Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Kita sering mendengar kata “KORUPSI”, korupsi ada disekeliling kita,
mungkin terkadang kita tidak menyadari itu. Korupsi biasa terjadi di rumah,
sekolah, masyarakat, maupun instansi tinggi dalam pemerintahan dan juga
di dunia kesehatan. Mereka yang melakukan korupsi ini, terkadang
menganggap remeh hal yang dilakukannya itu. Hal ini sangat
mengkhawatirkan sebab, bagaimanapun apabila organisasi dibangun oleh
korupsi, maka organisasi tersebut akan rusak. Dari kenyataan diatas dapat
ditarik 2 kemungkinan dilakukannya korupsi: 1. Metode yang dilakukan
pendidik belum sesuai dengan kenyataan, sehingga pelajaran tidak dapat
dicerna secara optimal oleh anak didik 2. Kita sering menggangap remeh
bahkan malas untuk mempelajari hal ini, karena kurangnya motivasi pada
diri sendiri, sehingga sering kali berasumsi “untuk apa mempelajari” padahal
itu sangat penting untuk diketahui agar tahu hak dan kewajiban pada
negara.

II. Rumusan Masalah


1. Apakah itu korupsi ?
2. Apakah contoh permasalahan korupsi di bidang kesehatan ?
3. Bagaimana hasil analisa permasalahan korupsi di bidang kesehatan
tersebut ?
BAB II
LANDASAN TEORI

I. Pengertian korupsi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi
keempat, korupsi didefinisikan lebih spesifik lagi yaitu penyelewengan
atau penyalahgunaan uang negara (perusahaan, organisasi, yayasan,
dsb.) untuk keuntungan pribadi atau orang lain. Istilah korupsi yang telah
diterima dalam perbendaharaan kata bahasa Indonesia, adalah
“kejahatan, kebusukan, dapat disuap, tidak bermoral, kebejatan dan
ketidakjujuran” (S. Wojowasito-WJS Poerwadarminta: 1978). Pengertian
lainnya, “perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang, penerimaan
uang sogok, dan sebagainya” (WJS Poerwadarminta: 1976).
Jadi Korupsi adalah tindakan menguntungkan diri sendiri dan
orang lain yang bersifat busuk, jahat, dan merusakkan karena merugikan
negara dan masyarakat luas. Pelaku korupsi dianggap telah melakukan
penyelewengan dalam hal keuangan atau kekuasaan, pengkhianatan
amanat terkait pada tanggung jawab dan wewenang yang diberikan
kepadanya, serta pelanggaran hukum.

Pengertian korupsi menurut para ahli :


