Disusun Oleh :
Tiffany Valentina
1810221006
Pembimbing:
dr. Yaniar Mulyantini, SpKJ
Oleh :
Tiffany Valentina
1810221006
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan Reftat yang berjudul “Gangguan Afektif
Bipolar Episode Manik dengan Gejala Psikotik”. Laporan kasus ini dibuat untuk memenuhi
salah satu syarat Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa. Penyusunan tugas ini
terselesaikan atas bantuan dari banyak pihak yang turut membantu terselesaikannya laporan
ini. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada dr.Yaniar Mulyantini, SpKJ selaku pembimbing dan seluruh teman
kepaniteraan klinik bagian Ilmu Kesehatan Jiwa atas kerjasamanya selama penyusunan tugas
ini. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca guna perbaikan
yang lebih baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi penulis sendiri, pembaca
maupun bagi semua pihak-pihak yang berkepentingan.
Penulis
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi
Gangguan bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa yang bersifat episodik dan ditandai
oleh gejala-gejala manic, hipomanik, depresi, dan campuran, biasanya rekuren serta dapat
berlangsung seumur hidup. Setiap episode dipisahkan sekurangnya dua bulan tanpa gejala
penting mania atau hipomania. Tetapi pada beberapa individu, gejala depresi dan mania dapat
bergantian secara cepat, yang dikenal dengan rapid cycling. Episode mania yang ekstrim
dapat menunjukkan gejala-gejala psikotik seperti waham dan halusinasi (Amir, 2010).
Menurut PPDGJ III, gangguan afektif bipolar adalah suatu gangguan suasana perasaan
yang ditandai oleh adanya episode berulang (sekurang-kurangnya dua episode) dimana afek
pasien dan tingkat aktivitas jelas terganggu, pada waktu tertentu terdiri dari peningkatan afek
disertai penambahan energi dan aktivitas (mania atau hipomania), dan pada waktu lain berupa
penurunan afek disertai pengurangan energi dan aktivitas (depresi). Yang khas adalah bahwa
biasanya ada penyembuhan sempurna antar episode. Episode manik biasanya mulai dengan
tiba-tiba dan berlangsung antara 2 minggu sampai 4-5 bulan, episode depresi cenderung
berlangsung lebih lama (rata-rata sekitar 6 bulan) meskipun jarang melebihi satu tahun
kecuali pada orang usia lanjut. Kedua macam episode tersebut sering terjadi setelah peristiwa
hidup yang penuh stres atau trauma mental lain (adanya stres tidak esensial untuk penegakan
diagnosis) (Depkes RI 2012).
1.2 Epidemiologi
Saat ini prevalensi gangguan bipolar dalam populasi cukup tinggi, mencapai 1,3-3%.
Bahkan prevalensi untuk seluruh spektrum bipolar mencapai 2,6-6,5%. Tujuh dari sepuluh
pasien pada awalnya misdiagnosis. Prevalensi antara laki-laki dan perempuan sama besarnya
terutama pada gangguan bipolar I, sedangkan pada gangguan bipolar II, prevalensi pada
perempuan lebih besar. Depresi atau distimia yang terjadi pertama kali pada prapubertas
memiliki risiko untuk menjadi gangguan bipolar. (Kusumawardhani 2012).
Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder IV- text revised (DSM
IV-TR), gangguan bipolar dibagi menjadi empat jenis yaitu gangguan bipolar I, gangguan
bipolar II, gangguan siklotimia, dan gangguan bipolar yang tak dapat dispesifikasikan. Pada
makalah ini akan dibahas secara spesifik gangguan afektif bipolar episode kini manik dengan
gejala psikotik karena lebih dari 50% penderita gangguan bipolar pernah mengalami gejala
psikotik minimal satu kali dalam hidupnya terutama pada fase manik.
A. Mood elasi, ekspansif atau iritabel yang menetap, secara abnormal, selama periode
tertentu, berlangsung paling sedikit satu minggu (atau waktunya bisa kurang dari satu minggu
bila pasien masuk perawatan)
B. Selama periode gangguan mood tersebut, tiga (atau lebih) gejala di bawah ini
menetap dengan derajat berat yang signifikan:
b. berkurangnya kebutuhan tidur (merasa segar dengan hanya tidur tiga jam)
c. bicara lebih banyak dari biasanya atau adanya desakan untuk tetap berbicara
e. distraktibilitas (perhatian mudah teralih kepada stimulus eksternal yang tidak relevan
atau tidak penting)
1. Suasana perasaan meningkat dengan jelas, ekspansif, atau iritabel, dan abnormal bagi
pribadi yang bersangkutan. Perubahan suasana perasaan harus nyata dan menetap
sekurangnya selama 1 minggu (kecuali jika cukup berat dan membutuhkan perawatan
rumah sakit).
