OLEH:
Prodi :Teologi
T/S :II
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadiran Tuhan yang maha esa, atas anugrahnya kepada
saya sehingga makalah ini saya kerjakan dengan baik. Ada pun kekurangan dalam penulisan
Metode psikologi perkembangan makalah saya ini, untuk itu saya sangat berharap untuk
kerja samanya. Ada baiknya jika saudara/saudari memberikan tanggapan atau masukan demi
kesempurnaan makalah ini, hanya ini yang bisa saya utarakan sebagai pendukung kebaikan
kita kedepan, dalam pengembangan pembuatan makalah, dengan baik untuk itu marilah kita
saling melengkapi satu dengan yang lain, supaya menjadi lebih baik lagi. Sekian dan terima
kasih, Tuhan Yesus memberkati…..
PENULIS
2
Darwisi sadawa
Daftar isi
Daftar isi………………………………………………………………………………
BAB I: PENDAHULUAN
1. Latar belakang………………………………………………………………………
2. Rumusan masalah……………………………………………………………………
3. Tujuan…………………………………………………………………………………
b. Metode spesifik………………………………………………………………………
BAB III
KESIMPULAN………………………………………………………………………….
3
BAB II
Dalam uraian di atas telah disebutkan bahwa pendekatan yang umum ini dibedakan
antara dua kelompok: kelompok yang satu memberikan lebih banyak data mengenai
keseluruhan perkembangan atau beberapa aspeknya, kelompok yang lain meninjau apa yang
dipengaruhi oleh faktor lingkungan, khususnya faktor kebudayaan.
Yang disebut metode longitudinal adalah cara menyelidiki anak dalam jangka waktu
yang lama, misalnya mengikuti perkembangan seseorang dari lahir sampai mati, misalnya
mengikuti perkembangan seseorang dalam sebagian waktu hidup, yaitu misalnya selama
masa kanak-kanak atau selama masa remaja. Dengan metode ini biasanya diteliti beberapa
4
aspek tingkah laku pada satu atau dua orang yang sama dalam waktu beberapa tahun. Dengan
begitu akan diperoleh gambaran aspek perkembangan secara menyeluruh. Keuntungan
metode longitudinal ini ialah bahwa suatu proses perkembangan dapat diikuti dengan teliti.
Tetapi kerugiannya ialah bahwa menyelidiki sangat tergantung pada orang yang diselidiki
tersebut dalam jangka waktu yang cukup lama. Hal ini serng kali menimbulkan kesulitan,
misalnya bila orang yang diselidiki tadi tiba-tiba pidah tempat atau meninggal.
Metode lain yang disebut time-lag membandingkan orang-orang dari usia yang sama
tetapi dari kohort yang berbeda-beda [khorot = kelompok orang yang lahir dalam tahun yang
sama]. Wheeler [1942] menemukan bahwa anak-anak dari usia dan daerah yang sama lebih
tinggi sekor tingkah laku kecerdasannya pada tahun 1940 daripada pada tahun 1930.
5
Suatu gambaran perbandingan mengenai ketiga metode tadi dikemukakan Baltes dkk.
Dalam gambar 1.
Schaie [1965] juga menunjukkan akan pentingnya observasi yang berulang-ulang dan
tak tergantung satu sama lain, hinga orang-orang dari kohort yang sama secara berturut-turut
diobservasi, misalnya dua kali. Atas dasar ini Baltes [1977] menemukan suatu pembedaan
antara metode yang konvensional dengan states
Dalam rangka pendekatan yang telah diuraikan di atas masih ada beberapa metode yang
khusus dalam psikologi perkembangan secara kasar dapat dibedakan antara metode
eksperimental dan non eksperimental. Kebanyakan ada di antara kedua metode tersebut.
Dengan pengertian ini dapatlah dibicarakan secara singkat mengenai dua macam metode ini.
Dalam suatu eksperimen maka semua variabel, kecuali satu dibuat konstan,
kemundian dengan memanipulasi variabel yang satu tersebut [yaitu variabel bebas] dapatlah
diketahui pengaruhnya terhadap efek yang ditimbulkannya [variabel tergantung].
