Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sectio Caesaria adalah suatu cara untuk melahirkan janin dengan


membuat sayatan pada dinding uterus melalusi dinding depan perut
(Sofian, 2012 dalam Nurarif, 2015). Operasi ini memberikan jalan keluar
bagi kebanyakan kesulitan yang timbul bila persalinan pervaginam tidak
mungkin atau berbahaya, sectio caesaria menempati urutan kedua
setelah ekstrasi vakum dengan frekuensi yang di laporkan 6%-15%.
Sedangkan menurut statistic tentang 3.509 kasus sectio caesaria, indikasi
untuk sectio caesaria adalah diproporsi janin-panggul 21%, gawat janin
14%, placenta previa 11%, pernah sectio caesaria 10%, kelainan letak
janin 10%, pre eklampsia dan hipertensi 7%, dengan angka kematian ibu
sebelum dikoreksi 17% dan sudah dikoreksi 0,5%, sedangkan kematian
janin 14,5% (Wiknjosastro, 2002)
Kesehatan ibu dan anak merupakan prioritas dalam
penyelenggaraan upaya kesehatan, karena ibu dan anak merupakan
kelompok rentan terhadap keadaan keluarga dan sekitarnya secara
umum. penilaian status kesehatan dan kinerja upaya kesehatan ibu dan
anak penting untuk dilakukan (Kemenkes RI, 2015).
Menurut Word Health Organization (WHO, 2010) kematian ibu
adalah kematian seorang perempuan waktu hamil atau dalam 42 hari
setelah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, terlepas dari tuanya
kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan. AKI
di dunia tahun 2013 adalah 210 kematian per 100.000 kelahiran hidup,
sedangkan AKI di negara berkembang 14 kali lebih tinggi dibandingkan
negara maju, yaitu mencapai 230 per 100.000 kelahiran.
Badan kesehatan dunia merekomendasikan bahwa angka
persalinan dengan tindakan Sectio Ceasare (SC) tidak boleh lebih dari 5-
15% di negara-negara maju frekuensi SC berkisar antara 1,5-7%,
sedangkan untuk di negara-negara berkembang proporsi kelahiran
dengan SC berkisar 21,1% dari total yang ada.

1
Angka kejadian Sectio caesarea di Indonesia menurut SDKI pada
tahun 2012 adalah 921.000 dari 4.039.000 persalinan atau sekitar 22,8%
dari seluruh persalinan. Penanganan persalinan dengan sectio dengan
proporsi tertinggi di DKI Jakarta (19,9%) dan terendah di Sulawesi
Tenggara (3,3%)1. Sedangkan berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) pada tahun 2013, menunjukkan kelahiran dengan metode
Sectio Caesarea sebesar 9,8% dari total 49.603 kelahiran sepanjang
tahun 2010 sampai dengan 2013, dengan proporsi tertinggi di DKI Jakarta
(19,9%) dan terendah di Sulawesi Tenggara (3,3%). Sedangkam angka
persalinan SC di Jawa Barat menurut RISKESDAS tahun 2013 adalah
sekitar 8,7%.
Menurut Data Rumah sakit RSUD AL ihsan Di Ruang Zaitun III
Kebidanan dari bulan agustus 2019- oktober 2019 angka persalinan SC
sebanyak 238 dari kunjungan pasien pasien 902 orang.
Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang
dari normal, yaitu kurang dari 500 cc. Dari hasil penelitian Lumentut A
dan H. M. M. Tendean (2015) dengan judul Resiko Maternal dan Luaran
Perinatal dengan oligohidramnion Di BLU RSU Prof. DR. R. D. Kandou
Manado Rata-rata umur maternal yang mengalami oligohidramnion
pada kehamilannya, yaitu 30 tahun. Angka tertinggi seksio sesarea
berada diantara umur 35-45 tahun dan angka terendah berada diantara
umur 15-24 tahun.
Insiden oligohidramnion terbanyak ditemukan pada primigravida
(55%). Dan morbiditas operatif juga kebanyakan ditemukan pada
primigravida (36 kasus) Penurunan volume cairan amnion atau
oligohidramnion berhubungan dengan kondisi ibu atau janin seperti
pada keadaan hipertensi, pertumbuhan janin terhambat atau kelaianan
bawaan, sindroma aspirasi mekonium, skor APGAR rendahLumentut A
dan H. M. M. Tendean (2015:129).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan SC indikasi Oligohidramnion, penyebab,
tanda gejala, patofisiologi dan penatalaksanaannya?

2
2. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Ibu postpartum dengan
gangguan sistem Reproduksi akibat SC indikasi Oligohidramnion?

C. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui Asuhan Keperawatan pada ibu
postpartum dengan SC indikasi Oligohidramnion di ruang Zaitun III
RSUD Al-Ihsan
b. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui definisi, penyebab, manifestasi klinis,
patofisiologi, pathway, penatalaksanaan serta konsep asuhan
keperawatan pada ibu Postpartum dengan SC indikasi
Oligohidramnion
b. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada Klien yang
mengalami SC indikasi Oligohidramnion.

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEPSECTIO CAESAREA (SC)


1. Definisi
Sectio caesarea adalah persalinan melalui sayatan pada dinding
abdomen dan uterus yang masih utuh dengan berat janin lebih dari 1000
gr atau umur kehamilan > 28 minggu (Manuaba, 2012).
Sectio caesarea merupakan tindakan melahirkan bayi melalui
insisi (membuat sayatan) didepan uterus. Sectio caesarea merupakan
metode yang paling umum untuk melahirkan bayi, tetapi masih
merupakan prosedur operasi besar, dilakukan pada ibu dalam keadaan
sadar kecuali dalam keadaan darurat menurut Hartono (2014).
Persalinan melalui sectio caesarea didefinisikan sebagai pelahiran
janin melalui insisi di dinding abdomen (laparatomi) dan dinding uterus
(histerotomi) menurut Norman (2012). Sedangkan Koniak (2011)
menambahkan, pelahiran sesarea juga dikenal dengan istilah sectio
caesarea adalah pelahiran janin melalui insisi yang dibuat pada dinding
abdomen dan uterus, tindakan ini dipertimbangkan sebagai pembedahan
abdomen mayor.

2. Tipe Persalinan Sectio Caesaria


Menurut Oxorn & Forte (2010)
a. Segmen bawah : insisi melintang
Tipe SC ini memungkinka abdomen dibuka dan uterus
disingkapkan. Lipatan vesicourinaria yang terletak denngan
sambungan segmen atas dan bawah uterus ditentukan dan disayat
melintang, lipatan ini dilepaskan dari segmen bawah dan bersama-
sama kandung kemih di dorong kebawah serta ditarik tidak menutupi
lapang pandang.
b. Segmen bawah : insisi membujur

4
Insisi membujur dibuat dengan skapel dan dilebarkan dengan
gunting tumpul untuk mencegah cedera pada kepala bayi
c. Sectio Caesarea Klasik
Insisi longitudinal di garis tengah dibuat dengan skapel
kedalam dinding anterior uterus dan dilebarkan ke atas serta ke
bawah dengan gunting berujung tumpul.
d. Sectio Caesarea Ekxtraperitoneal
Pembedahan ini dikerjakan untuk menghindari perlunya
histerektomi pada kasus-kasus yang mengalami infeksi luas dengan
mencegah peritonitis generalisata yang sering bersifat fatal
e. Histerektomy Caesarea
Pembedahan ini merupakan SC yang dilanjutkan dengan
opengeluaran uterus.

3. Indikasi Persalinan Sectio Caesarea


a. Indikasi Janin
1) Janin Besar
Berat bayi 4000 gram atau lebih (giant baby),
menyebabkan bayi sulit keluar dari jalan lahir. Dengan perkiraan
berat yang sama tetapi pada ibu yang berbeda, maka tindakan
persalinan yang dilakukan juga berbeda (Oxom, 2003).
2) Gawat Janin
Diagnosa gawat janin berdasarkan pada keadaan
kekurangan oksigen (hipoksia) yang diketahui dari denyut jantung
janin yang abnormal, dan adanya mekonium dalam air ketuban.
Normalnya, air ketuban pada bayi cukup bulan berwarna putih
agak keruh, seperti air cucian beras. Jika tindakan sectio
caesarea tidak dilakukan, dikhawatirkan akan terjadi kerusakan
neurologis akibat keadaan asidosis yang progresif, dan bila ibu
juga menderita tekanan darah tinggi atau kejang pada rahim,
mengakibatkan gangguan pada plasenta dan tali pusat sehingga
aliran oksigen kepada bayi menjadi berkurang. Kondisi ini bisa
menyebabkan janin mengalami kerusakan otak, bahkan tidak
jarang meninggal dalam rahim (Oxom, 2003).