 Henry Campbell Black, korupsi diartikan sebagai “an act done with an
intent to give some advantage inconsistent with official duty and the
rights of others”, (terjemahan bebasnya : suatu perbuatan yang
dilakukan dengan maksud untuk memberikan suatu keuntungan yang
tidak sesuai dengan kewajiban resmi dan hak-hak dari pihak lain).
Menurut Black adalah perbuatan seseorang pejabat yang secara
melanggar hukum menggunakan jabatannya untuk mendapatkan
suatu keuntungan yang berlawanan dengan kewajibannya
 S Hornby istilah korupsi diartikan sebagai suatu pemberian atau
penawaran dan penerimaan hadiah berupa suap (the offering and
accepting of bribes), serta kebusukan atau keburukan (decay).
 David M. Chalmer menguraikan pengertian korupsi dalam berbagai
bidang, antara lain menyangkut masalah penyuapan yang
berhubungan dengan manipulasi di bidang ekonomi dan menyangkut
bidang kepentingan umum.
 Wertheim yang menggunakan pengertian yang lebih spesifik.
Menurutnya, seorang pejabat dikatakan melakukan tindak pidana
korupsi, adalah apabila ia menerima hadiah dari seseorang yang
bertujuan memengaruhinya agar mengambil keputusan yang
menguntungan kepentingan si pemberi hadiah. Kadang – kadang
pengertian ini juga mencakup perbuata menawarkan hadiah, atau
bentuk balas jasa yang lain.
 David H Baley mengatakan, korupsi sementara dikaitkan dengan
penyuapan adalah suatu istilah umum yang meliputi penyalahgunaan
wewenang sebagai akibat pertimbangan keuntungan pribadi yang
tidak selalu berupa uang. Batasan yang luas dengan titik berat pada
penyalahgunaan wewenang memungkinkan dimasukkannya
penyuapan, pemerasan, penggelapan, pemanfaatan sumber dan
fasilitas yang bukan milik sendiri untuk mencapai tujuan-tujuan
pribadi dan nepotisme ke dalam korupsi.
 Robert Klitgaard memahami bahwa korupsi ada manakala seseorang
secara tidak halal meletakkan kepentingan pribadi di atas
kepentingan rakyat, serta cita-cita yang menurut sumpah akan
dilayaninya. Korupsi muncul dalam banyak bentuk dan membentang
dari soal sepele sampai pada soal yang amat besar. Korupsi dapat
menyangkut penyalahgunaan instrument-instrument kebijakan seperti
soal tarif, pajak, kredit, sistem irigasi, kebijakan perumahan,
penegakan hukum, peraturan menyangkut keamanan umum,
pelaksanaan kontrak, pengambilan pinjaman dan sebagainya. Di
samping itu, ditegaskan pula bahwa korupsi itu dapat terjadi tidak
saja di sektor pemerintahan, tapi juga di sektor swasta, bahkan sering
terjadi sekaligus di kedua sektor tersebut.
 John A Gardiner dan David J Olson dalam bukunya “Theft of the
City”, korupsi menyangkut segi – segi moral, sifat dan keadaan yang
busuk, jabatan dalam instansi atau aparatur pemerintahan,
penyelewengan kekuasaan dalam jabatan karena pemberian, faktor
ekonomi dan politik, serta penempatan keluarga dan klik, golongan
ke dalam kedinasan dibawah kekuasaan jabatannya.
BAB III
PEMBAHASAN

I. Contoh Masalah Korupsi Di Bidang Kesehatan


Kasus pada tingkat lokal terjadi di Nias Selatan (Nisel) yang
melibatkan Mantan Kepala Dinas (Kadis) Kesehatan setempat, Rahmat
Al Yakin Dachi. Pengadaan obat-obatan generik pada Dinas Kesehatan
(Dinkes) Nisel tahun 2007 dengan nilai kontrak Rp 3,7 miliar seharusnya
melalui proses lelang, namun terdakwa bersama Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK) dan Ketua Panitia Lelang menetapkan PT Septa
Sarianda sebagai rekanan melalui Penunjukan Langsung (PL), seolah-
olah sebagai pemenang lelang. Pihak panitia lelang tidak menetapkan
daftar harga sesuai SK Menkes No.521/Menkes/SK/IV/2007 tentang
Harga Obat Generik sehingga dalam pengadaan 203 jenis obat generik
tersebut, PT Septa Sarianda melakukannya di atas harga resmi
sebagaimana ditetapkan dalam SK Menkes tersebut. Pihak Pemkab Nisel
membayar pengadaan obat-obatan generik tersebut kepada P Damanik
sebesar Rp 3,2 miliar.
Namun hasil audit Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP) Sumut ditemukan kerugian negara (Pemkab
Nisel) sebesar 2,07 miliar. Dalam perkara ini, penyidik menyita uang
sebesar Rp 1,7 miliar yang tersimpan di rekening Pemkab Nisel untuk
negara. Terdakwa divonis satu tahun enam bulan (18 bulan) penjara
karena melanggar Pasal 3 jo Pasal 18 UU Nomor 31 tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) sebagaimana diubah
menjadi UU Nomor 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tipikor jo
Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHPidana. Terdakwa juga divonis untuk
membayar denda senilai Rp 50 juta subsider satu bulan kurungan
(Analisa, 28/10/2011).
Dari wacana diatas, permasalahan korupsi ini dapat saya analisi, sebagai
berikut :
 pengertian
Henry Campbell Black, korupsi diartikan sebagai “an act done
with an intent to give some advantage inconsistent with official duty and
the rights of others”, (terjemahan bebasnya : suatu perbuatan yang
dilakukan dengan maksud untuk memberikan suatu keuntungan yang
tidak sesuai dengan kewajiban resmi dan hak-hak dari pihak lain).
menurut Black adalah perbuatan seseorang pejabat yang secara
melanggar hukum menggunakan jabatannya untuk mendapatkan suatu
keuntungan yang berlawanan dengan kewajibannya
 Faktor Penyebab Terjadinya Korupsi
berdasarkan permasalahan korupsi tersebut dapat disimpulkan
bahwa penyebab korupsi ini adalah:
1. Greeds (keserakahan): berkaitan dengan adanya perilaku serakah
yang secara potensial ada di dalam diri setiap orang.
2. Opportunities (kesempatan): berkaitan dengan keadaan organisasi
atau instansi atau masyarakat yang sedemikian rupa sehingga
terbuka kesempatan bagi seseorang untuk melakukan
kecurangan.
3. Moral yang kurang kuat
4. Gaya hidup yang konsumtif
5. Malas atau tidak mau bekerja
6. Ajaran agama yang kurang diterapkan
 Tipe Korupsi
Menurut Vito Tanzi
Korupsi transaksi, yaitu korupsi yang terjadi atas kesepakatan
diantara seorang donor dengan resipien untuk keuntungan kedua belah
pihak.