Dalam eksperimen ada yang disebut kelompok eksperimen yang dikenal variabel
beban tadi. Misalnya dua kelompok dalam hal usia, inteligensi, status sosial ekonomi,
pendidikan, dan sebagainya, masing-masing dikenakan perlakuan yang berbeda, misalnya
dalam membuat suatu tugas [tes] maka kelompok yang satu diberitahu bahwa tes tersebut
6
hanya merupakan latihan saja, sedangkan kelompok yang lain diberitahu bahwa siapa yang
dapat mencapai angka 8 atau lebih akan memperoleh suatu hadiah. Eksperimen ini menguji
suatu hipotesis bahwa kelompok yang diberi pengharapan akan hadiah tadi akan melakukan
tesnya dengan lebih baik.
7
Bila perbedaan hasil antara kedua kelompok tadi signifikan dapatlah ditarik
kesimpulan akan adanya hubungan ‘’kausal’’ antara pengharapan akan hadiah [variabel
bebas] dan hasil tes [variabel tergantung]. Artinya bahwa dalam keadaan tertentu itu
Memang sering kali seorang psikolog perkembangan harus menerima suatu hasil
penelitian yang bersifat eksploratif seperti itu. Dengan menggunakan metode yang lain
daripada eksperimen kadang-kadang dapat diketemukan hasil yang searah; dengan begitu
maka hasil penelitian tersebut dapat lebih dipercaya.
suatu eksperimen dimaksudkan untuk membuat setinggi mungkin nilai objektif data
yang diperoleh. seorang peneliti tidak selalu berhasil untuk mengontrol situasinya. meskipun
8
begitu ia mampu untuk melakukan pengamatan yang dipandang dari segi teoretis maupun
praktis cukup berarti. caranya mengadakan observasi dapat dibeda-beda, ia dapat
menggunakan alat dan teknik yang bermacam-macam salah satu cara adalah yang disebut
‘’event-sampling’’ yaitu mencatat tingkah laku yang khas yang tibul dalam jangka waktu itu.
Metode klinis berbeda dari pada metode eksperimental tidak hanya dalam hal
kecermatan cara mengadakan registrasi, yaitu dalam hal pengumpulan dan pencatatan data,
melainkan terutama dalam hal representativitas sampel. Pemilihan kelompok ‘’orang coba’’
nya tidak perlu berdasarkan persamaan sifat yang dimiliki oleh keseluruhan populasi,
melainkan cukup dilakukan penelitian terhadap beberapa kasus saja, misalnya terhadap
anak-anak dari tingkatan umur tertetu yang secara berturut-turut atau bersamaan waktu
diobservasi oleh beberapa orang pengamat. Alat yang dipakai adalah berbagai macam tes atau
pemberian tugas-tugas tertentu. Misalnya piaget [1947] menyuruh anak-anak dari berbagai
tingkatan usia membuat cacing-cacingan daripada bola-bola was. Anak umur 4 tahun mengira
bahwa cacing-cacingan tadi mengandung was yang lebih banyak daripada bola-bola was yang
semula. Anak umur 8 tahun tidak akan membuat kesalahan itu lagi. Mereka sudah mengerti
bahwa perubahan bentuk tidak mengubah banyaknya barang sesuatu, mereka sudah mengerti
hukum konservasi mengenai banyaknya barang sesuatu yaitu bahwa banyaknya barang
sesuatu itu tetap sama meskipun ada perubahan bentuk.
Apa yang diketemukan pada anak-anak yang sedang diteliti, namun belum tentu
berlaku bagi semua anak dari tingkatan umur yang sama. Dalam eksperimen sudah barang
tentu tidak diteliti semua anak yang ada, namun peneliti biasanya berusaha sejauh mungkin
agar dapat berlaku bagi anak-anak yang lain. Penelitian Piaget tidak menjamin hal seperti itu.
Juga dalam metode klinis peneliti hanya meneliti beberapa anak sembarang saja dari suatu
tingkat umur tertentu dengan menggunakan beberapa tes yang sama.
Di samping itu juga masih ada berbagai metode observasi lain yang digunakan dalam
psikologi perkembangan, misalnya metode survei yang meneliti beberapa sampel dari
populasi yang besar. Caranya dapat menggunakan teknik wawancara atau angket.