2. Setidaknya ada 3 tanda yang harus menyertai (4 bila afeknya hanya iritabel): (a)
Peningkatan aktivitas atau kegelisahan fisik, (b) Suka bicara (ada dorongan untuk
bicara terus), (c) Flight of ideas atau alur pikirnya seperti berpacu, (d) Hilangnya
larangan sosial normal, menyebabkan perilaku yang tidak sesuai kepada keadaan, (e)
Kebutuhan tidur berkurang, (f) Meningkatnya harga diri atau grandiositas, (g)
Distraktibilitas atau perubahan terus-menerus dalam aktivitas dan rencana, (h)
Perilaku sembrono atau membabibuta dengan resiko yang tidak diketahui, (i)
Kecerobohan seksual.
3. Episode tidak dihubungkan dengan penggunaan zat psikoaktif atau gangguan mental
organik lain.
4. Episode tidak bertumpang tindih dengan kriteria skizofrenia atau gangguan
skizoafektif tipe mania.
5. Waham atau halusinasi muncul.2
Dari Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) III, pedoman
diagnosis untuk Mania dengan Gangguan Psikotik:3
1. Gambaran klinis merupakan bentuk mania yang lebih berat dari F30.1 (Mania tanpa
gejala psikotik).
2. Harga diri yang membubung dan gagasan kebesaran dapat berkembang menjadi
waham kebesaran (delusion of grandeur), iritabilitas, dan kecurigaan menjadi waham
kejar (delusion of persecution). Waham dan halusinasi “sesuai” dengan keadaan afek
Etiologi
Penyebab gangguan bipolar sampai saat ini belum dapat diketahui dengan pasti.
Banyak faktor yang mempengaruhi dalam gangguan bipolar yaitu faktor genetik, faktor
biokimia, faktor neurofisiologi, faktor psikodinamik, dan faktor lingkungan.
Bentuk gejala psikotik yang sering ditemukan pada gangguan bipolar episode manik
yaitu gangguan proses pikir, halusinasi dan waham, psikosis inkongruen-mood, delirious
mania, katatonia, psikosis postpartum, dan cycloid psychosis
1.5 Penatalaksannaan holistik gangguan afektif bipolar episode manik dengan gejala
psikotik
Pada masa anak-anak dan masa remaja gangguan bipolar dapat disembuhkan
dengan lithium. Litium karbonat merupakan obat pilihan utama untuk meredakan sindrom
mania akut atau profilaksis terhadap serangan sindrom mania yang kambuhan pada
gangguan afektif bipolar. Efek anti mania dari lithium disebabkan kemampuan
mengurangi ”dopamine receptor supersensitivity”, dengan meningkatkan
”cholinergic muscarinic activity”, dan menghambat ”Cyclic AMP (adenosine
monophosphate) & phosphoinositides.” (Rusdi M, 2003). Tapi bukan berarti lithium
tanpa cela. Indeks terapi sempit dan perlu pengawasan ketat kadar lithium
saat berada dalam darah. Penggunaan lithium kontraindikasi pada gangguan ginjal karena
akan menghambat proses ekskresi yang nantinya dapat menghasilkan toksik.
Dilaporkan juga lithium dapat merusak ginjal bila digunakan dalam jangka waktu
yang lama. Karena kontraindikasi itulah, penggunaan lithium mulai ditinggalkan
pemakaiannya. (Soreff S, 2008).
Pengobatan antipsikotik lebih baik pada penderita bipolar dengan agitasi
psikomotor. Pada pasien ini diberikan antipsikotik tipikal haloperidol untuk mengatasi
hiperaktivitas, impulsivitas, iritabilitas dengan onset yang cepat. Ketelitian harus
dilakukan jika ingin memberi antipsikotik jangka panjang khususnya pada generasi
pertama (golongan tipikal) karena dapat menimbulkan adanya efek samping.
Trihexyphenidyl diberikan untuk mencegah gangguan ekstrapiramidal, sindrom
neuroleptic maligna, dan tardive dyskinesia (Rusdi M, 2003). Pasien pada gangguan bipolar
episode manik mendapatkan hasil yang lebih buruk. Dua tahun pertama setelah peristiwa
pertama, hampir 50%, pasien mengalami gangguan manik lain. (Soreff S, 2008). Sekitar 60%
pasien dengan serangan bipolar episode manik bisa disembuhkan gejalanya dengan
menggunakan lithium. 7% pasien tidak lagi mengalami serangan bipolar. 45% pasien
mengalami kekambuhan lebih dari sekali dan lebih dari 40% gejalanya menetap. (Soreff S,
2008). Faktor-faktor yang semakin memperburuk prognosis yaitu kemiskinan, pekerjaan
yang buruk, jenis kelamin laki-laki, menyalahgunakan konsumsi minuman keras dan
alkohol, gejala psikotik, dan pada keadaan depresi yang lama. Prognosis akan menjadi lebih
baik pada pasien bila gejala masih berada dalam episode manik, tidak ada keinginan
untuk mengakhiri hidup, tanpa atau minimal adanya gejala psikotik, usia lanjut, dan jika tidak
ada masalah yang serius dengan kesehatan medis.