5
3) Letak Lintang
Kelainan letak ini dapat disebabkan karena adanya tumor
di jalan lahir, panggul sempit, kelainan dinding rahim, kelainan
bentuk rahim, plasenta previa, dan kehamilan kembar. Keadaan
tersebut menyebabkan keluarnya bayi terhenti dan macet dengan
presentasi tubuh janin di dalam Rahim. Kelahiran
secara sectio caesarea diindikasikan jika terdapat ketuban
pecah sebelum pembukaan lengkap dan disertai dengan tali
pusat menumbung.
4) Letak Sungsang
Resiko bayi lahir sungsang dengan presentasi bokong
pada persalinan alami diperkirakan empat kali lebih besar
dibandingkan keadaan normal. Pada bayi aterm, tahapan
moulage kepala sangat penting agar kepala berhasil lewat jalan
lahir. Pada keadaan ini persalinan pervaginam kurang
menguntungkan. Karena persalinan yang dipacu dapat
menyebabkan trauma karena penekanan (Dewi, 2007).
5) Bayi Kembar
Kelahiran kembar mempunyai resiko terjadinya komplikasi
yang lebih tinggi misalnya terjadi pre-eklamsia pada ibu hamil
yang stress, cairan ketuban yang berlebihan. Saat kontrol,
sebaiknya ibu aktif bertanya perihal letak janin di dalam
kandungan. Begitu juga dengan umur kehamilan, perkiraan berat
janin, letak plasenta serta volume air ketuban.
b. Indikasi Ibu
1) Disproporsi Sefalopelvik
Pengukuran panggul merupakan cara pemeriksaan yang
penting untuk mendapatkan keterangan mengenai panggul.
Disproporsi sefalopelvik mencakup panggul sempit, fetus yang
tumbuh terlampau besar atau adanya ketidakseimbangan relative
antara ukuran kepala bayi dan pelvis (panggul) (Wiknojosastro,
2006).

6
2) Preeklampsia dan Eklampsia
Pre-eklampsia adalah penyakit dengan tanda hipertensi,
edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit
ini umumnya terjadi dalam trimester ke-3 dalam kehamilan
(Tanjung, 2004).
Eklampsia adalah memburuknya keadaan preeklampsia
dan terjadinya gejala-gejala seperti nyeri kepala di daerah frontal,
gangguan penglihatan, mual, nyeri di epigastrium, dan
hiperefleksia. Bila keadaan ini tidak dikenal dan tidak segera
diobati, akan timbul kejang (Tanjung, 2004).
3) Partus tak maju
Partus tak maju adalah suatu persalinan dengan his yang
adekuat yang tidak menunjukkan kemajuan pada pembukaan
serviks, turunnya kepala, dan putar paksi dalam selama 2 jam
terakhir. Partus tak maju dapat disebabkan oleh kelainan letak
janin, kelainan panggul, kelainan his, pimpinan partus yang
salah, janin besar, primitua, dan ketuban pecah dini. Persalinan
tak maju adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam
pada primipara, dan lebih dari 18 jam pada multipara.
4) Riwayat Sectio Caesaria sebelumnya
Selama bertahun-tahun, uterus yang mengalami jaringan
parut dianggap merupakan kontraindikasi untuk persalinan
karena ketakutan akan kemungkinan ruptur uterus (Cunningham,
et.al., 2005).

B. KONSEP OLIGOHIDRAMNION
1. Definisi Oligohidramnion
Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang
dari normal, yaitu kurang dari 500 cc.
Definisi lainnya menyebutkan sebagai AFI yang kurang dari 5 cm.
Karena VAK tergantung pada usia kehamilan maka definisi yang lebih

7
tepat adalah AFI yang kurang dari presentil 5 ( lebih kurang AFI yang
<6.8 cm saat hamil cukup bulan). Jika produksinya semakin berkurang,
disebabkan beberapa hal diantaranya: insufisiensi plasenta, kehamilan
post term, gangguan organ perkemihan-ginjal, janin terlalau banyak
minum sehingga dapat menimbulkan makin berkurangnya jumlah air
ketuban intrauteri “oligohidramnion” dengan kriteria :
a. Jumlah kurang dari 500 cc
b. Kental
c. Bercampur mekonium (Manuaba, dkk, 2007:500)

2. Etiologi Oligohidramnion
Penyebab pasti terjadinya oligohidramnion masih belum diketahui.
Beberapa keadaan berhubungan dengan oligohidramnion hampir selalu
berhubungan dengan obsrtuksi saluran traktus urinarius janin atau renal
agenesis (Khumaira, 2012:188).
Oligohidramnion harus dicurigai jika tinggi fundus uteri lebih
rendah secara bermakna dibandingan yang diharapkan pada usia
gestasi tersebut. Penyebab oligohidramnion adalah absorpsi atau
kehilangan cairan yang meningkat ketuban pecah dini menyebabkan 50
% kasus oligohidramnion, penurunan produksi cairan amnion yakni
kelainan ginjal kongenital akan menurunkan keluaran ginjal janin
obstruksi pintu keluar kandung kemih atau uretra akan menurunkan
keluaran urin dengan cara sama (Rukiyah dan Yulianti, 2010:232).
Sebab oligohidramnion secara primer karena pertumbuhan amnion yang
kurang baik, sedangkan secara sekunder yaitu ketuban pecah dini
(Marmi, ddk, 2011:111)

3. Manifestasi Klinis Oligohidramnion


a. Uterus tampak lebih kecil dari usia kehamilan dan tidak ada
ballotemen.
b. Ibu merasa nyeri di perut pada setiap pergerakan anak.
c. Sering berakhir dengan partus prematurus.

8
d. Bunyi jantung anak sudah terdengar mulai bulan kelima dan
terdengar lebih jelas.
e. Persalinan lebih lama dari biasanya.
f. Sewaktu his akan sakit sekali.
g. Bila ketuban pecah, air ketuban sedikit sekali bahkan tidak ada yang
keluar.
4. Patofisiologi
Pecahnya membran adalah penyebab paling umum dari
oligohidramnion. Namun, tidak adanya produksi urine janin atau
penyumbatan pada saluran kemih janin dapat juga menyebabkan
oligohidramnion. Janin yang menelan cairan amnion, yang terjadi secara
fisiologis, juga mengurangi jumlah cairan. Beberapa keadaan yang dapat
menyebabkan oligohidramnion adalah kelainan kongenital, Pertumbuhan
Janin Terhambat (PJT), ketuban pecah, kehamilan postterm, insufiensi
plasenta dan obat obatan (misalnya dari golongan antiprostaglandin).
Kelainan kongenital yang paling sering menimbulkan oligohidramnion
adalah kelainan sistem saluran kemih dan kelainan kromosom
(Prawirohardjo, 2010:155).
Pada insufisiensi plasenta oleh sebab apapun akan menyebabkan
hipoksia janin. Hipoksia janin yang berlangsung kronik akan memicu
mekanisme redistribusi darah. Salah satu dampaknya adalah terjadi
penurunan aliran darah ke ginjal, produksi urin berkurang dan terjadi
oligohidramnion (Prawirohardjo, 2010:269).
Mekanisme atau patofisiologi terjadinya oligohidramnion dapat
dikaitkan dengan adanya sindroma potter dan fenotip pottern, dimana,
Sindroma Potter dan Fenotip Potter adalah suatu keadaan kompleks yang
berhubungan dengan gagal ginjal bawaan dan berhubungan dengan
oligohidramnion (cairan ketuban yang sedikit).
Fenotip Potter digambarkan sebagai suatu keadaan khas pada
bayi baru lahir, dimana cairan ketubannya sangat sedikit atau tidak ada.
Oligohidramnion menyebabkan bayi tidak memiliki bantalan terhadap
dinding rahim. Tekanan dari dinding rahim menyebabkan gambaran
wajah yang khas (wajah Potter). Selain itu, karena ruang di dalam rahim

9
sempit, maka anggota gerak tubuh menjadi abnormal atau mengalami
kontraktur dan terpaku pada posisi abnormal.
Oligohidramnion juga menyebabkan terhentinya perkembangan
paru-paru (paru-paru hipoplastik), sehingga pada saat lahir, paru-paru
tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Pada sindroma Potter, kelainan
yang utama adalah gagal ginjal bawaan, baik karena kegagalan
pembentukan ginjal (agenesis ginjal bilateral) maupun karena penyakit
lain pada ginjal yang menyebabkan ginjal gagal berfungsi.
Dalam keadaan normal, ginjal membentuk cairan ketuban
(sebagai air kemih) dan tidak adanya cairan ketuban menyebabkan
gambaran yang khas dari sindroma Potter.