 Jenis Korupsi
Menurut Benveniste,
Mercenery corruption, yakni jenis tindak pidana korupsi yang
dimaksud untuk memperoleh keuntungan pribadi melalui
penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan.
 Ciri – ciri Korupsi
Menurut Syed Hussein Alatas
Suatu pengkhianatan terhadap kepercayaan. Seseorang yang
diberikan amanah seperti seorang pemimpin yang menyalahgunakan
wewenangnya untuk kepentingan pribadi, golongan, atau kelompoknya.
BAB IV
PENUTUP

I. Kesimpulan
Korupsi adalah tindakan menguntungkan diri sendiri dan orang
lain yang bersifat busuk, jahat, dan merusakkan karena merugikan
negara dan masyarakat luas. Pelaku korupsi dianggap telah
melakukan penyelewengan dalam hal keuangan atau kekuasaan,
pengkhianatan amanat terkait pada tanggung jawab dan wewenang
yang diberikan kepadanya, serta pelanggaran hukum.
Dan salah satu penyebab dari korupsi ini adalah sifat manusia
yang kurang puas atau rakus, mempunyai sifat yang konsumtif dan
adanya kesempatan untuk melakukan korupsi tersebut.

II. Saran
Korupsi ini bersifat jahat karena merugikan orang banyakdan
negara. Orang yang melakukan korupsi ini akan diberi hukuman penjara
dan denda. Seharusnya kita dapat menahan diri untuk tidak melakukan
hal ini, seperti dengan menguatkan iman atau mendekatkan diri pada
Allah SWT, agar negara kita ini dapat terhindar dari semua
permasalahan korupsi agar terciptanya negara yang aman dan makmur.
DAFTAR PUSTAKA

Lamintang, PAF dan Samosir, Djisman. 1985. Hukum Pidana Indonesia.


Bandung : Penerbit Sinar Baru
SUMBER: http://kumpulanmakalah-cncnets.logspot.com/2012/02/masalah-
korupsi.html
MENGANALISIS MASALAH KORUPSI
DI BIDANG KESEHATAN

OLEH :
SURAHMAT WIJAYA
PO714203192028

POLITEKNIK KEMENTRIAN KESEHATAN MAKASSAR


DIV ANALIS KESEHATAN
TAHUN 2019

Anda mungkin juga menyukai