Anda di halaman 1dari 17

REFRAT

Gangguan Afektif Bipolar Episode Manik dengan Gejala Psikotik

Disusun Oleh :
Tiffany Valentina
1810221006

Pembimbing:
dr. Yaniar Mulyantini, SpKJ

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PASAR MINGGU
FAKULTAS KEDOKTERAN UPN “VETERAN” JAKARTA
2019
LEMBAR PENGESAHAN
REFRAT
Gangguan Afektif Bipolar Episode Manik dengan Gejala Psikotik

Diajukan untuk memenuhi persyaratan tugas


Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa
RSUD Pasar Minggu

Oleh :

Tiffany Valentina
1810221006

Jakarta, November 2019


Telah dibimbing dan disahkan oleh :
Pembimbing

dr. Yuniar Mulyantini, SpKJ


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan Reftat yang berjudul “Gangguan Afektif
Bipolar Episode Manik dengan Gejala Psikotik”. Laporan kasus ini dibuat untuk memenuhi
salah satu syarat Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa. Penyusunan tugas ini
terselesaikan atas bantuan dari banyak pihak yang turut membantu terselesaikannya laporan
ini. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada dr.Yaniar Mulyantini, SpKJ selaku pembimbing dan seluruh teman
kepaniteraan klinik bagian Ilmu Kesehatan Jiwa atas kerjasamanya selama penyusunan tugas
ini. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca guna perbaikan
yang lebih baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi penulis sendiri, pembaca
maupun bagi semua pihak-pihak yang berkepentingan.

Jakarta, 23 Oktober 2019

Penulis
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Definisi

Gangguan bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa yang bersifat episodik dan ditandai
oleh gejala-gejala manic, hipomanik, depresi, dan campuran, biasanya rekuren serta dapat
berlangsung seumur hidup. Setiap episode dipisahkan sekurangnya dua bulan tanpa gejala
penting mania atau hipomania. Tetapi pada beberapa individu, gejala depresi dan mania dapat
bergantian secara cepat, yang dikenal dengan rapid cycling. Episode mania yang ekstrim
dapat menunjukkan gejala-gejala psikotik seperti waham dan halusinasi (Amir, 2010).
Menurut PPDGJ III, gangguan afektif bipolar adalah suatu gangguan suasana perasaan
yang ditandai oleh adanya episode berulang (sekurang-kurangnya dua episode) dimana afek
pasien dan tingkat aktivitas jelas terganggu, pada waktu tertentu terdiri dari peningkatan afek
disertai penambahan energi dan aktivitas (mania atau hipomania), dan pada waktu lain berupa
penurunan afek disertai pengurangan energi dan aktivitas (depresi). Yang khas adalah bahwa
biasanya ada penyembuhan sempurna antar episode. Episode manik biasanya mulai dengan
tiba-tiba dan berlangsung antara 2 minggu sampai 4-5 bulan, episode depresi cenderung
berlangsung lebih lama (rata-rata sekitar 6 bulan) meskipun jarang melebihi satu tahun
kecuali pada orang usia lanjut. Kedua macam episode tersebut sering terjadi setelah peristiwa
hidup yang penuh stres atau trauma mental lain (adanya stres tidak esensial untuk penegakan
diagnosis) (Depkes RI 2012).

1.2 Epidemiologi

Saat ini prevalensi gangguan bipolar dalam populasi cukup tinggi, mencapai 1,3-3%.
Bahkan prevalensi untuk seluruh spektrum bipolar mencapai 2,6-6,5%. Tujuh dari sepuluh
pasien pada awalnya misdiagnosis. Prevalensi antara laki-laki dan perempuan sama besarnya
terutama pada gangguan bipolar I, sedangkan pada gangguan bipolar II, prevalensi pada
perempuan lebih besar. Depresi atau distimia yang terjadi pertama kali pada prapubertas
memiliki risiko untuk menjadi gangguan bipolar. (Kusumawardhani 2012).

1.3 Klasifikasi gangguan afektif bipolar

Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder IV- text revised (DSM
IV-TR), gangguan bipolar dibagi menjadi empat jenis yaitu gangguan bipolar I, gangguan
bipolar II, gangguan siklotimia, dan gangguan bipolar yang tak dapat dispesifikasikan. Pada
makalah ini akan dibahas secara spesifik gangguan afektif bipolar episode kini manik dengan
gejala psikotik karena lebih dari 50% penderita gangguan bipolar pernah mengalami gejala
psikotik minimal satu kali dalam hidupnya terutama pada fase manik.