5. Pathway
Terlampir

6. Faktor Risiko Oligohidramnion


Wanita dengan kondisi berikut memiliki insiden oligohidramnion
yang tinggi :
a. Anomali kongenital ( misalnya : agenosis ginjal,sindrom patter ).
b. Retardasi pertumbuhan intra uterin.
c. Ketuban pecah dini ( 24-26 minggu ).
d. Sindrom pasca maturitas.

7. Komplikasi oligohidramnion
Menurut Manuaba, dkk. (2007:500) Komplikasi oligohidramnion
dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Dari sudut maternal
Komplikasi oligohidramnion pada maternal tidak ada kecuali akibat
persalinannya oleh karena:
1) Sebagian persalinannya dilakukannya dengan induksi
2) Persalinan dilakukan dengan tindakan secsio sesaria
3) Dengan demikian komplikasi maternal adalah trias komplikasi
persalinan dengan tindakan perdarahan, infeksi, dan perlukaan
jalan lahir.

10
b. Komplikasi terhadap janinya
1) Oligohidramnionnya menyebabkan tekanan langsung terhadapat
janinnya:
a) Deformitas janin adalah:
(1) Leher terlalu menekuk-miring
(2) Bentuk tulang kepala janin tidak bulat
(3) Deformitas ekstermitas
(4) Talipes kaki terpelintir keluar
b) Kompresi tali pusat langsung sehingga dapat menimbulkan
fetal distress
c) Fetal distress menyebabkan makin terangsangnya nervus
vagus dengan dikeluarkannya mekonium semakin
mengentalkan air ketuban
(1) Oligohidramnion makin menekan dada sehingga saat lahir
terjadi kesulitan bernapas karena paru-paru mengalami
hipoplasia sampai atelektase paru
(2) Sirkulus yang sulit diatasinya ini akhirnya menyebabkan
kematian janin intrauterin.
2) Amniotic band
Karena sedikitnya air ketuban, dapat menyebabkan
terjadinya hubungan langsung antara membran dengan janin
sehingga dapat menimbulkan gangguan tumbuh kembang janin
intrauterin. Dapat dijumpai ektermitas terputus oleh karena
hubungan atau ikatan dengan membrannya.

8. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan dengan USG dapat mendiagnosa apakah cairan
ketuban terlalu sedikit atau terlalu banyak. Umumnya para doketer akan
mengukur ketinggian cairan dalam 4 kuadran di dalam rahim dan
menjumlahkannya. Metode ini dikenal dengan nama Amniotic Fluid Index
(AFI). Jika ketinggian amniotic fluid (cairan ketuban) yang di ukur kurang
dari 5 cm, calon ibu tersebut didiagnosa mengalami oligohydramnion.
Jika jumlah cairan tersebut lebih dari 25 cm, ia di diagnosa mengalami
poluhydramnion.

11
9. Penatalaksanaan
a. Tindakan Konservatif
1) Tirah baring
2) Hidrasi
3) Perbaikan nutrisi.
4) Pemantauan kesejahteraan janin (hitung pergerakan janin, NST,
Bpp)
5) Pemeriksaan USG yang umum dari volume cairan amnion.
6) Amnion infusion
7) Induksi dan kelahiran

C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan , agama,
alamat, status perkawinan, ruang rawat, MR , diagnosa medik,
tanggal masuk, tanggal pengkajian, tanggal operasi, serta
penanggung jawab.
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien mengeluh nyeri atau tidak nyaman dari berbagai
sumber misalnya trauma bedah/ insisi, nyeri distensi kantung
kemih meliputi keluhan atau berhubungan dengan gangguan atau
penyakit dirasakan saat ini dan keluhan yang dirasakan setelah
pasien operasi.
b. Riwayat kesehaatan dahulu
Didapatkan data klien pernah riwayat sc sebelumnya, tekanan
darah tinggi, panggul ibu sempit, serta letak bayi sungsang.
Meliputi penyakit yang lain dapat mempengaruhi penyakit
sekarang, apakah pasien pernah mengalami penyakit yang sama.
c. Riwayat kesehatan keluarga

12
Keluarga ada yang mengalami riwayat SC dengan indikasi letak
sungsang, panggul sempit, dan sudah riwayat SC sebelumnya atau
penyakit yang lain.
d. Riwayat menstruasi
Kaji menarche, siklus haid, lama haid, ganti duk, masalah dalam
menstruasi.
e. Riwayat kehamilan dan persalinan sekarang
Pada saat dikaji klien melahirkan pada kehamilan ke berapa, lama
masa kehamilan, dan kelainan selama hamil, kaji tanggal
persalinan, jenis persalinan, penyulit persalinan, keadaan anak,
apgar score dan lain-lain.
f. Riwayat nifas
1) Dikaji tinggi fundus uteri
2) Lochea
a) Lochea rubra terdiri dari sebagian besar darah, dan robekan
tropoblastik.
b) Lochea serosa terdiri dari darah yang sudah tua ( coklat ),
banyak serum. Jaringan sampai kuning cair 3 sampai 10 hari.
c) Lochea alba terus ada hingga kira-kira 2-6 minggu setelah
persalinan. Kekuningan berisi selaput lendir leucocye dan
kuman yang telah mati. Jumlah lochea digambarkan seperti
sangat sedikit, moderat dan berat.( jacobson, 1985 ).
3. Pemeriksaan Fisik Keadaan umum, tingkat kesadaran, tanda-tanda
vital.
a. Kepala
1) Rambut : rambut dapat bersih atau kotor, warna bervariasi
sesuia dengan ras, rambut rontok atau tidak.
2) Mata : penglihatan baik/ tidak, kongjungtiva anemis/tidak, sklera
ikterik/tidak. Hidung : hidung simetris / tidak, bersih/tidak, secret
ada/tidak, ada pembengkakan/tidak.
3) Telinga : ganggua pendengaran/tidak, adanya serumen / tidak,
simetris atau tidak.
4) Mulut : kebersihan mulut, mukosa bibir dan kebersihan gigi.
b. Leher

13
Adanya pembengkakan kelenjer tyroid/tidak, warna kulit leher.
c. Thorax
1) Payudara : ASI ada/tidak, puting susu menonjol/tidak.
2) Paru- paru :
I : simetris kiri kanan/ tidak.
P: teraba massa / tidak.
P: perkusi diatas lapang paru biasanya normal.
A : suara nafas biasanya normal ( vesikuler ).
3) Jantung
I : ictus cordis terlihat/tidak
P: ictus cordis terba/tidak
P: suara ketuk jantung
A: reguler, adakah bunyi tambahan tidak
d. Abdomen
I : abdomen mungkin masih besar atau menonjol, terdapat luka
operasi tertutup perban
A : bising usus +/-
P : nyeri pada luka operasi, TFU di umbilicus setelah janin lahir
P : difan muskuler pertahanan otot.
e. Genetalia
Lihat keadaaan perineum bersih/tidak, jumlah dan warna lochea
post sc hari ke3 biasanya warna lochea rubra, dan berapa kali
ganti duk.
f. Ekstremitas Post sc dapat terjadi kelemahan sebagai dampak
anestesi yang mendefresikan sistem saraf pada muskulosskletal
sehingga menurunkan yonus otot.
4. Data Sosial Ekonomi Sectio caeserae dapat terjadi pada semua
golongan masyarakat dengan berbagai indikasi.
5. Data Spiritual Pasien dengan post SC sulit melaksanaakan ibadah
karena kondisi kelemahan setelah SC.
6. Data Psikologis
Pasien biasanya dalam keadaan labil, cemas akan keadaan
seksualitasnya dan harga diri pasien terganggu. (Mitayani,2011).