Berhubung dalam hal tersebut di atas tidak ada hipotesis yang dapat diuji berdasarkan
menipulasi variabel tertentu, maka cara ini dapat disebut penelitian ex post facto, yaitu
adanya hubungan ditentukan sesudah penelitian dilakukan [Albinskin, 1967]. Metode angket
9
ini makin berarti bagi penelitian ilmu-ilmu sosial. Disini masih dibedakan, seperti halnya
pada metode observasi yang lain, antara observasi sendiri dan observasi orang lain. Misalnya
data mengenai tingkah laku sosial anak dan remaja dapat dinyatakan pada yang bersangkutan
sendiri atau pada orang lain, misalnya pada orang tua atau tetangga-tetangga.
Suatu daftar pertanyaan berisi suatu kumpulan pertanyaan mengenai suatu persoalan
yang konkrit. Pertanyaan dapat bersifat bebas, atau bersifat tertutup, misalnya dengan
menggunakan apa yang disebut skala [scale]. Dalam hal yang terakhir ini pertanyaan sering
dibuat dalam bentuk pertanyaan. Jawaban berujud setuju atau tidak setuju terhadap
pertanyaan itu. Seringkali ada tingkatan [gradasi] dalam menjawab setuju atau tidak setuju.
Contoh:
Acara TV yang menggambarkan tingkah laku seks tidak baik untuk dilihat oleh anak
di bawah umur 12 tahun.
setuju sekali
setuju
tidak tahu
tidak setuju
Responden [orang yang diberi pertanyaan] memberikan tanda pada tempat segi empat
dibelakang pertanyaan yang dipilih.
Sejumlah aitem semacam itu merupakan skala sikap orang tua dalam pendidikan seks
terhadap anak mereka. Dalam daftar pertanyaan tadi dapat juga ditanyakan mengenai data
pribadi orang tua seperti status sosial ekonomi, agama, pendidikan, tempat tinggal, umur dan
sebagainay. Dalam hubungan itu banyak data psikologi perkembangan dapat diperoleh
sehubungan dengan keadaan dan sikap orang tua pada berbagai tingkatan usia, misalnya
mengenai toleransi mereka terhadap tingkah laku seksual anak. Di samping itu banyak juga
data yang diperoleh mengenai perkembangan seksual anak; hal ini mengingat bahwa
perkembangan seks banyak dipengaruhi oleh pendidikan orang tua.
10
Bila pengamat menggunakan skala dalam penilaian, maka hal itu disebut rating.
Penyesuaian antara pernilaian para pengamat atau rater menjadi ukuran objektivitas penilaian
tersebut.
Suatu perbedaan antara pengumpulan data melalui metode klinis dan pengumpulan
data melalui angket ialah bahwa metode klinis dapat memberikan informasi mengenai
tingkah laku, sedangkan angket mengadakan pencatatan mengenai pemberitaan tingkah laku.
pada angket sering terungkap keinginan tertentu yang tidak sesuai dengan kenyataan.
Aku-ideal lebih sering timbul dari pada aku yang aktual. Peneliti yang sadar akan hal ini
dapat memperoleh informasi yang baik sekali, berhubung aku-ideal, seperti halnya
gambar-ideal yang merupakan cermin bagi seseorang, dapat memberikan pengertian banyak
mengenai pribadi yang sedang berkembang yang sering diarahkan oleh ideal-ideal yang ada
padanya.
Metode angket dapat pula dipakai untuk menguji suatu hipotesis. Misalnya ada
hipotesis bahwa orang usia antara 15-25 tahun lebih bersikap toleran terhadap kenakalan anak
dibandingkan dengan orang usia antara 35-45 tahun. Hal ini dapat diduga merupakan suatu
indikasi pergeseran norma. Yang terakhir ini dapat disebut teori yang mendasari hipotesis
tersebut. Melalui angket maka hipotesi tadi dapat diuji kebenaranya. Dapat pula diketemukan
adanya hubungan dengan perbedaan pandangan agama dan sebagainya.
Berbagai metode yang dikemukakan diatas sebetulnya bukan metode yang khusus
untuk psikologi perkembangan, namun sering dipakai dalam cabang ilmu tersebut. Karena
arti perkembangan berhubungan dengan perjalanan hidup seseorang, maka semua data yang.
diperoleh dari pencatatan perjalanan hidup orang itu dapat dipandang sebagai materi
penelitian dalam psikologi perkembangan. Pendekatan yang penting di sini adalah metode
longitudinal. Metode longitudinal ini dapat dikombinasi dengan data pencatatan dokumen,
karangan, atau pencatatan tingkah laku yang khusus. Dalam hal ini metode tadi disebut
metode biografis yang dapat menggunakan buku harian, surat, sajak, karangan, dan
sebagainya, yang akhirnya juga dapat bersifat autobiografis [observasi diri].