1.4 Gangguan afektif bipolar episode manik dengan gejala psiotik

Episode manik didefinisikan sebagai kesamaan karakteristik dalam afek yang


meningkat, disertai peningkatan dalam jumlah dan kecepatan aktivitas fisik dan mental,
dalam berbagai derajat keparahan. Berikut ini adalah kriteria episode manik menurut DSM
IV-TR

A. Mood elasi, ekspansif atau iritabel yang menetap, secara abnormal, selama periode
tertentu, berlangsung paling sedikit satu minggu (atau waktunya bisa kurang dari satu minggu
bila pasien masuk perawatan)

B. Selama periode gangguan mood tersebut, tiga (atau lebih) gejala di bawah ini
menetap dengan derajat berat yang signifikan:

a. grandiositas atau meningkatnya kepercayaan diri

b. berkurangnya kebutuhan tidur (merasa segar dengan hanya tidur tiga jam)

c. bicara lebih banyak dari biasanya atau adanya desakan untuk tetap berbicara

d. loncatan gagasan atau pengalaman subjektif adanya pikiran yang berlomba

e. distraktibilitas (perhatian mudah teralih kepada stimulus eksternal yang tidak relevan
atau tidak penting)

f. meningkatnya aktivitas yang diarahkan ke tujuan (sosial, pekerjaan, sekolah, atau


seksual) atau agitasi psikomotor

g. keterlibatan berlebihan dalam aktivitas yang menyenangkan yang berpotensi


merugikan (investasi bisnis yang kurang perhitungan, hubungan seksual yang tidak aman,
mengendara yang sembrono atau terlalu boros)

C. Gejala-gejala tidak memenuhi kriteria episode campuran


D. Gangguan mood sangat berat sehingga menyebabkan hendaya yang jelas dalam
fungsi pekerjaan, aktivitas sosial yang biasa dilakukan, hubungan dengan orang lain, atau
memerlukan perawatan untuk menghindari melukai diri sendiri atau orang lain, atau dengan
gambaran psikotik

E. Gejala-gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung penggunaan zat


(misalnya, penyalahgunaan zat, obat atau terapi lainnya) atau kondisi medik umum (misalnya
hipertiroid) Catatan: Episode mirip manik yang jelas disebabkan oleh terapi somatik
(misalnya obat, electroconvulsive therapy, terapi cahaya) tidak dimasukkan ke dalam
diagnosis gangguan bipolar I (American Psychiatric Association, APA, 2000) Gejala psikotik
sering didapatkan pada episode manik dan depresi pada gangguan bipolar. Pada 26 kali
penelitian psikotik pada mania yang pernah dilakukan, Goodwin dan Jamison menyimpulkan
bahwa 58% pasien dengan gangguan bipolar memiliki riwayat minimal satu kali mengalami
gejala psikotik terutama pada fase mania.

Bipolar dengan Episode Kini Manik dengan Gejala Psikotik


Gambaran klinis merupakan bentuk mania yang lebih berat daripada keadaan yang
digambarkan. Harga diri yang membumbung dan gagasan kebesaran dapat berkembang
menjadi waham dan iritabilitas serta kecurigaan menjadi waham kejar. Pada kasus berat,
waham kebesaran atau religius tentang identitas atau peranan mungkin mencolok, dan
gagasan yang takabur dan percepatan berbicaranya mengakibatkan individu tidak dapat
dipahami lagi. Aktivitas dan eksitasi fisik yang hebat dan terus menerus dapat menjurus
kepada agresi dan kekerasan; pengabaian makan, minum, dan kesehatan pribadi dapat
berakibat keadaan dehidrasi dan kelalaian diri yang berbahaya.
Jika diperlukan, waham dan halusinasi dapat diperbedakan sebagai yang serasi atau
tidak serasi dengan suasana perasaan (mood). “Tidak serasi” hendaknya diartikan meliputi
waham dan halusinasi yang afektif netral. Misalnya waham rujukan tanpa makna bersalah
atau menuduh, atau suara-suara yang berbicara dengan individu tentang peristiwa yang tidak
mengandung arti emosional khusus.
Pedoman diagnosis dari ICD-10 Classification of Mental and Behavioral Disorders:
Diagnostic Criteria for Research, disebutkan episode mania dengan gejala psikotik:

1. Suasana perasaan meningkat dengan jelas, ekspansif, atau iritabel, dan abnormal bagi
pribadi yang bersangkutan. Perubahan suasana perasaan harus nyata dan menetap
sekurangnya selama 1 minggu (kecuali jika cukup berat dan membutuhkan perawatan
rumah sakit).
2. Setidaknya ada 3 tanda yang harus menyertai (4 bila afeknya hanya iritabel): (a)
Peningkatan aktivitas atau kegelisahan fisik, (b) Suka bicara (ada dorongan untuk
bicara terus), (c) Flight of ideas atau alur pikirnya seperti berpacu, (d) Hilangnya
larangan sosial normal, menyebabkan perilaku yang tidak sesuai kepada keadaan, (e)
Kebutuhan tidur berkurang, (f) Meningkatnya harga diri atau grandiositas, (g)
Distraktibilitas atau perubahan terus-menerus dalam aktivitas dan rencana, (h)
Perilaku sembrono atau membabibuta dengan resiko yang tidak diketahui, (i)
Kecerobohan seksual.
3. Episode tidak dihubungkan dengan penggunaan zat psikoaktif atau gangguan mental
organik lain.
4. Episode tidak bertumpang tindih dengan kriteria skizofrenia atau gangguan
skizoafektif tipe mania.
5. Waham atau halusinasi muncul.2

Dari Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) III, pedoman
diagnosis untuk Mania dengan Gangguan Psikotik:3
1. Gambaran klinis merupakan bentuk mania yang lebih berat dari F30.1 (Mania tanpa
gejala psikotik).
2. Harga diri yang membubung dan gagasan kebesaran dapat berkembang menjadi
waham kebesaran (delusion of grandeur), iritabilitas, dan kecurigaan menjadi waham
kejar (delusion of persecution). Waham dan halusinasi “sesuai” dengan keadaan afek

Etiologi

Penyebab gangguan bipolar sampai saat ini belum dapat diketahui dengan pasti.
Banyak faktor yang mempengaruhi dalam gangguan bipolar yaitu faktor genetik, faktor
biokimia, faktor neurofisiologi, faktor psikodinamik, dan faktor lingkungan.

Diperkirakan beberapa faktor dapat dapat menjadi penyebab terjadinya seseorang


mendapat gangguan bipolar, antara lain :
1) Faktor genetik
Sebanyak 80%-90% pasien dengan gangguan bipolar memiliki riwayat keluarga yang
juga memiliki gangguan mood (misal gangguan bipolar, depresi, siklotimia atau distimia).
Anggota keluarga derajat pertama pasien dengan gangguan bipolar memiliki prevalensi
sebesar 15%-35% berawal dari gangguan mood dan 5%-10% memiliki risiko langsung
mengalami gangguan bipolar (Drayton & Weinstein, 2008).
2) Faktor biokimia
Sejumlah besar penelitian telah melaporkan berbagai kelainan di dalam metabolit
amino biogenik di dalam darah, urin, dan cairan serebrospinalis pada pasien gangguan mood.
Amino biogenik (norepinefrin dan serotonin) merupakan dua neurotransmiter yang paling
berperan dalam patofisiologis gangguan mood (Sadock, 2010). Pada beberapa pasien yang
bunuh diri terdapat konsentrasi metabolit serotonin yang rendah di cairan serebrospinalnya.
Selain kedua senyawa diatas, ada dopamine yang juga memiliki peranan dalam depresi dan
mania. Data menunjukkan aktivitas dopamin yang menurun pada depresi dan meningkat pada
mania (Sadock, 2010).
3) Faktor lingkungan
Telah lama diamati bahwa peristiwa yang menyebabkan stress sering mendahului
episode pertama dan dapat meningkatkan serta memperpanjang waktu pemulihan dari
gangguan mood (Drayton & Weinstein, 2008).
Bentuk Gejala Psikotik pada Gangguan Bipolar Episode Manik

Bentuk gejala psikotik yang sering ditemukan pada gangguan bipolar episode manik
yaitu gangguan proses pikir, halusinasi dan waham, psikosis inkongruen-mood, delirious
mania, katatonia, psikosis postpartum, dan cycloid psychosis