14
a. Bounding (Ikatan emosional seseornag dengan orang lain) : dinilai
dengan menggunakan score (3-12).
b. Taking in
1) Berorientasi pada diri sendiri.
2) Takut ketergantungan yang meningkat
c. Taking Hold
Apakah ada rasa tertarik pada bayi.
d. Letting Go
Apakah bias melakukan perawatan mandiri.
e. Post partum blues.
f. After pain.
g. Pengetahuan ibu tentang kebutuhan seksual.
h. Pengetahuan ibu tentang tanda-tanda komplikasi (perdarahan
setelah melahirkan).
7. Pemeriksaan Penunjang Data laboratorium : pemeriksaan Hb dan
leukosit, biasanya pasien dengan post sc akan mengalami
kekurangan darah dan peningkatn leukosit.

2. ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah

1. DS: Nyeri akut


Fase Antenatal
Klien mengeluh nyeri

DO:
Cukup bulan atau lebih 37
minggu
1. Klien tampak meringis
2. Gelisah
3. Frekuensi nadi Jumlah air ketuban
meningkat
berkurang

4. Sulit tidur Air ketuban < 500 cc


berkurang

Pergerakan janin terbatas

Bayi bergerak dengan susah

Inkontinuitas
Ketuban PecahJaringan
sebelum
waktunya

15
Tindakan SC
Merangsang Trigel Zone

Merangsang Reseptor nyeri


(histamin, bradykinin,
prostaglandin)

Nyeri dipersepsikan

Nyeri Akut

2. DS: Fase Antenatal Defisit Perawatan Diri


-
Cukup bulan / lebih 37 minggu
DO:
1. Tidak mampu Jumlah air ketuban berkurang
mandi/mengenakan
pakaian sendiri Air ketuban < 500 cc

Pergerakan Janin terbatas

Bayi bergerak dengan susah

Ketuban pecah sebelum


waktunya

Sectio caesaria

Postpartum nifas

perdarahan

Hb menurun

Kurang O2 ke jaringan

16
Kelemahan

Defisit Perawatan Diri

4. DS: Fase Antenatal Menyusui tidak efektif


Kelelahan dan kecemasan
maternal Cukup bulan / lebih 37 minggu

DO: Jumlah air ketuban berkurang


1. ASI tidak
menetes/memancar Air ketuban < 500 cc
2. Terdapat bengkak dan
lecet pada payudara Pergerakan Janin terbatas
3. Intake bayi tidak
adekuat Ketuban pecah sebelum
4. Bayi menangis saat di waktunya
susui
Sectio caesaria

Postpartum nifas

Penurunan progesteron dan


estrogen

Merangsang kelenjar mamae

Peningkatan hormon prolaktin

Merangsang laktasi oksitosin

Ejeksi ASI sedikit

Bengkak

Menyusui Tidak
Efektif

17
5. DS: Fase Antenatal Defisit pengetahuan
Klien menanyakan masalah
yang di hadapi Cukup bulan / lebih 37 minggu

DO: Jumlah air ketuban berkurang


1. Menunjukan persepsi
yang keliru terhadap Air ketuban < 500 cc
masalah
Pergerakan Janin terbatas

Ketuban pecah sebelum


waktunya

Sectio caesaria

Postpartum nifas

Penurunan progesteron dan


estrogen

Merangsang kelenjar mamae

Peningkatan hormon prolaktin

Merangsang laktasi oksitosin

Ejeksi ASI sedikit

Bengkak

Defisit pengetahuan

6. DS: Sectio caesaria Resiko Infeksi


-

18
Luka post operasi
DO:
- jaringan terbuka

proteksi kurang

Invasi bakteri

Resiko Infeksi

2. DIANGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri Akut b.d agen pencedera fisik (prosedur operasi) d.d adanya DS
dan DO.
b. Menyusui tidak efektif b.d ketidakadekuatan asi / kurang terpaparnya
informasi tentang pentingnya informasi dini ditandai dengan adanya
DS dan DO.
c. Defisit perawatan diri b.d kelelahan d.d adanya DS dan DO.
d. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar indormasi d.d adanya DS
dan DO.
e. Resiko infeksi d.d adanya luka bekas operasi.

3. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DX TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL


KEP HASIL
Tupan : Manajemen Nyeri
1. a.
Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama 1x24 1. Identifikasi lokasi, 1. Membantu
jam, nyeri hilang karakteristik, durasi, menentukan intervensi
frekuensi, kualitas, selanjutnya.
intensitas nyeri.
Tupen : 2. Identifikasi skala 2. Mengetahui seberapa
Setelah dilakukan tindakan nyeri dan tanda- berat nyeri yang
keperawatan selama 3x24 tanda vital. dirasakan klien dan

19
jam nyeri berkurang mengetahui keaadaan
dengan kriteria hasil : klien.
1. Tidak mengeluh nyeri
2. Skala nyeri 1 (0-10). 3. Identifikasi nyeri 3. Melihat beratnya nyeri.
3. Klien tampak rileks. nonverbal. 4. Membantu dalam
4. TTV dalam rentang 4. Identifikasi faktor menentukan intervensi
normal. yang memperberat selanjutnya.

dan memperingan
nyeri.

5. Dapat menurunkan
Terapeutik
nyeri yang dirasakan.

5. Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri (mis.
Nafas dalam, terapi
musik, dan
6. Dapat mengurangi
aromaterapi.
rasa nyeri.
6. Fasilitasi istirahat dan
tidur.
7. Menjadi dasar
Edukasi
pengetahuan kloien
7. Jelaskan penyebab, tentang nyeri yang
periode, dan pemicu dirasakan.
nyeri.
8. Memandirikan klien
dalam mengatasi
8. Ajarkan teknik
nyeri.
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri. 9. Analgetik dapat
Kolaborasi menurunkan rasa
nyeri.
9. Kolabolasi pemberian
analgetik.
Tupan : Edukasi Menyusui
2. b.
Setelah dilakukan tindakan Observasi

20
keperawatan selama 1x24 1. Identifikasi tujuan 1. Mengetahui koping
jam klien dapat menyusui atau keinginan klien terhadap
secara efektif. menyusui. menyusui.
Tupen : Terapeutik
Setekah dilakukan 2. Sediakan materi dan 2. Mempermudah data
tindakan keperawatan media pendidikan dilakukannya
selama 3x24 jam kesehatan. pendidikan kesehatan.
menyusui tidak efektif 3. Jadwalkan 3. Kontrak waktu
dapat teratasi dengan pendidikan kesediaan klien dalam
kriteria hasil : kesehatan sesuai melakukan pendidikan
1. Klien tidak kelelahan kesepakatan. kesehatan.
material. 4. Agar klien lebih
2. Klien mengeluh 4. Berikan kesempatan memahami isi materi
kecemasan. untuk bertanya. yang telah
3. Bayi mampu melekat 5. Dukung ibu disampaikan.
pada payudara ibu. meningkatkan 5. Meningkatkan koping
4. ASI kepercayaan diri klien sebagai ibu.
menetes/memancar. dalam menyusui. 6. Membantu
5. Tidak ada nyeri dan 6. Libatkan sistem memberikan
lecet terus menerus. pendukung : suami, dukungan kepada
keluarga, dan tenaga klien dalam menyusui.
kesehatan.
7. meningkatkan
Edukasi pengetahuan klien
7. Berikan konseling dalam hal menytusui.
menyusui. 8. Sebagai dasar
pengetahuan bagi
klien sebagai seorang
8. Jelaskan manfaat ibu.
menyusui bagi ibu 9. Menghindari terjadinya
dan bayi. resiko infeksi.

9. Ajarkan perawatan
payudara antepartum
dengan
mengkompres 10. Menghindari terjadinya
dengan kapas yang infeksi.

21
telah diberikan
minyak kelapa.
10. Ajarkan perawatan
payudara
postpartum.
Tupan : Dukungan Perawatan
3. c.
Setelah dilakukan tindakan Diri
keperawatan selama 1x 24 Observasi
jam klien dapat melakukan 1. Identifikasi kebiasaan 1. Mengetahai kebiasaan
perawatan diri secara aktivitas perawatan aktivitas perawatan
optimal. diri sesuai usia. diri sebelum klien di
rawat di rumah sakit.
Tupen : 2. Monitor tingkat 2. Mengetahui tingkat
Setelah dilakukan tindakan kemandirian. kemandirian klien
keperawatan selama 3x24 secara bertahap.
jam defisit keperawatan 3. Identifikasi kebutuhan 3. Memaksimalkan
diri teratasi dengan kriteria alat bantu kebersihan perawatan diri.
hasil : diri, berpakaian,
1. Klien tidak berhias dan makan.
menolak Terapeutik
melakukan
4. Sediakan lingkungan
perawatan diri.
yang terapeutik (mis. 4. Menjaga privasi klien.
2. Klien mampu
Suasana hangat,
mandi/
rileks, dan privasi).
mengenakan
5. Siapkan keperluan
pakaian/ ketoilet/
pribadi ( mis. Parfum,
berhias secara 5. Memaksimalkan
sikat gigi, dan sabun
mandiri. perawatan diri.
mandi).
6. Damping dalam
melakukan 6. Membantu klien dalam
perawatan diri meningkatkan koping
sampai mandiri. dalam perawatan diri.