1.5.1. Penatalaksanaan pada Fase Akut
Farmakoterapi pada Mania Akut Pada mania akut, risiko perilaku agresif dan kekerasan
harus dinilai pada semua pasien. Selanjutnya, keamanan pasien dan tim medis harus pula
diperhatikan. Pada fase akut, perlu dipertimbangkan pengikatan dan penempatan pasien di
tempat yang tenang (Amir 2012). Tabel Rekomendasi Farmakologi untuk Gangguan Bipolar,
Episode manik, Akut (CANMAT & ISBD 2009) (Yatham et al 2009)
1.5.2 Penatalaksanaan pada Fase Rumatan
Berikut ini adalah terapi rumatan yang dianjurkan oleh seksi bipolar PDSKJI
Rekomendasi terapi rumatan pada gangguan bipolar I:
1. Pasien dengan episode kini manik yang berat dengan gejala psikotik
5. Siklus cepat
6. Pasien dengan tolerabilitas yang baik terhadap antipsikotik atipikal (Vieta 2009).
Intervensi Psikososial Intervensi psikososial yang dapat dilaksanakan pada gangguan
bipolar yaitu pskoedukasi, Cognitive-behavioral therapy (CBT), Family-focused therapy
(FFT), Terapi ritme sosial dan interpersonal.
Psikoterapi Disamping pengobatan medikamentosa, psikoterapi adalah salah satu terapi yang
efektif untuk gangguan bipolar. Terapi ini memberikan dukungan, edukasi, dan petunjuk untuk
seorang dengan gangguan bipolar. Beberapa jenis psikoterapi yaitu:
Komorbid
Sebagian besar penderita bipolar tidak hanya menderita bipolar saja tetapi juga menderita
gangguan jiwa yang lain (komorbid). Penelitian oleh Goldstein BI dkk, seperti dilansir dari
Am J Psychiatry 2006, menyebutkan bahwa dari 84 penderita bipolar berusia diatas 65 tahun
ternyata sebanyak 38,1% terlibat dalam penyalahgunaan alkohol, 15,5% distimia, 20,5%
gangguan cemas menyeluruh, dan 19% gangguan panik.
BAB III
KESIMPULAN
Gangguan afektif bipolar adalah suatu gangguan suasana perasaan yang tersifat oleh
episode berulang (sekurang-kurangnya dua episode) dimana afek pasien dan tingkat aktivitas
jelas terganggu, pada waktu tertentu terdiri dari peningkatan afek disertai penambahan energi
dan aktivitas (mania atau hipomania), dan pada waktu lain berupa penurunan afek disertai
pengurangan energi dan aktivitas (depresi). Gejala psikotik sering didapatkan pada gangguan
bipolar episode manik. Beberapa penelitian menunjukkan gejala psikotik yang sering muncul
yaitu gangguan proses berpikir, waham, halusinasi, psikosis yang inkongruen mood,
katatonia, dan delirious mania. Hal ini yang membuat gangguan bipolar sering salah diagnosa
dengan skizofrenia dan skizoafektif.
Dalam melaksanakan terapi gangguan bipolar khususnya episode manik, seorang klinisi
harus memastikan diagnosis dengan melakukan penilaian awal. Pada stadium awal algoritme
menggunakan terapi yang sederhana (monoterapi) karena mempertimbangkan keamanan,
tolerabilitas, kemudahan dalam penggunaan, dan profil efek samping sedangkan pada
stadium akhir menggunakan beberapa obat. Bagaimanapun, terapi gangguan bipolar efektif
jika dilakukan secara komprehensif. Terapi komprehensif meliputi farmakoterapi dan
intervensi paikososial. Beberapa intervensi psikososial yang terbukti efektif untuk penderita
gangguan bipolar yaitu Cognitive-behavioral therapy, psikoedukasi, family-focused therapy,
serta terapi ritme sosial dan interpersonal. Prognosis gangguan bipolar sangat bervariasi
tergantung pada banyak faktor yang mempengaruhi.
DAFTAR PUSTAKA
Amir N, 2010. Gangguan Mood Bipolar: Kriteria Diagnostik dan Tatalaksana dengan Obat
Antipsikotika Atipik. Badan Penerbit FKUI, Jakarta
Amir N., 2012. Tata Laksana Gangguan Bipolar, Episode Manik, Fase Akut. Dalam:
Kumpulan Makalah Konas I Gangguan Bipolar. Surabaya: Airlangga University Press.
