sesuai kebutuhan saat penkes
dan keinginan klien Klien didampingi suaminya
E:Klien mau diberi penyuluhan jam 13
sambil didampingi suami A : Masalah teratasi
P: Lanjutkan intervensi
1 1
40
Rabu Nyeri akut 1) Evaluasi ulang lokasi nyeri S: Klien mengatakan nyeri Kelompok
berkurang, skala nyeri 2 2
27 November E: Nyeri luka op berkurang
2019 O: Klien tampak lebih tenang
2) Evaluasi ulang skala nyeri
Klien mendapat analgetik
E:Skala nyeri klien 2 pronalges supp dan keren injek
3) Memfasilitasi klien untuk istirahat tidur A: Masalah belum teratasi
E::Klien bisa istirahat tidur siang,malam P : Lanjutkan intervensi
4) Mengajarkan teknik nafas dalam
Pronalges supp
Ganti,kosmetik klie
41
3
Rabu 3 1) Mengkaji ulang kemampuan klien dalam S: Klien mengatakan sudah bisa Kelompok
mempraktekan cara menyusui
Mengaplikasikan penkes kemarin yang benar
27 November Menyusui E: Klien mampu mempraktekkan cara O:Tampak klien merasa nyaman 2
2019 tidak saat menyusui bayinya
efektif Menyusui yang benar dengan posisi yang
tangan 6 langkah
42
G. CATATAN PERKEMBANGAN
NO DX HARI / CATATAN PERKEMBANGAN PARAF
TANGGAL
Nyeri akut Kamis / 28 S : Klien mengatakan nyeri sudah berkurang, skala nyeri 2 (0-10) Kelompok 2
November 2019
Klien mengatakan bisa tidur dengan nyenyak
A : Masalah teratasi
Defisit Kamis / 28 S : Klien mengatakan sudah bisa mandi,BAK,BAB, perawatan vulva dan Kelompok 2
perawatan diri November 2019
ganti pembalut sendiri di kamar mandi. Makan, mium sendiri
A : Masalah teratasi
Menyusui tidak Kamis / 28 S : Klien mengatakan sudah bisa menyusui dengan posisi berbaring,duduk Kelompok 2
efektif November 2019
43
Klien mengatakan bayi nya tidak rewel, ASI sudah mulai keluar
O : Klien tampak bersemangat, bayi tidur nyenyak, tampak ASI sudah keluar
A : Masalah teratasi
Risiko infeksi Kamis / 28 S : Klien mengatakan sudah bisa melakukan cuci tangan 6 langkah Kelompok 2
November 2019
Luka operasi tidak gatal,
Infus dan dower cateter sudah di lepas, Luka operasi di GV, tidak tampak
A : Masalah teratasi
44
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari kasus di atas diketaui bahwa klien memiliki diagnosa medis P1A0 Partus
Maturus 4 jam SC ai SC 4 tahun yang lalu dan Oligohidramnion dengan keluhan
utama adalah nyeri pada bagian perut bekas operasi. Pada diagnosa
keperawatan di teori terdapat enam diagnosa yaitu :
1. Nyeri Akut b.d agen pencedera fisik (prosedur operasi) d.d adanya DS dan
DO.
2. Menyusui tidak efektif b.d ketidakadekuatan asi / kurang terpaparnya
informasi tentang pentingnya informasi dini ditandai dengan adanya DS dan
DO.
3. Defisit perawatan diri b.d kelelahan d.d adanya DS dan DO.
4. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar indormasi d.d adanya DS dan DO.
5. Resiko infeksi d.d adanya luka bekas operasi.
Hal ini disebabkan diagnosa yang muncul dalam teori tidak sama dengan
diagnosa pada saat pengkajian kepada sehingga terdapat perbedaan antara
kasus pada lapangan dengan teori.
45
BAB V
PENUTUP
A. SIMPULAN
Jadi dapat disimpulkan Sectio Caesaria (SC) adalah suatu tindakan
melahirkan bayi dengan berat diatas 500 gram, melalui sayatan pada dinding
uterus yang masih utuh (Prawirhardjo, 2009). Sectio Caesaria adalah suatu
pembedahan melahirkan anak lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus
(Oxorn & Forte, 2010). Sedangkan Oligohidramnion adalah suatu keadaan
dimana air ketuban kurang dari normal, yaitu kurang dari 500 cc.
B. SARAN
Bagi mahasiswa, sudah seharusnya memberikan peran dengan
mempelajari dengan sungguh-sungguh tentang kebutuhan asuhan
keperawatan maternitas khususnya pada ibu post partu dengan SC atas
indikasi Oligohidramnion.
46