7. Jadwalkan rutinitas 7. Memaksimalkan


perawatan diri. perawatan diri klien
selama di rumah sakit.

22
Edukasi
8. Meningkatkan
8. Anjurkan melakukan
kesehatan dan
perawatan diri secara
kebersihan diri klien.
konsisten sesuai
kemampuan.
Tupan : Edukasi kesehatan
4. d.
Selama dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama 1x24 1. Identifikasi kesiapan 1. Agar klien dapat
defisit pengetahuan dan kemampuan menerima materi
teratasi. menerima informasi. dengan baik.
Tupen : Terapeutik
Selama dilakukan tindakan 2. Sediakan materi dan
keperawatan selama 3x24 media pendikakan
defisit pengetahuan kesehatan. 2. Mempermudah data
teratasi dengan kriteria 3. Jadwalkan dilakukannya
hasil : pendidikan pendidikan kesehatan.
1. Klien paham kesehatan sesuai 3. Kontrak waktu
terkait dengan kesepakatan. kesediaan klien dalam
masalah melakukan pendidikan
kesehatan yang 4. Berikan kesempatan kesehatan.
dialami. untuk bertanya. 4. Agar klien lebih
2. Menunnjukkan Edukasi memahami isi materi.
prilaku sesuai 5. Jelaskan faktor resiko
dengan anjuran. yang dapat 5. Sebagai dasar
mempengaruhi pengetahuan klien
kesehatan. dalam mengurangi
resiko yang dapat
terjadi.
Tupan : Pencegan infeksi
Setelah dilakukan tindakan Observasi 1. Meminimalisir
5. e.
keperawatan selama 1x24 1. Batasi jumlah terjadinya infeksi
jam resiko infeksi tidak pengunjung. nasokomial.
terjadi. 2. Cusi tangan 2. Mengindari infeksi
sebeelum dan silang.
setelah kontak
Tupen : langsung dengan

23
Setelah dilakukan tindakan klien dan lingkungan
keperawatan selama 3x24 klien.
jam diharapkan resiko 3. Pertahankan teknik 3. Menghindari infeksi
infeksi tidak terjadi dengan aseptic pada pasien silang.
kiteria hasil: beresiko tinggi.
1. Tidak ada tanda – Edukasi
tanda infeksi 4. Jelaskan tanda dan
gejala infeksi. 4. Memberikan dasar
informasi terkait
5. Ajarkan cara mencuci dengan infeksi.
tangan dengan 5. Upaya pencegahan
benar. terjadinya infeksi.

24
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. DATA DASAR
1. Identitas Pasien
a. Nama ( Inisial Klien ) : Ny. E
b. Usia : 27 tahun
c. Pekerjaan : IRT
d. Agama : Islam
e. Pendidikan : D3
f. Suku : Sunda
g. Bahasa Yang Digunakan : Sunda
h. Alamat Rumah : Cikalong - Cimaung
i. Sumber Biaya : BPJS Non PBI kls 2
j. Tanggal Masuk RS : 25 November 2019 jam 11.10 WIB
k. Diagnosa Medis : P1A0 Partus Maturus 4 jam SC ai
SC 4 tahun yl dan Oligohidramnion
l. Tanggal Pengkajian : 26 November 2019 jam 09.30 WIB
m. No RM : 00-602023
2. Sumber informasi ( penanggung jawab ) :
a. Nama : Tn.R
b. Umur : 26 Tahun
c. Hubungan dengan klien : Suami
d. Pendidikan : SMA
e. Pekerjaan : Wiraswasta
f. Alamat : Cikalong Cimaung

B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat Menstruasi
a. Amenorhoe umur : 16 tahun
b. Siklus : teratur
c. Lamanya : 7 hari

25
d. Keluhan dismenorhoe : Ada
e. Keluhan keputihan : Tidak ada
2. Riwayat Kehamilan Yang Lalu
No tahun Kelahiran Penolong Tindakan Komplikasi Keadaan Umur anak &
Kehamilan anak jenis kelamin
sekarang
1. 2015 Partus Dr SpOG Sectio Pecah sehat Anak
maturus Cesaria ketuban perempuan,
sebelum usia 5 tahun
waktunya

a. Kontrasepsi yang pernah di gunakan : KB suntik 3 bulan


sekali selama 1 tahun, selanjutnya diganti IUD 2 tahun
b. Riwayat penyakit sistemik yang pernah di derita : Tidak ada
c. Riwayat penyakit keluarga : Tidak ada
d. Riwayat Sosial : Klien tinggal
bersama suami, anak 1 dengan ibunya. Klien dikenal ramah dan
pandai bergaul di lingkungan masyarakat.

3. Riwayat Kehamilan Ini


a. Kehamilan ini di rencanakan atau tidak : Iya
b. Perasaan tentang kehamilan ini : Senang
c. Status Perkawinan : Menikah
d. Kawin ke 1 : Iya
Lama pernikahan : 5 tahun
e. Kawin ke 2 :Tidak
f. HPHT : 09 Maret 2019
g. Kehamilan yang Ke :2
h. HPL : 23 November 2019
i. Keluhan-keluhan
1) Trimester I : mual, muntah, pusing, tensi
90/60 mmhg
2) Trimester II : mual, muntah jarang,
pusing tidak ada
3) Trimester III : nyeri punggung dan panas
pinggang

26
j. Pergerakan Anak : usia kehamilan 5 bulan
4. Riwayat Persalinan Sekarang
a. Tempat melahirkan : Ruang OK RSUD Al-Ihsan
b. Jenis Persalinan : SC atas indikasi post SC 4
tahun yang lalu dan oligohidramnion, mulai operasi jam 18.15 – 18.45
c. Ditolong Oleh : dr Ferry SpOG
d. Komplikasi/kelainan dalam persalinan : Oligohidramnion
e. Partus lama : tidak ada
f. Plasenta : Utuh, berat 461 gram,
ukuran 15cm x 5 cm x 3 cm, lahir lengkap
g. Perineum :Tidak ada robekan
h. Ketuban : Dipecahkan, warna jernih
5. Riwayat Perdarahan
Klien mengatakan perdarahan post partum SC sedikit, ganti 2 pembalut /
hari, dengan warna darah masih merah
6. Keluhan Utama
Nyeri luka operasi
7. Riwayat Keluhan Sekarang (PQRST)
Pada saat dikaji klien mengeluh nyeri di bagian perut daerah luka
operasi SC, nyeri dirasakan sangat perih seperti di sayat-sayat. Nyeri
dirasakan bertambah jika bergerak dan berkurang jika klien tidur
terlentang. Nyeri di rasakan sepanjang waktu dengan skala nyeri 6 (0-10).