Hal 1-
Daeng B.H., 2012. Penatalaksanaan Depresi Bipolar. Dalam: Kumpulan Makalah Konas I
Gangguan Bipolar. Surabaya: Airlangga University Press. Hal 7-13.
Dunayevich E, Keck PE, 2000, Prevalence and Description of Psychotic Feature in Bipolar
Mania. Current Psychiatry Reports 2000, 2;286-290
Drayton, SJ & Weinstein, B, Bipolar Disorder, dalam Dipiro, JT, Talbert, RL, Yee, GC,
Matzke, GR, Wells, BG, Posey, LM, (Eds), 2008, Pharmacotherapy A
Pathophysiologic Approach, 7th Ed, 1174-1181, McGraw Hill Companies Inc, New
York.
Evans D.L., (2000) Bipolar Disorder: Diagnostic Challenges and Treatment Considerations. J
Clin Psychiatry 2000;61(suppl 13);26-31. diunduh dari
http://altcancerweb.com/bipolar/treatmentguidelines/treatmenyguidelines-bipolar-
states2000.pdf
Sachs GS, printz DJ, Kahn DA, Carpenter D, Docherty JP, 2000, The Expert Consensus
Guideline Series: Medication Treatment of Bipolar Disorder. Mc Grow-Hill Healthcare
Information Progress, New York, hal 16-24
Saddock BJ., & Saddock VA., (2010). Schizotypal Personality Disorder. Kaplan & Sadock’s
Synopsis of Psychiatry : behavioral Sciences/Clinical Psychiatry. 10th Edition.
Philadelphia USA. Lippincott Williams & Wilkins. P:796
Soetjipto, 2012. Terapi Rumatan pada Pasien Gangguan Bipolar. Dalam: Kumpulan Makalah
Konas I Gangguan Bipolar. Surabaya: Airlangga University Press. Hal 14-22
Sonny TL, Tanra AJ, 2012. Diagnosis Banding Gangguan Bipolar. Dalam: Kumpulan
Makalah Konas I Gangguan Bipolar. Surabaya: Airlangga University Press. Hal 92-97
Soreff S, 2011. Bipolar Affective Disorder. Medscape’s Drug and Disease reference
Suppes T, Dennehy EP, Swann AC, Bowden CL, Calabrese JR, Hirschfeld RM, Keck PE,
Sachs GS, Crisman ML, Toprac MG, Shon SP, 2000, Report of the Texas Consensus
Conference Panel on Medication Treatment of Bipolar Disorder 2000, J Clin Psychiatry
2002;63:288-299. Diunduh dari
http://altcancerweb.com/bipolar/tratmentguidelines/texas-concensus-conference-panel-
medication-treatment-bipolar-2000
Soreff S. Bipolar affective disorder treatment & management. 2011. Diunduh dari:
http://emedicine.medscape.com/article/2 86342-Treatment.
Tohen M dan Angst J, 2002. Epidemiology of Bipolar Disorder. In MT Tsuang & Tohen M
(Eds.), Textbook in Psychiatric Epidemiology second edition (pp. 427-447). New
Jersey: John Wiley & Sons, Inc
Toni C., Perugi G., Mata B., Madaro D., Maremmani I., Akiskal H.S., (2000) Is
moodincongruent manic psychosis a distinct subtype?. Eur arch psychiatry Clin
Neurosci (2001) 251:12-17. Diunduh
http://msrc.fsv.edu/system/files/TonieCetal2001ismoodincongruentmanicpsychosisadist
inctsubtype
Vieta E, 2009. Managing Bipolar Disorder in Clinical Practice 2nd edition. London, Current
Medicine Group Ltd.
Yatham LN, Kennedy SH, Schaffer A, Parikh SV, Beauliu S, O’Donovan C, McQueen G,
McIntyre RS, Sharma V, Ravindran, Young LT, Young AH, Alda M, Milev R, Vieta E,
Calebrese JR, Berk M, Ha K, Kapczinski F, 2009. Canadian Network for Mood and
Anxiety Treatment (CANMAT) and International Society for Bipolar Disorder
collaborative update of CANMAT guidelines for management of patient with bipolar
disorder: update 2009. Bipolar Disord. May; 11:225-255.
Zarate CA., 2000, Antipsychotic Drug Site Effect Issues in Bipolar Manic Patients, J Clin
Psychiatry 2000;61:52-61. Diunduh dari
http://altcancerweb.com/bipolar/atypicalantipsychotic/antipsychotic-drug-site-effect-
bipolar-mania.pdf