1.5 Penatalaksannaan holistik gangguan afektif bipolar episode manik dengan gejala
psikotik

Pada masa anak-anak dan masa remaja gangguan bipolar dapat disembuhkan
dengan lithium. Litium karbonat merupakan obat pilihan utama untuk meredakan sindrom
mania akut atau profilaksis terhadap serangan sindrom mania yang kambuhan pada
gangguan afektif bipolar. Efek anti mania dari lithium disebabkan kemampuan
mengurangi ”dopamine receptor supersensitivity”, dengan meningkatkan
”cholinergic muscarinic activity”, dan menghambat ”Cyclic AMP (adenosine
monophosphate) & phosphoinositides.” (Rusdi M, 2003). Tapi bukan berarti lithium
tanpa cela. Indeks terapi sempit dan perlu pengawasan ketat kadar lithium
saat berada dalam darah. Penggunaan lithium kontraindikasi pada gangguan ginjal karena
akan menghambat proses ekskresi yang nantinya dapat menghasilkan toksik.
Dilaporkan juga lithium dapat merusak ginjal bila digunakan dalam jangka waktu
yang lama. Karena kontraindikasi itulah, penggunaan lithium mulai ditinggalkan
pemakaiannya. (Soreff S, 2008).
Pengobatan antipsikotik lebih baik pada penderita bipolar dengan agitasi
psikomotor. Pada pasien ini diberikan antipsikotik tipikal haloperidol untuk mengatasi
hiperaktivitas, impulsivitas, iritabilitas dengan onset yang cepat. Ketelitian harus
dilakukan jika ingin memberi antipsikotik jangka panjang khususnya pada generasi
pertama (golongan tipikal) karena dapat menimbulkan adanya efek samping.
Trihexyphenidyl diberikan untuk mencegah gangguan ekstrapiramidal, sindrom
neuroleptic maligna, dan tardive dyskinesia (Rusdi M, 2003). Pasien pada gangguan bipolar
episode manik mendapatkan hasil yang lebih buruk. Dua tahun pertama setelah peristiwa
pertama, hampir 50%, pasien mengalami gangguan manik lain. (Soreff S, 2008). Sekitar 60%
pasien dengan serangan bipolar episode manik bisa disembuhkan gejalanya dengan
menggunakan lithium. 7% pasien tidak lagi mengalami serangan bipolar. 45% pasien
mengalami kekambuhan lebih dari sekali dan lebih dari 40% gejalanya menetap. (Soreff S,
2008). Faktor-faktor yang semakin memperburuk prognosis yaitu kemiskinan, pekerjaan
yang buruk, jenis kelamin laki-laki, menyalahgunakan konsumsi minuman keras dan
alkohol, gejala psikotik, dan pada keadaan depresi yang lama. Prognosis akan menjadi lebih
baik pada pasien bila gejala masih berada dalam episode manik, tidak ada keinginan
untuk mengakhiri hidup, tanpa atau minimal adanya gejala psikotik, usia lanjut, dan jika tidak
ada masalah yang serius dengan kesehatan medis.
1.5.1. Penatalaksanaan pada Fase Akut

Farmakoterapi pada Mania Akut Pada mania akut, risiko perilaku agresif dan kekerasan
harus dinilai pada semua pasien. Selanjutnya, keamanan pasien dan tim medis harus pula
diperhatikan. Pada fase akut, perlu dipertimbangkan pengikatan dan penempatan pasien di
tempat yang tenang (Amir 2012). Tabel Rekomendasi Farmakologi untuk Gangguan Bipolar,
Episode manik, Akut (CANMAT & ISBD 2009) (Yatham et al 2009)
1.5.2 Penatalaksanaan pada Fase Rumatan

Farmakoterapi pada Fase Rumatan Penatalaksanaan gangguan bipolar jangka panjang


merupakan tantangan bagi klinisi karena keberagaman gejala, tolerabilitas, dan riwayat
respon terhadap pengobatan tiap individu berbeda-beda.