C. Keadaan Post Partum


1. Keadaan umum : lemah, kesadaran CM
2. TTV
a. Tekanan Darah : 108/73 mmhg
b. Denyut nadi : 97x/m
c. Respirasi : 24x/m
d. Temperatus : 36,5oC

3. Kepala
a. Rambut : rambut bersih, berwarna hitam merata, tidak ada lesi atau
pun nyeri tekan, distribusi rambut merata

27
b. Muka : tidak terdapat edema didaerah muka
c. Mata : mata simetris, konjungtiva merah muda, penglihatan baik
dan tidak menggunakan alat bantu penglihatan (kaca mata)
d. Hidung : hidung simetris, tidak ada lesi, bersih, tidak ada serumen,
penciuman baik dan tidak ada nyeri tekan
e. Bibir : bibir simetris, lembab, kiki putih kekuningan, tidak ada
karies, warna bibir merah muda
f. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan getah bening,
dan tidak ada nyeri pada saat menelan
g. Cloasma Gravidarum : ada
4. Payudara
a. keadaan putting susu : menonjol
b. Areola : Coklat kehitaman
c. Luka : Tidak ada
d. Pembengkakan : Tidak ada
e. Colostrum : (+)
f. Striae : tidak ada
g. Kebersihan : Bersih
h. Kelainan : Tidak ada
5. Abdomen
a. Striae : terdapat striae gravidarum
b. Linea : Ada
c. Tinggi Fundus uteri : 1 jari bawah pusat
d. konsitensi uterus : Keras
e. kontraksi uterus : Hilang timbul
f. Adanya luka post operasi SC : Ada letak vertikal, ± 15 cm
g. keadaan luka : tertutup kassa steril,tidak ada rembesan
6. Vagina
a. Jumlah lochea : rubra, ¼ pembalut
b. Bau : Khas
c. Warna : Merah segar
d. Adanya rasa gatal : Tidak ada
e. Adanya Bekuan : Tidak ada
7. Vulva

28
a. Keadaan Vulva : Utuh
b. Kebersihan : Bersih
c. Perineum : Tidak ada luka
d. Episiotomi ya/ tidak : Tidak
e. Tanda- tanda infeksi (REEDA)
a. Rectum : utuh
b. Haemoroid : Tidak ada
8. Ekstremitas atas
a. Oedema : tidak ada
b. CRT : < 2 detik
9. Ekstremitas Bawah
a. Kaji tromboflebitis/ tanda houman : Tidak
b. Oedema : tidak ada
c. Varises : Tidak
d. Reflex hammer : Ada, reflek patella dan
bisep trisep
e. CRT : < 2 detik
10. Status emosional: interaksi klien dengan perawat dan keluarga baik,
tidak ada tanda-tanda depresi ataupun yang lainnya.
11. Pola kebutuhan sehari- hari (ADL)
No Pola Aktivitas Sebelum Hamil Saat Hamil Setelah
Melahirkan

1 Pola Nutrisi
a. Frekuensi 3x/hari 3-4x/hari 3x/hari
b. Nafsu makan Baik Baik Baik
c. Jenis Makanan Nasi lauk Nasi lauk Nasi, lauk
pauk, sayur, pauk.sayur,buah pauk,sayur,
d. Pantangan buah Buah
Tidak ada Tidak ada Tidak ada
e. Keluhan
Tidak ada Pada saat hamil Tidak ada
trismester pertama
klien mengatakan
nafsu makan
menurun karena
adanya mual

Pola Cairan:
a. Asupan cairan
b. Jenis Air putih,
c. Frekuensi Air putih susu ibu hamil
± 6-8 gelas Air putih,

29
d. Keluhan ± 6-7 gelas Tidak ada susu kotak
Tidak ada ± 6-8 gelas
Tidak ada

2 Pola Eliminasi
a. BAK
1) Frekuensi 4-5 x/ hari 7-8 x/ hari Terpasang DC
2) Warna Kuning jernih Kuning jernih
3) Keluhan Tidak ada Tidak Ada Kuning jernih

b. BAB Tidak ada


1) Frekuensi 1-2x/hari 1-2x/hari
Belum BAB masih
bedrest
2) Konsistensi Padat Padat
3) Warna 1x 24 jam
4) Keluhan Kuning Kuning

Tidak ada Tidak ada

3 Pola Personal
Hygiene
a. Mandi 3x/hari 2x/hari Belum mandi
b. Oral Hygiene 3x/hari 3x/hari Belum gosok gigi
c. Cuci Rambut 3x/minggu 3x/minggu Belum keramas
d. Perawatan Tidak pernah Tidak pernah Tidak pernah
Payudara
e. Perawatan Tidak pernah Tidak pernah Tidak pernah
Vulva
f. Keluhan Tidak ada Tidak ada Tidak ada
4 Pola Istirahat dan
Tidur
a. Siang 1-2 jam 2-3 jam 1 jam
b. Malam 6-7 jam
7-8 jam 6-7 jam
c. Keluhan Tidak ada
Tidak ada gerah

5 Pola Aktivitas :
a. Mandiri Mandiri Mandiri Dibantu perawat
b. Di bantu Mandiri Mandiri dan keluarga
sebagian
c. Tergantung Mandiri Mandiri
Penuh
d. Keluhan Tidak ada Tidak ada
6 Pola Seksual 2x seminggu 1x seminggu Fase nifas
a. Frekuensi
b. Keluhan Tidak ada Suka mulas perut

8. DATA PENGETAHUAN : pada saat dikaji klien mengatakan dan


mengetahui tentang tanda bahaya post partum, personal hygiene,
perawatan bayi. kebutuhan nutrisi ibu nifas sebagian, tetapi klien belum
faham tehnik menyusui yang baik dan benar

30
9. DATA PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
Tanggal 25 November 2019
Nama Test Hasil Unit Nilai Rujukan
DARAH RUTIN
Hemoglobin 11.6 g/dL 15.1
Lekosit 16290 sel/uL 3800 ~ 10600
Eritrosit 4,02 Juta/uL 4.5 ~ 6.5
Hematokrit 36,1 % 40 ~ 52
Trombosit 272000 Sel/uL 150000 ~ 440000
GDS 100 Mg/dL 70-150
KIMIA KLINIK
Ureum 15 Mg/dL 10 ~ 50
Kreatinin 0.5 Mg/dL 0.7 – 1.13
HATI
SGOT 15 u/L 10 ~ 31
SGPT 20 u/L 9 ~ 36

2. Tindakan Pengobatan
Nama Obat Dosis Rute Waktu Golongan
Anbacim 1 gram 2x1 IV 08.00 dan 20.00 Antibiotik
06.00, Analgetik dan
Keren 30 mg 3x1 IV drip
14.00,22.00
08.00 dan 20.00 Analgetik dan
Pronalges suppositoria 2x1 supp
antipiretik
RL polos 20 gtt Drip 1500cc/24 jam

D. ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah

1. DS: Nyeri Akut


klien mengeluh nyeri di Tindakan pembedahan
bagian perut daerah luka
operasi SC dengan skala Sectio caesaria
nyeri 6 (0-10).

31
Luka post operasi
DO:
1. Klien tampak jaringan terputus
meringis
2. N : 97x/menit merangsang reseptor nyeri
3. TD : 108/73 mmHg

Nyeri Akut

2. DS: Defisit
- Tindakan pembedahan Perawatan Diri

DO: Sectio caesaria dengan spinal anestesi


1. Tidak mampu mandi
sendiri/ mengenakan Postpartum nifas
pakaian sendiri,
personal hygiene Bedrest 24 jam di tempat tidur
2. Ku lemah
3. Klien harus bedrest Kurang O2 ke jaringan
24 jam post operasi
Kelemahan

Defisit Perawatan Diri

4. DS: Tindakan pembedahan Menyusui tidak


efektif
Kelelahan dan
Post partum dengan SC
kecemasan maternal

DO: Penurunan estrogen dan


progesteron,meningkatkan hormon
1. ASI tidak keluar, prolaktin
kolostrum ada

Merangsang laktasi oksitosin, ejeksi ASI


2 Intake bayi tidak
sedikit dan ibu kurang paham tentang
adekuat
teknik menyusui sambil berbaring
4.Bayi menangis saat di

32
susui Bayi menangis, intake bayi kurang
adekuat

Klien bertanya

Menyusui tidak efektif

3. DS: Resiko Infeksi


- Tindakan pembedahan
DO:
1. Terdapat luka post Sectio caesaria
operasi di perut 15
cm Postpartum nifas
2. Nilai leukosit 16290
sel/uL Terputusnya kontinuitas jaringan
3. Nadi 97x/menit
invasi bakteri dan kuman

Resiko Infeksi

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN SESUAI DENGAN PRIORITAS


1. Nyeri Akut b.d agen pencedera fisik (prosedur operasi) d.d adanya DS
dan DO.
2. Defisit perawatan diri b.d kelemahan d.d adanya DS dan DO
3. Menyusui tidak efektif b.d ketidakadekuatan ASI/kurang faham ibu
tentang teknik menyusui yang benar ditandai dengai DS dan DO
4. Resiko Infeksi b.d prosedur pembedahan (operasi SC) ditandai dengan
DS DO

33
34
F. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama Klien : Ny.E
Ruang : Zaitun III Kebidanan RSUD Al-Ihsan
Dx. Medis : P2A0 Partus maturus SC a/i SC 4 tahun yl dan Oligohidramnion POD 1
No. MR : 00-602023