11
mudah tadi memberikan pendapat mereka mengenai suatu problematik, misalnya pandangan
mereka mengenai masa depan. Cara ini membutuhkan kemampuan verbal seseorang hingga
dengan sendirinya tidak sesuai untuk anak-anak kecil.
Di samping itu dapat pula digunakan berbagai macam tes yang mengkonfrontasikan
orang coba dengan sistem nilai mereka sendiri. Bila hal ini dilakukan secara periodik dapat
diketahui mengenai perubahan yang ada selama jangka waktu tertentu. Dalam hal ini dapat
digunakan tes konfrontasi Hermans [1974] yang juga dilakukan oleh Monks dan Heusinkveld
[1973].
Secara singkat telah dibicarakan mengenai beberapa metode dan teknik yang dipakai
dalam psikologi perkembangan. Metode-metode ini masing-masing mempunyai keunggulan
dan kelemahannya sendiri. Untuk memperoleh data penelitian yang secermat mungkin dan
paling dapat dipercaya, maka dalam psikologi makin sering dipakai suatu startegi penelitian
yang disebut paradigma multitrait-multimethod.
Perlu diketahui dulu unsur-unsur apakah yang membentuk suatu hasil pengukuran
psikologi. Ada tiga macam unsur yang dapat dicatat
1. Variasi, yaitu perbedaan yang timbul dalam faktor yang diukur sendiri [misalnya variasi
pada prestasi orang coba disebabkan oleh kelelahan, penurunan motivasi, dan sebagainya
pada waktu pengambilan tes].
2. Variasi pada hasil pengukuran disebabkan oleh kesalahan pada cara pengukurannya.
3. Variasi yang timbul karena kesalahan yang tak terduga dalam pengukuran [Runkel dan
McGrath, 1972, p. 163].
12
dengan tes, angket dan obsevasi. Hal ini dimaksudkan untuk menentukan tingkat penyesuaian
antara berbagai macam definisi operasional satu sifat tertentu.
korelasi yang ditemukan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain
mempunyai arti sebagai berikut (bandingkan Ferguson, 1966):
1. Korelasi antara pengukuran yang berulang dengan alat pengukur yang sama terhadap salah
satu variabel yang sama: bila korelasinya tinggi dapat disimpulkan bahwa alat
pengukurnya dapat dipercaya.
2. Korelasi antara hasil pengukuran dengan alat pengukur yang berbeda terhadap salah satu
variabel yang sama, memberikangambaran akan persesuaian antara dua defenisi
operasional mengenai satu variabel yang sama.
3. Korelasi antara pengukuran duua variabel yang berbeda, diukur dengan alat pengukur yang
sama menunjukkan sampai seberapa jauh persamaan yang ada antara dua variabel tersebut.
4. Korelasi yang terakhir adalah korelasi antara satu variabel diukur dengan satu alat ukur
pengukur tertentu dan variabel lain diukur dengan alat pengukur yang lain. Dugaan yang
ada adalah bahwa tidak akan diketemukan korelasi yang tinggi bila masing-masing alat
pengukur danmasing-masing variabel tidak tergantung satu sama lain.
1.6 Rangkuman
dalam bab ini telah dikemukakan secara singkat pengertian dan berbagai macam teori
mengenai perkembangan, yaitu teori yang berorientasi biologis, berorientasi lingkungan,
psikodinamis dan teori kerokhanian. Akhirnya telah ditunjukkan keunggulan sintesa
interaksionistis yang mencakup teori tugas perkembangan dan teori emansipasi.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
14
Dalam uraian di atas telah disebutkan bahwa pendekatan yang umum ini dibedakan
antara dua kelompok: kelompok yang satu memberikan lebih banyak data mengenai
keseluruhan perkembangan atau beberapa aspeknya, kelompok yang lain meninjau apa yang
dipengaruhi oleh faktor lingkungan, khususnya faktor kebudayaan.
15