Berikut ini adalah terapi rumatan yang dianjurkan oleh seksi bipolar PDSKJI
Rekomendasi terapi rumatan pada gangguan bipolar I:

Lini I: Litium, Lamotrigin monoterapi, divalproat, olanzapin, quetiapin, litium atau


divalproat+ quetiapin, risperidon injeksi jangka panjang, aripiprazol

Lini II: karbamazepin, litium+divaproat, litium+karbamazepin, litium atau


divalproat+olanzapin, litium+risperidon, litium+lamotrigin, olanzapin+fluoksetin

Lini III: penambahan fenitoin, penambahan olanzapin, penambahan Electroconvulsive


therapy, penambahan topiramat, penambahan asam lemak omega3, penambahan
okskarbazepin (Soetjipto 2012). 7.3 Pemilihan Stabilisator mood Tabel Pilihan Terapi
Stabilisator Mood untuk Mania (The Expert Consensus Guideline Series, Medication
Treatment of Bipolar Disorder 2000)
Pemilihan Antipsikotik Penambahan antipsikotik pada stabilisator mood adalah terapi
pilihan pada mania dengan gejala psikotik dan juga dapat membantu pada beberapa tipe
mania yang lain. Berikut ini adalah kriteria untuk pemakaian jangka panjang antipsikotik
atipikal pada gangguan bipolar:

1. Pasien dengan episode kini manik yang berat dengan gejala psikotik

2. Pasien dengan riwayat kekambuhan setelah berhenti memakai antipsikotik atipikal

3. Pasien dengan riwayat dominan episode manik

4. Pasien yang refrakter terhadap pemberian stabilisator mood

5. Siklus cepat

6. Pasien dengan tolerabilitas yang baik terhadap antipsikotik atipikal (Vieta 2009).
Intervensi Psikososial Intervensi psikososial yang dapat dilaksanakan pada gangguan
bipolar yaitu pskoedukasi, Cognitive-behavioral therapy (CBT), Family-focused therapy
(FFT), Terapi ritme sosial dan interpersonal.

Psikoterapi Disamping pengobatan medikamentosa, psikoterapi adalah salah satu terapi yang
efektif untuk gangguan bipolar. Terapi ini memberikan dukungan, edukasi, dan petunjuk untuk
seorang dengan gangguan bipolar. Beberapa jenis psikoterapi yaitu:

- 1. Cognitive behavioral therapy (CBT) membantu penderita gangguan bipolar untuk


mengubah pola pikir dan perilaku negative.
- 2. Family-focused therapy melibatkan anggota keluarga. Terapi ini juga
memfokuskan pada komunikasi dan pemecahan masalah.
- 3. Interpersonal and social rhythm therapy membantu penderita gangguan bipolar
meningkatkan hubungan sosial dengan orang lain dan mengatur aktivitas harian mereka.
- 4. Psychoeducation mengajarkan pada penderita gangguan bipolar mengenai penyakit
yang mereka derita beserta dengan penatalaksanaannya. Terapi ini membantu penderita
mengenali gejala awal dari episode baik manik maupun depresi sehingga mereka bisa
mendapatkan terapi sedini mungkin.
Nama Generik Nama Manik Mixed Maintenance Depresi
Dagang
Valproate Depakote X
Carbamazepine extended Equestro X X
release
Lamotrigine Lamictal X
Lithium X X
Aripiprazole Abilify X X X
Ziprasidone Geodon X X
Risperidone Risperdal X X
Quetiapine Seroquel X X
Chlorpromazine Thorazine X
Olanzapine Zyprexa X X X
Olanzapine/fluoxetine Symbyax X
Combination
FDA Approve Bipolar Treatment Regimens

Komorbid

Sebagian besar penderita bipolar tidak hanya menderita bipolar saja tetapi juga menderita
gangguan jiwa yang lain (komorbid). Penelitian oleh Goldstein BI dkk, seperti dilansir dari
Am J Psychiatry 2006, menyebutkan bahwa dari 84 penderita bipolar berusia diatas 65 tahun
ternyata sebanyak 38,1% terlibat dalam penyalahgunaan alkohol, 15,5% distimia, 20,5%
gangguan cemas menyeluruh, dan 19% gangguan panik.
BAB III