Diagnosa
No Tanggal Keperawatan dan Tujuan ( SMART) Rencana Tindakan Rasional
Data Penunjang

1 26-11- Nyeri Akut b.d agen Tupan : Manajemen Nyeri


2019 pencedera fisik Setelah dilakukan Observasi
(prosedur operasi). tindakan keperawatan 1. Kaji ulang lokasi nyeri. 1. Membantu menentukan intervensi
selama 3x24 jam, nyeri selanjutnya.
hilang
2. Kaji ulang skala nyeri dan 2. Mengetahui seberapa berat nyeri
tanda-tanda vital. yang dirasakan klien dan
Tupen : mengetahui keaadaan klien.
Setelah dilakukan Terapeutik .
tindakan keperawatan 3. Berikan teknik 3. Dapat menurunkan nyeri yang
selama 1x24 jam nyeri nonfarmakologis untuk dirasakan.
berkurang dengan mengurangi rasa nyeri (mis.
kriteria hasil : Nafas dalam, terapi musik,
1. Tidak mengeluh dan aromaterapi.
nyeri 4. Fasilitasi istirahat dan tidur. 4. Dapat mengurangi rasa nyeri.
2. Skala nyeri 1 (0-10). Edukasi
3. Klien tampak rileks. 5. Jelaskan penyebab, periode, 5. Menjadi dasar pengetahuan klien
4. TTV dalam rentang dan pemicu nyeri. tentang nyeri yang dirasakan.
normal. 6. Memandirikan klien dalam

35
6. Ajarkan teknik mengatasi nyeri.
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi 7. Analgetik dapat menurunkan rasa
7. Kolabolasi pemberian nyeri.
analgetik.

3. Menyusui tidak Tupan : Edukasi Menyusui


efektif b.d Setelah dilakukan Observasi
ketidakadekuatan tindakan keperawatan 1. Identifikasi tujuan atau 1. Mengetahui koping klien terhadap
asi / kurang selama 3x24 jam klien keinginan menyusui. menyusui.
terpaparnya dapat menyusui secara Terapeutik
informasi tentang efektif. 2. Sediakan materi dan media 2. Mempermudah data dilakukannya
pentingnya pendidikan kesehatan. pendidikan kesehatan.
informasi dini. Tupen : 3. Jadwalkan pendidikan 3. Kontrak waktu kesediaan klien
Setekah dilakukan kesehatan sesuai dalam melakukan pendidikan
tindakan keperawatan kesepakatan. kesehatan.
selama 1x24 jam 4. Berikan kesempatan untuk 4. Agar klien lebih memahami isi
menyusui tidak efektif bertanya. materi yang telah disampaikan.
dapat teratasi dengan 5. Dukung ibu meningkatkan 5. Meningkatkan koping klien
kriteria hasil : kepercayaan diri dalam sebagai ibu.
1. Klien tidak menyusui.
kelelahan material. 6. Libatkan sistem pendukung : 6. Membantu memberikan
2. Klien mengeluh suami, keluarga, dan tenaga dukungan kepada klien dalam
kecemasan. kesehatan. menyusui.
3. Bayi mampu Edukasi
melekat pada 7. Berikan konseling menyusui. 7. meningkatkan pengetahuan klien

36
payudara ibu. dalam hal menytusui.
4. ASI 8. Jelaskan manfaat menyusui 8. Sebagai dasar pengetahuan bagi
menetes/memancar bagi ibu dan bayi. klien sebagai seorang ibu.
.
5. Tidak ada nyeri dan
lecet terus
menerus.

2. Defisit perawatan Tupan : Dukungan Perawatan Diri


diri b.d kelemahan. Setelah dilakukan Observasi
tindakan keperawatan 1. Monitor tingkat kemandirian. 1. Mengetahui tingkat kemandirian
selama 3x 24 jam klien klien secara bertahap.
dapat melakukan 2. Identifikasi kebutuhan alat 2. Memaksimalkan perawatan diri.
perawatan diri secara bantu kebersihan diri,
optimal. berpakaian, berhias dan
makan.
Tupen : Terapeutik
Setelah dilakukan 3. Sediakan lingkungan yang 3. Menjaga privasi klien.
tindakan keperawatan terapeutik (mis. Suasana
selama 1x24 jam defisit hangat, rileks, dan privasi).
keperawatan diri 4. Siapkan keperluan pribadi ( 4. Memaksimalkan perawatan diri.
teratasi dengan kriteria mis. Parfum, sikat gigi, dan
hasil : sabun mandi).
1. Klien tidak menolak 5. Damping dalam melakukan 5. Membantu klien dalam
melakukan perawatan diri sampai meningkatkan koping dalam
perawatan diri. mandiri. perawatan diri.
2. Klien mampu Edukasi
mandi/ 6. Anjurkan melakukan 6. Meningkatkan kesehatan dan

37
mengenakan perawatan diri secara kebersihan diri klien.
pakaian/ ketoilet/ konsisten sesuai
berhias secara kemampuan.
mandiri.

Resiko Infeksi Tupan : Pencegan infeksi


berhubungan Setelah dilakukan Observasi
dengan tindakan tindakan keperawatan 1.Batasi jumlah pengunjung. 1.Meminimalisir terjadinya infeksi
SC selama 3x24 jam resiko 2.Cusi tangan sebeelum dan nasokomial.
infeksi tidak terjadi. setelah kontak langsung dengan
Tupen : klien dan lingkungan klien. 2.Mengindari infeksi silang.
Setelah dilakukan 3.Pertahankan teknik aseptic
tindakan keperawatan pada pasien beresiko tinggi. 3.Menghindari infeksi silang.
selama 1x24 jam Edukasi
diharapkan resiko 4.Jelaskan tanda dan gejala
infeksi tidak terjadi infeksi. 4.Memberikan dasar informasi terkait
dengan kiteria hasil: dengan infeksi.
1.Tidak ada tanda – 5.Ajarkan cara mencuci tangan
tanda infeksi dengan benar. 5.Upaya pencegahan terjadinya
infeksi

38
F. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
NO HARI/TANGGAL DX KEP IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF

1) Merngkaji ulang lokasi nyeri


1 Selasa 1 E:Klien mengeluh nyeri luka op.SC S : Klien mengatakan nyeri luka Kelompok
2) Mengkaji ulang skala nyeri op msh terasa. Skala nyeri 4 2
26-11-2019 Nyeri akut
E:Skala nyeri klien 4 O : klien tampak melakukan
3) Memfasilitasi klien untuk istirahat tidur nafas dalam jika miring kiri
E:Gordyn ditutup, lampu ruangan dimatikan atau miring kanan
4) Mengajarkan teknik nafas dalam
E:mengajarkan tariki nafas dari Klien mendapat analgetik keren
hidung,keluar dari mulut injek dan pronalges supp
5) Kolaborasi,memberikan terapi analgetik
A: Masalah belum teratasi
E: Klien mendapat obat keren injek dan
pronalges supp P: Lanjutkan intervensi

1) Mengkaji ulang tingkat kemandirian klien


2 Selasa 2 dalam perawatan diri S: Klien mengatakan baru bisa Kelompok
E: Aktivitas klien masih terbatas di TT miring kiri dan kanan sendiri. 2
26 – 11- 2019 Defisit Makan & minum sendiri
2) Menjaga lingkungan yang privasi
Perawatan E: Gordyn ditutup, pencahayaan cukup O: Klien masih harus bedrest 24
3) Menyiapkan keperluan pribadi klien dengan jam di TT karena spinal anestesi
diri
dibantu keluarga
E:Memfasilitasi pemenuhan perawatan klien A: Masalah belum teratasi

P: Lanjutkan intervensi

3
1) Mengkaji ulang kesiapan dan kemampuan
Selasa 3 klien dalam menerima informasi tentang S: Klien mengatakan sudah Kelompok

39
26 – 11- 2019 Menyusui menyusui mengerti dan paham tentang 2
tidak efktif E; Klien siap untuk menerima informasi teknik menyusui yang benar
2) Menyediakan materi dan leaflet untuk
penkes yang dibutuhkan klien O: Klien tampak bersemangat,
E:Melakukan penkes teknik menyusui bayi klien mampu menjawab
yang benar pertanyaan yang disampaikan
3) Menjadwalkan penkes sesuai kebutuhan saat penkes
dan keinginan klien Klien didampingi suaminya
E:Klien mau diberi penyuluhan jam 13
sambil didampingi suami A : Masalah teratasi

P: Lanjutkan intervensi

Leaflet diberikan pada klien


untuk dibaca

1) Membatasi jumlah pengunjung


4 Selasa 4 E; Meminimalkan resiko infeksi S: Klien mengatakan bisa Kelompok
mempraktekkan cuci tangan 6 2
Resiko langkah
2) Melakukan cuci tangan 6 langkah sebelum
26 – 11- 2019 infeksi dan sesudah tindakan O : Klien bisa menjelaskan
E: Mencegahinfeksi silang tanda dan gejala infeksi
3) Menjelaskan tanda dan gejala Infeksi
E:Terjadinya infeksi ditandai dengan Klien ditemani oleh suaminya
kalor,rubor,tumor,dolor dan fungsio laesa
A: Masalah teratasi
4) Mengajarkan pada klien cara cuci tangan 6
langkah
E; mempraktekkan 6 langkah cuci tangan

1 1

40
Rabu Nyeri akut 1) Evaluasi ulang lokasi nyeri S: Klien mengatakan nyeri Kelompok
berkurang, skala nyeri 2 2
27 November E: Nyeri luka op berkurang
2019 O: Klien tampak lebih tenang
2) Evaluasi ulang skala nyeri
Klien mendapat analgetik
E:Skala nyeri klien 2 pronalges supp dan keren injek
3) Memfasilitasi klien untuk istirahat tidur A: Masalah belum teratasi
E::Klien bisa istirahat tidur siang,malam P : Lanjutkan intervensi
4) Mengajarkan teknik nafas dalam

E: klien mampu melakukan nafas dalam

5) Kolaborasi,memberikan terapi analgetik

E:Klien dapat terapi keren injek dan

Pronalges supp

2 1) Evaluasi ulang tingkat kemandirian klien

Rabu 2 dalam perawatan diri S: Klien mengatakan sudah Kelompok


mulai belajar turun dan ke 2
27 November Defisit E:klien sudah mulai mobilisasi turun dari kamar mandi
2019 perawatan
diri Tempat tidur O: Klien tampak mulai jalan-
2) Membantu keperluan pribadi klien jalan ke kamar mandi

dengan dibantu keluarga A: Masalah teratasi

E: mendekatkan sisir, alat mandi,baju P : Lanjutkan intervensi

Ganti,kosmetik klie

41
3

Rabu 3 1) Mengkaji ulang kemampuan klien dalam S: Klien mengatakan sudah bisa Kelompok
mempraktekan cara menyusui
Mengaplikasikan penkes kemarin yang benar
27 November Menyusui E: Klien mampu mempraktekkan cara O:Tampak klien merasa nyaman 2
2019 tidak saat menyusui bayinya
efektif Menyusui yang benar dengan posisi yang

efektif A:Masalah teratasi

P: Lanjutkan cara menyusui


bayi yang benar dirumah

Rabu 4 1) Melakukan cuci tangan 6 langkah S: Klien mengatakan lukanya


tidak gatal,tidak ada rembesan
27 November Resiko sebelum dan sesudah tindakan darah.
2019 infeksi
E:Petugas melakukan cuci tangan O: Klien tampak tenang, tanda
Sebelum uf infus, uf dower cateter dan dan gejala infeksi tidak ada

Ganti balutan luka/GV A: Masalah teratasi

3) Mengevaluasi tanda dan gejala Infeksi P: Lanjutkan perawatan


luka,cuci tangan 6 langkah di
E: Tanda dan gejala infeksi tidak terjadi rumah
4) Mengevaluasi pada klien cara cuci

tangan 6 langkah

E: Klien mampu cuci tangan 6 langkah

42
G. CATATAN PERKEMBANGAN
NO DX HARI / CATATAN PERKEMBANGAN PARAF
TANGGAL

Nyeri akut Kamis / 28 S : Klien mengatakan nyeri sudah berkurang, skala nyeri 2 (0-10) Kelompok 2
November 2019
Klien mengatakan bisa tidur dengan nyenyak

O : Klien tampak tenang, tanda-tanda vital dalam batas normal

TD 110/77 mmHg, Nadi 88x/menit, RR 20x/menit, suhu badan 36,5 C

Klien mendapat analgetik oral Keren 2x1 tablet

A : Masalah teratasi

P : Lanjutkan terapi tablet, Klien diperbolehkan pulang

Defisit Kamis / 28 S : Klien mengatakan sudah bisa mandi,BAK,BAB, perawatan vulva dan Kelompok 2
perawatan diri November 2019
ganti pembalut sendiri di kamar mandi. Makan, mium sendiri

O : Klien tampak segar, bisa berdandan sendiri

A : Masalah teratasi

P : Lanjutkan perawatan diri secara mandiri di rumah

Menyusui tidak Kamis / 28 S : Klien mengatakan sudah bisa menyusui dengan posisi berbaring,duduk Kelompok 2
efektif November 2019

43
Klien mengatakan bayi nya tidak rewel, ASI sudah mulai keluar

O : Klien tampak bersemangat, bayi tidur nyenyak, tampak ASI sudah keluar

A : Masalah teratasi

P : Lanjutkan intervensi teknik menyusui yang benar dirumah

Risiko infeksi Kamis / 28 S : Klien mengatakan sudah bisa melakukan cuci tangan 6 langkah Kelompok 2
November 2019
Luka operasi tidak gatal,

O : Klien mampu mempraktekkan cuci tangan 6 langkah

Infus dan dower cateter sudah di lepas, Luka operasi di GV, tidak tampak

Tanda-tanda infeksi, luka kering,tidak ada pus/rembesan darah

A : Masalah teratasi

P : Lanjutkan intervensi tanda dan gejala infeksi luka operasi di rumah

GV luka dilakukan saat klien kontrol ke poliklinik kebidanan tgl 3/12/2019

44
BAB IV

PEMBAHASAN

Dari kasus di atas diketaui bahwa klien memiliki diagnosa medis P1A0 Partus
Maturus 4 jam SC ai SC 4 tahun yang lalu dan Oligohidramnion dengan keluhan
utama adalah nyeri pada bagian perut bekas operasi. Pada diagnosa
keperawatan di teori terdapat enam diagnosa yaitu :
1. Nyeri Akut b.d agen pencedera fisik (prosedur operasi) d.d adanya DS dan
DO.
2. Menyusui tidak efektif b.d ketidakadekuatan asi / kurang terpaparnya
informasi tentang pentingnya informasi dini ditandai dengan adanya DS dan
DO.
3. Defisit perawatan diri b.d kelelahan d.d adanya DS dan DO.
4. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar indormasi d.d adanya DS dan DO.
5. Resiko infeksi d.d adanya luka bekas operasi.

Sedangkan diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus adalah


sebagai beikut :
1. Nyeri Akut b.d agen pencedera fisik (prosedur operasi) d.d adanya DS dan
DO.
2. Defisit perawatan diri b.d kelemahan d.d adanya DS dan DO
3. Menyusui tidak efektif b.d ketidakadekuatan ASI/kurang faham ibu tentang
teknik menyusui ditandai dengai DS dan DO
4. Resiko Infeksi b.d prosedur pembedahan (operasi SC) ditandai dengan DS
DO

Hal ini disebabkan diagnosa yang muncul dalam teori tidak sama dengan
diagnosa pada saat pengkajian kepada sehingga terdapat perbedaan antara
kasus pada lapangan dengan teori.

45
BAB V

PENUTUP

A. SIMPULAN
Jadi dapat disimpulkan Sectio Caesaria (SC) adalah suatu tindakan
melahirkan bayi dengan berat diatas 500 gram, melalui sayatan pada dinding
uterus yang masih utuh (Prawirhardjo, 2009). Sectio Caesaria adalah suatu
pembedahan melahirkan anak lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus
(Oxorn & Forte, 2010). Sedangkan Oligohidramnion adalah suatu keadaan
dimana air ketuban kurang dari normal, yaitu kurang dari 500 cc.

B. SARAN
Bagi mahasiswa, sudah seharusnya memberikan peran dengan
mempelajari dengan sungguh-sungguh tentang kebutuhan asuhan
keperawatan maternitas khususnya pada ibu post partu dengan SC atas
indikasi Oligohidramnion.

46

Anda mungkin juga menyukai