KESIMPULAN

Gangguan afektif bipolar adalah suatu gangguan suasana perasaan yang tersifat oleh
episode berulang (sekurang-kurangnya dua episode) dimana afek pasien dan tingkat aktivitas
jelas terganggu, pada waktu tertentu terdiri dari peningkatan afek disertai penambahan energi
dan aktivitas (mania atau hipomania), dan pada waktu lain berupa penurunan afek disertai
pengurangan energi dan aktivitas (depresi). Gejala psikotik sering didapatkan pada gangguan
bipolar episode manik. Beberapa penelitian menunjukkan gejala psikotik yang sering muncul
yaitu gangguan proses berpikir, waham, halusinasi, psikosis yang inkongruen mood,
katatonia, dan delirious mania. Hal ini yang membuat gangguan bipolar sering salah diagnosa
dengan skizofrenia dan skizoafektif.
Dalam melaksanakan terapi gangguan bipolar khususnya episode manik, seorang klinisi
harus memastikan diagnosis dengan melakukan penilaian awal. Pada stadium awal algoritme
menggunakan terapi yang sederhana (monoterapi) karena mempertimbangkan keamanan,
tolerabilitas, kemudahan dalam penggunaan, dan profil efek samping sedangkan pada
stadium akhir menggunakan beberapa obat. Bagaimanapun, terapi gangguan bipolar efektif
jika dilakukan secara komprehensif. Terapi komprehensif meliputi farmakoterapi dan
intervensi paikososial. Beberapa intervensi psikososial yang terbukti efektif untuk penderita
gangguan bipolar yaitu Cognitive-behavioral therapy, psikoedukasi, family-focused therapy,
serta terapi ritme sosial dan interpersonal. Prognosis gangguan bipolar sangat bervariasi
tergantung pada banyak faktor yang mempengaruhi.

DAFTAR PUSTAKA

American Psychiatric Association 2000, Diagnostic and Statistical Manual of Mental


Disorder, 4th Edition, Text Revision, Washington DC, American Psychiatric
Association

Amir N, 2010. Gangguan Mood Bipolar: Kriteria Diagnostik dan Tatalaksana dengan Obat
Antipsikotika Atipik. Badan Penerbit FKUI, Jakarta
Amir N., 2012. Tata Laksana Gangguan Bipolar, Episode Manik, Fase Akut. Dalam:
Kumpulan Makalah Konas I Gangguan Bipolar. Surabaya: Airlangga University Press.
Hal 1-

Bowden CL, 2005, Atypical Antipsychotic Augmentation of Stabilisator mood Therapy in


Bipolar Disorder, J Clin Psychiatry 2005;66[suppl 3]:12-19

Bowden CL, Grunze H, Mullen J, Brecher M, Paulsson B, Jones M, Vagero M, Svensson K


(2005) A Randomized, Double Blind, Placebo Controlled, Efficacy and Safety Study of
Quetiapin or Litium as Monotherapy for Mania in Bipolar Disorder. J clin Psychiatry
2005;66:111-121. Diunduh dari
http://altcancerweb.com/bipolar/seroquel/seroquelmania-2005.pdf

Cavanagh J, 2004, Epidemiology and Classification of Bipolar Disorder, Dalam: Power M


(ed.), Mood Disorder: A handbook of Science and Practice, John Willey and Sons ltd.,
England, hal 203-220

Daeng B.H., 2012. Penatalaksanaan Depresi Bipolar. Dalam: Kumpulan Makalah Konas I
Gangguan Bipolar. Surabaya: Airlangga University Press. Hal 7-13.

Departemen Kesehatan R.I. Direktorat Jendral Pelayanan Medik, 1993. Pedoman


Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Cetakan Pertama.
Jakarta. P: 118-120

Dunayevich E, Keck PE, 2000, Prevalence and Description of Psychotic Feature in Bipolar
Mania. Current Psychiatry Reports 2000, 2;286-290

Drayton, SJ & Weinstein, B, Bipolar Disorder, dalam Dipiro, JT, Talbert, RL, Yee, GC,
Matzke, GR, Wells, BG, Posey, LM, (Eds), 2008, Pharmacotherapy A
Pathophysiologic Approach, 7th Ed, 1174-1181, McGraw Hill Companies Inc, New
York.
Evans D.L., (2000) Bipolar Disorder: Diagnostic Challenges and Treatment Considerations. J
Clin Psychiatry 2000;61(suppl 13);26-31. diunduh dari
http://altcancerweb.com/bipolar/treatmentguidelines/treatmenyguidelines-bipolar-
states2000.pdf

Kusumawardhani A.A.A.A., 2012. Diagnosis Banding Gangguan Bipolar. Dalam: Kumpulan


Makalah Konas I Gangguan Bipolar. Surabaya: Airlangga University Press. Hal 29-36.
Maneros A., Rottig S, Rottig D., Tscharntke A., Brieger P., (2009) Bipolar I disorder with
mood-incongruent psychotic symptoms- A comparative longitudinal study. Eur Arch
Psychiatry Clin Neurosci (2009) 259;131-136. Diunduh dari
http://link.springer.com/article/10.1007%2Fs00406-007-0790-7?CI=true

McIntyre RS, Konarski Z, 2005, Tolerability Profiles of atypical Antipsychotics in the


Treatment of Bipolar Disorder, J Clin Psychiatry 2005;66[suppl 3]:28-36

Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran jiwa Indonesia (PDSKJI), 1993, Pedoman


Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia, edisi ke-III. Jakarta

Sachs GS, printz DJ, Kahn DA, Carpenter D, Docherty JP, 2000, The Expert Consensus
Guideline Series: Medication Treatment of Bipolar Disorder. Mc Grow-Hill Healthcare
Information Progress, New York, hal 16-24

Saddock BJ., & Saddock VA., (2010). Schizotypal Personality Disorder. Kaplan & Sadock’s
Synopsis of Psychiatry : behavioral Sciences/Clinical Psychiatry. 10th Edition.
Philadelphia USA. Lippincott Williams & Wilkins. P:796

Soetjipto, 2012. Terapi Rumatan pada Pasien Gangguan Bipolar. Dalam: Kumpulan Makalah
Konas I Gangguan Bipolar. Surabaya: Airlangga University Press. Hal 14-22

Sonny TL, Tanra AJ, 2012. Diagnosis Banding Gangguan Bipolar. Dalam: Kumpulan
Makalah Konas I Gangguan Bipolar. Surabaya: Airlangga University Press. Hal 92-97

Soreff S, 2011. Bipolar Affective Disorder. Medscape’s Drug and Disease reference

Suppes T, Dennehy EP, Swann AC, Bowden CL, Calabrese JR, Hirschfeld RM, Keck PE,
Sachs GS, Crisman ML, Toprac MG, Shon SP, 2000, Report of the Texas Consensus
Conference Panel on Medication Treatment of Bipolar Disorder 2000, J Clin Psychiatry
2002;63:288-299. Diunduh dari
http://altcancerweb.com/bipolar/tratmentguidelines/texas-concensus-conference-panel-
medication-treatment-bipolar-2000

Soreff S. Bipolar affective disorder treatment & management. 2011. Diunduh dari:
http://emedicine.medscape.com/article/2 86342-Treatment.
Tohen M dan Angst J, 2002. Epidemiology of Bipolar Disorder. In MT Tsuang & Tohen M
(Eds.), Textbook in Psychiatric Epidemiology second edition (pp. 427-447). New
Jersey: John Wiley & Sons, Inc

Toni C., Perugi G., Mata B., Madaro D., Maremmani I., Akiskal H.S., (2000) Is
moodincongruent manic psychosis a distinct subtype?. Eur arch psychiatry Clin
Neurosci (2001) 251:12-17. Diunduh
http://msrc.fsv.edu/system/files/TonieCetal2001ismoodincongruentmanicpsychosisadist
inctsubtype

Vieta E, 2009. Managing Bipolar Disorder in Clinical Practice 2nd edition. London, Current
Medicine Group Ltd.

Yatham LN, Kennedy SH, Schaffer A, Parikh SV, Beauliu S, O’Donovan C, McQueen G,
McIntyre RS, Sharma V, Ravindran, Young LT, Young AH, Alda M, Milev R, Vieta E,
Calebrese JR, Berk M, Ha K, Kapczinski F, 2009. Canadian Network for Mood and
Anxiety Treatment (CANMAT) and International Society for Bipolar Disorder
collaborative update of CANMAT guidelines for management of patient with bipolar
disorder: update 2009. Bipolar Disord. May; 11:225-255.

Zarate CA., 2000, Antipsychotic Drug Site Effect Issues in Bipolar Manic Patients, J Clin
Psychiatry 2000;61:52-61. Diunduh dari
http://altcancerweb.com/bipolar/atypicalantipsychotic/antipsychotic-drug-site-effect-
bipolar-mania.pdf

Anda mungkin juga menyukai